Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan di Kecamatan Hamparan Perak

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Kuznet dalam todaro (2003:99) pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara bersangkutan untuk
menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas
ditentukan oleh kemajuan atau penysuaian teknologi, institusional, dan ideologi
terhadap tuntutan yang ada. Kuznet dalam pressman (2000:77) juga menjelaskan
bahwa pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan perpaduan efek dari produktifitas
yang tinggi dan populasi yang besar. Dari kedua faktor ini pertumbuhan
produktifitas jelas lebih penting, karena seperti yang ditunjukkan oleh Adam
Smith, pertumbuhan produktifitas inilah yang menghasilkan peningkatan dalam
standart kehidupan. Kuznet sangat menekankan pada perubahan dan inovasi
teknologi sebagai cara meningkatkan pertumbuhan produktifitas terkait dengan
redistribusi tenaga kerja dari sektor yang kurang produktif yaitu pertanian
kesektor yang lebih produktif yaitu industri manufaktur.
Todaro (2003:92) menyampaikan ada tiga faktor atau komponen utama
dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap negara. Ketiga faktor tersebut adalah :
1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru
yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber

daya manusia.

9
Universitas Sumatera Utara

2. Pertumbuhan penduduk, yang pada hakikatnya akan memperbanyak
jumlah angkatan kerja
3. Kemajuan teknologi, berupa cara baru atau perbaikan cara-cara lama
dalam menangani peekrjaan-pekerjaan
Pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi secara terus menerus tetapi
mengalami keadaan dimana adakalanya berkembang dan pada ketika lain
mengalami kemunduran. Konjungtur tersebut disebabkan oleh kegiatan para
pengusaha melakukan inovasi atau pembaharuan dalam kegiatan mereka
menghasilkan barang dan jasa. Untuk mewujudkan inovasi yang seperti ini
investasi akan dilakukan. Proses multiplier yang ditimbulkannya akan
menyebabkan

peningkatan

lebih


lanjut

dalam

kegiatan

ekonomi

dan

perekonomian mengalami pertumbuhan yang lebih pesat (Schumpeter 2000:155).
2.2 Distribusi Pendapatan
Distribusi pendapatan adalah mencerminkan merata atau timpangnya
pembagian hasil pembangunan atau suatu negara di kalangan penduduknya
(Dumairy,1999). Distribusi pendapatan merupakan kriteria yang mengindikasikan
mengenai penyebaran atau pembagian pendapat atau kekayaan antar penduduk
satu dengan penduduk lainnya dalam wilayah tertentu.
2.2.1 Konsep-Konsep Distribusi Pendapatan
Terdapat berbagai kriteria untuk menilai kemerataan (parah atau lunaknya

ketimpangan) distribusi yang dimaskud. Tiga antaranya yang paling laim, yaitu :

10
Universitas Sumatera Utara

1. Kurva Lorenz
Menggambarkan distribusi kumlatif pendapatan nasional dikalangan
lapisan-lapisan penduduk secara kumulatfi pula. Kurva lorenz yang
semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi
pendapatan nasional semakin merata, begitu sebaliknya
2. Indeks atau Ratio Gini
Adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0 hingga 1,
menjelaskan kadar pemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan
nasional. Semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya,
pertanda semakin baik atau merata distribusi
3. Kriteria Bank Dunia
Kriteria ketidakmerataan pendapatan versi Bank Dunia didasarkan atas
porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk,
yakni 40% penduduk berpendapatan rendah (termiskin), 40% penduduk
berpendapatan menengah, 20% penduduk berpendapatan tertinggi

(terkaya)
2.2.2 Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan
Menurut Adelman dan Morris (Lincolin Arsyad, 1997) ada 8 hal yang
menyebabkan ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan di Negara
Sedang Berkembang :
1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengakitbatkan menurunnya
pendapatan perkapita

11
Universitas Sumatera Utara

2. Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara
proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang
3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal,
sehingga persentase pendapatan modal dari kerja tambahan besar
dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja,
sehingga pengangguran bertambah
5. Rendahnya mobilitas sosial
6. Pelaksanaan kebijakan industri subtitusi import yang mengakibatkan

kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usahausaha golongan kapitalis
7. Memburuknya nilai tukar bagi Negara Sedang

Berkembang dalam

perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidak
elastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor
Negara sedang berkembang
8. Hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah
tangga, dan lain-lain
2.2.3 Ketidakmerataan Pendapatan Nasional, Spasial, dan Regional
1. Distribusi pendapatan antara lapisan pendapatan masyarakat dapat
ditelaah dengan mengamati perkembangan angka-angka rasio gini.
Namun juga perlu dicatat, bahwa ratio gini bukan merupakan
indikator paling ideal tentang ketidakmerataan distribusi pendapatan
antarlapisan.

