Persepsi Pengusaha UKM Muslim Terhadap Perbankan Syariah di Kota Tanjung Balai

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi Persepsi
Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggapan

(penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca indra. Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998)
adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi tentang lingkungan melalui panca
inderanya (pengelihatan, pendengaran, penciuman, peraba, perasa). Hal ini terjadi
karena persepsi melibatkan penafsiran

individu pada obyek tertentu maka

masing-masing individu akan memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat
obyek yang sama.
Definisi presepsi menurut Michael W. Levine & Shefiner (2000) yaitu :
“persepsi merupakan cara dimana kita menginterprestasikan informasi yang
dikumpulkan (diproses) oleh indera”. Menurut Ensiklopedia Indonesia (1984) di

jelaskan bahwa persepsi menunjukkan proses mental yang menghasilkan
bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan
asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera pengelihatan, indera
perabaan dan sebagainya sehingga akhirnya bayangan itu dapat disadari.
Defnisi lain persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang
menyebabkan seseorang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh
dari lingkungannya. Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan,
pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang

Universitas Sumatera Utara

diterima (Milton dalam Arisandy, 2004). Namun demikian pada proses tersebut
tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi perilaku
yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya.
Proses persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Penerimaan rangsang
Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber.
Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan
dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang
lebih dekat lagi atau lebih menarik baginya.

b. Proses penyeleksi rangsangsan
Setelah rangsangan diterima kemudian di seleksi disini akan terlibat proses
perhatian. Stimulus itu diseleksi untuk kemudian di proses lebih lanjut.
c. Proses pengorganisasian
Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.
d. Proses penafsiran
Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian
menafsirkan data tersebut dengan berbagai cara. Setelah data itu di
persepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi persepsi. Karena
persepsi pada pokoknya memberikan arti kepada berbagai informasi yang
diterima.

Universitas Sumatera Utara

e. Proses pengecekan
Setelah data ditafsir, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk
mengecek apakah yang dilakukan benar atau salah. Penafsiran ini ata persepsi
dibenarkan atau sesuai dengan hasil proses selanjutnya.
f. Proses reaksi
Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakan-tindakan itu

biasanya tersembunyi atau terbuka.
Menurut pendapat Wargito dalam Tinna (2005), agar individu dapat
menyadari dan dapat mengadakan persepsi maka ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi yaitu :
a. Adanya objek yang dipersepsikan
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indra (reseptor), dapat
datang dari dalam, yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang
bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indra atau reseptor
Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.
Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan
stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf yaitu otak sebagai
pusat kesadaran sebagai alat untuk mengadakan respons yang diperlukan pula
syaraf motorik.

Universitas Sumatera Utara

c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula

adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi.
2.2. Pengusaha (Entrepreneur)
Pengusaha atau wirausahawan (entrepreneur) adalah semangat, sikap,
perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan
yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja,
teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang
lebih besar (Instruksi Presiden RI No.4 Tahun 1995). Pendapat Hisrich et al.
(2005) pengertian pengusaha (entrepreneur) dapat didefinisikan melalui tiga
pendekatan, diantaranya:
a. Pendekatan ekonom, entrepreneur adalah orang yang membawa sumbersumber daya, tenaga, material, dan aset-aset lain ke dalam kombinasi yang
membuat nilainya lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, dan juga
seseorang yang memperkenalkan perubahan, inovasi/pembaruan, dan
suatu order/tatanan atau tatanan dunia baru.
b. Pendekatan psikolog, entrepreneur adalah betul-betul seorang yang
digerakkan secara khas oleh kekuatan tertentu untuk menghasilkan atau
mencapai sesuatu, pada percobaan, pada penyempurnaan atau mungkin
pada wewenang mencari jalan keluar yang lain, dan
c. Pendekatan seorang pebisnis, entrepreneur adalah seorang pebisnis yang

