Tindak tutur ilokusi dalam novel La Barka karya NH. Dini

(1)

TINDAK TUTUR ILOKUSI

DALAM NOVEL LA BARKA KARYA NH. DINI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh :

Fransiscus Xaverius Berti Kurniawan 061224061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

i

TINDAK TUTUR ILOKUSI

DALAM NOVEL LA BARKA KARYA NH. DINI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh :

Fransiscus Xaverius Berti Kurniawan 061224061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

TINI}AK TUTT'R ILOKUSI

I}ALAM NOYEL LA BARKA KARYA I{H. DIhtI

Oleh:

Fransiscus Xaverius Berti Kumiawan NIM: 461224061

Telah Dis€tr{ui Oleh:

Pembimbing

/ / v t - ,

/ f / t r a

/ / / / t ,

/ / / / / :

-- Prof. Dr. Pranowo. M.Pd. Tanggal : 11 Juli 2013


(4)

SKRIPSI

TINDAK TUTUR ILOKUSI

DALAM NOYEL LA BARKA KARYA I[H. DIIYI

Yang telah dipersiapkan oleh :

Fransiscus Xaverius Berti Kumiawan NIM: 061224061

Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal 24 Jlulri20l3

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Ketua

Sekretaris Anggota Anggota Anggota

Penguji

Dr. Yuliana Setiyaningsih

Rishe Purnama Dewi, S.Pd.,M.Hum. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd.

Dr. R. KunjanaRalrardi, M.Hum. Setya Tri Nugraha" S.Pd., M.Pd.

Yogyakarta, 24 luli 2013

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma


(5)

iv

Motto dan Persembahan

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

(Thomas Alva Edison)

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah

dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan

ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan

memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Fil

ipi 4:6-7)

Skripsi ini kupersembahkan untuk Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Kedua Orang Tuaku (Robertus Subaryanto dan Maria Ninik Murdiastuti) Adikku (Aluisius Titus Kurniadi)


(6)

PERNYATAAI\T KEASLIAN KARYA

saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lairu kecuali yang disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah'

Fransiscus Xaverius Berti Kurniawan


(7)

LEMBAR PERI\TYATAAIY PERSETUJUAN

PT]BLIKASI KARYA ILMIAII UNTITK KEPENTINGAI\I AKADEIIflS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: -Nama : Fransiscus Xaverius Bcrti Kurniawen Nomormabasiswa :A6l2jtr4|ff.l

Demi pengembangan ilmu pengetatruan, saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dhrma yang berjudul

TINDAK TUTUR ILOKUSI

DALAM NOVEL LA BARKA KARYA I[8. DII{I

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya merrberikan kepadaPerpustalcaan Universitas Sanata Dharmahak rmtuk menyimpan, mengalihkan dalam b€ntr* media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan da*4 mendistribusikan secaraterbatas, dan me,mpublikasikannya di intemet atau mdia lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ljin dad saya mauprm memberikan royalti kepada saya selamatetap mencantumkan namasaya sebagai penulis.

Demikim pernyataan ini yang sayabuat de,ngan

Yog5rakarta, 24 lrtli 2Ol3 Yangomenyatakan,

.WV

W

Fransiscrrs Xaverius Berti Kurniawan


(8)

vii ABSTRAK

Kurniawan, Fransiscus Xaverius Berti. 2013. Tindak Tutur Ilokusi Dalam Novel La Barka Karya Nh. Dini. Skripsi. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini berusaha membahas jenis-jenis tindak tutur apa saja pada novel La Barka. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan jenis-jenis tindak tutur ilokusi apa saja dan fungsi tindak tutur ilokusi apa saja yang terdapat pada tuturan novel La Barka. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Jika dilihat dari metode yang digunakan, penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian deskriptif dokumentasi karena meneliti dokumen berupa novel.

Sumber data penelitian ini adalah tuturan dalam wacana novel La Barka yang diduga mengandung tindak tutur ilokusi. Data yang diteliti dalam penelitian ini adalah tuturan-tuturan atau kalimat pada novel yang berupa kalimat langsung. Kalimat langsung yang dimaksudkan adalah percakapan yang dilakukan oleh antar tokoh atau dialog antar tokoh.

Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan lima jenis tindak tutur ilokusi yang muncul dalam tuturan wacana novel grafis, yaitu tindak ilokusi representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. Kemudian ditemukan pula empat fungsi tindak tutur ilokusi yaitu kompetitif, menyenangkan, bekerja sama, dan bertentangan


(9)

viii ABSTRACT

Kurniawan, Fransiskus Xaverius Berti. 2013. Ilokusi Speech Act as seen in Nh. Dini’s Novel Entitled La Barca. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This research was aimed to discuss kinds of speech act which were shown in Nh. Dini‟s novel entitled La Barca. The objective of this research was to elaborate kinds and fuction of ilokusi speech act as seen in Nh. Dini‟s La Barca. This research was a library research, since the primary subject was a novel.

The data source of this research was speech act in Nh. Dini‟s novel entitled La Barca which was assessed contained Ilokusi Speech act. The researcher analyzed the direct sentences from the La Barca Novel. The direct sentences meant the dialog between the characters.

The results of this research were five kinds of ilokusi speech acts which were shown in the novel. They were representative , directive, komisif,

expressive, and declarative ilokusi. Moreover, there were four function of ilokusi speech acts. They are competitive, contented, collaborative, and contradictive.


(10)

KATA PENGAI\TTAR

Puji syukur bagi Tuhan Yesus Kristus yanrg telatr melimpahkan rahmat, kasill dan kanrnia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tindok Tutur llohni Dalam Novel La Barka Karya Nh. Dini. Skripsi ini disusrm sebagai salah sahr syarat rmfi& me,mpenoleh gelar Sarjana Pendidikm pada Program Studi Pendidikan Bahasq Sasha Indonesia, dan Daemt\ Fakultas Kegruuan dan Ilmu Pendidikan Univenitas Sanata Dharma Yogyakarta

Pemrlis menyadari bahwa slripsi ini tidak akm berjalan dengan lanca tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihalq baik secra langsrmg maupun tidak langsug. Oleh lrarena itu, perulis mengucapkan tdma kasih kepada :

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahas4 Sastrd Indonesia, dan Daerah.

2. Prof. Dr. Pranowon M.Pd. selaku dosen pembimbing yang hsedia meluangkan unaktu dan pikirannya rmtuk dan memberikan saran yang bergma bagi penulis dalam menyelesaikan slcripsi ini.

3. Para dosen PBSID, yang telatr manbekali penulis dengail berbagai ilmu dan pengetahuan.

4. Karyawan selcretariat PBSID ymg memberikan pelayanan dalaur bal admisnistatif.

5. Kedua orang tual<u tercint4 ayatrlu Robstus Subaryanto dan ibuku MdrilNinik Murdiastuti, yang menjadi srnnber semangat bagi penulis clan yang se,nantiam bersabar dalam doa serta kasih unfirk kemajuan penulis.

6. Kakakku Andrie Evi Kusuma untuk kesabaan menampung s€mua keluh kesahku.

7. Adiklcu, Aluisius Titus Krrmiadi yang telah memberikan motivrei.


(11)

8. Teman-teman PBSID yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kebersamaan, keqangan manis dan persahabatan kita sampai sekarang.

9. Untuk sahabat-satrabatku: Prima, Deni, Agus, Galih, Bayu, Taniq dan teman-teman Realino, terima kasih afas inqpirasi-inspirasinya

10. Tirza YogaNugroho untuk semangat dan kehadiraruntr.

11. Emanuel Satria dan Alfarcstya Pufi. Tqima kasih rmtuk kebersamaan dan perhrkaran pikiran kalian dalam hari-hariku.

12. Sanata Dharma" kampus yang akan selalu istimewa bagi penulis.

13. Semua pihak yang terlibat dengan penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Fransiscus Xaverius Berti Kurniawan Yogyakarta 24 Juli20l3

. t r a

AW>

"\J


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR... ix

DAFTAR ISI... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 3

1.5 Batasan Istilah... 4

1.6 Sistematika Penulisan... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI... 6

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan... 6

2.2 Kajian Teori... 7

2.2.1 Pengertian pragmatik... 7

2.2.2 Konteks... 8

2.2.3 Tindak Tutur... 10

2.2.4 Jenis Tindak Tutur... 12


(13)

xii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 24

3.1 Pendekatan Penelitian... 24

3.2 Data dan Sumber Data ... 24

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 24

3.4 Teknik Analisis Data... 25

3.5 Triangulasi... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Deskripsi Data dan Penelitian... 27

4.2 Hasil Analisis Data... 29

4.3 Jenis Tindak Tutur Ilokusi Dalam Novel La Barka... 29

4.3.1 Tindak Ilokusi Representatif... 30

4.3.2 Tindak Ilokusi Direktif... 38

4.3.3 Tindak Ilokusi Komisif... 44

4.3.4 Tindak Ilokusi Ekspresif... 49

4.3.5. Tindak Ilokusi Deklarasi... 53

4.4 Fungsi Tindak Tutur Dalam Novel La Barka... 55

4.4.1 Fungsi Kompetitif... 55

4.4.2 Fungsi Menyenangkan... 57

4.4.3 Fungsi Bekerja Sama... 61

4.4.4 Fungsi Bertentangan... 64

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian... 66

4.5.1 Jenis Tindak Ilokusi... 66

4.5.2 Fungsi Tindak Tutur Ilokusi... 70

BAB V PENUTUP... 76

5.1 Kesimpulan... 76

5.2 Saran... 77


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Novel La Barka merupakan salah satu karya sastra yang terkenal dan menarik karena telah berhasil mengundang berbagai tanggapan, baik positif maupun negatif. Novel tersebut telah dicetak berulang-ulang. Hal ini merupakan bukti bahwa karya tersebut ditanggapi oleh masyarakat luas. Karya sastra La Barka

sebagai produk seorang pengarang Nh. Dini, adalah produk pengarang yang juga merupakan individu yang melakukan proses kreatif penciptaan. Seperti dikemukakan oleh Aminuddin (1987:88), bahwa penutur adalah 1) individu yang melakukan proses kreatif dan sebagai manusia ia memiliki dunia pengalaman pengetahuan tentang wujud dunia luar dan nilai sosial budaya, 2) pengolah ide yang membuahkan butir-butir preposisi sebagai pembentuk unit pesan yang disampaikan dengan bertumpu pada konvensi sastranya dan sebagai pemapar hasil pembahasan pesan. Dengan demikian, dalam proses penciptaan, pengarang tidak bebas dari pengaruh-pengaruh tersebut, baik dari dirinya sendiri maupun pengaruh keadaan sosial budaya serta pandangan masyarakat sekelilingnya.

