Persepsi Pengusaha UKM Muslim Terhadap Perbankan Syariah di Kota Tanjung Balai

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1 Quissioner Penelitian

D No…

K L / P

Quessioner Penelitian Hanya 10 Menit

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JL. Prof. T .M Hanafiah No. 2 Padang Bulan Medan 20155

ANALISIS PERSEPSI PENGUSAHA UKM MUSLIM TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DI KOTA TANJUNG BALAI

Oleh:

ELVI EVITASARI NIM: 120501097


(2)

Tanjung Balai, ………2016

KepadaYth

Bapak/IbuPengusaha UKM Muslim Tanjung Balai

Dengan hormat saya maklumkan bahwa saya Elvi Evitasari adalah Mahasiswa FEB USU Medan yang sedang melakukan penelitian tentang “Analisis Persepsi

Pengusaha UKM muslim terhadap perbankan Syariah di Kota Tanjung Balai ”. Penelitian ini semata-mata untuk kepentingan akademik saja.

Oleh sebab itu, saya mohon, kiranya Bapak/Ibu dapat membantu menjawab quessioner ini yang berguna untuk keperluan penulisan skripsi ini.

Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih dan semoga Allah SWT membalas jasa Bapak/Ibu.

Elvi Evitasari +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ ++++++++++++++

Petunjuk: Piihlah salah satu jawaban yang benar atau yang sesuai dengan Bapak/Ibu dengan menyilang atau melingkari angka 1,2,3,4,5 dst.

Profil Pengusaha

1 Berapa tahun umur Bapak/Ibu? 1. < 30 Tahun

2. 30 – 40 Tahun 3. 41 – 50 Tahun 4. > 50 Tahun

2 Pendidikan terakhir?

1. Tamat SD / Sederajat 2. Tamat SMP / Sederajat 3. Tamat SMA / Sederajat 4. Tamat D3 / Sederajat 5. Tamat S1

6. Tamat Pasca sarjana 3 Sudah berapa lama Bapak/Ibu

sebagai Pengusaha? 1. < 3 Tahun

4 Apa suku Bapak/Ibu?

1. Batak (Toba, Mandailingdll) 2. Jawa


(3)

2. 3 – 5 Tahun 3. 6 – 8 Tahun 4. 9 – 11 Tahun 5. 12 – 14 Tahun 6. > 14 Tahun

3. Melayu 4. Minang 5. Aceh 6. Lain-lain

(sebutkan)……… 5 Apakah Bapak/Ibu merasa sudah

puas dengan prestasi perusahaan ini?

1. Belum 2. Puas

3. Sangat puas

6 Apakah Bapak/Ibu pernah Sekolah Agama?

1. Ya, ………Tahun 2. Tidak pernah

Profil Perusahaan

7 Kategori perusahaan Bapak/Ibu? 1. MilikPerorangan

2. MilikKeluarga (kongsi) 3. CV

4. PT 5. Lain-lain

(sebutkan)………

8 Jumlah pekerja tetap? 1. < 5 orang 2. 5 – 10 orang 3. 11 – 15 orang 4. 16 – 20 orang 5. > 20 orang 9 Bidang usaha Bapak/Ibu?

1. Pertanian, perkebunan, peternakan

2. Produksi makanan dan minuman

3. Olahan kayu / rotan / bambu / bata

4. Pertukangan besi, tembaga 5. Usaha dagang / restoran 6. Jasa transport, pendidikan,

hotel 7. Lain-lain

sebutkan……….

10 Sudah berapa lama perusahaan Bapak/Ibu didirikan?

1. < 4 Tahun 2. 4 – 6 Tahun 3. 7 – 9 Tahun 4. 10 – 12 Tahun 5. > 12 Tahun

11 Omset / Penjualan pertahun? 1. Rp< 100 juta

2. Rp 100 – 200 juta 3. Rp 201 – 250 juta 4. Rp 251 – 300 juta 5. Rp 301 – 350 juta 6. Rp> 350 juta

12 Luas daerah pemasaran? 1. Kecamatan 2. Kabupaten/kota 3. Provinsi

4. Nasional 5. Luar negara


(4)

18. Apakah Bapak/Ibu setuju atau tidak setuju dengan pernyataan berikut:

PERNYATAAN – PERNYATAAN SETUJU TIDAK

SETUJU Agar lebih dapat bersaing dengan Bank Konvensional maka pemerintah

sebaiknya memberikan keistimewaan kepada Bank Syariah

Peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan Perbankan Syariah

Promosi Perbankan Syariah kepada Pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang

Pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah

Ongkos Naik Haji seharusnya seluruhnya disetor ke Perbankan Syariah dan bank konvensional dilarang menerimanya.

Bank Syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi Sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran Islam. Syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah

Produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam

Modal dan Pembiayaan

19 Apakah Bapak/Ibu pernah

mendapat kredit atau pembiayaan dari bank?

1. Tidak pernah (Gol.A)

2. Ya, dan saya berhasil……kali

20

21

Jika tidak pernah, darimana dana perusahaan Bapak/Ibu?

1. Dana sendiri selalu cukup 2. Pinjaman dari keluarga 3. Pinjaman sesame rekan

bisnis

4. Patungan / kongsi 5. Lain-lain:

……… Jika kapan-kapan Bapak/Ibu mencoba, ke bank mana kira-kira?


(5)

22

1. Bank Konvensional 2. Bank Syariah Apakah Bapak/Ibu pernah mencoba tetapit idak berhasil?

1. Ya, dari bank ……… 2. Tidak

23. Jika Bapak/Ibu pernah mendapat kredit dari bank, perbankan yang mana? 1. Bank Konvensional saja (Gol B)

2. Bank Syariah saja (GOL C)


(6)

LAMPIRAN 2 Analisis Frekuensi Tabel Profil Pengusaha

1. Jenis Kelamin

2. Umur

3. Suku

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Batak (Toba,

Mandailing, dll)

10 14,3 14,3 14,3

Jawa 28 40,0 40,0 84,3

Melayu 21 30,0 30,0 44,3

Minang 9 12,9 12,9 97,1

Aceh 2 2,9 2,9 100,0

Total 70 100,0 100,0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 46 65,7 65,7 65,7

Perempuan 24 34,3 34,3 100,0

Total 70 100,0 100,0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <30 13 18,6 18,6 18,6

30-40 30 42,9 42,9 61,4

41-50 23 32,9 32,9 94,3

>50 4 5,7 5,7 100,0


(7)

4. Sekolah Agama

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Pernah sekolah agama 31 44,3 44,3 44,3

Tidak pernah sekolah agama

39 55,7 55,7 100,0

Total 70 100,0 100,0

5. Pendidikan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulativ e Percent

Valid Tamat SMP/Sederajat 5 7,1 7,1 7,1

Tamat SMA/Sederajat 35 50,0 50,0 57,1 Tamat D3/Sederajat 16 22,9 22,9 80,0

Tamat S1 14 20,0 20,0 100,0


(8)

LAMPIRAN 3 Hasil Crosstabulation Profil Pengusaha

1. Jenis Kelamin*Umur Crosstabulation Jenis

Kelamin

Umur

Total

<30 Tahun 30-40 Tahun 41-50 Tahun >50 Tahun

Laki-laki 7 17 19 3 46

Total % 10% 24,3% 27,1% 4,3% 65,7%

Perempuan 6 13 4 1 24

Total % 8,6% 18,6% 5,7% 1,4% 34,3%

Total 13 30 23 4 70

Total % 18,6% 42,9% 32,8% 5,7% 100%

2. Pendidikan*Umur Crosstabulation

Umur

Total <30 30-40 41-50 >50

Pendidikan Tamat SMP/Sederajat 1 1 3 0 5 Tamat SMA/Sederajat 9 14 10 2 35

Tamat D3/Sederajat 3 8 5 0 16

Tamat S1 0 7 5 2 14

Total 13 30 23 4 70

3. Jenis Kelamin*GolonganPengusaha Crossstabulation GolonganPengusaha

Total Gol A Gol B Gol C Gol D

Jenis Kelamin

Laki-laki Count 27 15 3 1 46

% of Total 38.6% 21.4% 4.3% 1.4% 65.7 %


(9)

% of Total 21.4% 5.7% 4.3% 2.9% 34.3 %

Total Count 42 19 6 3 70

% of Total 60.0% 27.1% 8.6% 4.3% 100.0 %

4. Jenis Kelamin*Sekolah Agama Crosstabulation

Pernah Sekolah Agama

Total Pernah sekolah

agama

Tidak pernah sekolah agama

Jenis Kelamin Laki-laki 21 25 46

Perempuan 10 14 24

Total 31 39 70

5. Lama Berusaha*Kepuasan_berusaha Crosstabulation Kepuasan

Total Belum Puas Puas

Lama Menjadi Pengusaha <3 9 5 14

3-5 10 3 13

6-8 17 12 29

9-11 1 11 12

12-14 0 1 1

>14 0 1 1


(10)

Profil Perusahaan 1. Pembiayaan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Pernah Mendapatkan

Pembiayaan

29 41,4 41,4 41,4

Tidak Pernah Mendapatkan Pembiayaan

41 58,6 58,6 100,0

Total 70 100,0 100,0

2. Kategori Usaha*Jumlah Pekerja Crosstabulation

Jumlah Pekerja Tetap

Total <5 5-10 11-15

Kategori Perusahaan 1 0 0 1

Milik Perorangan 37 8 0 45 Milik Keluarga

(Kongsi)

8 11 1 20

CV 0 4 0 4

Total 46 23 1 70

3. Kategori*Bidang Usaha Crosstabulation

Jumlah Pekerja Tetap

Total <5 5-10 11-15

Bidang Usaha Pertanian, perkebunan, peternakan

1 0 0 1

Produksi makanan dan minuman

10 5 0 15

Olahan

kayu/bambu/rotan/bata


(11)

