Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Era globalisasi dan pasar terbuka menuntut dikembangkannya suatu sistem
dan paradigma baru dalam pengelolaan perusahaan. Good Corporate Governance
(GCG) atau yang lebih umum dikenal dengan tata kelola perusahaan yang baik
muncul sebagai salah satu pilihan yang bukan saja menjadi formalita namun suatu
sistem nilai dan best practices yang sangat fundamental bagi peningkatan nilai
perusahaan.
Sebagai suatu sistem, GCG memang merupakan suatu perangkat yang
ideal karena didalamnya terkandung tata kelola perusahaan yang baik termasuk
kode etik yang dijalankan perusahaan dalam berbisnis. Secara teoritis, praktik
GCG dapat meningkatkan nilai (value) perusahaan dengan meningkatkan kinerja
keuangan, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh pengurus dengan
keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri. Dan umumnya good
corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor, Tricker (1994)
dalam Tjager (2003). Namun, sebaliknya good corporate governance yang buruk
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan tersebut.
Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (GCG) merupakan suatu
langkah perusahaan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perusahaan. Pada

dasarnya penerapan GCG bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

13
Universitas Sumatera Utara

menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan. Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) memiliki beberapa hal yang menjadi dasar
pelaksanaan yaitu prinsip, tujuan, struktur dan proses. Penetapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (GCG) memiliki beberapa prinsip yang bersifat mendasar
yaitu

transparansi,

kemandirian,

akuntabilitas,

pertanggungjawaban

dan


kewajaran. Prinsip transparansi ini pada hakekatnya adalah keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan, mengemukakan informasi yang
material dan relevan. Prinsip kemandirian memiliki makna bahwa perusahaan
dikelola secara profesional untuk mencapai tujuan tanpa ada benturan dan paksaan
dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Akuntabilitas bertujuan agar setiap proses pengambilan keputusan ataupun kinerja
masing-masing pelaku bisnis dalam perusahaan dapat dimonitor dan dinilai, dan
dikritisi. Prinsip pertanggungjawaban harus dipedomani oleh pelaku binis
perusahaan. Prinsip kewajaran merupakan suatu aturan yang jelas mengenai
perlakuan pengelola perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan,
mencakup hak dan kewajiban serta pola hubungannyadengan yang bersangkutan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sitompul (2008) didalam
penelitiannya menggunakan sampel sebanyak 30

kuisioner. Penelitian ini

menggunakan variabel bebas yaitu Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan
Internal (SPI) dan variabel terikat yaitu pelaksanaan Good Corporate
Governance. Sitompul menyatakan bahwa Peranan Biro SPI ternyata berpengaruh

terhadap pelaksanaan GCG. Biro SPI bukanlah satu-satunya bagian yang turut
ambil bagian dalam pelaksanaan GCG, karena pelaksanaan GCG harus

14
Universitas Sumatera Utara

melingkupi seluruh aspek perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh
Radjagukguk, Ramantha, dan Mimba (2014) didalam penelitiannya menggunakan
metode kuisioner yang dilakukan pada PT Pengembangan Pariwisata Bali
(Persero). Penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu pengawasan intern dan
komite audit, sedangkan variabel terikatnya adalah good corporate governance.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa SPI secara mandiri tidak berpengaruh
terhadap pelaksanaan GCG, artinya efektifitas peran SPI tidak berhubungan
langsung dengan penerapan GCG.
Munculnya Good Corporate Governance mulai dikenal karena sering
diwacanakan

seiring

meningkatnya


kesadaran

masyarakat,

stakeholder,

pemerintah maupun manajemen perusahaan itu sendiri akan perlunya suatu sistem
yang baik dalam peningkatan transparansi. Dewasa ini, untuk menciptakan situasi
perekonomian yang baik bagi semua pihak, Good Corporate Governance
berkembang diberbagai perusahaan baik yang sifatnya publik maupun swasta.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) telah berdiri di Indonesia
untuk menangani masalah ini. Secara logika, perusahaan yang baik harus
memiliki sistem pengendalian yang baik, jika itu dilakukan maka perusahaan akan
terkendali dan menghasilkan output yang baik, maka disinilah perlunya Good
Corporate Governance dalam mewujudkan semua itu, namun kenyataannya
penerapan Good Corporate Govenance dalam perusahaan khususnya di Indonesia
masih relative rendah, maka tidak heran jika perusahaan di Indonesia umumnya
belum dapat maksimal secara kualitas. Gambar 1.1 dan 1.2 berikut ini merupakan


