BIOGRAFI MOHAMMAD SAID (1902-1995)

BAB II
MASA KECIL, PENDIDIKAN, DAN KEHIDUPAN RUMAH TANGGA
MOHAMMAD SAID
2.1 Masa Kecil dan Pendidikan Mohammad Said
Melihat Foto Mohammad Said di beberapa cetakan buku baik yang dituliskan
oleh Mohammad Said maupun buku yang menuliskan tentang beliau, kita dapat
melihat sosok yang yang berpakaian necis. Menggunakan peci yang bergaya unik dan
memakai jas yang rapi adalah hal yang menjadi ciri khas dari seorang Mohammad
Said dan hal ini menonjolkan kegagahan dari seorang Mohammad Said.
Mohammad Said lahir di kota kecil bernama Labuhan Bilik pada tanggal 17
agustus 1905. Masa Kecil beliau hampir sepenuhnya dihabiskan di sebuah daerah
yang sering disebut sebagai Sumatera Timur (Opsskust Van Sumatra atau Sumatra’s
Ooskust) tepatnya di sebuah kota kecil yang bernama Labuhan Bilik yang saat itu

menjadi onderafdeling Labuhan Batu.
Labuhan Bilik adalah sebuah kota pelabuhan yang didirikan oleh kerajaan
Panai. Labuhan bilik adalah pelabuhan terpenting di Sumatera Timur sebelum
berkembangnya perkebunan. Setelah berkembanganya perkebunan, dibangunlah
pelabuhan Belawan yang lambat laut menggantikan posisinya sebagai pelabuhan
terpenting di Sumatera Timur. John Anderson dalam catatan perjalananya ke


24

Universitas Sumatera Utara

Sumatera Timur pada 1823 mencatat beberapa komoditas ekspor dari Labuhan Bilik
diantaranya padi, rotan, budak, lilin, dan kayu celup9.
Orang tua beliau adalah seorang pedagang keliling yang mendatangi rumahrumah, kampung-kampung dan pasar-pasar untuk menjajakan dagangangya seperti
kain, batik, pelekat dan cita. Orang tuanya bernama Mohammad Hasan tetapi orangorang memangilnya dengan nama haji Hasan. Beliau adalah anak ke empat dari tujuh
orang bersaudara. Beliau memulai pendidikanya di tahun 1911 diwaktu masih
berumur enam tahun. Pada masa itu usia enam tahun dipandang cukup cepat masuk
sekolah dan karena sulitnya untuk mendapat sekolah pada waktu itu. Beliau memulai
sekolahnya disekolah rendah yang sekarang setara dengan sekolah dasar dan
menamatkan sekolah rendahnya selama tujuh tahun sebab beliau menghabiskan dua
tahun di tingkat pertama, karena ukuran tubuhnya yang kecil.
Sejak dari bangku sekolah rendah ia sudah merasa tertarik kepada dunia tulis
menulis. Sewaktu beliau sekolah orang tuanya biasanya menyuruhnya untuk
membacakan surat kabar untuknya. Hal ini dilakukan Untuk mengetahui apakah
beliau betul-betul sudah mampu membaca. Selain membacakan koran, ayahnya juga
menyuruh beliau berlanggangan surat kabar Andalas yang terbit di Medan. Dengan
selalu membaca berita-berita kiriman orang luar yang dimuat dalam surat kabar maka

dia pun tertarik untuk mengirim. Mula-mula yang pendek dan tidak berarti. Ketika

9

John Anderson, Mission On the Cost East Of Sumatera In 1823, New York : Oxford
University, 1971. hal. 389-390.