Pertukangan besi/tembaga

4 1 0 5

Udaha dagang/restoran 20 3 0 23 Jasa

transport/pendidikan/hote l

0 3 1 4

lain-lain 9 7 0 16

Total 46 23 1 70

4. Jenis Kelamin*LamaMenjadiPengusaha*Kepuasan Crosstabulation

JenisKelamin Kepuasan

Total Belum Puas Puas

Laki-laki Lama-menjadi-pengusaha

<3 13 3 16

3-5 4 1 5

6-8 8 5 13

9-11 1 9 10

12-14 0 1 1

>14 0 1 1

Total 26 20 46

Perempuan Lama-menjadi-pengusaha

<3 9 2 11

3-5 6 2 8

6-8 1 2 3

9-11 0 2 2


(12)

5. Lama Usaha*omset*pekerja tetap Crosstabulation Lama_Perusahaan Jumlah Pekerja Tetap

Total <5 5-10 11-15

<4 Omset <100 26 1 27

100-200 5 0 5

Total 31 1 32

4-6 Omset <100 6 0 6

100-200 4 6 10

201-250 0 3 3

Total 10 9 19

7-9 Omset <100 2 0 2

100-200 2 2 4

201-250 0 4 4

251-300 0 2 2

Total 4 8 12

10-12 Omset 201-250 1 1 2

Total 1 1 2

>12 Omset 100-200 1 0 1

201-250 0 4 4

Total 1 4 5

6. Luas Pemasaran*Omset

Omset

Total <100 100-200 201-250 251-300

Luas Pemasaran

Kecamatan 22 4 0 0 26

Kabupaten/kota 13 16 10 0 39

Provinsi 0 0 3 2 5


(13)

7. Lama Perusahaan*Omset*Golongan Pengusaha Crosstabulation

Golongan Pengusaha Omset

Total <100 100-200 201-250 251-300

Golongan A

Lama Perusahaan

<4 20 3 23

4-6 6 7 13

7-9 1 2 3

>12 0 1 1

Total 27 13 40

Golongan B

Lama Perusahaan

<4 4 1 0 0 5

4-6 0 2 3 0 5

7-9 1 2 3 1 7

10-12 0 0 1 0 1

>12 0 0 3 0 3

Total 5 5 10 1 21

Golongan C

Lama Perusahaan

<4 2 1 0 0 3

4-6 0 1 0 0 1

7-9 0 0 0 1 1

10-12 0 0 1 0 1

Total 2 2 1 1 6

Golongan D

Lama Perusahaan

<4 1 0 1

7-9 0 1 1

>12 0 1 1


(14)

Penilaian persepsi pengusaha

Pernyataan 1 * Pendidikan Crosstabulation Count

Pendidikan

Total

SMP SMA D3 Sederajat S1

Pernyataan 1 Setuju 5 31 12 12 60

Tidak

Setuju 0 4 4 2 10

Total

5 35 16 14 70

Pernyataan 2 * Pendidikan Crosstabulation Count

Pendidikan

Total

SMP SMA D3 Sederajat S1

Pernyataan 2 Setuju 5 17 13 5 40

Tidak

Setuju 0 18 3 9 30

Total 5 35 16 14 70

Pernyataan 3 * Pendidikan Crosstabulation Count

Pendidikan Total

SMP SMA D3 Sederajat S1

Pernyataan 3 Setuju 5 34 15 14 68

Tidak

Setuju 0 1 1 0 2

Total 5 35 16 14 70

Pernyataan 4 * Pendidikan Crosstabulation Count


(15)

Pendidikan

Total

SMP SMA D3 Sederajat S1

Pernyataan 4 Setuju 5 35 15 10 65

Tidak

Setuju 0 0 1 4 5

Total 5 35 16 14 70

Pernyataan 5 * Pendidikan Crosstabulation Count

Pendidikan

Total

SMP SMA D3 Sederajat S1

Pernyataan 5 Setuju 5 27 10 6 48

Tidak

Setuju 0 8 6 8 22

Total 5 35 16 14 70

Pernyataan 6 * Pendidikan Crosstabulation Count

Pendidikan

Total

SMP SMA D3 Sederajat S1

Pernyataan 6 Setuju 5 30 14 11 60

Tidak

Setuju 0 5 2 3 10

Total 5 35 16 14 70

Pernyataan 7 * Pendidikan Crosstabulation Count

Pendidikan

Total

SMP SMA D3 Sederajat S1

Pernyataan 7 Setuju 5 30 9 5 49

Tidak

Setuju 0 5 7 9 21


(16)

Pernyataan 8 * Pendidikan Crosstabulation

Count

Pendidikan

Total

SMP SMA D3 Sederajat S1

Pernyataan 8 Setuju 5 22 8 10 45

Tidak

Setuju 0 13 8 4 25

Total 5 35 16 14 70

Pernyataan 1 * GolonganPengusaha Crosstabulation

Count

GolonganPengusaha

Total

Gol A Gol B Gol C Gol D

Pernyataan 1 Setuju 39 14 5 2 60

Tidak

Setuju 3 5 1 1 10

Total 42 19 6 3 70

Pernyataan 2 * GolonganPengusaha Crosstabulation Count

GolonganPengusaha

Total

Gol A Gol B Gol C Gol D

Pernyataan 2 Setuju 23 10 5 2 40

Tidak

Setuju 19 9 1 1 30

Total 42 19 6 3 70

Pernyataan 3 * GolonganPengusaha Crosstabulation Count


(17)

Gol A Gol B Gol C Gol D

Pernyataan 3 Setuju 40 19 6 3 68

Tidak

Setuju 2 0 0 0 2

Total 42 19 6 3 70

Pernyataan 4 * GolonganPengusaha Crosstabulation Count

GolonganPengusaha

Total

Gol A Gol B Gol C Gol D

Pernyataan 4 Setuju 40 16 6 3 65

Tidak

Setuju 2 3 0 0 5

Total 42 19 6 3 70

Pernyataan 5 * GolonganPengusaha Crosstabulation Count

GolonganPengusaha

Total

Gol A Gol B Gol C Gol D

Pernyataan 5 Setuju 32 9 4 3 48

Tidak

Setuju 10 10 2 0 22

Total 42 19 6 3 70

Pernyataan 6 * GolonganPengusaha Crosstabulation Count

GolonganPengusaha

Total

Gol A Gol B Gol C Gol D

Pernyataan 6 Setuju 36 15 6 3 60

Tidak

Setuju 6 4 0 0 10

Total 42 19 6 3 70

Pernyataan 7 * GolonganPengusaha Crosstabulatio Count


(18)

Gol A Gol B Gol C Gol D

Pernyataan 7 Setuju 39 4 3 3 49

Tidak

Setuju 3 15 3 0 21

Total 42 19 6 3 70

Pernyataan 8 * GolonganPengusaha Crosstabulation Count

GolonganPengusaha

Total

Gol A Gol B Gol C Gol D

Pernyataan 8 Setuju 27 10 5 3 45

Tidak

Setuju 13 11 1 0 25


(19)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Antonio, Muhammad Syafii. 2001. Perbankan Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press.

Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Clotefi. 1999. http:wwwetakei.gr/html/eng/prosegisis.html. 23 Oktober 1999.

Hariyadi. “Persepsi Masyarakat Terhadap Perbankan Syariah. Hendry, Arisson. 1999. Perbankan Syariah. Jakarta. Muamalat Intitute.

Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Prenada Media Group.

Ismail, Rahma. 1995. Industri Kecil Malysia Isu Pembiayaan, Teknologi dan Pemasaran, Bangi: Universiti Kebangsaan Malaysia.

Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Kasmir. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Khanka, S. S (1990). Entrepreneurship in Small Scale Industries, Bombay, Nagpur, Delhi: Himalaya Publishing House.

Lubis, Irsyad. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Medan: USU Press.

MEDEC, (1992). Asas Keusahawaan, Shah Alam: Institute Teknologi MARA.

Moha Asri Abdullah, (1997). Industri Kecil di Malaysia Pembangunan dan Masa Depan, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Mountjoy, A.B. (1978). The Third World. Problems and Perspectives, Hong Kong: Macmiland Press.


(20)

Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syariah. Yogyakarta. Ekonisia.

Saiman, Leonardus. 2014. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.

Saleh, Irsan Azhari. 1986. Industri Kecil Sebuah Tinjauan dan Perbandingan, Jakarta LP3ES.

Sobur, Alex. 2003 Psikologi Umum: Bandung. Pustaka Setia.

Solehah, Abdul Hamid. 2007. Pembangunan Ekonomi ASEAN, Sintok: Unversiti Utara Malaysia.

Sudarsono, Heri. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta. Ekonisia.

Tambunan, Tulus. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor. Ghalia Indonesia.

Yep Putih, (1985). Kewirausahaan, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Website

Oktober 2015, 20.15


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya mengkaji hal-hal yang menyangkut dengan pengusaha muslim dalam kaitannya dengan eksistensi lembaga keuangan konvensional dan juga lembaga keuangan syariah di Tanjung Balai. Penelitian ini bersifat deskriptif – eksploratif sehingga tidak bermaksud untuk menguji hipotesis.

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Tanjung Balai. Tempo waktu penelitian di rencanakan 3 bulan. Selama 1 bulan pertama digunakan menyusun proposal dan 2 bulan berikutnya melakukan penelitian lapangsan sampai kepada penulisan Skripsi.

3.3 Populasi dan Sampel penelitian 3.3.1 Populasi

Populasi dimaksudkan sebagai objek yang mempunyai kesamaan dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam satu penelitian. Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh pengusaha UKM Muslim di Tanjung Balai. Jumlah pengusaha UKM Muslim di Tanjung Balai tidak diketahui secara pasti karena tidak ada data atau lembaga yang mencatatnya. Data pengusaha UKM yang diterbitkan oleh BPS Tanjung Balai misalnya, tidak mengklasifikasikan mereka berdasarkan agama. Walaupun demikian


(22)

penulis mengambil data pengusaha UKM yang diterbitkan BPS Tanjung Balai sebagai acuan dalam menentukan jumlah sampel.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

Pengusaha di Kota Tanjung Balai Menurut Kecamatan Tahun 2013 Kecamatan

Pengusaha Besar

Pengusaha Menengah

Pengusaha Kecil

Jumlah Total

Datuk Bandar 0 11 30 41

Datuk Bandar Timur 0 8 12 20

Tanjung Balai Selatan 0 28 102 130

Tanjung Balai Utara 0 4 9 13

Sei Tualang Raso 0 4 12 16

Teluk Nibung 0 7 6 13

Tanjung Balai 0 62 171 233

Sumber : Badan Pusat Statistik Tanjung Balai

3.3.2 Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Probability Sampling yang artinya tidak semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi calon responden atau sampel dengan teknik incidental sampling .

Incidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu

siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2012: 122).


(23)

Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan cara perhitungan statistik yaitu dengan menggunakan Rumus Slovin. Rumus Slovin digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya yaitu sebanyak 233 pengusaha. Untuk tingkat presisi yang ditetapkan dalam penentuan sampel adalah 10 %. Alasan peneliti menggunakan tingkat presisi 10 % karena jumlah populasi kurang dari 1000.

Rumus Slovin:

� = �

1 + ��2

Keterangan:

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolerir, kemudian di kuadratkan.

Berdasarkan Rumus Slovin, maka besranya penarikan jumlah sampel penelitian adalah:

� = �

1 + ��2

=

233


(24)

Dari hasil perhitungan tersebut, sampel yang di dapat berjumlah 70 pengusaha. Jumlah sampel yang di dapat selanjutnya dibagi menjadi 6 kecamatan yang ada di Tanjung Balai agar penentuan jumlah sampel masing-masing kecamatan mempunyai proposisi yang sama.

Dalam Prasetyo (2010: 13) perhitungan jumlah sampel setiap kecamatan dapat dihitung dengan rumus :

Pengambilan sampel masing-masing kecamatan :

Datuk Bandar = 41

233 x 70 = 12,3 dibulatkan 12 pengusaha.

Datuk Bandar Timur = 20

233 x 70 = 6 pengusaha

Tanjung Balai Selatan =130

233 x 70 = 39 pengusaha.

Tanjung Balai Utara = 13

233 x 70 = 3,9 dibulatkan 4 pengusaha.

Sei Tualang Raso = 16

233 x 70 = 4,8 dibulatkan 5 pengusaha.

Teluk Nibung = 13

233 x 70 = 3,9 dibulatkan 4 pengusaha.

Sampel1 =

Populasi


(25)

Tabel 3.2

Distribusi Pengambilan Sampel Penelitian di Kota Tanjung Balai No Kecamatan Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1 Datuk Bandar 41 12

2 Datuk Bandar Timur 20 6

3 Tanjung Balai Selatan 130 39

4 Tanjung Balai Utara 13 4

5 Sei Tualang Raso 16 5

6 Teluk Nibung 13 4

Jumlah 233 70

Sumber: diolah sendiri oleh penulis

3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan sifat dan katagori penelitian ini yakni eksploratif-deskriptif, maka data yang digunakan pada dasarnya adalah data primer. Data primer ini diperoleh dengan cara memberikan kuisioner / angket kepada para pengusaha UKM Muslim yang berdomisili di 6 kecamatan di Kota Tanjunag Balai. Keseluruhan responden diminta mengisi angket yang bersifat campuran antara angket langsung dan angket tidak langsung. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan pula merupakan kombinasi pertanyaan pilihan berganda (multiple choice), pertanyaan dua pilihan (forced choice) dan beberapa pertanyaan yang

bersifat terbuka (open question) yang kesemuanya disusun dengan teliti dan hati-sshati untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan. Selain itu, diketengahkan


(26)

juga pertanyaan yang bersifat counter cheking terhadap jawaban responden sehingga kebenaran informasi yang diperoleh lebih akurat.

Agar penelitian ini lebih sempurna maka data-data primer yang diperoleh dari 70 responden akan dipadukan dengan data-data sekunder yang diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi resmi seperti buku-buku, majalah, artikel, laporan dan lain-lain.

3.5 Metode Analisis Data

Penelitian ini lebih bersifat eksploratif-deskriptif sehingga tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Data-data penelitian yang dihimpun selama kira-kira 1 bulan, diproses menggunakan perangkat SPSS dan hasilnya diketengahkan dalam berbagai bentuk antara lain dalam bentuk persentase, bentuk bivariat (tabel kontingensi) agar hubungan antara variabel dapat diketahui. Untuk melihat hubunganyang lebih kompleks pula digunakan tabel berbentuk trivariat. Selain itu juga teknik analisis korelasi terhadap variabel tertentu. Analisis dengan menggunakan gambar dan grafik juga akan digunakan sedemikian rupa terhadap item dan variabel yang dianggap sesuai untuk memberikan makna yang lebih baik dan tepat. Khusus permasalahan ketiga yakni prestasi dan pencapaian golongan pengusaha akan dianalisis dengan tabel perbandingan prestasi dan memberikan peringkat untuk setiap item sehingga pada akhirnya diketahui golongan pengusaha terbaik berdasarkan indikator yang dibuat. Dengan demikian data dan informasi yang diperoleh memberi makna yang luas dan manfaat yang maksimal.


(27)

3.5.1. Tabel Distribusi Frekuensi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data mentah yang masih acak dan tidak beraturan. Maka dari itu data perlu disusun agar data dapat dideskripsikan dan memudahkan pembaca untuk memahami dan menilai data yang telah dikumpulkan dengan cara membuat distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi adalah susunan data menuru kelas-kelas interval tertentu atau dalam sebuah daftar (Sanusi, 2013:16). Distribusi frekuensi dibuat dengan mengelompokkan data-data yang telah dikumpulkan kemudian menyusunnya dalam kelas-kelas tertentu.

3.5.2. Tabulasi Silang /Cross Tabulation

Tabel silang merupakan metode untuk mentabulasi beberapa variabel yang berbeda kedalam suatu matriks. Analisis tabulasi silang meliputi dua jalur tabulasi frekuensi untuk memudahkan data dibaca, biasanya variabel terikat (variabel dependen) disusun pada garis row dan variabel bebas (variabel independen) disusun pada garis kolom.

3.5.3. Gambar / Grafik

Grafik adalah alat penyajian data statistik yang tertuang dalam bentuk lukisan, baik lukisan garis, gambar, maupun lambang. Dalam penyajiannya,semua data yang berbentuk angka disajikan melalui visualisasi lukisan garis, gambar atau lambang tertentu.

3.5.4. Tabel Komparasi

Tabel komparasi dibuat untuk menunjukkan perbedaan atau perbandingan. Penelitian komparasi dijelaskan tampaknya ada nilai kemanfaatannya hanya


(28)

apa bila dibanding menunjukkan variabel dinamis (Arikunto, 2010:6). Pada penelitian ini, tabel komparasi menggambarkan pebedaan persepsi pengusaha UKM muslim terhadap institusi perbankan, baik itu perbankan konvensional maupun perbankan syariah.


(29)

BAB IV

ANASLISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Tanjung Balai

Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara yang berjarak lebih kurang 184 km dari ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Kota Tanjung Balai dikelilingi oleh Kabupaten Asahan dengan rincian sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.

- Sebalah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Asahan.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Asahan.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang, Kabupaten Asahan.

Kota Tanjung Balai menempati area seluas 6.052,90 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 31 kelurahan dan dipimpin oleh seorang Walikota. Jumlah penduduk di Kota Tanjung Balai mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat sementara luas wilayahnya tetap. Pada tahun 2014 penduduk di Tanjung Balai mencapai 164.675 jiwa dimana kegiatan perekonomian sebesar 70,65% bersumber dari sektor jasa. Pertumbuhan ekonomi di Kota Tanjung Balai mengalami penurunan. Hal ini juga dirasakan oleh para pengusaha terutama


(30)

yang bergerak dalam bidang perdagangan. Melambungnya harga-harga kebutuhan pokok memberikan dampak negatif kepada para pengusaha, dikarenakan konsumen membatasi konsumsinya terutama pada barang sekunder dan tertier. Jumlah pengusaha di Kota Tanjung Balai juga mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 tercatat 289 pengusaha yang terdaftar, tahun 2012 turun menjadi 262 pengusaha, dan pada tahun 2013 kembali menurun menjadi 233 pengusaha (Badan Pusat Statistik).

Perbankan sebagai lembaga keuangan memiliki peran untuk meningkatkan perekonomian di Kota Tanjung Balai. Salah satunya yaitu memberikan layanan kredit usaha. Para pengusaha telah memanfaatkan jasa perbankan terutama pengusaha UKM Muslim. Namun, tidak semua pengusaha UKM Muslim memanfaatkannya. Adapun pengusaha UKM Muslim yang memanfaatkan jasa perbankan tetapi kebanyakan dari mereka tidak memilih perbankan yang syariah mereka lebih cenderung ke bank yang bersifat konvensional.

4.2Karakteristik Responden 4.2.1 Profil Pengusaha

Jumlah pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai tidak diketahui secara pasti. Berdasarkan data BPS Kota Tanjung Balai Tahun 2013 jumlah seluruh pengusaha UKM baik muslim maupun non muslim berjumlah 233 pengusaha. Penulis menjadikan data tersebut sebagai acuan dalam menentukan sampel. Dalam penelitian ini, 70 orang profil pengusaha UKM muslim yang menjadi responden dapat dilihat melalui data-data yang disajikan berikut ini.


(31)

4.2.1.1Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Data pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki-laki 46 65,7

Perempuan 24 34,3

Jumlah 70 100

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan data hasil output SPSS (Tabel 4.1) di atas, diketahui bahwa responden laki-laki berjumlah 46 orang atau 65,7% dari total responden. Jumlah ini lebih banyak dari responden perempuan yang hanya berjumlah 24 orang atau 34,3% dari total responden.

