Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Tanaman padi dapat hidup baik pada daerah yang beriklim panas yang
lembab, sehingga pada tanaman padi sawah membutuhkan air yang cukup banyak
terutama pada saat pembentukan malai, pembungaan dan pembuahan. Sedangkan
pada saat pembungaan dan pemanenan tanaman ini tidak membutuhkan air yang
berlebihan.
Menurut Grist (1960), padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan
sebagai berikut.
Divisio

: Spermatophyta

Sub division

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae


Ordo

: Poales

Famili

: Graminae

Genus

: Oryza Linn

Specie s

: Oryza sativa L.

Tohir (1993), mengatakan bahwa tanaman padi diusahakan pada dua jenis
lahan yaitu lahan basah (sawah) dan lahan kering (tadah). Padi yang diusahakan
pada lahan basah (sawah) dikenal sebagai padi sawah, sedangkan padi yang

dibudidayakan pada lahan kering (tadah) dikenal sebagai padi ladang. Sistem
penanaman padi sawah biasanya didahului dengan pengolahan tanah seraya petani
melakukan persemaian. Pengolahan tanah yang dilakukan biasanya dengan
menggunakan mesin atau ternak. Ada juga lahan yang diolah dengan

7
Universitas Sumatera Utara

8

menggunakan cangkul oleh manusia.Dalam penanaman padi sawah pengairan
sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, sehingga penggunaannya lebih
efektif. Sedangkan pada lahan kering atau sawah tadah hujan, kebutuhan tanaman
akan air semata-mata sangat diharapkan pada datangnya air hujan.
Menurut Utomo dan Nazaruddin (2002), pemeliharaan padi sawah
meliputi beberapa kegiatan, diantaranya yaitu:
1) Penyiangan.
Penyiangan dilakukan satu sampai dua kali yaitu saat padi sekitar
berumur 15 dan 35 hari setelah tanam atau tergantung dari kecepatan tumbuh
dari gulma.

2) Penyulaman.
Penyulaman bibit dilakukan seminggu setelah penanaman atau paling
lambat dua minggu karena penyulaman yang lebih lama akan mengakibatkan
tidak akan serempaknya padi masak.
3) Pemupukan.
Pemupukan

ini

dilakukan

dengan

menggunakan

pupuk

buatan

(anorganik) dan pupuk alam (organik).Pupuk alam meliputi pupuk kandang

(kompos) sedangkan pupuk buatan seperti N (urea), K (kalium) dan pupuk
fosfor (TSP).
4) Pengendalian Hama dan Penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimia dan mekanis.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
sedangkan pengendalian secara mekanis dengan melakukan pembakaran jerami
yaitu dengan memutuskan perkembangbiakan dan penyebaran hama dan
penyakit.

Universitas Sumatera Utara

9

Menurut Soekartawi (1993), adapun beberapa tahapan yang harus dilalui
dalam usahatani padi sawah, yaitu sebagai berikut:
2.1.1. Pembersihan Lahan
Pembersihan

lahan


ini

biasanya

dilakukan

oleh

petani

untuk

membersihkan lahan dari rumput, jerami ataupun kayu-kayu bekas tiang pengikat
ternak. Setelah bersih, lahan diairi agar mudah untuk pengolahan tanah. Kegiatan
persiapan ini dilakukan sekaligus untuk tempat persemaian benih. Tempat
persemaian biasanya disiapkan satu petak sawah yang berukuran ± 10x6 cm.
2.1.2. Penyemaian
Pemilihan

benih


memegang

peranan

penting

untuk

menunjang

keberhasilan usahatani padi sawah. Pada proses pembibitan dilakukan bersamaan
dengan tahap pembersihan lahan. Benih padi yang akan dijadikan bibit terlebih
dahulu direndam dan diangin-anginkan, setelah proses pengeringan benih selesai
benih ditabur secara merata pada bedengan yang disediakan. Benih yang
ditaburkan pada lahan persemaian biasanya diairi sampai berumur 2-3 minggu.
2.1.3. PengairanPadaBibit
Proses pengairan pada bibit memegang peranan yang sangat penting dalam
proses budidaya padi sawah, dengan manfaat yaitu agar benih dapat tumbuh
dengan sempurna dan mudah dalam kegiatan pencabutan bibit. Agar kondisi bibit

padi terjaga dengan baik, maka biasanya lahan berada dalam kondisi tergenang
air. Pengairan bibit dilakukan pada saat bibit padi berumur 2-3 minggu. Kadar air
tempat pesemaian benih harus terjaga dengan baik sampai pencabutan bibit.