muncul sebagai ancaman, pesaing yang agresif, sebaliknya pada pebisnis

Universitas Sumatera Utara

lain sesama entrepreneur mungkin sebagai sekutu/mitra, sebuah sumber
penawaran, seorang pelanggan, atau seseorang yang menciptakan
kekayaan bagi orang lain dan menemukan jalan yang lebih baik untuk
memanfaatkan sumber-sumber daya, mengurangi pemborosan, dan
menghasilkan lapangan pekerjaan baru bagi orang lain yang dengan
senang hati untuk menjalankannya.
Penulis

dapat

menyimpulkan

wirausahawan

adalah


orang

yang

membentuk, mengorganisasikan dan mengarahkan suatu usaha dalam bidang
tertentu baik usaha baru atau usaha yang telah ada atas dasar kemauannya sendiri,
seorang wirausaha harus berani mengambil resiko terkait dengan proses
pemulaian usaha.
2.3.Usaha Kecil Menengah (UKM)
Kriteria usaha mikro, kecil, menengah perlu diketahui oleh para pelaku
UKM agar dapat mnyesuaikan usahanya sesuai dengan kriteria sesuai dengan
Undang-Undang atau Keputusan Menteri Keuangan. Berikut ini kriteria UMKM
meurut UU No.6 Tahun 2008:
a. Usaha Mikro
Merupakan Usaha Produktif milik keluarga atau perorangan warga negara
Indonesia yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,(lima puluh juta rupiah), dan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, dan memilki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,(tiga ratus juta rupiah).
Ciri-ciri usaha mikro, antara lain:

Universitas Sumatera Utara


1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak tetap, sewaktu-waktu berubah dapat
berganti.
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat.
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
tidak memisahkan keuangan keluarga dengan kegiatan usaha.
4. SDM belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai.
5. Tingkat pendidikan rata-rata sangat rendah.
6. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya.
Contoh usaha mikro, antara lain :
1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan peternak, nelayan dan
pembudidaya.
2. Industri makanan dan minuman. Industri meubel pengolahan kayu dan
rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat.
3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar.
4. Usaha jasa, seperti perbengkelan, salon kecantikan, objek dan penjahit.
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen
pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi
mediasinya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik

yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain :
1. Perputaran usaha yang cukup tinggi, kemampuan menyerap dana yang
mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap
berjalan bahkan terus berkembang.

Universitas Sumatera Utara

2. Tidak sensitive terhadap suku bunga.
3. Tetap berkembang walaupun dalam situasi krisis ekonomi dan moneter.
4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima
bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
b. Usaha Kecil
Merupakan usaha produktif milik warga negara Indonesia yang berbentuk
badan usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan /atau
badan usaha yang berbadan hukum (termasuk koperasi), bukan merupakan
anak atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik
langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar. Usaha kecil
memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai

paling banyak Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta).
Ciri-ciri usaha kecil:
1. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak
gampang berubah.
2. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah.
3. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih
sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan
keluarga, sudah membuat neraca usaha.
4. Sudah memiliki perizinan usaha dan persyaratan legalitas lainnya.
5. Sumber Daya Manusia (SDM) memiliki pengalaman dalam berwirausaha.

Universitas Sumatera Utara

6. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal.
7. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik
seperti business palnning.
Contoh usaha kecil:
1. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja.
2. Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya.
3. Pengerajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan

rotan, industri alat-alat rumah tangga industri pakaian jadi, dll. Koperasi
berskala kecil.
c. Usaha Menengah
Merupakan usaha produktif milik warga negara Indonesia, yang berbentuk
badan usaha perorangan, badan usaha tidak berbadan hukum, atau badan
usaha berbadan hukum (termasuk koperasi), bukan merupakan anak atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung atau
tidak langsung dengan usaha besar.
2.4.

Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah

2.4.1. Perbankan Konvensional
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank
Syariah Bab 1 pasal 1 butir 4 Bank Konvensional adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarakan jenisnya
terdiri dari Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Bank
Umum Konvensional merupakan bank konvensional yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat
adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa


Universitas Sumatera Utara

dalam lalu lintas pembayaran. Para ahli perbankan di negara-negara maju
mendefinisikan Bank Umum Konvensional sebagai institusi keuangan yang
berorientasi laba. Untuk memperoleh laba tersebut Bank Umum Konvensional
melaksanakan fungsi intermediasi.
Keuntungan utama dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip
konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada
penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan. Keuntungan
dari selisih bunga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suatu bank
mengalami suatu kerugian dari selisih bunga, dimana suku bunga simpanan
lebih besar dari suku bunga kredit, maka istilah ini dikenal dengan nama
negatif spread (Kasmir, 2008:26).
Kasmir (2008) mengatakan dalam bukunya bahwa mayoritas bank yang
berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang berorientasi pada
prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia
dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh Kolonial Belanda. Dalam
mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank
yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu:
1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti
giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk
pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga
tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spare based. Apabila
suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka

Universitas Sumatera Utara

dikenal dengan nama negative spread, hal ini telah terjadi diakhir tahun
1998 dan sepanjang tahun 1999.
2. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau
menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase
tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based.
Fungsi dan peranan bank konvensional dalam perekonomian menunjukkan
betapa pentingnya keberadaan bank umum dalam perekonomian modern,
diantaranya :
1. Penciptaan uang. Uang yang diciptakan bank konvensional adalah
uang giral yaitu alat pembayaran lewat mekanisme pemindahbukuan
(kliring).
2. Mendukung kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini karena
salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang
berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang
sangat dikenal adalah kliring, transfer uang penerimaan setoransetoran, pemberian fasilitas, pembayaran tunai, kredit, fasilitasfasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman.
3. Penghimpunan dana dan simpanan.
4. Mendukung
beroperasi

kelancaran
dalam

skala

transaksi

internasional.

internasional

akan

Bank

yang

memudahkan

penyelesaian transaksi, kepentingan pihak-pihak yang melakukan
interaksi internasional dapat ditangani dengan lebih mudah, cepat
dan murah.

Universitas Sumatera Utara

5. Penyimpanan barang-barang dan surat-surat berharga. Penyimpanan
barang-barang berharga adalah salah satu jasa yang paling awal yang
ditawarkan bank umum. Perkembangan yang semakin pesat
menyebabkan bank memperluas jasa pelayanan dengan menyimpan
sekuritas atau surat-surat berharga.
2.4.2. Perbankan Syariah
Perbankan syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Bank syariah atau biasa disebut bank tanpa bunga
adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya
dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi SAW. Dengan
kata lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang

usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syariat Islam. Antonio dan Perwataatadja membedakan menjadi dua bank
syariah adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip –prinsip syariah
Islam, (2) bank yang tata cara beroperasinya

mengacu kepada ketentuan-

ketentuan Al-Qur’an dan Hadis (Muhammad, 2004:1)
Menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 bab 1 pasal 1 dalam
butir 8 disebutkan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah
adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

Universitas Sumatera Utara

pembayaran. Bank Pembiayaan Syariah adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Perbankan syariah adalah suatu lembaga intermediasi yang menyediakan
jasa keuangan bagi masyarkat dimana seluruh aktivitasnya dijalankan
berdasarkan etika dan prinsip-prinsip Islam sehingga bebas dari unsur riba dan
bunga bebas dari kegiatan spekulatif non produktif seperti perjudian (maysir),
bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar) bebas dari perkara yang tidak
sah (bathil) dan hanya membiayai usaha-usaha yang halal (Lubis Irsyad,
2010:101).
Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan
Allah untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap
kegiatan lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntutan
agama, harus dihindari.( Muhammad,2004:2).
Fungsi dan peran Bank Syariah dijelaskan oleh Heri Sudarsono (2004:39)
dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan Syariah diantaranya tercantum
dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting
and Auditing Organization for Islamic Financial Institution), sebagai berikut :
1. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah.
2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dan yang dimilkinya
maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana
penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat
lazimnya.

