Perbandingan Dan Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah Dengan Penggunaan Benih Dari Berbagai Sumber Di Kabupaten Deli Serdang ” (Studi kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang).

(1)

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DENGAN PENGGUNAAN BENIH DARI BERBAGAI

SUMBER DI KABUPATEN DELI SERDANG (Studi Kasus : Desa Melati II Kecamatan Perbaungan)

SKRIPSI

Oleh :

LIDYA MATANARI 040309002

SEP-PKP

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

RINGKASAN

LIDYA MATANARI (040309002), dengan judul “ PERBANDINGAN DAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH DENGAN PENGGUNAAN BENIH DARI BERBAGAI SUMBER DI KABUPATEN DELI SERDANG ” (Studi kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang).

Penelitian dibimbing oleh ketua komisi pembimbing Ibu Ir.A.T.Hutajulu.MS dan anggota komisi pembimbing Bapak Ir.Luhut Sihombing.MP. Penelitian dilaksanakan pada bulan desember 2008 – Februari 2009 di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara yang dilakukan secara purposive.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, mengolah dan menganalisis data tentang :

1. Darimana sumber benih padi sawah yang digunakan petani di daerah penelitian.

2. Bagaimana petani memperoleh benih padi sawah yang dibutuhkan petani di daerah penelitian.

3. Perbedaan produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah berdasarkan sumber benih yang digunakan petani di daerah penelitian. 4. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam memperoleh benih padi

di daerah penelitian.

5. Upaya-upaya yang dilakukan oleh petani dalam mengatasi masalah perolehan benih di daerah penelitian.


(3)

Metode yang digunakan untuk penarikan responden dilakukan dengan ” Metode simple random sampling ” yaitu metode dengan pertimbangan bahan sampel penelitian bersifat homogen atau rata-rata memiliki karakter yang sama yaitu sebanyak 45 orang.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan uji beda rata-rata (t-hitung) dan analisis deskriptif.

Adapun yang menjadi hasil analisis penelitian adalah :

1. Sumber benih yang digunakan oleh petani padi sawah adalah dari pemerintah, penangkar dan benih sendiri.

2. Cara petani memperoleh benih adalah, petani yang menggunakan benih dari pemerintah yaitu dari pengurus kelompok tani, benih penangkar yaitu dengan membelinya di kios tani yang ada di Desa Melati II dan petani yang menggunakan benih sendiri yaitu dengan membuat benih sendiri.

3. Perbandingan produktivitas antara benih pemerintah, penangkar dan benih sendiri adalah dengan rata-rata 7345, 7316 dan 4947, dimana produktivitas paling tinggi adalah produktivitas benih dari pemerintah dan yang paling rendah adalah benih sendiri. 4. Tidak ada masalah yang dihadapi oleh petani dalam memperoleh

benih, baik benih dari pemerintah, penengkar ataupun benih sendiri.


(4)

5. Tidak ada upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah dalam memperoleh benih karena tidak ada ditemukan masalah dalam memperoleh benih.


(5)

DAFTAR ISI

Hal

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL. ... iii

DAFTAR GAMBAR. ... iv

PENDAHULUAN Latar Belakang. ... 1

Identifikasi masalah. ... 10

Tujuan Penelitian. ... 10

Kegunaan Penelitian. ... 11

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI , KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka. ... 12

Landasan Teori. ... 17

Kerangka Pemikiran. ... 19

Hipotesis penelitian. ... 23

METODOLOGI PENELITIAN Metode penentuan Daerah penelitian. ... 24

Metode Penarikan Sampel... 25

Metode Pengumpulan Data. ... 25

Metode Analisis Data. ... 26

Defenisi dan Batasan Operasional. ... 30

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Deskripsi Daerah Penelitian... 32

Karakteristik Responden Penelitian... 36

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Usaha Tani Padi Sawah Di Daerah Penelitian... 38

Sumber Benih Padi Sawah Yang Digunakan Petani Padi Sawah... 43

Cara Petani Memperoleh Benih Padi Sawah Yang Digunakan... 44

Analisis Ekonomi Usaha Tani Padi Sawah Di Daerah Penelitian... 45

Perbedaan Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Sumber Benih Yang Digunakan... 47


(6)

Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Padi Sawah Dalam

Memperoleh Benih... 49 Upaya-Upaya Yang Dilakukan Petani padi sawah Untuk

Menghadapi Masalah Dalam Memperoleh Benih ... 50 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan... 51 Saran... 52 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Hal 1. Tanggung Jawab dan Lokasi Perbanyakan Benih Bersertifikat. ... 5 2. Rencana Tanam, Panen, Produksi, Produktivitas, dan Kebutuhan

Benih Padi Sawah Tahun 2006. ... 7 3. Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah

Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006. ... 8 4. Beberapa Varietas Padi Sawah Yang Direkomendasikan. ... 14 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di

Kecamatan Perbaungan Tahun 2006. ... 24 6. Metode Penarikan sample. ... 25 7. Spesifikasi Pengumpulan data. ... 26 8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa

Melati II Tahun 2006. ... ... 32 9. Distribusi penduduk Menurut Jenis Mata pencaharian di Desa

Melati II Tahun 2006. ... .... 33 10. Keadaan Tata Guna Lahan di Desa Melati II Tahun 2006. ... .... 34 11. Sarana dan Prasarana di Desa Melati II Tahun 2006. ... .... 35 12. Rekapitulasi Karakteristik Petani Sampel Menurut Kelompok Benih

Yang Digunakan Di Desa Melati II Tahun 2009... 36 13. Jumlah dan Persentase Petani Menurut Sumber Benih Yang Digunakan

Di Desa Melati II... . 39 14. Jumlah Benih Yang Digunakan Per Petani... 40 15.Rata-rata Jumlah Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Petani

Menurut Sumber Benih Yang Digunakan Di Desa Melati II Tahun 2009... 47 16.Hasil Analisis Perbedaan Produktivitas Per Musim Tanam

Berdasarkan Sumber Benih yang Digunakan. ... ... 48 17. Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Per Musim Tanam


(8)

DAFTRA GAMBAR

Hal 1. Skema Kerangka Pemikiran. ... 22


(9)

RINGKASAN

LIDYA MATANARI (040309002), dengan judul “ PERBANDINGAN DAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH DENGAN PENGGUNAAN BENIH DARI BERBAGAI SUMBER DI KABUPATEN DELI SERDANG ” (Studi kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang).

Penelitian dibimbing oleh ketua komisi pembimbing Ibu Ir.A.T.Hutajulu.MS dan anggota komisi pembimbing Bapak Ir.Luhut Sihombing.MP. Penelitian dilaksanakan pada bulan desember 2008 – Februari 2009 di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara yang dilakukan secara purposive.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi, mengolah dan menganalisis data tentang :

1. Darimana sumber benih padi sawah yang digunakan petani di daerah penelitian.

2. Bagaimana petani memperoleh benih padi sawah yang dibutuhkan petani di daerah penelitian.

3. Perbedaan produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah berdasarkan sumber benih yang digunakan petani di daerah penelitian. 4. Masalah-masalah yang dihadapi petani dalam memperoleh benih padi

di daerah penelitian.

5. Upaya-upaya yang dilakukan oleh petani dalam mengatasi masalah perolehan benih di daerah penelitian.


(10)

Metode yang digunakan untuk penarikan responden dilakukan dengan ” Metode simple random sampling ” yaitu metode dengan pertimbangan bahan sampel penelitian bersifat homogen atau rata-rata memiliki karakter yang sama yaitu sebanyak 45 orang.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan uji beda rata-rata (t-hitung) dan analisis deskriptif.

Adapun yang menjadi hasil analisis penelitian adalah :

1. Sumber benih yang digunakan oleh petani padi sawah adalah dari pemerintah, penangkar dan benih sendiri.

2. Cara petani memperoleh benih adalah, petani yang menggunakan benih dari pemerintah yaitu dari pengurus kelompok tani, benih penangkar yaitu dengan membelinya di kios tani yang ada di Desa Melati II dan petani yang menggunakan benih sendiri yaitu dengan membuat benih sendiri.

3. Perbandingan produktivitas antara benih pemerintah, penangkar dan benih sendiri adalah dengan rata-rata 7345, 7316 dan 4947, dimana produktivitas paling tinggi adalah produktivitas benih dari pemerintah dan yang paling rendah adalah benih sendiri. 4. Tidak ada masalah yang dihadapi oleh petani dalam memperoleh

benih, baik benih dari pemerintah, penengkar ataupun benih sendiri.


(11)

5. Tidak ada upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah dalam memperoleh benih karena tidak ada ditemukan masalah dalam memperoleh benih.


(12)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bangsa Indonesia dan bahkan sebagian besar penduduk di muka bumi ini menggunakan nasi sebagai makanan pokoknya tetapi ada juga makanan pokok selain nasi. Sejak jaman dahulu peranan komoditi pangan di Indonesia, khususnya padi begitu besar, sebab padi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Kebutuhan bahan pangan padi di Negara kita tidak pernah surut, melainkan kian bertambah dari tahun ke tahun, sesuai dengan pertumbuhan penduduk. Walaupun program KB berperan besar dalam usaha menekan pertumbuhan penduduk, namun meningkatnya kebutuhan bahan pangan padi toh tidak terelakkan.Untuk mengimbangi dan mengatasi kebutuhan pangan yang terus meningkat ini, kita harus berani bekerja keras guna meningkatkan dan melipat gandakan produksi bahan pangan padi ( HR.Sugeng, 2001).

Beras sebagai bahan pokok sangat dibutuhkan masyarakat Indonesia. Oleh karenanya, tanaman padi sebagai penghasil beras harus mendapat perhatian, baik mengenai lahan, benih, cara budi daya, maupun pasca panennya. Banyak masalah bermunculan dari petani mengenai hal-hal tersebut

(Suparyono dan Setyono, 1997).

Para petani kita sejak dulu dan semasa Pemerintahan Hindia Belanda telah memiliki kesadaran bahwa penggunaan “benih” yang baik dan atau bermutu akan sangat menunjang dalam peningkatan produknya, baik kualitas maupun kuantitas. Mereka sangat berhati-hati dalam memilih benih yang akan digunakan (Kartasapoetra, 2003 ).


(13)

Teknologi benih merupakan bidang ilmu yang relatif lebih muda dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya di dalam gugus ilmu-ilmu pertanian umumnya atau agronomi khususnya. Hal ini tidak mengherankan karena bidang tersebut memang dikembangkan dari bidang-bidang lain yang ada sebelumnya ( Mugnisjah dan Setiawan, 1995 ).

Secara eko-fisiologik mutu dan jumlah hasil benih ditentukan oleh interaksi sifat genetik komoditas yang di usahakan dan kondisi yang di usahakan dan kondisi agro-ekologik lahan dan pengusahaannya. Karena sungguh sulit menganalisis semua faktor yang mungkin berinteraksi, dalam skala penelitian biasanya hanya beberapa diantaranya yang dianalisis

( Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

Secara tradisional pemilihan benih dilakukan pada waktu pemungutan hasil atau panen, seperti pemilihan hasil ( selection ) untuk benih padi, kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan, termasuk untuk benih-benih untuk tanaman perdagangan seperti : kopi, tembakau, cengkeh, coklat dan beberapa jenis tanaman lainnya. Benih yang berasal dari tanaman yang baik mereka sisihkan, dirawat dan disimpan dengan sebaik-baiknya. Dengan cara ini tingkat mutu dan hasil tanaman dapat dipertahankan, dan cara pengadaan benih semacam ini telah dilakukan berabad-abad lamanya ( Kartasapoetra, 2003 ).