Tindak tutur sebagai wujud peristiwa komunikasi bukanlah peristiwa yang terjadi dengan sendirinya, melainkan mempunyai fungsi, mengandung maksud, dan


(15)

tujuan tertentu serta dapat menimbulkan pengaruh atau akibat pada mitra tutur. Tarigan (1990:145) mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai fungsi yang bersifat purposif, mengandung maksud dan tujuan tertentu, dan dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh, akibat pada lingkungan para penyimak dan para pembicara.

Demikian halnya dengan tuturan dalam novel yang dibuat oleh penulis kepada pembacanya. Tuturan-tuturan dalam novel tersebut juga mempunyai fungsi serta mengandung tujuan tertentu yang dirancang untuk menghasilkan efek atau pengaruh kepada lingkungan penyimak. Permasalahannya adalah tidak semua orang mampu memahami maksud yang ingin disampaikan penutur lewat tuturannya. Selain itu, kita juga menemukan kesulitan dalam menafsirkan maksud dari tuturan tersebut.

Hasil pengamatan yang diperoleh dari studi pustaka menunjukkan bahwa novel La Barka belum pernah disingkap dan diteliti secara ilmiah. Tulisan-tulisan yang ditemui adalah esai yang diuraikan secara fragmentaris. Dengan alasan itulah, penelitian ini bermaksud mengungkap berbagai jenis tindak ilokusi (maksud dari suatu pernyataan yang diucapkan seseorang) dalam novel La Barka. Upaya mengungkap berbagai jenis tindak ilokusi itu beranjak dari keyakinan peneliti bahwa tuturan-tuturan yang ada dalam novel bukanlah tuturan tanpa maksud (yang bersumber dari diri si penutur) dan mungkin terjadi maksud tuturan itu sesuai dengan maknanya (secara semantis) dan mungkin juga tidak sesuai (berlainan).


(16)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusunlah dua rumusan masalah sebagai berikut :

1. Jenis tindak tutur ilokusi apa saja yang digunakan dalam wacana novel La Barka karya Nh. Dini?

2. Fungsi tindak tutur ilokusi apa saja yang digunakan dalam wacana novel La Barka karya Nh. Dini?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam novel

La Barka karya Nh. Dini.

2. Mengidentifikasi fungsi tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam novel La Barka karya Nh. Dini.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukan, antara lain :

1. Bagi Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti belajar melakukan penelitian secara ilmiah 2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai tindak tutur.


(17)

1.5 Batasan Istilah

1. Pragmatik : merupakan salah satu cabang ilmu bahasa yang menempatkan tindak tutur sebagai dasar untuk menelaah penggunaan bahasa dalam konteks tertentu. Leech menambahkan bahwa pragmatik adalah kajian komunikasi linguistis menurut prinsip-prinsip percakapan. (Leech dalam Purwo 1990:2). 2. Tindak tutur : Tindak tutur merupakan entitas yang bersifat sentral di dalam pragmatik. Entitas ini merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain bidang ini seperti praanggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerjasama, dan prinsip kesantunan. Kajian yang tidak mendasarkan analisisnya pada tindak tutur bukanlah kajian pragmatik dalam arti yang sebenarnya Rustono (1999:33). Tindak tutur dibagi menjadi tiga macam :

* Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya ujar. Tindak tutur ilokusi dapat diidentifikasi sebagai tindak tutur yang berfungsi untuk menginformasikan sesuatu dan melakukan sesuatu (Wijana 1996:18).

* Tindak lokusi adalah tindak tutur yang relatif paling mudah untuk

diidentifikasi karena pengindentifikasianya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan tindak lokusi sebenarnya tidak atau kurang begitu penting peranaannya untuk memahami tindak tutur (Parker dalam Wijana 1996:18). * Tindak perlokusi adalah efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu (Austin 1962 dalam Rustono 1999 : 38).


(18)

3. Novel adalah bentuk sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang luas pada masyarakat (Drs. Jakob Sumardjo).

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas beberapa bab. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pembaca di dalam memahami penelitian ini. Bab satu adalah bab pendahuluan. Bab ini mengkaji latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian.

Bab dua adalah kajian pustaka. Bab ini berisi seputar tinjauan terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang saat ini sedang dilakukan oleh peneliti.

Bab tiga adalah metodologi penelitian. Bab ini membahas seputar pendekatan penelitian, data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

Bab empat adalah deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasan. Bab ini menyajikan deskripsi data, hasil analisis data, dan pembahasan. Di dalam bab ini peneliti menguraikan bagaimana deskripsi data penelitian, bagaimana memperoleh data serta cara menganalisis data, serta pembahasan hasil penelitian.

Bab lima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian, dan saran-saran. Selain bab-bab diatas, peneliti juga menyajikan daftar pustaka yang akan dipergunakan dalam penelitian ini. Selain itu, terdapat juga lampiran-lampiran yang mendukung dalam penelitian ini.


(19)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini, akan disampaikan beberapa kajian pustaka yang mengkaji novel dari sudut pandang ilmu pragmatik. Kajian tersebut berupa laporan penelitian, teori-teori, serta konsep-konsep yang digunakan sebagai landasan kerja penelitian yang relevan dengan topik tulisan ini.

2.1 Penelitian yang Relevan

Kajian pragmatik merupakan kajian yang menarik. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya penelitian tentang pragmatik khususnnya kajian tentang tindak tutur.

Wijana (1996) dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pragmatik

membahas mengenai situasi tutur, tindak tutur dengan berbagai jenis yang menyangkut ilmu pragmatik. Dalam buku ini Wijana menganut Leech dalam aspek-aspek situasi tutur. Buku ini juga menjelaskan jenis-jenis tindak tutur. Buku ini digunakan sebagai bahan pustaka.

Penelitian Ventianus Sarwoyo (2009) berjudul “Tindak Ilokusi dan Penanda Tingkat Kesantunan di dalam Surat Kabar”, merupakan skripsinya di Pendidikan Bahasa, Sastra, Indonesia, dan Daerah, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(20)

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas penelitian tentang tindak tutur sudah pernah dilakukan, akan tetapi penelitian yang meneliti tuturan dalam novel sebagai sumber penelitian belum banyak dilakukan.

2.2 Kajian Teori

Konsep-konsep teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakupi: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) konteks; (4) jenis tindak tutur; (5) fungsi tindak ilokusi.

2.2.1 Pengertian Pragmatik

Salah satu bidang kajian di dalam ilmu linguistik adalah pragmatik. Istilah pragmatik ini diberi batasan-batasan yang berbeda oleh beberapa ahli (pakar linguistik). Namun pada intinya, para pakar linguistik itu sepakat bahwa bidang kajian dalam pragmatik adalah maksud ujaran, bukan makna kalimat yang diujarkan seseorang.

Wijana (1996:2) dalam bukunya “Dasar-dasar Pragmatik” mengungkapkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu mengenai bagaimana penggunaan satuan kebahasaan di dalam peristiwa komunikasi. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa makna yang dikaji ilmu pragmatik merupakan makna yang terikat konteks atau dengan kata lain mengkaji maksud penutur dalam peristiwa komunikasi.


(21)

Menurut Rustono (1999:5), pragmatik adalah bidang linguistik yang mengkaji hubungan timbal balik antara fungsi dan bentuk tuturan. Dalam mengkaji hubungan tersebut secara implisit mencakup penggunaan bahasa, komunikasi dan penafsiran. Hal tersebut dapat dihubungkan karena dalam berkomunikasi manusia selalu menggunakan bahasa baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan yang memiliki maksud yang perlu ditafsirkan.

Sementara itu, Rohmadi (2004:2) mengambil kesimpulan dari beberapa pendapat ahli, yaitu bahwa pragmatik adalah studi kebahasaan yang terikat konteks. Menurut beliau, konteks memiliki peranan kuat dalam menentukan maksud penutur dalam berinteraksi dengan lawan tuturnya. Pendapat tersebut didasari pengertian bahwa pragmatik mempelajari bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi dan bagaimana pragmatik menyelidiki makna sebagai konteks.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, secara sederhana dapat dirumuskan bahwa pragmatik adalah bidang linguistik yang mengkaji bahasa dalam bentuk komunikasi dengan konteks dan penafsirannya. Kajian tersebut bertujuan untuk memahami maksud penutur, karena secara umum bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi selalu memiliki maksud yang sesuai dengan konteks, sehingga dapat dipahami oleh mitra tutur. Berdasarkan rumusan tersebut dapat dikatakan bahwa kajian pragmatik tidak dapat dilepaskan dari konsep situasi tutur.


(22)

2.2.2 Konteks

Konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Sementara Purwo (2001:4) menjelaskan konteks adalah pijakan utama dalam analisis pragmatik. Konteks ini meliputi penutur dan petutur, tempat, waktu, dan segala sesuatu yang terlibat di dalam ujaran tersebut.

Preston (dalam Supardo, 2000:46) menjelaskan bahwa konteks sebagai seluruh informasi yang berada di sekitar pemakai bahasa termasuk pemakaian bahasa yang ada disekitarnya. Dengan demikian, hal-hal seperti situasi, jarak tempat dapat merupakan konteks pemakaian bahasa. Hal ini menekankan pentingnya konteks dalam bahasa, yaitu dapat menentukan makna dan maksud suatu ujaran.

Supardo (2000:46) membagi konteks menjadi konteks bahasa (linguistik) dan konteks di luar bahasa (nonlinguistik). Konteks bahasa berupa unsur yang membentuk struktur lahir, yakni bunyi, kata, kalimat, dan ujaran atau teks. Konteks nonbahasa adalah konteks yang tidak termasuk unsur kebahasaan.

