Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) terhadap Good Corporate Governance (GCG) pada PTPN IV (Persero) Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH PERANAN BIRO SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (SPI) DAN CODE OF CONDUCT (PEDOMAN PERILAKU) TERHADAP

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA PTPN IV (Persero) MEDAN

OLEH :

NAMA : ERIKA RIZKI PRAWITASARI

NIM : 050503006

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) terhadap Good Corporate Governance (GCG) pada PTPN IV (Persero) Medan” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 12 April 2010 Yang membuat pernyataan

Erika Rizki Prawitasari NIM 050503006


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA, serta senantiasa memberikan kesehatan, kesempatan, dan kekuatan kepada penulis sehinnga akhirnya dapat menyelesaikan pendidikan pada Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Judul skripsi ini adalah “Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) pada Good Corporate

Governance (GCG) PTPN IV (Persero) Medan”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Hal ini disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis masih dan akan terus belajar untuk meningkatkan kemampuan dan memperbaiki diri lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Terima Kasih yang tidak pernah putus penulis ucapkan kepada Ayahanda H. Eddy Achyadi, Bsc, dan Ibunda Hj. Rita Deliyanti, untuk semua kasih sayang, doa yang tak pernah putus, pengorbanan, serta dukungan yang sangat besar untuk Ananda. Juga untuk kedua abang penulis Aditya Pramana S.os, dan Andika Prawira SE atas segala pengertian, dukungan dan hiburan selama ini kepada penulis. Selanjutnya, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bentuan, yaitu :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu DR. Erlina, M.si, Ak selaku Dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, Msi, Ak dan Bapak Sambas A. Kesuma, SE, Msi, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Pembanding II yang telah banyak membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Kepada seluruh pegawai Kantor Pusat PTN IV (Persero) Medan khususnya kepada Ibu Rohanna atas bantuan dan kerjasamanya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Medan, 12 April 2010 Yang membuat pernyataan

Erika Rizki Prawitasari NIM 050503006


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh peranan Biro Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).

Desain penelitian ini assosiatif kausal. Metode pengambilan sample yang digunakan adalah simple random sampling. Jenis data yang digunalan penulis adalah data primer dan data sekunder, adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi dan survey, dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik. Pengujian asumsi klasik yang digunakan penulis meliput i uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskededtisitas. Sedangkan model penelitian yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan analisis statistic persamaan regresi linear berganda, adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan uji signifikan simultan, uji signifikan parsial, dan koefisien determinan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan Biro SPI berpengaruh terhadap pelaksanaan GCG. Sedangkan Code of Conduct tidak berpengaruh terhadapa pelaksanaan GCG.

Kata kunci: peranan Biro SPI, Code of Conduct (Pedoman Perilaku), Good Corporate Governance (GCG)


(6)

ABSTRACT

This research is done to test the influence of the role of Internal Audit Department and Code of Conduct to the practice of Good Corporate Governance (GCG).

This research use associative causal research, the author use associative causal research design. Sampling method used by the authir is simple random sampling. Data type used are primary and secondary data, while the data collecting technique is documentary and survey, and the data processing is done with supporting tools for SPSS program. Classic assumption testing used by the author including normality test, multicolinearity test, and heterokedasticity test. The research model used by the author is multiple regression statistic analysis, and the hypothesis testing are done with simultan signifixance test, and determinant coefficient.

The result of this research shows that the role of Internal Audit Departement influence the practice of GCG. Therefore code of conduct do not have correlation with GCG.

Keywords: The Internal Audit Departement, Code of conduct, Good Corporate Governance (GCG)


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN……….. i

KATA PENGANTAR………. ii

ABSTRAK……… iv

ABSTRACT………. v

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR……… x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB I PENDAHULUAN………...……. 1

A. Latar Belakang Masalah………..………. 1

B. Perumusan Masalah………..……… 4

C. Batasan Masalah………...………. 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….... 5

1. Tujuan Penelitian……….… 5

2. Manfaat Penelitian……….….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis……… 6


(8)

