Persepsi Pengusaha UKM Muslim Terhadap Perbankan Syariah di Kota Sibolga

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perkembangan

perbankan

syariah

hingga

saat

ini

masih

kurang


menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan, baik jaringan maupun volume
usaha, dibandingkan dengan pertumbuhan perbankan konvensional.Hal ini
ditunjukkan dengan jumlah bank syariah yang masih sedikit khususnya di daerah
Sibolga (id.wikipedia.org).
Istilah Bank Islam atau Bank Syariah merupakan fenomena baru dalam
dunia ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya gencar yang
dilakukan oleh pakar Islam dalam mendukung ekonomi Islam yang diyakini akan
mampu mengganti dan memperbaiki sistem ekonomi konvensional yang berbasis
pada bunga. Sistem Bank Syariah menerapkan system bebas bunga (interens free)
dalam operasionalnya, dan karena itu rumusan yang paling lazim untuk
mendefinisikan Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syariat Islam dengan mengacu kepada al-Qur'an dan Hadist sebagai
landasan dasar hukum operasional (Karmen P dan M.S Antonio,1992 dalam
Rochana 2009).
Perkembangan perbankan syariah telah memberi pengaruh luas terhadap
upaya perbaikan ekonomi umat dan kesadaran baru untuk mengadopsi dan
ekspansi lembaga keungan Islam. Krisis perbankan yang terjadi sejak tahun1997
telah membuktikan bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip syariah dapat
bertahan ditengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi.


ii
Universitas Sumatera Utara

Kesadaran ini didukung oleh karateristik kegiatan usaha bank syariah yang
melarang transaksi keuangan yang bersifat spekulatif dan tanpa didasarkan pada
kegiatan usaha yang rill (Ibid).
Dalam pelaksanaanya perbankan syariah memiliki kendala diantaranya
belum optimalnya SDM yang dimiliki oleh perbankan syariah tersebut, persepsi
yang salah tentang perbankan syariah “adanya anggapan yang menyamakan
bahwa bank syariah sama dengan bank konvensional” padahal diantara keduanya
terdapat pebedaan yang sangat mendasar diantara kedua objek tersebut masih
ditemukannya praktik-praktik perbankan syariah yang menyimpang dari prinsipprinsip syariah. Masyarakat Indonesia khususnya masyarakat muslim Indonesia
ternyata belum sepenuhnya merubah persepsi maupun prilaku terhadap bank
syariah sendiri karena masih kurangnya pemahaman atau rendahnya pengetahuan
masyarakat terkait dengan bank syariah, dilain bank konvensional lebih
mendominasi dibandingkan bank syariah di samping itu juga masih bnyak lagi
tantangan dan

permasalahan yang dihadapi perbankan syariah dalam


perkembangannya.
Aktivitas dan fungsi perbankan saat ini yaitu sesuai dengan pasal 1 ayat 2
UU No. 10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat

dalam

bentuk

simpanan

kemudian

menyalurkannya

kepada

masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lain dalam rangka untuk
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Khusus untuk perbankan syariah yang
masih amat baru dalam dunia perbankan dibanding perbankan konvensional,

kehadiran perbankan syariah di tengah masyarakat memberikan nafas yang baru

ii
Universitas Sumatera Utara

dan menyegarkan bagi para pengusaha muslim, baik itu pengusaha yang sudah
lama terjun dalam dunia bisnis maupun bagi pengusaha pemula. Eksistensi
pengusaha memberikan keuntungan-keuntungan yang besar dalam perekonomian.
Mereka menyediakan barang dan jasa dan juga lapangan pekerjaan. Eksistensi
para pengusaha sangat menguntungkan terutama dalam pembangunan negaranegara sedang berkembang.
Sejak tahun 1970-an, negara-negara sedang berkembang (NSB) sebenarnya
telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif menggembirakan. Akan
tetapi pada masa yang sama negara-negara sedang berkembang (NSB) ini mulai
menyadari bahwa mereka belum berhasil menyediakan lapangan kerja layak
kepada tenaga kerjanya baik ditinjau dari segi pendapatan maupun kesesuaian
jenis pekerjaaan dengan keahlian yang dimiliki (Irsan Azhary Saleh, 1986). Di
samping itu, sebagian negara-negara sedang berkembang yang pendapatannya
sebagian besar bergantung pada minyak dan gas, mulai menyadari kenyataan
bahwa minyak dan gas bersifat non-renewable dan sering mengalami fluktuasi
harga (Solehah Abdul Hamid, 1997). Kondisi dan kenyataan ini menyebabkan