Berbeda dengan ahli-ahli di atas, Hymes (via Sudaryat, 2009:146-150) menjabarkan konteks menjadi delapan jenis pertama latar (setting, waktu, tempat) yaitu mengacu pada tempat (ruang-space) dan waktu atau tempo (ritme) terjadinya percakapan. Kedua peserta (particip ant) mengacu pada peserta percakapan, yakni pembicara dan pendengar. Ketiga hasil (ends) mengacu pada hasil percakapan dan tujuan percakapan. Keempat amanat (message) mengacu pada bentuk dan isi amanat. Kelima cara (key) ,mengacu pada semangat melaksanakan percakapan. Keenam


(23)

sarana (instrument), jalur (chanel) mengacu pada apakah pemakaian bahasa dilaksanakan secara lisan atau tulis dan mengacu pula pada variasi bahasa yang digunakan. Ketujuh norma mengacu pada perilaku peserta percakapan. Kedelapan jenis atau genre yaitu mengacu pada kategori bentuk dan ragam bahasa.

Konteks dapat berupa orang atau benda, tempat, waktu, bahasa, alat, dan tindakan. Konteks berupa orang adalah siapa yang berbicara dan dengan siapa ia berbicara. Konteks berupa tempat adalah di mana ujaran tersebut diucapkan, bagaimana kondisi masyarakatnya dan norma yang ada di masyarakat.

Konteks berupa waktu adalah kapan ujaran tersebut diucapkan dan dalam situasi bagaimana. Konteks berupa bahasa adalah bahasa yang mendahului peristiwa tutur tersebut. Konteks berupa tindakan adalah seluruh perbutan yang berupa unsur di luar bahasa.

2.2.3 Tindak Tutur

Teori tindak tutur pertama kali diungkapkan oleh Austin (1962). Teori tersebut dikembangkan kembali oleh Searle pada tahun 1969. Menurut Searle, dalam semua komunikasi kebahasaan terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan hanya sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi lebih merupakan hasil dari perilaku tindak tutur (Searle 1969 dalam Suwito 1983:33). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur merupakan inti dari komunikasi.


(24)

Tindak tutur merupakan suatu analisis yang bersifat pokok dalam kajian pragmatik (Levinson dalam Suyono 1990:5). Pendapat tersebut berkaitan dengan objek kajian pragmatik yang sebagian besar berupa tindak tutur dalam peristiwa komunikasi. Dalam analisis pragmatik objek yang dianalisis adalah objek yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam peristiwa komunikasi, yaitu berupa ujaran atau tuturan yang yang diidentifikasikan maknanya dengan menggunakan teori pragmatik.

Sementara itu Austin (dalam Ibrahim 1992:106) sebagai peletak dasar teori tindak tutur mengungkapkan bahwa sebagian tuturan bukanlah pernyataan tentang sesuatu, tetapi merupakan tindakan (action). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa mengujaran sesuatu dapat disebut sebagai tindakan atau aktifitas. Hal tersebut dimungkinkan karena dalam sebuah ujaran selalu memiliki maksud tertentu, maksud inilah yang dapat menimbulkan pengaruh tertentu terhadap orang lain, seperti halnya mencubit atau memukul. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Austin mengungkapkan teori tindak tutur yang memiliki pengertian bahwa tindak tutur adalah aktivitas mengujarkan tuturan dengan maksud tertentu.

Sejalan dengan teori yang dikemukakan Austin, Rustono (1999:32) mengemukakan pula bahwa aktivitas mengujarkan atau menuturkan tuturan dengan maksud tertentu merupakan tindak tutur atau tindak ujar. Rumusan tersebut merupakan simpulan dari dua pendapat, yaitu pendapat Austin (1962) dan Gunarwan (1994:43) yang menyatakan bahwa mengujarkan sebuah tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan. Karena disamping melakukan ujaran, ujaran tersebut dapat


(25)

berpengaruh terhadap orang lain yang mendengarkan sehingga menimbulkan respon dan terjadilah peristiwa komunikasi.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tindak tutur adalah suatu tindakan bertutur yang memiliki maksud tertentu yang dapat diungkapkan secara eksplisit maupun implisit. Tindak tutur yang memiliki maksud tertentu tersebut tidak dapat dipisahkan dari konsep situasi tutur. Konsep tersebut memperjelas pengertian tindak tutur sebagai suatu tindakan yang menghasilkan tuturan sebagai produk tindak tutur.

2.2.4 Jenis Tindak Tutur

Pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari yang berupa tindakan bertutur tidak terbatas jumlahnya, karena setiap hari seseorang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berkomunikasi, sehingga tindakan bertutur selalu digunakan untuk menyampaikan gagasan atau pesan untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Meskipun demikian para ahli dapat mengklasifikasikan tindak tutur tersebut dalam berbagai jenis tindak tutur yang dikelompokkan berdasarkan jenis tuturannya, kategori, modus dan sudut pandang kelayakan pelakunya. Beberapa ahli yang mengklasifikasikan tindak tutur antara lain Austin (1962), Searle (1969), Fraser (1974) dan Wijana (1996). Teori-teori yang telah dikembangkan oleh para ahli tersebut akan dijelaskan berikut ini.


(26)

2.2.4.1 Tindak Lokusi

Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu (Wijana 1996:17). Pernyataan tersebut sama dengan Rustono (1999:35) bahwa lokusi atau lengkapnya tindak lokusi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu.

Di dalam tindak lokusi tidak mempermasalahkan maksud atau fungsi tutur. Pernyataan yang diajukan berkenaan dengan lokusi ini adalah apakah makna tuturan yang diucapkan itu. Lokusi semata-mata tindak tutur atau tindak bertutur, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata-kata. Makna kata dalam tuturan lokusi itu sesuai dengan makna kata di dalam kamus. Tuturan berikut adalah tindak tutur lokusi:

1) “Aku bekerja sekarang”.

2) “Dia sedang berlibur dengan anak-anaknya di Bulgaria.”

Tuturan (1) mengacu pada makna bahwa penutur hanya memberitahukan bahwa dirinya sekarang bekerja tanpa dimaksudkan meminta perhatian. Sama halnya dengan tuturan (2) hanya memberitahukan bahwa dia sedang berlibur ke Bulgaria dengan anak-anaknya.

2.2.4.2 Tindak Ilokusi

Berbeda dengan lokusi, tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan daya tuturan. Tindak ilokusi tidak mudah diidentifikasi, karena tindak ilokusi berkaitan dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan dan di


(27)

mana tindak tutur itu dilakukan dan sebagainya. Tindak ilokusi ini merupakan bagian yang penting dalam memahami tindak tutur (Wijana 1996:19).

Leech (dalam Rustono 1999:38) menjelaskan bahwa untuk mempermudah identifikasi ada beberapa verba yang menandai tindak tutur ilokusi, antara lain melaporkan, mengumumkan, bertanya, menyarankan, berterimakasih, mengusulkan, mengakui, mengucapkan selamat, berjanji, mendesak, dan sebagainya. Berikut adalah tindak tutur ilokusi:

1) “Sejak kau datang, aku menjadi nomor dua di antara orang-orang yang bangun pagi di rumah ini.” (hal.27)

2) “Di pasar ada ikan basah yang segar dan tidak mahal.“ (hal. 27)

Tuturan (1) yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tuturnya tidak semata-mata memberi tahu, tetapi juga mempunyai maksud bahwa penutur menjelaskan bahwa orang-orang di rumah itu selalu bangun siang. Tuturan (2) juga tidak semata-mata memberitahukan, tetapi mempunyai maksud menyarankan dan mengajak mitra tutur untuk membeli ikan basah yang segar di pasar.

Lebih jelas lagi Searle (dalam Rustono 1999:39-43) membuat kalsifikasi dasar tuturan yang membentuk tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis, yaitu (1) representatif; (2) direktif; (3) ekspresif; (4) komisif; dan (5) deklarasi.

1. Tindak Tutur Representatif (asertif)

Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan (Rustono 1999 : 38). Jenis tindak tutur ini


(28)

kadang-kadang disebut juga tindak tutur asertif. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini adalah tuturan-tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, memberikan kesaksian, berspekulasi. Tuturan berikut merupakan tindak ilokusi representatif:

(1) “Aku kagum akan akan keringanan hati orang-orang disini untuk menolong pendatang.” (hal. 11)

Tuturan tersebut termasuk tuturan representatif. Alasannnya adalah tuturan itu mengikat penuturnya akan kebenaran isi tuturan itu. Penutur bertanggungjawab bahwa memang benar orang-orang disini ringan hati dalam hal menolong para pendatang.

Dari segi sopan santun, ilokusi-ilokusi ini cenderung netral yakni mereka termasuk kategori bekerjasama seperti yang telah dimaksudkan Leech (lihat fungsi tindak ilokusi pada 2.2.5). Namun ada perkecualian yang dianggap tidak sopan, misalnya membual.

2. Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif disebut juga tindak tutur imposif, yaitu tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar lawan tuturnya melakukan tindakan yang disebutkan dalam ujaran itu. Tuturan yang termasuk dalam jenis tindak tutur ini antara lain tuturan memaksa, mengajak, meminta, menyuruh, menagih, mendesak, memohon, menyarankan, memerintah, memberikan aba-aba atau menantang. Contoh tuturan direktif terdapat dalan tuturan berikut.


(29)

1) “Lihatlah ke sebelah kanan.” (hal. 12)

2) “ Letakkan barang-barang di kamar besar!” (hal. 14)

Tuturan (1) termasuk tuturan direktif karena tuturan tersebut dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan melihat kearah yang diinginkan oleh mitra tuturnya. Demikian juga dengan tuturan (2) masing-masing dimaksudkan untuk menyuruh mitra tuturnya untuk melakukan apa yang disebutkan oleh penutur.

3. Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur ekspresif biasa juga disebut dengan tindak tutur evaluatif. Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu. Tuturan yang termasuk dalam jenis tuturan ekspresif tersebut antara lain tuturan memuji, mengucapkan terimakasih, mengkritik, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, dan menyanjung. Contoh dari tindak tutur ekspresif terdapat dalam tuturan berikut :

1) “Akhirnya anda jadi datang setelah dua kali berganti tanggal dan bulan.” (hal. 34)

2) “Teras adalah tempat yang paling saya sukai di La barka. Sayang banyak debu.”