12
Universitas Sumatera Utara


2. Ketidakmerataan distribusi pendapatan antarlapisan masyarakat tidak
saja berlangsung secara nasional, tetapi juga secara spasial atau
antardaerah, yakni antara daerah perkotaan dan pedesaan. Di
indonesia pembagian pendapatan relatif lebih merata di daerah
pedesaan daripada daerah perkotaan. Ketidakmerataan pendapatan
yang berlangsung antar daerah tidak hanya dalam hal distribusinya,
tetapi juga dalam hal tingkat atau besarnya pendapatan itu sendiri
3. Secara regional atau antar wilayah , berlangsung pula ketidakmerataan
pendapatan antar lapisan masyarakat. Dalam perspektif antar wilayah,
ketidakmerataan terjadi baik dalam hal tingkat pendapatan masyarakat
antara wilayah satu dengan wilayah lainnya, maupun dalam hal
distribusi pendapatan dikalangan penduduk masing-masing wilayah.
2.3 Teori Distribusi Neoklasik
Teori distribusi neoklasik adalah teori modern tentang bagaimana
pendapatan nasional dibagi diantara faktor-faktor produksi. Ini didasarkan pada
pemikiran klasik (abad ke-18) bahwa harga disesuaikan untuk menyeimbangkan
penawaran dan permintaan, yang disini terapkan pada faktor produksi. Teori ini
telah diterima oleh sebagian besar ekonomi dewasa ini sebagai awal yang baik
untuk memulai memahami bagaimana pendapatan ekonomi didistribusikan dari
perusahaan ke rumah tangga.

2.3.1 Harga Faktor Produksi (Factor Price)
Distribusi pendapatan nasioanl dipengaruhi oleh harga-harga faktor.
Harga faktor produksi adalah jumlah yang di bayar ke faktor-faktor produksi.

13
Universitas Sumatera Utara

Pada suatu perekonomian dimana faktor produksi adalah modal dan tenaga
kerja, sementara dua harga faktor produksi adalah upah (wage) yang diterima
para pekerja dan sewa (rent) yang dikumpulkan oleh para pemilik modal.
2.3.2 Kepitusan-Keputusan yang Dihadapi Perusahaan Kompetitif
Perusahaan kompetitif relatif kecil ukurannya terhadap pasar dimana
perdagangan berlangsung sehingga memiliki pengaruh yang kecil terhadap
harga pasar. Kita tidak dapat mempengaruhi harga yang telah ditetapkan di
pasar. Demikian pula, perusahaan kita tidak dapat mempengaruhi upah para
pekerja karena banyak perusahaan lokal lain yang juga menarik pekerjaan.
Untuk membuat produknya, perusahaan itu memerlukan dua faktor
produksi, modal dan tenaga kerja. Dimana perusahaan itu memproduksi lebih
banyak output jika memiliki lebih banyak mesin atau jika para pekerjanya
bekerja lebih lama. Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba

tergantung pada produk (P), harga produk (W), dan bunga sewa (R), serta
jumlah jam kerja (L) dan banyaknya mesin (K). Perusahaan kopetitif
menggunakan harga produk dan harga faktor yang sudah ditentukan serta
memilih jumlah tenaga kerja dan modal yang memaksimalkan laba.
2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Dengan Distribusi Pendapatan
Pertumbuhan versus distribusi pendapatan merupakan masalah yang
menjadi perhatian di negara-negara sedang berkembang. Banyak negara sedang
berkembang yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada
tahun 1960-an mulai menyadari bahwa pertumbuhan yang tinggi hanya sedikit
manfaatnya dalam memecahkan masalah kemiskinan. Tingkat pertumbuhan

14
Universitas Sumatera Utara

ekonomi yang tinggi banyak dirasakan orang tidak memberikan pemecahan
masalah kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan ketika tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut diiringi dengan meningkatnya tingkat
pengangguran di daerah pedesaan maupun perkotaan. Distribusi pendapatan antar
kelompok kaya dengan kelompok miskin semakin senjang. Pertumbuhan ekonomi
yang tinggi ternyata telah gagal untuk menghilangkan atau bahkan mengurangi