NSB mulai memberikan perhatian kepada eksistensi Usaha Kecil Menengah
(UKM) dan para pengusaha. Perhatian yang diberikan negara kepada eksistensi
UKM dan para pengusahanya semakin serius karena keberhasilan negara-negara
industri baru sering dihubungkan dengan keberhasilan pengembangan UKM
(Rahmah Ismail, 1995).
Keberhasilan sektor industri yang meraih kemewahan dan kesejahteraan
ekonomi di dunia barat, meyebabkan NSB ingin mencontoh dan mengidamkannya

ii
Universitas Sumatera Utara

(Mountjoy,1978). Hal ini dianggap wajar sebab eksistensi UKM di berbagai
sektor memberikan banyak kebaikan dan keuntungan seperti menyerap tenaga
kerja, menekan pengangguran, meningkatkan kesejahteraan dan sebagainya (Yep
Putih, 1985).Oleh sebab itu, wajar saja suatu negara memberikan perhatian dan
keistimewaan yang luas dalam pengembangan UKM.
Keterlibatan umat muslim dalam berbagai kegiatan bisnis bukan merupakan
hal baru. Namun telah berlangsung sejak empat belas abad yang lalu (Buchari,
2014 : 111). Seorang muslim yang kreatif akan mampu menggerakkan masyarakat
di sekitarnya, mampu mendorong penyerapan tenaga kerja, serta mampu

mendidik tenaga kerja untuk berkembang. Kegiatan bisnis bagi umat muslim
sudah diatur dalam Al-Qur’an menggunakan termionologi bisnis demikian
ekstensif, tema komersional ini memiliki 20 macam termionologi, yang diulang
sebanyak 370 kali dalam Al-Qur’an (Torrey, 1982). Al-Qur’an membolehkan
kegiatan bisnis dalam termionologi yang sangat eksplisit. Salah satu bentuk
kegiatan bisnis yang banyak dilakukan oleh umat muslim pada masa ini ialah
dengan menjadi pengusaha UKM.
Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan
sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah
penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di
sektor tradisional maupun modern. UKM hadir sebagai suatu solusi dari sistem
perekonomian yang sehat. UKM merupakan salah satu sektor industri yang sedikit
bahkan tidak sama sekali terkena dampak krisis global yang melanda dunia.
Sejalan dengan kenyataan tersebut, pemerintah Indonesia juga terus memberikan

ii
Universitas Sumatera Utara

perhatian yang serius terhadap eksistensi UKM. Perhatian ini diberikan dalam
berbagai


bentuk

fasilitas

seperti

penyederhanaan

pengurusan

perizinan,

kenyamanan dan kepastian hukum, pendidikan dan pelatihan, informasi
pemasaran, dan sebagainya. Bahkan lebih jauh dari itu, pemerintah sangat konsen
membantu dan memfasilitasi pengusaha UKM dari aspek permodalan dan
pembiayaan. Misalnya, Kementrian Koperasi dan UKM pada 23 Februari 2015
mengatakan menurunkan suku bunga Lembaga Pembiayaan Dana Bergilir Kredit
Usaha Kecil Menengah (LPDB KUKM) dan berlaku mulai Maret 2015.
Penurunan ini adalah salah satunya bertujuan mencapi target penyaluran dana

