BAB 1 PENDAHULUAN - Status Oral Higiene Dan Kebutuhan Perawatan Periodontal Pada Anak Autis Dan Normal Usia 6-18 Tahun Di Slb, Yayasan Terapi Dan Sekolah Umum Kota Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  1 Autis pertama kali dikemukakan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Anak autis 2,3

  memiliki perkembangan neurologis berbeda dibandingkan anak normal lainnya. Gangguan autistik merupakan gangguan perkembangan yang kompleks dengan gejala ketidakmampuan dan perbedaan dalam berbagai aspek seperti kemampuan motorik kasar dan halus, komunikasi, dan kemampuan interaksi sosial yang seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Tanda-tanda ini dapat diketahui ketika usia anak mencapai sekitar 3

  2,4-6

  tahun. Anak autis dapat dikatakan berada dalam kelompok yang heterogen, dimana sebagian dari mereka mampu berkomunikasi dengan lancar, dan mempunyai fungsi kognitif rata-rata sederajat dengan anak normal lainnya. Sebagian lainnya tidak dapat berkomunikasi dan menggunakan bahasa dengan baik, melakukan kebiasaan yang berulang-ulang (repetitive behaviors), dan menyakiti dirinya sendiri (self-injurious

  4,6-8 behaviors).

  Beberapa tahun terakhir, prevalensi autis meningkat secara drastis di berbagai negara. Center for Disease Control (CDC) menyatakan, 1 dari 110 anak dibawah umur 8

  9

  tahun adalah anak autis. Penelitian yang dilakukan oleh Kim YS di Korea Selatan menunjukkan 2,6% atau 1 dari 38 orang mengalami Autism Spectrum Disorders (ASD).

  10 Prevalensi autis di Korea Selatan mengalami peningkatan 57% sejak 2002. Menurut

  Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI, Indonesia pada tahun 2013

  5

  diperkirakan 112.000 anak menderita autis. Pada tahun 2012, tercatat 1.000 orang yang menderita autis di provinsi Sumatera Utara, sedangkan di Medan, tercatat 386 orang yang

  11 menderita autis dan akan terus meningkat setiap tahunnya.

  Kemampuan kognitif, komunikasi, dan motorik anak autis yang berbeda cenderung

  12 mengakibatkan anak tidak dapat membersihkan rongga mulutnya sendiri dengan efektif.

  Lowe dan Lindemann melaporkan pada anak autis dibutuhkan instruksi dalam

  13 meningkatkan kemampuan motorik anak dalam membersihkan rongga mulutnya.

  Penelitian yang dilakukan oleh Oredugba FA dan Akindayomi Y tahun 2008 pada anak berkebutuhan khusus menunjukkan 46,3% anak mempunyai status oral higiene yang baik, 31,5% mempunyai status yang sedang, dan 22,2% mempunyai status oral higiene yang buruk. Pada penelitian ini, jumlah anak yang menderita autis adalah 20,4%. Perbedaan status oral higiene ini disebabkan oleh status ekonomi orang-tua, pola makan anak, dan kebiasaan membersihkan rongga mulut yang berbeda-beda antara setiap individu dan

  12 negara.

  Penelitian yang dilakukan oleh DeMattei R dkk tahun 2007 pada 55 anak autis menunjukkan tingginya penyakit periodontal yaitu, sebesar 62% anak mempunyai penyakit

  14

  gingivitis dan plak sebesar 85%. Menurut survei yang dilakukan Murshid EZ di Saudi

  15 Arabia, 17,4% anak autis mengalami pendarahan gingiva. Penelitian yang dilakukan oleh

  Richa dkk tahun 2012 di India yang membandingkan oral higiene anak autis dengan anak normal menunjukkan, skor rerata OHIS pada anak autis jauh lebih tinggi yaitu 2,07 ± 0,83,

  16 sedangkan pada kelompok anak normal yaitu 0,46 ± 0,58.

  Di India, Vajawat M dan Deepika PC juga telah melakukan penelitian dengan membandingkan oral higiene pada 117 anak autis dan 126 anak normal. Dari hasil penelitian didapati hasil bahwa insiden penyakit periodontal jauh lebih tinggi pada anak autis dibandingkan anak normal sebagai kelompok kontrol. Sebanyak 20,6% anak autis membutuhkan perawatan kompleks dan skeling profesional, sedangkan hanya 0,9% anak

  17

  normal yang membutuhkan perawatan kompleks dan skeling profesional. Di Bangkok, Luppanaporn-larp S dkk telah melakukan penelitian dengan membandingkan 32 anak autis dan 48 anak normal sebagai kelompok kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan 71,9% anak autis membutuhkan perawatan kompleks dan skeling profesional, sedangkan hanya

  18 18,8% anak normal yang membutuhkan perawatan kompleks dan skeling profesional.

  Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Jaber MA tahun 2010 yang membandingkan 61 anak autis dan 61 anak normal menunjukkan, anak autis memiliki oral higiene dan gingivitis yang lebih buruk. Hasil penelitian Jaber MA menunjukkan, 59% anak autis memiliki oral higiene yang buruk dan hanya 14,8% anak normal yang memiliki oral

  Berdasarkan hasil beberapa penelitian di berbagai negara dapat disimpulkan bahwa prevalensi anak yang mengalami autis meningkat drastis setiap tahunnya dan tingginya status OHIS pada anak autis dibandingkan anak normal. Seiring dengan meningkatnya status OHIS pada anak autis maka dibutuhkan perawatan yang sesuai dengan kondisi periodontalnya. Selain itu, data mengenai status OHIS dan kebutuhan perawatan periodontal anak autis untuk daerah Kota Medan belum ada. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai oral higiene dan kebutuhan perawatan periodontal pada anak autis di Kota Medan. Disamping itu peneliti juga ingin membandingkan OHIS dan kebutuhan perawatan periodontal antara anak autis dan anak normal.

