Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan di Kecamatan Hamparan Perak

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Prasetyo, Eko. 2008. The Equality of Growth : Peran Teknologi dan Investasi Human Capital Sebagai Pemacu Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas.

Kharisma, Makmur, Syafrida. 2011. Ketimpangan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Desa Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar.

Kuncoro, Mudrajat. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah, Jakarta, Erlangga. Ismail, Fakhri, 2013. Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Di Kecamatan Medan Labuhan . Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta. Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Caska dan R.M, Riadi. 2008. “Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembangunan

Ekonomi Antar Daerah di Provinsi Riau”. Jurnal Industri dan Perkotaan. Volume 12 Nomor 21. Hal 1629

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Medan: USU Press

Implikasi Kebijakan Pengentasannya di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sugiyono. 2012. Tingkat Peneltiaian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung.

Sukino, 2013. Membangun Pertanian Dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Lumbantobing, Elkana. 2015. “Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan

Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli

Utara”. Skripsi. Medan: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara

Retnosari, Devi. 2006. “ Analisis Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat”. Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB


(2)

Ismail, Fakhri. 2013, “ Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di Kecamatan Medan Labuhan”. Skripsi. Medan: Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Sukino, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan). Jakarta : Ekonomi UI.

T. Makmur. 2011. Ketimpangan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Desa di Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Agrisep Vol. (12) No.1, 2012

Suseni Tri Widodo, 2001. Indikator Ekonomi: Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia, Kanisius, Yogyakarta.

Riadi, R.M. 2007. “Pertumbuhan dan Ketimpangan Pembngunan Ekonomi Antar Daerah di Provinsi Riau”. Jurnal. Riau.


(3)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei pada umumnya menggunakan instrumen kuisioner (quesionnaire) yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu (Sinulingga, 2011).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di Kantor Camat Kecamatan Hamparan Perak, dan waktu penelitian direncanakan mulai Oktober hingga Desember 2015.

Data dan informasi dapat diperoleh dari buku-buku, berbagai sumber referensi yang diperoleh di internet, jurnal, tesis, dan sebagainya.

3.3 Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah tangga di Kecamatan Hamparan Perak dengan klasifikasi pola mata pencaharian yang berbeda. 2. Sampel

Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode startifed random sampling yakni penentuan jumlah sampel dengan


(4)

memperhatikan srata (tingkatan) didalam populasi dan jumlah sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak 50 orang untuk memenuhi kriteria jumlah sampel minimal 30 orang ( Sugiyono,2012).

3.4 Jenis dan Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder :

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sampel penelitian baik melalui dokumentasi, wawancara maupun dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), buku, internet, jurnal, serta laporan-laporan dinas dan instansi terkait dengan penelitian ini.

3.5 Defenisi Operasional

1. Pendapatan rumah tangga adalah pendapatan bersih yang diterima dari hasil pengurangan antara pendapatan dari golongan pekerjaan atau pendapatan kotor dikurangi dengan pengeluaran rumah tangga.

2. Pengeluaran rumah tangga adalah besarnya biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, mulai dari pangan, rumah tangga, biaya sekolah dan biaya kesehatan.

3. Tingkat kesejahteraan adalah ukuran suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warganegara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan


(5)

kebutuhan jasmani, rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga dan masyrakat.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu : 1. Kuisioner

Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.

2. Studi Kepustakaan

Teknik studi kepustakaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Data dan informasi dapat diperoleh melalui buku-buku, internet, jurnal, tesis dan sebagainya.

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk menganalisis distribusi rumah tangga berdasarkan kelas pendapatan dengan melihat hasil tabulasi dari penelitian yang telah dilakukan.

2. Koefisien Gini (Gini Ratio)

Analisis yang digunakan adalah metode Koefisien Gini (Gini Ratio), terutama untuk menghitung tingkat ketimpangan pendapatan. Rumus angka Gini Ratio adalah sebagai berikut:


(6)

dengan :

G = Gini Ratio

Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i Qi-1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i-1 K = Banyaknya kelas pendapatan

Kategori tingkat ketimpangan berdasarkan nilai dari koefisien Gini (Gini Ratio) dibagi kedalam tiga kriteria sebagaimana tertera pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Indikator Ketimpangan Gini Ratio Nilai Gini Ratio Tingkat Ketimpangan

< 0,30 Rendah

0,31 – 0,40 Sedang

> 0,40 Tinggi

Sumber: Diadaptasi dari Widodo (1990) 3. Analisis Tingkat Kesejahteraan

Menurut Badan Pusat Statistik, indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan, kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.


(7)

Tabel 3.2

Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik 2005

No Indikator Kesejahteraan Kriteria Skor

1 Pendapatan Tinggi (>Rp 10.000.000) 3

Sedang (Rp 5.000.000- Rp 10.0000.000)

2 Rendah (<Rp 5.000.000) 1 2 Konsumsi atau Pengeluaran

Rumah Tangga

Tinggi (>Rp 5.000.000) 3 Sedang (Rp 1.000.000- Rp

5.0000.000)

2 Rendah (<Rp 1.000.000) 1

3 Keadaan Tempat Tinggal Permanen (11-15) 3

Semi Permanen (6-10) 2

Non Permanen (1-5) 1

4 Fasilitas Tempat Tinggal Lengkap (34-44) 3

Cukup (23-33) 2

Kurang (12-22) 1

5 Kesehatan Anggota Keluarga Bagus (<25%) 3

Cukup (25%-50%) 2

Kurang (>50%) 1

6 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Mudah (16-20) 3

Cukup (11-15) 2

Sulit (6-10) 1

7 Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan

Mudah (7-9) 3

Cukup (5-6) 2

Sulit (3-4) 1

8 Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi

Mudah (7-9) 3

Cukup (5-6) 2

Sulit (3-4) 1

Kriteria untuk masing-masing klasifikasi sebagai berikut: Tingkat kesejahteraan tinggi : nilai skor 20-24.

Tingkat kesejahteraan sedang : nilai skor 14-19. Tingkat kesejahteraan rendah : nilai skor 8-13


(8)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Keadaan Geografis

Luas Kecamatan Hamparan Perak lebih kurang 230,15 Km² (23.015 Hektar) atau 9.21% dari luas Kabupaten Deli Serdang. Terdiri dari 20 Desa 218 Dusun. Wilayah Kecamatan Hamparan Perak berada pada ketinggian 0-15 meter dari permukaan laut, yang berarti merupakan dataran rendah dan sebagiannya berbatasan dengan selat Malaka dan dengan demikian wilayah Kecamatan Hamparan Perak adalah wilayah pantai.

Letak wilayah Kecamatan Hamparan Perak terletak diantara Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Langkat dan Selat Malaka.

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.1

Luas Wilayah Per Kelurahan di Kecamatan Hamparan Perak

No Kelurahan Luas (Km²) %thd luas

Kecamatan

1 Tandam Hulu Dua 3.73 1.70

2 Tandam Hulu Satu 21.75 9.45

3 Paya Bakung 14.44 6,27

4 Klambir Lima Kampung 0.88 0.34

5 Klambir Lima Kebon 22.38 9.8

6 Klumpang Kebon 19.08 8.29

7 Klumpang Kampung 1.05 0.45

8 Sialang Muda 1.05 0.45

9 Bulu Cina 32.26 14.0

10 Tandam Hilir Satu 18.05 7.9

11 Tandam Hilir Dua 8.52 3.8

12 Kota Datar 12.37 5.37

13 Kota Rantang 5.69 2.47


(9)

15 Klambir 3.85 1.7

16 Kampung Selemak 0.61 0.26

17 Hamparan Perak 7.88 3.42

18 Sungai Baharu 7.1 3.08

19 Paluh Manan 16.57 7.19

20 Paluh Kurau 28.44 12.35

Jumlah 230.15 100

Sumber : Badan Pusat Statisik

Dari 20 kelurahan di Kecamatan Hamparan Perak, Kelurahan Bulu Cina memiliki luas wilayah yang terluas yaitu 32.26 km² dengan persentase sebesar 14.0% terhadap luas kecamatan, sedangkan Kelurahan Kampung Selemak mempunyai luas terkecil 0.61 km² dengan persentase sebesar 0.26% terhadap luas kecamatan.

Berdasarkan hasil pendapatan potensi desa 2015, di Kecamatan Hamparan Perak ada sebanyak 37 toko kelontong, 309 kedai sampah, 116 kedai nasi dan minuman, 42 panglong dan 65 kios minyak.

Tabel 4.2

Jumlah Toko Kelontong, Kedai Sampah, Kedai nasi dan Minuman, Panglong dan Kios Minyak

Uraian 2015

Toko Kelontong 37

Kedai Sampah 309

Kedai Nasi dan Minuman 116

Panglong 42

Kios Minyak 65

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan data tabel 4.2, Kecamatan Hamparan Perak masih termasuk kecamatan yang memiliki aktifitas perekonomian yang sederhana

4.2 Gambaran Umum Responden Penelitian 4.2.1 Umur Responden

Umur responden yang terendah adalah 25 tahun dan umur responden yang tertinggi adalah 67 tahun. Berikut tampilan data umur responden.


(10)

Tabel 4.3 Data Umur Responde Tingkat Umur

(Tahun)

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%)

25 – 30 10 20

31 – 40 20 40

42 – 47 11 22

50 – 67 9 18

Jumlah 50 100

Sumber : Data Diolah

Gambar 4.1

Diagram Umur Responden

Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa rentan umur responden antara 31- 40 adalah responden terbanyak, yakni mencapai 40%. Disusul kemudian responden yang berumur 42 – 47 yang berjumlah 22%. Sedangkan umur respoden terkecil adalah pada rentang umur antara 25 – 30 dan 50 – 67 yaitu dengan persentase rata-rata 20% dan 18%.