Setelah Negara kita merdeka, usaha-usaha untuk meningkatkan teknologi pertanian selalu dilakukan terutama dalam usaha untuk meningkatkan taraf hidup para petani, dan dalam pengadaan benih berbagai jenis tanaman yang bermutu merupakan sasaran yang utama. Pada tahun 1952 negara kita diterima menjadi anggota FAO atau Food agricultural Organization, dan sejak itu mulai


(14)

dilaksanakan suatu pola produksi dan penyebaran benih yang lebih terarah. Dalam hal padi benih dibagi dalam tiga golongan :

a) Benih dasar (Foundation seed), yang dihasilkan dan disebarkan oleh LP3. b) Benih pokok (Stock seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh Balai-Balai

benih.

c) Benih sebar (Extension seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh Kebun-Kebun Benih di pedesaan atau oleh para petani penangkar benih

( Kartasapoetra, 2003).

Petani yang sederhana memahami bahwa segi mutu benih selain watak genetiknya, menyangkut kondisi tanaman di lapangan produksi benih. Petani yang ingin menanam benih, selalu mempermasalahkan mutunya. Pedagang benih yang baik menyadari bahwa nilai benih ditentukan oleh segenap proses produksi benih dan harganya ditentukan oleh pasar sebelun ditanam petani. Pedagang yang hanya mengumpulkan calon benih pada pasca panen kemudian memprosesnya menjadi benih, adalah pedagang benih yang hanya tahu harga benih, tetapi tidak mengerti tentang nilai benih. Biasanya mereka lalu beranggapan bahwa tidak banyak beda menghasilkan benih dengan biji untuk konsumsi dan mereka ini sebenarnya tidak bisa menilai benih. Dalam berniaga yang berwawasan benih itu sarana produksi, tanggung jawab pedagang benih masih dituntut lebih jauh, tidak hanya sampai benihnya mampu tumbuh baik sesudah ditanam, panennya pun harus menunjukkan mutu sesuai informasi genetik yang diberikan benih. Konsumen benih menjadi lebih kritis pula dalam memandang benih berfungsi sebagai sarana produksi karena orientasi terhadap mutu genetik pertanamannya makin tinggi.


(15)

Orientasi demikian tidak mungkin dipenuhi oleh pedagang benih yang benih komersialnya sekedar materi sadapan pascapanen yang dibersihkan

( Sadjad, 1993 ).

Kebutuhan benih padi tidak setiap saat terpenuhi. Walaupun benih padi mudah diusahakan dan selalu ditanam, namun pada saat tertentu persediaan benih dipasaran bebas berkurang. Meskipun ada, kadang-kadang hargannya cukup tinggi sehingga petani terkadang merasa kesulitan dalam pemenuhan benih untuk lahan tanamnya. Agar kelangsungan persediaan benih padi ini tetap ada, berbagai cara dan usaha telah banyak dilakukan, misalnya dengan adanya kebijakan pemerintah dalam penyediaan benih padi ini (Aak, 1993).

Kebijakan pemerintah dalam menyediakan benih ini adalah :

1. Mengembangkan dan meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga perbenihan dari tingkat hulu sampai hilir.

2. Mengalihkan secara bertahap usaha pengadaan dan penyaluran benih komersial dari lembaga pemerintah kepada swasta.

3. Membimbing, membina dan mengawasi pengadaan benih yang bermutu dengan pertimbangan bahwa sertifikasi benih tetap ditangani pemerintah.

4. Mengusahakan agar pengadaan dan penyaluran benih bermutu dipenuhi oleh masing-masing daerah/provinsi (Mugnisjah dan

Setiawan, 1995).

Kebijakan perbenihan ini ditandai dengan telah adanya pengaturan tanggung jawab dan lokasi perbanyakan benih dalam rangka sertifikasi benih dalam kurun waktu dengan alir generasi tunggal ( one generation flow).Di


(16)

Indonesia kebutuhan benih padi dipenuhi oleh dua industri benih padi terbesar yaitu, PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 1.

Tabel 1. Tanggung Jawab dan Lokasi Perbanyakan Benih Bersertifikat

Kelas Benih Lokasi Penanggung jawab

Benih penjenis ( Breeder Seed, BS)

Balai Penelitian Tanaman Pangan

Puslitbangtan

Benih Dasar

( Foundatiojn Seed, FS)

Balai Benih Induk (BBI) Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan

Benih Pokok ( Stock Seed, SS)

Balai Benih Induk/Utama (BBI/BBU) Penangkar Tertentu Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan Benih Sebar

( Extension Seed, ES)

Balai Benih Perum Sang Hyang Seri ; Perjan Cihea PT Pertani Penangkar

Dinas Pertanian Provinsi

Sumber : Balai Penelitian Tanaman Pangan, 2006

Pemasaran atau distribusi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat pendapatan petani dari semua penjualan produksi usahataninya. Pemasaran atau distribusi pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen. Aliran barang ini terjadi karena adanya lembaga pemasaran (Soekartawi, 1995).

Ditinjau dari kelasnya, lintas benih dari BS sampai dengan ES tidak selalu mengikuti alur BS → FS → SS → ES. Hal ini disebabkan oleh adanya kasus pertanaman benih atau pengolahan benih tidak lulus menurut penilaian BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih). Karena itu lintas benih dapat mengikuti alur sebagai berikut :


(17)

1. BS → FS → SS → ES 2. BS → SS → ES 3. BS → FS → ES

Namun disamping itu kadang-kadang terjadi bahwa benih ES yang diproduksi tidak laku dijual kepada petani yang kemudian dijual kepada petani sebagai gabah untuk dikonsumsi sehingga benih pemerintah bukan dijadikan benih tetapi jadi barang konsumsi langsung atau dimakan

(Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

Masalah yang muncul berkenaan dengan pemasaran benih padi tidak persis sama antar komponen perbenihan.Petani binaan (Prapenangkar) mempermasalahkan mutu dan harga. Penangkar yang mengolah sendiri calon benihnya, baik yang dibeli dari prapenangkar maupun yang dihasilkan sendiri, menilai bahwa harga benih kurang memadai sedang biaya transport kadang-kadang harus ditanggung olehnya dan pemasaran benih sering terlambat karena menunggu hasil pengujian laboratorium oleh BPSB.

Pedagang yang mengolah benih seperti PT Petani juga ikut mengeluh karena kadang-kadang benih padinya tidak dapat disalurkan akibat masa panen penangkar dan petani yang waktunya bersamaan. Pedagang swasta juga begitu seperti Kios Tani juga menilai bahwa harga yang dijualnya terlalu rendah padahal permintaan akan benih kadang-kadang tidak dapat dipenuhi. Dan inilah permasalahan yang sering didapati oleh para petani sehingga petani mengambil inisiatif membuat benih secara tradisional yaitu dengan pemisahkan hasil untuk dijadikan benih yang akan ditanam pada saat musim tanam berikutnya. (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).


(18)

Sebagai pedoman penggunaan benih pada umumnya setiap 1 Ha areal sawah ( areal pertanaman ) dibutuhkan benih 35-40 Kg ( Aak, 2006 ).

Kebutuhan benih padi sawah pada setiap daerah di Sumatera Utara berbeda-beda dikarenakan perbedaan luas tanam yang berbeda sehingga panen, produksi, produktivitas pun berbeda-beda.Perbedaan jumlah kebutuhan benih ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rencana Tanam, Panen, Produksi, Produktivitas, dan Kebutuhan Benih Padi Sawah Tahun 2006

No Kabupaten Tanam

(Ha) Kebutuhan Benih Seharusnya (40Kg/Ha) Kebutuhan Benih Terealisasi (25 Kg) Kekurangan Benih ( 40Kg/Ha) Panen (Ha) Produksi ( Ton )

Produk tivitas (Ton /Ha)

1 Medan 5.347 213.880 133.675 80.205 4.545 20.414 44.92

2 Langkat 97.847 3.913.880 2.446.225 1.467.655 83.172 352.984 42.44

3 Deli Serdang 97.947 3.917.880 2.448.675 1.469.205 131.594 629.219 47.81

4 Simalungun 92.527 3.701.080 2.313.225 1.387.855 78.650 375.576 47.75 5 Tanah Karo 15.719 628.769 392.975 235.794 14.955 62.714 41.94 6 Asahan 73.832 2.953.280 1.845.800 1.107.480 70.140 294.913 42.05 7 Lab.Batu 88.176 6.480.320 2.204.400 4.275.920 74.950 304.615 40.64 8 TAPUT 34.283 1.371.320 857.075 514.245 29.141 120.820 41.46 9 TAPTENG 28.571 1.142.840 714.275 428.565 27.151 112.432 41.41 10 TAPSEL 85.462 3.418.480 2.136.550 1.281.930 81.211 374.435 46.11 11 Nias 34.137 1.365.480 853.425 512.055 32.439 119.947 36.98 12 Dairi 16.452 658.080 411.300 246.780 13.985 56.401 40.33 13 Tebing tinggi 1.763 70.520 44.075 26.445 1.675 7.503 44.79

14 Tan. Balai 504 20.160 12.600 7.560 478 1.989 41.61

15 Binjai 4.342 173.680 108.550 65.130 4.126 17.344 42.04

16 Pem.Siantar 4.284 171.360 107.100 64.260 4.072 18.569 45.60 17 TOBASA 34.923 1.396.920 873.075 523.845 33.186 138.161 41.63 18 Mandailing 41.611 1.664.440 1.040.275 624.165 39.530 180.263 45.60 19 P.Sidempuan 7.547 301.880 188.675 113.205 7.170 30.900 43.10 20 Serdang Bedagai 77.941 3.117.640 1.948.525 1.169.115 66.250 312.965 47.24 21 HUMBAHAS 18.412 736.480 460.300 276.180 15.651 64.889 41.46 22 Pakpak Bharat 4.669 186.760 116.725 70.035 3.969 16.436 41.41

Jumlah 866.300 34.652.00 21.657.500 12.976.500 818.040 3.613.489 43.88

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, Tahun 2006

Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa Kabupaten yang ada di Sumatera Utara terdapat 22 kabupaten yang memproduksi padi sawah. Dari Tabel 2 dapat dilihat daerah Deli Serdang merupakan penghasil padi yang paling besar yaitu dengan jumlah produksi 393.277 Ton/Ha, kebutuhan benih dengan jumlah 3.917.880 (40 Kg/Ha) dan produktivitas 47.24 Ton/Ha.


(19)

Selanjutnya luas lahan produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Deli Serdang menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah Per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006

Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

Gunung Meriah 1123 5110 4.55

STM Hulu 1092 4859 4.45

Sibolangit 1417 6365 4.33

Kutalimbaru 3536 15735 4.45

Pancur Batu 1099 4891 4.45

Namo Rambe 1779 8504 4.78

Biru-biru 1010 4424 4.38

STM Hilir 1488 6473 4.35

Bangun Purba 1015 4222 4.16

Kotarih 1320 5438 4.12

Dolok Masihul 4848 24095 4.97

Dolok Merawan 0 0 0.00

Sipispis 734 3230 4.40

Tebing Tinggi 7151 32707 4.57

Bandar Khalipah 3705 16895 4.56

Tanj.Berimhin 6037 28072 4.65

Teluk Mengkudu 3950 18170 4.60

Sei Rampah 15781 74960 4.75

Galang 4438 22234 5.01

Tanjung Morawa 4426 21909 4.95

Patumbak 1306 5812 4.45

Deli Tua 65 289 4.45

Sunggal 5584 26133 4.68

Hamparan Perak 9683 46963 4.85

Labuhan Deli 6173 28334 4.59

Percut Sei Tuan 7123 34760 4.88

Batang Kuis 1180 5404 4.58

Pantai Labu 4217 20452 4.85

Beringin 4026 19727 4.90

Lubuk Pakam 2625 12994 4.95

Pagar Merbau 4012 19980 4.98

Perbaungan 13281 68397 5.15

Pantai Cermin 6311 31681 5.02

Jumlah 131594 629219 4.78


(20)

Dari tabel 3 diatas kecamatan Perbaungan merupakan salah satu sentra produksi yang memiliki tingkat produksi yang besar diantara kecamatan yang ada di Deli Serdang yaitu 68397 Ton dengan luas panen 13281 Ha dan produktivitas 5,15 Ton/Ha.

