Nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya NH. Dini

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh Devia Rahmawati

801111300037

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Devia Rahmawati

Tempat/Tgl Lahir : Bogor, 6 Juli 1981

NIM : 801111300030

Jurusan/ Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Judul Skripsi : Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Pertemuan

Dua Hati Karya NH. Dini

Dosen Pembimbing : Drs. Jamal D. Rahman, M.Hum

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, 08 Desember 2014

Devia Rahmawati NIM. 801111300030


(5)

i

DEVIA RAHMAWATI, NIM: 1811013000030. “Nilai-nilai Pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi, Pembimbing Drs. Jamal D. Rahman, M. Hum. 2014.

Tujuan skripsi ini adalah mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada novel Pertemuan Dua hati karya Nh. Dini. Penulis pun memilih novel ini karena merupakan salah satu karya yang mampu menarik hati dan minat pembacanya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Novel Pertemuan Dua Hati ini menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi, sikap dan pandangan yang menggejala di masyarakat. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan memilih bahan, membaca dan memahami, mencari dan mengidentifikasi, dan memasukan hasil identifikasi data ke dalam tabel.

Hasil penelitian dapat penulis simpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini meliputi: Nilai Religi meliputi doa; bersyukur, dan salat. Nilai Moral meliputi menghormati; menghargai, Nilai Budaya, dan Nilai Sosial meliputi saling tolong menolong. Nilai-nilai yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini terdiri dari 135 kutipan yang meliputi 14 kutipan nilai pendidikan religi, 61 kutipan nilai pendidikan nilai moral, 5 kutipan nilai pendidikan budaya, dan 5 kutipan nilai pendidikan nilai sosial.


(6)

ii

Puji syukur ke hadirat Allah karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa berbagai kesulitan penulis alami. Namun, berkat adanya dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu baik moril maupun materil, kendala-kendala tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan-bantuannya, khususnya kepada:

1. Nurlena Rifai, Ph, D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2. Didin Syafrudin, M. A., Ph.D Plt, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

3. Dra. Hindun, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

4. Drs. Jamal D. Rahman, M. Hum. Selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

5. Dra. Hindun, M.Pd dan Novi Diah Haryanti M. Hum, selaku dosen penguji tercinta yang telah banyak memberikan banyak saran dan masukannya,

6. Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi DMS Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta,

7. Sahabat-sahabatku yang senantiasa bersama dalam suka maupun duka: Bu Emi, Bu Novi, Bu Ade, Teteh Nurul, Bunda Lastri, Bu Mar, Bu Ade dan semua angkatan 2011 khususnya kelas DMS PBSI;


(7)

iii

9. Papah, Mamah, kakak, dan Adikku yang telah berkorban baik moril maupun materil, memberikan dorongan, dan mendoakan dengan penuh keikhlasan yang tiada hentinya kepada penulis.

Semoga amal dan budi baik yang telah mereka berikan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah swt.

Penulis menyadari, bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, 26 Agustus 2014

Penulis (Devia Rahmawati)


(8)

iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIDI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Metode Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Sastra dan Karya Sastra ... 10

B. Definisi Novel ... 11

C. Jenis-jenis Novel... 13

D. Unsur-unsur Novel ... 14

1. Unsur Instrinsik ... 14

2. Unsur Ekstrinsik ... 20

E. Definisi Nilai ... 23

1. Jenis-jenis Nilai ... 24


(9)

v

F. Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III PROFIL NH. DINI

A. Biografi Nh. Dini ... 33 B. Sinopsis ... 36

BAB IV PENUTUP

A. Analisis Unsur dalam Novel Pertemuan Dua Hati Karya Nh. Dini ... 39 B. Analisis Temuan Nilai-nilai Pendidikan ... 47 C. Analisis Nilai Pendidikan Beberapa Tokoh ... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN UJI REFERENSI


(10)

vi

Tabel 1 Rekapitulasi Data Nilai-Nilai Pendidikan Tabel 2 Nilai Pendidikan Religi

Tabel 3 Nilai Pendidikan Moral Tabel 4 Nilai Pendidikan Budaya Tabel 5 Nilai Pendidikan Sosial


(11)

vii

Lampiran 1 : Nilai-nilai Pendidikan dalam novel Pertemuan Dua hati Lampiran 2 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 : Surat Keterangan Ibadah Qiroah Lampiran 4 : Kartu Bimbingan Skripsi


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan menyempurnakannya.1

Sastra memiliki arti karangan atau lukisan yang indah. Sastra berarti segala tulisan atau karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Suatu karya baru dapat dikatakan memiliki nilai sastra apabila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya.2

Sastra mengemukakan berbagai peristiwa yang masuk akal dan harus terjadi berdasarkan tuntutan konsistensi dan logika cerita.3 Sastra dapat mengemukakan hal-hal yang mungkin terjadi, hal-hal yang bersifat hakiki dan universal. Sastra dapat mengemukakan ungkapan seseorang dalam menciptakan sesuatu. Isi dari setiap karya sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai perwujudan nilai-nilai karya seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya tidak baik, karya tersebut tidak dapat dikatakan sebagai cipta sastra dan begitupun sebaliknya. Contoh karya sastra yang sering kita lihat adalah puisi, cerpen, novel, dan drama. Masing-masing dari karya sastra tersebut memiliki ciri khas dan isinya pun beragam bergantung pada pembuat karya sastra. Pembuat karya

1

Java Van Luxemburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn, Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko, (Jakarta; Gramedia,1982), h. 5.

2Ibid. 3

A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), h. 121.


(13)

sastra menjadikan karya tersebut menjadi karya yang dapat menarik hati dan minat para pembacanya.

Dalam kehidupan masyarakat, sastra mempunyai beberapa fungsi yaitu, dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya karena nila-nilai kebenaran yang terkandung di dalamnya. Sastra dapat memberikan keindahan bagi pembaca karena sifat keindahannya, mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca sehingga mengetahui moral yang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi. Kemudian tidak kalah penting, sastra mampu memghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat atau pembaca sastra.

Karya sastra merupakan hasil dari cipta karya manusia. Karya sastra memiliki nilai estetis apabila dapat memberikan dan menyajikan sesuatu yang mampu menjadikan karya sastra tersebut sebagai suatu karya yang indah. Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mencerminkan kehidupan realitas yang tinggi dan psikologi yang mendalam. Novel merupakan sebuah karya sastra prosa fiksi yang tertulis dan bersifat naratif.

Pada umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari dengan menitikberatkan pada sisi kehidupan naratif tersebut. Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang diterbitkan oleh PT Gramedia Jakarta pada 1986. Novel ini memberikan kisah insfiratif, dimana kisah dalam novel ini mencerminkan sisi kehidupan seorang guru sekolah dasar yang selalu memiliki tanggung jawab besar dalam menjalankan profesinya. Novel ini merupakan salah satu karya yang mampu menarik hati dan minat pembacanya.

Peneliti memilih novel ini sebagai bahan kajian penilitian proposal, karena novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini merupakan novel yang memiliki pelajaran bermakna akan nilai-nilai kehidupan. Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini menyajikan kisah inspiratif yang dapat dijadikan sebagai pelajaran hidup yang bermakna. Memiliki nilai-nilai pendidikan


(14)

yang sangat tinggi. Tapi pada novel ini, pengarang menyajikan alur cerita yang mampu mengubah suatu hal yang tak mungkin menjadi mungkin.

Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan oleh manusia. Nilai juga merupakan sesuatu yang baik yang diciptakan manusia. Contohnya, semua manusia mengharapkan keadilan. Keadilan sebagai nilai adalah normatif. Nilai menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar harapan itu terwujud dalam kehidupannya. Nilai diharapkan manusia sehingga mendorong manusia berbuat atau melakukan sesuatu. Misalnya, seorang guru berharap siswanya pandai, maka guru itu memerintahkan siswanya mengerjakan setiap tugas yang diberikan. Kegiatan manusia pada dasarnya digerakkan atau di dorong oleh nilai.

Nilai pendidikan adalah nilai yang mengandung unsur-unsur pendidikan yang dapat ditinjau dari berbagai macam nilai-nilai kehidupan. Diantaranya, nilai religius yaitu nilai yang merupakan nilai sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan isinya. Berbicara tentang hubungan manusia tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Agama dapat pula bertindak sebagai pemicu faktor kreatif kedinamisan hidup atau pemberi makna kehidupan.

Nilai religius bersifat mutlak dan bersumber pada keyakinan manusia. Melalui agama manusia dapat mempertahankan kebutuhan masyarakat agar hidup dalam pola kemasyarakatan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Selain nilai religius, nilai pendidikan pun dapat dilihat dari segi nilai pendidikan moral.

Nilai moral sering disamakan dengan menilai etika, yaitu nilai yang menjadi ukuran patut/tidaknya manusia bersosialisasi dalam kehidupan masyarakat. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan yang dipandang dari nilai individu itu berada. Sikap disiplin termasuk nilai moral yang tidak hanya dilakukan dalam hal beribadah saja, tetapi dalam segala hal. Sikap yang penuh dengan kedisiplinan akan menghasilkan kebaikan. Seperti halnya, jika dalam agama seorang hamba menjalankan


(15)

shalat tepat waktu akan mendapatkan pahala lebih banyak. Demikian juga disiplin pada pelajaran lainnya dan tanpa memandang siapa yang berperan dalam melakukan perbuatan disiplin tersebut.