Pada penelitian ini lebih banyak ditemui pengusaha UKM Muslim yang berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan, namun perbedaan tersebut tidak memberi pengaruh yang besar terhadap perekonomian. Laki-laki maupun perempuan memiliki peluang yang sama dalam kebebasan membuka usaha sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

4.2.1.2 Data Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini umur responden terbagi mejadi 4 kategori yaitu <30, 30-40, 41-50, >50. Kondisi umur para pengusaha UKM Muslim jika di crosstabkan dengan jenis kelamin, maka datanya dapat terlihat seperti tabel 4.2:


(32)

Tabel 4.2

Data Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Jenis

Kelamin

Umur

Total

<30 Tahun 30-40 Tahun 41-50 Tahun >50 Tahun

Laki-laki 7 17 19 3 46

Total % 10% 24,3% 27,1% 4,3% 65,7%

Perempuan 6 13 4 1 24

Total % 8,6% 18,6% 5,7% 1,4% 34,3%

Total 13 30 23 4 70

Total % 18,6% 42,9% 32,8% 5,7% 100%

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan hasil output SPSS (Tabel 4.2) diketahui bahwa responden laki-laki yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 7 orang, sedangkan responden perempuan yang berusia kurang dari 30 tahun berjumlah 6 orang, sehingga total responden dari kategori ini sebesar 18,6 % dari total responden.

Responden laki-laki dengan umur berkisar 30-40 tahun berjumlah 17 orang, sedang untuk responden perempuan dengan kategori umur yang sama berjumlah 13 orang sehingga total responden dari kategori ini adalah 42,9% dari total responden. Untuk kategori responden umur berkisar 41-50 tahun, responden laki-laki berjumlah 19 orang dan responden perempuan 4 orang dengan total responden pada kategori ini 32,8% dari total responden. Responden yang paling sedikit, yaitu yang hanya berjumlah 4 orang saja atau 5,7% dari total responden adalah yang berumur lebih dari 50 tahun.

Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengusaha yang berusia 30-40 tahun dan berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang memilih dan bertahan untuk menjadi pengusaha dari pada perempuan karena adanya minat pada


(33)

usaha yang digelutinya serta memiliki kemampuan dalam menghadapi resiko sebagai pengusaha. Begitupun dengan responden denagn umur 41-50 tahun jumlah responden laki-laki juga lebih banyak dari responden perempuan karena selain memiliki keberanian dalam berusaha, juga diyakini telah memiliki pengalaman yang cukup dalam dunia usaha sehingga tetap bertahan sebagai pengusaha UKM. Lain halnya dengan pengusaha yang berusia kurang dari 30 tahun yang jumlahnya sedikit menunjukkan bahwa penduduk Kota Tanjung Balai dengan usia tersebut masih banyak yang menjadi pekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, bekerja diperusahaan maupun nelayan. Perbedaan jumlahnya yang terlalu jauh dari responden yang berusia 30-40 tahun menunjukkan bahwa kurangnya kemampuan dan keberanian penduduk berusia kurang dari 30 tahun untuk membuka usaha sendiri. Tentu Peran pemerintah dan perbankan sangat dibutuhkan untuk memberikan pelatihan dan motivasi serta investasi untuk mendorong keberanian dan kemampuan mereka dalam berusaha.

4.2.1.3Data Responden Berdasarkan Pendidikan

Tiap-tiap responden pada penelitian ini memiliki jenjang pendidikan yang berbeda-beda yang diyakini mempengaruhi kemajuan usaha mereka. Data responden berdasarkan pendidikan yang pernah ditempuh bersama tingkat umur pengusaha dapat dilihat pada tabel berikut :


(34)

Tabel 4.3

Data Responden Berdasarkan Pendidikan dan Tingkat Umur Pengusaha Pendidikan

Umur

Total

<30 Tahun

30-40 Tahun

41-50 Tahun

>50 Tahun

Tamat SMP/Sederajat 1 1 3 0 5

Tamat SMA/Sederajat 9 14 10 2 35

Tamat D3/Sederajat 3 8 5 0 16

Tamat S1 0 7 5 2 14

Total 13 30 23 4 70

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan pada tabel 4.3 di atas, diketahui responden dengan tingkat pendidikan tamat SMA/Sederajat jumlahnya lebih besar dibanding responden lainnya dengan jumlah 9 orang yang berusia kurang dari 30 tahun, 14 orang dengan usia berkisar 30-40 tahun, 10 orang berusia 41-50 tahun, dan 2 orang yang berusia lebih dari 50 tahun sehingga total responden yang pendidikannya tamat SMA/Sederajat sebesar 50% dari total responden.

Hal ini menunjukkan mayoritas pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai berpendidikan SMA. Lulusan SMA akan mudah untuk dilatih dan di didik disamping itu mereka juga membutuhkan motivasi dan bimbingan agar mereka mampu bertahan dan bersaing di pasar bisnis. Investasi pemerintah tentu sangat bermanfaat bagi mereka untuk belajar sekaligus memulai usaha sesuai dengan minat mereka sehingga mampu mendorong kemajuan perekonomian di Kota Tanjung Balai.

Namun diketahui pula bahwa responden yang tamat D3/Sederajat dan tamat S1 jumlahnya cukup banyak, yaitu 43% dari total responden. Responden


(35)

jenjang pendidikan tersebut telah memiliki ilmu yang cukup dan kemampuan untuk menerima pendidikan dari pelatihan untuk pengusaha yang tinggi. Oleh sebab itu pengusaha dengan pendidikan yang lebih tinggi ini lebih matang dan mampu bersaing pada pasar.

4.2.1.4Data Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Pengusaha dan Kepuasan

Data respondenn berdasarkan lamanya para pengusaha UKM Muslim mulai memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha beserta dengan tingkat kepuasan terhadap usahanya disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.4

Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Pengusaha, Kepuasan dan Jenis Kelamin

Sumber : diolah dari data primer

Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim yang telah menjadi pengusaha berjenis kelamin laki-laki kurang dari 3 tahun

Jenis Kelamin Kepuasan (Orang)

Total Belum Puas Puas

Laki-laki Lama Menjadi Pengusaha

<3 Tahun 13 3 16

3-5 Tahun 4 1 5

6-8 Tahun 8 5 13

9-11 Tahun 1 9 10

12-14 Tahun 0 1 1

>14 Tahun 0 1 1

Total 26 20 46

Perempuan Lama Menjadi Pengusaha

<3 Tahun 9 2 11

3-5 Tahun 6 2 8

6-8 Tahun 1 2 3

9-11 Tahun 0 2 2

Total 16 8 24


(36)

adalah responden terbanyak dengan jumlah 16 orang dan yang puas dengan usahanya hanya 3 orang sedangkan yang belum puas ada 13 orang. Pengusaha yang berjenis kelamin perempuan ada sebanyak 11 orang dan yang puas dengan usahanya hanya 2 orang dan 9 orang belum puas. Kemudian diikuti oleh responden yang telah menjadi pengusaha selama 6-8 tahun dengan jumlah 16 orang, 13 orang berjenis kelamin laki-laki 5 orang puas dengan usahanya sementara 8 orang belum puas dan 3 orang berjenis kelamin perempuan 2 orang sudah merasa puas dan 1 orang belum puas. Responden yang paling sedikit jumlahnya yaitu yang telah menjadi pengusaha 12-14 tahun dan lebih dari 14 tahun masing-masing hanya 1 orang dan mereka puas dengan usahanya.

Hal ini menunjukkan bahwa responden yang baru menjadi pengusaha kebanyakan dari mereka belum puas dengan usahanya karena baru saja memulai bisnisnya, sehingga banyak keinginan dan harapan yang besar terhadap usahanya. Hal ini adalah hal yang baik karena para pengusaha yang puas dengan usahanya sebanyak 28 orang dan yang belum puas 42 orang. Pengusaha yang belum merasa puas cenderung akan terus melakukan perubahan-perubahan atau inovasi untuk memajukan usahanya.

4.2.1.5Data Responden Berdasarkan Suku

Penduduk Kota Tanjung Balai terdiri dari berbagai suku antara lain Suku Batak (Mandailing, Toba, Simalungun, Karo), Jawa, Minang, Melayu Aceh, Tiongkok dan lain-lain. Pada penelitian ini, pengusaha UKM Muslim yang menjadi responden berdasarkan suku datanya dapat dilihat pada tabel 4.5:


(37)

Tabel 4.5

Data Responden Berdasarkan Suku

Suku Frekuensi Persentase

Batak (Toba, Mandailing, dll) 10 14

Melayu 21 30

Jawa 28 40

Minang 9 13

Aceh 2 3

Total 70 100

Sumber : diolah dari data primer

Dari tabel, diketahui bahwa pengusaha UKM Muslim dari suku Jawa merupakan responden terbanyak dengan jumlah 28 orang atau 40% dari total responden. Disusul oleh responden bersuku Melayu sebanyak 21 orang atau 30% dari total responden. Pengusaha bersuku Batak berjumlah 10 orang atau 14% dari total responden. Pengusaha dari suku Minang berjumlah 9 orang atau 13%, lalu pengusaha dari suku Aceh merupakan responden yang paling sedikit, yaitu hanya 2 orang atau 3% dari total responden.

Pada data yang diperoleh pada tabel 4.5, diketahui bahwa jumlah responden suku Melayu dan suku Jawa mendominasi dari keseluruhan jumlah responden. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Kota Tanjung Balai bersuku Melayu dan suku Jawa hanya ada beberapa dari suku lain. Di Kota Tanjung Balai juga banyak ditemui pengusaha yang beretnis Tiongkok terutama di pusat kota seperti Kecamatan Tanjung Balai Selatan. Namun demikian, tidak ada diskriminasi berusaha berdasarkan etnis di Kota Tanjung Balai.