4.2.2 Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin responden mayoritas berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 36 orang yang berarti mencakup 72% dari total responde. Sedangkan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 14 orang yang berarti mencakup 28% dari total reponden.

40%

22% 20%

18%


(11)

Tabel 4.4

Data Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Jumlah Responden 36 14

Persentase 72% 28%

Sumber : Data Diolah 4.2.3 Jenis Pekerjaan Responden

Dilihat berdasarkan jenis pekerjaan, responden dominan memiliki pekerjaan sebagai buruh/tukang, dan minoritas memiliki profesi profesional yaitu pengacara. Responden sebagai buruh/tukang 13 orang yaitu sebesar 26% dari total responden. Setelah buruh/tukang diikuti pekerjaan sebagai pedagang sebanyak 11 orang, pegawai swasta 10 orang, selanjutnya petani yaitu sebanyak 6 orang, sedangkan paling sedikit pekerjaan responden sebagai profesional yaitu pengacara sebanyak 1 orang yang berarti memiliki persentase 2% dari total responden.

Tabel 4.5

Data Pekerjaan Responden

No Jenis Pekerjaan

Jumlah Responden

(Orang)

Persentase (%)

1 Buruh/Tukang 13 26

2 Pedagang 11 22

3 Pegawai Swasta 10 20

4 Petani 6 12

5 PNS 5 10

6 Pengusaha 4 8

7 Profesional (Pengacara,dokter) 1 2

Jumlah 50 100


(12)

Gambar4.2

Diagram Pekerjaan Responden 4.2.4 Pendidikan Responden

Dilihat berdasarkan pendidikan, seluruh responden mengenyam dan menamatkan pendidikan formal. Namun dari jumlah, responden yang menamatkan jenjang pendidikan SMA merupakan yang terbanyak yakni mencapai 29 responden dengan persentase 58% disusul kemudian dengan responden yang menamatkan jenjang pendidikan sarjana muda/d3 lebih tinggi yakni 18%. Selanjutnya responden yang tidak bersekolah memiliki tingkat persentase 12%.

Tabel 4.6

Data Pendidikan Responden

No Pendidikan Terakhir

Jumlah Responden

(orang) Persentase (%)

1 Tidak Bersekolah 1 2

2 Tamat SD 6 12

3 Tamat SMP 5 10

4 Tamat SMA 29 58

5 Sarjana Muda/D3/Sarjana 9 18

Jumlah 50 100

Sumber : Data Diolah

26% 22%

20% 12%

10% 8%

Buruh/Tukang Pedagang Pegawai Swasta Petani PNS Pengusaha


(13)

Gambar 4.3

Diagram Pendidikan Responden

4.3 Kondisi Pendapatan dan Pengeluaranr Rumah Tangga Responden 4.3.1 Sumber dan Besarnya Pendapatannya

Sumber pendapatan adalah perolehan pendapatan yang digunakan para responden untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau kehidupannya. Sumber pendapatan dalam penelitian ini sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat yaitu terdiri dari responden yang bersumber pendapatan dari jenis pekerjaan sebagai petani, pedagang, PNS/pensiunan,pengusaha,dan buruh.

Berdasarkan hasil penelitian diperlihatkan bahwa kondisi pendapatan yang diterima berdasarkan jenis pekerjaan responden, yaitu dominan sebagai buruh/tukang sebanyak 13 orang dengan total pendapatan yaitu Rp 16.500.000,- setiap bulan dengan rata-rata pendapatan Rp 1.270.000,- setiap bulan, pedagang sebanyak 11 orang dengan total pendapatan Rp 35.000.000,- setiap bulan dan rata-rata pendapatan Rp 3.200.000,- setiap bulan. Diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 10 orang dengan total pendapatan Rp 28.500,000,-

tidak bersekolah

2%

tamat SD 12%

tamat SMP 10%

tamat SMA 58% sarjana muda


(14)

setiap bulan rata-rata pendapatan sebesar Rp 2.850.000,- setiap bulan. Sedangkan jenis pekerjaan sebagai profesional (pengacara) hanya terdapat satu responden dengan tingkat pendapatan sebesar Rp 5.000.000,- perbulan. Secara rinci, berikut tampilan tabel jumlah rata-rata pendapatan responden bersadarkan jenis pekerjaan.

Tebel 4.7

Jumlah Rata-rata Pendapatan Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan (Perbulan)

No Jenis Pekerjaan

Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Jumlah Pendapatan (Rp) Rata-rata Pendapatan (Rp)

1 Buruh/Tukang 13 26 16.500.000 1.270.000

2 Pedagang 11 22 35.000.000 3.200.000

3 Pegawai Swasta 10 20 28.500.000 2.850.000

4 Petani 6 12 8.750.000 1.460.000

5 PNS 5 10 24.000.000 4.800.000

6 Pengusaha 4 8 13.000.000 3.250.000

7 Profesional (Pengacara,dokter)

1 2 5.000.000 5.000.000

Jumlah 50 100 130.750.000 21.830.000

Sumber : Data Diolah

4.3.2 Pengeluaran Responden ( Rumah Tangga)

Pengeluaran rumah tangga adalah biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi dua kelompok yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan (perumahan, aneka barang dan jasa, pendidikan, kesehatan, pakaian, transportasi, pajak dan asuransi dan keperluan untuk pesta/upacara).

Konsumsi tersebut tanpa memperhatikan asal barang (membeli atau hasil sendiri atau pemberian) dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak temasuk konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha rumah tangga atau diberikan kepada pihak lain.


(15)

Penghasilan sebuah rumah tangga sebagian besar dibelanjakan untuk memenuhi segala macam kebutuhan rumah tangga. Dalam ilmu ekonomi disebut dibelanjakan untuk konsumsi. Konsumsi ini tidak hanya makanan saja melainkan mencakup semua barang dan jasa yang dibutuhkan untuk hidup. Pengeluaran setiap keluarga atau rumah tangga tidakla sama besarnya. Keluarga yang satu berbeda dengan yang lain. Demikian juga pengeluaran setahun yang lalu tentulah tidak sama dengan pengeluaran keluarga sekarang. Karena kebutuhan keluarga bisa meningkat dari tahun ke tahun.

Besar kecilnya jumlah pengeluaran keluarga tergantung pada banyak faktor seperti berikut ini :

a. Besarnya jumlah penghasilan keluarga b. Banyaknya anggota keluarga dan umurnya c. Tingkat harga barang dan jasa kebutuhan hidup

d. Status sosial keluarga yang bersangkutan termasuk didalamnya tingkat pendidikan

e. Lingkungan sosial sebuah kelurga (tinggal di kota atau desa, kota kecil atau kota besar)

f. Cara-cara mengelola keuangan keluarga atau rumah tangga

Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Hamparan Perak, tidak ditemukan tingkat pengeluaran responden yang melebihi tingakat pendapatannya, dan untuk tingkat pengahasilan responden yang sama dengan tingkat pendapatannya dalam sebulan juga tidak ditemukan, sedangkan sebanyak 50


(16)

rumah tangga atau sebesar 100% responden memiliki tingkat pengeluaran yang lebih kecil dari tingkat pendapatanny.

4.4 Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Menggunakan Indeks Gini dan Kuva Lorenz

Tingginya tingkat pendapatan suatu wilayah belum tentu mencerminkan meratanya distribusi pendapata. Kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat tidak selalu merata. Ketidakmerataan pendapatan timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi terutama kepemilikan kepemilikan barang modal (capital stock). Pihak (kelompok masyarakat) yang memiliki faktor produksi yang lebih banyak akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak pula. Tidak meratanya distribusi pendapatan akan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya kemiskinan.

Secara makro, keadaan pertumbuhan ekonomi Kecamatan Hamparan Perak mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Namun terjadinya peningkatan PDRB dan pertumbuhan ekonomi Kecamatan Hamparan Perak belum tentu sejalan dengan terjadiya peningkatan pendapatan masyarakat secara spesifik. Pendapatan memang indikator yang menjadi dasar dalam menggambarkan tingkat kesejahteraan dalam masyarakat suatu wilayah. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa ada keadaan dimana secara makro kondisi pertumbuhan ekonomi wilayah berada pada keadaan yang normal/baik, namun tingkat pendapatan masyarakatnya masih berada dibawah rata-rata. Hal ini dikarenakan banyaknya ditemukan tingkat pendapatan di dalam masyarakat yang nilainya berbeda secara signitifikan. Oleh


(17)

karena itu, merupakan hal yang menarik untuk dibahas mengenai keadaan perbedaan dan ketimpangan pendapatan masyarakat di wilayah Kecamatan Hamparan Perak melalui analisis tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kecamatan Hamparan Perak.

