Pengganti Kuliah material teknik (1)

UJI PENENTUAN KUANTITAS POROSITAS CASTING PRODUCT
DURALUMIN DENGAN MASS BALANCE DAN PROSES HOT ISOSTATIC
PRESSING1
Oleh :
Wahyono Suprapto2,3, Bambang Suharno2,
Johny Wahyuadi Sudarsono2, Dedi Priadi2
E-mail : wahyos_metftub@yahoo.com
wahyos@ub.ac.id

ABSTRAK

Porositas dalam pengecoran logam berimplikasi pada menurunnya kualitas produk coran, seperti ;
sifat mekanik, sifat fisik, sifat kimia, dan umur pakai (service life). Dari sisi rekayasa, industri pengecoran
komponen otomotif dan manufaktur saat ini membutuhkan produk coran yang terbebas dari porositas. Cacat
pengecoran dalam pengecoran paduan aluminium terjadi karena laju pendinginan logam cairnya tidak
terkontrol dan terlarutnya gas-gas dalam cetakan. Akan tetapi hingga saat ini belum ada kesepahaman
diantara para perekayasa material tentang pengujian porositas yang dapat dipertanggungjawabkan secara
scintifik. Percobaan ini telah menguji keakuratan kuantitas (%) porositas pengecoran duralumin.
Objek dalam percobaan ini adalah peleburan ingot aluminium murni dan tembaga dalam mangkok
tembikar pada tungku reveberatory, selanjutnya duralumin melt dituang kedalam cetakan permanen.
Tembaga yang ditambahkan dalam percobaan berdasarkan analisa berat dan kandungan unsur yang

ditentukan dengan Spark spectrometry. Selanjutnya casting product dibagi dalam 3 kelompok, yaitu 1).
Kelompok uji komposisi kimianya guna menentukan persentase berat unsur yang digunakan untuk
menghitung berat jenis teroritis bersasarkan mass balance. 2). Kelompok uji hot isostatic pressing yang
mana casting product dipanasi sampai suhu 540 oC dan diberi tekanan statis 75 kg.cm-2 selama 120 menit
guna mendapatkan berat jenis teoritis berdasarkan hot isostatic pressing . 3). Kelompok spesimen uji
porositas casting product duralumin. Dalam percobaan, kuantitas porositas ditentukan dengan metode
Piknometry.
Akurasi pengukuran dalam sistem karakterisasi material memberikan nilai uji yang mendekati nilai
sesungguhnya. Dan hasil percobaan menyatakan bahwa pengujian porositas berdasarkan proses hot isostatic
pressing memberikan densitas massa yang lebih tinggi (2,98 g/cm3 sampai 3,49 g/cm3) dibanding mass
balance (2,71 g/cm3 sampai 3,06g/cm3). Kenaikan nilai densitas massa duralumin tersebut dipengaruhi
oleh penambahan persentase tembaganya. Dalam eksperimen ini pengoperasian rumus Saltykov diperoleh
nilai porositas pengecoran basis mass balance sebesar 5,9% sampai 16,2% dan hot isostatic pressing
sebesar 14,4% sampai 27,4%. Dan berdasarkan uji metalografi dengan scanning electron microscopy
teramati morphologi porositasnya adalah jenis porositas gas. Dengan demikian pengujian porositas casting
product duralumin dengan proses HIP lebih akurat dibanding dengan mass balance.
Kata kunci : Porositas, akurasi, casting product duralumin, hot isostatic pressing, mass balance,
Piknometry

I. PENDAHULUAN

Logam pada umumnya dan paduan Al-Cu khususnya diproduksi dengan proses
pengecoran baik sebagai raw material (slab, billet, bloom) dan/atau casting product
(komponen) sering mengalami cacat. Duralumin merupakan paduan Al-Cu yang
mempunyai kombinasi kekuatan tinggi dan temperatur tinggi, ditemukan oleh Dr. Alfred
1.

