Pengaruh Dana Alokasi Umum,Belanja Langsung Dan Sumber Daya Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan Sebagai Variable Pemoderasistudi Kasus Di Kota Medan Tahun 2010-2014)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian
Dalam Undang-Undang No 22Tahun 1999 tentang Daerah yang kemudian
direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang lebih
luas untuk mengurus rumah tangganya dengan mengurangi peran pemerintah
pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak dan kewenangan yang luas untuk
menggunakan sumber-sumber keuangan yang dimilikinya sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang berkembang di daerahnya. Dalam UU
tersebut menyebutkan dengan tegas bahwa daerah memiliki kewenangan untuk
menentukan alokasi sumber daya kedalam belanjabelanja dengan menganut asas
kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah (Nugroho, 2009)
Menurut

Sipahutar

(2013)

otonomi


daerah

mengatur

kebijakan

pengelolaan Keuangan Negara yang semula sentralistik menjadi desentralisasi.
Desentralisasi Fiskal di Indonesia dilakukan dengan pemberian diskresi belanja
daerah yang luas dengan didukung oleh pendanaan transfer dari pusat ke Daerah.
Amanat itu tertuang dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan daerah. Desentralisasi fiskal
diarahkan untuk mewujudkan alokasi sumber daya Nasional yang efisien melalui
hubungan keuangan pusat dan daerah yang transparan dan akuntabel melalui
instrumen yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) untuk mengurangi
horizontal imbalance, Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH).

Universitas Sumatera Utara

Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana yang berasal dari APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang dialokasikan untuk pemerataan

kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. PP Nomor 104 tahun 2000 menyatakan
bahwa pembagian DAU kepada seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia
berdasarkan bobot dari masing-masing daerah, yang ditetapkan berdasarkan atas
kebutuhan wilayah otonomi daerah dan potensi ekonomi daerah. Pemerintah
daerah cenderung memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bantuan
Pemerintah Pusat dan menganggarkan peningkatan Belanja yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan PAD.
DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiscal suatu daerah yang
merupakan selisih antar kebutuhan daerah dan potensi daerah. Pembangunan
sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada
pertumbuhan ekonomi. Dengan ditambahkannya infrastruktur dan perbaikan
struktur yang ada oleh pemerintah daerah diharapkan akan memacu pertumbuhan
ekonomi daerah.
Penglokasian Dana Alokasi Umum pemerintah pusat ke pemerintah
daerah kabupaten/kota diperuntukan untuk pemerataan kemampuan keuangan
dalam mendanai setiap kebutuhan daerah kabupaten/kota dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Pengelolaan DAU juga perlu memperhatikan
mengenai sejauh mana aspirasi masyarakat dapat terserap dengan mekanisme
pengelolaan yang tepat dan trasnparan Kebijakan umum pengelolaan keuangan

daerah, dikelola berdasarkan pendekatan kinerja yaitu pengelolaan angaran yang

Universitas Sumatera Utara

mengutamakan pencapaian out come dari alokasi biaya atau input yang telah
ditetapkan

dengan

memperhatikan

kondisi

semua

komponen

keuangan

(Leode,2009).

Belanja Modal atau belanja langsung merupakan belanja Pemerintah
Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset
atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin
seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja
modal digunakan untuk memperoleh aset tetap pemerintah daerah seperti
peralatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya.
Vegirawaty, (2012) Menurut Permendagri No 13 tahun 2006, Belanja
Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Program merupakan penjabaran kebijakan
SKPD dalam bentuk upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan
menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur
sesuai dengan misi SKPD. Kegiatan adalah bagian dari program yang
dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari
pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan
tindakan pengerahan sumber daya seperti sumber daya manusia, barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau
kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan(input) untuk menghasilkan
keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. Sasaran (target) adalah hasil yang
diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan


Universitas Sumatera Utara

Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa;
dan belanja modal. Belanja pegawai untuk pengeluaran honorarium/upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Belanja barang dan
jasa merupakan pengeluaran untuk pembelian/pengadaan barang yang nilai
manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan
barang dan/atau pemakaian jasa mencakup belanja barang pakai habis, bahan/
material,

jasa

kantor,

premi

asuransi,

perawatan


kendaraan

bermotor,

cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa sarana mobilitas,
sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor, makanan dan minuman,
pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus dan hari-hari tertentu,
perjalanan dinas,perjalanan dinas pindah tugas dan pemulangan pegawai
Strategi alokasi belanja daerah memainkan peranan yang tidak kalah
penting

guna

meningkatkan

penerimaan

daerah.