Indeks (koefisien) Gini adalah parameter yang digunakan untuk mengukur ketimpangan distribusi pendapatan. Adapun kriteria klasifikasi penggunaan Indeks Gini (Gini Ratio) menurut H.T. Oshima dalam Suseno (1990) adalah sebagai berikut :

a. Bila koefisien Gini lebih kecil dari 0,30 : ketimpangan rendah (ringan) b. Bila koefisien Gini berkisar antara 0,31 – 0,40 : ketimpangan sedang c. Bila koefisien lebih besar dari 0,40 : ketimpangan tinggi

Rumus angka Gini Ratio (Indeks Gini) adalah sebagai berikut :

dengan :

G = Gini Ratio

Pi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i Qi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i Qi-1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i-1 K = Banyaknya kelas pendapatan

Berdasarkan rumus diatas maka perhitungan Gini Ratio terhadap distribusi pendapatan masyarakat Kecamatan Hamparan perak adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8

Data Perhitungan Ketimpangan Pendapatan Menurut Gini Ratio

No Pendapatan Qi %Qi + QI-1 Pi %Pi – Pi-1 (Pi – Pi-1)(Qi – Qi-1)

1 2 3 4 5

500.000 750.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000


(18)

6 7 8 9 10 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000

7.0745697 0.103250477 20 0,1 0.010325047

11 12 13 14 15 1.000.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000

12.4282981 0.195028678 30 0.1 0.019502867

16 17 18 19 20 1.500.000 1.500.000 1.500.000 2.000.000 2.000.000

18.9292541 0.313575522 40 0.1 0.031357552

21 22 23 24 25 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

26.5774376 0.455066917 50 0.1 0.045506691

26 27 28 29 30 2.000.000 2.000.000 2.000.000 3.000.000 3.000.000

35.7552578 0.623326954 60 0.1 0.062326954

31 32 33 34 35 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

47.2275331 0.829827909 70 0.1 0.08298279

36 37 38 39 40 3.000.000 3.000.000 4.000.000 4.000.000 5.000.000

61.7590818 1.089866149 80 0.1 0.108986614

41 42 43 44 45 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000

80.8795406 1.426386224 90 0.1 0.142638622

46 47 48 49 50 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000 5.000.000

100 1.8087954 100 0.1 0.18087954

130.750.000 1 0.6877565

Sumber : Data Diolah


(19)

Maka,

Gini Ratio = 1 – 0,687750 Gini Ratio = 0,31225

Berdasarkan hasil perhitungan di atas angka Gini di Kecamatan Hamparan perak adalah 0,31225. Ini berarti bahwa ketimpangan distribusi pendapatan di Kecamatan Hamparan Perak termasuk kedalam kategori ketimpangan sedang. 4.5 Analisis Dengan Menggunakan Kurva Lorenz

Gini Ratio menggunakan Kurva Lorenz sebagai penunjang dalam estimasi. Kurva Lorenz menghubungkan antara jumlah persentase kumulatif penduduk dengan pendapatanb yang diterima oleh penduduk. Jumlah dari persentase kumulatif penduduk dan pendapatan diurutkan dari nilai yang terendah sampai dengan yang tertinggi.

Pada kurva Lorenz distribusi pendapatan itu merata apabila 10% penduduk memperoleh 10% dari total pendapatan dan setererusnya. Jika distribusi pendapatan merata, maka jumlah persentase penduduk akan sama dengan persentase yang mereka terima. Pada kurva Lorenz keadaan seperti ini digambarkan pada garis diagonal dari sudut sebelah kiri ke sudut sebelah kanan bujursangkar tersebut (garis dengan sudut 45º). Pada keadaan ini Gini Ratio sama dengan nol, sebaliknya apabila distribusi pendapatan tidak merata maka kurva Lorenz akan menyimpang dari garis diagonal atau dengan kata lain semakin jauh kurva Lorenz dari garis diagonal maka semakin besar tingkat ketimpangan pada daerah itu.


(20)

Berdasarkan nilai Gini Ratio di Kecamatan Hamparan perak 0,31225 maka dapat digambarkan kurva Lorenz sebagai berikut :

Sumber : Data Diolah

Gambar 4.4

Kurva Lorenz Kecamatan Hamparan Perak

Kurva Lorenz yang ditunjukkan pada gambar 4.4 di atas memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara persentase kumulatif masyarakat sampel dengan persentase kumulatif pendapatan yang diterima masyarakat sampel. Dari kurva lorenz dapat diketahui bahwa sekitar 20% dari jumlah masyarakat sampel yang memiliki pendapatan terendah hanya menerima 7,08% dari keseluruhan total pendapatan masyarakat. Selanjutnya 40% dari jumlah masyarakat sampel yang juga memiliki pendapatan terendah menerima 18.00% bagian dari keseluruhan total pendapatan masyarakat.

4.6 Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat 0 3,25

7,08 12,42 18,00 26,57 35,75 47,22 61,75 80,87 100 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

% k u m u la ti f p e n d a p a ta n

% kumulatif penerima pendapatan (sampel) Garis


(21)

Dalam menganalis tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Hamparan Perak, peneliti menggunakan indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2005), yang terdiri dari 8 indikator yaitu :

1. Tingkat Pendapatan

2. Tingkat Konsumsi atau pengeluaran keluarga 3. Keadaan tempat tinggal

4. Fasilitas tempat tinggal 5. Kesehata anggota keluarga

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan 7. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan 8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

4.6.1 Tingkat Pendidikan

Pendapatan adalah semua penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhn. Pendapatan tersebut dapat berupa pendapatan tetap dan pendapatan sampingan. Sumber dari pendapatan masing-masing rumah tangga pun berbeda-beda tergantung pada jenis pekerjaan, ataupun kemampuan untuk mengelolah faktor-faktor produksi yang mereka miliki.

Untuk menentukan tingkat pendapatan responden (rumah tangga) setiap bulannya, tingkat pendapatan diklasifikasikan menjadi tiga kriteria dan diberikan skor masing-masing kriteria yaitu :

Tabel 4.9

Kriteria dan Skor Tingkat Pendapatan

Kriteria Ti ngkat Pendapatan Skor

Rendah < Rp. 5.000.000 1

Sedang Rp. 5.000.000,- s/d Rp. 10.000.000 2 Tinggi > Rp 10.000.000.000 3


(22)

Sumber : BPS 2005

Mengacu pada tabel kriteria dan skor tingkat pendapatan di atas maka diperoleh data hasil tingkat pendapatan 50 responden (rumah tangga) di Kecamatan Hamparan Perak yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.10

Kriteria dan Tingkat Pendapatan 50 responden (Rumah Tangga)

Kriteria Tingkat Pendapatan Skor Jumlah Responde

(Rumah Tangga)

Persentase (%)

Rendah < Rp. 5.000.000 1 39 78

Sedang Rp. 5.000.001,- Rp 10.000.000 2 11 22

Tinggi > Rp. 10.000.000 3 - -

Total 50 100.00

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil di atas, terdapat 39 responden (rumah tangga) yang memiliki tingkat pendapatan rendah yaitu di bawah Rp. 5.000.000,- setiap bulannya. Hal ini dikarenakan mayoritas masyarakat Hamparan Perak bermata pencaharian sebagai buruh/tukang, pedagang dan pegawai swasta. Sedangkan untuk kategori pendapatan sedang Rp. 5.000.001,- Rp 10.000.000 ada 11 responden (rumah tangga) setiap bulannya.

4.6.2 Tingkat Konsumsi atau Pengeluaran Rumah Tangga

Besar kecilnya tingkat konsumsi atau pengeluaran akan sangat dipengaruhi oleh jumlah pendapatan rumah tangga yang dihasilkan. Pada umumnya jumlah pengeluaran digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mulai dari konsumsi makanan dan bukan makanan (perumahan, aneka barang dan jasa, pendidikan, kesehatan, pakaian, transportasi, pajak dan asuransi dan keperluan untuk pesta/upacara). Pada umumnya tingkat pengeluaran/konsumsi akan berada di bawah atau sama dengan tingkat pendapatan yang di peroleh, hal ini


(23)

dikarenakan oleh pola pikir responden untuk melakukan saving (menabung) untuk hal – hal lain (modal, berjaga – jaga, dll).

Sama seperti tingkat pendapatan, tingkat konsumsi atau pengeluaran rumah tangga diklasifikasikan menjadi 3 kategori dan diberikan skor untuk masing – masing kategori, ,hanya saja terdapat perbedaan dalam penentuan nominal untuk masing – masing kategori.

Tabel 4.11

Kriteria dan Skor Tingkat Konsumsi /pengeluaran

Sumber : BPS 2005

Tabel 4.12

Tingkat Konsumsi / Pengeluaran 50 Responden (Rumah Tangga)

Kriteria Tingkat Pendapatan Skor Jumlah Responde

(Rumah Tangga)

Persentase (%)

Rendah < Rp. 1.000.000 1 31 62

Sedang Rp. 1.000.001,- s/d Rp. 5.000.000 2 19 38

Tinggi < Rp. 5.000.000 3 - -

Total 50 100.00

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan Tabel 4.12, mayoritas responden (rumah tangga) berada pada kategori tingkat pengeluaran rendah yaitu berada pada < Rp. 1.000.000 dalam sebulan dengan jumlah responden sebanyak 31 orang atau berkisar 62% dari total responden. Pada urutan selanjutnya berada pada kategori pengeluaran sedang Rp. 1.000.001,- s/d Rp. 5.000.000 dengan jumlah responden sebanyak 19 orang atau berkisar 38% dari total respoden.