Universitas Sumatera Utara

10

2.1.4. MencabutBibit
Proses pencabutan bibit padi dilakukan dengan mencabut bibit padi satu
persatu dan diikat dengan menggunakan tali yang sudah disediakan. Benih yang
akan dicabut berumur sekitar 2-3 minggu. Dimana dalam satu ikatan terdiri ± 60
anakan padi dan untuk tiap ikatan-ikatan bibit padi tersebut itulah yang akan
diedarkan pada tiap petak dan siap untuk ditanam.
2.1.5. Pengolahan Tanah
Sebagian petani sering menggunakan hand traktor untuk mengolah lahan
sawahnya. Sebelum proses pengolahan tanah dilakukan, biasanya terlebih dahulu
tanah dibiarkan digenangi air selama beberapa hari (maksimal 5 hari) yang
bertujuan agar tanah menjadi lembek dan gulma menjadi tumbuh. Setelah itu
menghancurkan gumpalan tanah sehingga tanah menjadi sedikit hancur dan halus.

Gulma yang tumbuh ikut hancur dan mati, sehingga permukaan tanah menjadi
rata dan membenamkan sisa-sisa rumput. Lahan yang siap ditanam diairi agar biji
rumput yang tersisa hanyut dibawa air sehingga akan mengurangi populasi gulma.
2.1.6. Penanaman
Penanaman didahului dengan pencabutan bibit dari bedengan persemaian,
kemudian ditanam pada lahan yang sudah disediakan. Jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan dalam kegiatan ini tergantung luas lahan yang diusahakan. Biasanya
umur padi yang siap untuk ditanam pada lahan sawah setelah mencapai umur
kurang lebih sekitar 20 hari.

Universitas Sumatera Utara

11

2.1.7. Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma atau rumput liar serta
pencabutan tanaman padi yang tidak sehat dan terserang penyakit. Penyiangan
dapat dilakukan secara sederhana dan tradisional. Penyiangan secara sederhana
yaitu sesuai kebutuhan artinya penyiangan dilakukan pada saat adanya gulma di
areal persawahan. Sedangkan penyiangan yang dilakukan dengan cara tradisional

yaitu petani masuk kedalam lahan sawah dan dengant angan membersihkan
tanaman pengganggu.
2.1.8. Penyulaman/Penyisipan
Biasanya kegiatan penyulaman bibit dilakukan sekitar seminggu setelah
penanaman atau paling lambat dua minggu karena penyulaman yang lebih lama
akan mengakibatkan tidak akan serempaknya padi masak.
2.1.9. Pemberantasan Hama Penyakit
Pemberantasan hama penyakit dilakukan sesuai dengan kebutuhan, yakni
ada tidaknya hama. Pemberantasan hama dan penyakit dapat dilakukan secara
kimia dan mekanis. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia, sedangkan pengendalian secara mekanis dengan melakukan
pembakaran jerami yaitu dengan memutuskan perkembangbiakan dan penyebaran
hama dan penyakit.
2.1.10. Pengairan
Pada budidaya padi sawah, air merupakan kebutuhan yang sangat vital.
Agar kondisi tanaman padi terjaga dengan baik, maka lahan berada dalam kondisi