Nilai tercipta secara sosial, bukan secara biologis atau bawaan sejak lahir. Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan memaknai nilai sebagai sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada meskipun tanpa ada yang menilainya, bahkan memandang nilai telah ada sebelum adanya manusia sebagai penilai. Baik dan buruk, benar dan salah, bukan hadir karena hasil persepsi dan penafsiran manusia, tetapi ada sebagai sesuatu yang ada dan menuntun manusia dalam kehidupannya. Persoalannya bukan bagaimana seseorang harus menemukan nilai yang telah ada tersebut tetapi lebih kepada bagaimana menerima dan mengaplikasikan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai estetika adalah nilai yang membahas tentang segala sesuatu yang memiliki unsur keindahan, seperti keindahan dalam arti estetik yang menyangkut pengalaman seseorang dalam hubungannya dengan sesuatu yang diserapnya, atau keindahan dalam arti terbatas yang menyangkut benda-benda yang diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna, karena nilai keindahan atau nilai estetis bersumber pada perasaan manusia.

Dalam kajian ini, peneliti akan meneliti sejauh mana nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Dalam novel ini, banyak sekali nilai kehidupan yang mengandung nilai-nilai positif yang dapat dijadikan pembelajaran hidup.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diuraikan masalah yang dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Dalam karya sastra khususnya novel terdapat nilai-nilai yang bisa diajarkan.


(16)

2. Nilai-nilai pendidikan dapat digali dari karya sastra khususnya dari novel.

3. Nilai-nilai pendidikan merupakan suatu yang sangat penting untuk diajarkan dan ditanamkan dalam diri para siswa, termasuk melalui karya sastra.

4. Nilai-nilai pendidikan sangat bermanfaat bagi kehidupan seluruh manusia.

5. Karya sastra memiliki nilai estetis apabila dapat memberikan dan menyajikan karya sastra tersebut sebagai suatu karya sastra yang indah.

C.

Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang meliputi nilai religi, nilai moral, nilai budaya, nilai estetika dan nilai sosial.

D.

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, dapat dirumuskan penelitian sebagai berikut; Nilai-nilai pendidikan apa sajakah yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.

E.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.


(17)

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan khususnya dibidang sastra. b. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya

penggunaan teori-teori sastra secara teknik analisis terhadap karya sastra.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan masukan untuk dapat menciptakan karya sastra yang lebih baik.

2. Penelitian ini dapat menambah pembelajaran bagaimana pentingnya meneliti nilai-nilai yang terdapat di dalam suatu karya sastra khususnya novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ini.

3. Penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan menambah khasanah penelitian sastra Indonesia sehingga bermanfaat bagi perkembangan sastra Indonesia.

b) Bagi Pembaca Umum

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah minat baca dan pengetahuan pembaca umum dalam mengapresiasikan karya sastra.

2. Penelitian ini dapat menjelaskan bagaimana pentingnya nilai-nilai pendidikan yang terdapat di dalam suatu karya sastra khususnya novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.


(18)

G.

Metode Penelitian

Adapun metode penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan dalam penelitian ini tidak terikat pada suatu tempat karena objek yang dikaji berupa naskah (teks) novel. Artinya setiap tempat dapat digunakan jika memungkinkan dan mendukung untuk dilaksanakan penelitian. Waktu yang digunakan dalam penelitian mulai dari 08 April 2014 sampai dengan 26 Agustus 2014.

2. Sumber Data

Sumber data merupakan tempat ditemukannya data-data yang akan ditulis. Adapun sumber data dalam penelitian ini berupa sumber data tertulis yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini. Sumber data yang diperoleh yaitu berdasarkan cerita atau analisis tentang novel Pertemuan Dua Hati dan analisis pengarang dengan karya-karyanya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik pustaka yaitu dengan menganalisis isi. Pada analisis ini peneliti kemudian mencatat dokumen-dokumen yang diambil dari data primer yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Datanya berupa novel, maka peneliti mencoba menelaah isi novel. Adapun langkah-langkah pengumpulan data dalam novel Pertemuan Dua Hati yaitu: a. Membaca secara cermat novel Pertemuan Dua hati karya Nh. Dini, b. Menentukan unsur intrinsik dalam novel Pertemuan Dua Hati, c. Mencatat kalimat yang menggambarkan adanya nilai-nilai

pendidikan dalam novel Pertemuan Dua hati karya Nh. Dini, d. Menganalisis nilai-nilai pendidikan dalam novel Pertemuan dua

Hati karya Nh. Dini. 4. Teknik Analisis Data


(19)

Penelitian ini dilakukan melalui berbagai tahapan untuk mendapatkan kesempurnaan sesuai dengan yang peneliti harapkan. Maka dari itu, dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan bentuk analisis data berupa tabel analisis data dan penggolongan nilai-nilai pendidikan, terkait dengan kajian terhadap novel yang peneliti analisis. Kelompok kategori penggolongan nilai-nilai pendidikan dari novel tersebut di antaranya, nilai religi, nilai moral, nilai sosial dan nilai budaya yang terdapat pada novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini.

Dari pengumpulan data di atas, dapat dijelaskan dalam tabel analisis sebagai berikut:

Tabel 1

FORMAT ANALISIS DATA NILAI-NILAI PENDIDIKAN

NOVEL PERTEMUAN DUA HATI

No Kutipan/Kalimat Hal Nilai-nilai Pendidikan

NR NM NB NE NS

Tabel 2


(20)

NOVEL PERTEMUAN DUA HATI

No Nilai-nilai Pendidikan Cek Halaman Jumlah

1. Nilai Religi

2. Nilai Moral

3. Nilai Budaya

4. Nilai Estetika

5. Nilai Sosial

Keterangan:

NR : Nilai Religi NM : Nilai Moral NB : Nilai Budaya NS : Nilai Estetika NE : Nilai Sosial

Analisis Nilai Religi ... Analisis Nilai Moral ... Analisis Nilai Budaya ... Analisis Nilai Estetika ... Analisis Nilai Sosial ...


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Definisi Sastra dan Karya Sastra

Berdasarkan asal-usulnya, istilah kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu susastra. Su berarti “bagus” atau “indah”, sedangkan sastra bararti “buku", “tulisan”, atau “huruf”. Berdasarkan dua kata itu susastra diartikan sebagai tulisan atau teks yang bagus atau tulisan yang indah. Istilah tersebut kemudian mengalami perkembangan. Kesusastraan tidak hanya berupa tulisan. Adapula yang berbentuk lisan. Karya semacam itu dinamakan sastra lisan. Oleh karena itu, sekarang kesusastraan meliputi karya lisan dan karya tulisan dengan ciri khas pada keindahan bahasanya. 1

Mempelajari sifat-sifat teks sastra secara sistematik serta fungsinya di dalam masyarakat dapat membantu kita untuk mengerti teks itu dengan lebih baik sehingga kita lebih banyak pengertian untuk menjadi seorang penggemar sastra, yakni nafsu ingin tahu dan kesabaran, pengalaman dalam membaca karya-karya sastra dan pengalaman mengenai hidup itu sendiri. Dalam penelitian yang bersifat hermeneuitik (menerangkan teks) penafsiran serta penilaian terhadap karya-karya sastra sendiri justru menjadi kancah perhatian.2

Pendek kata pengertian tentang sastra sendiri sering dimutlakkan dan dijadikan sebuah tolak ukur universal; padahal perlu diperhatikan kenisbian historik sebagai titik pangkal.3 Sastra adalah karya tulis yang, jika dibandingkan dengan karya tulis yang lain, memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan,

1

E. Kosasih. Apresiasi Sastra Indonesia. (Jakarta: Nobel Edumedia, 2008), h.1.

2

Java Van Luxemburg, Mieke Bal, dan Willem G. Weststeijn, Pengantar Ilmu Sastra, Terjemahan Dick Hartoko, (Jakarta: Grameedia,1982), h. 2.

3

Ibid., h. 4.


(22)

serta keindahan dalam isi dan ungkapannya. Ada tiga aspek yang harus ada dalam sastra, yaitu keindahan, kejujuran, dan kebenaran. Kalau ada sastra yang mengorbankan salah satu aspek ini, misalnya karena alasan komersial, maka sastra itu kurang baik. Sastra pun terdiri atas tiga jenis, yaitu puisi, prosa dan drama.4

Banyak sudah definisi sastra yang telah dikemukakan oleh para ahli sastra. Pada dasarnya, definisi tersebut mempunyai dasar pengertian yang sama, meskipun diuraikan dengan kalimat dan bahasa yang berbeda.5 Secara intuitif, memang siapapun mengetahui apa yang disebut sastra itu. Namun, deskripsi dari pengertian yang ada pada pikiran kita itulah yang masih sulit dirumuskan dalam bentuk kalimat yang tepat. Jika kita mencoba merumuskan definisi sastra berdasarkan intuisi tersebut biasanya banyak gejala yang luput dari kalimat yang kita susun. Sebagai contoh, merumuskan kata sastra saja, masih banyak perbedaan persepsi. Sastra misalnya dalam bahasa sansekerta berasal dari kata sas yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk atau instruksi, sedang tra berarti alat atau sarana.6

Pengertian tentang sastra yang berlaku pada zaman Romantik tidak merupakan suatu kesatuan. Tidak semua tokoh Romantik mempunyai pendapat yang sama mengenai sastra. Sekalipun demikian kita dapat menyebut beberapa ciri yang selalu muncul kembali.

a. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sang seniman menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan menyempurnakannya. Sastra terutama merupakan suatu luapan emosi yang spontan.

4

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1, (Jakarta Timur, Cetakan keenam, 2009), h. 159.

5

Zainuddin Fananie, Telaah Sastra, (Surakarta: Muhamadiyah University Press, 2002), h.3.