Tuturan (1) merupakan tindak tutur ekspresif berupa ucapan terimakasih karena telah menyempatkan diri datang jauh-jauh setelah berjanji akan datang lebih dari dua bulan. Sedangkan tuturan (2) adalah tindak tutur ekspresif mengeluh, karena tuturan


(30)

tersebut seperti mengevaluasi meski teras merupakan tempat favoritnya tetapi keadaannya berdebu.

4. Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur Komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Jadi, erat kaitannya dengan suatu tindakan di masa depan (berjanji, bersumpah, mengancam, menyatakan kesanggupan, berkaul).

Berikut ini merupakan penggalan dari tindak tutur komisif “berjanji”: “Kira-kira dua puluh menit dengan mobil. Kita bisa mandi-mandi di

pantai tiga kali seminggu kalau kau mau. Atau bila kau tidak sempat, kuantar kau dengan anakmu sesudah makan siang; sore hari kujemput.”

Tuturan tersebut adalah tindak tutur komisif “berjanji”. Alasannya adalah tuturan itu mengikat penuturnya untuk mengantar dan menjemput ke pantai. Ikatan untuk mengantar dan menjemput ke pantai dinyatakan penuturnya yang membawa

konsekuensi bagi dirinya untuk memenuhinya.

5. Tindak Tutur Deklarasi

Tindak tutur deklarasi adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru (Gunarwan 1992 : 12).


(31)

Menurut Leech (1993 : 165), berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas. Misalnya

mengesahkan, memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, mengabulkan, mengangkat, menggolongkan, mengampuni.

Berikut ini adalah tindak tutur deklarasi :

“Kalau nyonya mau naik, saya tolong membawakan kopor ke seberang jalan.” (hal. 11)

Tuturan tersebut adalah tindak tutur deklarasi memutuskankan. Alasannya, tuturan itu memutuskan untuk memberi bantuan membawakan koper jika si nyonya mau naik.janji bagi penuturnya karena berisi secara eksplisit.

Oleh Searle dalam Leech (1993 : 165), tindakan-tindakan ini merupakan merupakan kategori tindak ujar yang sangat khusus, karena biasanya tindakan ini dilakukan oleh seseorang yang dalam sebuah kerangka acuan kelembagaan diberi wewenang untuk melakukannya. Contohnya adalah hakim yang menjatuhkan hukuman kepada pelanggar undang-undang, pendeta yang membabtis bayi, dan lain-lain. Sebagai suatu tindakan kelembagaan (dan bukan sebagai tindakan pribadi) tindakan-tindakan tersebut hampir tidak melibatkan faktor sopan santun.

2.2.3.3 Tindak Tutur Perlokusi

Tuturan yang diucapkan oleh seseorang penutur sering kali memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force) bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja oleh penuturnya.


(32)

Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah oleh Austin (1962 dalam Rustono 1999:38) di sebut tindak perlokusi.

Rustono (1999:38) menyatakan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur. Sementara itu Tarigan (1987:35) mengatakan bahwa ujaran yang diucapkan penutur bukan hanya peristiwa ujar yang terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan ujaran yang diujarkan mengandung maksud dan tujuan tertentu yang dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh atau akibat terhadap lingkungan mitra tutur atau penyimak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur perlokusi berhubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistik (Chaer 1995:70)

Leech (dalam Rustono 1999:39) menjelaskan terdapat beberapa verba yang menandai sekaligus menjadi fungsi tindak perlokusi. Beberapa verba tersebut antara lain membujuk, menipu, mendorong, membuat jengkel, menakut-nakuti, menyenangkan, melegakan, mempermalukan, menarik perhatian dan sebagainya. Tuturan berikut adalah tindak tutur perlokusi yang masing-masing mempunyai efek pada mitra tutur. Berikut contoh tindak tutur perlokusi :

“Aku terlambat.” (hal. 11)

Tuturan di atas adalah tuturanyang dituturkan oleh seorang kawan kepada kawannyanya, tidak hanya memberitahu, tetapi juga minta maaf atas keterlambatannya yang berefek sang kawan tidak jadi marah-marah. Tuturan yang mengandung tindak perlokusi mempunyai „fungsi‟ yang mengakibatkan efek


(33)

terhadap mitra tutur atas tuturan yang diujarkan. Dengan demikian tindak tutur perlokusi menekankan hasil dari suatu tuturan (Suyono 1990:8).

2.2.3.4 Tindak Tutur Langsung, Tak Langsung, Harfiah dan Tak Harfiah

Tuturan yang bermodus deklaratif dapat mengandung arti yang sebenarnya dan berfungsi untuk menyampaikan informasi secara langsung. Wijana (1996:4) menjelaskan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur harfiah dan tindak tutur tidak harfiah yang akan dijabarkan sebagai berikut.

a. Tindak Tutur Langsung

Secara umum tindak tutur langsung adalah tuturan yang digunakan sesuai dengan penggunaan yang seharusnya, yaitu bahwa kalimat tanya digunakan untuk menanyakan sesuatu, kalimat berita digunakan untuk memberitahukan sesuatu dan kalimat perintah digunakan untuk menyatakan perintah, ajakan, atau permohonan.

b. Tindak Tutur Tak Langsung

Tindak tutur tak langsung merupakan tindak tutur yang digunakan tidak sesuai dengan penggunaan tuturan tersebut secara umum, yaitu apabila kalimat tanya digunakan untuk menyuruh mitra tutur, kalimat berita digunakan untuk bertanya dan sebagainya.


(34)

c. Tindak Tutur Harfiah

Tindak tutur harfiah adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya.

d. Tindak Tutur Tidak Harfiah

Tindak tutur tidak harfiah adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan makna kata yang menyusunnya.

2.2.4 Fungsi Tindak Ilokusi

Manusia membutuhkan bahasa untuk berinteraksi dengan sesamanya. Untuk itu, fungsi bahasa bagi manusia yaitu untuk berinteraksi dengan masyarakat penting sekali. Fungsi bahasa dalam masyarakat tidak hanya memiliki satu fungsi saja akan tetapi ada beberapa fungsi lain, salah satunya yaitu fungsi ilokusi.

Fungsi ilokusi dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat (Leech, 1993 : 162).

Adapun fungsi tindak ilokusi antara lain kompetitif, menyenangkan, bekerja sama, dan bertentangan.

1. Kompetitif

Fungsi kompetitif (Competitive) adalah tuturan yang tidak bertatakrama (discourteous), misalnya meminta pinjaman dengan nada memaksa. Tujuan ilokusi


(35)

sejalan dengan tujuan sosial, sehingga di sini melibatkan sopan santun, tetapi sopan santun yang mempunyai sifat negatif dan tujuannya mengurangi ketidak harmonisan; misalnya memerintah, meminta, menuntut, dan mengemis.

2. Menyenangkan

Fungsi menyenangkan (convivial) adalah tuturan yang bertatakrama. Tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial. Pada fungsi ini, sopan santun lebih positif bentuknya dan bertujuan mencari kesempatan untuk beramah tamah; misalnya

menawarkan, mengajak atau mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, dan

mengucapkan selamat.

3. Bekerja sama

Fungsi bekerja sama (collaborative) adalah fungsi tindak ilokusi yang tidak melibatkan sopan santun karena pada fungsi ini sopan santun tidak relevan. Pada fungsi ini, tujuan ilokusinya tidak melibatkan tujuan sosial, misalnya menyatakan, melaporkan, mengumumkan, dan mengajarkan.

4. Bertentangan

Fungsi bertentangan (conflictive) adalah unsur sopan santun tidak ada sama sekali karena fungsi ini pada dasarnya bertujuan menimbulkan kemarahan. Tujuan


(36)

ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial; misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, dan memarahi.

Lebih lanjut Leech menjelaskan bahwa dari keempat jenis tindak ilokusi di atas, jenis ilokusi yang melibatkan sopan santun hanyalah jenis pertama (kompetitif) dan jenis kedua (menyenangkan). Pada ilokusi yang pertama (kompetitif), sopan santun mempunyai sifat negatif dan tujuannya adalah mengurangi ketidakharmonisan yang tersirat dalam kompetisi antara apa yang ingin dicapai oleh penutur dengan apa yang dituntut oleh sopan santun. Sebaliknya, pada jenis fungsi ilokusi yang kedua (menyenangkan), sopan santun memiliki bentuk positif dan bertujuan untuk mencari kesempatan beramah-tamah. Misalnya, jika ada teman kita yang berulang tahun, kita harus mengucapkan selamat.

Fungsi ketiga, yakni fungsi ilokusi bekerjasama, menurut Leech tidak melibatkan sopan santun karena pada situasi ini, sopan santun tidak relevan. Begitu pula dalam fungsi ilokusi yang keempat yakni fungsi bertentangan. Dalam fungsi ini, unsur sopan santun tidak ada sama sekali, karena fungsi ini pada dasarnya menimbulkan kemarahan seperti mengancam atau menyumpahi.

Tidak jauh berbeda dengan kategori tindak tutur menurut Leech di atas, Searle juga mengkategorikan tindak ujaran atau tindak tutur ke dalam lima jenis. Bedanya, klasifikasi atau kategori yang dibuat Leech itu didasarkan pada fungsi, sedangkan kategori yang dibuat Searle didasarkan pada berbagai kriteria (Leech, 1993 : 163).


(37)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dokumentasi karena meneliti dokumen berupa novel dengan teknik baca dan catat (Suharsimi, 1991 : 188).

3.2 Data dan Sumber Data

Sumber data : Novel La Barka karya Nh. Dini, terbitan Pustaka Jaya Jakarta.

Data : Tuturan atau kalimat dalam novel La Barka yang mengandung tindak tutur ilokusi.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Selanjutnya, penelitian ini dilakukan dengan tahap pengumpulan data dan penganalisisan, peneliti menggunakan teknik baca dan catat, hasil dari membaca isi novel tersebut kemudian dilanjutkan dengan teknik catat pada kartu data. Teknik catat maksudnya pencatatan data yang digunakan dngan alat tulis, sedangkan kartu data berupa kertas dengan ukuran dan kualitas apapun dapat digunakan asal mampu memuat, memudahkan pembacaan dan menjamin data (Sudaryanto, 1988 : 58).