25

Universitas Sumatera Utara

yang pertama kali telah dimuat mulai ia mengirim tulisan-tulisan yang kedua dan
seterusnya hingga akhirnya dia ketagihan tidak dapat lepas lagi. Padahal masa-masa
itu untuk suatu tulisan tidak diberi honor seperti sekarang ini, tetapi biar pun
demikian dia tidak pernah jera-jera untuk mengirim berita-berita yang lebih bernilai.10
Pada tahun 1918 setelah tamat sekolah rendah Mohamamad Said diutus
bersama beberapa teman sekolahnya untuk ikut ujian Kwakeling11 ke Medan, jika
berhasil dalam ujian ini maka mereka akan dapat melanjutkan sekolah lanjutan yang
ada di daerah Labuhan Batu tetapi Ia sendiri gagal dalam ujian tersebut.
Pada tahun yang sama ada ujian masuk sekolah yang setingkat dengan

sekolah lanjutan di Medan yang sering disebut sebagai Normaalschool12,.
Normallscholl kerap kali dianggap sekolah rendahan karena menggunakan bahasa

daerah sebagai pengantar. Normalscholl didirikan pada awalnya di Muntilan pada
tahun 1900 oleh romo Van Lith. Menurut Elizabeth E. Graves bahwa untuk masuk
Normaalschool para siswa tidak perlu tamat sekolah nagari atau Volkschool tapi

mereka setidaknya berumur 14 tahun.13 Tetapi untuk masuk ke sekolah ini harus
melalui ujian masuk. Normaalschool berbeda dengan Kweekschool walaupun
keduanya berbasis asrama dan dibentuk oleh pemerintah Belanda. Perbedaan itu
terlihat dari bahasa pengantar yang digunakan, dan juga gaji yang akan diperoleh jika
10

Soebagijo, Jagat Wartawan Indonesia , Jakarta : Gunung Agung, 1981. hal. 280.
Ujian masuk sekolah Lanjutan pada masa Kolonial.
12
Sekolah keguruan yang pada awalnya berkembang di Prancis dan Amerika Serikat yang di
adopsi oleh pemerintah Belanda dan diterapkan di Indonesia.
13
Elizabeth E. Graves. Elite Minangkabau Modern : Respons Terhadap Kolonial Belanda

Abad XIX, Jakarta: Yayasan Obor, 2001. hal. 39.
11

26

Universitas Sumatera Utara

sudah lulus, bahkan dahulu terdapat sebutan yang sering digunakan sebagai penanda
bagi siswa-siswa disekolah ini seperti sebutan Sego Abang bagi siswa Normaalschool
dan Sego Putih untuk sebutan siswa Kweekschool.
Setelah Mengikuti ujian masuk di Normaalschool Mohamad Said diterima
menjadi murid disekolah ini. Nama Normaalschool inilah Jongens Normaalschool
yang terletak di Pematang Siantar.14 Beliau memulai tahun pertamanya tahun 1918
dan berhenti dari sekolah ini tiga tahun kemudian yaitu di tahun 1921 karena masalah
ekonomi. Beliau tidak tamat dari sekolah ini karena dalam aturan sekolah
menyatakan bahwa lulusan dari sekolah Normaalschool harus menempuh pendidikan
selama lima tahun.
Mohammad Said dikeluarkan pada tahun ketiga oleh direktur sekolah tersebut
yang pada waktu itu dijabat seorang berkebangsaaan Belanda karena sebuah masalah
yang sangat klasik dikalangan anak-anak kost yang sampai sekarang masih sering

terjadi dikalangan anak-anak kost yaitu berutang. Beliau memiliki sejumlah utang
disebuah kedai nasi di dekat sekolah yaitu utang makan selama sebulan yang
mungkin sampai akhir hanyatnya belum dibayarkan oleh beliau.
Masalah utang nasi ini dimulai dari ketika adanya krisis di sekitar tahun 19191920 yang sering disebut sebagai krisis malaise (krisis ekonomi dunia). Sekolah yang
menyediakan makanan dan penginapan gratis bagi muridnya tidak dapat

14

Sobagijo, Op. Cit, hal. 282.