Namun produktivitas diantara petani bisa saja tidak selalu sama, hal ini dipengaruhi penggunaan sarana produksi. Salah satu sarana produksi utama yang mempengaruhi produktivitas adalah penggunaan benih yang baik. Benih yang baik adalah benih unggul atau benih berlabel dari pemerintah yang dijual melalui perusahaan yang dihunjuk oleh pemerintah. Namun benih yang dihasilkan oleh perusahaan yang hunjuk oleh pemerintah tersebut sering tidak mencukupi sehingga banyak petani yang menyediakan benih untuh musim tanam berikutnya dari produksinya sendiri.

Dari pengamatan dilapangan sumber benih yang digunakan oleh petani ternyata tidak sama. Hal inilah yang mendorong Penulis ingin meneliti perbedaan produktivitas padi sawah menurut sumber benih yang digunakan.


(21)

Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan permasalahan sebagai berikut :

1. Darimana saja sumber benih padi sawah yang digunakan petani di daerah penelitian?

2. Bagaimana petani memperoleh benih padi sawah yang dibutuhkan untuk ditanam petani di daerah penelitian?

3. Apakah ada perbedaan produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah berdasarkan sumber benih yang digunakan petani di daerah penelitian?

4. Apa masalah-masalah yang dihadapi petani dalam memperoleh benih bermutu di daerah penelitian?

5. Apa upaya yang dilakukan oleh petani dalam menghadapi masalah perolehan benih bermutu di daerah penelitian?

Tujuan penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah maka penelitian bertujuan untuk : 1. Mengetahui sumber benih padi sawah yang digunakan petani di daerah

penelitian.

2. Mengetahui bagaimana petani memperoleh benih padi sawah yang dibutuhkan untuk ditanam petani di daerah penelitian

3. Mengetahui perbedaan produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah berdasarkan sumber benih yang digunakan di daerah penelitian.


(22)

4. Mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi oleh petani dalam memperoleh benih yang bermutu.

5. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan petani dalam mengatasi masalah dalam memperoleh benih yang bermutu.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam mengembangkan wawasan untuk menjadi seorang sarjana.

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait untuk mengambil kebijaksanaan dalam penyediaan dan pendistribusian benih padi yang baik agar produksi padi semakin tinggi dan meningkat setiap tahunnya.

3. Sebagai bahan referensi dan bahan pembelajaran bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(23)

TINJAUAN PUSTAKA , LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Tanaman padi termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae Divisio : Spermathophyta Subdivisio : Monocotyledonae Ordo : Angiospermae Genus : Oryza Linn

Species : Oriza sativa L

(Aak, 2006 ).

Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali berproduksi, setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu :

1. Bagian vegetatif, yaitu terdiri dari akar, batang dan daun.

2. Bagian generatif, yaitu tediri dari malai atau bulir bunga dan bunga, buah dan bentuk gabah.

Padi dapat hidup dengan baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Dengan kata lain, padi dapat hidup dengan baik didaerah beriklim panas yang lembab ( Pitojo, 2003).

Dalam budidaya tanaman padi, pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang harus diperhatikan, karena faktor tersebut sangat menentukan bearnya


(24)

produksi. Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aak, 2006).

Sumber benih yang digunakan hendaknya dari kelas yang lebih tinggi. Kebutuhan benih sumber per hektar diperkirakan sebanyak 10 Kg benih penjenis untuk menghasilkan benih dasar, 25 Kg benih dasar untuk menghasilkan benih pokok dan 25 Kg benih pokok untuk menghasilkan benih sebar 50 Kg (Wirawan dan Wahyuni, 2002).

Untuk mengetahui keadaan benih yang baik dapat dilihat dari : 1). Keadaan fisik benih meliputi :

a. Kebersihan benih terhadap gabah hampa, setengah hampa, potongan jerami, kerikil dan tanah, kotoran dan benda lain serta hama gudang. b. Warna gabah hendaklah sesuai dengan aslinya, yaitu cerah dan

bersih. Ada kemungkinan terdapat warna yang berbeda, misalnya hijau, hitam. Hal ini dapat terjadi pada benih yang kemasakannya tidak seragam, gangguan lingkungan atau berbeda varietas. Terjadinya warna lain itu juga bisa disebabkan penanaman jatuh pada musim hujan.

2). Kemurnian Benih.

Mengenal kemurnian benih ini sebenarnya ada kaitannya dengan genetic atau sifat keturunan yang ada pada benih. Namun kemurnian benih tersebut dapat dilihat dari bentuk gabahnya ( Aak, 2006 ).


(25)

Benih yang bersertifikat atau berlabel dapat diperoleh pada kios-kios atau toko pertanian maupun penyalur benih. Benih tersebut merupakan benih sebar (extension seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh para penangkar benih atau kebun-kebun benih. Selain itu, masih ada benih pokok ( stock seed ) yang dihasilkan dan disebarkan oleh balai-balai benih serta benih dasar / foundation seed (Prasetyo, 2003 ).

Varietas yang ditanam hendaknya selain disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, memperhatikan pula aspek kecocokan lahan, umur tanaman dan ketahanan terhadap lama serta penyakit. Nama-nama varietas padi unggul yang dianjurkan untuk diproduksi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Beberapa Varietas Padi Sawah Yang Direkomendasikan.

Varietas (Tahun Dilepas) Umur (Hari) Hasil (Ton/Ha)

Rasa Nasi Toleransi Terhadap Hama

dan Penyakit

Kruing Aceh (‘81) 125-135 4,5-5,5 Sedang HDP

Ciliwung (’88) 120 5,0-8,0 Enak VT

Barumun (’91) 125-123 5,0-6,0 Pera HDB,VT

Cibodas (’95) 123 6,9 Sedang HDB

Memberamo (’95) 120 6,5-7,0 Enak WCk,Vt

Maros (’96) 120 6,0-6,5 Sedang WCk2,HDB

Batang Anai (’96) 115 4,0-10,0 Pera WCk,HDB

Digul (’96) 125 5,0-7,0 Pera WCk,HDB

Cilosari (’96) 120 5,0-6,5 Enak HDB3

Cirata (’96) 115-125 3,0-5,0 Sedang -

Way Apo Buru (’98) 125 6,0-8,0 Enak WCk,HDB

Towuli (’99) 115-125 5,0-7,0 Enak WCk,HDB

Widas (’99) 120 5,0-7,0 Enak WCk-1,2,3,HDB

Ketonggo (’99) 120 5,0-6,0 Ketan WCk-2,3,HDB

IR 36 (’78) 110-120 4,5-5,0 Pera HDB

IR 64 (’86) 115 5,0-7,0 Enak -

IR 66 (’89) 110-120 4,5-5,0 Sedang HDB,VT

IR 74 (‘91) 110-115 4,5-7,0 Sadang HDB,VT

Sumber : Balai Penelitian Tanaman Pangan, 2006

Keterangan : WCk-1,2,3 = Wereng cokelat boitip 1,2,3 VT = Virus tungro


(26)

Pengolahan benih merupakan tahap transisi antara produksi dan penyimpanan atau pemasaran benih. Tahap ini cukup menentukan karena benih dapat tidak bermanfaat jika salah dalam pengolahannya. Prinsip umum pengolahan benih adalah memproses calon benih menjadi benih dengan tetap mempertahankan mutu yang telah dicapai. Pengolahan benih tidak dapat meningkatkan mutu benih secara individual, tetapi secara populatif. Secara populatif, mutu benih dapat ditingkatkan melalui dua cara yaitu :

1). Separation, yakni memisahkan benih dari sumber kontaminan seperti benih gulma, benih tanaman lain dan kotoran benih.

2). Upgrading, yakni memilah benih dari benih yang kurang bermutu, misalnya berukuran kecil atau tidak seragam.

Dengan pemisahan dan pemilahan benih, akan diperoleh benih yang murni dan hidup (pure live seed) dengan total jumlah yang lebih rendah dari jumlah benih hasil panen. Perbandingan jumlah benih hasil pengolahan dengan jumlah calon benih hasil panen dinamakan rendemen. Nilai rendemen sangat ditentukan oleh jenis benih dan efektifitas pengolahan. Semakin efektif pengolahan yang dilakukan , semakin tinggi nilai rendemen yang berarti semakin kecil nilai kehilangan pascapanennya (post harvest losses). Adapun efektifitas pengolahan ditentukan oleh alur atau jalur pengolahan dan penggunaan alat-alat pengolahan benih yang tepat ( Wirawan dan Wahyuni, 2002 ).

Cara pengolahan benih padi yang tepat adalah Benih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman produksi benih harus satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan dipoduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS misalnya, berarti benih sumbernya adalah klas BS (Breeder Seed/benih penjenis/ benih label


(27)

kuning), sedangkan untuk memproduksi benih kelas SS/BP/benih label ungu boleh menggunakan benih kelas FS atau BS.

Pemeriksaan benih sumber mencakup sertifikasi benih yang berisi informasi mengenai asal benih, varietas, tanggal panen maupun mutu benih (daya kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik benih). Informasi ini diperlukan untuk menentukan perlakuan benih (jika dipelukan) sebelum benih disemai maupun sebagai kelengkapan untuk proses pengajuan sertifikasi benih berikutnya.

Teknik budidaya padi untuk benih sumber menggunakan pendekatan PTT (Pengolahan Tanah Terpadu), semua komponen PTT sangat dianjurkan dalam memproduksi benih sumber bermutu mulai dari pengilahan tanah, persemaian, penggunaan benih bermutu, sistem tanam , pengairan, pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit dan panen.

Lahan unutk lokasi perbenihan sebaiknya lahan bera atau bekas pertanaman padi varietas yang sama. Lahan harus dalam kondisi yang subur dengan air irigasi dan saluran drainase yang baik, bebas dari sisa-sisa tanaman (singgang) atau varietas lain. Isolasi jarak minimal antara dua varietas yang berbeda adalah tiga meter. Apabila tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembungaan yang berbeda bagi pertanaman dari varietas yang umurnya relatif sama perlu dilakukan isolasi waktu tanam sekitar empat minggu.

Lokasi untuk persemaian sebaiknya bekas lahan bera atau tanaman selain padi atau dengan cara pengolahan tanah sempurna dengan diikuti pembersihan lokasi. Teknik pembuatan persemaian :

Luas persemaian adalah 4 % dari luas areal pertanaman atau sekitar 400 m untuk tiap hektar pertanaman.Pupuk boksi secukupnya dan pupuk kimia yang


(28)

digunakan untuk persemaian adalah Urea, SP -36 dan KCL masing masing dengan takaran 15 g/m.Sebelum di sebar benih direndam terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam.Benih yang mulai berkecambah ditabur di persemaian dengan kerapatan 25-50 g/m atau 0,5 – 1 kg per 20 m.

( Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Unit Produksi Benih Sumber, 2007 )

Landasan Teori

Kata Produktivitas merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris yaitu

Productivity. Productivity = Product + Activity yang berarti kegiatan untuk menghasilkan sesuatu (Barang atau Jasa). Produktivitas tinggi kalau kegiatan untuk menghasilkan produk (barang/jasa) lebih banyak/tinggi.

Artinya produktivitas dikatakan meningkat kalau bisa menghasilkan lebih banyak dalam jangka waktu yang sama, atau kalau bisa menghasilkan sama banyak dalam jangka waktu yang lebih singkat. Dari persamaan itu tampak bahwa ada dua cara untuk meningkatkan produktivitas:

1. Meningkatkan nilai yang dihasilkan, atau 2. Mengurangi waktu yang dibutuhkan

Produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan, atau tingkat hasil yang diperoleh seseorang. Orang yang produktivitasnya tinggi adalah orang yang mencapai banyak hasil dalam hidupnya. Semakin tinggi tingkat produktivitasnya berarti semakin banyak hasil yang dicapai ( Steve Paulina, 2006 ).

Produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan bersama didalam organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan hasil-hasil.


(29)

Perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas. Elemen - elemen produksi tersebut berupa : tanah, kapital, buruh, & organisasi. Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin & hari esok lebih baik dari hari ini.

(www.Dewan Produktivitas Nasional.com, 2008).

Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan distribusi pertanian dikatakan sebagai kegiatan yang produktif sebab distribusi pertanian dapat meningkatkan guna waktu ( time utility ), guna tempat ( place utility ), guna bentuk (form utility) dan guna kepemilikan ( possession utility ). Guna waktu artinya produk pertanian dapat tersedia bagi konsumen pada setiap waktu. Untuk meningkatkan guna waktu harus dilakukan aktivitas penyimpanan yang membutuhkan biaya penyimpanan (storage coast). Untuk meningkatkan guna tempat diperlukan pengangkutan yang membutuhkan biaya pemindahan ( transfer coast ) dan untuk meningkatkan guna bentuk dari produk pertanian diperlukan pengolahan yang membutuhkan biaya pengolahan ( processing coast ). Komoditi pertanian yang mengalami peningkatan guna tempat, waktu dan guna bentuk ini baru bisa memenuhi kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi pemindahan hak milik dari produsen ataupun lembaga pemasaran kepada konsumen. Agar terjadi pemindahan hak milik harus dilakukan transaksi yang membutuhkan biaya transaksi ( transaction coast ) (Sudiyono, 2004).

Demikian agen benih padi memenuhi kebutuhan petani benih tersebut harus mengalami peningkatan guna tempat, guna waktu dan guna bentuk.


(30)

Masalah dalam pendistribusian benih padi bervariasi menurut komponen perbenihannya. Prapenangkar menilai bahwa harga calon benih terlalu rendah dan disamakan dengan gabah yang akan dikonsumsi, disamping tidak ada penggolongan status mutu calon benih mereka oleh pedagang yang mengolah dan membeli calon benihnya. Pengadaan calon benih padi juga terbatas karena ketersediaan benih sumber yang terbatas pula. Pedagang yang mengolah benih dan penangkar benih mempermasalahkan keterlambatan label yang kadang-kadang terjadi oleh BPSB sehingga memperlambat pendistribusian benih, disamping sulitnya memperoleh sumber benih sehingga sulit pula untuk memenuhi permintaan pasar akan benih. Pendistribusian benih dalam hal ini KUD juga menghadapi masalah berupa keterbatasan kemampuan professional dalam pemasaran benih (Mugnisjah dan Setiawan, 1995).

Kerangka Pemikiran

Benih padi di Indonesia masih di letakkan dalam hak-hak mutlak badan-badan pemerintahan. Dengan hak tersebut pemerintah yang berhak menentukan varietas yang akan direkomendasikan sesuai dengan syarat-syarat yang berpatokan pada prosedur dan standart yang telah ditetapkan sesuai dengan uji laboratories. Dan yang bertugas dalam hal ini adalah Pusat Balai Penelitian Tanaman Pangan ( PBPTP ) yaitu instansi yang telah ditentukan, dan berada dalam pengawasan pemuliaan tanaman. Instansi ini menghasilkan benih penjenis (Breeder Seed), benih ini jumlahnya sedikit dan merupakan sumber perbanyakan benih dasar dan benih ini masih murni.


(31)

Setelah varietas yang dihasilkan memenuhi syarat-syarat kestandaran benih Pusat Balai Penelitian Tanaman Pangan merekomendasikan benih tersebut kepada Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan yang diperbanyak dari benih penjenis menghasilkan benih dasar ( foundation Seed ) dan benih pokok (stock seed). Dimana benih dasar merupakan perbanyakan dari benih penjenis dengan tingkat kemurnian yang tinggi, terpelihara identitas genetisnya, dibawah pengawasan dan bimbingan yang ketat. Sedangkan benih pokok merupakan benih yang diperbanyak dari benih dasar. Perbanyakan ini dilakukan dengan memperhatikan tingkat kemurnian varietas, memenuhi standart dan mutu yang telah ditetapkan dan disertifikasi oleh instansi yang berwenang.

Kemudian selanjutnya benih-benih dasar dan pokok yang telah disertifikasi di serahkan kepada dinas pertanian provinsi yang kemudian diperbanyak menjadi benih sebar, yang kemudian akan disebarkan kepada Petani dengan menjaga tingkat kemurnian varietas yang memenuhi standart mutu benih yang telah ditetapkan dan telah disertifikasi sebagai benih besar oleh Subdirektorat Pengawasan Mutu dab sertifikasi Benih melalui Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih ( BPSB ).

Dalam penggunaan benih ini petani mempunyai sumber benih yang beraneka ragam, dimana petani dapat membuat benih sendiri, memperoleh benih dari penangkar dengan membelinya dari kios tani atau koperasi dan benih dari pemerintah itu sendiri yaitu yang dihasilkan oleh PT. Pertani dan balai Benih Perum Sang Hyang Seri.

Jumlah produksi dan produktivitas dapat diketahu setelah adanya hasil yang dicapai yaitu melalui panen berikutnya dimana antara perbedaan pendapatan


(32)

yang diterima oleh petani dapat dilihat dari pendapatan yang diperoleh setelah menghitung biaya produksi yang telah dikeluarkan dalam berproduksi.

Perbandingan produktivitas dan pendapatan usahatani petani padi sawah dengan penggunaan benih dari berbagai sumberpun dapat terlihat dengan jelas, apakah perbedaaan itu mencolok yaitu antara tinggi atau rendah.


(33)

Untuk lebih mengarahkan penelitian dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Keterangan :

: Benih Yang Digunakan

: Sumber Benih

: Proses Produktivitas : Biaya yang dipergunakan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Benih Padi Sawah

Benih Sendiri Balai Benih Perum Sang

Hyang Seri dan PT. Pertani Penangkar

Petani Padi Sawah

Produksi

Produktivitas

Penerimaan

Pendapatan Usahatani


(34)

Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan produktivitas padi sawah berdasarkan sumber benih yang digunakan di daerah penelitian.

2. Ada perbedaan pendapatan bersih usahatatani padi sawah berdasarkan sumber benih yang digunakan.


(35)

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Deli Serdang dan termasuk daerah yang menggunakan benih dari berbagai sumber.

Tabel 5. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Kecamatan Perbaungan Tahun 2006

No Desa/Kelurahan Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

1 Adolina - -

-2 Batang Terap - -

-3 Bengkel 301 1956 6,49

4 Cinta Air 613 2923 4,76

5 Cintaman Jernih 335 2144 6,4

6 Deli Muda Ilir - -

-7 Deli Muda Ulu - -

-8 Jambur Pulau 397 2340 5,89

9 Kesatuan 717 3531 4,92

10 Kota Galuh 231 1053 4,55

11 Lidah Tanah 400 2160 5,4

12 Lubuk Bayas 873 3687 4,22

13 Lubuk Cemara 281 1918 6,82

14 Lubuk Rendang 390 2496 6,4

15 Lubuk Rotan 676 3226 4,77

16 Melati I 715 3476 4,86

17 Melati II 1847 8720 4,72

18 Pematang Sijonam 468 2905 6,20

19 Pematang Tatal 157 904 5,75

20 Simpang 3 Pekan 80 512 6,4

21 Suka Beras 1175 5420 4,61

22 Suka Jadi 346 2013 5,81

23 Sungai Buluh 920 4182 4,54

24 Sungai Naga Lawan

1214 6568 5,41

25 Tungai Sijengki 95 604 6,35

26 Tanah Menah 457 2424 5,30

27 Tanjung Buluh - -

-28 Tualang 593 3235 5,45

Jumlah 13281 68397 5,15


(36)

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa Desa Melati II merupakan Desa yang produksi padinya paling tinggi diantara ke 28 Desa yaitu, Luas panen 1847 Ha, Produksi 8720 Ton dan Produktivitas 4,72 Ton/Ha.

Metode Penarikan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang ada di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Deli Serdang berdasarkan sumber benih yang digunakan dengan sample 45 orang.

Tabel 6. Jumlah Populasi Sampel Menurut Sumber Benih

No Sumber Benih Populasi Sampel ( Orang ) 1 Pemerintah ( Perum

Sang Hyang Seri dan PT.Pertani )

374 15

2 Penangkar 599 15

3 Benih Sendiri 525 15

Jumlah 1498 45

Sumber : Kepala Desa Melati II Kecamatan Perbaungan, 2007

Metode yang dilakukan dalam pengambilan sample adalah metode simple random sampling dengan pertimbangan bahan sample penelitian bersifat homogen atau rata-rata memiliki karakter yang sama.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara langsung dengan petani dengan menggunakan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari informasi lembaga atau instansi serta literature yang mendukung penelitian.


(37)

Tabel 7. Spesifikasi Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber

Data

Metode Alat Pengumpulan Data 1 Identitas Petani Petani Wawancara Kuisioner

2 Sumber benih yang digunakan Petani Wawancara Kuisioner 3 Jumlah benih ( Kg ) Petani Wawancara Kuisioner 4 Harga benih Petani Wawancara Kuisioner

5 Jumlah ketersediaan benih Petani Observasi Kuisioner dan Lapangan 6 Faktor-faktor penyebab petani

menggunakan benih sendiri

Petani Wawancara dan Observasi

Kuisioner dan Lapangan

Metode Analisis Data

Semua data yang diperoleh terlebih dahulu di tabulasi kemudian dianalisis sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

Untuk masalah 1 dianalisis secara deskriptif yaitu dengan cara mengumbpulkan data dari mana saja sumber benih padi sawah yang ditanam oleh petani di daerah penelitian.

Untuk masalah 2 dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data proses mekanisme penerimaan benih dari sumber pemerintah dan penangkar.