pembiayaan bagi pengusaha UKM sebesarRp 2,65 triliun (Bisnis.com). Kebijakan
pemerintah ini akan membantu seluruh pengusaha UKM di Indonesia termasuk
pengusaha-pengusaha UKM di Sibolga.
Kebijakan pengembangan UKM secara nasional harus diikuti dengan
adanya keselarasan kebijakan pengembangan UKM diberbagai daerah sehingga
memberikan kontribusi positif yang paling maksimum. Tugas ini merupakan
tanggungjawab bersama antara pemerintah pusat,pemerintah daerah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota dan semua pihak yang terkait. Semua pihak harus
bekerjasama dan saling membantu sehingga sasaran dan tujuan pengembangan
UKM yakni meningkatkan kesejahteraan ekonomi tercapai dengan efektif. Dalam
hal pendanaan dan pembiayaan misalnya, kerjasama dan kemitraan antar bank dan
lembaga keuangan lainnya dengan para pengusaha UKM harus dibina dan
berjalan dinamis, saling menguntungkan seperti dimaksudkan dalam penetapan
PP No. 44 tahun 1997 tentang Kemitraan.

ii
Universitas Sumatera Utara

Berkaitan dengan kemitraan tersebut, pengusaha-pengusaha UKM di
Sibolga beruntung karena telah eksis berbagai bank. Walaupun demikian

penyebaran bank dan lembaga keuangan yang dapat dimanfaatkan. Hanya saja
Eksistensinya kurang merata antara bank konvensional dengan bank syariah / unit
usaha syariah bank konvensional dan bank syariah di Sibolga membantu
memudahkan pengusaha-pengusaha UKM khususnya dari aspek pendanaan,
kredit, atau pembiayaan.
Tabel 1.1 menunjukkan eksistensi perbankkan syariah di Indonesia dan di
Sumatera Utara dari 11 perbankan syraiah yang ada di Indonesia ternyata 9 bank
ada dan beroperasi di Sumatera Utara.
Tabel 1.1
Eksistensi Bank Umum Syariah di Indonesia dan Sumatera UtaraTahun
2015
No.

Bank Umum Syariah

Indonesia Sumatera Utara

1.

PT Bank Syariah Muamalat






2.

PT Bank Syariah Mandiri





3.

PT Bank Syariah Mega






4.

PT Bank Syariah Bukopin





5.

PT Bank Panin Syariah





6.

PT Bank Victoria Syariah



7.

PT Bank BCA Syariah



8.

PT Bank Jabar dan Banten Syariah



9.

PT Bank Syariah BNI





10.

PT Maybank Indonesia Syariah







ii
Universitas Sumatera Utara

11.

PT Bank Syariah BRI

JUMLAH





11

9

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia (edit)

Tabel 2.1 terdapat 3 bank syariah yang beroperasi di Kota Sibolga. Kondisi
ini juga lebih baik karena adanya 1 Unit Usaha Syariah yang juga memberikan
layanan dan fasilitas kepada masyarakat di Sibolga termasuk para pengusaha
UKM. Eksistensi perbankan yang ada di Sibolga juga ternyata akan memberi
corak beragam khususnya dalam hal pendanaan dan pembiayaan UKM.
Tabel 1.2 Eksistensi Bank Umum Syariah di Sibolga tahun 2015
No.

Bank Umum Syariah
di Sibolga

Alamat

1.

PT. Bank Syariah Muamalat

Jl. Imam Bonjol No. 55, Kel. Pasar
Baru, Sibolga Utara

2.

PT. Bank Syariah Mandiri

Jl. Sutoyo Siswomiharjo
Sibolga Utara

PT. Bank Syariah Mega

Jl. Brigjen Katamso No. 01 Kel. Pasar
Baru, Kec Sibolga Utara

3.

No.