Kriteria Tingkat Konsumsi / Pengeluaran Skor

Rendah < Rp. 1.000.000 1

Sedang Rp. 1.000.001,- s/d Rp. 5.000.000 2


(24)

4.6.3. Keadaan Teampat Tinggal

Maksud dari keadaan tempat tinggal adalah bagaimana kondisi rumah sebagai tempat tinggal responden sehari – hari apakah dalam kondisi yang layak untuk ditempati, baik dari segi perlindungan maupun dari segi kesehatan. Sehingga menurut BPS (2005) terdapat 5 kriteria kondisi tempat tinggal yang dapat dinilai guna mengukur tingkat kesejahteraan responden (rumah tangga), yaitu :

1. Jenis lantai rumah 2. Jenis dinding rumah 3. Jenis atap rumah 4. Luas lantai rumah

5. Status kepemilikan rumah

Setiap kriteria akan dibagi lagi menjadi 3 pilihan/opsi sehingga melalui 3 pilihan itulah nanti akan diberikan skor 1, 2, atau 3. Dengan demikian jika ditotalkan kelima kriteria maka akan diperoleh maksimum total skor sebesar 15 dan minimum total skor sebesar 5. Setelah itu skor diperoleh, maka akan dapat disimpulkan bagaimana keadaan tempat tinggal respnden (rumah tangga) dengan tolak ukur sebagai berikut :

1. Non – permanen : 1 – 5 2. Semi – permanen : 6 – 10 3. Permanen : 11 – 15


(25)

Tabel 4.13

Keadaan Tempat Tinggal 50 Responden (Rumah Tangga)

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil pengukuran skor untuk kriteria keadaan tempat tinggal maka dapat disimpulkan bahwa keadaan tempat tinggal responden (rumah tangga) di Kecamatan Hamparan Perak dominan berada pada kondisi yang cukup layak dan bersifat permanen dengan jumlah responden (rumah tangga) sebanyak 40 dan sebesar 80% dari total responden. Sedangkan sisanya sebanyak 10 responden (rumah tangga) berada pada kategori keadaan tempat tinggal yang bersifat semi pemanen. Hal ini disebabkan karena masih didapati keadaan rumah yang dindingnya berbahan dari kayu.

4.6.4 Fasilitas Tempat Tinggal

Fasilitas tempat tinggal yang dimaksud ialah fasilitas – fasilitas dasar dan utama yang dibutuhkan manusia untuk hidup dan untuk menjalankan berbagai aktivitas dengan baik. Semakin baik kualitas dari fasilitas tempat tinggal manusia maka akan semakin baik pula tingkat kesejahteraannya. Oleh sebab itu, menurut indikator keluarga sejahtera BPS tahun 2005, fasilitas tempat tinggal dapat dinilai dari 15 item yaitu :

1. Akses jalan

2. Tempat pembuangan sampah Kriteria Skor

Jumlah Responde (Rumah Tangga)

Persentase (%)

Non Permanen 1 – 5 - -

Semi Permanen 6 – 10 10 20


(26)

3. Alat penerangan 4. Sumber air bersih 5. Keadaan ruangan

6. Bahan bakar untuk memasak 7. Kendaraan yang dimiliki 8. Fasilitas air minum 9. Alat elektronik 10.Pekarangan

11.Fasilitas kamar mandi 12.Jenis pagar

13.Fasilitas dapur 14.Jenis plafon

15.Perabotan rumah tangga

Cara menentukan skor setiap item sama dengan penentuan skor pada indikator sebelumnya (indikator keadaan tempat tinggal). Dengan demikian, setelah diperoleh total skor dari keseluruhan item, dapat disimpulkan tingkat kualitas dan kuantitas fasilitas tempat tinggal berdasarkan tolak ukur sebagai berikut :

1. Kurang : 12 – 22 2. Cukup : 23 – 33 3. Lengkap : 34 – 44


(27)

Tabel 4.14

Indikator Fasilitas Tempat Tinggal 50 Responden (Rumah Tangga)

Sumber : Data Diolah

Dari tabel 4.14 di atas, dapat disimpulkan bahwa 64% dari total responden telah memiliki fasilitas tempat tinggal yang termasuk dalam kategori cukup, setelah itu sebesar 36% masuk kedalam kategori fasilitas tempat tinggal yang lengkap. Melihat hasil tersebut, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat Kecamatan Hamparan Perak memiliki kesejahteraan yang baik berdasarkan indikator fasilitas tempat tinggal.

4.6.5 Kesehatan Anggota Keluarga

Kesehatan merupakan dasar bagi setiap anggota keluarga untuk dapat beraktivitas. Anggota keluarga yang sehat fisik dan mental akan lebih produktif untuk melakukan setiap aktivitas mereka dan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi lagi.

Kesehatan anggota keluarga merupakan salah satu indikator keluarga sejahtera, dalam hal ini dimasukkan ialah dengan melihat perbandingan anatara jumlah anggota keluarga yang sakit (kurang / tidak sehat) terhadap total jumlah anggota keluarga. Sehingga yang menjadi tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan anggota keluarga yaitu :

1. Kurang : Perbandingan antara jumlah anggota keluarga yang sakit terhadap total jumlah anggota keluarga berada di atas 50% ( > 50%).

Kriteria Skor

Jumlah Responde (Rumah Tangga)

Persentase (%)

Kurang 12 – 22 - -

Cukup 23 – 33 32 64


(28)

2. Cukup : Perbandingan antara jumlah anggota keluarga yang sakit terhadap total jumlah anggota keluarga berada diantara 25% - 50% 3. Bagus : Perbandingan antara jumlah anggota keluarga yang sakit

terhadap total jumlah anggota keluarga berada dibawah 25% ( < 25%). Tabel 4.15

Tingkat Kesehatan Anggota Keluarga Responden

Sumber : Data Diolah

Melalui data yang dihasilkan menunjukkan bahwa tingkat kesehatan anggota keluarga responden telah berada pada kategori yang bagus dengan persentase 56% dari total responden, selanjutnya terdapat 21 responden yang tingkat kesehatan anggota keluarganya berada pada kategori cukup, dan sisanya sebanyak 1 responden memiliki tingkat kesehatan yang kurang. Kesehatan anggota keluarga yang kurang baik dimungkinkan disebabkan oleh beberapa hal seperti faktor umum, lingkungan yang tidak bersih, cuaca, ataupun pengolahan sumber pangan yang kurang baik untuk dikonsumsi.

4.6.6 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu sarana yang harus tersedia di setiap wilayah daerah karena bertujuan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan, pencegahan, dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan masyarakat.

Kriteria Skor

Jumlah Responde (Rumah Tangga)

Persentase (%)

Bagus < 25% 28 56

Cukup 25% - 50% 21 42


(29)

Menurut BPS 2005, tolak ukur yang menjadi penilain untuk melihat kemudahan masyarakat untuk mendapat pelayanan kesehatan sebagai salah satu indikator keluarga sejahtera terdiri atas :

1. Jarak ke pelayanan kesehatan terdekat 2. Jarak ke toko obat

3. Penanganan obat – obatan 4. Harga obat – obatan 5. Biaya penanganan pasien

6. Ketersediaan tenaga medis (bidan/dokter) 7. Kelengkapan peralatan

Setelah diberikan skor pada setiap item di atas maka jumlah skor akan dikelompokkan dan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

1. Sulit : 6 – 10 2. Cukup : 11 – 15 3. Mudah : 16 – 20

Tabel 4.16

Data Tingkat Kemudahan Responden Untuk Memperoleh Pelayan Kesehatan

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa kemudahan responden untuk memperoleh pelayanan kesehatan berada pada kategori cukup dengan persentase

Kriteria Skor

Jumlah Responde (Rumah Tangga)

Persentase (%)

Mudah 16 – 20 12 24

Cukup 11 – 15 30 60


(30)

responden sebesar 60% , sebanyak 24% berada pada kategori mudah dan sisanya sebesar 16% responden berada pada kategori sulit untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

Perbedaan tingkat kemudahan respoden dalam dalam mendapatkan pelayanan kesehatan ini disebabkan karena fasilitas kesehatan di Kecamatan Hamparan perak masih terbilang sedikit dan belum merata tersebar di setiap desanya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan Hamparan Perak dalam angka 2014 tercatat bahwa terdapat 86 fasilitas kesehatan, dengan tenaga kesehatan sebanyak 65 orang. Adapun rincian dari fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan di Kecamatan Hamparan Perak dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.17

Data Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kerja Kesehatan di Kecamatan Hamparan Perak

Fasilitas Kesehatan

Puskesmas Pustu RSB Poliklinik Dukun Bayi Para Medis

2 5 6 23 50 65

Sumber : Kecamatan Hamparan Perak dalam angka 2014 4.6.7 Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan

Pendidikan memiliki peranan yang amat penting dalam penentuan perkembangan potensi manusia secara maksimal. Melalui pendidikan, masyarakat memiliki kesempatan untuk menggali potensinya demi memperoleh kehidupan yang lebih layak. Dengan terbentuknya masyarakat yang berpendidikan, maka kemungkinan besar akan terjadi peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam mengelola kehidupan mereka masing – masing.


(31)

Dalam konteks ini, salah satu indikator keluarga sejahtera menurut BPS 2005 dapat dilihat dari kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan yang akan diukur melalui beberapa indikator berikut :

1. Biaya sekolah 2. Jarak ke sekolah

3. Proses penerimaan masuk

Setelah diberikan skor pada setiap item di atas maka jumlah skor akan dikelompokkan dan dibagi menjadi 3 kategori, yaiu :

1. Sulit : 3 – 4 2. Cukup : 5 – 6 3. Mudah : 7 – 9

Tabel 4.18

Data Tingkat Kemudahan Responden Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan data tersebut menunjukkan tingkat kemudahan responden memasukkan anak ke jenjang pendidikan di Kecamatan Hamparan Perak sebesar 31 responden atau sebesar 62% berada pada kategori cukup, selanjutnya terdapat 15 responden atau sebesar 30% berada pada kategori mudah , dan sisanya sebanyak 4 responden atau sebesar 8% pada kategori sulit dalam memasukkan anak kejenjang pendidikan. Beberapa hal yang menyebabkan perbedaan tingkat

Kriteria Skor

Jumlah Responde (Rumah Tangga)

Persentase (%)

Mudah 7 – 9 15 30

Cukup 5 – 6 31 62


(32)

kemudahan responden dalam memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan yakni seperti, biaya sekolah yang mahal tidak sebanding dengan pengahasilan yang diterima responden setiap bulannya, jauhnya jarak antara rumah responden menuju sekolah, juga proses penerimaan masuk ke berapa sekolah yang cukup sulit

4.6.8 Kemudahan Memperoleh Fasilitas Transportasi

Transportasi adalah kegiatan pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan suatu alat bantu kendaraan, baik umum maupun pribadi dengan menggunakan mesin atau tidak menggunakan mesin. Kemajuan transportasi anak membawa peningkatan pada mobilitas masusia dan mobilitas faktor – faktor produksi. Transportasi dapat memajukan kesejateraan masyarakat, menciptakan dan meningkatkan tingkat aksebilitas anatara satu daerah ke daerah lainnya. Dengan adanya transportasi yang baik maka memudahkan terjadinya interkasi anatar penduduk lokal dengan daerah luar.