(38)

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data dokumentasi. Teknik analisis data dokumentasi pada penelitian ini meliputi empat tahap yaitu inventarisasi, identifikasi, klasifikasi, dan deskripsi.

1. Inventarisasi

Langkah dalam inventarisasi adalah pengumpulan data yang sesuai dengan penelitian. Jadi peneliti mengumpulkan tuturan-tuturan dalam novel La Barka karya Nh. Dini yang diduga mengandung tindak tutur ilokusi guna keperluan penelitian. 2. Identifikasi

Data harus memiliki keterkaitan informasi dengan penelitian. Peneliti melakukan identifikasi terhadap data-data yang sudah diperoleh, dan membuat ciri-ciri data yang telah ada.

3. Klasifikasi

Dalam klasifikasi, peneliti mulai mengklasifikasikan data berdasarkan ciri-ciri masing-masing data. Data yang tidak sesuai tidak akan dimasukkan dalam analisis penelitian.

4. Interpretasi (pemaknaan)

Pada tahap ini, peneliti melaporkan hasil analisis mengenai jenis-jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi. Data yang terkumpul ditelaah, dibuat rangkuman, kemudian disimpulkan makna yang terkandung dari tuturan yang dituturkan. Berdasarkan analisa terhadap jenis tindak tutur ilokusi dalam novel La Barka karya Nh. Dini, dihasilkan : (1) jenis tindak tutur ilokusi apa saja yang digunakan dalam


(39)

novel La Barka karya Nh. Dini? , (2) dan fungsi tindak tutur ilokusi apa saja yang digunakan dalam novel La Barka karya Nh. Dini?

3.5 Triangulasi data

Triangulasi data merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menentukan validitas data. Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis triangulasi data.

a. Triangulasi pakar, teknik triangulasi ini menguji keaslian data dengan konsultasi pakar yang sesuai dengan topik penelitian, dalam penelitian ini proses triangulasi pakar dilakukan dengan konsultasi Dosen Pembimbing.

b. Triangulasi data penelitian, teknik triangulasi data penelitian ini menguji keaslian data dengan melakukan pengumpulan data sebanyak-banyaknya dari objek penelitian hingga terjadi kejenuhan data. Kejenuhan data terjadi apabila data yang yang dikumpulkan sudah terduplikasi (pengulangan data). Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah seluruh tuturan yang ada dalam novel La Barka.


(40)

27 Bab IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian ini berupa ilokusi (maksud tokoh) dalam dialog dengan tokoh lain. Maksud tokoh disini sebenarnya adalah maksud pengarang menyampaikan amanat kepada pembaca melalui tokoh-tokoh dalam cerita, misalnya seperti tuturan yang dituturkan Rina berikut ini.

Rina : “ Aku kagum akan keringanan hati orang-orang disini untuk menolong pendatang. (Konteks : Rina memberitahu kepada Monique bahwa ia kagum dengan keringanan orang-orang di tempat itu dalam menolong pendatang).

(La Barka hal 11).

Makna tuturan yang diucapkan Rina di atas berisi tentang sikap Rina yang menyatakan kekaguman terhadap sikap orang yang dia lihat. Tuturan di atas jelas terlihat bahwa ilokusinya adalah representatif “menyatakan” karena tuturan “menyatakan” merupakan tuturan yang berfungsi untuk menyatakan suatu hal yang sesuai kenyataan.

Monique : “Kalau sudah selesai letakkan piring di ember. (Konteks : Monique menyuruh untuk meletakkan piring di ember jika sudah selesai makan).

(La Barka hal. 29).

Makna tuturan yang diucapkan Monique di atas berisi tentang maksud Monique untuk menyuruh meletakkan piring yang kotor ke tempat cucian. Tuturan di atasjelas terlihat bahwa ilokusinya adalah direktif “menyuruh” karena tuturan “menyuruh”


(41)

merupakan tuturan yang berfungsi agar mitra tutur mau melakukan apa yang penutur ucapkan. Dialog di atas jelas berisi tentang sikap Monique yang menginginkan mitra tuturnya melakukan apa yang ia ucapkan.

Joseph : “Ada barang di mobil, nyonya?” (Konteks Joseph menawarkan bantuan mengangkat barang dari mobil). (La Barka hal.14).

Makna tuturan yang diucapkan Joseph di atas berisi tentang tawaran membawakan barang yang ada di dalam mobil. Tuturan di atas jelas terlihat bahwa ilokusinya adalah komisif “menawarkan” karena tuturan “menawarkan” merupakan tuturan yang berfungsi untuk bersopan santun. Dialog di atas jelas berisi tentang sikap Joseph yang berusaha cekatan dalam memberi bantuan namun tetap ramah kepada Monique yang merupakan majikannya.

Rina : "Terimakasih, anda baik sekali." (Konteks : Rina mengucapkan terimakasih kepada petugas yang menolongnya). (La Barka hal. 9).

Makna tuturan yang diucapkan Rina di atas, jelas terlihat bahwa ilokusinya adalah ekspresif mengucapkan terimakasih.

Monique : "Ya, lebih baik Sabtu, karena Senin yang akan Daniel tiba."

(Konteks : Monique memutuskan untuk pergi Sabtu karena Senin Daniel tiba.

(La Barka hal. 122).

Makna tuturan yang diucapkan Monique di atas jelas terlihat bahwa ilokusinya adalah deklaratif memutuskan.

Ilokusi seperti itu sebenarnya adalah amanat pengarang kepada pebaca, yaitu pengarang ingin menyampaikan bahwa di dalam berkomunikasi dengan atasan, kita


(42)

harus bersikap cekatan dan bertutur santun. Menurut Leech (1993 : 164), jenis ilokusi “menawarkan” juga dapat dimasukkan ke dalam kategori fungsi menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif, karena tidak mengacu pada kepentingan penutur tetapi pada kepentingan petutur. Data itulah yang akan dilanjutkan dalam penelitian selanjutnya.

4.2 Hasil Analisis Data

Hasil analisis data di bawah ini meliputi lima jenis tindak ilokusi, yaitu tindak ilokusi representatif, tindak ilokusi direktif, tindak ilokusi komisif, tindak ilokusi ekspresif dan tindak ilokusi deklaratif. Selain itu juga ditemukan empat fungsi tindak ilokusi, yaitu fungsi kompetitif, fungsi menyenangkan, fungsi bekerjasama, dan fungsi bertentangan. Agar pemahaman kita makin jelas mengenai hasil analisis di atas, di bawah ini akan dijelaskan secara lebih terperinci.

4.3 Jenis Tindak Ilokusi dalam Novel La Barka Karya Nh. Dini.

Berdasarkan tindak ilokusi dalam novel La Barka karya Nh. Dini, dapat ditemukan

lima jenis tindak ilokusi. Kelima jenis tindak ilokusi ini adalah tindak ilokusi representatif, tindak ilokusi direktif, tindak ilokusi komisif, tindak ilokusi ekspresif, dan tindak ilokusi deklarasi.


(43)

4.3.1 Tindak Ilokusi Representatif

Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Jenis tindak tutur ini kadang-kadang disebut juga tindak tutur asertif. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini adalah tuturan-tuturan menyatakan, menuntut, mengakui, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan, memberikan kesaksian, dan berspekulasi. Dari segi sopan santun, ilokusi-ilokusi ini cenderung netral yakni mereka termasuk kategori fungsi bekerjasama seperti yang telah dimaksudkan Leech (lihat fungsi tindak ilokusi pada 2.2.5). Namun ada perkecualian yang dianggap tidak sopan, misalnya membual.

Pada penelitian ini ditemukan tindak ilokusi representatif menyatakan, melaporkan, mengakui, menyebutkan dan menunjukkan. Adapun yang termasuk dalam jenis tindak ilokusi representatif dalam Novel La Barka karya Nh. Dini dapat dijelaskan dalam penggalan berikut.

4.3.1.1 Tindakan Ilokusi Representatif Menyatakan

Tuturan “menyatakan” adalah tuturan yang sesuai dengan kenyataan.

Penulis menemukan beberapa contoh tuturan menyatakan tersebut di dalam novel. Tuturan menyatakan tersebut dapat dilihat pada tuturan di bawah ini.

1. Petugas : “ Saya tidak dapat menolong anda sampai di luar stasiun. Nanti akan ada tukang pelat.” (Konteks : Petugas memberitahu kepada Rina bahwa dia tidak bisa menolong menggangkat barang sampai di luar stasiun, dan akan ada tukang pelat yang bisa membantu untuk membawakan barang-barangnya). (La Barka hal. 9)


(44)

2. Petugas : “ Bis di depan itu akan berangkat ke Draguignan tujuh menit lagi. Dia menunggu kereta api dari Nice. Kalau nyonya mau naik, saya tolong

membawakan kopor ke seberang jalan.” (Konteks : Petugas memberi tahu

kepada Rina bahwa akan ada bis yang akan menuju ke daerah tujuan Rina dan akan membantu membawakan kopor ke seberang jalan jika Rina mau menumpang naik bis). (La Barka hal. 10).

3. Rina : “ Aku kagum akan keringanan hati orang-orang disini untuk menolong pendatang. (Konteks : Rina memberitahu kepada Monique bahwa ia kagum dengan keringanan orang-orang di tempat itu dalam menolong pendatang). (La Barka hal 11).

Sejalan dengan teorinya Rustono (1999 : 38), tindak tutur representatif seperti di atas menyatakan bahwa tindak tutur representatif “menyatakan” adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Begitu juga dengan teori Rahardi (2003 : 73) tindak tutur representatif atau yang biasa juga disebut asertif, yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan. Data di atas sesuai dengan yang dimaksud oleh Rustono dan Rahardi.

Makna tuturan (1) di atas adalah tuturan “menyatakan” yang dituturkan oleh petugas yang bermakna suatu pernyataan bahwa petugas tidak dapat membantu Rina sampai di luar stasiun, dan akan ada tukang pelat yang bisa membantu.