Untuk menguji Hipotesis 1, dianalisis dengan menggunakan rumus

Produktivitas :

Kemudian dibandingkan dengan menggunakan uji beda rata-rata (t-hitung) : H0 : μ1 = μ2 = µ3

H1 : μ1 ≠μ2 ≠ µ3 Dimana :

μ1 = variabel I (Usahatani Padi Sawah Petani Pemakai Benih dari Pemerintah) Produktivitas (Ton/Ha) = Jumlah Produksi yang dihasilkan (Ton)


(38)

μ2 = Variabel II (Usahatani Padi Sawah Pemakai Benih dari Penangkar) µ3 = Variabel III (usahatani padi Sawah Pemakai Benih Sendiri)

dengan menggunakan rumus t-hitung, dengan alat bantu program SPSS :

t-hitung 3 2 3 2 2 2 1 2 1 3 2 1 N S N S N S X X X      Keterangan :

X1 = rata-rata nilai variabel I

X2 = rata-rata nilai variabel II

X3 = rata-rata nilai variabel III

S12 = rata-rata standard deviasi variabel I

S22 = rata-rata standard deviasi variabel II

S32 = rata-rata standart deviasi variabel III

N1 = jumlah sampel variabel I

N2 = jumlah sampel variabel II

N3 = jumlah sampel variabel III

Kriteria Uji :

t-hitung ≤ t-tabel (α = 0,05) maka H0 diterima

t-hitung > t-tabel (α = 0,05) maka H0 ditolak

Untuk menguji Hipotesis 2, dianalisis dengan menggunakan rumus Total Biaya(Rupiah) :

Dimana :


(39)

TC = Total Cost (Biaya Total) FC = Fix Cost (Biaya Tetap)

VC = Variable Cost (Biaya Tidak Tetap)

Rumus Penerimaan :

Dimana :

TRi = Total Revenue (Total Penerimaan) Yi = Produksi yang diperoleh dalam usahatani PYi = Harga

Rumus Pendapatan :

Dimana :

Pd = Pendapatan

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya)

Kemudian dibandingkan dengan menggunakan uji beda rata-rata (t-hitung) : H0 : μ1 = μ2 = µ3

H1 : μ1 ≠μ2 ≠ µ3 Dimana :

μ1 = variabel I (Usahatani Padi Sawah Petani Pemakai Benih dari Pemerintah) μ2 = Variabel II (Usahatani Padi Sawah Pemakai Benih dari Penangkar) µ3 = Variabel III (usahatani padi Sawah Pemakai Benih Sendiri)

TRi = Yi . PYi


(40)

dengan menggunakan rumus t-hitung, dengan alat bantu program SPSS : t-hitung 3 2 3 2 2 2 1 2 1 3 2 1 N S N S N S X X X      Keterangan :

X1 = rata-rata nilai variabel I

X2 = rata-rata nilai variabel II

X = rata-rata nilai variabel III

S12 = rata-rata standard deviasi variabel I

S22 = rata-rata standard deviasi variabel II

S32 = rata-rata standart deviasi variabel III

N1 = jumlah sampel variabel I

N2 = jumlah sampel variabel II

N3 = jumlah sampel variabel III

Kriteria Uji :

t-hitung ≤ t-tabel (α = 0,05) maka H0 diterima

t-hitung > t-tabel (α = 0,05) maka H0 ditolak

Untuk masalah 4 dan 5 dianalisis secara deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data masalah yang di hadapi petani dalam memperoleh benih dari sumber pemerintah dan penangkar serta upaya yang dilakukan untuk menghadapi masalah yang dihadapi petani.


(41)

Defenisi dan Batasan operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan hasil penelitian ini, maka dibuat beberapa defenisi dan batasan operasional sebagai berikut : Defenisi

1. Produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya yang digunakan bersama didalam organisasi untuk menyelesaikan suatu kumpulan hasil-hasil. Perbandingan antara elemen-elemen produksi dengan yang dihasilkan merupakan ukuran produktivitas. Elemen - elemen produksi tersebut berupa : tanah, kapital, buruh, & organisasi.

2. Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan ( mengelola ) asset dan cara dalam pertanian atau lebih tepatnya adalah suatu kegiatan yang mengorganisasikan faktor-faktor produksi yaitu modal, alam, tenaga kerja dan manajemen yang ditujukan untuk proses produksi dalam rangka menghasilkan output dan keberhasilannya tergantung pada kemampuan petani dalam pengolahannya.

3. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani selama proses produksi berlangsung sampai siap untuk digunakan dan dipasarkan. 4. Benih adalah bagian tanaman yang dipergunakan untuk tujuan

pertanaman yang berfungsi sebagai unit penyebaran tanaman secara alamiah yang dapat tumbuh menjadi tanaman tanpa campur tangan manusia, misalnya terbawa angin atau tersebar dengan perantaraan binatang.


(42)

5. Prapenangkar benih adalah seseorang atau lembaga yang melakukan kegiatan mendapatan benih sumber, menanamnya untuk menghasilkan calon benih, kemudian calon benih tersebut pedagang-pedagang pengoleh benih. Petani pekerja sama atau petani binaan termasuk dalam komponen perbenihan ini.

6. Penangkar benih adalah seseorang atau lembaga yang melakukan kegiatan mendapatkan benih sumber, menanamnya untuk menghasilkan calon benih atau jasa pengolah benih, kemudian menjual benih tersebut kepada pemakai benih atau pedagang benih secara langsung atau melalui penyalur benih.

7. Petani adalah konsumen atau pemakai benih yang temasuk dalam prapenangkar, penangkar atau yang membeli benih untuk tujuan produksi.

8. Penerimaan adalah besar hasil produksi yang diperoleh petani setelah panen dalam dua kali musim tanam.

9. Pendapatan usahatani adalah total jumlah hasil penerimaan dari usahatani padi sawah.

Batasan Operasional

1. Tempat penelitian adalah Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Deli Serdang.

2. Waktu penelitan adalah Tahun 2009.

3. Sampel penelitian ini adalah petani padi sawah yang ada di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Deli Serdang.


(43)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Luas dan Topografi Desa

Desa Melati II terletak di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 2.618 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Pantai Cermin Sebelah Selatan : Kecamatan Pergajahan Sebelah Timur : Kecamatan Teluk Mengkudu Sebelah Barat : Kecamatan Pagar Merbau

Desa ini berjarak 7 km dari pusat pemerintahan kecamatan Perbaungan dengan jarak tempuh 30 menit. Desa Melati II memiliki ketinggian tanah dari permukaan laut ± 0-65 meter.

Keadaan Penduduk

Penduduk Menurut Kelompok Usia

Penduduk Desa Melati II berjumlah 13.382 jiwa atau 2594 kepala Keluarga, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini:

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Melati II, Tahun 2006

Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0-5 1.557 0.11 6-12 1.775 0.13 13-16 1.952 0.14 17-59 6.774 0.50 60+ 1.356 0.10


(44)

Tabel 8 di atas menununjukkanjumlah penduduk Desa Melati II yang paling besar terdapat pada kelompok umur 17-59 yaitu sebanyak 6.774 jiwa.

Penduduk Menurut Mata Pencaharian.

Mata pencaharian penduduk Desa Melati II sangat bervariasi jenisnya, ada yang bekerja sebagai Pegawai Negeri, ABRI, Karyawan, Wiraswasta, Jasa, Tani, dan juga Buruh. Untuk mengetahui jelas mengenai mata pencaharian penduduk Desa Melati II dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Melati II, Tahun 2006

No. Mata Pencaharian

Jumlah (KK)

Persentase (%) 1 Pegawai Negeri/

ABRI/POLRI

80 0.009

2 Karyawan 797 0.098

3 Wiraswasta 937 0.11

4 Jasa 647 0.07

5 Petani 1.498 0.18

6 Buruh 2.059 0.25

7 Lainnya 2.085 0.25

Total 8.103 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Melati II, 2007

Tabel 9 menunjukkan bahwa mata pencaharian terbesar penduduk Desa Melati II adalah sebagai buruh yaitu sebesar 2.059 orang dan petani yaitu 1.498 orang.


(45)

Penggunaan Tanah

Luas dan penggunaan tanah di Desa Melati II dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini :

Tabel 10. Keadaan Tata Guna Lahan di Desa Melati II, Tahun 2006

No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)

1 Tanah Sawah 1852 70.74

2 Tanah Kering 333 12.71

3 Ladang/Tegal/Kebun Tanaman Rakyat

62 2.36

4 Perumahan 271 10.35

5 Lahan Non Pertanian 100 3.81

Total 2.618 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Melati II, 2007

Dari tabel 10 di atas diketahui bahwa penggunaan lahan yang paling luas adalah untuk lahan sawah seluas 1852 Ha yang ditanami dengan padi sawah.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin lengkap sarana dan prasarana maka akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Desa Melati II dapat dilihat pada tabel 11 berikut :


(46)

Tabel 11. Sarana dan Prasarana di Desa Melati II, Tahun 2006 No. Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit) 1 Sekolah

a. TK b. SD c. SLTP d. SMA e. SMK

f. Perguruan Tinggi

6 10 1 - - -

2 Fasilitas Kesehatan a. Rumah Sakit

b. Rumah Sakit Bersalin c. Puskesmas

d. Poliklinik e. Praktek Dokter

- 1 1 1 1 3 Tempat Peribadatan

a. Mesjid b. Surau/Langgar c. Gereja d. Pura e. Vihara 5 26 - - -

Sumber : Kantor Kepala Desa Melati II, 2007

Dari data pada tabel 11 dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di Desa Melati II ini sangat sederhana, khususnya sarana dan prasarana kesehatan. Sarana yang tersedia cukup baik adalah sarana keagamaan dan pendidikan.


(47)

Karakteristik Responden Penelitian

Sampel penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) kelompok yaitu pertama petani yang menggunakan benih yang bersumber dari pemerintah disingkat dengan PBP, kedua petani yang menggunakan benih yang bersumber dari penangkar disingkat dengan PBN dan ketiga petani yang menggunakan benih hasil panen sendiri disingkat dengan PBS. Untuk pembahasan selanjutnya yang digunakan adalah singkatan.

Karakteristik petani meliputi luas lahan, umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan seperti yang tertera pada tabel 12 :

Tabel 12. Rekapitulasi Karakteristik Petani Sampel Menurut Kelompok Benih Yang Digunakan Di Desa Melati II Tahun 2009

No Karakteristik

Sumber Benih

PBP PBN PBS

1 Luas Lahan

Rata-rata Range 0.46 0.2-1.0 0.58 0.2-1.4 0.68 0.3-1.4

2 Umur

Rata-rata Range 49.87 30-66 47.07 32-57 44.27 28-68

3 Tingkat Pendidikan

Rata-rata Range 6.60 0-12 7.40 6-12 9.20 0-12

4 Pengalaman Bertani

Rata-rata Range 20.33 4 -38 23.13 9-30 16.27 7-40

5 Jumlah Tanggungan

Rata-rata Range 3.47 2-6 4.07 3-6 4.07 3-6 Sumber : Data diolah dari Lampiran 1

Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa umur rata-rata petani PBP lebih tinggi dari petani PBN dan petani PBS namun masih berada dalam usia produktif sehingga dari segi fisik masih potensial dalam mengusahakan usahataninya.


(48)

Selanjutnya tingkat pendidikan rata-rata petani pada ketiga kelompok ternyata bervariasi dimana tingkat pendidikan rata-rata petani PBS adalah 9.20 (setingkat SLTP), sementara petani PBN dan petani PBP berturut-turut 7.40 tahun dan 6.60 tahun yang berarti setaraf dengan sekolah dasar (SD). Namun masih dijumpai petani sampel yang tidak berpendidikan yaitu petani yang berumur diatas 60 tahun.

Sementara luas lahan adalah rata-rata adalah petani PBS merupakan petani yang memiliki luas lahan lebih luas dari PBP dan PBN yaitu 0.68 Ha diikuti luas lahan yang dimiliki patani PBN dan PBP yaitu 0.58 Ha dan 48 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel termasuk petani yang memiliki lahan yang dengan kategori sedang untuk bertanam padi sawah.