Paper disajikan pada tanggal 14-15 Juli 2010 dalam kegiatan SENAMM 2010 di Universitas Tirtayasa
Departemen Metalurgi dan Material, Universitas Indonesia
3
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Brawijaya
2,

1

Wilm dalam kurun waktu 1901-1906 [1]. Strength to weigh ratio yang tinggi (kondisi O :
288 MPa dan T4 : 713 MPa), ketahanan korosi dan konduktifitas elektriknya baik, sifat
fracture toughness dan fatigue sangat tinggi, bersifat heat-treatable, dan no-sparking
merupakan kelebihan material tersebut. Akan tetapi material duralumin mempunyai
castability yang rendah sehingga tingkat produktivitas pengecoran dengan bentuk-bentuk
komplek menjadi berkurang. Metallurgies dan Foundryman sudah banyak melakukan

identifikasi menyatakan bahwa kualitas metal casting ditentukan dari kondisi metalografi
termasuk cacat makro-mikro yang berakibat pada sifat mekaniknya. Porositas gas sebagai
cacat pengecoran yang tidak dapat dihindarkan merupakan fungsi variasi paduan dan
parameter proses [2].
Dalam pengecoran, yang mana duralumin cair panas lanjut dari ladle dialirkan ke
dalam rongga cetakan dan tiba-tiba membeku (solidifikasi) setelah kontak dengan dinding
cetakan. Pada kondisi cair aluminium termasuk logam yang mudah menyerap gas
hidrogen dari sekelilingnya (udara lembab, grease dan oil, kandungan air tungku, dan
lain-lain). Proses solidifikasi yang cepat pada pengecoran menyebabkan gas hidrogen
terjebak dalam aluminium dan mengakibatkan terjadinya porositas. Temperatur melting
dan pouring yang tinggi tidak saja menambah kelarutan hidrogen tetapi meningkatkan
gradien volume spesifik logam cair dan logam padat yang berpotensi menimbulkan
kerutan (shrinkage). Dinyatakan bahwa porositas dan morfologi porinya dipengaruhi
oleh kompleksitas kondisi solidifikasi dan unsur paduan [3]. Dilaporkan pula bahwa
penambahan unsur silikon pada Al-Si hypo-eutectic akan memperbanyak jumlah
porositas yang terbentuk karena bertambahnya fraksi luas daerah eutektik dimana pori
terbentuk [4]. Akan tetapi hingga saat ini belum ada kesepahaman diantara para
perekayasa material tentang pengujian porositas yang dapat dipertanggungjawabkan
secara scintifik.
Ternyata akurasi penentuan massa zat solid logam dan paduannya sangat ditentukan oleh

densitas teoritis seperti yang dirumuskan dalam persamaan Saltykov [5],
 C
P  IC
x100% ........................................................... 1
 IC
yang mana TC dan C masing-masing densitas teoritis casting dan densitas massa aktual
pengecoran. Sedangkan data densitas pengecoran itu sendiri diukur dengan metode
Piknometry dirumuskan dalam bentuk persamaan,
Wa
 castdural 
x w ........................................... 2
Wa  (Wsb  Wb )
yang mana castdural diperoleh dari pengkuran berat spesimen di udara (Wa), berat
spesimen+bucket dalam air (Wsb), berat bucket dalam air (Wb).
Kurangnya informasi densitas massa teoritis paduan aluminium, disatu sisi
mengurangi keakuratan tetapi sisi yang lain memberikan peluang bagi peneliti untuk
mendapatkan metode yang acceptable dan nilai densitas massa yang akurat. Dari uraian
diatas dapat teridentifikasi suatu permasalahan pemilihan jenis pengujian porositas dalam
pengecoran duralumin mengacu pada densitas teoritis rule of mixture atau hot isostatic
pressed adalah : memformulasikan bentuk hubungan porositas gas duralumin hasil uji

densitas teoritis berdasarkan rule of mixture dan variasi proses hot isostatic pressed.
Percobaan ini bertujuan untuk mengkontrol kualitas hasil pengecoran duralumin,
mengembangkan informasi karakteristik material duralumin, dan memperoleh hasil

2

pengukuran ilmiah (scientific measurement) yang akurat dari sifat-sifat fundamental atau
konstanta fisik.
II. METODE PENELITIAN
2.1. Rancangan Penelitian
Ingot aluminium murni (99,5% Al) dan tembaga murni (98,5% Cu) dengan
perbandingan tertentu secara bersamaan dilebur dalam tungku Reveberatory. Setelah
paduan Al-Cu yang disebut duralumin mulai melebur pada temperatur 600 oC
(aluminium) sampai 1100 oC (tembaga). Pada temperatur 1100 oC duralumin melt dalam
tungku reveberatory diaduk 3 kali setiap 10 menit. Setelah duralumin melt tercampur
homogen dituang kedalam cetakan permanen yang dipanasi terlebih dahulu sehingga suhu
cetakan permanen mencapai 300 oC (lihat Gambar 1a). Selanjutnya hasil coran duralumin
(lihat Gambar 1b) diambil dari cetakan permanen dan dipisahkan atas 3 dikelompokan
yaitu kelompok uji optical emission spectrometry (OES), kelompok uji hot isostatic
pressed (HIP), dan kelompok uji Piknometry.