6

A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984), h. 23.


(23)

b. Sastra bersifat otonom, tidak mengacu kepada sesuatu yang lain; sastra tidak bersifat komunikatif. Sang penyair hanya mencari keselarasan di dalam karyanya sendiri.7

Karya sastra adalah artefak, adalah benda mati, baru mempunyai makna dan menjadi objek estetik 8 bila diberi arti oleh manusia pembaca sebagaimana artefak peninggalan manusia purba mempunyai arti bila diberi makna oleh arkeolog. Seperti telah dikemukakan bahwa karya sastra sebagai artefak tidak mempunyai makna tanpa diberi makna oleh pembaca. Disini faktor pembaca menjadi penting sebagai pemberi makna.

Dalam memberi makna kepada karya sastra itu, tentulah kritikus (pembaca) tidak hanya semau-maunya melainkan terikat kepada teks karya sastra sendiri sebagai sistem tanda yang mempunyai konvensi sendiri berdasarkan kodrat atau hakikat karya sastra. 9

Karya sastra tidak lahir dalam situasi kosong, tidak lepas dari sejarah sastra. Artinya sebelum karya sastra dicipta, sudah ada karya sastra yang mendahuluinya. Pengarang tidak begitu saja mencipta, melainkan ia menerapkan konvensi-konvensi yang sudah ada. Karya sastra selalu berada dalam ketegangan antara konvensi dan revolusi, antara yang lama dan yang baru.10 Oleh karena itu, untuk memberi makna karya sastra, maka prinsip kesejarahan harus diperhatikan.

Definisi-definisi sastra yang ada yang selama ini sering dijadikan patokan tentang pengertian sastra, umumnya masih bersifat parsial sehingga belum mampu memberikan gambaran pengertian sastra secara utuh. Keparsialan definisi tersebut oleh Jan Van Luxemburg, digolongkan menjadi 4 bagian yang meliputi:

7

Luxemburg. Op. cit., h. 5

8

Ibid., h.191

9

Prof. Dr. Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,1995), h. 107.

10


(24)

1. Definisi yang mencakup aspek terlalu banyak, sering lupa antara definisi deskriptif mengenai sastra itu apa dengan definisi evaluatif yang berkaitan dengan nilai yang menentukan suatu karya bernilai tinggi atau tidak;

2. Definisi yang ada merupakan definisi ontologis yaitu definisi yang mengungkapkan hakikat sebuah karya sastra sambil melupakan bahwa hendaknya didefinisikan di dalam situasi para pemakai atau pembaca sastra, norma, dan deskripsi sering dicampurbaurkan sehingga tidak disadari bahwa sementara karya untuk orang ini termasuk sastra sedang menurut orang lain bukan sastra;

3. Definisi yang terlalu dititikberatkan pada contoh sastra barat khususnya sejak jaman Renaissance, tanpa memperhitungkan sastra di luar jaman tersebut. Padahal di luar kebudayaan sastra Eropa, banyak dijumpai karya sastra yang berbeda yang mempunyai kekhasan;

4. Definisi yang hanya berkecenderungan dengan jenis-jenis sastra tertentu sehingga tidak relevan apabila diterapkan pada semua jenis sastra.11

B.

Definisi Novel

Novel merupakan salah satu hasil karya sastra yang diciptakan oleh seorang sastrawan. Biasanya novel disebut juga sebuah fiksi atau karya rekaan hasil imajinasi sastrawan itu sendiri, ada yang hanya imajinasi atau khayalan. Novel berasal dari novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah Abrams mengungkapkan novella sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Istilah novella dan novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah novelet (inggris:

11


(25)

novellet), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjang, namun juga tidak terlalu pendek.12

Dari istilah bahasa Inggris novel dan Prancis roman. Prosa rekaan yang panjang yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun. Cerita rekaan yang melukiskan puncak-puncak peristiwa kehidupan seseorang, mengenai kejadian-kejadian yang luar biasa dalam kehidupannya, secara melompat-lompat, dan berpindah-pindah. Dari berbagai peristiwa itu lahirlah konflik, suatu pertikaian yang kemudian justru mengubah nasib orang tersebut.13

Novel merupakan sebuah struktur organisme yang kompleks, unik, dan mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Hal inilah, antara lain, yang menyebabkan sulitnya pembaca untuk menafsirkannya. Untuk itu, diperlukan suatu upaya (boleh dibaca: kritik) untuk dapat menjelaskannya, dan biasanya, hal itu disertai bukti-bukti hasil kerja analisis. Dengan demikian, tujuan utama kerja analisis kesastraan, fiksi, puisi, ataupun yang lain, adalah untuk dapat memahami secara lebih baik karya sastra yang bersangkutan, di samping untuk membantu menjelaskan pembaca yang kurang dapat memahami karya itu. 14

Dari segi panjang cerita, novel (jauh) lebih panjang daripada cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks.15

12

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Bulaksumur, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2005), h. 9-10.

13

Perpustakaan Nasional RI, Dewan Direksi, Ensiklopedi Sastra Indonesia,(Bandung: Titian Ilmu;2004), h. 546.

14

Nurgiyantoro,op. cit., h. 31-32.

15


(26)

C.

Jenis-Jenis Novel

Dalam dunia kesusastraan sering ada usaha untuk mencoba membedakan antara novel serius dengan novel populer. Usaha itu dibandingkan dengan perbedaan antara novel dengan cerpen, atau antara novel dengan roman, sungguh tidak lebih mudah dilakukakan, dan lebih dari itu bersifat riskan. Pada kenyataannya sungguh tidak mudah untuk menggolongkan sebuah novel ke dalam kategori serius atau populer.16

Dari kedua jenis novel tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Novel Serius

Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara pengucapan yang baru pula. Singkatnya; unsur kebaruan diutamakan. Novel serius bersifat mengabdi kepada selera pembaca, dan memang, pembaca novel jenis ini tidak (mungkin) banyak. Hal itu tidak perlu dirisaukan benar (walau tentu saja hal itu tetap saja memprihatinkan). Jumlah novel dan pembaca serius, walau tidak banyak, akan punya gaung dan bertahan dari waktu ke waktu. Karena cuma novel serius inilah yang selama ini banyak dibicarakan pada dunia kritik sastra walau ada juga kritikus yang secara intensif membahas novel-novel populer.17

b. Novel Populer

Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja. Ia menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menjaman, namun hanya sampai pada tingkat permukaan. Novel populer tidak

16Ibid.,

h.17.

17


(27)

menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Sebab, jika demikian halnya, novel populer akan menjadi berat, dan berubah menjadi novel serius dan boleh jadi ditinggalkan oleh pembacanya. Oleh karena itu, novel populer bersifat artifisial, hanya bersifat sementara, cepat ketinggalan zaman, dan tidak memaksa orang untuk membacanya sekali lagi. Ia biasanya, cepat dilupakan orang, apalagi dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada masa sesudahnya.18

Novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini ini bisa disebut novel yang tergolong novel populer, karena novel ini novel yang populer pada masanya.

D.

Unsur-unsur Novel

Karya sastra seperti halnya novel terbentuk atas unsur-unsur yang membentuknya, yaitu unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membentuk utuhnya sebuah novel yang meliputi tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang (point of view), gaya cerita, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi bangunan suatu karya sastra. Kedua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan, karena saling berkaitan satu sama lainnya. Peneliti akan menjabarkan masing-masing unsur yang membangun sebuah novel.

1. Unsur Instrinsik

Berbicara mengenai novel maka akan dapat kita ketahui bahwasannya sebuah novel dibangun oleh beberapa unsur, salah satunya yaitu unsur intrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang

18


(28)

menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.19

a. Tema

Kata tema seringkali disamakan dengan pengertian topi; padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Kata topik berasal dari bahasa Yunani topoi yang berarti tempat. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan. Sedangkan tema merupakan tulisan atau karya fiksi. 20

Tema merupakan gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair.21 Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Karena sastra merupakan refleksi kehidupan masyarakat.22

Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa, tema adalah suatu cerita yang di dalamnya terdapat ide atau gagasan yang akan disampaikan pengarang lewat cerita yang disajikannya.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan cenderung tertentu seperti yangdiekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dalam hal ini, khususnya dari pandangan teori

19

Nurgiyantoro, op. cit., h. 23.

20

Prof. M. Atar, Semi. Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya), h. 42.

21

Herman J, Waluyo, Teori Apresiasi Sastra,(Jakarta: Erlangga, 1987), h. 106.

22


(29)

resepsi, pembacalah sebenarnya yang memberi arti semuanya. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemahaman itu dilakukan berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal). Pembedaan antara tokoh yang satu dengan yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik.23

Dengan demikian, istilah “penokohan” lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Tokoh, watak, dan segala emosi yang dikandungnya itu adalah aspek isi, sedangkan teknik perwujudannya dalam karya fiksi adalah bentuk. Jadi, dalam istilah penokohan itu sekaligus terkandung dua aspek: isi dan bentuk.

c. Alur

Alur termasuk salah satu unsur intrinsik yang terpenting dalam suatu cerita. Alur ialah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku.24 Alur sebuah cerita dapat disimpulkan dari data yang disajikan dalam teks. Secara intuitif ini dilakukan oleh seorang murid yang menceritakan kembali apa yang dibacanya.

Alur merupakan bagian terpenting dalam cerita fiksi. Alur tersebut membentuk pola sambung sinambung

23

Nurgiyantoro,op. cit., h. 165-166

24


(30)

dalam sebuah peristiwa yang berdasarkan sebab-akibat. Alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi.