Kemudahan mendapatkan responden fasilitas dapat dinilai dari tiga indikator menurut Indikator Keluarga Sejahtera, yaitu :

1. Jarak ke jalan raya

2. Ketersediaan kendaraan umum 3. Ongkos kendaraan

Untuk data kemudahan responden dalam memperoleh fasilitas transportasi dapat dilihat dalam tabel berikut.


(33)

Tabel 4.19

Data Tingkat Kemudahan Responden Untuk Memperoleh Fasilitas Transportasi

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan data di atas menunjukkan lebih dari setengah total responden 66% tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh transportasi, selanjutnya sebanyak 15 responden berada pada kategori cukup, dan sisanya sebanyak 4% pada ketegori yang sulit dalam memperoleh fasilitas transportasi. Perbedaan yang diperoleh dalam setiap kategori pada tingkat kemudahan responden memperoleh fasilitas yakni karena jarak desa tempat tinggal responden masih tergolong jauh dari jalan raya, sehingga kesulitas untuk memperoleh kendaraan umum dan ongkos yang dikeluarkan pun akan menjadi mahal, selain itu kemampuan dan jumlah kendaraan umum untuk menjangkau seluruh desa masih kurang / jarang.

Setelah menganalisis kedelapan indikator keluarga sejahtera di atas, maka selanjutnya jumlah skor masing – masing responden pada kedelapan indikator akan ditotalkan, kemudian total skor dari kedelapan indikator tadi akan dikelompokkan menjadi 3 kategori guna menentukan tingkat kesejahteraan responden. Adapun ketiga kategori tersebut, yakni :

1. Tingkat kesejahteraan tinggi : 20 – 24 2. Tingkat kesejahteraan sedang : 14 – 19 3. Tingkat kesejahteraan rendah : 8 – 13

Kriteria Skor

Jumlah Responde (Rumah Tangga)

Persentase (%)

Mudah 7 – 9 33 66

Cukup 5 – 6 15 30


(34)

Untuk mengetahui skor masing – masing responden pada kedelapan indikator tingkat kesejahteraannya dapat dilihat melalui tabel rekapitulasi berikut.

Tabel 4.20

Rekapitulasi Tanggapan Responden Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik

No Responden

Skor

Jumlah Kriteria

A B C D E F G H

1 1 1 3 2 3 2 2 2 16 Sedang

2 1 1 3 2 3 2 2 2 16 Sedang

3 2 2 3 3 3 2 1 2 18 Sedang

4 2 2 3 3 3 2 1 2 18 Sedang

5 1 1 3 2 2 2 2 2 15 Sedang

6 2 3 3 3 3 2 2 2 20 Tinggi

7 2 2 3 2 3 2 2 2 18 Sedang

8 3 2 3 2 3 2 3 3 21 Tinggi

9 1 1 3 2 2 2 1 2 14 Sedang

10 1 2 3 2 2 2 2 2 16 Sedang

11 2 3 3 3 3 2 2 2 20 Sedang

12 2 1 3 2 2 2 2 2 16 Sedang

13 1 1 3 2 3 2 2 2 16 Sedang

14 2 1 3 2 2 2 2 2 16 Sedang

15 2 1 3 2 2 2 2 2 16 Sedang

16 1 2 3 2 3 2 2 2 17 Sedang

17 1 2 3 2 3 2 2 2 18 Sedang

18 1 1 3 2 3 2 3 2 17 Sedang

19 2 2 3 2 2 2 2 2 17 Sedang

20 2 2 3 2 2 2 2 2 17 Sedang

21 1 2 3 1 2 2 2 2 15 Sedang

22 2 2 3 2 2 2 2 3 18 Sedang

23 1 2 3 2 3 2 2 3 18 Sedang

24 2 2 3 2 3 2 2 2 18 Sedang

25 1 2 3 2 3 2 2 2 17 Sedang

26 1 1 3 1 2 2 2 2 14 Sedang

27 3 1 3 2 3 2 2 3 19 Sedang

28 2 2 2 2 3 2 2 3 18 Sedang

29 2 1 2 1 1 2 2 2 13 Rendah

30 1 2 2 2 2 2 2 1 14 Sedang

31 2 2 3 2 3 2 3 2 19 Sedang


(35)

33 1 2 3 2 3 2 2 2 17 Sedang

34 2 2 3 2 2 2 2 2 17 Sedang

35 3 3 3 3 2 2 2 2 20 Tinggi

36 1 1 2 1 2 2 2 2 13 Rendah

37 1 1 2 2 2 2 3 2 15 Sedang

38 1 1 1 1 3 2 2 2 13 Rendah

39 1 1 2 2 3 2 2 2 15 Sedang

40 1 1 3 2 3 2 3 2 17 Sedang

41 2 2 3 2 3 2 2 2 18 Sedang

42 2 2 3 2 3 2 1 2 17 Sedang

43 1 1 3 2 3 2 2 2 16 Sedang

44 2 1 3 2 2 2 3 2 17 Sedang

45 1 1 3 2 3 2 3 2 17 Sedang

46 1 1 2 1 2 2 2 2 13 Rendah

47 2 2 2 2 3 2 2 2 17 Sedang

48 2 1 3 2 3 2 2 2 17 Sedang

49 1 1 2 2 3 2 2 2 15 Sedang

50 1 1 2 2 2 2 2 2 14 Sedang

Sumber: Data Primer (Diolah) Keterangan :

A : Pendapatan

B : Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga C : Keadaan tempat tinggal

D : Fasilitas tempat tinggal E : Kesehatan anggota keluarga

F : Kemudahan mendapatkan fasilitas kesehatan

G : Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan H : Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

Berdasarkan hasil rekapitulasi tanggapan responden di atas, maka tingkat kesejateraan sampel rumah tangga di Kecamatan Hamparan Perak dapat dikategorikan sebagai berikut :


(36)

Tabel 4.21

Data Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Hamparan Perak

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan data tingkat kesejahteraan di atas diketahui bahwa mayoritas responden (rumah tangga) berada pada kategori tingkat kesejahteraan sedang yaitu 43 jiwa dengan tingkat persentase 86% dari total responden. Selanjutnya, sebanyak 4 responden berada pada pada kategori tingkat kesejahteraan rendah dan sisanya sebanyak 3 responden pada kategori tingkat kesejahteraan tinggi.

Berdasarkan ketiga indikator yang digunakan tersebut maka secara umum diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Kecamatan Hamparan Perak tergolong dalam keluarga yang taraf hidup sudah sejahtera.

Kategori Skor

Jumlah Responde (Rumah Tangga)

Persentase (%) Tingkat kesejahteraan

tinggi

20 – 24 3 6

Tingkat kesejahteraan sedang

14 – 19 43 86

Tingkat kesejahteraan rendah


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Hamparan Perak guna mengetahui tingkat ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya telah dianalisis dan dibahas, sehingga dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :

a. Berdasarkan pada indikator keluarga sejahtera menurut PBS 2005, tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan Hamparan Perak mayoritas berada pada kategori tingkat kesejahteraan sedang, yaitu dengan jumlah responden sebanyak 43 jiwa (rumah tangga) dan dengan tingkat perentase sebesar 86% dari total responden. Selanjutya, sebanyak 4 responden berada pada pada kategori tingkat kesejahteraan rendah dan sisanya sebanyak 3 responden pada kategori tingkat kesejahteraan tinggi. Berdasarkan ketiga indikator yang digunakan tersebut maka secara umum diketahui bahwa sebagian besar masyarakat Kecamatan Hamparan Perak tergolong dalam keluarga yang taraf hidup sudah sejahtera.

b. Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat Kecamatan Hamparan Perak berada pada kategori ketimpangan sedang yaitu dengan perolehan angka sebesar 0,31225 yang dianalisis melalui perhitungan Indeks Gini. Ketimpangan yang terjadi di Kecamatan Hamparan Perak disebabkan karena pola perkembangan lahan kosong yang tidak dimanfaatkan secara optimal serta kurangnya penerapan teknologi dan pendidikan untuk masyarakat.


(38)

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka beberapa saran yang diberikan penulis adalah:

a. Diharapkan kepada pemerintah agar perumusan kebijakan untuk mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengurangi, mencegah ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat di wilayah ini.

b. Kebijakan program pada target sasaran masyarakat lapisan bawah yang mungkin dapat dipertimbangkan dalam jangka pendek.

c. Pemerintah dapat menambah pusat perdagangan di Kecamatan Hamparan Perak agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

d. Pemerintahan lebih memperhatikan dan meninjau kembali keberadaan fasilitas insfratruktur fisik maupun sosial seperti akses jalan, pendidikan, ataupun kesehatan sehingga dapat melakukan perbaikan fasilitas ataupun penambahan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(39)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Kuznet dalam todaro (2003:99) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas ditentukan oleh kemajuan atau penysuaian teknologi, institusional, dan ideologi terhadap tuntutan yang ada. Kuznet dalam pressman (2000:77) juga menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan perpaduan efek dari produktifitas yang tinggi dan populasi yang besar. Dari kedua faktor ini pertumbuhan produktifitas jelas lebih penting, karena seperti yang ditunjukkan oleh Adam Smith, pertumbuhan produktifitas inilah yang menghasilkan peningkatan dalam standart kehidupan. Kuznet sangat menekankan pada perubahan dan inovasi teknologi sebagai cara meningkatkan pertumbuhan produktifitas terkait dengan redistribusi tenaga kerja dari sektor yang kurang produktif yaitu pertanian kesektor yang lebih produktif yaitu industri manufaktur.