Proses HIP dalam eksperimen ini dilakukan pada tekanan 75 kg/cm2, temperatur
540 C, dan dalam jangka waktu 120 menit. Setelah proses HIP selesai dilanjutkan
dengan pengukuran berat (timbangan digital electric), volume (prinsip hukum
Archimedes). Pengoperasian matematis nilai berat dan nilai volume spesimen HIP
diperoleh densitas massa teoritis HIP. Kandungan unsur kimia duralumin berdasarkan
persentase berat dari uji OES dan densitas massa unsur dari logam murni digunakan
untuk mendapatkan harga densitas massa teoritis rule of mixture (ROM). Pengujian
Piknometry digunakan untuk mengetahui densitas massa casting product duralumin
dengan menimbang spesimen (casting product) diudara dan dalam air. Pengoperasian
matematis nilai densitas teoritis (HIP) dan nilai densitas massa casting product dihasilkan
porositas casting product basis HIP. Pengoperasian matematis densitas teoritis ROM dan
densitas teoritis casting product menghasilkan porositas casting product basis ROM.
o

Untuk mendapatkan hasil uji densitas massa yang presisi pada OES dilakukan 5
kali shoot, HIP 2 kali proses, dan Piknometry 3 kali pengukuran. Selanjutnya nilai
pengujian OES, densitas massa proses HIP dan Piknometry diambil nilai rata-ratanya
untuk ditampilkan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat dalam hasil penelitian
(Gambar 3 dan Gambar 4). Data-data hasil percobaan diolah dan ditampilkan dengan
metode statistik dan dibahas secara substansial.

2.2. Alat dan tempat penelitian
 Tungku Reveberatory digunakan untuk meleburan paduan aluminium (Al-Cu),
tungku ini mengggunakan jenis bahan bakar cair (kerosene), kapasitas 5 kg/jam
untuk paduan aluminium, suhu maksimum 1300 oC. Tempat percobaan
Laboratorium Material α Landungsari – Malang.
 OES digunakan untuk mengetahui unsur kimia dalam material ingot aluminium,
tembaga, dan casting product duralumin. Tempat pengujian Center For Materials
Processing And Failure Analysis, Departemen Teknik Metalurgi dan Material,
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
 Piknometry digunakan untuk mengukur berat spesimen dalam air, alat ini
diperlengkapi dengan timbangan digital elektrik dan kerangka kesetimbangan,

3

instrumen Piknometry tersebut seperti dalam Gambar 2a. Tempat pengukuran
Laboratorium Material α Landungsari – Malang.
Press hidrolik digunakan untuk penekanan isostatis spesimen pada kondisi operasi
tekanan tekanan 75 kg/cm2, temperatur 540 oC, dan dalam jangka waktu 120
menit, sistem proses HIP dapat dilihat dalam Gambar 2b. Tempat percobaan
Laboratorium Material α Landungsari – Malang.




a

b

Gambar 1. a). Cetakan permanen, dan b). hasil pengecoran duralumin
b

a

c

Gambar 2. a). Peralatan Piknometry, b). Sistem proses HIP, dan c). Temperatur HIP
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Densitas Massa
Data densitas massa ini diambil dengan tiga kali pengulangan dan menghasilkan
standar deviasi sebesar 0.06815 sampai 0.179123 dari nilai rata-rata dalam Gambar 3. Artinya
4


nilai pengukuran mempunyai nilai simpangan terkecil `0.06815
`0.179123.

dan simpangan terbesar

Densitas massa [g/cm^3]