Rata-rata jumlah tanggungan terlihat tidak terlalu berbeda antara petani PBP, PBN dan PBS dimana jumlah tanggungan PBP adalah 3.47 jiwa, sementara petani PBN dan PBS berturut-turut adalah 4.07 jiwa dan 4.07 jiwa. Jumlah ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan masih produktif dan dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses usaha tani padi sawah terutama dalam penyediaan tenaga kerja dalam keluarga.

Pengalaman rata-rata bertani terlihat perbedaan yang sangat mencolok diantara ketiga kelompok sampel. Dimana pengalaman bertani yang lebih lama adalah petani PBN dengan rata-rata 23.13 tahun, sementara PBP dan PBS berturut-turut adalah 20.33 tahun dan 16.27 tahun. Hal ini menunjukkan pengalaman bertani yang tinggi yang kemungkinan besar dapat mempengaruhi petani dalam mengembangkan usahatani padi sawahnya.


(49)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sumber Benih Padi Sawah yang Digunakan Petani di Daerah Penelitian Di daerah penelitian terdapat tiga jenis sumber benih yang digunakan oleh petani padi sawah yaitu sumber benih dari pemerintah, sumber benih dari penangkar dan sumber benih sendiri.

Untuk mengetahui lebih jelas ketiga sumber benih yang digunakan petani padi sawah tersebut maka dapat dilihat keterangan di bawah ini :

a.Sumber Benih dari Pemerintah

Salah satu sumber benih padi yang digunakan oleh petani padi sawah adalah benih yang dari pemerintah. Benih dari pemerintah ini tidak secara bebas didapatkan oleh petani, benih yang dari pemerintah diberikan hanya pada petani yang merupakan anggota kelompok tani saja. Benih padi yang dari pemerintah ini dibatasi pemberiaanya yaitu hanya 2 bungkus saja per petaninya dimana per bungkusnya diisi dengan berat 5 Kg yang diberi harga Rp.15.000/bungkus. Sehingga banyak petani yang kemudian membeli benih dari penangkar atau membuat benih sendiri untuk mencukupi kekurangan benih untuk lahan mereka. Petani biasa menyebut benih ini dengan benih berlabel.

b.Sumber Benih dari Penangkar

Sumber benih lain yang digunakan petani adalah benih dari penangkar yang petani beli dari kios tani. Jenis benih ini bernama benih serang yang dijual perbungkus dengan berat 5 Kg yang dijual dengan harga Rp.25.000. Petani lebih senang menggunakan benih ini karena benih ini bagus dan persediannya selalu mencukupi kebutuhan petani tanpa harus takut kehabisan.


(50)

c.Sumber Benih Sendiri

Dan benih lain yang digunakan petani adalah benih yang dibuat sendiri oleh petani yaitu dengan menyisihkan hasil panennya yang dijemur kering dan disemaikan sebelum ditanam sesuai dengan kebutuhan lahannya. Petani menggunakan benih sendiri dengan alasan tidak mengeluarkan biaya lagi akan tetapi produksi yang dihasilkan biasanya akan semakin rendah untuk panen berikutnya.

Untuk melihat jumlah dan persentase petani yang menggunakan benih dari pemerintah, penangkar dan benih sendiri dapat dilihat pada tabel 13 berikut : Tabel 13. Jumlah dan Persentase Petani Menurut Sumber Benih

Yang Digunakan Di Desa Melati II

No Sumber Benih Jumlah (KK) Persentase (%)

1 Pemerintah 374 24.96

2 Penangkar 599 39.98

3 Benih Sendiri 525 35.04

Jumlah 1498 100

Sumber : Pra Survey, 2008

Menurut tabel 13 petani yang menggunakan benih dari pemerintah adalah 24.96 %, petani yang menggunakana benih dari penangkar adalah 39.98 % dan petani yang menggunakan benih sendiri adalah 35.04 % sehingga dapat diketahui bahwa pengguna benih dari penangkar lebih banyak.

Banyak benih yang digunakan di daerah penelitian dibuat dengan perkiraan 50 Kg/Ha, sementara yang dianjurkan oleh dinas pertanian adalah 40Kg/Ha. Jumlah benih rata-rata yang digunakan menurut petani dapat dilihat pada tabel 14 berikut :


(51)

Tabel 14. Jumlah Rata-Rata Benih Yang Digunakan Per Petani

No Uraian

Sumber Benih

PBP PBN PBS

1 Luas lahan (Ha)

0.46 0.58 0.68

2 Jumlah Bibit Rata-Rata (Kg)

23 29 33

Sumber : Data diolah dari lampiran 3

Cara Petani Memperoleh Benih Padi Sawah Yang Digunakan

Setelah diketahui sumber benih yang digunakan oleh petani padi sawah yaitu sumber benih dari pemerintah, sumber benih dari penangkar dan sumber benih sendiri maka dapat diketahui bagaimana cara petani memperoleh ketiga jenis sumber benih padi ini, dimana terdapat perbedaan cara memperolehnya.

Untuk mengetahui lebih jelas cara memperoleh ketiga sumber benih yang digunakan petani padi sawah tersebut maka dapat dilihat keterangan di bawah ini : a. Benih dari Pemerintah

Benih dari Pemerintah diperoleh petani dari pengurus kelompok tani. Petani yang merupakan anggota kelompok tani biasanya dikumpulkan dalam balai desa untuk mengumumkan adanya subsidi benih padi dari Pemerintah. Setelah adanya pengumuman maka petani akan didata dan kemudian membagikan benih padi sesuai jatah yang telah ditentukan dengan menandatangani surat tanda terima benih.

b. Benih dari Penangkar

Benih dari penangkar diperoleh dengan membeli benih sesuai kebutuhan di kios tani. Kios tani yang ada di Desa melati II hanya satu akan tetapi mampu


(52)

mencukupi kebutuhan benih yang dibutuhkan oleh petani. Harga yang diberikan adalah Rp.25.000 per bungkusnya yang isinya 5 Kg.

c. Benih Sendiri

Benih sendiri tentunya dibuat oleh petani sendiri yaitu dengan cara menyisihkan sebagian hasil panen sesuai kebutuhan lahan yang biasanya di jemur kering yang disimpan sampai penanaman kembali tiba. Benih yang sudah dijemur kering disemaikan selama waktu yang dibutuhkan kemudian ditanam.

Perbedaan Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Berdasarkan Sumber Benih yang Digunakan

Kegiatan usaha tani padi sawah di semua daerah termasuk di daerah penelitian hampir sama yaitu mulai dari pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, dan panen, bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut diuraikan secara rinci di bawah ini.

Pembibitan

Biasanya benih yang akan ditanam disemaikan terlebih dahulu yaitu dilakukan uji benih yang baik dan layak disemaikan. Penentuan benih yang baik adalah dengan cara menyiapkan kaleng yang berisi air yang diberi larutan abu dapur dengan perbandingan 10 sampai dengan 12 bagian air dan 1 bagian abu dapur kemudian benih dimasukkan ke dalam campuran atau larutan air dan abu dapur dan diaduk. Setelah pengadukan dibiarkan kira-kira lima menit maka akan terlihat perbedaan benih dimana akan ada benih yang melayang atau mengapung yang berarti benih itu kurang baik untuk ditanam dan benih seperti ini harus dibuang sebab ada kemungkinan bercampur biji hampa atau berisi tetapi tidak


(53)

penuh. Sedangkan benih yang baik dan siap disemaikan adalah benih yang tenggelam dalam larutan abu dapur.

Setelah pemilihan benih yang baik maka akan dilakukan persemaian yang merupakan langkah selanjutnya sebelum bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya, sebab persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di sawah. Dalam persiapan lahan untuk persemaian yang perlu diperhatikan adalah tanah harus subur, cahaya matahari, pengairan dan pengawasan. Tanah yang subur diperlukan karena mengandung unsur hara yang mudah diserap akar sehingga membantu pertumbuhan benih dengan cepat. Sinar matahari diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit agar tetap sehat dan kuat. Sedangkan pengairan sangat dibutuhkan terutama untuk perkembangan semai. Dan pengawasan sangat dibutuhkan agar bibit tumbuh sesuai dengan harapan. Pembibitan memerlukan waktu 25 hari yang telah berdaun 5-7 helai dan tidak terserang hama dan penyakit. Tenaga kerja untuk pembibitan ini adalah satu orang tenaga kerja pria yang berasal dari dalam keluarga.

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh susunan tanah yang dikehendaki oleh tanaman. Didaerah penelitian petani mengolah lahannya dengan menggunakan jasa Jetor atau traktor. Petani mengupah pemilik jetor untuk mengolah lahannya selain upahnya standard petani juga tidak rugi tenaga untuk mencangkul lagi. Didaerah penelitian jetor diopersaikan oleh dua orang tenaga kerja pria dimana pembayaran


(54)

pengelolah lahan didasarkan kepada standard yang berlaku yaitu Rp.30.000/Rante atau Rp.75.000/Ha.

Penanaman

Dalam penanaman ada juga beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain yaitu cara tanam (sistem larikan), jarak tanam, jumlah tanaman tiap lubang, dan kedalaman menanam.

Penanaman bibit padi akan kelihatan rapi apabila dilakukan dengan sistem larikan yang biasanya menggunakan berupa tali atau bambu berpaku yang sekaligus dapat mengatur jarak tanam. Hal ini dilakukan adalah agar setiap tanaman memperoleh sinar matahari dan zat makanan secara merata serta memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan. Jarak tanam perlu diperhatikan adalah untuk memberikan jarak tumbuh agar ketika padi telah tumbuh semakin besar tidak saling berhimpit. Sementara jumlah tanaman tiap lubang perlu diperhatikan karena berpengaruh untuk pertumbuhan tanaman kelak dan biasanya bibit per lubangnnya antara 2-3 batang. Untuk kedalaman tanaman yang baik adalah 3-4 cm, hal ini perlu diperhatikan adalah karena bibit yang penanamannya terlalu dalam akan mengakibtkan pembusukan sedangkan untuk yang terlalu dangkal mengakibatkan perakakran yang tidak kuat sehingga padi mudah rebah.

Upah tenaga kerja dalam kegiatan penanaman dibayar sesuai dengan standard upah yang berlaku di daerah penelitian yaitu Rp.24.000/Rante atau Rp.600.000/Ha.


(55)

Penyiangan

Penyiangan adalah mencabut rumput-rumput yang tumbuh disekitar bibit padi yang telah ditanam. Penyiangan dilakukan dua kali yakni penyiangan pertama yang dilakukan pada saat padi di sawah telah berumur 3 minggu sedangkan penyiangan kedua adalah setelah padi berumur 6 minggu. Apabila penyiangan tidak dilakukan pada masa-masa pertumbuhan maka tanaman padi akan mendapatkan persaingan dalam memperoleh makanan sehingga membawa akibat produksi gabah merosot. Penyiangan dikerjakan oleh satu orang tenaga kerja pria dalam keluarga.

Dan untuk upah tenaga kerja untuk kegiatan ini tergantung dengan luas lahan yang diusahakannya sesuai dengan standard upah yang berlaku di daerah penelitian yaitu Rp.30.000/Rante atau Rp.750.000/Ha.