Todaro (2003:92) menyampaikan ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap negara. Ketiga faktor tersebut adalah :

1. Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia.


(40)

2. Pertumbuhan penduduk, yang pada hakikatnya akan memperbanyak jumlah angkatan kerja

3. Kemajuan teknologi, berupa cara baru atau perbaikan cara-cara lama dalam menangani peekrjaan-pekerjaan

Pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi secara terus menerus tetapi mengalami keadaan dimana adakalanya berkembang dan pada ketika lain mengalami kemunduran. Konjungtur tersebut disebabkan oleh kegiatan para pengusaha melakukan inovasi atau pembaharuan dalam kegiatan mereka menghasilkan barang dan jasa. Untuk mewujudkan inovasi yang seperti ini investasi akan dilakukan. Proses multiplier yang ditimbulkannya akan menyebabkan peningkatan lebih lanjut dalam kegiatan ekonomi dan perekonomian mengalami pertumbuhan yang lebih pesat (Schumpeter 2000:155).

2.2 Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan adalah mencerminkan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan atau suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy,1999). Distribusi pendapatan merupakan kriteria yang mengindikasikan mengenai penyebaran atau pembagian pendapat atau kekayaan antar penduduk satu dengan penduduk lainnya dalam wilayah tertentu.

2.2.1 Konsep-Konsep Distribusi Pendapatan

Terdapat berbagai kriteria untuk menilai kemerataan (parah atau lunaknya ketimpangan) distribusi yang dimaskud. Tiga antaranya yang paling laim, yaitu :


(41)

1. Kurva Lorenz

Menggambarkan distribusi kumlatif pendapatan nasional dikalangan lapisan-lapisan penduduk secara kumulatfi pula. Kurva lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional semakin merata, begitu sebaliknya

2. Indeks atau Ratio Gini

Adalah suatu koefisien yang berkisar dari angka 0 hingga 1, menjelaskan kadar pemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan nasional. Semakin kecil (semakin mendekati nol) koefisiennya, pertanda semakin baik atau merata distribusi

3. Kriteria Bank Dunia

Kriteria ketidakmerataan pendapatan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah (termiskin), 40% penduduk berpendapatan menengah, 20% penduduk berpendapatan tertinggi (terkaya)

2.2.2 Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan

Menurut Adelman dan Morris (Lincolin Arsyad, 1997) ada 8 hal yang menyebabkan ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan di Negara Sedang Berkembang :

1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi yang mengakitbatkan menurunnya pendapatan perkapita


(42)

2. Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang

3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah

4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal, sehingga persentase pendapatan modal dari kerja tambahan besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah

5. Rendahnya mobilitas sosial

6. Pelaksanaan kebijakan industri subtitusi import yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis

7. Memburuknya nilai tukar bagi Negara Sedang Berkembang dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidak elastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor Negara sedang berkembang

8. Hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-lain

2.2.3 Ketidakmerataan Pendapatan Nasional, Spasial, dan Regional 1. Distribusi pendapatan antara lapisan pendapatan masyarakat dapat

ditelaah dengan mengamati perkembangan angka-angka rasio gini. Namun juga perlu dicatat, bahwa ratio gini bukan merupakan indikator paling ideal tentang ketidakmerataan distribusi pendapatan antarlapisan.


(43)

2. Ketidakmerataan distribusi pendapatan antarlapisan masyarakat tidak saja berlangsung secara nasional, tetapi juga secara spasial atau antardaerah, yakni antara daerah perkotaan dan pedesaan. Di indonesia pembagian pendapatan relatif lebih merata di daerah pedesaan daripada daerah perkotaan. Ketidakmerataan pendapatan yang berlangsung antar daerah tidak hanya dalam hal distribusinya, tetapi juga dalam hal tingkat atau besarnya pendapatan itu sendiri 3. Secara regional atau antar wilayah , berlangsung pula ketidakmerataan

pendapatan antar lapisan masyarakat. Dalam perspektif antar wilayah, ketidakmerataan terjadi baik dalam hal tingkat pendapatan masyarakat antara wilayah satu dengan wilayah lainnya, maupun dalam hal distribusi pendapatan dikalangan penduduk masing-masing wilayah. 2.3 Teori Distribusi Neoklasik

Teori distribusi neoklasik adalah teori modern tentang bagaimana pendapatan nasional dibagi diantara faktor-faktor produksi. Ini didasarkan pada pemikiran klasik (abad ke-18) bahwa harga disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan, yang disini terapkan pada faktor produksi. Teori ini telah diterima oleh sebagian besar ekonomi dewasa ini sebagai awal yang baik untuk memulai memahami bagaimana pendapatan ekonomi didistribusikan dari perusahaan ke rumah tangga.

2.3.1 Harga Faktor Produksi (Factor Price)

Distribusi pendapatan nasioanl dipengaruhi oleh harga-harga faktor. Harga faktor produksi adalah jumlah yang di bayar ke faktor-faktor produksi.


(44)

Pada suatu perekonomian dimana faktor produksi adalah modal dan tenaga kerja, sementara dua harga faktor produksi adalah upah (wage) yang diterima para pekerja dan sewa (rent) yang dikumpulkan oleh para pemilik modal. 2.3.2 Kepitusan-Keputusan yang Dihadapi Perusahaan Kompetitif

Perusahaan kompetitif relatif kecil ukurannya terhadap pasar dimana perdagangan berlangsung sehingga memiliki pengaruh yang kecil terhadap harga pasar. Kita tidak dapat mempengaruhi harga yang telah ditetapkan di pasar. Demikian pula, perusahaan kita tidak dapat mempengaruhi upah para pekerja karena banyak perusahaan lokal lain yang juga menarik pekerjaan.

Untuk membuat produknya, perusahaan itu memerlukan dua faktor produksi, modal dan tenaga kerja. Dimana perusahaan itu memproduksi lebih banyak output jika memiliki lebih banyak mesin atau jika para pekerjanya bekerja lebih lama. Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba tergantung pada produk (P), harga produk (W), dan bunga sewa (R), serta jumlah jam kerja (L) dan banyaknya mesin (K). Perusahaan kopetitif menggunakan harga produk dan harga faktor yang sudah ditentukan serta memilih jumlah tenaga kerja dan modal yang memaksimalkan laba.

2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Dengan Distribusi Pendapatan

Pertumbuhan versus distribusi pendapatan merupakan masalah yang menjadi perhatian di negara-negara sedang berkembang. Banyak negara sedang berkembang yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 1960-an mulai menyadari bahwa pertumbuhan yang tinggi hanya sedikit manfaatnya dalam memecahkan masalah kemiskinan. Tingkat pertumbuhan


(45)

ekonomi yang tinggi banyak dirasakan orang tidak memberikan pemecahan masalah kemiskinan dan ketimpangan distribusi pendapatan ketika tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut diiringi dengan meningkatnya tingkat pengangguran di daerah pedesaan maupun perkotaan. Distribusi pendapatan antar kelompok kaya dengan kelompok miskin semakin senjang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ternyata telah gagal untuk menghilangkan atau bahkan mengurangi luasnya kemiskinan absolut di negara-negara sedang berkembang (Arsyad,2004).

Data dekade 1970-an dan 1980-an mengenai pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan di banyak negara berkembang, terutama negara-negara dengan proses pembangunan ekonomi yang pesat dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, seperti indonesia, menunjukkan seakan-akan ada suatu korelasi positif antara laju pertumbuhan dan tingkat kesenjangan ekonomi (Tambunan,2001)

2.5 Ketimpangan Ekonomi

Beberapa ahli ekonomi mengatakan bahwa ketimpangan pembangunan antar daerah timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumber daya dan faktor produksi. Daerah yang memiliki sumber daya dan faktor produksi, terutama yang memiliki barang modal (capital stock) akan memperolah pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang memiliki sedikit sumber daya.

Ketimpangan memilki dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari adanya ketimpangan adalah dapat mendorong wilayah lain yang kurang maju untuk dapat bersaing dan meningkatkan pertumbuhannya guna meningkatkan kesejahteraannya. Sedangkan dampak negatif dari ketimpangan


(46)

yang ekstrim antara lain melemahnya stabilitas sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi umumnya dipandang tidak adil (Todaro,2003).

Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan dari suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bila mana pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju dan wilayah terbelakang. Terjadi ketimpangan ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah (Syafrijal,2008).

2.6 Tingkat Kesejahteraan

Manusia yang sejahtera adalah manusia yang memiliki tata kehidupan dan penghidupan, baik material maupun spiritual yang disertai dengan rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosialnya (Sudarman Danim). Dari pengertian diatas, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa yang dimaksud dengan tingkat kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan penghidupan seseorang baik sosial, material maupun spiritual disertai dengan rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin sehingga dapat memenuhi kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosialnya.