2. Code of Conduct (Pedoman Perilaku)……… 19

3. Good Corporate Governance (GCG)………... 22

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu……… 25

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian…….… 27

1. Kerangka Konseptual……….. 27

2. Hipotesis Penelitian……….. 28

BAB III METODE PENELITIAN………... 29

A. Jenis Penelitian………....………... 29

B. Populasi dan Sampel Penelitian……….. 29

C. Defenisi Opeasional dan Pengukuran Variabel……… 30

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data……… 32

E. Pengujian dan Reabilitas Data……….... 33

F. Pengujian Asumsi Klasik………. 34

G. Metode Penelitian………. 36

H. Pengujian Hipotesis………. 37

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN………. 40

A. Gambaran Umum Tentang PTPN IV (Persero) Medan 40 1. Sejarah Singkat Perusahaan……….. 40

2. Struktur Organisasi……….. 42

B. Deskripsi Data……… 46

C. Hasil Pengujian Kualitas Data……….. 46


(9)

1. Uji Normalitas……… 49

2. Uji Heteroskedastisitas………...……….. 52

3. Uji Multikolinieritas………...……….. 53

E. Hasil Pengujian Hipotesis……….. 55

1. Koefisien Determinan R2………. 55

2. Uji Signifikan Simultan Simultan (Uji F)………….. 56

3. Hasil Uji Signifikan Parsial (uji t)…………...……… 57

F. Merode Penelitian………..………. 58

G. Analisis Hasil Penelitian………...…… 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...……… 62

A. Kesimpulan………....……….. 62

B. Keterbatasan Penelitian………....………. 63

C. Saran………...……… 63

DAFTAR PUSTAKA………. 64


(10)

DAFTAR TABEL

2.1 Penelitian Terdahulu……… 25

3.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….. 30

4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner……….. 46

4.2 Hasil Uji Validitas Penelitian Satuan Pengawasan Internal…... 47

4.3 Hasil Uji Validitas Code of Conduct……….. 47

4.4 Hasil Uji Validitas Good Corporate Governance……….. 48

4.5 Hasil Uji Reabilitas Penelitian………... 49

4.6 Hasil Uji Normalitas………..…. 52

4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ……… 53

4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ………...………. 54

4.9 Variabel Entered/Removed……….….... 55

4.10 Hasil Uji Koefisien Detrminan R2……….. ……. 56

4.11 Hasil Uji Signifikan Simultan (Uji F) ………... 57


(11)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Departemen Audit Internal berada di bawah

Direktur Keuangan... 12 2.2 Departemen Audit Internal berada di bawah

Direktur Utama... 13 2.3 Departemen Audit Internal berada di bawah

Dewan Komisiaris... 14

4.1 Histogram………...……….. 50


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh peranan Biro Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).

Desain penelitian ini assosiatif kausal. Metode pengambilan sample yang digunakan adalah simple random sampling. Jenis data yang digunalan penulis adalah data primer dan data sekunder, adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi dan survey, dan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik. Pengujian asumsi klasik yang digunakan penulis meliput i uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskededtisitas. Sedangkan model penelitian yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan analisis statistic persamaan regresi linear berganda, adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan uji signifikan simultan, uji signifikan parsial, dan koefisien determinan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peranan Biro SPI berpengaruh terhadap pelaksanaan GCG. Sedangkan Code of Conduct tidak berpengaruh terhadapa pelaksanaan GCG.

Kata kunci: peranan Biro SPI, Code of Conduct (Pedoman Perilaku), Good Corporate Governance (GCG)


(13)

ABSTRACT

This research is done to test the influence of the role of Internal Audit Department and Code of Conduct to the practice of Good Corporate Governance (GCG).

This research use associative causal research, the author use associative causal research design. Sampling method used by the authir is simple random sampling. Data type used are primary and secondary data, while the data collecting technique is documentary and survey, and the data processing is done with supporting tools for SPSS program. Classic assumption testing used by the author including normality test, multicolinearity test, and heterokedasticity test. The research model used by the author is multiple regression statistic analysis, and the hypothesis testing are done with simultan signifixance test, and determinant coefficient.

The result of this research shows that the role of Internal Audit Departement influence the practice of GCG. Therefore code of conduct do not have correlation with GCG.