(38)

Tabel 4.6

Komparasi Kondisi Pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai

Sumber : diolah dari data primer

Item Suku Total

Batak Melayu Jawa Minang Aceh

Umur Termuda < 3 tahun

(1 orang)

< 3 tahun (6 orang)

< 3 tahun (6 orang)

30-40 tahun (4 orang)

30-40 tahun

(1 orang) 18 orang

Umur Tertua 41-50 tahun

(5 orang) 41-50 tahun (5 orang) 41-50 tahun (9 orang) >50 tahun (1 orang) 41-50 tahun

(1 orang) 21 orang

Pendidikan Terendah Tamat SMP

(1 orang) Tamat SMP (3 orang) Tamat SMP (1 orang) SMA

(3 orang) 0 8 orang

Pendidikan Tertinggi Tamat S1 (1 orang) Tamat S1 (2 orang) Tamat S1 (5 orang) Tamat S1 (4 orang) Tamat S1

(2 orang) 14 orang

Jumlah Pernah Sekolah Agama 2 orang 9 orang 12 orang 6 orang 2 orang 31 orang

Jumlah Belum Pernah Sekolah

Agama 8 orang 10 orang 16 orang 3 orang 0 37 orang


(39)

4.2.1.6Data Responden Berdasarkan Sekolah Agama

Pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai yang menjadi responden dilihat dari pernah/ tidak pernah sekolah agama dan jenis kelamin responden dapat dilihat berikut ini:

Tabel 4.7

Data Responden Berdasarkan Pernah/Tidak Pernah Sekolah Agama dan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Sekolah Agama

Total Pernah Sekolah

Agama

Belum Pernah Sekolah Agama

Laki-Laki 21 25 46

Perempuan 10 14 24

Total 31 39 70

Persentase Total 44% 56% 100%

Sumber : diolah dari data primer

Gambar 4.1

Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Sekolah Agama

Berdasarkan tabel 4.7, diketahui pengushaa UKM Muslim yang menjadi responden pada penelitian ini dari 46 responden laki-laki, 21 orang mengaku

Pernah Sekolah Agama

44% Tidak

Pernah Sekolah Agama

56%

Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Sekolah Agama


(40)

pernah bersekolah agama dan 25 lainnya belum pernah bersekolah agama sedangkan dari 24 responden perempuan diketahui hanya 10 orang yang mengaku pernah sekolah agama dan 14 orang lainnya belum pernah sekolah agama. Total responden yang belum pernah sekolah agama jumlahnya 39 orang, lebih banyak daripada responden yang pernah sekolah agama yang berjumlah hanya 31 orang.

Hal tersebut menunjukkan adanya kemungkinan besar para pengusaha tidak memiliki pengetahuan dalam menjalankan usaha yang sesuai dengan syariat Islam. Hal ini sangat disayangkan, karena sebagai pengusaha Muslim, Islam telah menetapkan syariat atau aturan dalam setiap aspek kehidupan dan aktivitas kita sehari-hari termasuk dalam berusaha. Kurangnya pengetahuan akan ilmu agama akan mempengaruhi pengusaha dalam menjalankan usahanya baik itu dalam bertransaksi, membutuhkan pinjaman modal dari bank dengan perbedaan riba dan bagi hasil dan menjalankan usaha kongsi yang adil dengan mitra usaha beresiko memunculkan dosa bahkan haram.

4.2.2.Profil Perusahaan

Usaha yang dijalankan pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai yang menjadi repsonden pada penelitian ini disajikan sebagai berikut:

4.2.2.1 Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan

Data responden berdasarkan kategori kepemilikan perusahaan dan di crosstabkan dengan jumlah pegawai tetap yang dimiliki responden dapat dilihat pada tabel 4.8:


(41)

Tabel 4.8

Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pekerja Tetap

Kategori Perusahaan Pekerja Tetap Total

<5 orang 5-10 orang 11-15 orang

Milik Perorangan 38 8 0 46

Milik Keluarga 8 11 1 20

CV 0 4 0 4

Total 46 23 1 70

Sumber : diolah dari data primer

Dari tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa perusahaan milik perorangan mendominasi responden sebanyak 46 orang atau 66% dari total responden dengan perusahaan yang dimiliki jumlah pegawai yang kurang dari 5 sebanyak 38 perusahaan, jumlah pegawai 5-10 orang 8 perusahaan. Disusul perusahaan milik keluarga atau kongsi sebanyak 20 usaha atau 26% dari total responden dan memiliki pegawai kurang dari 5 orang sebanyak 8 usaha, pegawai 5-10 orang sebanyak 11 usaha dan memiliki pegawai 11-15 orang sebanyak 1 usaha. Responden terkecil adalah usaha dalam bentuk CV yaitu sebanyak 4 usaha atau 6% dari total responden yang memiliki pegawai berkisar 5-10 orang.

Dari tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengusaha UKM Muslim belum mampu memberikan kontribusi yang maksimal untuk mengurangi pengangguran di Kota Tanjung Balai. Hal ini dikarenakan kemampuan pengusaha yang belum dapat melakukan manajemen usaha dengan baik. Bagi pengusaha yang memiliki perusahaan sendiri dan perusahaan keluarga maupun kongsi lebih banyak memilih untuk memanfaatkan anggota


(42)

keluarga sebagai pekerja lepas, sehingga dipastikan penyerapan tenaga kerja pada masyarakat tidak masksimal.

Gambar 4.2

Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan Jumlah Pekerja Tetap

4.2.2.2 Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha

Pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai memiliki bidang usaha yang beraneka ragam selain itu, UKM Muslim juga tergolong kedalam beberapa kategori perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9 yaitu data responden berdasarkan bidang usaha yang dijalankan oleh responden dan di corsstabkan dengan kategori perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.9:

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Milik Perorangan

Milik Keluarga

CV

<5 orang 5-10 orang 11-15 orang


(43)

Tabel 4.9

Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha dan Kategori Perusahaan Bidang usaha Total Pertanian, perkebunan, peternakan Produksi makanan dan minuman Olahan Kayu/Rotan/B ambu/Bata Pertukangan Besi, tembaga Usaha dagang/ Restoran Jasa Transport, Pendidikan,

Hotel Lain-lain Kategori

Usaha

Milik Perorangan

Count 1 11 0 3 18 1 12 46

% within Kategori Usaha

2.2% 23.9% .0% 6.5% 39.1% 2.2% 26.1% 100.0%

% within Bidang Usaha

100.0% 73.3% .0% 60.0% 78.3% 25.0% 75.0% 65.7%

% of Total 1.4% 15.7% .0% 4.3% 25.7% 1.4% 17.1% 65.7%

Milik Keluarga (Kongsi)

Count 0 4 3 1 5 3 4 20

% within Kategori Usaha

.0% 20.0% 15.0% 5.0% 25.0% 15.0% 20.0% 100.0%

% within Bidang Usaha

.0% 26.7% 50.0% 20.0% 21.7% 75.0% 25.0% 28.6%

% of Total .0% 5.7% 4.3% 1.4% 7.1% 4.3% 5.7% 28.6%

CV Count 0 0 3 1 0 0 0 4

% within Kategori Usaha


(44)

% within Bidang Usaha

.0% .0% 50.0% 20.0% .0% .0% .0% 5.7%

% of Total .0% .0% 4.3% 1.4% .0% .0% .0% 5.7%

Total Count 1 15 6 5 23 4 16 70

% within Kategori Usaha

1.4% 21.4% 8.6% 7.1% 32.9% 5.7% 22.9% 100.0%

% within Bidang Usaha

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 1.4% 21.4% 8.6% 7.1% 32.9% 5.7% 22.9% 100.0%


(45)

Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa bidang usaha dagang/restoran mendominasi usaha responden dengan 18 perusahaan atau 25,7% dari total responden perusahaan milik perorangan, 5 perusahaan atau 7,1% dari total responden perusahaan milik keluarga (kongsi) sehingga totalnya 23 perusahaan atau 32,8 % dari total responden bergerak di bidang usaha dagang/restoran. Untuk bidang usaha lain-lain yaitu 6 usaha jahit, 4 usaha percetakan, 3 usaha laundry, 2 usaha kaca` dan 1 photo studio.

Dari data pada tabel 4.9 maka dapat disimpulkan lebih banyak pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai yang memilih menjalankan usaha dagang atau restoran karena usaha ini adalah bentuk usaha yang menyediakan kebutuhan sehari-hari masyarakat, sehingga asumsi pengusaha usaha akan mudah diterima oleh masyarakat dan bertahan. Usaha dagang juga tidak memerlukan keahlian khusus oleh pengusaha ataupun pegawainya. Untuk usaha restoran, pengusaha berasumsi bahwa setiap masyarakat akan membutuhkan makanan dengan tingkat harga tertentu, sehingga makanan akan selalu habis terjual bila dibisniskan.

4.2.2.3 Data Responden Berdasarkan Lama Perusahaan

Data responden berdasarkan lama perusahaan yang dimiliki responden, omset perusahaan pertahun dan jumlah dapat dilihat pada tabel 4.10:


(46)

Tabel 4.10

Data Responden Berdasarkan Lama Usaha, Omset dan Jumlah Pegawai

Lama Perusahaan

Omset (Rp/Juta)

Jumlah Pekerja Tetap

Total <5 5-10 11-15

<4 <100 26 1 0 27

100-200 5 0 0 5

Total 31 1 0 32

4-6 <100 6 0 0 6

100-200 4 6 0 10

201-250 0 3 0 3

Total 10 9 0 19

7-9 <100 2 0 0 2

100-200 2 2 0 4

201-250 0 4 0 4

251-300 0 2 0 2

Total 4 8 0 12

10-12 201-250 0 1 1 2

Total 0 1 1 2

>12 100-200 1 1 0 1

201-250 0 4 0 4

Total 1 4 0 5

Sumber : diolah dari data primer

Dari tabel di atas, perusahaan responden terbanyak yaitu perusahaan yang berdiri kurang dari 4 tahun dengan total 32 perusahaan, dimana 27 dari perusahaan yang omsetnya kurang dari Rp 100 juta dan 5 orang dari perusahaan yang omsetnya sekitar Rp 100-200 juta. Kemudian untuk usahka responden yang


(47)

berkisar 4-6 tahun sebanyak 19 perusahaan dimana 6 perusahaan dari omsetnya yang kurang dari Rp 100 juta dan 10 perusahaan yang omsetnya Rp 100-200 juta. Untuk perusahaan yang lama usahanya berkisar 7-9 tahun sebanyak 12 perusahaan 2 dari usaha yang omsetnya kurang dari Rp 100 juta, 4 perusahaan yang omsetnya Rp 100-200 juta, 4 perusahaan yang omsetnya Rp 201-250 juta dan 2 perusahaan yang omsetnya Rp 251-300 juta. Untuk responden yang berdirinya lebih lama yaitu lebih dari 12 tahun ada 5 perusahaan yaitu mempunyai omset Rp 100-200 juta berjumlah 1 orang dan Rp 201-250 juta dengan jumlah pegawai berkisar 11-15 orang. Jumlah usaha pada kategori ini yaitu 4 perusahaan.