(47)

2.7 Pentahapan Kesejahteraan

Untuk mnegetahui tingkat kesejahteraan, berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah mengadakan program yang disebut dengan Pendataan Keluarga. Yang mana pendataan ini beertujuan untuk memperolah data tentang dasar kependudukandan keluarga dalam rangka program pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Adapun tahapan keluarga sejahtera tersebut ialah sebagai berikut :

a. Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga-keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, seperti : kebutuhan spiritual, pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu indikator-indikator keluarga sejahtera I .

b. Keluarga Sejahtera I yaitu, keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetepi belum dapat memenuhi secara keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya, seperti : kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan sekitar dan transportasi c. Keluarga Sejahtera II, yaitu keluarga-keluarga yang disamping

dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, juga telah dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti : menabung dan memperoleh informasi


(48)

d. Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologisnya dan kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang maksimal dengan teratur bagi masyarakat dalam bentuk material, seperti : sumbangan materi untuk kepentingan sosial kemasyarakatan atau yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan dan lain sebagainya.

e. Keluarga Sejahtera III Plus, yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, sosial psikologis maupun pengembangan serta tealah memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat berguna bagi penulis untuk menambah informasi mengenai masalah yang akan penulis teliti. Review penelitian ini memberikan rujukan menganai daftar bacaan, teori, serta pandangan dalam memahami permasalahan yang dihadapi. Menurut peneltian Gita Ratna Sari (2014) yang berjudul pengaruh distribusi dan ketimpangan pendapatan terhadap kemiskinan, menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi sering kali diikuti dengan perubahan struktur pendapatan, terutama bagi negara yang sedang berkembang. Masalah masalah yang sering dihadapai oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah kesenjangan ekonomi/ketimpangan distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat yang berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah, serta tinggi rendahnya tingkat kemiskinan. Meningkatkan


(49)

pendapatan penduduk sebagai salah satu indikator kesejahteraan sering kali dijadikan sebagai sasaran akhir dari pembangunan nasioanl suatu negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah Faktor-faktor sumber daya manusia, faktor sumber daya alam, faktor ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor budaya, dan faktor sumber daya modal.


(50)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan Ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam rangka meningkat kesejahteraan masyarakat maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Pertumbuhan ekonomi sering kali diikuti dengan perubahan struktur pendapatan, terutama bagi negara yang sedang berkembang.

Masalah yang biasa dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia adalah masalah mengenai kesenjangan ekonomi/ketimpangan distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat yang berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah, serta tinggi rendahnya tingkatnya kemiskinan jumlah orang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line).

Di negara-negara sedang berkembang , perhatian utama terfokus pada dilema komplek antara pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting, namun hampir selalu sulit diwujudkan bersamaan. Pengutamaan yang satu akan menuntut dikorbankannya yang lain. Pembangunan ekonomi mensyaratkan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan untuk tingkat pertumbuhan yang tinggi merupakan pilihan yang harus diambil. Di Indonesia pada awal orde baru hingga akhir tahun1970-an, strategi pembangunan ekonomi yang dianut oleh pemerintah orde baru lebih berorientasi kepada


(51)

pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa memperhatikan pemerataan pembangunan ekonomi.

Meningkatkan pendapatan penduduk sebagai salah satu indikator kesejahteraan sering kali dijadikan sebagai sasaran akhir pembangunan nasional suatu negara. Masalah ketimpangan pendapatan telah lama menjadi persoalan yang rumit dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh sejumlah negara-negara miskin maupun negara-negara berkembang seperti indonesia. Ketimpangan pendapatan terjadi akibat adanya distribusi pendapatan yang kurang merata di sejumlah wilayah di suatu negara. Masalah distribusi pendapatan ini mengandung dua aspek. Aspek pertama adalah bagaimana menaikkan kesejahteraan masyakarat yang berada dibawah garis kemiskinan, sedangkan aspek yang kedua adalah pemerataan pendapatan secara menyeluruh dalam arti mempersempit perbedaan tingkat pendapatan antar penduduk atau rumah tangga. Keberhasilan mengatasi aspek yang pertama dapat dilihat dari penurunan persentase penduduk yang masih berada dibawah garis kemiskinan. Sementara keberhasilan memperbaiki distribusi pendapatan secara menyeluruh adalah jika laju pertambahan pendapatan golongan miskin lebih besar dari laju pertambahan pendapatan golongan mampu/kaya.

Permasalahan ketimpangan pendapatan tidak dapat dipisahkan dari permasalahan kemiskinan, biasanya terjadi negara miskin dan berkembang. Banyak negara sedang berkembang yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi pada tahun 1960-an mulai menyadari bahwa pertumbuhan yang semacam itu hanya sedikit manfaatnya dalam memecahkan masalah kemiskinan


(52)

(Lincolin Arsyad, 1997). Kemiskinan memang tidak pernah berhenti dan tidak bosan menghancurkan cita-cita masyarakat Indonesia khususnya para generasi muda. Kemiskinan sudah banyak membutakan segala aspek seperti pendidikan. Sebagian dari penduduk Indonesia lantaran keterbatasan ekonomi yang tidak mendukung, oleh contoh kecil yang terjadi di lapangan banyak anak yang putus sekolah karena menunggak SPP, siswa SD yang nekat bunuh diri karena malu sering ditagih oleh pihak sekolah, anak di bawah umur bekerja keras dengan tujuan memberi sesuap nasi untuk keluarganya.

Sekarang kemiskinan juga sudah memberikan dampak mulai dari tindak kriminal, pengangguran, kesehatn terganggu, dan masih banyak lagi. Kemiskinan memang dapat menyebabkan beragam masalah tapi untuk sekarang masalah yang paling penting adalah bagaimana caranya anak-anak kecil yang sama sekali tidak mampu dapat bersekolah dengan baik seperti anak-anak lainnya. Pertama itulah masalah yang harus dipecahkan oleh pemerintah karena jika masalah itu tidak dapat dibereskan maka akan muncul masalah-masalah baru yang lebih banyak lagi, dan juga banyak orang-orang miskin terkena penyakit tapi mereka sulit untuk berobat ke dokter karena mahal, walaupun pemerintah sudah memberikan kartu kemiskinan tapi itu tidak menjamin di rumah sakit.

Distribusi pendapatan merupakan masalah perbedaan pendapatan antara individu yang paling kaya dan individu yang paling miskin. Semakin besar jurang pendapatan maka semakin besar pula variasi dalam distribusi pendapatan. Maka disini peran pemerintah diperlukan untuk menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dengan distribusi pendapatan, sehingga ketika pertumbuhan ekonomi meningkat,


(53)

maka kesejahteraan masyarakat akan distribusi pendapatannya pun juga dapat dirasakan secara merata oleh masyarakat.

Ketimpangan pembangunan selama ini berlangsung dengan terwujudnya dalam berbagai bentuk, aspek, dan dimensi. Seperti hasil ketimpangan pembangunan misalnya dalam hal pendapatan perkapita dan pendapatan dareah, dan ketimpangan kegiatan atau proses pembangunan itu sendiri. Munculnya kawasan-kawasan kumuh di tengah beberapa kota besar, serta sebaliknya hadirnya kawasan-kawasan pemukiman mewah di tepian kota atau bahkan di pedesaan adalah suatu bukti nyata dari adanya suatu ketimpangan yang terjadi. Perbedaan gaya hidup masyarakat merupakan bukti lain dari ketimpangan.

Sebagai suatu negara yang terdiri dari ribuan pulau, perbedaan karakteristrik wilayah adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari oleh Indonesia. Karena karakteritrik wilayah mempunyai pengaruh kuat pada terciptanya pola pembangunan ekonomi di suatu negara itu, sehingga suatau kewajaran bila pola pembangunan ekonomi di Indonesia tidak seragam. Ketidak seragaman ini berpengaruh pada kemampuan untuk tumbuh yang pada akibatnya mengakibatkan beberapa wilayah mampu tumbuh dengan cepat, sementara wilayah lainnya tumbuh lambat. Kemampuan tumbuh ini kemudian menyebabkan terjadinya ketimpangan baik pembangunan maupun pendapatan antar daerah.

Kondisi ini merupakan tantangan pembagunan yang harus dihadapi mengingat masalah kesenjangan itu dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa serta dapat menyulitkan kita dalam melaksanakan pembangunan ekonomi nasional berlandaskan pemerataan. Ketimpangan merupakan permasalahan klasik


(54)

yang dapat ditemukan dimana saja. Oleh karena itu ketimpangan tidak dapat dimusnahkan, melainkan hanya bisa dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diterima oleh suatu sistem sosial tertentu agar keselarasan dalam sistem tersebut tetap terpelihara dalam proses pertumbuhannya.

Ketidakpuasan dan kritik yang timbul dalam proses pembangunan pada dasarnya bukanlah sehubungan dengan pertumbuhan yang telah dicapai akan tetapi karena perkembangan pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi tersebut kurang mampu menciptakan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Bahkan ketimpangan pendapatan semakin besar dan telah menimbulkan berbagai masalah seperti meningkatnya pengangguran, kurangnya sarana kesehatan dan pendidikan, perumahan, kebutuhan pokok, rasa aman, dan lain-lain.

Di era otonomi sekarang ini, dimana setiap daerah dituntut untuk mampu mengelola potensi daerah yang dimiliknya secara tepat sehingga akan mendorong terciptanya proses pembangunan dengan tingkat pemerataan yang baik dengan disertai pertumbuhan ekonomiyang baik pula. Dengan demikian ketimpangan pembangunan dan hasil-hasilnya serta pendapatan antar golongan kaya ataupun golongan miskin akan semakin menurun. Dimana ketimpangan pendapatan antar daerah masih merupakan kondisi nyata yang sampai saat ini masih dirasakan oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan tingkat kemajuaan antar daerah., perbedaan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), dan besarnya tingkat pengangguran yang terjadi.

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar, maka seharusnya dapat membantu pembangunan, akan tetapi jika tidak diberdayakan maka akan hanya


(55)

menambah beban pembangunan. Namun melihat keadaan yang sekarang dimana tingkat pertumbuhan penduduk terus bertambah tetpi tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Pada umumnya penduduk lebih banyak menumpuk di daerah kota dibandingkan desa.