Dalam

upaya

untuk

meningkatkan kontribusi publik terhadap penerimaan daerah, alokasi belanja
modal hendaknya lebih ditingkatkan. Belanja Modal yang dilakukan oleh
pemerintah daerah diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan,
kesehatan, transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari
pembangunan daerah. Oleh karena itu, anggaran belanja daerah akan tidak logis
jika proporsi anggarannya lebih banyak untuk belanja rutin (Abimanyu, 2005).
Semakin banyak pendapatan yang dihasilkan oleh daerah, baik dari DAU maupun
pendapatan asli daerah sendiri, daerah akan mampu memenuhi dan membiayai
semua keperluan yang diharapkan oleh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah daerah mengalokasikan anggaran belanja modalnya didalam
APBD untuk melaksanakan rencana pembangunan didaerah dalam bentuk

proyekproyek dan berbagai sektor pembangunan dengan tujuan untuk melakukan
investasi dan diharapkan benar-benar langsung menyentuh sektor ekonomi
produktif masyarakat dan pertumbuhan ekonomi didaerah, APBD merupakan
instrument kebijakan yang dijalankan pemerintah daerah untuk menentukan arah
dan tujuan pembanguanan. Instrumen ini diharapkan berfungsi sebagai salah satu
komponen pemicu tumbuhnya perekonomian suatu daerah. Pengalokasian dana
belanja modal untuk kesejahteraan khususnya dibidang pendidikan, diharapkan
lebih besar untuk kemajuan daerah dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Pertumbuhan ekonomi adalah merupakan indikator yang sangat penting
untuk mengetahui dan mengevaluasi hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh
suatu negara khususnya dalam bidang ekonomi. Adanya data pertumbuhan
ekonomi akan menunjukkan sejauhmana kinerja pemerintah pada berbagai sektor
ekonomi dalam menghasilkan nilai tambah atau pendapatan masyarakat pada
suatu periode tertentu. Adanya pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya
peningkatan kinerja perekonomian dan sebaliknya bila negatife berarti adanya
penurunan kinerja perekonomian
Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian
akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan
domestik Bruto (PDB) yang mencerminkan jumlah nilai tambah yang dihasilkan

oleh seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian (Susanti dkk, 2000:23).

Universitas Sumatera Utara

Dalam konsep perencanaan pembangunan, tersedianya dana untuk
pembangunan, alokasi dana yang merata dan tepat sasaran, pengelolaan
sumbersumber pendapatan secara optimal, serta efisiensi dan efektivitas
penggunaan anggaran belanja merupakan beberapa hal pokok yang harus selalu
diprioritaskan. Untuk mewujudkan kemandirian daerah, maka setiap tahunnya
Pemerintah Pusat mengalokasikan transfer dana ke daerah-daerah di seluruh
Indonesia dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian.
Transfer dana dari Pemerintah Pusat tersebut diharapkan dapat memacu
Pemerintah Daerah untuk mencapai kemandiriannya dalam pelaksanaan tugas
tugas pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.
Kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan
struktur APBD, Pelaksanaan APBD, Perubahan APBD, Pengelolaan Kas,
Penatausahaan Keuangan Derah, Akuntansi Keuangan Daerah, Pertanggung
jawaban pelaksanaan APBD, Pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan

daerah, kerugian daerah dan pengelolaan keuangan BLUD
Dalam proses pengelolaan keuangan pemerintah, tahap penganggaran
menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi
pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. Dalam
rangka pertanggungjawaban publik, pemerintah daerah harus melakukan
optimalisasi anggaran yang dilakukan secara ekonomis, efisien, dan efektif (Value
for Money) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengalaman

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa manajemen keuangan daerah masih memprihatinkan.
Anggaran daerah, khususnya belanja daerah belum mampu berperan sebagai
insentif dalam mendorong laju pembangunan di daerah. Di sisi lain banyak
ditemukan pengalokasian anggaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan skala
prioritas dan kurang mencerminkan aspek ekonomis, efisiensi, dan efektivitas,
karena kualitas perencanaan anggaran daerah relatif lemah.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu daerah. Dimana pembanguna yang dilakukan
pemerintah daerah dapat tepat sasaran maka Pertumbuhan ekonomi akan
mengalami peningkatan. Bila pertumbuhan ekonomi daerah meningkat maka

tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga produktifitasnya pun semakin tinggi
sehingga pengangguran berkurang dan kemiskinan pun akan turun.
Todaro dan Stephen C. Smith, (2006) juga mengatakan bahwa
Pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu syarat tercapainya pembangunan
ekonomi, namun yang perlu diperhatikan tidak hanya angka statistik yang
menggambarkan laju pertumbuhan, namun lebih kepada siapa yang menciptakan
pertumbuhan ekonomi tersebut, apakah hanya segelintir orang atau sebagian besar
masyarakat. Jika hanya segelintir orang yang menikimati maka pertumbuhan
ekonomi tidak mampu mereduksi kemiskinan dan memperkecil ketimpangan,
sebaliknya

jika

sebagian

besar

turut

berpartisipasi

dalam peningkatan

pertumbuhan ekonomi maka kemiskinan dapat direduksi dan gap antara orang
kaya dan orang miskin dapat diperkecil.

Universitas Sumatera Utara

Dengan kewenangan yang dimiliki oleh daerah diharapkan akselerasi
pembangunan dapat tercapai, dimana skala prioritas pembangunan baik
infrastruktur dapat direncanakan, diprogramkan dan dilaksanakan sendiri oleh
daerah yang bersangkutan. Dengan demikian penggalian potensi daerah dapat
dioptimalkan yang pada gilirannya roda perekonomian suatu daerah dapat
berputar dan berkembang dengan baik.
Fenomena yang terjadi pada kota Medan sejak diterbitkannya Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah beserta rangkaian regulasi
yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah bahwa kota
Medan dihadapkan pada berbagai kendala dalam pencapaian pertumbuhan
ekonominya meliputi realisasi pendapatan maupun belanjanya
Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian daerah
dimana pemerintah daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri sesuai
aspirasi masyarakat. Kemandirian suatu daerah ditandai dengan adanya
peningkatan

yang

cukup

signifikan

dalam

pengelolaan

sumber-sumber

pendapatan daerah dan teralokasinya pendapatan tersebut kedalam realisasi
belanja program dan kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu ada beberapa
indikator untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi meliputi

Realisasi Dana

Alokasi Umum (DAU) dan Belanja Modal yang diperuntukkan bagi
pembangunan sarana/prasarana dan infrastruktur.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Dana Alokasi Umum, Belanja Langsung dan
Sumber Daya Manusia terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan
Sebagai Variabel Moderating di Kota Medan ”.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang hendak diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah dana alokasi umum, sumber daya manusia dan belanja langsung
berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap pertumbuhan ekonomi
dengan kemiskinan sebagai variabel moderating
2. Apakah

variabel

kemiskinan

sebagai

variabel

moderating

dapat

memoderasi pengaruh dana alokasi umum, sumber daya manusia dan
Belanja langsung pertumbuhan ekonomi di kota Medan ?

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis apakah dana alokasi umum, sumber daya manusia
dan belanja langsung berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan sebagai variabel moderating
2. Untuk menganalisis apakah variabel kemiskinan sebagai variabel
moderating dapat memoderasi pengaruh dana alokasi umum, sumber daya
manusia dan Belanja langsung pertumbuhan ekonomi di kota Medan

Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada pihak-pihak

yang membutuhkan, yaitu:
1. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kepada peneliti tentang pengaruh Dana Alokasi Umum, sumber
daya manusia dan belanja langsung

terhadap pertumbuhan ekonomi

dengan kemiskinan sebagai variabel moderating di kota Medan
2. Bagi pemerintah daerah dalam hal ini Pemko Medan agar dapat membuat
kebijakan di masa yang akan datang dalam peningkatan pertumbuhan
ekonomi kota
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan sumber informasi
dalam melakukan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5