15
Universitas Sumatera Utara

capaian penerapan GCG di PT. Perkebunan Nusantara II, III dan IV (Persero)
pada tahun 2012 dan 2013.
Gambar 1.1
Capaian Penerapan GCG di PT. Perkebunan Nusantara II, III dan IV (Persero)
Tahun 2012
120
100
80
60
40
20
0
Komitmen
GCG

Pemegang
saham

PTPN II

Dewan
Komisaris

Direksi

PTPN III

Keterbukaan
Informasi

Aspek
Lainnya

PTPN IV

Sumber : http://www.ptpn2.com, http://www.ptpn3.co.id, http://www.ptpn4.co.id.

16

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1.2
Capaian Penerapan GCG di PT. Perkebunan Nusantara II, III dan IV (Persero)
Tahun 2013

120
100
80
60
40

PTPN IV

20

PTPN III

0


PTPN II

Sumber : http://www.ptpn2.com, http://www.ptpn3.co.id, http://www.ptpn4.co.id.

Gambar diatas merupakan capaian penerapan good corporate governance
pada PT. Perkebunan Nusantara II, III dan IV (Persero). Pada gambar diatas
terlihat bahwa penerapan GCG pada PT. Perkebunan Nusantara (Persero)
memiliki 6 aspek yaitu Komitmen GCG, Pemegang saham, Dewan Komisaris,
Direksi, Keterbukaan Informasi. Pada aspek Komitmen GCG, PTPN IV memiliki
skor paling tinggi pada tahun 2012 dan 2013 yaitu 6.5 dan 8.84. Pada aspek
Pemegang saham PTPN II dan III mengalami peningkatan sedangkan PTPN IV
mengalami penurunan dari 8.0 menjadi 7.82. Pada aspek Dewan komisaris PTPN
III dan IV mengalami penurunan. Pada Aspek Direksi pada PTPN II, III, IV

17
Universitas Sumatera Utara

mengalami kenaikan. Pada Aspek Keterbukaan Informasi PTPN II dan III
mengalami penurunan sedangkan PTPN IV mengalami kenaikan.
Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang

peranan yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang baik
sebagai sumber devisa negara. Disamping itu kelapa sawit merupakan bahan baku
utama minyak goring yang banyak dipakai diseluruh dunia sehingga secara terus
menerus mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
PTPN II (Persero) Tanjung Morawa merupakan salah satu BUMN yang
wilayah kerjanya mencakup dua provinsi, yakni di Sumatera Utara dan Papua. Hal
ini membuat manajemen PTPN II (Persero) Tanjung Morawa menyadari
pentingnya pengendalian internal yang efektif guna membantu perusahaan dalam
meningkatkan kinerja, mencegah kecurangan dan penyajian laporan keuangan
yang diandalkan, serta mendorong keberhasilan GCG.
PTPN III (Persero) dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG diarahkan
untuk mencapai beberapa tujuan, yaitu mengoptimalkan nilai perusahaan agar
perusahaan memiliki daya saing kuat, baik secara nasional maupun internasional,
sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk
mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Praktik GCG di PTPN III sejak tahun
2004 cenderung mengalami peningkatan secara signifikan, pada tahun 2011 dan
2012 hasil pengukuran penerapan GCG di PTPN III meraih predikat “sangat
baik”. Peningkatan tersebut sejalan dengan meningkatnya kinerja perusahaan.