Dapat disimpulkan bahwa alur adalah bagian terpenting dalam cerita fiksi yang dialami para pelaku dalam suatu rentetan peristiwa.

d. Latar

Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu, yang menyaran pada pengertian tempat, hubungan, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.25 Latar atau tandas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi. Termasuk di dalam latar ini adalah tempat atau ruang yang dapat diamati, seperti di kampus, di sebuah kapal yang berlayar ke Hongkong, di kafetaria, di dalam penjara, di sebuah puskesmas dan sebagainya. Termasuk di dalam unsur latar atau landas tumpu ini adalah waktu, hari, tahun, musim, atau periode sejarah. 26

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat peristiwa yang diceritakan oleh sastrawan. Latar bukan hanya menunjukkan tempat dan waktu saja, namun juga menceritakan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang di ceritakan.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang, point of view, viewpoint, merupakan salah satu unsur fiksi yang oleh Stanton digolongkan sebagai

25

Nurgiyantoro,op. cit., h. 216.

26


(31)

sarana cerita, literary device. Walaupun demikian, hal itu tidak berarti bahwa perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut pandang haruslah diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita. Sudut pandang dalam karya fiksi mempersoalkan; siapa yang menceritakan, atau dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat. Dengan demikian, pemilihan bentuk pesona yang dipergunakan, di samping mempengaruhi perkembangan cerita dan masalah yang diceritakan, juga kebebasan dan keterbatasan, ketajaman, ketelitian, dan keobjektifan terhadap hal-hal yang diceritakan.27

Berdasarkan definisi ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang adalah strategi, teknik maupun siasat yang dikemukakan oleh pengarang dalam menceritakan sebuah cerita karya fiksinya.

f. Gaya Bahasa

Bahasa adalah seni sastra dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, sarana, yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung nilai lebih daripada sekedar bahannya itu sendiri. Sastra khususnya fiksi, di samping sering diseebut dunia dalam kemungkinan, juga dikatakan sebagai dunia dalam kata. Hal itu disebabkan “dunia” yang diciptakan, dibangun, ditawarkan, diabstraksikan, dan sekaligus ditafsirkan lewat kata-kata, lewat bahasa.28

27Ibid

., h. 246-247.

28


(32)

Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis di atas lempengan lilin. Walaupun style berasal dari bahasa latin, orang Yunani sudah mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu. Gaya bahasa atau style dapat dijelaskan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.29 Bahasa dalam seni sastra disamakan dengan cat dalam seni lukis, keduanya merupakan unsur suatu bahan, alat, dan sarana yang dapat diolah untuk dijadikan sebuah karya sastra yang mengandung “nilai lebih” daripada sekedar bahannya itu sendiri. Sastra, khusunya fiksi di samping sering disebut dunia dalam kemungkinan juga dikatakan sebagai dunia dalam kata. Hal itu disebabkan “dunia” yang diciptakan, dibangun, ditawarkan, diabstraksikan, dan sekaligus ditafsirkan lewat kata-kata, lewat bahasa.30

Dapat disimpulkan bahwa bahasa sastra berbeda dengan bahasa nonsastra atau bahasa yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari. Dimana gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa pengarang untuk mengungkapkan sesuatu yang akan di kemukakan melalui cipta hasil karya sastranya. g. Amanat

Pada dasarnya amanat berisikan ajakan moral yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat juga salah satu makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup

29

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 112.

30


(33)

pengarang yang bersangkutan, pandangannya tantangan nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Moral ini merupakan “petunjuk” yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Moral ini bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan, atau ditemukan modelnya, dalam kehidupan nyata, sebagaimana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya.

2. Unsur Ekstrinsik

Selain unsur instrinsik, sebuah novel dibangun pula oleh unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik merupakan segala sesuatu yang menginspirasikan penulisan karya sastra dan mempengaruhi karya sastra secara keseluruhan.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra, atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun tidak ikut menjadi dan mempengaruhi di dalamnya. 31

a. Unsur Biografi

Penyebab utama lahirnya karya sastra adalah penciptanya sendiri. Biografi hanya bernilai sejauh memberi masukan tentang penciptaan karya sastra. Tetapi biografi dapat juga dinikmati karena mempelajari hidup pengarang yang jenius, menelusuri perkembangan moral,

31


(34)

mental, dan intelektualnya, yang tentu menarik. Biografi dapat juga dianggap sebagai studi yang sistematis tentang psikologi pengarang dan proses kreatif.32

Jadi, unsur biografi dalam sastra ini merupakan suatu karya sastra yang berasal dari kehidupan pribadi pengarang yang dibentuk dalam suatu karya sastra melalui penyaringan terlebih dahulu, agar mendapatkan gambaran biografi yang jelas dan baik.

b. Unsur Masyarakat

Sastra adalah institusi sosial yang memakai medium bahasa. Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan matra bersifat sosial karena merupakan konvensi dan norma masyarakat.33 Pengarang adalah seorang warga masyarakat yang tentunya memiliki pendapat mengenai masalah-masalah politik dan sosial yang sangat penting dan mengikuti perkembangan zaman yang sedang terjadi.

Dapat disimpulkan bahwa pendekatan masyarakat ini, melibatkan sosial, dan politik masyarakat itu sendiri. Pengarang adalah bagian dari masyarakat dan makhluk sosial, maka itu membutuhkan satu sama lain dalam suatu kehidupan masyarakat.

c. Unsur Psikologi

Istilah “psikologi sastra” mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu:

32

Rene Wellek&Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT Gramedia, 1989), h. 82.

33


(35)

1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi

2) Studi proses kreatif

3) Dampak sastra bagi pembaca.34

Berikut penjelasan masing-masing dari istilah psikologi sastra, di antaranya:

1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi

Memiliki arti bahwa penyair atau seorang pengarang adalah pelamun yang diterima oleh masyarakat. Penyair tidak perlu mengubah pengertiannya, ia boleh meneruskan dan mempublikasikan lamunannya.

2) Studi proses kreatif

Studi ini meliputi seluruh tahapan, mulai dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra sampai pada perbaikan terakhir yang dilakukan pengarang. Bagi sejumlah pengarang, bagian akhir ini yang merupakan tahapan yang paling kreatif.

Setiap pembahasan modern mengenai proses kreatif pasti menyorot kepada peran alam bawah sadar pengarang. Pengarang yang sering membicarakan proses kreatifnya akan lebih suka menyinggung prosedur teknis yang dilakukan dengan sadar daripada membicarakan “bakat alam” atau pengalaman yang

34


(36)

menjadi bahan karya, atau karya sebagai cermin atau prisma dari pribadi mereka.

3) Dampak sastra bagi pembaca

Dampak sastra ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, yang bersifat fositif dan dampak yang bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif ditunjukkan dengan si pembaca mampu mengambil hikmah dari sebuah cerita yang dibacanya dan mampu meniru hal-hal yang positif. Sedangkan dampak yang bersifat negatif ditunjukkan oleh pembaca dengan meniru serta mengambil hal-hal atau prilaku yang lebih tertuju kepada hal yang jelek dalam suatu cerita.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kebenaran psikologi merupakan suatu karya seni mutlak keberadaannya dalam sebuah karya sastra.

E.

Definisi Nilai

Nilai merupakan sesuatu yang berhubungan dan diyakini oleh seseorang atau masyarakat sebagai acuan dalam bertindak. Nilai bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin jika difungsikan dengan baik dan benar. Nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, nilai dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku baik disadari maupun tidak.35 Berdasarkan pendapat Kaelan di atas, pada prinsipnya nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat dalam kehidupan. Sehingga manusia dapat mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, nilai juga dapat dijadikan landasan serta motivasi untuk bertingkah laku baik itu secara sadar atau

35


(37)

sebaliknya, jadi dengan adanya sikap seperti ini maka manusia ada alasan untuk bersikap baik atau buruk terhadap orang lain tergantung bagaimana manusia itu sendiri yang menjalankannya. Spranger mengungkapkan, nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Dengan demikian, nilai merupakan sesuatu yang diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya. Nilai merupakan sesuatu yang memungkinkan individu atau kelompok sosial untuk membuat keputusan mengenai apa yang dibutuhkan atau sebagai suatu yang ingin dicapai. Secara dinamis, nilai dipelajari dari produk sosial dan secara perlahan diinternalisasikan oleh individu ke dalam dirinya serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknya. Nilai merupakan standar konseptual yang relatif stabil yang secara eksplisit atau implisit membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai serta aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologisnya.36

Jadi kesimpulan yang peneliti bisa ambil bahwa nilai adalah sesuatu yang penting dan berguna yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu.

1. Jenis-jenis Nilai

Nilai dipandang penting oleh setiap orang, namun pandangan orang tentang nilai tentulah berbeda-beda, itulah sebabnya nilai memiliki pengertian dan jenis. Nilai berhubungan erat dengan kegiatan manusia menilai. Menilai

36

Prof. Dr. H. Mohammad Asrorii, M.Pd. Psikologi Pembelajaran, (Bandung: Cv Wacana Prima, 2009), h.153.


(38)

berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang selanjutnya diambil suatu keputusan. Keputusan nilai dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau tidak benar, baik atau buruk, manusiawi atau tidak manusiawi, religius atau tidak religius. Penilaian ini dihubungkan dengan unsur-unsur atau hal-hal yang ada pada manusia, seperti jasmani, cipta, karsa, rasa dan keyakinan.