Oleh karena itu, kutipan tuturan (1) termasuk dalam tindak ilokusi representatif “menyatakan” karena dalam tuturan tersebut berisi suatu pernyataan yang dituturkan oleh petugas untuk menyatakan ketidaksanggupannya membantu membawakan barang sampai keluar. Pada kutipan tuturan (2) termasuk dalam tindak ilokusi representatif “menyatakan” karena dalam tuturan tersebut berisi suatu


(45)

pernyataan yang dituturkan untuk menyatakan suatu kebenaran bahwa memang benar bis di depan akan berangkat 7 menit lagi menuju Draguignan setelah menunggu kereta api dari Nice. Begitu juga dengan tuturan (3) Rina menyatakan kekagumannya tentang kebaikan hati orang-orang disana mengenai keringanan hati dalam menolong pendatang.

Dengan demikian, fungsi tuturan “menyatakan” adalah untuk menyatakan kebenaran akan suatu hal, karena kebenaran tindak ilokusi representatif “menyatakan” adalah apa yang dituturkan sesuai dengan kenyataan. Penutur pada tuturan (1), (2), dan (3) sama-sama menyatakan bahwa apa yang dituturkannya merupakan fakta yang sebenarnya. Pernyataan dari masing-masing penutur itulah yang membuat peneliti memasukkannya ke dalam tindak ilokusi representatif “menyatakan”.

4.3.1.2 Tindak Ilokusi Representatif Melaporkan

Tuturan “melaporkan” juga termasuk dalam tindak ilokusi representatif. Tuturan “melaporkan” merupakan tuturan yang juga menuturkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Tuturan melaporkan tersebut dapat dilihat di bawah ini: (4) Petugas : "Bagaimana udara di sana?"

Rina : “Jelek.Jelek sekali. Kemarin malam hujan. Pagi tadi, ketika kami berangkat langit masih penuh dengan awan.” (Konteks : Rina melaporkan kepada petugas bahwa udara di Jenewa sedang jelek). (La Barka hal. 9).

(5) Petugas : "Trans tidak jauh dari sini. Hanya dua belas kilo. (Konteks : petugas melaporkan bahwa letak Trans tidak jauh dari stasiun). (La Barka hal. 11).


(46)

(6) Monique : “ Aku terlambat, karena tidak bisa meninggalkan toko lebih cepat.”

(Konteks : Monique melaporkan kepada Rina bahwa ia terlambat menjemput karena tidak dapat meninggalkan toko lebih cepat). (La Barka hal. 11)

(7) Rina : "Banyak ceritaku, monique. Sekarang aku mengantuk, lelah dan lapar sekali. Berilah aku waktu untuk istirahat, untuk mengenal rumahmu, untuk makan masakanmu dari Perancis Selatan. (Konteks : Rina melaporkan kepada Monique bahwa ia sekarang mengantuk, lelah ,dan lapar, sehingga ia ingin segera tiba di rumah Monique untuk beristirahat dan mencicipi masakan Prancis).

(La Barka hal. 12).

Sejalan dengan teorinya Rustono (1999 : 38), tindak tutur representatif seperti di atas menyatakan bahwa tindak tutur representatif “melaporkan” adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Begitu juga dengan teori Rahardi (2003 : 73) tindak tutur representatif atau yang biasa juga disebut asertif, yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya melaporkan. Tuturan “melaporkan” merupakan tuturan yang juga menuturkan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Data di atas sesuai dengan yang dimaksud oleh Rustono dan Rahardi.

Makna tuturan (4) maksudnya Rina melaporkan kepada petugas, bahwa cuaca di Jenewa sedang jelek. Pada tuturan (5) petugas melaporkan bahwa tempat tujuan Rina tidak jauh dari stasiun. Demikian dengan tuturan (6) dan tuturan (7). Tuturan (6) dan (7) sama-sama merupakan tuturan melaporkan karena dituturkan oleh penutur untuk melaporkan suatu kebenaran kepada mitra tuturnya yaitu tentang keadaan diri mereka.


(47)

Dengan demikian, fungsi tuturan “melaporkan” adalah untuk menyatakan kebenaran akan suatu hal, karena kebenaran tindak ilokusi representatif “melaporkan” adalah apa yang dituturkan sesuai dengan kenyataan.

4.3.1.3 Tindak Ilokusi Representatif Mengakui

Tuturan “mengakui” merupakan tuturan yang menyatakan keadaan yang sebenarnya, mengakui untuk diri sendiri dan orang lain akan sesuatu hal.

Tuturan tersebut dapat dilihat pada tuturan di bawah ini. (8) Rina : "Aku berkenalan dengan ibu mertuamu," Francine : "Ah, angele? Dia baik, bukan?"

Rina : “Ya.” (Konteks : Rina mengakui bahwa Angele adalah seorang yang baik). (La Barka hal. 33).

(9) Francine : “Rene bukan laki-laki yang jahat.” Rina : “Sebab itu kau kawin dengan dia.”

Francine : “Ya.” (Konteks : Francine mengakui pada Rina bahwa ia kawin dengan Rene karena Rene bukan orang jahat). (La Barka hal 61).

(10) Francine : “ Lima tahun yang terakhir ini benar-benar aku kehilangan dia. Ya, kami masih bepergian bersama, mengunjungi kaawan bersama-sama. Tapi kami

tidak lagi mempunyai hubungan yang intim.” (Konteks : Francine mengakui

bahwa hubungannya dengan Rene tidak lagi intim seperti lima tahun yang lalu).

(La Barka hal. 61).

Sejalan dengan teorinya Rustono (1999 : 38), tindak tutur representatif seperti di atas menyatakan bahwa tindak tutur representatif “mengakui” adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Begitu juga dengan teori Rahardi (2003 : 73) tindak tutur representatif atau yang biasa juga disebut asertif, yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi


(48)

yang diungkapkan, misalnya mengakui. Tuturan “mengakui” merupakan tuturan yang menyatakan keadaan yang sebenarnya, mengakui untuk diri sendiri dan orang lain akan sesuatu hal. Data di atas sesuai dengan yang dimaksud oleh Rustono dan Rahardi.

Makna tuturan (8) dan (9) tindak tutur mengakui ditunjukkan dengan kata “ya”, yang menunjukkan pengakuan tentang sifat dan alasan. Sedangkan pada tuturan (10) Francine mengakui bahwa hubungannya dengan Rene sudah tidak seintim lima tahun yang lalu. Tuturan penutur merupakan tuturan yang sesuai dengan kenyataannya.

Dengan demikian, fungsi tuturan “mengakui” adalah untuk menyatakan kebenaran akan suatu hal, karena kebenaran tindak ilokusi representatif “mengakui” adalah apa yang dituturkan sesuai dengan kenyataan. Pengakuan dari masing-masing penutur itulah yang membuat peneliti memasukkannya ke dalam tindak ilokusi representatif “mengakui”.

4.3.1.4 Tindak Ilokusi Representatif Menyebutkan

Tindak ilokusi representatif “menyebutkan” adalah tindak ilokusi yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang dituturkan dengan tuturan yang berisi menyebutkan, misalnya mengucapkan nama benda atau orang dan sebagainya. Tuturan tersebut dapat dilihat pada tuturan di bawah ini.

(11) Petugas : “Nyonya datang dari mana?”

Rina : “Dari Jenewa” (Konteks : Rina menyebutkan kepada petugas bahwa dia datang dari Jenewa). (La Barka hal. 9).


(49)

(12) Monique : "Wiski, yang hitam, itu bapak keluarga Tani, yang berekor seperti daun kelapa, betinanya, dan Arsul, anaknya.” (Konteks : Monique menyebutkan nama-nama anjing yang ia miliki). (La Barka hal. 14).

(13) Monique : "Ini, Joseph tukang kebun. Dia dulu penerbang di jaman perang. Ini, Nyonya Bonin dari Indonesia.” (Konteks : Monique menyebutkan nama tukang kebunnya dan memperkenalkan namaku serta asalku kepada tukang kebunnya).

(La Barka hal. 14).

Sejalan dengan teorinya Rustono (1999 : 38), tindak tutur representatif seperti di atas menyatakan bahwa tindak tutur representatif “menyebutkan” adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Begitu juga dengan teori Rahardi (2003 : 73) tindak tutur representatif atau yang biasa juga disebut asertif, yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyebutkan. Tindak ilokusi representatif “menyebutkan” adalah tindak ilokusi yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang dituturkan dengan tuturan yang berisi menyebutkan, misalnya mengucapkan nama benda atau orang dan sebagainya. Data di atas sesuai dengan yang dimaksud oleh Rustono dan Rahardi.

Makna tuturan (11) dituturkan oleh Rina kepada petugas yang menanyakan dari mana ia datang. Demikian juga dengan tuturan (12) serta tuturan (13). Tuturan itu diucapkan oleh Monique untuk memperkenalkan nama anjing dan nam bunnya kepada Rina.

Dengan demikian, fungsi tindak ilokusi representatif “menyebutkan” adalah untuk mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang dituturkan dengan tuturan


(50)

yang berisi menyebutkan, misalnya mengucapkan nama benda atau orang dan sebagainya.

4.3.1.5 Tindak Ilokusi Representatif Menunjukkan

Tindak ilokusi representatif “menunjukkan” adalah tindak ilokusi yang mengikat penuturnya atas apa yang dituturkannya dengan menggunakan tuturan yang berisi menunjukkan. Tuturan tersebut dapat dilihat di bawah ini.

(14) Monique : "Lihatlah ke sebelah kanan, kau lihar rumah persegi panjang dengan latar belakang hutan-hutan cemara?"

"Itulah La Barka!" (Konteks : Monique menunjukkan La Barka kepada Rina).

(La Barka hal. 12).

(15) Monique : "Pantai Frejus di balik itu.” (Konteks : Monique menunjukkan letak Pantai Frejus). (La Barka hal. 13)

(16) Rina : "Tangga masuk yang mana maksud anda?"

Maman : “Itu, di dekat pintu besar di mana anda sering duduk”. (Konteks : Maman menunjukkan letak tangga yang ia maksud kepada Rina).

(La Barka hal. 41).