3.6
3.4
3.2
3
2.8
2.6
2.4
2.2
2
0

2.5


3

3.5

4

4.5

Persentase tembaga [%Cu]
Densitas massa ROM

Densitas massa HIP

Densitas massa casting product

Gambar 3. Grafik persentase tembaga versus densitas massa duralumin
Gambar 3, menunjukan bertambahnya persentase tembaga meningkatkan densitas
massa duralumin, perihal semacam ini dapat dipahami dari fenomena kesetimbangan
massa yang mana densitas massa tembaga (8,92 g/cm3) lebih besar dari densitas massa

aluminium (2,71 g/cm3), sehingga kenaikan densitas masa sebanding penambahan
tembaga. Akan tetapi pada proses HIP densitas massa dengan penambahan tembaga 3%
mengalami penurunan dibanding penambahan 2,5% tembaga hal ini terjadi karena pada
spesimen uji HIP mempunyai porositas pada permukaan. Menurut [6], Ketiga densitas
massa duralumin tersebut mempunyai nilai densitas massa yang berbeda mulai dari
tinggi, sedang, dan rendah. Masing-masing densitas massa duralumin dihasilkan dari
proses HIP, ROM, dan casting product. Yang perlu dipahami bahwa densitas densitas
teoritis HIP merupakan proses pengerjaan lanjut dari casting product yang mana dalam
casting product pada umumnya memiliki berbagai cacat rongga, seperti, sumuran, lubang
jarum, lubang gelembung, dan lubang-lubang lain Menurut hasil the AFS conference [7]
dinyatakan bahwa proses mekanik seperti hot isostatic pressing merupakan salah satu
metode untuk mereduksi cacat rongga dalam pengecoran. Proses HIP dapat memperbaiki
kualitas pengecoran seperti menghilangkan pori shrinkage dalam ruang interdendritik,
menambah kerapatan, dan memperbaiki ikatan gabungan yang dilakukan pada paduan
aluminium pada suhu 500 oC, tekanan 50-100 MPa, dan dalam waktu 60 menit [8].
Sedangkan densitas massa berbasis ROM naik seiring penambahan tembaha tetapi tidak
menunjukan perubahan yang signifikan dengan penambahan tembaga. Dan nilai densitas
massa basis ROM dibawah nilai densitas massa basis HIP terjadi karena interdendritik
dan kerapatan butir pada ROM lebih rendah dibanding HIP. Akan tetapi densitas teoritis
HIP pada persentase penambahan 2,5 % Cu menunjukan peningkatan yang lebih tinggi
dibandingkan penambahan persentase tembaga yang lain, hal ini terjadi karena pada
paduan ini mempunyai laju pendinginan yang rendah sehingga porositas yang terjadi
semakin kecil dengan proses HIP mengakibatkan densitas lebih besar dari 0% Cu dan 3%
Cu.
5

3.2. Porositas Pengecoran
Porositas pengecoran secara kuantitatif dihitung berdasarkan basis ROM dan
proses HIP seperti terdapat dalam Gambar 4. Grafik dalam Gambar 4, diperoleh dari
pengoperasian rumus Piknometry yang mana datanya diambil dari Gambar 3. Gambar 4,
memberikan 2 informasi penting, pertama penambahan tembaga dalam material
duralumin menambah jumlah porositas (%), kedua perhitungan porositas basis HIP
menghasilkan jumlah porositas yang lebih besar dari porositas basis ROM.

Porositas [%]