luasnya kemiskinan absolut di negara-negara sedang berkembang (Arsyad,2004).
Data dekade 1970-an dan 1980-an mengenai pertumbuhan ekonomi dan
distribusi pendapatan di banyak negara berkembang, terutama negara-negara
dengan proses pembangunan ekonomi yang pesat dengan laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, seperti indonesia, menunjukkan seakan-akan ada suatu
korelasi positif antara laju pertumbuhan dan tingkat kesenjangan ekonomi
(Tambunan,2001)
2.5 Ketimpangan Ekonomi
Beberapa ahli ekonomi mengatakan bahwa ketimpangan pembangunan
antar daerah timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan
faktor produksi. Daerah yang memiliki sumber daya dan faktor produksi, terutama
yang memiliki barang modal (capital stock) akan memperolah pendapatan yang
lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang memiliki sedikit sumber daya.
Ketimpangan memilki dampak positif maupun dampak negatif. Dampak
positif dari adanya ketimpangan adalah dapat mendorong wilayah lain yang
kurang maju untuk dapat bersaing dan meningkatkan pertumbuhannya guna
meningkatkan kesejahteraannya. Sedangkan dampak negatif dari ketimpangan

15
Universitas Sumatera Utara


yang ekstrim antara lain melemahnya stabilitas sosial dan solidaritas, serta
ketimpangan yang tinggi umumnya dipandang tidak adil (Todaro,2003).
Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi
dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan
oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi
demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini,
kemampuan dari suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga
menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bila mana pada setiap daerah
biasanya terdapat wilayah maju dan wilayah terbelakang. Terjadi ketimpangan ini
membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah.
Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai
implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang
dilakukan oleh pemerintah daerah (Syafrijal,2008).
2.6 Tingkat Kesejahteraan
Manusia yang sejahtera adalah manusia yang memiliki tata kehidupan dan
penghidupan, baik material maupun spiritual yang disertai dengan rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang pada akhirnya
dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosialnya (Sudarman
Danim). Dari pengertian diatas, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa yang

dimaksud dengan tingkat kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan penghidupan
seseorang baik sosial, material maupun spiritual disertai dengan rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin sehingga dapat memenuhi kebutuhan
jasmaniah, rohaniah dan sosialnya.

16
Universitas Sumatera Utara

2.7 Pentahapan Kesejahteraan
Untuk mnegetahui tingkat kesejahteraan, berdasarkan Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah mengadakan program yang
disebut dengan Pendataan Keluarga. Yang mana pendataan ini beertujuan untuk
memperolah data tentang dasar kependudukandan keluarga dalam rangka program
pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Adapun tahapan keluarga sejahtera
tersebut ialah sebagai berikut :
a. Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti : kebutuhan
spiritual, pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau keluarga yang
belum dapat memenuhi salah satu indikator-indikator keluarga
sejahtera I .
b. Keluarga Sejahtera I yaitu, keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetepi belum dapat
memenuhi secara keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya,
seperti : kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi
dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan sekitar dan transportasi
c. Keluarga Sejahtera II,

yaitu keluarga-keluarga yang disamping

dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangan, seperti : menabung dan memperoleh
informasi

17
Universitas Sumatera Utara

d. Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi

keseluruhan

kebutuhan

dasar,

kebutuhan

sosial

psikologisnya dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat
memberikan sumbangan yang maksimal dengan teratur bagi
masyarakat dalam bentuk material, seperti : sumbangan materi untuk
kepentingan sosial kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan,
kesenian, olah raga, pendidikan dan lain sebagainya.
e. Keluarga Sejahtera III Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial
psikologis

maupun

pengembangan

serta

tealah

memberikan

sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat berguna bagi penulis untuk menambah informasi
mengenai masalah yang akan penulis teliti. Review penelitian ini memberikan
rujukan menganai daftar bacaan, teori, serta pandangan dalam memahami
permasalahan yang dihadapi. Menurut peneltian Gita Ratna Sari (2014) yang
berjudul pengaruh distribusi dan ketimpangan pendapatan terhadap kemiskinan,
menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi sering kali diikuti dengan perubahan
struktur pendapatan, terutama bagi negara yang sedang berkembang. Masalah
masalah yang sering dihadapai oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia
adalah kesenjangan ekonomi/ketimpangan distribusi pendapatan antar kelompok
masyarakat yang berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat yang
berpendapatan rendah, serta tinggi rendahnya tingkat kemiskinan. Meningkatkan

18
Universitas Sumatera Utara

pendapatan penduduk sebagai salah satu indikator kesejahteraan sering kali
dijadikan sebagai sasaran akhir dari pembangunan nasioanl suatu negara. Faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah faktor
sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan
teknologi, faktor budaya, dan faktor sumber daya modal.

19
Universitas Sumatera Utara