Keywords: The Internal Audit Departement, Code of conduct, Good Corporate Governance (GCG)


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyaknya perusahaan yang gulung tikar akibat krisis keuangan yang melanda Asia di tahun 1997-1998, yang kemudian diperburuk oleh krisis politik di tanah air memaksa Pemerintah melakukan restrukturisasi ekonomi dan rekapitalisasi. Restrukturisasi dan rekapitalisasi ini menunjukkan bahwa minimnya kemampuan perusahaan dalam hal mempertahankan kelangsungan hidupnya atau yang dikenal dengan going concern. Buruknya kinerja dan rendahnya daya saing perusahaan-perusahaan milik pemerintah atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga diidentifikasi menjadi akar krisis keuangan yang melanda negara kita.

Sebagian besar kinerja perusahaan terefleksi berdasarkan pertanyaan bagaimana manajemen perusahaan menggunakan sistem informasi akuntansi sebagai landasan pihak manajemen dalam membuat keputusan, atau dari sudut pandang lain kegunaan sistem informasi akuntansi sebagai kekuatan perusahaan tersebut. Masalah ini menjadi lebih besar dikarenakan adanya pihak-pihak yang tidak percaya bahwa hukum dan peraturan serta tindakan yang di ambil perusahaan dapat diterima oleh mereka. Pihak-pihak tersebut selalu menganggap bahwa kinerja perusahaan dapat diatur dengan mengubah susunan perusahaan serta pembatasan pada ukuran perusahaan. Pihak-pihak tersebut juga menganggap perusahaan besar yang telah go-public, diatur oleh institusi swasta dan harus dapat diukur akuntabilitas terhadap berbagai kepentingan pemegan saham.


(15)

Era globalisasi dan pasar terbuka menuntut dikembangkannya suatu sistem dan paradigma baru dalam pengelolaan bisnis dan industri. Good Corporate

Governance (GCG) atau yang lebih umum dikenal dengan tata kelola perusahaan

yang baik muncul sebagai satu pilihan yang bukan saja menjadi formalitas. Namun suatu sistem nilai dan best practices yang sangat fundamental bagi peningkatan nilai perusahaan.

Secara teoritis, praktik GCG dapat meningkatkan nilai (value) perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri. Dan umumnya good corporate governance dapat meningkatkan kepercayaan investor, Tricker (1994) dalam Tjager (2003:5). Namun, sebaliknya

good corporate governance yang buruk menurunkan tingkat kepercayaan

investor. Melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN, BUMN didorong untuk wajib menerapkan GCG secara konsisten dan atau menjadikan GCG sebagai landasan operasionalnya. BUMN sebagai salah satu ujung tombak roda perekonomian negara, memang dituntut mengambil langkah komprehensif terhadap aset-asetnya agar dapat menghasilkan profit berbentuk pemasukan kas sehingga memiliki nilai tambah (value added).

Dalam Koran Tempo Nomor 2574/ Tahun VIII, Edisi Selasa, 19 Agustus 2008 pada halaman 14 tersurat bahwa, “performa keuangan BUMN dari tahun ke tahun menunjukkan grafik peningkatan, namun perlu disadari bahwa BUMN juga masih berupaya menggerus penghalang penerapan GCG dan citra yang sempat melekat selama ini yakni korupsi, kolusi dan nepotisme”. Faktor lain yang


(16)

menyebabkan implementasi GCG di Indonesia masih terkesan stagnan adalah akibat pelaksanaannya masih bersifat mandatory atau kewajiban, bukan kesadaran atau inisiatif perusahaan.

PTPN IV (Persero) Medan merupakan salah satu BUMN yang wilayah kerjanya hanya pada provinsi Sumatera Utara. Hal ini membuat manajemen PTPN IV (Persero) Medan menyadari pentingnya pengendalian internal (internal

control) yang efektif guna membantu perusahaan dalam peningkatan kinerja,

mencegah kecurangan dan penyajian laporan keuangan yang dapat diandalkan, serta mendorong keberhasilan penerapan GCG. Pentingnya pengendalian internal dan adanya Satuan Pengawasan Internal (SPI) diatur dalam SK Menteri BUMN Nomor kep-117/M-MBU/2002. Pada Pasal 11 dinyatakan bahwa “direksi harus menetapkan suatu Sistem Pengendalian Internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset BUMN” dan UU BUMN Nomor 19 Tahun 2003 tanggal 19 Juni 2003 juga telah mewajibkan BUMN untuk membentuk unit pengendalian internal. Keberadaan fungsi SPI dalam PTPN IV (Persero) menjamin efektivitas pengendalian internal dan merupakan mitra strategis dalam penyempurnaan kegiatan pengelolaan perusahaan serta mendorong proses governance.

