Prevalensi Maloklusi pada anak autis di SLB, Yayasan terapi, dan anak normal di Sekolah Umum Kota Medan

Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Kedokteran Gigi Anak
Tahun 2015

Zilda Fahnia
Prevalensi maloklusi pada anak autis di SLB, Yayasan terapi, dan anak normal di
Sekolah umum Kota Medan
ix+53 halaman
Kemampuan kognitif, komunikasi, dan motorik anak autis yang terbatas cenderung
mengakibatkan anak tidak dapat membersihkan rongga mulutnya sendiri dengan efektif,
sehingga sangat rentan terjadinya karies dan penyakit periodontal yang akhirnya menyebabkan
gigi hilang sebelum waktunya dan meningkatkan resiko terjadinya maloklusi. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui prevalensi maloklusi berdasarkan klasifikasi Angle dan Dental Aesthetic
Index pada anak autis dan anak normal usia 6-18 tahun dan melihat kebutuhan perawatan

maloklusi di Kota Medan. Jenis penelitian adalah survei deskriptif, dilakukan pada masingmasing 50 anak autis dan 50 anak normal usia 6-18 tahun, yang diambil dari 2 SLB, 3 Yayasan
terapi, dan 2 Sekolah umum di Kota Medan. Pengambilan subjek anak autis dilakukan dengan
cara total sampling, sedangkan pada anak normal dilakukan teknik matching berdasarkan usia
dan jenis kelamin. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara orang tua dan
pemeriksaan klinis pada anak menggunakan klasifikasi Angle, gambaran maloklusi dan Dental
Aesthetic Index. Hasil pengolahan dan analisis data disajikan dalam bentuk persentase.


Prevalensi maloklusi menurut klasifikasi Angle pada anak autis adalah 86% dan anak normal
76% dengan distribusi yaitu: maloklusi Klas I 48% dan 60%, Klas II 26% dan 6%, Klas III 12%
dan 10%. Tiga gambaran umum maloklusi periode gigi bercampur terbanyak pada anak autis
yaitu: gigi berjejal 46,42%, gigitan dalam 32,14% dan gigitan terbalik 25%; pada anak normal
protrusi 41,37%, gigi berjejal 34,48% dan gigitan dalam 31,03%. Empat komponen DAI periode
gigi permanen terbanyak pada anak autis yaitu, gigi berjejal 81,81%, ketidakteraturan terparah
anterior maksila 68,18%, ketidakteraturan terparah anterior mandibula 45,45% dan relasi molar
anteroposterior ≥1/2 cusp 45,45%; pada anak normal gigi berjejal dari lengkung rahang 71,42%,

Universitas Sumatera Utara

ketidakteraturan terparah anterior maksila 47,61%, ketidakteraturan terparah anterior mandibula
42,85% dan jarak gigit anterior maksila 38,09%. Kebutuhan perawatan ortodontik periode gigi
permanen berdasarkan DAI pada anak autis paling banyak adalah maloklusi yang sangat parah
dan sangat memerlukan perawatan 36,36%, sedangkan pada anak normal adalah maloklusi
ringan dan tidak membutuhkan perawatan sebesar 66,66%. Disimpulkan, diperlukan perawatan
intersetif ortodontik pada periode gigi bercampur pada anak autis agar mengurangi tingkat
keparahan maloklusi pada gigi permanen.
Daftar pustaka: 32 (1997-2014)


Universitas Sumatera Utara