Tindak Tutur Dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya NH. Dini

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam

satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan
tutur; dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu.
Interaksi yang berlangsung antara seorang guru dan murid di sekolah, pada waktu
tertentu dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah
peristiwa tutur. Peristiwa serupa kita dapati pula dalam acara diskusi di ruang
sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.
Austin (dalam Cahyono, 1994: 224) menggolongkan tindak bahasa
menjadi tiga bagian dan ketiganya dilaksanakan secara serentak. Tindak pertama
ialah tindak lokusi (locutionary act), tindak yang kedua ialah tindak ilokusi
(illocutionary act), dan yang ketiga ialah tindak perlokusi (perlocutionary act).
Sejalan dengan teori yang dikemukakan Austin, Searle mengutarakan
bahwa suatu tindak tutur memiliki makna di dalam konteks, dan makna itu dapat
dikategorikan ke dalam makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi (Pangaribuan, 2008:

117). Dalam novel Pertemuan Dua Hati terdapat tuturan yang dapat dianalisis
menggunakan teori Austin dan Searle. Tuturan tersebut dianalisis untuk
mendapatkan makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Sebagai contoh, berikut
tuturan dalam novel Pertemuan Dua Hati.

8
Universitas Sumatera Utara

Konteks: Ibu memberitahu anaknya tentang gedung sekolah barunya yang bagus.
(1) Ibu: ” Lihat! Di Purwodadi tidak ada sekolah sebagus ini!”
Anak: ”Apanya yang bagus?
(Sumber: novel Pertemuan Dua Hati, halaman 24)
Tuturan (1) dikutip dari novel Pertemuan Dua Hati. Dari tuturan tersebut
terdapat tindak lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak lokusi pada tuturan ”Lihat!
Di Purwodadi tidak ada sekolah sebagus ini!” adalah menyatakan tentang gedung
sekolah anaknya yang bagus. Tindak ilokusinya bermaksud memberitahu anak
dan menyuruh melihat dengan teliti bangunan kuno yang menonjol pada gedung
sekolahnya. Tindak perlokusinya si anak mulai memperhatikan bangunan
sekeliling sekolahnya.
Satu hal mendasar yang perlu dicatat dari penggolongan tindak tutur ke

dalam bentuk-bentuk tuturan menurut Searle adalah bahwa ternyata satu tindak
tutur dapat memiliki maksud dan fungsi yang bermacam-macam. Berbeda dengan
Searle (1983) yang membuat pengelompokan demikian itu, pakar lain seperti
Leech (1983) dan Blum-Kulka (1987) justru menyatakan hal yang berbeda, yakni
bahwa satu maksud atau satu fungsi bahasa dinyatakan dengan bentuk tuturan
yang bermacam-macam (Rahardi, 2005: 37).
Penulis tertarik mendalami jenis tindak tutur yang dikemukakan oleh
Austin dan Searle karena tindak tutur terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga tidak asing lagi untuk dibahas. Peristiwa tutur dapat terjadi setiap hari
ketika seorang penutur berbicara dengan lawan tuturnya., tetapi banyak orang
yang tidak mengetahui jenis dari tuturan yang telah diucapkan. Tindak tutur dapat
dilihat dan didengar secara langsung, misalnya di kampus, di kantor, di jalan, di
9
Universitas Sumatera Utara

rumah atau di tempat lainnya. Tuturan tersebut dapat diekspresikan melalui media
massa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan
tindak tutur adalah penutur (pembicara) dan mitra tuturnya (penyimak) sedangkan
dalam media tulis tuturan disampaikan oleh penulis (penutur) kepada mitra
tuturnya, yaitu pembaca. Sementara untuk tuturan melalui media penutur dapat