30
25
20
15
10
5
0

2.5

3

3.5

4

4.5

Persentase Tembaga [%Cu]
Porositas basis ROM

Porositas basis HIP

Gambar 4. Grafik persentase tembaga versus porositas duralumin
Penjelasan lebih lanjut dari Gambar 4 adalah penambahan tembaga berakibat
meningkatkan jumlah porositas dapat dipahami karena kelarutan hidrogen dalam tembaga
lebih tinggi dibanding aluminium disamping itu penambahan tembaga meningkatkan
temperatur duralumin melt sehingga hidrogen terlarut mengingkat (kelarutan hidrogen
fungsi dari temperatur). Kondisi penurunan densitas massa ini terjadi karena casting
product sebagai material dasar HIP proses mempunyai densitas massa yang lebih rendah
dari densitas pada persentase tembaga 2,5%. Selain faktor densitas massa casting ini
mengalami penurunan terjadi pada gradien sudut yang tidak sama pada setiap
penambahan persentase tembaga. Hal semacam ini senada dengan hasil penelitian [3]
juga menyatakan cacat porositas dalam paduan Al-Cu akan meningkat seiring dengan
penambahan tembaga, untuk hypo-eutectic porositanya sekitar 3% dan untuk eutectic
mencapai 10%. Menurut [8], unsur tembaga dalam paduan duralumin dapat
meningkatkan densitas dan porositas, hal ini sudah sejalan dengan teori yang menyatakan
suhu peleburan merupakan fungsi kelarutan hidrogen dalam pengecoran paduan
aluminium. Disamping itu ukuran dan jumlah porositas dapat dikurangi oleh laju
penuangan. Tetapi dalam percobaan pengecoran hypo-eutectic (0 sampai 4,5%Cu) ini
porositas bertambah dari sekitar 10% sampai 16% basis ROM dan sekitar 17% sampai
28% basis HIP. Tingginya nilai porositas basis HIP dikarenakan proses HIP tidak mampu
menghilangkan porositas terbuka dipermukaan tuang. Cacat pengecoran (porositas)
diindikasikan dengan berat jenis yang mana berat jenis casting product duralumin lebih
rendah dari berat jenis teoritis, [9,10]
Dalam perencaan sistem konstruksi kekuatan suatu komponen didasarkan pada
pembebanan kritis yang ditentukan dari pembebanan terbesar atau bagian terlemah dari
sistem komponen tersebut. Hasil-hasil riset menyatakan bahwa cacat porositas
6

menurunkan kekuatan casting product artinya dengan bertambahnya cacat pengecoran
(porositas) maka kekuatan komponen tersebut semakin rendah. Uji akurasi atau ketepatan
pengujian porositas pada casting product akan lebih aman apabila mengacu pada basis
pengujian yang memberikan nilai densitas massa teoritis tinggi dibanding nilai densitas
massa teoritis rendah. Pada eksperimen ini nilai densitas teoritis tinggi (2,98 sampai 3,49)
diperoleh dengan proses HIP dan nilai densitas massa teoritis rendah (2,71 sampai 3,06)
diperoleh dengan perhitungan ROM. Nilai densitas massa casting product hasil
percobaan dari 2,45 sampai 2,49. Dari pengoperasian ketiga nilai densitas teoritis
diperoleh jumlah porositas casting product berbasis proses HIP dan berbasis analitik
ROM masing-masing adalah 17,78 % sampai 28,65% dan 9,59 % sampai 18,63 %.
3.3. Metalografi
Menurut [11,12] jika porositas berbentuk bulat (spherical), dindingnya halus
(menyerupai lubang-lubang mengkilap keju Swiss), dan porositasnya tersebar diseluruh
produk coran, umumnya porositas tersebut disebabkan oleh gas yang terjebak (hidrogen).
Tetapi jika dindingnya kasar dan bersudut, porositas berasal dari shrinkage diantara
dendrit. Secara metalografi bentuk fisik dari porositas casting product duralumin dalam
eksperimen tersebut dapat dilihat dalam Gambar 5.
a)

b)

Gambar 5. Morphologi porositas gas dalam produk coran duralumin
a). 0%Cu, b). 4,5%Cu
Jenis-jenis paduan aluminium mempunyai sensifitas yang berbeda terhadap
penyerapan hidrogen berikut porositasnya jika gas tersebut tidak dihilangkan.
Penambahan tembaga dan silikon mengurangi kelarutan hidrogen, dan magnesium
meningkatkan kelarutan hidrogen [13]. Dan konsekwensi menghilangkan hidrogen
tergantung koefisien perpindahan massa. Akan secara eksperimen Akan tetapi eksperimen
yang dilakukan menghasilkan kondisi yang berbeda yaitu tembaga dan silikon menambah
porositas dalam pengecoran paduan aluminium [3, 4, 8]. Dalam kondisi melt Aluminium
dan paduannya sangat mudah menyerap hidrogen karena temperatur kelarutan yang
tinggi, dan berafinitas dengan oksigen. Macam-macam faktor kontrol termodinamik dan
kinetic untuk menghilangkan hidrogen dari aluminium melt. Menurut [14] hidrogen dapat
dihilangkan dengan cara : 1. Memindahkan hidrogen dalam melt ke gelembung gas inert
dengan cara konveksi dan difusi, 2. Memindahkan difusi lapisan batas tipis gelembung, 3.
Penyerapan kimia diatas dan dilanjutkan desorption dari permukaan gelembung, 4. Difusi
hydrogen sisi dalam gas, 5. Menghilangkan hidrogen dari permukaan melt atau dinding