Upaya mewujudkan GCG dalam suatu perusahaan akan membutuhkan komitmen dari seluruh pelaku bisnis. Pedoman bagi seluruh pelaku bisnis di PTPN IV (Persero) dalam bersikap dan berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari-hari serta dalam berinteraksi dengan rekan sekerja, mitra usaha dan pihak-pihak lainnya yang berkepetingan yang disebut dengan Code of Conduct (Pedoman Perilaku). Komitmen tersebut tertuang dalam perumusan dan penetapan visi, misi, tujuan serta pemilihan strategi yang diikuti dengan penetapan kebijakan


(17)

yang menjadikan good corprate governance (GCG) sebagai landasan operasionalnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Code Of Conduct (Pedoman Perilaku) terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) pada PTPN IV (Persero) Medan”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka yang

menjadi perumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Apakah peranan Biro SPI dan Code Of Conduct memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan GCG pada PTPN IV (Persero) Medan”

C. Batasan Permasalahan

Atas pertimbangan efisiensi, minat, keterbatasan waktu dan tenaga, serta pengetahuan penulis, maka penulis melakukan beberapa batasan masalah terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu diantaranya:

a. Penelitian ini membatasi pada aspek Audit Internal untuk menjelaskan pengaruh peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) terhadap Good Corporate Governance (GCG)

b. Penelitian ini hanya mengambil lokasi pada kantor pusat PTPN IV (Persero) Medan.


(18)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah peranan Biro SPI dan

Code Of Conduct berpengaruh terhadap pelaksanaan GCG pada PTPN IV

(Persero) Medan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan yang

dapat menambah wawasan tentang kaitan antara peranan Biro SPI, Code of

Conduct dan pelaksanaan GCG,

b. Bagi PTPN IV (Persero) Medan, menjadi bahan masukan atau pertimbangan

dalam peningkatan kualitas peranan Biro SPI, Code Of Conduct sejalan dengan pelaksanaan GCG,

c. Bagi pihak lain, memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai bahan masukan


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORITIS 1. Audit Internal

a. Pengertian Audit Internal

Audit internal merupakan pengawasan manajerial yang fungsinya mengukur dan mengevaluasi sistem pengendalian dengan tujuan membantu semua anggota manajemen dalam mengelola secara efektif pertanggungjawabannya dengan cara menyediakan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-komentar yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang telah dianalisis. Menurut Mulyadi (2002:29) auditor intern adalah

Auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Audit Internal juga merupakan bagian dari fungsi pemantauan dalam pengendalian internal yang memeriksa dan mengevaluasi kecukupan serta efektivitas pengendalian lainnya. Menurut IIA (Institute of Internal Auditors) auditor internal adalah :

Audit Internal merupakan aktivitas pemberian kekayaan serta konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Auditing Internal memantu organisasi mencapai tujuanya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan


(20)

berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan pengelolaan.

Dari defenisi tersebut dapat dilihat beberapa lingkup tugas auditor internal dalam perusahaan yang bertujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan usaha dan juga pengendalian internal yang telah dijalankan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi bertujuan untuk mengetahui apakah pembukuan dan laporan keuangan tersebut telah menunjukkan gambaran aktivitas yang sewajarnya dan untuk mengetahui apakah setiap bagian atau unit benar-benar telah melaksanakan kebijakan rencana dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak.

Adapun pelaksanaan audit internal dilaksanakan secara independen dan objektif yang artinya tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manapun dan tidak dapat dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan yang diaudit. Hasil audit yang diperoleh dari pelaksanaan audit internal secara independen dan objektif tersebut akan dapat diandalkan oleh para pengguna informasi.