Sesuatu dipandang bernilai karena sesuatu itu berguna, maka disebut nilai kegunaan, bila benar dipandang bernilai maka disebut nilai kebenaran, indah dipandang bernilai maka disebut nilai keindahan (estetis), baik dipandang bernilai maka disebut nilai moral, religius dipandang bernilai maka disebut nilai keagamaan.

Jenis-jenis nilai yang dikemukakan oleh Notonegoro membagi nilai menjadi tiga macam:37

1. Nilai Material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia, atau kebutuhan material ragawi manusia.

2. Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

3. Nilai Kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai ini dapat dibedakan atas empat macam:

a. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia

37


(39)

b. Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan manusia

c. Nilai Kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak manusia

d. Nilai religius, yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan atau keyakinan.

Peneliti menyimpulkan bahwa nilai merupakan landasan penting bagi kehidupan manusia. Nilai membatasi manusia dalam menilai sesuatu, dan dengan berpedoman pada nilai- nilai kehidupan, manusia akan dapat terjaga etika, kesopanan dan sikap dalam hidup bermasyarakat. 2. Definisi Pendidikan

Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasan pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap.38

Sifat hakikat manusia diartikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang secara prinsipal (jadi bukan hanya gradual) membedakan manusia dari hewan. Meskipun antara manusia dengan hewan banyak kemiripan terutama jika dilihat dari segi biologisnya.39

Selanjutnya dikatakan pula bahwa, memanusiakan manusia atau proses humanisasi melihat manusia sebagai suatu

38

Tirtarahardja, Umar, dan S.L. La Sulo. Pengantar Pendidikan Edisi Revisi, (PT Rineka Cipta, 2013), h. 37.

39


(40)

keseluruhan di dalam eksistensinya. Eksistensi ini menurut penulis adalah menempatkan kedudukan manusia pada tempatnya yang terhormat dan bermartabat. Kehormatan itu tentunya tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang selalu dipegang umat manusia.

3. Nilai-nilai Pendidikan

Nilai pendidikan adalah nilai yang dapat menyiapkan peserta didik dalam peranannya di masa yang akan datang melalui pengajaran dan latihan. Dengan kata lain, pendidikan merupakan bagian integral pengajaran itu sendiri. Adapun macam-macam nilai pendidikan terdiri dari nilai religius, nilai moral, nilai sosial, nilai budaya dan nilai estetika. 4. Macam-macam Nilai Pendidkan

a. Nilai Religius

Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntutan agama dan selalu ingat kepada Tuhan. Nilai-nilai religius yang terkandung dalam karya sastra dimaksudkan agar penikmat karya tersebut mendapatkan renungan-renungan batin dalam kehidupan yang bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai religius dalam bersifat individual dan personal.

Agama merupakan kunci sejarah, kita baru dapat memahami jiwa suatu masyarakat, bila kita memahami agamanya.40 Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah sebuah keberadaan sastra itu sendiri.41 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

40

Semi. Op. cit., h. 21.

41


(41)

Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak bersumber pada kepercayaan aatau keyakinan manusia.

b. Nilai Moral

Moral merupakan landasan bagaimana manusia harus bertindak atau berprilaku. Jika manusia tidak menjalankan landasan tersebut maka terjadilah perilaku-perilaku yang menyimpang yang tidak diinginkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Moral merupakan ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, dan kelakuan mengenai akhlak, budi pekerti, kewajiban, dan sebagainya.42 Pendapat yang dikemukakan Kenny, bahwa moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu sarana yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, dapat diambil (ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Moral merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. 43

Nilai moral yang terkandung dalam karya seni bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai apa yang harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat bagi masyarakat yang dianggap baik.

42

Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1988), h. 592.

43


(42)

Pendapat yang dikemukakan oleh Kenny lebih berhubungan dengan pembaca karena pengarang sengaja menghubungkan masalah kehidupan seperti tingkah laku, sikap, serta kesantunan dalam pergaulan, karena moral sipatnya praktis, oleh sebab itu moral bisa ditonjolkan atau ditampilkan dalam cerita lewat tingkah laku para tokoh secara nyata.

Ada perbedaan antara Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kenny tentang moral yaitu, dalam KBBI lebih mengarah kepada bagaimana manusia itu berprilaku terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain, terhadap tuhan, serta menekankan manusia sadar dan memahami supaya tidak terjadi perilaku-perilaku yang menyimpang dalam menjalani kehidupan. Kenny menyatakan lebih menghubungkan masalah sikap manusia dalam pergaulan, karena menurutnya moral itu sifatnya praktis, sehingga mudah untuk ditiru oleh manusia, tetapi bagaimana manusia itu sendiri menanggapinya.

Pada dasarnya nilai moral adalah landasan yang telah disepakati dan dijadikan tolak ukur untuk menetukkan baik buruk tingkah laku, budi pekerti seseorang. Remaja dikatakan bermoral jika mereka memiliki kesadaran hal-hal yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Tindakan-tindakan tidak bermoral terjadi ketika orang menghindari proses menjadi diri sendiri dengan berbagai alasan atau komitmen untuk membiarkan diri dikuasai dan diarahkan oleh nilai moral itu sendiri.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa moral adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan manusia


(43)

yang dilakukan secara sadar kepada dirinya, orang lain, serta kepada Tuhannya supaya tidak terjadi perilaku menyimpang dalam pergaulan.

c. Nilai Sosial

Kata “sosial” berarti hal-hal yang berkenan dengan masyarakat atau kepentingan umum. Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Perilaku sosial berupa sikap seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya yang ada hubungannya dengan orang lain, cara berfikir, dan hubungan sosial bermasyarakat antar individu.

Manusia tidak terlepas dari pengaruh masyarakat, rumah, sekolah dan lingkungan yang lebih besar dalam kehidupannya. Oleh karena itu, manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam kehidupannya tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan untuk hidup berkelompok dengan manusia lain, seperti kebutuhan atau sikap tolong menolong, kasih sayang, kepedulian sosial, kepekaan terhadap sesama.

d. Nilai Estetika

Berbicara tentang sastra tidak dapat terlepas dari berbicara tentang keindahan karena sastra itu adalah salah satu karya seni, dan karya seni itu adalah karya yang


(44)

mengandung unsur keindahan. Keindahan adalah persoalan sulit yang belum dapat dipisahkan. 44

Sastra sebagai suatu karya seni jelas merupakan hasil ciptaan seniman, karena itu keindahan yang terdapat padanya bukanlah keindahan alamiah melainkan merupakan daya cipta dan hasil kreasi.

F.

Penelitian yang Relevan

1. Kori Lovita Dewi dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Nilai Sosial Pada Novel dari Rue Saint Simon ke

Jalan Lembang karya Nh. Dini”. Dalam kesimpulannya novel ini menganalisis nilai sosial yang terkandung di dalamnya yaitu pada novel Rue Saint Simon karya Nh. Dini, novel ini menceritakan keadaan suhu di Eropa selain itu perbedaan tingkah laku dan pola pikir manusia yang memang dapat mempengaruhi individu lainnya.

2. Panji Pradana dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Interstektual Dalam Novel Namaku Hiroko karya Nh.

Dini”. Dalam kesimpulannya kajian ini dimaksudkan sebagian kajian terhadap sejumlah teks sastra yang mempunyai bentuk-bentuk hubungan tertentu, misalnya untuk menemukan adanya hubungan unsur-unsur instrinsik seperti ide, gagasan, peristiwa, plot, penokohan, gaya bahasa dan lain sebagainya diantara teks yang dikaji.

3. Nani Frigiawati dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Nilai Moral dalam Novel Pada Sebuah Kapal

karya Nh. Dini dan Implikasinya terhadap Pembelajaran

Sastra di SMA”. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi nilai moral yang ada dalam novel Pada Sebuah Kapal, yang

44


(45)

terdiri atas hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan suami dengan istri, hubungan manusia dengan tuhan. Nilai moral yang dominan digambarkan pengarang ialah hubungan manusia dengan manusia lain, yaitu hubungan kasih sayang orang tua dengan anak dan keegoisan dalam hubungan suami dan istri.


(46)

33 A. Biografi Nh. Dini

Nh. Dini nama lengkapnya Nurhayati Sri Hardini lahir tanggal 29 Februari 1936 di Semarang, Jawa Tengah. Dia adalah putri bungsu dari pasangan Salyowijoyo, seorang pegawai perusahaan kereta api, dan Kusaminah. Nh. Dini berkakak empat orang, yaitu (1) Heratih, (2) Mohamad Nugroho, (3) Siti Maryam, dan (4) Teguh Asmar. Dari keempat saudaranya itu yang paling akrab dengan Dini adalah Teguh Asmar karena keduanya sama-sama seniman. Nh. Dini juga dekat dengan ayahnya yang telah membimbingnya dalam mencintai seni. Sebelum meninggal, ayahnya berpesan agar Dini belajar menari dan memukul gamelan yang tujuannya untuk mendidiknya supaya memahami kelembutan dalam kehidupan. Itulah sebabnya, mengapa tokoh utama wanita dalam novelnya Pada Sebuah Kapal sangat menonjol kelembutannya. Nh. Dini juga berdarah Bugis, selain Jawa.1

Tahun 1960 Nh. Dini dipersunting seorang diplomat Prancis bernama Yves Coffin yang pada saat itu sedang bertugas di Indonesia selama empat tahun. Setelah menikah, mereka pindah ke Jepang. Setahun kemudian, yaitu tahun 1961 lahir anak pertamanya yang diberi nama Marie Glaire Lintang. Dari Jepang mereka pindah ke Kamboja tahun 1967 lahir pula anak kedua (laki-laki) bernama Louis Padang di L‟Hay -„les Roses, Prancis. Akhirnya, mereka menetap di Prancis. Akan tetapi, rumah tangga pasangan Nh. Dini dan Yves Coffin ini akhirnya setelah

1

Perpustakaan Nasional RI, Dewan Direksi, Ensiklopedi Sastra Indonesia,(Bandung: Titian Ilmu;2004), h. 190.