Universitas Sumatera Utara

12


cukup becek dengan genangan air tidak lebih dari 1 cm dari permukaan tanah
sawah. Kadar air lahan tetap terkontrol hingga 10 hari menjelang panen.
2.1.11. Pemupukan
Pemupukan ini dilakukan dengan tujuan untuk proses pertumbuhan
tanaman padi agar lebih baik dan subur. Pemupukan ini biasanya dapat dilakukan
dengan pemberian pupukorganik maupun pupukanorganik.
2.1.12. Pemanenan
Padi sawah dapat di panen saat biji padi sudah menguning malainya,
yakni sekitar 95%. Penentuan waktu panen yang tepat sangat berpengaruh pada
kualitas biji padi dan butiran beras yang dihasilkan. Padi yang terlalu muda akan
menyebabkan persentase biji kosong tinggi, sedangkan panen terlalu tua akan
menyebabkan biji padi pecah saat digiling atau hasil panen berkurang karena butir
padi mudah lepas dari malai.
2.1.13. Pengeringan
Kegiatan pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang ada
pada gabah sampai gabah benar-benar kering dan siap untukd igiling. Kegiatan
pengeringan tersebut bertujuan untuk mengurangi kadar air agar gabah agar tidak
rusak pada saatd isimpan. Kegiatan pengeringan selanjutnya dijemur sampai
kering dan siap untuk digiling.

2.1.14. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan agar gabah tetap terjaga dan terhindar dari
kerusakan baik kerusakan oleh hama maupun oleh cuaca. Penyimpanan dilakukan
dengan mengisi gabah kedalam karung besar dan diikat rapat agar tidak ada

Universitas Sumatera Utara

13

kerusakan. Kerusakan oleh hama yaitu padi yang dimakan oleh tikus dan oleh
cuaca, contohnya karena terkena hujan.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Tenaga Kerja Wanita/Isteri
Wanita merupakan kelompok pekerja cadangan potensial yang bisa
dimanipulasi oleh pemilik, karena wanita secara nyata melakukan pekerjaan untuk
upah yang lebih rendah dari laki-laki. Kemampuan yang dimiliki wanita
tergantung pada kesempatan-kesempatan dalam hidupnya untuk berpartisipasi
dalam angkatan kerja karena tidak setuju melakukan pekerjaan non upahan dan
pekerjaan berupah rendah (Ollenburger dan Hellen, 1996).
Kebanyakkan wanita bekerja untuk menambah gaji suami mereka atau
menopang keuangan keluarga. Bagi wanita mengemban banyak tugas dan
memikul tanggung jawab didalam atau diluar rumah intinya adalah dalam
pengelolaan waktu, karena waktu merupakan salah satu faktor penting dalam
melakukan tugas-tugas itu sampai tuntas (Wolfman, 1989).
Wanita disamping sebagai ibu rumah tangga ia juga berperan dalam
peningkatan pendapatan keluarga, besarnya kemampuan dalam memberi
kontribusi terhadap pendapatan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi
yang dalam penelitian ini dibatasi pada faktor upah dan jumlah pendapatan suami.
(Moenandar, 1985).
2.2.2. Pengukuran Curahan Tenaga Kerja
Hernanto (1993), menyatakan bahwa tenaga kerja manusia terdiri atas
tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak sehingga dalam perhitungan tenaga
kerjanya juga berbeda-beda. Klasifikasi tenaga kerja dalam suatu usahatani yaitu:

Universitas Sumatera Utara

14

a) Tenaga kerja pria dewasa, dengan usia ≥ 15 tahun, bekerja selama 8 jam/hari=
1 HKP.
b) Tenaga kerja wanita dewasa, dengan usia ≥ 15 tahun, bekerja selama 8 jam/hari
= 0,8 HKP.
c) Tenaga kerja anak-anak, dengan usia10 - 15 tahun jika pria = 0,5 HKP dan
wanita = 0,4 HKP, dengan catatan bekerja selama 8 jam/hari.
Pola curahan tenaga kerja wanita dan pria pada tingkat rumah tangga
dengan memperhatikan pekerjaan-pekerjaan yang menghasilkan nafkah. Hal
tersebut akan dihubungkan dengan pola pendapatan atau upah rumah tangga, serta
lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Hubungan tersebut akan
mencerminkan strategi atau usaha keluarga dalam mempertahankan hidup serta
kesejahteraannya (Sayogyo, 1983).
Menurut Hernanto (1993), curahan tenaga kerja adalah jumlah jam kerja
yang dicurahkan seseorang dalam bekerja untuk mencapai tujuan yang besifat
ekonomis. Curahan tenaga kerja di perdesaan tidak hanya dicurahkan pada sektor
usahatani, tetapi juga pada sektor di luar usahatani. Satuan ukuran yang umum
dipakai untuk mengukur curahan tenaga kerja adalah jumlah kerja dan hari kerja
total serta jumlah setara pria atau hari kerja pria (HKP) dengan sistematika rumus
sebagai berikut.

Dimana:
HKP = Hari Kerja Pria

HKP = ∑

�����
X HKP
8

8

= Maksimal jam kerja tenaga kerja dalam 1 hari

TK

= Jumlah tenaga kerja (Orang)

JK

= Jumlah jam kerja

Universitas Sumatera Utara

15

2.2.3. Peranan Tenaga Kerja Wanita
Peranan merupakan suatu aspek yang dinamis dari status yang dimiliki
oleh seseorang. Peran dari tenaga kerja wanita itu sendiri memiliki peran ganda.
Peran ganda wanita berarti bahwa di satu pihak wanita sebagai ibu rumah tangga
dalam keluarga (memasak dan mengurus pekerjaan rumah tangga lainnya) dan
wanita juga berperan sebagai tenaga kerja domestik.Sedangkan di lain pihak,
khususnya di bidang perekonomian masyarakat agraris telah nyata bahwa peran
wanita sebagai tenaga kerja di bidang pencaharian nafkah telah jelas wanita
mampu berproduksi dan menghasilkan pendapatan (BPS Propinsi NTT, 2012).
Partisipasi wanita dalam berbagai kegiatan ekonomi telah meningkat,
terutama di kalangan wanita pekerja muda dan di sektor modern. Sumbangannya
bagi pendapatan rumah tangga dalam banyak hal bersifat tidak langsung, tetapi
karena pekerjaan yang dilakukan tersebut maka anggota lain dalam keluarga dapat
melakukan kegiatan yang secara langsung menghasilkan uang untuk digunakan
bagi keperluan rumah tangga.
Secara umum peran wanita dibidang pertanian memang tidak kecil,
mereka sudah berperan langsung dalam kegiatan usahatani yang dilakukan,
meskipun tidak semua tahapan kegiatan diperaninya. Sehingga peran wanita
dalam membantu petani mengelola usahataninya perlu terus menerus ditingkatkan
agar dapat membantu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya.
2.2.4. Pendapatan Usahatani
Soekartawi (1995), menyatakan pendapatan usahatani adalah selisih antara
total penerimaan dengan total biaya.Total penerimaan diperoleh dari harga produk
dikali dengan total produksi. Sedangkan total biaya yaitu jumlah biaya yang

Universitas Sumatera Utara

16

dibayarkan dan biaya yang diperhitungkan selama proses produksi berlangsung,
baik biaya tetap maupun biaya variabel. Secara sistematik dapat diformulasikan
dengan rumus berikut.

Pd = TR- TC
TR = P x Q
TC = VC + FC

Dimana : Pd = Pendapatan usahatani (Rp)
TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Cost/Total Biaya (Rp)
P = Harga Satuan Output (Rp)
Q = Total Produksi (Rp)
VC = Variabel Cost/Biaya Variabel (Rp)
FC = Fixed Cost/Biaya Tetap (Rp)
2.2.5. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga adalah pendapatan yang diperoleh dari suatu kegiatan
usaha yang ditambah dengan pendapatanr umah tangga yang berasal dari luar
usaha tersebut. Pendapatan yang besar mencerminkan tersedianya dana yang
cukup dalam berusaha. Rendahnya pendapatan akan menyebabkan menurunnya
investasi dan upaya dalam pemupukan modal (Soekartawi, 1993).
Menurut Hutajulu (1987), untuk melihat kedudukan wanita dalam
perekonomian rumah tangga para ahli lebih menitikberatkan perhatiannya pada
rumah tangga sebagai satu kesatuan yang menentukan atau mengambil keputusan
dalam berbagai aspek kehidupan anggotanya. Tujuan utama dari rumah tangga
adalah untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan anggota. Maka setiap pria, wanita,
tua maupun muda semua mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi
kebutuhan pokoknya.