Universitas Sumatera Utara

4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk
menyalurkan

dan

mengelola

(menghimpun,

mengadministrasikan,

mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
Dalam bukunya Ismail (2011:39) menjelaskan tiga fungsi utama bank
syariah yaitu:
1. Penghimpun dana masyarakat
Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
titipan dengan menggunakan akad al-wadiah dan dalam bentuk investasi
dengan menggunakan akad al-mudharabah. Al-wadiah adalah akad
antara pihak pertama (masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana
pihak pertama menitipkan dananya kepada bank dan bank menerima
titipan untuk dapat memanfaatkan titipan pihak pertama dalam transaksi
yang diperbolehkan dalam Islam. Al-Mudharabah adalah akad antara
pihak yang memiliki dana kemudian menginvestasikan dananya atau
disebut juga dengan sohibul maal untuk tujuan tertentu yang
diperblehkan dalam Islam.
2. Penyaluran dana kepada masyarakat
Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat penting bagi
bank syariah. Bank syariah akan memperoleh return atas dana yang
disalurkan. Return atau pendapatan yang diperoleh bank atas penyaluran
dana ini tergantung pada akadnya. Bank menyalurkan dana kepada

Universitas Sumatera Utara

masyarakat dengan menggunakan bermacam-macam akad, antara lain
akad jual beli dan akad kemitraan atau kerja sama.
3. Pelayanan jasa bank
Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam menjalankan akivitasnya. Berbagai jenis
produk pelayanan jasa yang diberikan oleh bank syariah antara lain jasa
pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat berharga,
kliring, letter of credit, inkaso, garansi bank, dan pelayanan jasa bank
lainnya.

Bank Syariah

Penghimpun Dana

Pelayanan Jasa

Penyalur Dana

Gambar 1.1
Fungsi Utama Bank Syariah

2.4.3.

Perbedaan Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah
Perbankan konvensional dan perbankan syariah memiliki beberapa

perbedaan antara lain dalam bunga, pembagian keuntungan maupun resiko
kerugian, keuntungan berfluktuasi, mengandung unsur jual beli perdagangan,
memberikan keuntungan sosio-ekonomis, dan seluruh transaksi halal. Prinsip
paling fundamental dalam bank syariah adalah bebas dai bunga, oleh karena
itu bank syariah menggantikan dengan prinsip bagi hasil.

Universitas Sumatera Utara

Perbankan syariah yang menerapkan

pola pembiayaan usaha dengan

prinsip bagi hasil sebagai salah satu pokok dalam kegiatan perbankan syariah
akan menumbuhkan rasa tanggung jawab pada masing-masing pihak, baik
bank maupun debiturnya sehingga dalam menjalankan kegiatannya semua
pihak pada hakekatnya akan memperhatikan prinsip kehati-hatian dan akan
memperkecil kemungkinan terjadinya kegagalan usaha.
Sumber pendapatan bank syariah adalah bagi hasil yang diterimanya dari
nasabah (peminjam). Pendapatan bagi hasil yang diterima ini didasarkan
pada persentase dari keuntungan rill yang diperoleh

dari pengusaha.

Sedangkan dikonvensional menetapkan pendapatan bank berdasarkan
persentase bunga tetap dari dana yang dipinjamkan. Karena itu pendapatan
yang diterima bank syariah berfluktuasi sesuai fluktuasi pendapatan rill
pengusaha.
Karakteristik bank syariah yang sangat unik karena berlandaskan syariat
Islam yang mengharamkan riba dalam setiap transaksi keuangan yang berupa
penyimpanan dan penyaluran dana yang tidak dikenakan bunga, perbankan
syariah juga berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan yang melakukan
transaksi yang sama seperti bank konvensional. Keunikan karakteristik ini
juga mengindikasikan berbagai hal termasuk minat para pengusaha atau
masyarakat yang berbeda terhadap bank syariah. Hal ini sebagai pemicu
perbedaan karakteristik antara bank syariah dan bank konvensional.
Dalam pandangan ekonomi syariah, uang bukan sebagai komoditas
melainkan dipergunakan dalam bentuk investasi yang produktif untuk