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan di pedesaan. Penulis mencoba melalukan penelitian di Kecamatan Hamparan Perak, Deli Serdang. Oleh karena itu pada

kondisi tersebut saya mengambil judul penelitian “ Analisis Ketimpangan

Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan di Kecamatan Hamparan Perak. 1.2Perumusan Masalah

Masalah penelitian skripsi ini adalah masih banyaknya jumlah rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan. Berawal dari distribusi pendapatan yang tidak merata yang kemudian memicu terjadinya ketimpangan pendapatan sebagai dampak dari kemiskinan. Hal ini akan menjadi sangat serius apabila kedua masalah tersebut semakin parah, pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi politik dan sosial yang dampaknya cukup negatif.

Akibatnya, tingkat kemiskinan pun tidak terkendali. Selain itu terlihat masih berlangsungnya berbagai kesenjangan kesejahteraan antara orang-orang desa dan orang kota, bahkan perbedaan tersebut cenderung sangat mencolok. Kemiskinan yang menjerat menimbulkan berbagai macam efek mulai dari kesehatan, cara berfikir, pandangan hidup, hingga tingkah laku. Pentingnya meminimalisir jurang kesenjangan sosial tersebut bertujuan agar setiap warga negara dapat hidup


(56)

berdampingan secara harmonis tanpa membedakan status sosial satu sama lain. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis tentang :

1. Apa penyebab terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kemiskinan dan bagaimana cara mengatasinya ?

3. Kendala apa yang dihadapi masyarakat dalam rangka mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kesejahteraan di Kecamatan Hamparan ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memperoleh data dan informasi tentang adanya ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan di Kecamatan Hamparan Perak yakni :

1. Untuk mengetahui terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan

2. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan dan cara mengatasinya

3. Mengkaji kendala yang dihadapi masyarakat dalam rangka mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan terhadap tingkat kesejahteraan di Kecamatan Hamparan Perak


(57)

1.4Manfaat Peneltian

Penulis berharap hasil penelitian dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya ataupun untuk berbagai kalangan umumnya diharapkan dari hasil penelitian antara lain :

1. Dapat digunakan oleh masyarakat Hamparan Perak sebagai pemikiran dan bahan masukan untuk membantu masyarakat di pedesaan

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman masyarakat pedesaan tentang ketimpangan distrribusi pendapatan terhadap tingkat kesejahteraan

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya yang meneliti tentang objek yamg sama atau yang berkaitan dengan ketimpangan distribusi dimasa mendatang

4. Bagi pemerintah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam melakukan perencanaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan.


(58)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan Hamparan Perak pada tahun 2015. Penelitian ini menggunakan data primer dengan sampel sebanyak 50 responden yang tinggal di Kecamatan Hamparan Perak. Analisis yang digunakan adalah analisis rasio gini, kurva Lorenz dan kriteria Badan Pusat Statistik untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan di Kecamatan Hamparan Perak relatif sedang dengan menggunakan perhitungan ratio Gini yakni sebesar 0,31225. Berdasarkan kriteria Badan Pusat Statistik bahwa masyarakat di Kecamatan Hamparan Perak memiliki tingkat kesenjangan senjang.

Kata Kunci : Ketimpangan Pendapatan, Rasio Gini, Kurva Lorenz, Badan Pusat Statistik


(59)

ABSTRACT

This study aims to determean the level of inequality of income distribution and level of public welfare in the dsictrip of Hamparan Perak in 2015. This study uses primary data with a sample of 50 respondents living in the district of Hamparan Perak. The analysis used is the Gini Ratio analysis, Lorenz Curve, and the inequality and the Central Bereau of Statistics (BPS) criteria in measuring the level of welfore.

The results showed that level of inequality is 0,31225 in the distcrit of Hamparan Perak relatively moderate by using the Gini Ratio calculation. Based on the criteria of the central berueu of Statistic that people in the district of Hamparan Perak classified in a moderate level of welfare.

Keywords : Income Inequality, Welfare, Gini ratio, Lorenz curve, the Central Bereau of Statistis


(60)

SKRIPSI

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI

PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN DI

KECAMATAN HAMPARAN PERAK

OLEH

KHAIRUL MUHTADI LUBIS 100501041

PROGRAM STUDI FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(1)

iv 3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekertaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku ketua program studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekertaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Rujiman, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis, memberikan saran, pengarahan, petunjuk-petunjuk, dan masukan yang sangat berarti dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Pembanding I dan Bapak DRS.Rahmat Sumanjaya, M.si selaku Dosen Pembanding II yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Seluruh Staf pengajar (dosen) Departemen Ekonomi Pembangunan yang

telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis yang bermanfaat untuk masa yang akan datang dan Staf Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara khusunya Departemen Ekonomi Pembangunan.

7. Kepada masyarakat Desa Hamparan perak yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner dari penulis.


(2)

8. Buat sahabat-sahabat penulis yang tak bosan-bosannya memberikan motivasi, doa dan dukungan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan saran maupun kritikan yang membangun sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan di lain kesempatan. Akhir kata penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, februari 2016 Penulis

Khairul Muhtadi Lubis NIM: 100501041


(3)

vi DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... i x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi... 9

2.2 Distribusi Pendapatan ... 10

2.2.1 Konsep-Konsep Distribusi Pendapatan ... 10

2.2.2 Ketidakmerataan Distribusi Pendapatan ... 11

2.2.3 Ketidakmerataan Pendapatan Nasional, Spasial, dan Regional ... 12

2.3 Teori Distribusi Neoklasik ... 13

2.3.1 Harga Faktor Produksi (Factor Frice)... 13

2.3.2 Keputusan-Keputusan yang Dihadapi Perusahaan Kompetitif... 14

2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi Dengan Distribusi Pendapatan ... 14

2.5 Ketimpangan Ekonomi ... 15

2.6 Tingkat Kesejahteraan ... 16

2.7 Pentahapan Kesejahteraan ... 17

2.8 Penelitian Terdahulu ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 20

3.3 Populasi dan Sampel ... 20

3.4 Jenis dan Data Penelitian ... 21

3.5 Defenisi Operasional ... 21

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 22

3.7 Metode Analisa Data ... 22


(4)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum ... 25

4.1.1 Keadaan Geografis ... 25

4.2 Gambaran Umum Responden Peneliti ... 26

4.2.1 Umur Responden ... 26

4.2.2 Jenis Kelamin Responden ... 27

4.2.3 Jenis Pekerjaan Responden ... 28

4.2.4 pendidikan Responden ... 29

4.3 Kondisi Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Responden ... 30

4.3.1 Sumber dan Besarnya Pendapatannya ... 30

4.3.2 Pengeluaran Responden (Rumah Tangga) ... 31

4.4 Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Menggunakan Indeks Gini dan Kurva Lorenz ... 33

4.5 Analisis Dengan Menggunakan Kurva Lorenz ... 36

4.6 Analisis Tingkat Kesejahteraan Masyarakat ... 38

4.6.1 Tingkat Pendidikan ... 38

4.6.2 Tingkat Konsumsi atau Pengeluaran Rumah Tangga ... 39

4.6.3 Keadaan Tempat Tinggal ... 41

4.6.4 Fasilitas Tempat Tinggal ... 42

4.6.5 Kesehatan Anggota Keluarga ... 44

4.6.6 Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan ... 45

4.6.7 Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan ... 47

4.6.8 Kemudahan Memperoleh Fasilitas Transportasi ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUTAKA ... 56 LAMPIRAN


(5)

viii DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Hal.

3.1 Indikator Ketimpangan Gini Ratio... 23

3.2 Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik ... 24

4.1 Luas Wilayah Perkelurahan di Kecamatan Hamparan Perak ... 25

4.2 Jumlah Toko Kelontong, Kedai Sampah, Kedai Nasi dan Minuman, Panglong dan Kios ... 26

4.3 Data Umur Responden ... 27

4.4 Jenis Kelamin Responden ... 28

4.5 Data Pekerjaan Responden ... 28

4.6 Data Pendidikan Responden... 29

4.7 Jumlah Rata-Rata Pendapatan Responden Berdasrkan Jenis Pekerjaan ... 31

4.8 Data Perhitungan Ketimpangan Pendapatan Menurut Gini Ratio ... 35

4.9 Kriteria dan Skor Tingkat Pendapatan ... 39

4.10 Kriteria dan Tingkat Pendapatan (Rumah Tangga) ... 39

4.11 Kriteria dan Skor Tingkat Konsumsi ... 40

4.12 Tingkat Konsumsi/Pengeluaran 50 Responden (Rumah Tangga) ... 40

4.13 Keadaan Tempat Tinggal 50 Responden (Rumah Tangga) ... 42

4.14 Indikator Fasilitas Tempat Tinggal 50 Responden (Rumah Tangga) ... 44

4.15 Tingkat Kesehatan Anggota Keluarga Responden... 45

4.16 Data Tingkat Kemudahan Untuk Memperoleh Pelayanan Kesehatan ... 46

4.17 Data Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kerja Kesehatan di Kecamatan Hamparan Perak ... 47

4.18 Data Tingkat Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan ... 48

4.19 Tingkat Kemudahan Responden Untuk Memperoleh Transportasi ... 49

4.20 Rekapitulasi Tanggapan Responden Berdasarkan Badan Pusat Statistik ... 50

4.21 Data Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kecamatan Hamparan Perak ... 53


(6)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Hal.

4.1 Diagram Umur Responden ... 27

4.2 Diagram Pekerjaan Responden ... 29

4.3 Diagram Pendidikan Responden ... 30