Universitas Sumatera Utara

17

Pada umumnya pendapatan yang diperoleh dari seorang suami dengan
bekerja sebagai petani tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Untuk itu disini istri turut berperan dalam membantu suami dengan bekerja
didalam usahatani keluarga dan non usahatani. Hal itu terjadi karena adanya
keinginan untuk menambah pendapatan keluarga untuk biaya kebutuhan hidup ke
depan.
2.2.6. Kontribusi Pendapatan Wanita/Istri
Kontribusi pendapatan adalah persentase sumbangan pendapatan terhadap
total pendapatan rumah tangga. Kontribusi yang diberikan tergantung pada
produktivitas faktor produksi yang digunakan dari jenis kegiatan yang
bersangkutan. Jenis-jenis pendapatan yang berasal dari luar sektor pertanian
umumnya tidak terkait dengan musim dan dapat dilakukan setiap saat sepanjang
tahun (Nurmanaf, 2006).
Menurut Samadi (2001), bahwa sumberdaya wanita tani merupakan
salah satu potensi yang besar dalammenyumbang tenaga kerja pada kegiatan
produksi. Wanita tanimemerankan peranan penting dalam keterlibatannya pada
kegiatan usahataniuntuk meningkatkan produksi padi sawah.
Wanita sebagai salah satu sumber daya manusia di pasar tenaga kerja
terutama di Indonesia yang mempunyai kontribusi besar, dalam arti bahwa jumlah
wanita yang menawarkan diri untuk bekerja cukup besar. Partisipasi kaum wanita
dalam berbagai kegiatan ekonomi telah meningkat yakni pada semua sektor,
terutama di kalangan wanita pekerja muda dan di sektor modern. Tidak saja pada
keseluruhan pasar kerja tetapi terlebih di sektor formal telah terjadi proses
feminisasi dan status wanita pekerja telah membaik. Perkembangan hal demikian

Universitas Sumatera Utara

18

terjadi pada periode pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktural yang cepat,
dimana pasar kerja pada umumnya telah membaik (Zannatos, 2004).
2.3. Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan Tabel 2.1 informasi dari beberapa penelitianpenelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan,
diantaranya yaitu sebagai berikut.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Yoangga
Praditya
(2014)

Perumusan
Masalah
Peranan Tenaga
Berapa besar
Kerja Wanita Pada kontribusi
Pemasaran Dodol
pendapatan tenaga
Serta Kontribusinya kerja wanita pada
Terhadap
pemasaran dodol
Pendapatan
terhadap
Keluarga Di Desa
pendapatan
Bengkel,
keluarga di daerah
Kecamatan
penelitian?
Perbaungan,
Kabupaten Serdang
Bedagai

Metode
Kesimpulan
Analisis
Deskriptif Kontribusi pendapatan tenaga kerja
wanita pada pemasaran dodol terhadap
total pendapatan keluarga yakni sebesar
25,06%, dan itu berarti kontribusi mereka
rendah yaitu

Dokumen yang terkait

Peranan Kelompok Tani Dalam Peningkatan Pendapatan Usahatani Padi Sawah ( Oriza sativa)

79 517 91

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

12 108 56

Perbandingan Dan Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Dengan Penggunaan Benih Dari Berbagai Sumber Di Kabupaten Deli Serdang ” (Studi kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang).

1 70 65

Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda

5 55 131

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

17 50 159

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 17

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 1

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 6

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 2

Kontribusi Pendapatan Tenaga Kerja Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) (Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 66