  Sampel yang diambil adalah seluruh anak autis usia 6-18 tahun dengan jumlah 51 anak yang bersekolah atau menjalani terapi autis di SLB-E Negeri PTP Sumatera Utara, SDSLB-ABC-TPI, Kudos Kindle Center, Yayasan Tali Kasih, dan Yayasan Anak Kita dikarenakan hanya SLB dan Yayasan terapi tersebut yang memberi izin dilakukannya penelitian dan pendataan anak autis di SLB dan Yayasan terapi lebih mudah jika dibandingkan dengan pendataan dari rumah ke rumah. Pemilihan subjek anak normal berdasarkan lingkar luar dan lingkar dalam Kecamatan di Kota Medan. Untuk memudahkan penelitian, lingkar luar anak autis dan normal diambil pada sekolah yang sama, yaitu Sekolah T.P.I, dan lingkar dalam diambil Sekolah Angkasa karena memudahkan penelitian serta sekolah tersebut memiliki anak SD, SMP, dan SMA.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan Umum

  1. Berapakah rerata skor OHIS pada anak autis usia 6-18 tahun di SLB dan Yayasan terapi Kota Medan?

  2. Berapakah rerata skor OHIS pada anak normal usia 6-18 tahun di Sekolah Umum Kota Medan?

  3. Bagaimana kebutuhan perawatan periodontal pada anak autis usia 6-18 tahun di

  4. Bagaimana kebutuhan perawatan periodontal pada anak normal usia 6-18 tahun di Sekolah Umum Kota Medan?

  Rumusan Khusus

  1. Berapakah rerata skor OHIS pada anak autis usia 6-18 tahun di SLB dan Yayasan terapi Kota Medan berdasarkan kelompok usia?

  2. Berapakah rerata skor OHIS pada anak normal usia 6-18 tahun di Sekolah Umum Kota Medan berdasarkan kelompok usia?

  3. Bagaimana kebutuhan perawatan periodontal pada anak autis usia 6-18 tahun di SLB dan Yayasan terapi Kota Medan berdasarkan kelompok usia?

  4. Bagaimana kebutuhan perawatan periodontal pada anak normal usia 6-18 tahun di Sekolah Umum Kota Medan berdasarkan kelompok usia?

  5. Apakah faktor risiko penyakit periodontal pada anak autis dan anak normal?

1.2 Tujuan Penelitian Tujuan Umum

  1. Untuk mengetahui rerata skor OHIS pada anak autis usia 6-18 tahun di SLB dan Yayasan terapi Kota Medan.

  2. Untuk mengetahui rerata skor OHIS pada anak normal usia 6-18 tahun di Sekolah Umum Kota Medan.

  3. Untuk mengetahui kebutuhan perawatan periodontal pada anak autis usia 6-18 tahun di SLB dan Yayasan terapi Kota Medan.

  4. Untuk mengetahui kebutuhan perawatan periodontal pada anak normal usia 6-18 tahun di Sekolah Umum Kota Medan.

  Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui rerata skor OHIS pada anak autis usia 6-18 tahun di SLB dan Yayasan terapi Kota Medan berdasarkan kelompok usia.

  2. Untuk mengetahui rerata skor OHIS pada anak normal usia 6-18 tahun di Sekolah Umum Kota Medan berdasarkan kelompok usia.

  3. Untuk mengetahui kebutuhan perawatan periodontal pada anak autis usia 6-18 tahun di SLB dan Yayasan terapi Kota Medan berdasarkan kelompok usia.

  4. Untuk mengetahui kebutuhan perawatan periodontal pada anak normal usia 6-18 tahun di Sekolah Umum Kota Medan berdasarkan kelompok usia.

  5. Untuk mengetahui faktor risiko penyakit periodontal pada anak autis dan anak normal.

1.4 Manfaat Penelitian

  1. Manfaat untuk masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat terutama orang tua mengenai status oral higiene dan kebutuhan perawatan periodontal anak autis serta memotivasi orang tua untuk memperhatikan, menjaga, dan memberikan pengarahan kepada anak sejak dini untuk menjaga kebersihan rongga mulut.

  2. Manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan a.

  Untuk mendapatkan rerata skor OHIS anak autis di Kota Medan.

  b.

  Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar program pemerintahan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut untuk meningkatkan kualitas hidup anak pada usia dini.

  3. Manfaat kebutuhan klinis Dengan diketahuinya rerata skor OHIS dan kebutuhan perawatan periodontal pada anak autis di Kota Medan, maka dapat direncanakan usaha pencegahan dan perawatan gigi dan mulut anak autis.

  4. Manfaat untuk Ilmu Kedokteran Gigi Memberikan sumbangan atau kontribusi mengenai oral higiene dan kebutuhan perawatan periodontal pada anak autis, khususnya di bidang ilmu kedokteran gigi anak dan periodonsia.

  5. Manfaat untuk peneliti atau peneliti lain a.

  Bagi peneliti diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan baru mengenai mengenai oral higiene dan kebutuhan perawatan periodontal pada anak autis, dan menambah kemampuan peneliti dalam menulis.

  b.

  Bagi peneliti lain dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi dan data untuk melakukan penelitian lebih lanjut atau penelitian lainnya.