27

Universitas Sumatera Utara

menghindarkan diri dari krisis tersebut. Sekolah membuat kebijakan bahwa setiap
murid harus mengkomsumsi ubi dan jagung sebagai makanan pokoknya yang benarbenar membuat beliau benar-benar harus memutar otaknya untuk bertahan hidup.
Karena dengan mengkomsumsi ubi dan jagung membuat masalah pada masalah
pencernaanya yaitu perutnya selalu kembung setika selesai mengkomsumsi makanan
tersebut.
Secara diam-diam selama dua bulan Mohammad Said membuat sebuah

trobosan penyelamatan perut yang membuat dirinya harus keluar dari sekolah
Normaalschool tersebut. Terobosan yang dia buat adalah dengan membuat utang

makanan dikedai nasi. Pada bulan pertama beliau masih bisa mengatasinya tetapi
setelah bulan kedua beliau harus dilaporkan oleh pemilik kedai nasi kepada direktur
sekolah. Akhirnya beliau dikeluarkan dari sekolah Normaalschool tersebut dan
kembali ke Labuhan Bilik.
Setelah kembali ke Labuhan Bilik beliau melamar kerja magang di kantor
pemerintahan Belanda yang terletak di Labuhan Batu. Ia melamar menjadi pegawai
Belanda sebagai Leerlingschrijver begitulah orang menyebutnya pada waktu itu.
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang bergaji rendah. Beliau bekerja selama tiga
tahun di posisi tersebut. Uniknya di tahun tersebut pekerjaan seperti itu sudah cukup
tinggi untuk kalangan pribumi seperti beliau. Setelah menjabat selama tiga tahun di
posisi tersebut ia ditempatkan di tempat yang berbeda-beda sehingga menambah
pengetahuannya dalam tata pemerintahan kolonial Belanda. Pada awalnya beliau

28

Universitas Sumatera Utara


setelah dipindahkan memulai pekerjaan sebagai Schrijver dalam bidang surat
menyurat dan personalia. Setahun kemudian dipindahkan bekerja sebagai pembantu
jaksa dan kemudian menjadi asisten pribadi kontrolir dan Aspiratnya. Setelah
bertahun-tahun bekerja dikantor pemerintahan Belanda ia sudah cukup mengerti
tentang sistem pemerintahan Belanda dan wilayah-wilayah yang menjadi jajahan
Belanda.
Selain mendapat pengetahuan tentang dunia administratif, Mohammad Said
juga memperoleh pengetahuan lain yang didapatnya secara Autodidak seperti
pengetahuan bahasa asing dimana pada waktu itu merupakan bahasa yang wajib
digunakan dikantor-kantor pemerintahan Belanda yaitu bahasa Belanda dan juga
bahasa Inggris yang lazim digunakan pedagang-pedagang Inggris yang datang
berdagang ke Labuhan Bilik.
Surat menyurat juga salah satu kemampuan yang dimiliki oleh Mohammad
Said setelah bekerja di kantor pemerintahan Belanda. Beliau menjadi salah satu saksi
tentang surat menyurat kepada kerajaan-kerajaan yang terdapat di Labuhan Bilik
seperti Kerajaan Panai, kerajaan Kota Pinang, kerajaan Bilah dan kerajaan Kualuh.
Dalam surat-surat yang dikirim kepada raja-raja oleh kontrolir memakai katakata manis seperti kata sri paduka sahabat padahal isi dari surat tersebut adalah surat
perintah untuk menagih pajak, rodi belasting untuk kas-kas Belanda hal inilah yang

29


Universitas Sumatera Utara

mulai membuka hatinya bahwa kolonial Belanda itu memilki sifat yang tidak baik
bagi bangsa ini.
Setelah bekerja di kantor kejaksaan Mohammad Said semakin mengetahui
tentang proses hukum yang terjadi kepada kuli-kuli kontrak yang malas, yang lari dari
majikan atau berbuat kriminal maupun yang dikriminalkan. Pencatatan setiap proses
verbal persidangan adalah pekerjaan yang selalu dilakukan olehnya. Setelah menjadi
asisten pribadi kontrolir, beliau melihat dan mengalami penolakan rakyat atas
penindasan yang dilakukan oleh pemerintahan kolonial Belanda.
Banyak peristiwa yang dialamai oleh Mohammad Said tentang penolakan
rakyat terhadap pemerintahan kolonial Belanda dan kepada raja-raja yang cukup
menyengsarakan, karena pada umumnya mereka yang melakukan penolakan akan
diadili dan di penjarakan. Setelah mengetahui proses hukum yang tidak begitu
berpihak kepada rakyat maka beliau mulai terketuk pintu hatinya untuk membela
kalangan pribumi.
Diawalnya beliau mengikuti organisasi Sjarekat Islam yang dikembangkan
Mohammad Samin di Sumatera Timur pusatnya di Medan dan dilabuhan bilik
dikembangkan oleh seorang tengku Sulung Syahnara. Organisasi ini diketahui

Belanda dan hanya bertahan selama 2 tahun dan tokohnya dibuang oleh kolonial
Belanda ke Surabaya, Jawa Timur dan wafat disana.