(47)

mereka jalani selama kurang lebih dua puluh tahun. Setelah menyelesaikan urusan perceraiannya, tahun 1980 Nh. Dini kembali ke tanah air dalam keadaan sakit kanker. Akan tetapi, kini kesehatannya telah pulih kembali dan aktif menulis sambil memupuk bakat menulis kepada anak-anak bersama pondok bacanya di desa Kedung Pani, beberapa kilometer arah barat laut kota Semarang. Pondok baca yang semula berada di Semarang itu pindah ke Yogyakarta mengikuti kepindahan Nh. Dini yang kini tinggal di Graha Wredha Mulya 1-A (2003). Selain itu, ada pula pondok baca cabang Jakarta, dan Kupang Timur.

Dalam hal keyakinan, Nh. Dini tidak tegas memeluk salah satu agama, hanya diakuinya bahwa dia pernah mendapat pendidikan agama Islam Jawa. Kepada anaknya dia juga tidak memaksakan agama apa yang harus mereka anut walaupun dia mengirim anak-anaknya ke gereja ketika mereka masih kecil. Dini memberikan kebebasan memilih agama kepada anaknya, hanya pendidikan tentang budaya yang harus dianut anak-anaknya dia berikan. Mereka diberi kesempatan untuk mendengarkan Indonesia, seperti gamelan Jawa, Bali, Sunda, di samping menari.

Dini tidak sempat mengenyam pendidikan di perguruan tinggi karena ketika usianya tiga belas tahun, ayahnya meninggal dunia. Akan tetapi, dia sangat haus akan ilmu. Oleh karena itu, setiap ada kesempatan, dia menyempatkan diri mengikuti pendidikan, seperti mengikuti pendidikan untuk menjadi pegawai GIA. Di samping itu, dengan kelincahannya dia juga mengikuti Kursus BI Sejarah dan bahasa asing pada tahun 1957.

Nh. Dini pernah bekerja sebagai penyiar RRI Semarang. Setelah lulus pendidikan di GIA, dia bekerja sebagai pramugari di Jakarta (1957-1960). Akan tetapi, setelah bersuami pada tahun 1960, Dini berhenti dari pekerjaannya karena mengikuti suami.


(48)

Sebagai sastrawan, Nh. Dini menulis berbagai genre sastra, yaitu puisi, drama, cerita pendek, dan novel. Akan tetapi, dia sangat terkenal sebagai novelis. Bakat kepengarangannya terbina sejak kecil, terutama karena dorongan ayahnya yang selalu menyediakan bacaan bagi putri bungsunya ini. Dia baru menyadari bahwa bakat menulisnya muncul ketika gurunya di sekolah mengatakan bahwa tulisannya merupakan yang terbaik di antara tulisan kawan-kawannya dan tulisannya dijadikan sebagai contoh tulisan yang baik. Dia memupuk bakatnya dengan selalu mengisi majalah dinding di sekolahnya. Dia juga menulis esai dan puisi secara teratur dalam buku hariannya. Tahun 1952 puisi Nh. Dini dimuat dalam majalah Budaja dan Gadjah Mada di Yogyakarta dan juga dibacakan pada acara “Kuntjup Mekar” di Radio Jakarta. Cerpennya dimuat di dalam majalah Kisah dan Mimbar Indonesia, seperti “Kelahiran” (1956), “Persinggahan” (1957), dan “Hati yang Damai” (1960). Di dalam lembar kebudayaan majalah Siasat dimuat cerita pendek yang berjudul “Penungguan” (1955), “Pagi Hudjan” (1957), “Pengenalan” (1959), “Sebuah Teluk” (1959), “ Hati yang Damai” (1959). Dan “Seorang Paman” (1960).

Bakat kesenimanannya tidak terbatas pada karya sastra. Bersama kakaknya, Teguh Asmar, Nh. Dini mendirikan perkumpulan seni “Kuntjup Seri” yang kegiatannya berlatih karawitan atau gamelan, bermain sandiwara, dan menyanyi, baik lagu-lagu Jawa maupun lagu Indonesia. Di samping aktif dalam kegiatan itu, Nh. Dini juga masih sempat bekerja sebagai anggota redaksi ruangan “Kebudayaan” dalam majalah pelajar kota Semarang, Gelora Muda.

Kariernya sebagai sastrawan diawali dengan menulis puisi dalam buku harian. Selanjutnya, dia aktif menulis drama yang disajikan di RRI Semarang. Dalam acara lomba drama, cerita pendek juga merupakan kegiatan lain yang digarapnya. Cerita-cerita pendek itu kemudian dimuat


(49)

dalam berbagai media massa. Ada juga cerita pendeknya yang sudah diterbitkan dalam kumpulan cerita pendek.

Tentang kesusastraannya, A. Teeuw berpendapat dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II, 1989 bahwa Nh. Dini adalah pengarang sastra prosa Indonesia modern terkemuka. Menurut Teeuw, novel-novelnya sangat mengesankan, baik jumlah maupun mutunya. Karya-karyanya dipuji sebagai karya yang menunjukkan jejak-jejak kecenderungan dan pengalaman internasional sang pengarang, bukan sebagai novelis pertama-tama. Walaupun demikian, dia hampir tidak terpengaruh oleh penulisan novel Barat Modern, tetapi berpegang pada pribadinya.2

B. Sinopsis

Bu Suci adalah seorang guru SD yang selalu memiliki tanggung jawab besar untuk menjalankan profesinya. Pada suatu hari, ia harus pindah mengajar ke Semarang karena suaminya dipindahtugaskan ke kota tersebut. Dalam hatinya telah terbayang masa penantian yang lama sebelum ia mendapatkan tempat mengajar yang baru. Ia membayangkan bahwa hari-harinya yang dilalui di kota itu akan dirasakan sangat panjang dan menyiksa. Namun, semua yang dibayangkan itu menjadi sirna ketika diterima disebuah sekolah dasar yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Bahkan, ia dipercaya memegang dua kelas sekaligus.

Sejak saat itu Bu Suci menjadi guru disekolah tersebut. Ia mendapat sambutan yang hangat dari rekan-rekan sesama guru. Ia tidak mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungannya yang baru, sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Pada hari keempat, Bu Suci baru menyadari bahwa salah seorang muridnya bernama Waskito tidak pernah masuk sekolah tanpa ada keterangan yang pasti. Tak ada satu muridpun yang mengetahui alasan ketidakhadiran Waskito. Ketika ia

2Ibid


(50)

menanyakan tentang murid tersebut kepada rekan guru, ia mendapat jawaban yang tidak memuaskan hatinya. Bahkan, ia diminta untuk tidak memperdulikan ketidakhadiran Waskito karena kedatangan anak itu disekolah hanya akan menambah masalah bagi dirinya. Kenakalannya terkadang melewati batas. Tentu saja sebagai seorang guru, hati Bu Suci terpanggil untuk melakukan pendekatan intensif kepadanya. Menurutnya, anak semacam Waskito perlu mendapatkan perhatian ekstra darinya.

Pada saat yang sama, anak bungsunya terserang penyakit ayan. Kedua hal ini membebani pikirannya. Ia bingung untuk menentukkan mana yang lebih dulu ditanganinya. Ketika ia memilih anaknya, panggilan hatinya sebagai seorang guru menyentak-nyentak hatinya. Ia mengharapkan semua muridnya menjadi anak yang baik yang berguna bagi nusa dan bangsa. Sebaliknya, bila ia mengutamakan muridnya, ia akan mengalami berdosa jika si bungsu mengalami penderitaan yang panjang karena kurang mendapat perhatian darinya sehingga masa depannya akan menjadi suram. Diantara kebimbangan itulah, ia memutuskan untuk memilih keduanya. Ia tetap memperhatikan anak bungsunya, namun ia juga berusaha melakukan pendekatan dengan Waskito. Pada mulanya usaha Bu Suci tidak sia-sia karena Waskito mulai rajin sekolah dan tidak menampakkan kenakalannya. Namun, beberapa hari kemudian ia kembali pada sifatnya semula. Bu Suci mulai membenarkan pendapat rekan-rekan sesama guru bahwa Waskito tidak akan pernah berubah menjadi murid yang baik karena ia telah terbiasa dimanja dengan harta.

Kepala sekolah yang mengetahui masalah Waskito memberikan waktu satu bulan kepada Bu Suci untuk melakukan pendekatan kepada anak itu. Dalam hati Bu Suci muncul keyakinan bahwa ia harus mencari cara pendekatan yang tepat untuk menghilangkan kenakalan anak itu. Usahanya tidak sia-sia karena tak berapa lama kemudian tingkah laku Waskito menunjukkan perubahan kearah yang positif. Ia menjadi murid


(51)

yang baik, bahkan ia berhasil naik kelas. Bu Suci merasa bangga karena tujuannya tercapai. Kebahagiaan Bu Suci semakin bertambah ketika anak bungsunya dinyatakan sembuh dari penyakitnya.


(52)

39

A.

Analisis Unsur Intrinsik dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh.

Dini

Di bawah ini akan dipaparkan struktur novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yang terdiri atas tema, tokoh, alur, latar (setting), sudut pandang, dan gaya bahasa.