Pemupukan

Tujuan penggunaan pupuk adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan padi. Pupuk yang biasa digunakan petani di daerah penelitian adalah pupuk buatan (pupuk anorganik) yaitu Urea, NPK, SP 36, Pupuk Buah, TSP, dan KCL. Pupuk biasanya diberikan sebanyak 2-3 kali dalam periode tanaman padi yaitu pada saat padi sudah berumur 3-4 minggu dan tahap kedua setelah padi sudah berumur 6-8 minggu.

Sumber pupuk yang digunakan oleh petani di daerah penelitian juga berbeda-beda yaitu antara petani PBP dengan PBN dan PBS. Pupuk yang digunakan oleh PBP sebagaian berasal dari pemerintah yaitu pupuk subsidi yang dijatah terbatas. Pupuk dari pemerintah diberikan hanya kepada petani yang ikut menjadi anggota kelompok tani dimana jatah pupuk untu per petani adalah 2 sak


(56)

setiap jenisnya dengan harga Rp.75.000/sak sementara untuk kebutuhan pupuk yang kurang biasanya akan dibeli dari kios tani seperti petani PBN dan PBS yaitu dengan harga yang cukup mahal. Untuk urea Rp.380.000/sak, NPK Rp.500.000/sak, Sp 36 Rp.380.000/sak, pupuk buah Rp.150.000/sak, TSP Rp.350.000/sak dan KCL Rp.480.000/sak dimana setiap saknya memiliki berat 50 Kg.

Lama pemupukan biasanya tergantung luas lahan yang dimiliki oleh petani yaitu, setiap petani yang memiliki lahan 2-5 Rante pemupukannya hanya 1 hari, 5,5-13 Rante pemupukannya selama 2 hari, 13,5-19 Rante pemupukannya selam 3 hari, 19,5-25 Rante pemupukannya selama 4 hari dan 25,5-40 Rante pemupukannya selama 5 hari.

Pemberantasan Hama dan Penyakit

Dalam penanaman padi ditemukan beberapa gangguan dalam pertumbuhannya dan yang paling mengganggu adalah hama dan penyakit. Di daerah penelitian yang mengganggu adalah hama wereng yaitu hama yang menyerang batang padi dan daun padi dan untuk memberantas hama ini petani menggunakan racun sekor yang dibeli petani dari kios tani denga harga Rp.35.000/botol yang bervolume 100 cc per botolnya pada saat penelitian.

Pemberantasan hama ini dilakukan oleh tenaga kerja pria yang diupah berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu Rp.30.000/hari. Pemberantasan hama ini dilakukan dengan penyemprotan racun sekor dimana setiap lahan akan dikerjakan selama waktu yang berbeda-beda yaitu setiap petani yang memiliki lahan 2-5 Rante penyemprotannya hanya 1 hari, 5,5-13 Rante penyemprotannya selama 2 hari, 13,5-19 Rante penyemprotannya selam 3 hari, 19,5-25 Rante


(57)

penyemprotannya selama 4 hari dan 25,5-40 Rante penyemprotannya selama 5 hari.

Panen

Panen merupakan tahap akhir penanaman padi di sawah. Bila hasil yang diharapkan telah dicapai berarti buah padi cukup masak sudah siap untuk dipanen atau dipetik. Namun pemanenenan harus dilakukan pada waktu yang tepat karena berpengaruh pada jumlah dan mutu gabah dan berasnya.

Di daerah penelitian panen dilakukan cukup unik yaitu dengan sistem borongan oleh karen itu dalam satu hari panen dapat diselesaikan sampai lima luas lahan petani yang berbeda. Pemanen biasanya berjumlah 30-50 orang dimana sistem upah yang diberikan adalah 12 % dari setiap jumlah panen yang dihasilkan. Setiap hasil panen biasanya langsung dijual kepada agen padi dengan harga gabah Rp.2.800/Kg pada saat penelitian. Hasil panen biasanya langsung dijual kepada agen/pengusaha kilang/pedagang pengumpul oleh petani PBP dan PBN akan tetapi petani PBS biasanya mengambil antara 30-50 Kg dari hasil panen yang ditujuankan untuk membuat benih pada musim tanam berikutnya yang biasanya di keringkan dan disimpan untuk beberapa waktu.

Penanaman padi sawah di daerah penelitian dilakukan 2 kali dalam satu tahun yaitu musim tanam pertama pada bulan mei sampai dengan oktober sedang musim tanam kedua yaitu pada bulan desember sampai dengan april dimana pada prinsip pengolahannya sama namun dalam penelitian ini hannya menganalisis satu musim tanam saja.

Gambaran produksi, penerimaan dan pendapatan bersih usaha tani menurut sumber benih yang digunakan dapat dilihat pada tabel 14 berikut :


(58)

Tabel 15. Rata-rata Jumlah Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Bersih Usahatani Padi Sawah Petani Menurut Sumber Benih Yang Digunakan Di Desa Melati II Tahun 2009

No Uraian

Sumber Benih

PBP PBN PBS

1 Produksi

Rata-rata Range 3363.33 1.500-7.050 4240.00 1.500-10.250 3351.33 1.500-6.750 2 Produktivitas

Rata-rata Range 7345 7000-7500 7316 6583-7500 4947 4786-5000

3 Penerimaan

Rata-rata Range 9.417.333.33 4.200.000-19.740.000 11.872.000 4.200.000-28.700.000 9.383.733.33 4.200.000-18.900.000

4 Pendapatan

Rata-rata Range 6.235.466.66 2.891.000- 12.445.000 6.204.566.66 2.2291.000-12.599.000 1.786.100 566.000-3.451.500 Sumber : Data diolah dari lampiran 7 dan 8

Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa produksi rata-rata yang diperoleh oleh petani menurut sumber benih yang digunakan berbeda-beda. Produksi yang dihasilkan oleh petani PBN lebih tinggi dari petani PBP dan PBS dengan perbedaan yang tidak terlalu besar.

Produktivitas rata-rata adalah petani yang paling tinggi adalah produktivitas petani PBP kemudian berturut PBN dengan PBS, sehingga dapat dilihat perbedaan produktivitas yang besar antara ketiga sumber benih yang digunakan.

Sementara untuk penerimaan yang diperoleh tiap petani juga jelas terlihat berbeda. Penerimaan yang diperoleh petani PBN lebih banyak dibandingkan dengan petani PBP dan PBS.

Sedangkan untuk pendapatan yang diperoleh lebih tinggi petani PBP dibandingkan petani PBN dan PBS dan sangat terlihat jelas bahwa petani PBS lebih rendah pendapatan bersihnya.


(59)

Untuk lebih jelasnya, perbandingan produktivitas dan pendapatan usahatani padi sawah dengan penggunaan berbagai sumber dapat dilihat di bawah ini :

a.Perbedaan Produktivitas Berdasarkan Sumber Benih yang Digunakan

Perbedaan produktivitas dipengaruhi oleh benih yang digunakan, akan tetapi selain pengaruh benih pengaruh lain yang biasanya menimbulkan perbedaan produktivitasnya adalah cara perawatannya yaitu waktu dan cara mengelolanya dan juga kesuburan tanahnya.

Berikut hasil analisis perbedaan produktivitas berdasarkan sumber benih yang digunakan.

Tabel 16. Hasil Analisis Perbedaan Produktivitas Per Musim Tanam Berdasarkan Sumber Benih yang Digunakan

Mean Std.Deviation Std.Error

Mean

t Sig.

(2-tailed)

Keterangan

Produktivitas Benih Pemerintah

7345.2000 187.62889 48.44557 151.618 .000 Nyata Produktivitas

Benih Penangkar

7316.1333 284.02964 73.33614 99.762 .000 Nyata Produktivitas

Benih Sendiri

4946.6667 78.62993 20.30216 243.652 .000 Nyata

Sumber : Data diolah dari lampiran 10

Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata perbedaan produktivitas maka dilakukan perbandingan Sig(2-tailed) dengan α, Sig(2tailed) (.000) < α (0.05), maka H0 ditolak. Secara uji statistik ada perbedaan yang nyata antara produktivitas petani yang menggunakan benih dari pemerintah, penangkar dan sendiri. Sehingga Hipotesis 1 dapat diterima yang menyatakan bahwa ada perbedaan produktivitas dengan penggunaan benih dari pemerintah, penangkar dan sendiri di daerah penelitian.


(60)

b.Perbedaan Pendapatan Berdasarkan Sumber Benih yang Digunakan

Perbedaan pendapatan dipengaruhi oleh benih yang digunakan, akan tetapi selain pengaruh benih pengaruh lain yang biasanya menimbulkan perbedaan pendapatannya adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani.

Berikut hasil analisis perbedaan pendapatan berdasarkan sumber benih yang digunakan.

Tabel 17. Hasil Analisis Perbedaan pendapatan Per Musim Tanam Berdasarkan Sumber Benih yang Digunakan

Mean Std.Deviation Std.Error

Mean

t Sig.

(2-tailed)

Keterangan

Pendapatan Benih Pemerintah

6235467 2525789.236 652156.0 9.561 .000 Nyata Pendapatan Benih

Penangkar

6204567 2972177.057 767412.8 8.085 .000 Nyata Pendapatan Benih

Sendiri

1786100 794982.64132 205263.6 8.701 .000 Nyata

Sumber : Data diolah dari lampiran 11

Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata perbedaan pendapatan maka dilakukan perbandingan Sig(2-tailed) dengan α, Sig(2tailed) (.000) < α (0.05), maka H0 ditolak. Secara uji statistik ada perbedaan yang nyata antara pendapatan petani yang menggunakan benih dari pemerintah, penangkar dan sendiri. Sehingga Hipotesis 2 diterima yang menyatakan bahwa ada perbedaan pendapatan dengan penggunaan benih dari pemerintah, penangkar dan sendiri di daerah penelitian.


(61)

Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Padi Sawah Dalam Memperoleh Benih

Di daerah penelitian terdapat tiga jenis sumber benih yang digunakan oleh petani padi sawah yaitu sumber benih dari pemerintah, sumber benih dari penangkar dan sumber benih sendiri. Dalam memperoleh benih tersebut ada beberapa masalah berbeda yang dihadapi oleh masing-masing petani pengguna benih padi sawah.

Untuk mengetahui lebih jelas masalah-masalah dalam memperoleh ketiga sumber benih yang digunakan petani padi sawah tersebut maka dapat dilihat keterangan di bawah ini :

a.Benih Padi Dari Pemerintah

Masalah yang dihadapi petani dalam memperoleh benih dari pemerintah hampir tidak ada. Karena setelah pendataan yang dilakukan oleh pengurus kelompok tani petani langsung menerima jatah benih yang telah ditentukan dengan hannya menandatangani surat tanda terima. Masalah yang dihadapi adalah ketidakcukupan benih yang diterima dengan lahan yang dimiliki, karena benih yang dari pemerintah dibatasi yaitu hanya 2 bungkus per petani dengan bobot per bungkusnya 5 Kg.

b. Benih Sendiri

Petani yang menggunakan benih sendiri tidak mendapatkan masalah dalam perolehan benih karena mereka sendiri yang membuat benih yang mereka butuhkan sehingga tidak ada masalah yang didapati. Hanya saja produksi yang dihasilkan tiap musim tanamnya akan semakin rendah dari tahun ke tahun.


(62)

Upaya-Upaya Yang Dilakukan Petani padi Sawah Untuk Menghadapi Masalah dalam Memperoleh Benih

Di daerah penelitian terdapat tiga jenis sumber benih yang digunakan oleh petani padi sawah yaitu sumber benih dari pemerintah, sumber benih dari penangkar dan sumber benih sendiri. Dalam memperoleh benih tersebut ada beberapa masalah yang dihadapi oleh petani akan tetapi ada juga upaya-upaya yang dilakukan untuk menghadapi masalah-masalah tersebut.