30

Universitas Sumatera Utara

Semenjak itu mulailah Mohammad Said aktif mengikuti perkembangan
politik. Untuk mengetahui dan memperdalam pengetahunnya tentang pergerakan
politik beliau membaca koran-koran yang pemberitaanya sampai ke Labuhan Batu.
Setelah Mohammad Said sudah cukup melek terhadap politik dan merupakan
orang yang pada awalnya sudah tidak simpatik terhadap raja-raja lalim, yang
memimpin tidak atas kehendak rakyat. Membuat beliau menunjukan sikapnya yang
tidak bersahabat kepada kolonial Belanda dan raja-raja tersebut. Hal ini yang
membuat para raja-raja dan kontrolir Belanda cukup terusik yang berujung pada
pemecatan beliau dari pekerjaannya karena dianggap sudah tidak setia kepada
kolonial Belanda.
Setelah berhenti bekerja dipemerintahan kolonial Belanda yaitu tahun 1927
saat Mohammad Said berusia dua puluh tiga tahun meninggalkan kota labuhan batu
dan berangkat ke Medan untuk mencari pekerjaan. Karena beliau tamatan sekolah

rendah maka ia tidak mudah mendapat pekerjaan

di Medan walaupun telah

mempunyai pengalaman yang cukup panjang di kantor pemerintahan Belanda.
Setelah di Medan beliau sudah bertekat untuk tidak bekerja di kantor pemerintahan
Belanda lagi.
Setelah menjadi insan pers di Medan Mohammad Said pernah mendapat
pendidikan pers ketika masa pendudukan militer Jepang yaitu sebuah pendidikan
latihan (DIKLAT) kewartawanan yang diadakan seorang wartawan lulusan Jerman

31

Universitas Sumatera Utara

yang bernama Djamaloedin Adi Negoro dan Jahja Jacoeb. Pendidikan latihan ini
yaitu pelatihan untuk mengasah kemampuan dalam menjadi wartawan.15

Selain


materi pendidikan kewartawan, mereka juga belajar tentang ilmu jiwa dan juga
pengetahuan umum.
2.2 Kehidupan Rumah Tangga Mohammad Said
Langkah, pertemuan, rezeki dan maut ada ditangan tuhan ini adalah sebuah
kata yang sering di perdengarkan orang tua jaman dulu dan sepertinya hal ini juga
dialami oleh Mohammad Said. Beliau tidak bisa mengelak kehendak dari yang
mahakuasa bahwa dia jatuh cinta kepada sosok wanita yang sangat tanguh dan
banyak dikagumi oleh banyak orang. Wanita itu adalah seorang wartawan yang
sangat tangguh, pintar dan penuh semangat, wanita itu bernama Ani Idrus. Walaupun
pada waktu itu banyak juga wanita yang mengagumi kemampuan beliau yang sangat
pandai membujuk dan merayu.16
Awal perkenalan Mohammad Said dengan Ani Idrus dimulai sejak beliau
mengusahakan surat kabar Penjedar.17 Beliau mengenal Ani Idrus ketika Ani Idrus
menjadi wartawan di Sinar Deli dan penulis di surat kabar Penjedar. Disinilah beliau
mulai megagumi Ani Idrus yang pada waktu itu sudah berusia 21 tahun. Ani Idrus

15

Ibid, hal. 284.
Triandah Bangun, Hjj, Ani Idrus Sebagai Tokoh Wartwan Sumatera , Jakarta, CV Haji
Masagung. hal. 163.
17
Said Mohammad, Sejarah Pers di Sumatera Utara , Jakarta : UI-Press, 1976. Hal. 202.
16