7

refraktori. Penelitian yang sedang dilakukan adalah menghilangkan hidrogen dari
permukaan melt mulai dari proses peleburan sampai proses solidifikasi.
IV. KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
 Tembaga sebagai unsur paduan dalam duralumin berpengaruh pada kenaikan
densitas massa hasil pengecoran. Secara eksplisit peningkatan kadar tembaga
dalam paduan Al-Cu berpengaruh positif terhadap kenaikkan densitas hasil
pengecoran yang kenaikan persentase tembaga meningkatkan densitas massa dan
porositas hasil pengecoran duralumin.
 Perhitungan porositas basis proses HIP menghasilkan nilai yang lebih tinggi
dibanding perhitungan basis ROM. Keamanan sistem rekayasa konstruksi akan
lebih akurat apabila didasarkan pada tingkat cacat pengecoran yang tinggi seperti
yang dihasilkan pada porositas basis HIP.
 Pada eksperimen ini, kandungan tembaga dari 0%Cu sampai 4,5%Cu pada
pengecoran duralumin menambah jumlah porositas dari 5,9% sampai 16,2% basis
perhiitungan ROM dan 14,4% sampai 27,4% basis perhitungan proses HIP.
UCAPAN TERIMAKASIH
Riset ini dibiayai oleh Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia
melalui Program Hibah Penelitian Doktor 2010 dengan kontrak,
Nomor: 2306/H2.R12.3/PPM.00 Penelitian/2010

DAFTAR PUSTAKA
1. J.R. Davis, 1994, ASM Specialty Handbook : Aluminum and Aluminum Alloys, Thrid

Printing, ASM International.
2. Ch. PEQUET, et.al, 2002, Modeling of Microporosity, Macroporosity, and Pipe-

Shrinkage Formation during the Solidification of Alloys Using a Mushy-Zone
Refinement Method: Applications to Aluminum Alloys, METALLURGICAL
AND MATERIALS TRANSACTIONS A, VOLUME 33A.
3. S.Suzuki, T-B Kim, H Nakajima., 2009, MetFoam, September 1-4, 2009, Bratislava,
Slovakia.
4. Park J S, Hyun S K, Suzuki S and Nakajima H, 2008, Metal. Mater. Trans. A accepted.
Available from:
5. Manash Dash, Makhlouf Makhlouf, 2001, Effect of key Alloying Elements on the
Feeding Characteristics of Aluminum-Silicon Casting Alloys, Journal of Light
Metals.
6. Virgil Geamen, 2005, Techinical sciences and applied mathemathis, Transilvania
University of Brasov, Romania.
7. Metal Casting Design,2010, Using HIP to Improve Aluminum Castings, Proceeding at
the AFS International Conference on High Integrity Light Metal Castings, Oct.
31-Nov. 1, 2005, Indianapolis.
8

8. Wahyono Suprapto, Bambang Suharno, Johny Wahyuadi Sudarsono, Dedi Priadi,
2009, Comparison of Porosity Defects on Duralumin Produced with Permanent
Mold at Conditioned Atmosphere and Vacuum Castings, Presented of The 11th
International Conference on QIR, 3-6 August 2009, University of Indonesia
9. Y.M. Li, R.D. Li, 2001, Effect of the Casting Process Variables on Microporosity and
Mechanical Properties in an Invesment Cast Aluminum Alloy, Sciences and
Technology of Advanced Materials 2, Elsevier.
10. Robert P. Taylor, Stephen T. McClain., 1998, Uncertainty Analysis of Metal-Casting
Porosity Meusurments Using Archimedes Principle, Materials and Mechanics
Laboratory, Department of Mechanical Engineering, Mississipi State University.
11. Serope Kalpakjian, Steven Schmid., 2006, Manufacturing Engineering and
Technology, Fifth Edition in SI Unit, Published by Prentice Hall, Pearson
Education South Asia Pte Ltd, Singapore.
12. John L. Jorstad, Wayne M. Rasmussen., 2001, Aluminum Casting Technology, 2nd
Edition, American Foundry Society, Des Plaines, Illinois
13. Rafael Colas, 2003, Handbook of Aluminum Volume 7 Physical Metallurgy and
Processes, Copyright © 2003 Marcel Dekker, Inc.
14. G.K. Sigworth, ASF Trans., 1987, 95. p.73

9