Untuk mengetahui lebih jelas upaya-upaya apa yang dilakukan untuk menghadapi masalah-masalah dalam memperoleh ketiga sumber benih yang digunakan petani padi sawah tersebut maka dapat dilihat keterangan di bawah ini : a. Benih Dari Pemerintah

Upaya untuk kekurangan benih petani membeli benih dari penangkar sesuai dengan kekurangan benih yang dibutuhkan.

b. Benih Sendiri

Untuk meningkatkan produksi yang semakin menurun adalah dengan melakukan pengolahan yang lebih intensif dan pemupukan yang lebih tinggi dari pada penggunaan sumber benih yang lain.


(63)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Sumber-sumber benih yang digunakan oleh petani padi sawah di Desa Melati II adalah sumber benih dari Pemerintah, sumber benih dari Penangkar dan sumber benih Sendiri.

2. Petani padi sawah yang menggunakan benih dari pemerintah memperoleh benih dari kelompok tani yang dimana mereka menjadi anggota kelompok tani tersebut, petani yang menggunakan benih dari penangkar memperoleh benih dari kios tani yang ada di Desa Melati II, dan petani yang menggunakan benih sendiri memperoleh benih dari hasil buatannya sendiri yaitu dengan menyisihkan hasil panennya yang dijemur sampai betul-betul kering yang disimpan sampai musim tanam tiba.

3. Perbandingan produktivitas antara benih pemerintah, penangkar dan benih sendiri adalah dengan rata-rata 7345, 7316 dan 4947, dimana produktivitas paling tinggi adalah produktivitas benih dari pemerintah dan yang paling rendah adalah benih sendiri.

4. Perbandingan pendapatan antara petani pengguna benih dari pemerintah, penangkar dan sendiri adalah dengan rata-rata Rp.6.235.466.67, Rp.6.204.566.67 dan Rp.1.786.100, dimana pendapatan paling tinggi adalah pendapatan petani yang menggunakan benih dari pemerintah dan yang paling rendah adalah petani yang menggunakan benih sendiri.

5. Masalah yang dihadapi petani padi sawah dalam memperoleh benih padi tidak ada.


(64)

6. Upaya-upaya yang dilakukan oleh petani dalam menyelesaikan masalah-masalah perolehan benih tidak ada karena masalah-masalah yang dihadapi juga tidak ada.

Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah : a. Kepada Pemerintah

Diharapkan kepada pemerintah agar memberikan ketetapan subsidi benih padi setiap musim tanam sesuai dengan kebutuhan lahan yang dimiliki oleh petani dengan harga terjangkau.

b. Kepada Petani

Disarankan kepada petani sebaiknya menggunakan benih berlabel saja agar produktivitas yang dihasilkan tinggi.

c. Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti faktor-faktor apa yang menyebabkan tidak semua petani masuk menjadi anggota kelompok tani padahal bantuan yanng diberikan lumayan banyak termasuk subsidi benih yang dari pemerintah.


(1)

b.Perbedaan Pendapatan Berdasarkan Sumber Benih yang Digunakan

Perbedaan pendapatan dipengaruhi oleh benih yang digunakan, akan tetapi

selain pengaruh benih pengaruh lain yang biasanya menimbulkan perbedaan

pendapatannya adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani.

Berikut hasil analisis perbedaan pendapatan berdasarkan sumber benih

yang digunakan.

Tabel 17. Hasil Analisis Perbedaan pendapatan Per Musim Tanam Berdasarkan Sumber Benih yang Digunakan

Mean Std.Deviation Std.Error

Mean

t Sig.

(2-tailed)

Keterangan

Pendapatan Benih Pemerintah

6235467 2525789.236 652156.0 9.561 .000 Nyata

Pendapatan Benih Penangkar

6204567 2972177.057 767412.8 8.085 .000 Nyata

Pendapatan Benih Sendiri

1786100 794982.64132 205263.6 8.701 .000 Nyata

Sumber : Data diolah dari lampiran 11

Berdasarkan hasil analisis uji beda rata-rata perbedaan pendapatan maka

dilakukan perbandingan Sig(2-tailed) dengan α, Sig(2tailed) (.000) < α (0.05), maka H0 ditolak. Secara uji statistik ada perbedaan yang nyata antara pendapatan

petani yang menggunakan benih dari pemerintah, penangkar dan sendiri. Sehingga

Hipotesis 2 diterima yang menyatakan bahwa ada perbedaan pendapatan dengan penggunaan benih dari pemerintah, penangkar dan sendiri di daerah penelitian.


(2)

Masalah-Masalah Yang Dihadapi Petani Padi Sawah Dalam Memperoleh Benih

Di daerah penelitian terdapat tiga jenis sumber benih yang digunakan oleh

petani padi sawah yaitu sumber benih dari pemerintah, sumber benih dari

penangkar dan sumber benih sendiri. Dalam memperoleh benih tersebut ada

beberapa masalah berbeda yang dihadapi oleh masing-masing petani pengguna

benih padi sawah.

Untuk mengetahui lebih jelas masalah-masalah dalam memperoleh ketiga

sumber benih yang digunakan petani padi sawah tersebut maka dapat dilihat

keterangan di bawah ini :

a. Benih Padi Dari Pemerintah

Masalah yang dihadapi petani dalam memperoleh benih dari pemerintah

hampir tidak ada. Karena setelah pendataan yang dilakukan oleh pengurus

kelompok tani petani langsung menerima jatah benih yang telah ditentukan

dengan hannya menandatangani surat tanda terima. Masalah yang dihadapi adalah

ketidakcukupan benih yang diterima dengan lahan yang dimiliki, karena benih

yang dari pemerintah dibatasi yaitu hanya 2 bungkus per petani dengan bobot per

bungkusnya 5 Kg.

b. Benih Sendiri

Petani yang menggunakan benih sendiri tidak mendapatkan masalah dalam

perolehan benih karena mereka sendiri yang membuat benih yang mereka

butuhkan sehingga tidak ada masalah yang didapati. Hanya saja produksi yang

dihasilkan tiap musim tanamnya akan semakin rendah dari tahun ke tahun.


(3)

Upaya-Upaya Yang Dilakukan Petani padi Sawah Untuk Menghadapi Masalah dalam Memperoleh Benih

Di daerah penelitian terdapat tiga jenis sumber benih yang digunakan oleh

petani padi sawah yaitu sumber benih dari pemerintah, sumber benih dari

penangkar dan sumber benih sendiri. Dalam memperoleh benih tersebut ada

beberapa masalah yang dihadapi oleh petani akan tetapi ada juga upaya-upaya

yang dilakukan untuk menghadapi masalah-masalah tersebut.

Untuk mengetahui lebih jelas upaya-upaya apa yang dilakukan untuk

menghadapi masalah-masalah dalam memperoleh ketiga sumber benih yang

digunakan petani padi sawah tersebut maka dapat dilihat keterangan di bawah ini :

a. Benih Dari Pemerintah

Upaya untuk kekurangan benih petani membeli benih dari penangkar

sesuai dengan kekurangan benih yang dibutuhkan.

b. Benih Sendiri

Untuk meningkatkan produksi yang semakin menurun adalah dengan

melakukan pengolahan yang lebih intensif dan pemupukan yang lebih tinggi dari


(4)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Sumber-sumber benih yang digunakan oleh petani padi sawah di Desa

Melati II adalah sumber benih dari Pemerintah, sumber benih dari

Penangkar dan sumber benih Sendiri.

2. Petani padi sawah yang menggunakan benih dari pemerintah memperoleh

benih dari kelompok tani yang dimana mereka menjadi anggota kelompok

tani tersebut, petani yang menggunakan benih dari penangkar memperoleh

benih dari kios tani yang ada di Desa Melati II, dan petani yang

menggunakan benih sendiri memperoleh benih dari hasil buatannya sendiri

yaitu dengan menyisihkan hasil panennya yang dijemur sampai betul-betul

kering yang disimpan sampai musim tanam tiba.

3. Perbandingan produktivitas antara benih pemerintah, penangkar dan benih

sendiri adalah dengan rata-rata 7345, 7316 dan 4947, dimana produktivitas

paling tinggi adalah produktivitas benih dari pemerintah dan yang paling

rendah adalah benih sendiri.

4. Perbandingan pendapatan antara petani pengguna benih dari pemerintah,

penangkar dan sendiri adalah dengan rata-rata Rp.6.235.466.67,

Rp.6.204.566.67 dan Rp.1.786.100, dimana pendapatan paling tinggi

adalah pendapatan petani yang menggunakan benih dari pemerintah dan

yang paling rendah adalah petani yang menggunakan benih sendiri.

5. Masalah yang dihadapi petani padi sawah dalam memperoleh benih padi

tidak ada.


(5)

6. Upaya-upaya yang dilakukan oleh petani dalam menyelesaikan

masalah-masalah perolehan benih tidak ada karena masalah-masalah yang dihadapi juga

tidak ada.

Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan adalah :

a. Kepada Pemerintah

Diharapkan kepada pemerintah agar memberikan ketetapan subsidi benih

padi setiap musim tanam sesuai dengan kebutuhan lahan yang dimiliki

oleh petani dengan harga terjangkau.

b. Kepada Petani

Disarankan kepada petani sebaiknya menggunakan benih berlabel saja

agar produktivitas yang dihasilkan tinggi.

c. Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar meneliti faktor-faktor apa

yang menyebabkan tidak semua petani masuk menjadi anggota kelompok

tani padahal bantuan yanng diberikan lumayan banyak termasuk subsidi


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 2003, Tehnik Bercocok Tanaman Padi, Kanisius, Yogyakarta.

Aak, 2006, Budidaya Tanaman Padi, Kanisius, Yogyakarta.

HR., Sugeng, 2001, Bercocok Tanamnan Padi, Aneka Ilmu, Semarang.

Kartasapoetra, Ance, G., Ir., 2003, Tehnologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum, Rineka Cipta, Jakarta.

Kotler, Philip., 2003, Manajemen Pemasaran, Edisi Ketigabelas, Indeks, Jakarta.

Kotler, Philip., 2004, Manajemen Pemasaran Milenium, Indeks, Jakarta.

Mugnisjah, D., Wahyu, Dr., Ir., dan Setiawan, Asep, Ir., 1995, Pengantar Produksi Benih Padi, PT.Raja Grafindo pernada, Jakarta.

Paulina, S., Tingkat Produktivitas, Indeks, Jakarta.

Pitojo, Setijo, Ir., 2003, Bertanam Padi Sawah Tabela, Penebar Swadaya, Jakarta.

Prasetyo, YT, 2003, Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sadjad, Syamsoe’oed, 1993, Dari Benih Kepada Benih, PT Grafindo, Jakarta.

Soekartawi, 1995, Analisis Usaha Tani, UI-Press, Jakarta.

Soekartawi, 2002, Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian, Teori dan Aplikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sudiyono, A., 2004, Pemasaran Pertanian, UMU-Press, Malang.

Suparyono, Dr.,Ir., dan Setyono Agus, Dr., Ir., 1997, Mengatasi permasalahan Budidaya padi, Penebar Swadaya, Jakarta.

Wirawan, Baran dan Wahyuni, Sri., 2002, Memproduksi Benih Bersertifikat, Penebar Swadaya, Jakarta.

Www.Dewan Produktivitas Nasional.Com., 2008.