Sejalan dengan teorinya Rustono (1999 : 38), tindak tutur representatif seperti di atas menyatakan bahwa tindak tutur representatif “menunjukkan” adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya akan kebenaran atas apa yang diujarkan. Begitu juga dengan teori Rahardi (2003 : 73) tindak tutur representatif atau yang biasa juga disebut asertif, yakni bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menunjukkan. Tindak ilokusi representatif “menunjukkan” adalah tindak ilokusi yang mengikat penuturnya atas apa yang


(51)

dituturkannya dengan menggunakan tuturan yang berisi menunjukkan. Data di atas sesuai dengan yang dimaksud oleh Rustono dan Rahardi.

Makna tuturan (14) dituturkan oleh Monique kepada Rina untuk menunjukkan letak La Barka. Begitu juga dengan tuturan (15) memiliki maksud yang sama dengan tuturan (14) yaitu menunjukkan letak Pantai Frejus. Demikian pula dengan tuturan (16) tujuan juga untuk menunjukkan tangga yang dimaksud oleh si penutur.

4.3.2. Tindak Ilokusi Direktif

Tindak tutur direktif sering juga disebut dengan tindak tutur impositif, adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Adapun yang termasuk ke dalam jenis tindak ilokusi direktif antara lain tuturan memaksa, mengajak, meminta, menyuruh, menagih, mendesak, memohon, menyarankan, memerintah, memberikan aba-aba, dan

menantang. Menurut Leech, jenis ilokusi ini sering dapat dimasukkan ke dalam kategori kompetitif, karena itu mencakup kategori-kategori ilokusi yang membutuhkan sopan santun negatif. Namun di pihak lain, terdapat pula beberapa ilokusi direktif seperti “mengundang” yang secara intrinsik memang sopan.

Dalam penelitian ini ditemukan lima jenis tindak ilokusi direktif yang meliputi mengajak, meminta, menyuruh, memohon, dan menyarankan. Tuturan tersebut dapat dilihat pada data berikut ini.


(52)

4.3.2.1 Tindak Ilokusi Direktif Mengajak

Tuturan “mengajak” merupakan tuturan yang mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan. Tuturan mengajak tersebut dapat dilihat dari tuturan di bawah ini.

(17) Monique : “Siapa ikut aku?” (Konteks : Monique menanyakan ajakan siapa yang akan ikut dengannya).

Josette : “Kukira aku akan naik bersamamu.” Poupette : “Aku juga.”(La Barka hal. 39).

(18) Maman : “Kita berbaring sambil omong-omong di teras. Mari Rina!"

(Konteks : Maman mengajak Rina untuk berbaring sambil omong-omong di teras). (La Barka hal. 39).

Sejalan dengan teorinya Gunarwan (1992:11), tindak tutur direktif seperti di atas menyatakan bahwa tindak tutur direktif “mengajak” adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Begitu juga dengan teori Rahardi (2003 : 73) tindak tutur direktif yakni bentuk tutur kata yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya saja mengajak. Tuturan “mengajak” merupakan tuturan yang mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan. Data di atas sesuai dengan yang dimaksud oleh Gunarwan dan Rahardi.

Makna tuturan (17) dituturkan oleh Monique untuk mengajak siapa saja yang akan ikut dengannya. Begitu juga dengan tuturan (18) dituturkan Maman untuk mengajak Rina berbaring sambil omong-omong di teras. Dengan demikian, fungsi


(53)

dari tuturan “mengajak” merupakan tuturan yang mempengaruhi mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan.

4.3.2.2 Tindak Ilokusi Direktif Meminta

Tuturan “meminta” menimbulkan pengaruh kepada mitra tutur untuk melakukan suatu tindakan “meminta”, apakah itu dalam suatu perbuatan atau tuturan saja. Tuturan itu diantaranya dapat dilihat dari tuturan dibawah ini.

(19) Anak kecil : “Mengapa kita tidak mengambil bis saja, mama?” (Konteks : Anak kecil meminta kepada ibunya untuk naik bis saja karena terlalu lama menunggu jemputan). (La Barka hal. 11).

(20) Rina : “Pengertian sahabat bagimu mungkin berlainan denganku.” Rene : “Tidak mengapa.”

“Pokoknya aku tidak suka, kalo kau takut padaku.” (Konteks : Rene meminta kepada Rina untuk tidak takut padanya). (La Barka hal. 93).

(21) Rene : “Mengapa kau tertawa?”

Rina : “Oh, maaf. Mungkin disebabkan oleh kebodohanku.” (Konteks : Rina meminta maaf kepada Rene karena merasa telah berbuat salah).

(La Barka hal. 93).

Sejalan dengan teorinya Gunarwan (1992:11), tindak tutur direktif seperti di atas menyatakan bahwa tindak tutur direktif “meminta” adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Begitu juga dengan teori Rahardi (2003 : 73) tindak tutur direktif yakni bentuk tutur kata yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya saja meminta. Tuturan “meminta” menimbulkan pengaruh kepada mitra tutur untuk melakukan suatu


(54)

tindakan “meminta”, apakah itu dalam suatu perbuatan atau tuturan saja. Data di atas sesuai dengan yang dimaksud oleh Gunarwan dan Rahardi.

Makna tuturan (19) dituturkan oleh anak kecil kepada ibunya agar si ibu mengambil bis karena telah terlalu lama menunggu jemputan. Tuturan (20) dituturkan oleh Rene untuk meminta agar Rina tidak takut padanya merupakan tindak ilokusi direktif “meminta”. Oleh sebab itu, kutipan wacana (21) merupakan tindak ilokusi direktif “meminta” karena tuturan tersebut berisi suatu permintaan dari Rina agar Rene memaafkan kesalahan yang telah ia buat. Dengan demikian, fungsi dari tuturan meminta adalah untuk melakukan suatu tindakan “meminta”, apakah itu dalam suatu perbuatan atau tuturan saja.

4.3.2.3 Tindak Ilokusi Direktif Menyuruh

Tuturan “menyuruh” merupakan tuturan yang termasuk dalam tindak ilokusi direktif. Tuturan “menyuruh” merupakan tuturan yang menyatakan tindakan. Tuturan tersebut diantaranya dapat dilihat di bawah ini.

(22) Monique : “Letakkan barang-barang di kamar besar. Nyonya Bonin akan tinggal di kamar saya selama dia di sini.”

Joseph : “Baik, nyonya.” (Konteks : Monique menyuruh Joseph untuk meletakkan barang di kamar besar). (La Barka hal.14).

(23) Monique : “Kalau sudah selesai letakkan piring di ember”. (Konteks : Monique menyuruh untuk meletakkan piring di ember jika sudah selesai makan). (La Barka hal. 29).

(24) Rene : “Kalau kau ke Draguignan, berbelanja atau lain-lain, sewaktu pulang, telponlah ke hangar.” (Konteks : Rene menyuruh untuk menelpon jika Rina sedang ke Draguignan). (La Barka hal. 93).


(55)

Sejalan dengan teorinya Gunarwan (1992:11), tindak tutur direktif seperti di atas menyatakan bahwa tindak tutur direktif “menyuruh” adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Begitu juga dengan teori Rahardi (2003 : 73) tindak tutur direktif yakni bentuk tutur kata yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya menyuruh. Tuturan “menyuruh” merupakan tuturan yang menyatakan tindakan. Data di atas sesuai dengan yang dimaksud oleh Gunarwan dan Rahardi.

Makna tuturan (22) dituturkan oleh Monique agar Joseph meletakkan barang-barang yang dibawa Nyonya Bonin ke kamar besar. Demikian juga dengan tuturan (23) dan tuturan (24). Masing-masing dituturkan oleh penutur dengan maksud untuk menyuruh mitra tuturnya agar melakukan apa yang penutur minta. Dengan demikian, fungsi dari tuturan “menyuruh” adalah untuk menyatakan suatu perintah.

4.3.2.4 Tindak Ilokusi Direktif Menyarankan

Tindak ilokusi direktif “menyarankan” adalah tindak ilokusi yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan yang berisi saran dan anjuran. Tutran tersebut diantaranya dapat dilihat di bawah ini.

(25) Monique : "Nanti kita kembali lagi, sayang. Sekarang harus cepat belanja, karena kalau agak siang sedikit sudah tidak ada pilihan ikan

basah.” (Konteks: Monique menyarankan agar cepat belanja dan kembali

lagi ketempat itu setelah selesai belanja supaya tidak kehabisan ikan basah).


(56)

(26) Monique : "Rina, kau sebaiknya tinggal di sini dulu. Aku akan ke mobil buat menyimpan belanja kita sedikit demi sedikit.” (Konteks : Monique menyarankan kepada Rina untuk menunggu lebih dulu sementara ia memasukkan belanjaan ke dalam mobil). (La Barka hal. 33).

(27) Rene : "Hari ini ada tetangga yang datang buat membersihkan rumah, menyikat lantai dan jendela. Anda tidak mau keluar untuk menghindari debu?" (Konteks : Rene menyarankan kepada Rina untuk keluar rumah agar terhindar dari debu saat rumah dibersihkan nanti).

(La Barka hal. 53).

Sejalan dengan teorinya Gunarwan (1992:11), tindak tutur direktif seperti di atas menyatakan bahwa tindak tutur direktif “menyarankan” adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Begitu juga dengan teori Rahardi (2003 : 73) tindak tutur direktif yakni bentuk tutur kata yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan tertentu, misalnya menyarankan. Tindak ilokusi direktif “menyarankan” adalah tindak ilokusi yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan yang berisi saran dan anjuran. Data di atas sesuai dengan yang dimaksud oleh Gunarwan dan Rahardi.

Makna tuturan (25) dituturkan Monique agar Rina bergegas untuk ikut berbelanja agar mendapatkan ikan basah. Begitu juga pada tuturan (26) dan (27). Tuturan itu bermaksud agar mitra tutur mengikuti saran yang diucapkan oleh si penutur. Dengan demikian, tindak ilokusi direktif “menyarankan” digunakan penutur


(57)

untuk menyuruh si pendengar agar melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan yang berisi saran dan anjuran.

4.3.3 Tindak Ilokusi Komisif

Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Jadi, erat kaitannya dengan suatu tindakan di masa depan (berjanji, bersumpah, mengancam, menyatakan kesanggupan, berkaul). Jenis ilokusi ini cenderung menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif, karena tidak mengacu pada kepentingan penutur tetapi pada kepentingan petutur.