32

Universitas Sumatera Utara

sudah sangat mahir menulis dan juga memiliki pesona kecantikan yang melebihi
wanita-wanita lainya pada waktu itu.18
Pada awalnya Ani Idrus mengangap Mohammad Said adalah teman sejawat,
tetapi Ani Idrus tidak dapat menyimpan kekagumanya terhadap beliau yang memiliki
keuletan serta kemampuan yang mumpuni di bidang jurnalistik. Kekaguman Ani
Idrus bertambah setelah beliau menerbitkan dan memimpin majalah mingguan
Soeruan Kita.
Banyak peristiwa yang terjadi ketika Mohammad Said bekerja sama dengan
Ani Idrus di surat kabar Soeruan Kita yang membuat cinta mereka berdua tidak
bertepuk sebelah tangan. Mereka saling mengagumi satu sama lain dan menjadi
sangat dekat karena banyaknya intesintas mereka berdua bertemu dikala menjalankan
roda perusahaan surat kabar Soeruan Kita.
Di usia 21 tahun, Ani Idrus mulai merasa bahwa dia harus memikirkan masa
depan hidupnya. Di sekelilingnya tidak sedikit pemuda dengan berbagai watak serta
tabiat, dengan aneka kemampuan dan kecakapan. Ada yang terang-terangan
menyatakan rasa hati terhadapnya. Ada pula diantara kaum pria tadi yang hanya
samar-samar mendekatinya karena takut19. Mohammad Said adalah pemuda20 yang
bergabung di pemuda yang mendekati Ani Idrus dengan samar-samar, tetapi karena
18

Ibid. hal. 203.
Triandah Bangun, Hjj, Ani Idrus Sebagai Tokoh Wartwan Sumatera , Jakarta, CV Haji
Masagung. hal. 169.
19

20

Lihat lampiran II ketika Mohammad Said Masih Muda.

33

Universitas Sumatera Utara

Ani Idrus juga memberi respon maka beliau pun terang-terangan mengagumi Ani
Idrus. Ani Idrus akhirnya menerimanya karena mengangap beliau adalah seorang
laki-laki yang pintar dan bercita-cita tinggi. Sayang hidupnya seperti sebutir mutiara
dalam lumpur dan ingin mengakatnya menjadi mutiara yang indah.21
Pada bulan September 1939 akhirnya Mohammad Said menikahi Ani Idrus
dalam upacara yang sangat sederhana. Hanya sanak kerabat yang dekat saja yang
datang, sekadar menyaksikan kehadiran keluarga yang baru ditengah-tengah
masyarakat.
Tanggal 6 agustus 1940 keluarga ini dikaruniai anak lelaki yang diberi nama
Tribuana dan sekarang terkenal dengan Tribuana Said. Setelah mempunyai anak
pertama ini Ani Idrus berhenti untuk menjadi penulis tetapi naluri menulisnya tidak
hilang. Ani Idrus masih tetap membaca koran-koran yang terbit saat itu dan juga
sering berdiskusi dengan Mohammad Said mengenai keadaan surat kabar yang di
pegang oleh Mohammad Said dan juga mengenai kajadian-kejadian di Sumatera
Timur maupun di Indonesia hingga internasional.
Selama berumah tangga ini Mohammad Said tetap aktif sebagai jurnalis dan
memimpin mingguan Penjedar dan berlanjut ke Soeruan Kita. Dari sinilah beliau
membiayai kehidupan keluarganya setiap hari.

21

Ibid, hal. 40.