mengekspresikannya dengan tulisan maupun lisan dengan memanfaatkan media
massa.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tindak tutur dalam novel
Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Dalam novel tersebut banyak terdapat
percakapan antar tokoh yang memiliki makna tersirat. Dengan demikian,
diperlukan kemampuan untuk mengenali berbagai makna dan cara-cara
menerjemahkannya. Ada kalanya makna tersebut tidak disampaikan secara
eksplisit. Makna-makna yang seperti itu disebut dengan makna implisit atau
tersirat.
Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini merupakan salah satu karya
terbaik di Indonesia, banyak hal yang bisa dikaji dari novel tersebut. Sebagai
novel yang mempunyai nilai estetik dan berkualitas tentu banyak mengandung
makna implisit atau tersirat yang digunakan pengarang dalam penyampaian cerita.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam tindak
tutur dalam novel tersebut.
Novel Pertemuan Dua Hati

menceritakan kisah seorang guru yang

berjuang untuk membimbing seorang murid yang nakal. Hingga pada akhirnya

murid yang tidak disukai oleh teman-teman di sekolahnya ini dapat berhasil

10
Universitas Sumatera Utara

dibimbing oleh guru ke jalan yang benar. Pendekatan seorang guru dilakukan
dengan cara menjalin komunikasi yang baik dengan murid tersebut. Dengan
adanya komunikasi atau peristiwa tutur yang baik, ibu guru dapat menyampaikan
arahan dan nasihat yang baik pula kepada muridnya itu.
Salah satu kajian dalam bidang pragmatik adalah tindak tutur percakapan.
Pada percakapan antar pelibat sering sekali terdapat makna dengan maksud
tertentu yang berbeda dengan strukur bahasanya. Berkaitan dengan tindak tutur,
pada penelitian ini akan dianalisis tindak tutur pada percakapan dalam novel
Pertemuan Dua Hati. Peneliti memilih judul ini karena dalam novel ini banyak
terdapat berbagai jenis tuturan. Peneliti juga ingin menggambarkan maksud atau
makna pragmatik dari setiap ujaran dan tuturan yang terdapat dalam dialog novel
Pertemuan Dua Hati.

1.2


Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka pokok permasalahan yang

akan dibahas:
1. Jenis tindak tutur apa sajakah yang digunakan dalam novel Pertemuan
Dua Hati karya Nh. Dini?
2. Bagaimanakah makna pragmatis dari tindak tutur yang terjadi dalam
dialog novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini?

11
Universitas Sumatera Utara

1.3

Batasan Masalah
Penelitian harus dibatasi agar tujuan penelitian terarah dan tercapai dengan

baik. Penulis membatasi penelitian ini hanya pada jenis tindak tutur lokusi,
ilokusi, dan perlokusi seperti yang dikemukakan oleh Austin serta klasifikasi jenis
tindak ilokusi menurut Searle. Deskripsi makna pragmatis dari tidak tutur yang

ada pada Novel Pertemuan Dua Hati dengan menggunakan pendekatan ilmu
pragmatik. Makna pragmatis adalah makna yang terikat konteks sesuai yang
diutarakan Searle (dalam Tarigan, 1986: 23).

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian
Sebuah penelitian pada umumnya mempunyai tujuan yang mendukung
tentang arah dan pelaksanaan penelitian. Peneltian tersebut diharapkan mencapai
tujuan yang lebih baik.
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang digunakan dalam novel
Pertemuan Dua Hati.
2. Mendeskripsikan makna pragmatis dari tindak tutur dalam dialog novel
Pertemuan Dua Hati.

12
Universitas Sumatera Utara


1.4.2

Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini dapat digunakan untuk memahami bidang

kajian pragmatik, khususnya tindak tutur. Penelitian ini juga dapat digunakan
sebagai acuan dalam penelitian sejenis pada objek kajian yang lain.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca
mengenai jenis-jenis tindak tutur yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati.
Selain itu, penelitian ini dapat juga digunakan untuk menambah wawasan
mengenai pemahaman sebuah tuturan, sehingga antar komunikator dapat
memahami maksud dan jenis-jenis sebuah tuturan.

13
Universitas Sumatera Utara