Tindak ilokusi komisif yang ditemukan dalam penelitin ini yaitu menawarkan, menyatakan kesanggupan, dan berjanji. Tuturan tersebut dapat dilihat pada kutipan wacana di bawah ini.

4.3.3.1 Tindak Ilokusi Komisif Menawarkan

Tindak ilokusi komisif “menawarkan” adalah tindak ilokusi yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturan menawarkan. Tuturan “menawarkan” adalah tuturan yang dilakukan untuk menawarkan bantuan. Tuturan tersebut dapat dilihat dibawah ini.

(28) Petugas : “Kalau nyonya mau naik, saya tolong membawakan kopor ke

seberang jalan.”

Rina : “Anda baik sekali. Tapi saya akan menunggu sebentar lagi.”

(Konteks : Petugas menawarkan diri untuk mengangkat kopor ke seberang jalan) (La Barka hal. 11).


(1)

Data Analisis Tindak Ilokusi Representatif Melaporkan

No Kalimat langsung hal Keterangan 1 “Kemarin malam hujan.” 9 Tindak ilokusi representatif

melaporkan 2 “Pagi tadi, ketika kami berangkat

langit masih penuh dengan awan.” 9 Tindak ilokusi representatif melaporkan 3 “Oh, sudah hampir enam bulan tidak

hujan.” 10 Tindak ilokusi representatif melaporkan 4 “Beberapa rumah yang tinggal di

bukit dan ladang anggur mulai

kekurangan air.”

10 Tindak ilokusi representatif melaporkan

5 “Hanya dua belas kilo.” 11 Tindak ilokusi representatif melaporkan

6 “Sebentar lagi tentu Monique

datang.” 11 Tindak ilokusi representatif melaporkan 7 “Aku terlambat, karena tidak bisa

meninggalkan toko lebih cepat.” 11 Tindak ilokusi representatif melaporkan 8 “Aku menolong sebagai penjual,

kadang-kadang pagi, kadang-kadang

sesudah jam dua siang.”

11 Tindak ilokusi representatif melaporkan

9 “Mereka bergantian menyetir mobil dari Draguignan hingga Bulgaria,

hebat bukan?”

28 Tindak ilokusi representatif melaporkan

10 "Akhir bulan. O tidak. Bahkan seminggu lagi, karena Robert, anaknya yang sulung yang bersekolah di Sekolah Peternakan rambouillet akan menempuh ujian.”

29 Tindak ilokusi representatif melaporkan

11 "Dia suka kepada kanak-kanak. Rene dan dia telah

kawin selama lima belas tahun tanpa keturunan

.”

31 Tindak ilokusi representatif melaporkan

12 "Aku berkenalan dengan ibu mertuamu."

33 Tindak ilokusi representatif melaporkan

13 "Tidak. Untuk memasak dan minum, kami lebih baik

tidak terlalu mempergunakan air dari sumur. Itu

untuk tabungan!"

34 Tindak ilokusi representatif melaporkan

14 "Setiap aku menerima surat darimu, aku menceritakannya kepada Francine dan Rene."

34 Tindak ilokusi representatif melaporkan

15 "Ya, akhirnya saya datang seminggu


(2)

16 "Sang suami mengambil jalan yang berlainan, melalui Austria dan Jerman."

34 Tindak ilokusi representatif melaporkan

17 "Rene mempunyai hubungan dengan perempuan lain. Semula dengan Sybile, isteri pematung

terkenalkawan kami. Lalu sejak tahun ini dengan Claudine, isteri seorang kawan juga."

37 Tindak ilokusi representatif melaporkan

18 "Keduanya memang hidup berpisahan. Tidak bercerai, tetapi hidup sendiri-sendiri.”

37 Tindak ilokusi representatif melaporkan

19 "Ya, untuk seminggu, paling lama sepuluh hari. Lalu terbang lagi ke Swis atau Belgia."

41 Tindak ilokusi representatif melaporkan

20 "Oh, Rene? Dia minggu-minggu begini tidur dan tinggal di rumah. Lagipula perkumpulan telanjang tidak menarik baginya."

41 Tindak ilokusi representatif melaporkan

21 "Musim ini tidak baik. Banyak kembang yang jatuh sebelum

menjadi.”

48 Tindak ilokusi representatif melaporkan

22 "Oh, itu tidak menjadi soal buat dia. Justru buah-buah yang masih hijau

yang diambilnya.”

49 Tindak ilokusi representatif melaporkan

23 "Nanti malam. Dia bilang tidak perlu

ditunggu makan malam.” 51 Tindak ilokusi representatif melaporkan 24 "Malangnya tidak. Kalau Francine ke

luar kota, saya tinggal seharian di rumah seperti ini."

58 Tindak ilokusi representatif melaporkan

25 "Pembeli itu akan berangkat tengah

malam ke Paris.” 60 Tindak ilokusi representatif melaporkan 26 “Rencana kami, sebelum ke bioskop,

makan paela di restoran."

68 Tindak ilokusi representatif melaporkan

27 “Kita hitung kira-kira lima belas frans seorang."

69 Tindak ilokusi representatif melaporkan


(3)

Data Analisis Tindak Ilokusi Representatif Mengakui

No

Tuturan langsung

hal

Keterangan

1 "Sejak kau datang, aku menjadi nomor dua di antara orang-orang yang baik pagi di rumah ini.”

14 Tindak ilokusi representatif mengakui

2

"Aku suka kepada caranya yang ramah

terhadap anakku dan aku sendiri.”

31

Tindak ilokusi representatif mengakui

3

“Anakmu tenang sekali.”

32

Tindak ilokusi representatif mengakui

4

"Kau tahu? Aku lebih dapat berkawan dengan mertuaku daripada dengan suamiku."

34

Tindak ilokusi representatif mengakui

5

"Ada kalanya kita dapat berkawan

dengan laki-laki.”

34

Tindak ilokusi representatif mengakui

6

“Tapi jarang sekali. Kekawanan dari hati

ke hati hanya dapat berlangsung di antara sesama jenis."

34

Tindak ilokusi representatif mengakui

7

"Kita sering membicarakan rumah tangga Francine atau kenalan-kenalan lain. Sedangkan rumah tangga anak saya sendiri tidak sesehat yang dapat

diharapkan.”

41

Tindak ilokusi representatif mengakui


(4)

Data Analisis Tindak Ilokusi Representatif Menyatakan

No

Kalimat langsung

hal

Keterangan

1

“Terimakasih, anda baik

sekali.”

9

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

2

“Saya tidak dapat menolong

anda sampai di luar stasiun.”

9

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

3

“Nanti akan ada tukang

pelat.”

9

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

4

“Di sini nyonya akan

menjumpai langit yang selalu

terang.”

10

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

5

“Kalau nyonya mau naik,saya

tolong membawakan kopor

ke seberang jalan.”

10

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

6

“Aku kagum akan keringanan

hati orang-orang di sini untuk

menolo

ng pendatang.”

11

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

7

“Sekarang aku

mengantuk,lelah,dan lapar.”

12

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

8

“Aku lupa, bahwa kau telah

berkenalan dengan dia.”

28

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

9

“Tentu

saja tidak, pagi begini

tidak banyak pembeli.”

30

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

10

“Memang pada umumnya dia

tidak sukar.”

33

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

11

“Oh, jangan terkejut. Aku

memanggilnya Angele karena

pergaulan kami baik

sekali.”

33

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

12

“Kukira aku sudah

mengenalmu dari cerita-cerita

Monique.”

34

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

13

“Tapi rupanya aku lebih

dapat mengenalmu sekarang.”

34

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

14

“Sendiri

-sendiri itu tidak


(5)

15

“Aku merasa tidak menarik

nafas dengan udara yang

sama sengan kalian.”

36

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

16

“Setiap kali ada nama Rene

atau Francine yang

terucapkan, setiap aku hanya

dapat menerka-

nerka.”

36

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

17

“Apa lagi yang dapat

dikerjakan selain bersabar?”

41

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

18

“Baru kali ini saya melihat

buah noix yang masih segar.”

48

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

19

“Musim ini yang banyak

berbuah adalah almon nugat.”

49

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

20

“Tidak. Sayang buah yang

masih muda-muda itu

dipetik.”

49

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

21

“Kami bisa tinggal di kebun.”

53

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

22

“Anak saya suka sekali

berlari-lari di antara

pohon-pohon anggur.”

53

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

23

“Saya tidak tahu bahwa

Nyonya Carosse juga

mempunyai peternakan.”

55

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

24

“Saya lebih suka sendiri.”

58

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

25

“Tempat

-tempat yang ramai

kalau bisa saya hindari.”

58

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

26

“Dulu dia tidak demikian.”

60

Tindak ilokusi

representatif menyatakan

27

“Kalau untuk nonton film aku


(6)

Data Analisis Tindak Ilokusi Representatif Menyebutkan

No

Tuturan langsung

Hal

Keterangan

1 "Dari Jenewa." 9 Tindak ilokusi representatif menyebutkan

2

"Wiski, yang hitam, itu bapak keluarga Tani, yang berekor seperti daun kelapa, betinanya, dan Arsul, anaknya."

13

Tindak ilokusi representatif menyebutkan

3

"Ini, Joseph tukang kebun. Dia dulu

penerbang di jaman perang.”

13

Tindak ilokusi representatif menyebutkan

4

“Ini, Nyonya Bonin dari Indonesia.”

13

Tindak ilokusi representatif menyebutkan

5

"Baik sekali. Dia orang Arnemia. Nenek moyangnya sudah lama di Perancis."

27

Tindak ilokusi representatif menyebutkan

6

"Ini Rina. Kau telah mengenal

namanya sejak lama."

29

Tindak ilokusi representatif menyebutkan

7

“Kami mengambil lima kilo kentang, satu kilo daun prei, dua kilo

berambang.”

32

Tindak ilokusi representatif menyebutkan

8

"Ini Rene, Rina."

34

Tindak ilokusi representatif menyebutkan

9

"Seorang laki-laki dan seorang

perempuan."

68

Tindak ilokusi representatif menyebutkan

10

"Ya, dengan kau. Mungkin jaoques

dan Sophie

.”

69

Tindak ilokusi representatif menyebutkan