34

Universitas Sumatera Utara

Di zaman pendudukan Jepang semua surat kabar dan media massa dilarang
terbit, kecuali yang diterbitkan secara resmi oleh saudara tua itu. Bukan saja pesawat
radio yang ditangan rakyat didaftar, malah di kemudian hari disita. Pokoknya rakyat
hanya dibenarkan membaca dan mendengar hasil siaran-siaran resmi pemerintah
militer Jepang.22
Maka Mohammad Said pun berhenti bekerja sebagai orang pers. Ia dan
istrinya mulai mengalami hidup baru dan berada dalam kesulitan biaya rumah tangga.
Mengerjakan hal-hal yang belum pernah dikerjakan, seperti menjadi makelar,
perantara sebagai jual beli barang dan berjualan apa saja yang laku. Yang Penting
mendapatkan uang demi keluarga. Dalam keadaan ekonomi yang tidak menentu
lahirlah seorang anak perempuan yang mereka beri nama Saida sehingga Mohammad
Said harus bekerja lebih ekstra lagi.
Setahun setelah kelahiran Saida, maka lahirlah adik Saida yang mereka beri
nama Indra Buana Said. Dengan lahirnya anak laki-laki kedua ini, membuat mereka
harus lebih giat lagi untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.23 Beliau bekerja
keras mencari uang dengan ngobyek sini-ngobyek sana atau sering disebut di Medan
dengan ucapan mocok-mocok, disamping ini mereka menggarap sebidang tanah
dengan tanaman ubi atau sejenis tanaman pangan lainya. Sebagai keluarga yang
belum pernah bertani sawah maupun bertani ladang mereka cukup kewalahan,

22
23

Ibid, hal. 60.
Ibid, hal. 71.

35

Universitas Sumatera Utara

canggung tetapi lambat laun jadi biasa juga. Seperti kata pepatah ala bisa karena
biasa. Kehidupan keluarga ini seperti petani yang sering tergambar dalam cerita
sehari-hari. Bahwa sehari-hari seorang petani membawa dedaunan untuk dimasak
sebagai pauk dan menanam padi hingga menuai padi juga dijalanii oleh keluarga
Mohammad Said ini. Pekerjaan ini lah yang membuat keluarga Mohammad Said
benar-benar menyatu dan semakin harmonis ditambah lagi dengan kehadiran ketiga
anaknya yang benar-benar pada usia yang masih lucu-lucu.
Pekerjaan sebagi tukang mocok-mocok dan orang tani pada jaman Jepang itu
kemudian berakhir dengan masuknya Mohammad Said menjadi pegawai Jepang di
BUNKAKA24 dengan bantuan seorang kenalan yang sangat dekat dengan Jepang
yang bernama Abdul Xarim. Setelah beliau bekerja sebagai pegawai BUNKAKA,
maka perolehan gajinya sudah cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari
keluarganya walaupun sederhana. Hal demikian tidak mengherankan, karena selama
penjajahan Jepang pada umumnya kehidupan rakyat Indonesia sangat susah. Namun
bagaimanapun keadaan itu telah telah memberi napas kepada istrinya dan dirinya
untuk mengurus ketiga anaknya.
Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, tiga hari kemudian pemimpin utama
bangsa Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamirkan proklamasi
kemerdekaan Indonesia yaitu pada hari jumat 17 agustus 1945. Suasana tak menentu,
lebih-lebih setelah tentara Inggris/ NICA memasuki kota Medan menyebabkan roda
24

BUNKAKA adalah lembaga sensor berita yang didirikan oleh Jepang.

36

Universitas Sumatera Utara

kehidupan rakyat juga dalam keadan prihatin. Tidak terkecuali dalam keluarga
Mohammad Said, tetapi mereka tetap tabah dan kuat menyandang segala kesulitan.
Apalagi setelah beliau dan wartawan lain seperti Amarullah Ombak Lubis bulan
september 1947 menerbitkan surat kabar Pewarta Deli, padahal waktu itu sumber
dana sulit sekali. Begitu cintanya keluarga ini terhadap kemerdekaan Indonesia
mereka selalu mengedepankan tujuan mempertahankan kemerdekaan daripada
masalah rumah tangga.
Pasangan ini memilki saling pengertian yang dalam. Dengan saling pengertian
itulah pula dan dibantu oleh beberapa tenaga muda wartawan, pada tanggal 11 januari
1947 mereka menerbitkan harian Republiken dikota Medan bernama Waspada.
Antara Mohammad Said dan Ani Idrus sebagai suami istri dan sama-sama
berpropesi sebagai wartawan, ternyata bukan hanya mengerti dalam urusan rumah
tangga. Lebih jauh dari itu mereka berpandangan sama dalam pendirian politik.
Mereka berdua adalah Republikan. Sama-sama mempelopori kongres rakyat
Sumatera Timur bulan april 1950, menuntut pembubaran negara Sumatera Timur
sampai berhasil. Berpaham kebangsaan, sama-sama sebagi pengurus PNI dan masih
banyak lagi aktivitas yang mereka lakukan berdua secara bersama-sama.
Keluarga ini memiliki enam anak yaitu anak pertama bernama Tribuana Said,
anak kedua bernama Saida Tumengkol, anak ketiga bernama Indra Buana, anak ke
empat dr. Rayati Syafrin, anak kelima Drs. Med Teruna Jasa Said dan anak ke enam