Gambar 4.3 Data Responden Berdasarkan Omset dan Lama Perusahaan

Dari table 4.10 dapat disimpulkan usaha yang dijalankan responden tidaklah efektif karena untuk perusahaan yang lama berdiri omset yang dimiliki masih sedikit sedang mereka membutuhkan beberapa pegawai. Hal ini dikarenakan pula

0 5 10 15 20 25 30 <100 Juta 100-200 Juta 201-250 Juta 251-300 Juta 27 5 0 0 6 10 3 0

2 4 4

2

0 0 2

0

0 1 4

0 F rek u en si

Jumlah Omset

<4 Tahun 4-6 Tahun 7-9 Tahun 10-12 Tahun >12 Tahun


(48)

ada pengusaha yan memiliki pekerjaan tetap sebagai pegawai negeri sipil namun membuka usaha sendiri, sehingga hampir semua usahanya dikelola oleh pegawainya meskipun omsetnya masih sedikit sedangkan untuk perusahaan yang telah berdiri cukup lama yaitu >12 tahun memiliki omset yang cukup tinggi dan mampu menyerap tenaga kerja 5-15 orang, namun sangat disayangkan hanya ada 4 usaha atau 6% dari total responden.

4.2.2.4 Data Responden Berdasarkan Pemasaran dan Omset

Data responden berdasarkan luasnya wilayah pemasaran usaha yang telah dicapai oleh pengusaha sejak berdirinya usaha hingga saat ini dan dikaitkan dengan besar omset usaha yang diperoleh responden setiap 1 tahun dapat dilihat pada tabel 4.11

Tabel 4.11

Data Responden Berdasarkan Daerah Pemasaran dan Omset Daerah

Pemasaran

Omset (Rp/Juta)

Total <100 100-200 201-250 251-300

Kecamatan 22 4 0 0 26

Kabupaten/ Kota

13 16 10 0 39

Provinsi 0 0 3 2 5

Total 35 20 13 2 70

Sumber : diolah dari data primer

Dari data pada tabel 4.11 di atas, diketahui usaha responden yang luas daerah pemasarannya di kabupaten/kota lebih banyak dari usaha responden lainnya, yaitu sebanyak 39 usaha dengan 13 usaha omsetnya kurang dari Rp 100 juta,16 usaha


(49)

omsetnya Rp 100-200 juta dan 10 usaha omsetnya Rp 201-250 juta. Kemudian diikuti oleh usaha yang daerah pemasarannya adalah kecamatan dengan total 26 usaha, dimana 22 usaha omsetnya kurang dari Rp 100 juta, dan 4 usaha omsetnya berkisar Rp 100-200 juta. Untuk usaha yang daerah pemasarannya mencapai daerah provinsi yaitu 5 usaha dengan 3 usaha yang beromset Rp 201-250 juta dan 2 usaha yang beromset Rp 251-300 juta.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai belum mampu bersaing dengan pihak luar. Ini terlihat dari daerah rata-rata pemasaran usahanya hanya mencapai tingkat kecamatan dan kabupaten/kota saja atau daerah lokal. Hal ini disebabkan karena kurangnya modal usaha dan kemampuan pengusaha dalam memasarkan usahanya agar mampu bersaing ke daerah luar. Untuk itu, perlu adanya peran pemerintah untuk menunjang kemajuan pengusaha UKM Muslim dengan mengadakan bazar usaha atau pelatihan kepada para pengusaha UKM Muslim sebagai wadah untuk memasarkan produk usaha oleh pengusaha. Diharapkan juga kepada para pengusaha agar aktif dan ikut serta dalam setiap event dan pelatihan usaha.

4.2.2.5 Data Responden Berdasarkan Sumber Modal dan Pembiayaan

Pada penelitian ini, responden terbagi menjadi 4 golongan berdasarkan sumber modal dan pembiayaan usaha mereka sendiri:

1. Pengusaha Muslim yang sama sekali tidak terlibat dengan bank manapun (Gol A)


(50)

2. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional saja (Gol B)

3. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan syariah saja (Gol C) 4. Pengusaha Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional dan

perbankan syariah saja (campuran) (Gol D)

Berdasarkan penggolongan usaha di atas, maka data yang di peroleh setelah diolah yaitu:

Tabel 4.12

Data Responden Berdasarkan Golongan Pengusaha dan Jenis Kelamin

Golongan Pengusaha

Total Gol A Gol B Gol C Gol D

Jenis Kelamin

Laki-laki Count 27 15 3 1 46

% of Total 38.6% 21.4% 4.3% 1.4% 65.7%

Perempuan Count 15 4 3 2 24

% of Total 21.4% 5.7% 4.3% 2.9% 34.3%

Total Count 42 19 6 3 70

% of Total 60.0% 27.1% 8.6% 4.3% 100.0% Sumber : diolah dari data primer


(51)

Gambar 4.4

Data Responden Berdasarkan Golongan Pengusaha dan Jenis Kelamin 4.2.2.6 Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah Menerima

Pembiayaan

Berikut ini adalah data responden yang pernah menerima pembiayaan atau mengambil kredit usaha ke bank, bank syariah maupun bank konvensional.

Tabel 4.13

Data Responden Berdasarkan Pernah dan Tidak Pernah Menerima Pembiayaan

No Pembiayaan Frekuensi Persentase

1 Pernah mendapatkan pembiayaan 29 41,4 2 Tidak pernah mendapatkan

pembiayaan

41 58,6

Total 70 100

Sumber : diolah dari data primer

0 5 10 15 20 25 30

Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D

Data Responden Berdasarkan Golongan Pengusaha dan Jenis Kelamin


(52)

Berdasarkan tabel di atas responden yang pernah menerima pembiayaan dari bank yaitu 29 responden atau sekitar 41,4% sedangkan responden yang sama sekali tidak pernah mendapatkan pembiayaan yaitu 41 responden atau sekitar 58,6%. Dari data tabel 4.13 maka dapat disimpulkan bahwa para Pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai memilih untuk tidak terlibat dengan bank, menurut pengakuan dari responden mereka tidak menerima kredit dari bank karena sudah memiliki cukup modal sendiri, selain itu bunga yang diterapkan oleh bank yang dinilai tinggi membuat para pengusaha lebih memilih untuk meminjam dari keluarga dari pada mengambil kredit ke bank. Disamping itu kurangnya keberanian dan pengetahuan para pengusaha mengenai tata cara pengambilan kredit sebagai salah satu pemicu minimnya keterlibatan para pengusaha dengan perbankan.

4.3Analisis Data

Pada bagian ini akan dibahas mengenai analisa data berdasarkan hasil penyebaran quisioner kepada responden yang terpilih. Berdasarkan data quisioner maka dapat diketahui persepsi pengusaha UKM Muslim terhadap perbankan syariah di Kota Tanjung Balai.

4.4. Penilaian Terhadap Persepsi

Persepsi merupakan tanggapan para pengusaha UKM Muslim terhadap perbankan syariah di Kota Tanjung Balai. Persepsi seseorang dapat timbul dari pengalaman yang telah diperolehnya baik yang dilakukan sendiri maupun kesan


(53)

dari orang lain. Berikut ini penilaian terhadap persepsi para pengusaha UKM Muslim terhadap bank syariah berdasarkan quisioner yang telah disebar.

Tabel 4.14

Penilaian Persepsi Terhadap Perbankan Syariah di Kota Tanjung Balai NO Pernyataan-Pernyataan

Persepsi

S % TS % F %

1 Agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah

sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah

60 85,7 10 14,3 70 100, 0

2 Peranan MUI dan

Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah

40 57 30 43 70 100, 0

3 Promosi perbankan syariah kepada Pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang

68 97 2 3 70 100,

0 4 Pengamalan / ketaatan

masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada

perbankan syariah rendah

65 93 5 7 70 100,

0

5 Bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi

48 68,6 22 31,4 70 100, 0 6 Sistem bagi hasil adalah

sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank maupun

60 85,7 10 14,3 70 100, 0


(54)

nasabahnya sedangkan bunga bank haram

hukumnya menurut ajaran Islam.

7 Syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah

49 70,0 21 30 70 100, 0 8 Produk yang ditawarkan

oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam

45 64,3 25 35,7 70 100, 0 Sumber : diolah dari data primer

Keterangan:

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

F : Frekuensi

Berdasarkan penilaian terhadap persepsi, dapat diketahui bahwa agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah, pada uraian jawaban mengatakan setuju 85,7 % dan sisanya tidak setuju 14,3 %.

Selanjutnya pada pernyataan kedua diketahui bahwa peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Departemen Agama (DA) telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah 57% setuju dan 43% sisanya tidak setuju.

Pada pernyataan ketiga diketahui bahwa promosi perbankan syariah kepada Pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang sekitar 97 % responden mengatakan setuju dan 3 % responden mengatakan tidak setuju.


(55)

Pada pernyataan keempat diketahui bahwa sekitar 93 % mengatakan setuju bahwa pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah dan 7 % sisanya mengatakan tidak setuju.Selanjutnya pada pernyataan kelima diketahui bahwa 68,6% responden menyatakan setuju bahwa bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi dan 31,4% responden sisanya mengatakan tidak setuju.

Pada pernyataan keenam diketahui bahwa 85,7% mengatakan setuju bahwa sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran Islam, sedangkan sisanya sebanyak 14,3% responden mengatakan tidak setuju.

Selanjutnnya pada pernyataan ketujuh bahwa 70% responden mengatakan setuju bahwa syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah dan 30% responden lainnya mengatakan tidak setuju. Pada pernyataan kedelapan diketahui bahwa produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam sekitar 64,3% responden setuju dengan pernyataan ini, namun 35,7% sisanya mengatakan tidak setuju.

Dari tabel 4.14 maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden setuju bahwa promosi perbankan syariah kepada pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang (97%) dan pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah (93%).