1. Tema

Tema yang diangkat dari novel Pertemuan Dua Hati ini adalah menceritakan tentang penyatuan hati dan masalah yang sangat berlainan menjadi satu titik. Selain itu, novel Pertemuan Dua Hati ini memiliki tema lain yaitu tanggung jawab seorang guru SD dalam menjalankan kehidupannya dengan pilihan hidup yang harus dia hadapi. Hal ini dibuktikan dalam kutipan sebagai berikut:

tuhan memberikan dua percobaan sekaligus kepadaku, penyakit anakku dan murid sukar, beban berat yang bersamaan datangnya barangkali mengandung maksud tertentu.akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa mungkin keduanya ada hubungan.1

Dari kutipan di atas tergambar bahwa Ibu Suci benar-benar menjalani hidupnya dengan berat.

2. Tokoh

Cerita dalam sebuah novel tidak akan ada tanpa tokoh yang menggerakkan cerita dan membentuk alur dengan segala macam permasalahan yang dialaminya. Hal ini menunjukkan bahwa tokoh merupakan hal penting dalam sebuah novel.

a. Orangtua Ibu Suci: Baik

Adapun bukti kutipannya sebagai berikut:

1


(53)

Ibu dan ayahku membujukku untuk memilih bersekolah sebagai guru, kemudian ayahku mengantarkanku ke Semarang untuk mendaftarkan diri di sekolah pendidikan guru walaupun berkeberatan, tapi kini aku tidak menyesal mengambil karir sebagai guru.2

Dari kutipan di atas tergambar bahwa orang tua selalu memilihkan yang terbaik untuk anaknya, dan bu Suci pun ternyata mulai menerima keputusan orang tuanya.

b. Ibu Suci

1. Tidak mudah menyerah

Adapun bukti kutipannya sebagai berikut:

Meskipun kemampuan otakku memadai, namun bapak tidak menyanggupi untuk membiayai, adikku tiga orang dan kuputuskan untuk bekerja guna menambah pemasukan uang.3

Dari kutipan tersebut maka dapat diketahui kondisi perekonomian keluarga bu Suci sangat sulit, ia kemudian memutuskan untuk bekerja agar bisa melanjutkan sekolah dan tidak memberatkan hidupnya kepada kedua orangtuanya. 2. Sabar

Adapun bukti kutipannya sebagai berikut:

Beberapa kali ku tanya pada muridku, namun tetap tidak ada jawaban. Aku berusaha bersikap sebiasa mungkin, tanpa mendesak, tanpa memperlihatkan keherananku. 4

Dari kutipan tersebut, maka bisa terlihat bahwa bu Suci tidak ingin mendesak para muridnya untuk memberikan informasi. Ia memilih untuk bersabar dan mengganti cara lain, agar semua pertanyaan di pikirannya dapat terjawab.

3. Waskito 1. Jahil

Adapun bukti kutipannya sebagai berikut:

2Ibid.

h.10

3

Ibid.

4Ibid


(54)

Di tengah-tengah waktu pelajaran terdengan suara benda kecil sebentuk kelereng jatuh. Itulah Waskito mengganggu teman-temannya dengan melempari kapur. Setelah berkali-kali, seorang murid perempuan berani mengatakan keluhan.

“ah, Waskito! Kenapa sih kamu!” 5

Dari kutipan tersebut, tokoh Waskito memang sangat senang mengganggu temannya.

2. Mudah emosi

Adapun bukti kutipannya sebagai berikut:

Dalam tanya jawab yang ku paksakan itu dia mengaku bahwa dia marah karena kawan-kawannya mengejek tanaman miliknya yang kurang subur, kalah dari tunas-tunas lain. 6

Bukti kutipan itu menjelaskan tentang salah satu sifat Waskito yaitu mudah marah, karena setiap kali ada teman yang mengejeknya ia langsng melampiaskan kemarahan itu tanpa mengoreksi diri terlebih dahulu.

3. Alur

Alur yang terdapat dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini yakni Alur maju. Karena dalam novel tersebut diceritakan tentang masalah yang selalu menghampiri hidup tokoh Ibu Suci dan Ia dituntut untuk memecahkan masalhnya hingga akhir.

Berikut ini pemaparan alur dalam novel Pertemuan Dua hati: a. Tahap Perkenalan

Tahap pertama dari sebuah alur yaitu perkenalan.

Dalam novel ini Ibu Suci memulai cerita dengan memilih profesi sebagai guru, hal ini terdapat dalam kutipan sebagai berikut.

Bapak mengantarkan Aku ke Semarang untuk mendaftarkan diri ke sekolah pendidikan guru, lalu kesempatan libur aku gunakan untuk menengok keluarga di Purwodadi. Sesudah bertahun-tahu mengajar aku tidak menyesal telah menuruti nasehat orang tuaku, aku merasa senang dengan pekerjaanku.7

5 Ibid

.h.55

6Ibid.

h.83

7


(55)

Dari kutipan di atas, Ibu Suci memulai hidupnya dengan mengabdi sebagai guru ia belajar di kota Semarang dan sesekali ia pulang sebagai obat rindu kepada keluarga dan kampung halaman. b. Konflik

Adapun konflik dari cerita di mulai saat tokoh Bu Suci yang telah menjalani pofesi sebagai guru, ia dihadapkan pada pilihan untuk hijrah dari desanya yaitu Purwodadi menuju ke Semarang. Hal ini dapat di pahami dari kutipan sebagai berikut:

Aku turut gembira dengan kenaikan pangkat suamiku,aku dan anak-anakku harus meninggalkan purwodadi dan tempat kerjaku selama ini, kantor di kota memerlukan suamiku sebagai ahli mesin dan pengawas bengkel, dia harus mengawasi kelancara jalanya semua kendaraan angkutan yang keluar dari bengkel. ini sangat penting bagi dirinya.8

Berdasarkan kutipan di atas, kerena suaminya pindah bekerja maka mereka semua memutuskan untuk pindah di tempat kerja baru suaminya yaitu Semarang.

c. Klimaks

Pada tahap ini Bu Suci dihadapkan pada sekolah baru, dimana ia masih belum mengenal secara detail kondisi para muridnya. Namun, disisi lain ia juga dihadapkan pada masalah keluarga dengan munculnya penyakit aneh yang berada pada tubuh anak keduanya. Hal ini dibuktikan pada kutipan sebagai berikut:

Hari ke empat pelajaran pertama , anak didikku yang bernama Waksito belum juga masuk, kutanya pada seisi kelas, tak satupun menjawab seolah-olah ada sesuatu yang mengganjal dalam hati mereka. Saat ku ulangi ucapanku semua anak baru mau berbicara, dan yang membuatku aneh tak ada satupun anak yang mau menengok, justru mereka lebih memilih waksito tidak masuk atau bahkan ia lebih baik pindah saja. Sampai di rumah aku mencoba menghilangkan nama dan masalah tentang Waskito petang itu suamiku menyampaikan sampul perusahaan, isinya lembaran-lembaran kertas hasil pemeriksaan kesehatan kami

8


(56)

sekeluarga, sepintas tak ada yang aneh dengan kesehatan kami, namun tercantum nama dokter lain, dengan tulisan ahli syaraf yang ditujukan pada anak kedua ku.9

Berdasarkan kutipan tersebut, bu Suci merasa heran dengan semua sikap muridnya kepada Waksito, ia terus memikirkan masalah ini hingga ia sampai di rumah, Sesampainya di rumah, ia dan suaminya terkejut melihat hasil kesehatan,, tertulis perintah dari dokter ahli syaraf untuk anak keduaku yang harus segera dibawa ke neurology secepat mungkin.

d. Anti Klimaks

Dalam tahap anti klimaks, bu Suci menemui masalah terhadap muridnya yang selalu membuat ulah dan keributan di kelas, ditambah lagi ia harus menghadapi kenyataan bahwa anaknya terkena penyakit yang sangat kronis. Bukti kutipan sebagai berikut: Meskipun dia yang berbuat kesalahan,tetapi ia masih terkekang oleh kebiasanya pemarah.dia tidak akan meminta maaf ,kalau betul itu salahnya salahnya.10

Orang tua mana tidak terkejut mendengar anaknya mengidap penyakit yang bagaimanapun juga bisa dikatakan jarang. anggapan sekeliling yang rendah terhadap penderita beberapa jenis penyakit semakin membikin hati kami kecil hati. 11

Dari pernyataan tersebut, tokoh mengalami kondisi yang sangat kacau, dimana tokoh bu Suci menghadapi kenyataan tentang keluarganya, namun disisi lain ia juga masih memikirkan kondisi muridnya yaitu Waksito.

e. Penyelesaian

Setelah berbulan-bulan ia mencoba meluluhkan hati waksito akhirnya sikap sang anak menjadi lebih baik, dan santun. Kemudian dengan pengawasan yang ekstra pada anak keduanya, akhirnya kondisi anak Bu Suci semakin membaik. Hal ini di tercantum dalam kutipan sebagai berikut:.

9 Ibid

. h.46

10 Ibid

. h.82

11 Ibid


(57)

Rapot berikutnya, berisi angka-angka normal, ia kini meraih penghargaan sebagai murid biasa. Akhir tahun pelajaran . Bu De nya datang kesekolah dia berterima kasih kepada kepala sekolah, para guru dan kepadaku sendiri. Aku menjawab bahwa aku gembira dapat menolong waksito.12

Ketabahan itu berkat kelegaan pertama karena telah selesainya seruntutan test bagi anakku,kami tinggal menuruti nasehat dokter ahli syaraf sambil meneruskan perawatan melalui obat-obatan.tidak berhentinya aku bersyukur, ke hadirat illahi karena kemudahan-kemudahan yang kami terima selama itu.13

Dari kutipan diatas, maka kita ketahui bahwa bagaimana kuatnya hati bu Suci dalam menghadapi dan menyikapi setiap masalah dalam hidupnya, dengan segala usahanya itu maka segala masalah akhirnya dapat terselesaikan satu persatu.