22,

Sumber:diambil dari berbagai sumber

Dengan adanya 2 sistem perbankan di Sibolga yakni sistem perbankan
konvensional dan sistem perbankan syariah menimbulkan konsekuensi kepada
para pengusaha UKM khususnya pengusaha muslim yang sangat dituntut agar
tidak terlibat dengan riba. Sudah banyak sekali yang menyuarakan tentang
keharaman riba namun tetap saja banyak pengusaha muslim yang masih
berkecimpung di bank konvensional. Pengusaha Muslim di Sibolga dapat saja terklasifikasi kepada 4 golongan berdasarkan sumber dana / kredit / pembiayaan
yang mereka gunakan. Kemungkinan klasifikasi ini antara lain:

ii
Universitas Sumatera Utara

1. Pengusaha muslim yang sama sekali tidak terlibat dengan bank manapun (Gol.
A)
2. Pengusaha muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional saja(Gol.
B)
3. Pengusaha muslim yang menggunakan jasa perbankan syariah saja (Gol. C)
4. Pengusaha muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional dan
perbankan syariah (campuran) (Gol. D)
Penyebab timbulnya 4 golongan pengusaha Muslim seperti disebutkan di
atas dapat disebabkan

unsur keimanan dan ketaatan pada agama. Akibatnya

pengusaha berbeda dalam tindakan dan pilihan serta adanya unsur tarikan dari
pihak perbankan konvensional versus perbankan syariah dalam memperebutkan
market share menyebabkan pengusaha dengan sendirinya terpecah atau terklasifikasi.
Jumlah pengusaha UKM di Sibolga tidak tercatat secara pasti tetapi data
yang dikeluarkan oleh BPS Kota Sibolga mencatat adanya Toko sebanyak 520,
Kios 398, Warung 29, Restoran 62 (BPS Sibolga 2014). Dari data-data ini,
sebagian toko, kios, warung, restoran usaha tersebut dikelola oleh pengusahapengusaha Muslim. Hal ini merupakan peluang yang cukup baik bagi perbankan
konvensional maupun perbankan syariah untuk memasarkan produk – produk
mereka kepada para pengusaha UKM di Sibolga sekaligus turut membantu
program pengembangan usaha UKM di kota Sibolga.
Dengan kata lain presepsi pengusaha UKM Muslim dengan adanya 2 sistem
perbankan yang berbeda Sibolga yang masyarakatnya mayoritas Muslim diyakini

ii
Universitas Sumatera Utara

menimbulkan konsekuensi yang sangat luas dan beragam sehingga relatif menarik
diteliti secara ilmiah. Dari penjelasan-penjelasan di atas maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Persepsi Pengusaha UKM
Muslim terhadap Perbankan Syariah di Kota Sibolga”.
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat

dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana profil pengusaha UKM Muslim dan perusahaannya di Kota
Sibolga?
2. Bagaimana persepsi pengusaha UKM Muslim terhadap perbankan syariah di
Kota Sibolga?
3. Hambatan-hambatan apa yang dialami pengusaha UKM Muslim untuk
menggunakan jasa perbankan syariah?
1.3

Tujuan Penelitian
Penelitian yang bersifat deskriktif – eksploratif serta menggunakan data –

data primer ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui bagaimana profil pengusaha UKM dan perusahaannya di
Kota Sibolga
2. Mengetahui bagaimana persepsi pengusaha UKM muslim terhadap perbankan
syariah yang ada di Kota Sibolga.
3. Untuk mengetahui apa saja hambatan-hambatan yang dialami pengusaha
UKM Muslim yang menggunakan jasa perbankan syariah.
1.4

Manfaat Penelitian

ii
Universitas Sumatera Utara

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah dalam hal ini pemerintah daerah kota Sibolga yaitu sebagai
bahan pertimbangan dalam menetapkan dan menjalankan kebijakan khususnyaj
yang berkaitan dengan pengembangan UKM.
2. Untuk perbankan dan lembaga keuangan lainnya diharapkan sebagai alat dan
bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan peningkatan dan perluasan
layanan bagi masyarakat khususnya pengusaha UKM.
3. Pengusaha UKM, sebagai data dan informasi untuk pengembangan diri dan
usaha yang lebih baik dan kontributif.
4. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya Ilmu Ekonomi Islam
5. Sebagai informasi dan tambahan referensi untuk lembaga akademis dan
mahasiswa/peneliti yang ingin memfokuskan penelitian ini dimasa yang akan
datang.

ii
Universitas Sumatera Utara