37

Universitas Sumatera Utara

bernama Prabudi Said.25 Selama empat puluh tahun Mohammad Said dan Ani Idrus
sehilir semudik, ringan sama dijingjing berat sama dipikul, senasib sepenangungan
dan saling mengisi akhirnya harus berpisah sebagai suami istri. Mereka masingmasing mencari jalan hidup maing-masing. Karena tidak ada kecocokan lagi diantara
mereka berdua.26
Setelah berpisah ditahun 1980-an dengan Ani Idrus, Mohammad Said
meneruskan hidupnya sambil menjalani pengobatan karena beliau memiliki sakit
dikakinya yang membutuhkan perawatan yang rutin. Disaat melakukan pengobatan
beliau diperkenalkan oleh keluarganya kepada seorang wanita yang bernama
Usmariati yang menjadi wanita tambatan hati terakhirnya.
Mohammad Said menikahi Usmariati pada tanggal 4 April 1984 dikediaman
barunya di Jakarta setelah berpisah dengan Ani Idrus. Tempat pernikahan ini jugalah
yang menjadi kediaman dari beliau dan istrinya Usmariati.
Setelah menikah segala aktivitas dari belia benar-benar di bantu oleh
Usmariati, mulai dari pengobatan dan juga kegiatan dalam mencari sumber-sumber
untuk tulisan-tulisan baik untuk buku maupun untuk artikel-artikel. Selama tiga tahun
keluarga ini tinggal di Jakarta dan akhirnya kembali ke Sumatera dan menetap di Sei
Buluh hingga ahir hayatnya.27

25

Lihat Lampiran III Mohammad Said Bersama keluarga.
Wawancara dengan Saida Tumenggkol. 23-1-2013.
27
Lihat Lampiran IV, Mohammad Said dan Usmariati.
26

38

Universitas Sumatera Utara

Selama bersama Usmariati beliau tidak pernah berhenti berkarya dan juga
menyalurkan ilmu yang dimilikinya kepada orang-orang disekitarnya dan juga kepada
orang-orang yang datang bertemu dengannya. Usmariati selain menjadi instrinya juga
sebagai orang yang yang mendapat ajaran langsung beliau seperti cara mengkliping
yang baik dan cara mengambil foto yang bagus. Selain berbagi ilmu beliau juga
memberikan ajaran tentang pentinganya disiplin itu untuk kehidupan seperti yang
disampaikanya kepada Mohammad T.W.H.28
Setelah kembali ke Sumatera Utara bersama istrinya Keadaan kesehatan
Mohammad Said semakin berkurang, Istrinya Usmariati Sering kali bolak balik
merawat beliau ke rumah sakit Malahayati dan Rumah Sakit Permata Bunda yang
terletak di Medan. Setelah menetap tinggal di Sei buluh beliau sudah harus
menggunakan kursi roda dan dengan tulus Usmariati merawat Mohammad Said
Sampai ahir hanyat Mohammad Said.29
Setelah melakukan serangkaian pengobatan akhirnya Mohammad Said
berpulang ke rahmatullah pada hari Rabu, 26 April 1995 pukul 10:20 Wib dalam usia
89 tahun. Jenazahnya dimakamkan hari kamis, 27 April 1995 di perkuburan muslim
Jalan Thamrin Medan.30

28

Wawancara dengan mohammad TWH, Medan. 26-1-2013.
Wawancara dengan Usmariati , Sei Buluh. 7-2-2013.
30
Waspada 3 Mei 1995. Tokoh Pers, Sejarawan Dan Pendiri Harian Waspada H.
Mohammad Said berpulang , Lihat Lampiran 11.
29

39

Universitas Sumatera Utara