Universitas Sumatera Utara

kemakmuran masyarakat. Dengan demikian konsep penggunaan uang dalam
konsep syariah adalah untuk tujuan produktifitas bukan sebagai komoditas
apalagi untuk spekulasi sehingga apabila konsep penggunaan uang melalui
lembaga keuangan dan perbankan menurut syariah

dilaksanakan secara

sungguh-sungguh, maka akan menciptakan suatu sistem perekonomianyang
sangat berdaya terhadap inflasi (Agustiano, 2001).
Ciri bank syariah dapat dilihat pada produk-produknya yang tidak hanya
berorientasi pada bisnis komersial saja tetapi juga mempunyai fungsi sosial.
Misalnya jenis pembiayaan yang dinamakan qardhul hasan yaitu pembiayaan
yang disalurkan tanpa imbalan apapun, baik bagi hasil maupun bunga.
Pinjaman tersebut hanya dikembalikan dalam jumlah yang sama pada waktu
dipinjamkan. Pinjaman ini diberikan sebagai modal usaha untuk anggota
masyarakat yang fakir miskin.
Perbedaan antara perbankan konvensional dengan perbankan syariah
adalah perbankan konvensional tidak berdasarkan prinsip syariah Islam
sedangkan perbankan syariah berdasarkan prinsip syariah Islam.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Perbedaan Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional
No

Hal

1

Falsafah

2

Operasional

3

Aspek
sosial

4

Organisasi

Perbankan Syariah

Perbankan
Konvensional
Tidak berdasarkan bunga, Berdasarkan bunga.
spekulasi, dan ketidakjelasan.
- Dana masyarakat berupa
- Dana masyarakat
titipan dan investasi
berupa simpanan
yang
baru
akan
yang harus dibayar
mendapatkan hasil jika
bunganya
pada
‘diusahakan’
terlebih
saat jatuh tempo.
dahulu.
- Penyaluran pada
- Penyaluran pada usaha
sektor
yang
yang
halal
dan
menguntungkan
aspek halal tidak
menguntungkan.
menjadi
- Perjanjian dibuat dalam
pertimbangan
bentuk akad sesuai
dengan syariah Islam
utama.
- Perjanjian
dan hukum positif.
menggunakan
- Orientasi pembiayaan,
hukum positif.
tidak
hanya
untuk
- Orientasi
keuntungan akan tetapi
pembiayaan, untuk
juga falah oriented,
memperoleh
yaitu berorientasi pada
kesejahteraan
keuntungan
atas
dana
yang
masyarakat.
dipinjamkan.
- Dinyatakan
secara
- Tidak diketahui
explisit dan tegas ang
secara tegas.
tertuang dalam misi
- Hubungan
dan visi.
antara bank dan
- Hubungan
antara
nasabah adalah
bank dan nasabah
krreditor
dan
adalah mitra
debitur.
Harus
memiliki
Dewan Tidak memiliki Dewan
Pengawas Syariah.
Pengawas Syariah.

Sumber: Diolah dari Sudarsono (2004)

Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non Islami dan
Islam adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang
diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh

Universitas Sumatera Utara

lembaga keuangan kepada nasabah. Sehingga terdapat istilah bunga dan bagi
hasil.
Tabel 2.2
Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil
No
1

2

Hal

Sistem Bunga

Sistem Bagi Hasil

Penentuan besarnya Sebelumnya

Sesudah

hasil

sesudah ada untungnya

Yang

ditentukan Bunga, besarnya nilai Menyepakati proporsi

sebelumnya

berusaha,

pembagian

rupiah.

untuk

untung

masing-masing

pihak. Misalnya 50:50,
40:60, 35:65, dst.
3

Jika terjadi kerugian

Ditanggung

nasabah Ditanggung

saja.

pihak.

kedua

Nasabah

dan

lembaga.
4

Dihitung dari mana?