(56)

4.5. Penilaian Persepsi Pengusaha UKM Muslim Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pengusaha

Pada tabel 4.15 kita akan mengetahui bagaimana tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi mereka terhadap bank syariah. Tabulasi silang responden yang menjawab tidak setuju pada penilaian persepsi berdasarkan tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.15

Tabulasi Silang Penilaian Persepsi Pengusaha UKM Muslim Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pengusaha

Sumber : diolah dari data primer Ketera ngan: 1. A g a r

lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah.

2. Peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat

menggunakan perbankan syariah.

3. Promosi perbankan syariah kepada Pengusaha UKM Muslim sangat minim/kurang.

4. Pengamalan/ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada

perbankan syariah rendah.

5. Bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi.

6. Sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat

menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran Islam.

7. Syariat Islam telah benar-benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah.

8. Produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.

No Pendidikan Frekuensi

Uraian Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8

1 SMP 5 0 0 0 0 0 0 0 0

2 SMA 35 4 18 1 0 8 5 5 13

3 D3 16 4 3 1 1 6 2 7 8

4 S1 14 2 9 0 4 8 3 9 4


(57)

Berdasarkan tabulasi silang 4.15, dapat diketahui bahwa pada pernyataan pertama sampai pernyataan terakhir pada kategori pendidikan SMP tidak adanya keraguan responden terhadap penilaian persepsi terhadap perbankan syariah.

Selanjutnya pada kategori pendidikan SMA diketahui bahwa tidak adanya keraguan terhadap pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah sedangkan untuk pernyataan agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah ada sekitar 4 responden yang tidak setuju dan 18 responden mengatakan tidak setuju terhadap pernyataan peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah. Sekitar 8 responden mengatakan tidak setuju bahwa bank Syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi. Sebanyk 5 responden yang mengatakan tidak setuju terhadap pernyataan sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran Islam dan 5 responden yang tidak setuju terhadap syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah. Selain itu ada 13 responden yang tidak setuju bahwa produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.

Kemudian pada kategori D3 sekitar 4 responden mengatakan tidak setuju bahwa agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah. Sebanyak 3 responden


(58)

tidak setuju terhadap pernyataan peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah. Hanya 1 responden tidak setuju terhadap pernyataan 3 dan 4. Sebanyak 6 orang tidak setuju dengan pernyataan bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi. Sebanyak 2 orang tidak setuju dengan pernyataan sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran Islam. Sebanyak 7 orang tidak setuju dengan syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah dan 8 responden tidak setuju dengan produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.

Kemudian pada kategori S1 2 responden mengatakan tidak setuju pada pernyataan agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah. Sebanyak 9 orang mengatakan tidak setuju dengan peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah dan tidak ada keraguan sama sekali pada pernyataan promosi perbankan syariah kepada pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang. Sebanyak 4 orang mengatakan tidak setuju bahwa pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah sedangkan 8 responden mengatakan tidak setuju bahwa bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi dan hanya 3 responden tidak setuju sistem bagi hasil adalah sistem


(59)

yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran Islam dan 9 responden mengatakan tidak setuju terhadap syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah. Sebanyak 4 responden mengatakan tidak setuju bahwa produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.

4.6. Penilaian Persepsi Berdasarkan Golongan Pengusaha

Tabulasi silang responden yang mengatakan tidak setuju pada penilaian persepsi berdasarkan golongan pengusaha.

Tabel 4.16

Tabulasi Silang Penilaian Persepsi Berdasarkan Golongan Pengusaha Sumb er : diolah dari data prime r Keter angan :

1. Agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya

memberikan keistimewaan kepada bank syariah.

2. Peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat

menggunakan perbankan syariah.

3. Promosi perbankan syariah kepada Pengusaha UKM Muslim sangat minim/kurang.

4. Pengamalan/ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada

perbankan syariah rendah.

5. Bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi.

6. Sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat

menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran Islam.

No Golongan

Pengusaha Frekuensi

Uraian Pernyataan

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Golongan A 42 3 19 2 2 10 6 3 13

2 Golongan B 19 5 9 0 3 10 4 15 11

3 Golongan C 6 1 1 0 0 2 0 3 1

4 Golongan D 3 1 1 0 0 0 0 0 0


(60)

7. Syariat Islam telah benar-benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah.

8. Produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.

Berdasarkan tabulasi silang 4.16, dapat diketahui bahwa pada kategori golongan A, 3 responden mengatakan tidak setuju bahwa agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah. Pada pernyataan peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah ada sekitar 19 responden yang mengatakan tidak setuju. Selanjutnya 2 responden yang tidak setuju dengan pernyataan promosi perbankan syariah kepada pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah. Sebanyak 10 responden tidak setuju bahwa bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi dan 6 responden tidak setuju terhadap sistem bagi hasil adalah sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran Islam. Sebanyak 3 responden tidak setuju bahwa syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah dan 13 responden mengatakan tidak setuju terhadap produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.

Selanjutnya untuk kategori golongan B, 5 responden mengatakan tidak setuju pada pernyataan gar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah. Sebanyak


(61)

9 orang tidak setuju terhadap peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah dan tidak ada keraguan sama sekali terhadap pernyataan promosi perbankan syariah kepada pengusaha UKM Muslim sangat minim / kurang. Kemudian 3 responden mengatakan tidak setuju terhadap pengamalan / ketaatan masyarakat Islam yang rendah menyebabkan sambutan kepada perbankan syariah rendah. Selanjutnya 10 responden tidak setuju bahwa bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi dan 4 responden memngatakan tidak setuju terhadap sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank maupun nasabahnya sedangkan bunga bank haram hukumnya menurut ajaran Islam. Sebanyak 15 responden tidak setuju bahwa syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam kegiatan harian perbankan syariah dan 11 responden tidak setuju bahwa produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.

Kemudian pada kategori golongan C, 1 responden mengatakan tidak setuju pada pernyataan bahwa agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah dan peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan perbankan syariah. Sedangkan tidak ada keraguan sama sekali terhadap pernyataan 3 dan 4. Sementara itu, 2 responden mengatakan tidak setuju bahwa bank syariah lebih menguntungkan dan lebih adil secara ekonomi dan 3 responden tidak setuju terhadap syariat Islam telah benar benar diterapkan dalam


(62)

kegiatan harian perbankan syariah dan 1 responden tidak setuju bahwa produk yang ditawarkan oleh bank syariah telah sesuai dengan syariat Islam.

Selanjutnya untuk kategori golongan D, hanya 1 responden yang mengatakan tidak setuju tehadap pernyataan agar lebih dapat bersaing dengan bank konvensional maka pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah dan peranan MUI dan Departemen Agama telah cukup dalam mengajak masyarakat menggunakan. Sementara itu, tidak ada keraguan sama sekali terhadap pernyataan 3 sampai pernyataan 8.

Dari tabel 4.16 di atas dapat dsimpulkan bahwa mayoritas pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai memilih tidak terlibat dengan dunia perbankan. Hal ini disebabkan minimnya ilmu pengetahuan yang dimiliki. Adapun pengusaha UKM Muslim yang terlibat dengan bank, mereka lebih cenderung ke bank yang bersifat konvensional. Menurut pengakuan pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai bank konvensional lebih dipercaya dan lebih profesional karena sudah lama berdiri. Sebagian dari mereka juga menganggap bahwa bank syariah masih baru dan masih sedikit yang berdiri di Kota Tanjung Balai. Kesadaran pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai tentang pentingnya berbisnis sesuai dengan syariat Islam tergolong lemah. Hal ini terbukti dari pengusaha UKM Muslim yang menggunakan jasa perbankan konvensional lebih banyak daripada pengusaha UKM Muslim yang menggunakan jasa perbankan syariah.


(63)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengolahan data terhadap variabel-variabel penelitian di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Pendidikan rata-rata pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai adalah tamat SMA/Sederajat yaitu 35 orang atau sebesar 50% dari total responden dan sekitar 55,7% dari total responden tidak pernah mengikuti sekolah agama. Pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai di dominasi oleh suku Jawa yaitu sebesar 40% dari total responden.

2. Kesadaran Pengusaha UKM Muslim terhadap pentingnya berusaha atau berbisnis sesuai dengan syariat Islam sangat minim. Hal ini terbukti hanya 6 responden dari 70 total responden yang menggunakan jasa perbankan syariah. Sementara hanya 19 responden dari 70 total responden menggunakan jasa perbankan konvensional.

3. Promosi perbankan syariah kepada pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai perlu ditingkatkan agar sosialisasi mengenai perbankan syariah sampai kepada masyarakat terutama para pengusaha UKM. Hal ini ditunjukkan 97% dari total responden menyatakan setuju bahwa promosi perbankan syariah masih minim. Selain itu, agar dapat bersaing dengan bank konvensional


(64)

pemerintah sebaiknya memberikan keistimewaan kepada bank syariah. 85,7% dari total respondenstuju dengan pernyataan tersebut.

4. Pengamalan dan ketaatan pengusaha UKM Muslim terhadap syariat Islam yang rendah mengakibatkan sambutan kepada bank syariah begitu rendah. Hal ini terbukti sebesar 93% responden dari total responden setuju dengan pernyataan tersebut. Kemudian sebanyak 85,7% dari total responden mengatakan setuju bahwa sistem bagi hasil adalah sistem yang universal dan dapat diterima karena bersifat menguntungkan baik bank maupun nasabahnya.

4.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang persepsi pengusaha UKM Muslim di Kota Tanjung Balai, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Perlunya peran pemerintah Kota Tanjung Balai untuk melakukan pembinaan kepada para pengusaha khususnya pengusaha UKM Muslim Kota Tanjung Balai agar memanfaatkan jasa perbankan terutama bank syariah sehingga UKM di Kota Tanjung Balai dapat berkembang sekaligus menunjang pertumbuhan ekonomi.