4. Sudut Pandang

Sudut pandang yang di pakai dalam novel Pertemuan Dua Hati adalah sudut pandang pertama pelaku utama. Bisa dilihat dalam kutipan di bawah ini:

Tuhan memberikan percobaan dua sekaligus kepadaku, penyakit anakku dan murid sukar. Hal itu kurenungkan baik-baik. Beban berat yang bersamaan datangnya barangkali mengandung maksud tertentu.14

Kutipan diatas, menunujukan bahwa tokoh Aku , mengalami banyak masalah dan dalam setiap masalah itu ia harus membagi pikiran antara murid dan anaknya sendiri, tokoh Aku merasa bingung kemudian ia memutuskan untuk menyatukan dua pikiran yang terpisah menjadi satu.

5. Latar

Dalam latar novel pertemuan dua hati, terdapat tiga latar yaitu tempat, waktu dan suasana. adapun latar-latar tersebut akan di paparkan secara lebih jelas dalam beberapa pembagian sebagai berikut.

12Ibid

. h.85

13 Ibid

. h. 58

14Ibid


(1)

#

t

1 5 .

Pradopo, Rachmal Djgko, Prqf, Dr, Bqbgrqpq Teori Sastra, Metode Kritih dan Penerapannyo. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995

/7

l/

(-r

1 6 .

Semi, Atar, Prof, M. Anatomi sasfta. Padang: Angkasa raya.

t4

1 7 .

Stanton, Robert. Teori litsi. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,2007.

V:

1 8 . .

Teeuw, A. Sastra dan llmu Sastra, Pengantar

Teori ssstra. Jakarta: Pustaka Jaya"1984. I' t( 4

l/-1 9 .

Tirtarahardj4 Umar, Prof, Dr, dan Drs. S. L. La

Sulo. P engant ar P endidikan ; Edis i Rev i s i, 201 3 .

v\

20.

Waluyo, Herman J. Teori Apresiasi Sastra.

Jakarta: Erlangga, I 995. ',1

t/t

r v

2 t .

Wellek, Rene dan Austin Warren T'eori Ke susastraan.Jakarta:PT Gramedia I 989.

L2

22.

Ws, Hasanudin, Dkk. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: PT Titian llmu.

t/'7

23.

Zulkarnaen, dkk. Buht Pradis Bahasc Indonesia-Jakarta Timur: Pusat Bahasa, Cet. 6, 2009.

/: ;

E

n

n

g

$


(2)

,'{

,l

LEMBAR PERSETUJUAN

PEMBIMBING UNTUK pnnioaTTARAN UJIAN SI(RIPSI

Devia Ratrmawati 1 8 1 1 0 1 3 0 0 0 0 3 0 Nama Mahasiswa

NIM Jurusan Judul Skripsi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI)

Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Pertemuan Dua Hati KryaN.H. Dini.

Iakarq z6 Agustus 2014

Menyatakan mahasiswa tersebut di atas sudah selesai masa Bimbingan Skripsi, dan

disetujui untuk pendaftaran Ujian Skripsi. 2

Dosen Pembimbing

L

*'4

ul


(3)

I

K E M E N T E R I A N A G A M A U I N J A K A R T A

F I T K

Jl lr 11 Juanda No 95 CipLtla! 15412 lt)donesa

F O R M ( F R )

S U R A TB I M B I N G A N

S K R I P S I

I

N o r n o r : U r r . 0 l / F . l i l< N 4 . 0 | . 3 1 . . . 1 2 0 1 4 I-lal : Rinrbingan Slu'ipsi

'fentbusarr:

l . D c k a n i f lT K

2 . M a h a s i s r v a y b s .

K e p a d a Y t h .

B p k . D j a r n a l D . R a h r n a n P e n r b i r n b i n g S k r i p s i

Fakultas I luru'l-arbiyah darr Kegltt'ttatt U I N S y a r i f H i d a y a t L r l l a h

.lakarta.

As,ral a m t t' ul u i k tr t t t tv r.v, h.

Dengarr irri dihar.apkan kesediaau Saudara untuk rnenjadi (nr atcri/tekn i s) pen u I isarr skri psi nralras iswa :

penrb irl[iirr

Narna : Devia Rahntawati N I M : 8 0 1 1 1 1 3 0 0 0 3 7

.lulr.rsart : PBSI DIr4S 4

S e r l e s t e r : V l l l ( d e l a p a r t )

J u c l u l S k r i p s i : N i l a i - n i l a i P e n c l i d i k a r r d a l a r n N o v e l P e r t e t t t t t a t t D t r a l- l a t i K p r y t t i \ l i i : ,

i , t l

Dirri

I v?*(r hersarrrrkrrfar er, :r)it , Juclul tersebut telalr disetuiui oleh .lunrsan yang bersattgkutan pada tarrggal 29 N4at abstraksi/olrl/iric terlarlpir. Sauclara dapilt nrelakttkalt perttbaltatt redaksioltal palla .; irc t e r s e b u t . A p a b i l a p e r u b a l r a u s u b s t a r r s i a l d i a n g g a p p e r l t t , m o l t o n p e t t t b i r n b i r t g n l e n p i l t q t b ( r r t J u n r s a n t e r ' l e b i l r d a h u l u .

I I i Birnbirrgan skripsi ini diIarapkan selesai clalarn rvaktu 6 (enarn) bulan, clan dapat clipCrpirlir, selanra 6 (errarn) bulan beriktltllva tallpa strrat perpalljangan.

A t a s p e r h a t i a r r c l a n k e r l a s a n r a S l r t r c l a r a , k a t r t i tr c a p k a t t t e r i r t l a l: a s i h . I l ' t t s s t t I u tt t u ' u I u i k u n t r l r . t t ' 0 .

iffaurix/) an.

zt,.

0 2 t 2 r 9 9 7 0 3 2 0 0 1

I i

t .

ti


(4)

l 4

No,Un.O1/F1 /PP,001, 1 /DMS/201 4

Ketua Pengelola DualMode Sysfem (DMS) Fakultas llmu Tabiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa:

Nama : DEVIA RAHMAWATI N I M : 1 8 1 1 0 1 3 0 0 0 0 3 0 Jurusan/Prodi : PBSI

Semester : lX

Tahun Akademik: 2011 12012

Adalah mahasiswa yang telah lulus praktikum sbb:

Demikian surat ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya,

Jakarta, 20 September 2014

* --\ KEMENTERIAN AGAMA

,1Qb, urN JAKARTA

luin I FrrK

L-=,-J Jl. lr. H. Juanda I\!o 95 Ciputat 15412 lndonesia

FoRM

(FR)

No. Dokumen : FITK-FR-LABF-402 Tgl. Terbit : 1 Maret 2010

No. Revisi: : 01

1 t 1 H a l

SURAT KETERANGAN

No, Jenis Praktikum Dosen Pembimbing Nilai

Anqka Huruf

1 . lbadah SitiKhadiiah, MA, 84,8 A

2.

Qiroah SitiKhadiiah, MA. 70,8 B

Aji Payi/mi, S.Pd,l.


(5)

,.J

t

KARTU BIMBINGAN SKRIPSI

Nama NIM

Pembimbing Judul Skripsi

Fakultas Program Studi

Devia Rahmawati I 8 l 1 0 1 3 0 0 0 0 3 0

Drs. Jamal D. Rahman, M. Hum.

Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Pertemuan Dua Hati karya NH. Dini.

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSD

No Tanggal Konsultasi

Ke

Materi Bimbingan Tanda Tangan Pcmbimbing l . 8 April2014 I Pengajuan Proposal Penelitian \

2. 1 5 A p r i l 2 0 1 4 il Revisi Bab I dan II c ----1

3 . 22 Apil20l4 ilI Bimbinsan Bab III dan IV

4 . I Mei 2014 IV Revisi Bab III dan IV L-___-.' 5 . l 5 M e i 2 0 1 4 V Bimbingan Bab V

6. 12 Juni 2014 VI Uji Referensi

{.-7. 7 lvli2014 VII Revisi L^

8 . 26 Agustus 2014

VNI ACC t",

l L - . i

/

l ' /


(6)

BIODATA PENULIS

Devia Rahmawati, lahir di Bogor, tanggal 6 Juli 1981. Ibu beranak dua ini merupakan putri dari pasangan Ade Zeinal Muttaqien, SH. dan R. Lilis Sukaesih. Anak kedua dari lima bersaudara, sekarang ini saya berdomisili di Bogor tepatnya di Jalan Raya Puncak Megamendung No. 07 Rt. 02 Rw. 03 Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Cipayung Girang Bogor. Ibu dua anak ini memulai pendidikan dibangku Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Cipayung Girang Megamendung Bogor dan lulus tahun 1990, kemudian saya melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Pertama di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Huda Cipayung Girang Bogor dan lulus pada tahun 1996, kemudian pada tahun 1999 saya menyelesaikan studi Sekolah Menengah Tingkat Atas di PGRI 62 Ciawi Bogor.

Mulai tahun 2005 sampai sekarang saya mengabdikan diri di Yayasan Pembina Lembaga Miftahul Huda dan melanjutkan Studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk meraih gelar S-1, yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan dalam novel Pertemuan Dua Hati karya Nh. Dini”diselesaikan pada bulan Desember 2014.