Dari

dana

yang Dari untung yang bakal

dipinjamkan.

Tetap diperoleh, belum tentu

(fixed).
5

Titik

besarnya.

perhatian Besarnya bungan yang Keberhasilan

proyek/usaha

harus

dibayar proyek/usaha

nasabah/pasti diterima perhatian
bank.
6

Berapa besarnya?

jadi

bersama

:

nasabah dan lembaga.

Pasti: (%) kali jumlah Proporsi

(%)

kali

pinjaman yang telah jumlah

untung

yang

pasti diketahui.

diketahui

belum

=

belum diketahui.
7

Status hukum

Berlawanan
QS.Luqman:34

dengan Melaksanakan

QS.

Luqman :34

Sumber: Muhammad, 2004

Universitas Sumatera Utara

2.5.

Penelitian Terdahulu
Sebagai pertimbangan dan acuan perbandingan untuk landasan penelitian

yang akan dilakukan oleh penulis, maka penelitian ini menggunakan acuan
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Dr.Harif Amali Rivai, SE,
M.Si. dan kawan kawan yang merupakan kerjasama antara Bank Indonesia pada
tahun 2006 dengan judul “ Identifikasi faktor penentu keputusan konsumen dalam
memilih jasa perbankan: Bank Konvensional VS Bank Syariah”.
Hasil dari penelitian ini adalah menemukan bahwa terdapat perbedaan
persepsi terhadap keberadaaan bank syariah dibanding dengan bank konvensional.
Dari 1244 responden nasabah bank konvensional, sebanyak 51,4% menyatakan
bahwa konsep bunga bertentangan dengan ajaran agama.
Hanya 29,8% dari jumlah responden yang menyatakan

dengan tegas

bahwa konsep bunga tidak bertentangan dengan ajaran agama, sehingga dapat
menjadikan ligimitasi bagi mereka untuk tetap berhubungan dengan berbagai
produk bank konvensional. Sementara sisanya (18,5%) berpendapat bahwa
mereka tidak tahu, apakah bungan bertentangan dengan agama. Hasil pengujian
dengan cross-tab analysis mendukung bahwa tidak terdapat hubungan signifikan
antara persepsi tentang bunga dengan keinginan untuk menjadi nasabah bank
syariah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
persepsi yang signifikan berdasarkan niat nasabah bank konvensional untuk
menjadi nasabah bank syariah.
Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Haryadi (2007) yang
berjudul “Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah”. Hasil penelitian ini

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa secara umum prrefrensi masyarakat

di wilayah Eks

Kabupaten Banyumas baik. Hal ini dapat dilihat dari persentase tanggapan baik
yang mencapai 79 %. Dari hasil analisis juga diketahui bahwa tidak ada
masyarakat yang menolak secara langsung

adanya bank syariah. Namun

demikian ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian lebih melihat jumlah
persentase distribusi hasil analisis, tingkat keraguan masyarakat yang tidak
menjadi nasabah bank syariah yang cukup tinggi. Dari hasil analisis diketahui
persentase keraguan masyarakat kelompok ini sebesar 21 %, ini jauh dari rata-rata
keraguan masyarakat secara keseluruhan yang hanya 9 %. Hal ini menunjukkan
bahwa pada kelompok masyarakat non nasabah bank syariah kepercayaan
masyarakat terhadap bank syariah perlu ditingkatkan.
2.6.

Kerangka Konseptual
Pengusaha UKM muslim

Pengusaha
GOL. A

Pengusaha
GOL. B

Pengusaha
GOL. C

Pengusaha
GOL. D

Persepsi

Perbankan Syariah
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Universitas Sumatera Utara