2. Menggunakan jasa perbankan syariah salah satu solusi agar para pengusaha UKM Muslim terhindar dari riba. Sehubungan dengan itu peran MUI dan Departemen Agama sangat dibutuhkan bagi para pengusaha UKM Muslim tentang pemahaman mengenai pentingnya berusaha sesuai dengan syariat Islam. Tidak hanya MUI dan Departemen Agama, keaktifan perbankan syariah


(65)

dalam mensosialisasikan produk-produk perbankan dan tata cara pengurusannya juga sangat dibutuhkan.

3. Perlunya kesadaran dan peran aktif para pengusaha UKM Muslim untuk tidak terlibat dengan riba yang diharamkan oleh ajaran Islam, agar usaha yang dijalankan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT dan terhindar dari dosa. 4. Penerapan sistem syariah sebagai keunggulan bank syariah perlu ditampilkan

dan dilaksanakan secara benar mengingat ada kesan dari responden bahwa bank syariah belum sepenuhnya menerapkan sistem syariah serta ada anggapan bahwa bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional. Selain itu, profesionalisme bank syariah perlu ditingkatkan. Hal ini terkait dengan harapan masyarakat bahwa mereka ingin berhubungan dengan bank yang aman, nyaman dan mudah untuk melakukan transaksi.


(66)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Persepsi

Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indra. Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (1998) adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi tentang lingkungan melalui panca inderanya (pengelihatan, pendengaran, penciuman, peraba, perasa). Hal ini terjadi karena persepsi melibatkan penafsiran individu pada obyek tertentu maka masing-masing individu akan memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat obyek yang sama.

Definisi presepsi menurut Michael W. Levine & Shefiner (2000) yaitu : “persepsi merupakan cara dimana kita menginterprestasikan informasi yang dikumpulkan (diproses) oleh indera”. Menurut Ensiklopedia Indonesia (1984) di jelaskan bahwa persepsi menunjukkan proses mental yang menghasilkan bayangan pada diri individu, sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera pengelihatan, indera perabaan dan sebagainya sehingga akhirnya bayangan itu dapat disadari.

Defnisi lain persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan seseorang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang


(67)

diterima (Milton dalam Arisandy, 2004). Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya.

Proses persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : a. Penerimaan rangsang

Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber. Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang lebih dekat lagi atau lebih menarik baginya.

b. Proses penyeleksi rangsangsan

Setelah rangsangan diterima kemudian di seleksi disini akan terlibat proses perhatian. Stimulus itu diseleksi untuk kemudian di proses lebih lanjut.

c. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. d. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian menafsirkan data tersebut dengan berbagai cara. Setelah data itu di persepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi persepsi. Karena persepsi pada pokoknya memberikan arti kepada berbagai informasi yang diterima.


(68)

e. Proses pengecekan

Setelah data ditafsir, si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah yang dilakukan benar atau salah. Penafsiran ini ata persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil proses selanjutnya.

f. Proses reaksi

Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakan-tindakan itu biasanya tersembunyi atau terbuka.

Menurut pendapat Wargito dalam Tinna (2005), agar individu dapat menyadari dan dapat mengadakan persepsi maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :

a. Adanya objek yang dipersepsikan

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indra (reseptor), dapat datang dari dalam, yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris) yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indra atau reseptor

Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran sebagai alat untuk mengadakan respons yang diperlukan pula syaraf motorik.


(69)

c. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan pula adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi. 2.2. Pengusaha (Entrepreneur)

Pengusaha atau wirausahawan (entrepreneur) adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar (Instruksi Presiden RI No.4 Tahun 1995). Pendapat Hisrich et al. (2005) pengertian pengusaha (entrepreneur) dapat didefinisikan melalui tiga pendekatan, diantaranya:

a. Pendekatan ekonom, entrepreneur adalah orang yang membawa sumber-sumber daya, tenaga, material, dan aset-aset lain ke dalam kombinasi yang membuat nilainya lebih tinggi dibandingkan sebelumnya, dan juga seseorang yang memperkenalkan perubahan, inovasi/pembaruan, dan suatu order/tatanan atau tatanan dunia baru.

b. Pendekatan psikolog, entrepreneur adalah betul-betul seorang yang digerakkan secara khas oleh kekuatan tertentu untuk menghasilkan atau mencapai sesuatu, pada percobaan, pada penyempurnaan atau mungkin pada wewenang mencari jalan keluar yang lain, dan

c. Pendekatan seorang pebisnis, entrepreneur adalah seorang pebisnis yang muncul sebagai ancaman, pesaing yang agresif, sebaliknya pada pebisnis


(70)

lain sesama entrepreneur mungkin sebagai sekutu/mitra, sebuah sumber penawaran, seorang pelanggan, atau seseorang yang menciptakan kekayaan bagi orang lain dan menemukan jalan yang lebih baik untuk memanfaatkan sumber-sumber daya, mengurangi pemborosan, dan menghasilkan lapangan pekerjaan baru bagi orang lain yang dengan senang hati untuk menjalankannya.

Penulis dapat menyimpulkan wirausahawan adalah orang yang membentuk, mengorganisasikan dan mengarahkan suatu usaha dalam bidang tertentu baik usaha baru atau usaha yang telah ada atas dasar kemauannya sendiri, seorang wirausaha harus berani mengambil resiko terkait dengan proses pemulaian usaha.

2.3.Usaha Kecil Menengah (UKM)

Kriteria usaha mikro, kecil, menengah perlu diketahui oleh para pelaku UKM agar dapat mnyesuaikan usahanya sesuai dengan kriteria sesuai dengan Undang-Undang atau Keputusan Menteri Keuangan. Berikut ini kriteria UMKM meurut UU No.6 Tahun 2008:

a. Usaha Mikro

Merupakan Usaha Produktif milik keluarga atau perorangan warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), dan tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memilki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN...x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Definisi Persepsi ... 11

2.2 Pengusaha (Entrepreneur) ... 14

2.3 Usaha Kecil Menengah (UKM)... 15

2.4 Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah ... 19

2.4.1 Perbankan Konvensional ... 19

2.4.2 Perbankan Syariah ... 21

2.4.3Perbedaan Perbankan Konvensional dan Perbankan Syariah . 25 2.5 Penelitian Terdahulu ... 29

2.6 Kerangka Konseptual ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 31


(2)

4.2.1 Profil Pengusaha ... 40

4.2.1.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

4.2.1.2 Data Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 41

4.2.1.3 Data Responden Berdasarkan Pendidikan ... 43

4.2.1.4 Data Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Pengusaha dan Kepuasan...45

4.2.1.5 Data Responden Berdasarkan Suku ... 46

4.2.1.6 Data Responden Berdasarkan Sekolah Agama ... 49

4.2.2. Profil Perusahaan ... 50

4.2.2.1 Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan ... 50

4.2.2.2 Data Responden Berdasarkan Bidang Usaha ... 52

4.2.2.3 Data Responden Berdasarkan Lama Perusahaan ... 55

4.2.2.4. Data Responden Berdasarkan Pemasaran dan Omset ... 58

4.2.2.5 Data Responden Berdasarkan Sumber Modal dan Pembiayaan...59

4.2.2.6Data Responden Berdasarkan Penerimaan Pembiayaan...61

4.3 Analisis Data ... 62

4.4 Penilaian Terhadap Persepsi ... 62

4.5 Penilaian Persepsi Pengusaha UKM Muslim Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pengusaha ... 65

4.6Penilaian Persepsi Berdasarkan Golongan Pengusaha ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1 Kesimpulan ... 72

5.2Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN. ... 77


(3)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Eksistensi Bank Umum Syariah di Indonesia,

Sumatera Utara dan Tanjung Balai...6 2.1 Perbedaan Perbankan Syariah dan Perbankan

Konvensional...27 2.2 Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil...28 3.1 Populasi Penelitian Pengusaha di Kota Tanjung Balai

Menurut Kecamatan Tahun 2013...32 3.2 Distribusi Pengambilan Sampel Penelitian di Kota Tanjung Balai...35 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...41 4.2 Data Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin...42 4.3 Data Responden Berdasarkan Pendidikan dan Tingkat

Umur Pengusaha...44 4.4 Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Pengusaha,

Kepuasan dan Jenis Kelamin……...45 4.5 Data Responden Berdasarkan Suku...47 4.6 Komparasi Kondisi Pengusaha UKM Muslim di Kota

Tanjung Balai...48 4.7 Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak Pernah

Sekolah Agama dan Jenis Kelamin...49 4.8 Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan


(4)

4.11 Data Responden Berdasarkan Daerah Pemasaran dan Omset...58 4.12 Data Responden Berdasarkan Golongan Pengusaha

dan Jenis Kelamin...60 4.13 Data Responden Berdasarkan Pernah dan Tidak Pernah

Menerima Pembiayaan...61 4.14 Penilaian Persepsi Terhadap Perbankan Syariah di Kota

Tanjung Balai...62 4.15 Tabulasi Silang Pendidikan Terhadap Penilaian Persepsi...65 4.16 Tabulasi Silang Golongan Pengusaha Pada Penilaian Persepsi...68


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1.1 Fungsi Utama Bank Syariah... 24 2.1 Kerangka Konseptual...30 4.1 Data Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak

Pernah Sekolah Agama...49 4.2 Data Responden Berdasarkan Kategori Perusahaan dan

Jumlah Pekerja Tetap...52 4.3 Data Responden Berdasarkan Omset dan Lama

Perusahaan...57

4.4 Data Responden Berdasarkan Golongan Usaha


(6)

DAFTAR SINGKATAN

AAOIFI : Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution

BPS : Badan Pusat Statistik

Gol : Golongan

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

LPDB KUKM : Lembaga Pembiayaan Dana Bergulir Kredit Usaha Kecil Menengah

MUI : Majelis Ulama Indonesia

NM : Negara Maju

NSB : Negara Sedang Berkembang

RI : Republik Indonesia

SAW : Salallahu Alaihi Wasalam

SDM : Sumber Daya Manusia

SPSS : Statistical Product and Service Solution

SWT : Subahanawataala

UB : Usaha Besar

UMKM : Usaha Mikro Kecil Menengah

UKM : Usaha Kecil Menengah