18
Universitas Sumatera Utara

PTPN IV (Persero) merupakan BUMN yang berkomitmen menerapkan
GCG (Good Corporate Governance) secara konsisten dan berkelanjutan.
Penerapan GCG sebagai budaya perusahaan mencakup kalangan internal dan
kalangan eksternal perusahaan seperti mitra bisnis, pelanggan dan pemangku
kepentingan lainnya. Untuk memastikan penerapan GCG diperusahaan, Direksi
telah membentuk Bagian Manajemen Risiko dan GCG serta menunjuk Direktur
Perencanaan dan Pengembangan Usaha sebagai penanggung jawab dalam
penerapan dan pemantauan GCG di PTPN IV. Perseroan menuangkan penerapan
tata kelola ini sebagai salah satu pilar dalam strategi bisnis yang diterapkan oleh
manajemen setiap tahunnya untuk meningkatkan komitmen dalam penerapan tata
kelola.
Hal ini mengharuskan perusahaan untuk melakukan upaya demi
menstabilkan atau lebih meningkatkan eksistensi usahanya. Agar dapat bertahan
dan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya, maka perusahaan tersebut harus
dapat menentukan suatu kebijakan dan strategi yang harus dikembangkan dan
ditingkatkan. Salah satu kebijakan yang dapat diambil untuk membantu
pengambangan perusahaan adalah dengan meningkatkan efektifitas sistem

pengendalian intern.
Pengawasan internal merupakan alat yang baik untuk membantu
manajemen dalam menilai operasi perusahaan guna dapat mencapai tujuan usaha.
Setiap perusahaan pasti memiliki sistem pengawasan dalam menjalankan
usahanya, dimana sistem tersebut disesuaikan dengan keadaan dan kondisi
masing-masing perusahaan karena jenis dan bentuk perusahaan yang berbeda19
Universitas Sumatera Utara

beda. Dalam penelitian ini, sistem pengawasan internal pada PTPN di Medan
menarik untuk diteliti sebab pengawasan internal merupakan alat kontrol untuk
memastikan bahwa kinerja perusahaan benar-benar diawasi. Sistem pengawasan
internal merupakan hal yang paling penting dalam suatu perusahaan. Tanpa
adanya sistem ini, maka akan sering terjadi kecurangan yang akan merugikan
perusahaan itu sendiri.
Selain itu, perusahaan

harus memiliki kebijakan-kebijakan yang

ditetapkan dalam suatu perusahaan yang harus ditaati oleh semua karyawan agar
tindakan-tindakan karyawan sejalan dengan nilai-nilai perusahaan. Perusahaan
juga harus memiliki pedoman bagi seluruh pelaku bisnis dalam bersikap dan
berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari-hari dalam berinteraksi dengan
rekan kerja, mitra usaha dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan yang
disebut pedoman perilaku.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan
Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)
pada PT Perkebunan Nusantara di Medan”.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka yang menjadi perumusan
masalah pada penelitian ini adalah: Apakah satuan pengawasan internal dan
pedoman

perilaku

berpengaruh

terhadap

pelaksanaan

Good

Corporate

20
Universitas Sumatera Utara

Governance (GCG) pada PT. Perkebunan Nusantara di Medan baik secara
simultan maupun secara parsial.
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah satuan pengawasan internal dan pedoman
perilaku berpengaruh terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)
pada PT. Perkebunan Nusantara di Medan baik secara simultan maupun secara
parsial.
1.4 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian tersebut di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan yang
dapat menambah wawasan tentang kaitan antara Satuan Pengawasan
Internal (SPI), Pedoman Perilaku dan pelaksanaan GCG pada PT.
Perkebunan Nusantara di Medan,
2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan
penelitian yang sejenis, dan
3. Bagi PT. Perkebunan Nusantara di Medan menjadi bahan masukan atau
pertimbangan dalam peningkatan kualitas peranan Pedoman Perilaku
sejalan dengan Pelaksanaan Good Corporate Governance.

21
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) terhadap Good Corporate Governance (GCG) pada PTPN IV (Persero) Medan

0 28 105

Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 35 129

PENGARUH PERANAN SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (SPI) DAN PEDOMAN PERILAKU TERHADAP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA KSP KARYA NIAGA KABUPATEN DEMAK

0 10 110

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 6 114

Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Intern (SPI) Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance pada PT. Perkebunan Nusantara VIII (Persero).

0 0 20

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 0 12

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 0 2

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 0 24

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 0 3

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 0 31