Menurut Sawyer (2005:10) defenisi audit internal adalah

Sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah:

1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan 2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi 3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bias

diterima telah diikuti

4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi

5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis 6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.

Semua hal ini dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

Berdasarkan berbagai defenisi yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa audit internal adalah suatu fungsi penilaian yang bebas


(21)

dalam suatu organisasi guna menelusuri atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberi saran-saran perbaikan konstruktif kepada seluruh manajemen. Kegiatan penilaian yang bersifat independen bukanlah dalam arti absolut yaitu berarti bebas dari semua ketergantungan, namun maksudnya ialah bahwa auditor internal bebas dari pengaruh atau kekuasaan pihak yang diperiksanya sehingga diharapkan akan dapat memberikan penilaian yang obejektif dimana keandalannya tidak perlu diragukan lagi.

Dari defenisi di atas, ditekankan bahwa peranan dan tujuan auditor internal tidak hanya bersifat internal, namun sudah lebih dimodifikasi yang mana saat ini auditor internal modern lebih menekankan pada adanya suatu value added atau nilai tambah pada semua hal yang berkaitan dengan risiko, tata kelola (governance) dan pengendalian. Nilai tambah disini maksudnya ialah laporan hasil pemeriksaan auditor internal tersebut tidak selesai begitu saja atau hanya bersifat mandatory, namun akan dikembangkan sehingga kemungkinan kesalahan yang terjadi tidak akan terulang.

b. Tujuan Audit Internal

Tujuan audit internal adalah untuk membantu anggota organisasi untuk melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk mencapai tujuan ini, staf audit internal diharapkan dapat memenuhinya dengan analisis, penilaian, rekomendasi, konsultasi dan informasi tentang kegiatan yang dianalisis. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal harus melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Menganalisis dan menilai kebaikan, memadai tidaknya penerapan dari sistem pengendalian internal dan pengendalian operasional lainnya, serta


(22)

mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal

2) Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen

3) Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan

4) Memastikan bahwa pengolahan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya

5) Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen

6) Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

Satuan kerja atau fungsi pengawasan internal bertugas membantu direksi dalam memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan usaha dengan :

1) melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program perusahaan

2) memberikan saran dalam upaya memperbaiki efektivitas proses pengendalian risiko

3) melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perusahaan, pelaksanaan GCG dan perundang-undangan

4) memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh audit eksternal.


(23)

Menurut Guy (2002:410) “ruang lingkup audit internal meliputi pemeriksaan dan evaluasi yang memadai serta efektivitas sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan”. Berikut ini adalah ruang lingkup audit internal yang meliputi tugas-tugasnya.

a) Menelusuri reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi serta perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi serta melaporkan informasi semacam itu.

b) Menelusuri sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan serta menentukan apakah organisasi telah mematuhinya.

c) Menelusuri perangkat perlindungan aktiva dan secara tepat memverifikasi keberadaan aktiva tersebut.

d) Menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang dipergunakan.

e) Menelusuri informasi atau program untuk memastikan apakah hasilnya konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta apakah operasi atau program itu telah dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

Ruang lingkup penugasan fungsi audit internal yang terdapat dalam Standar Profesi Audit Internal yang dikeluarkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:20) yaitu “fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatkan proses pengelolaan risiko,


(24)

pengendalian dan governance, dengan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh”.

Maksud yang terkandung dari pernyataan di atas adalah audit internal membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian internal. Berdasarkan hasil penelitian risiko tersebut, fungsi audit internal mengevaluasi kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal yang mencakup governance, kegiatan operasi dan sistem informasi organisasi.

d. Kedudukan dan Peran Audit Internal

Departemen audit internal yang efektif harus memiliki kedudukan audit internal yang independen dalam organisasi perusahaan. Independensi audit internal antara lain tergantung pada:

1) kedudukan departemen audit internal tersebut dalam organisasi perusahaan, maksudnya kepada siapa departemen tersebut bertanggung jawab,

2) apakah departemen audit internal dilibatkan dalam kegiatan operasional. Kedudukan departemen audit internal dalam perusahaan akan menentukan tingkat kebebasannya dalam menjalankan tugas sebagai auditor. Kedudukan ataupun status departemen audit internal dalam suatu perusahaan mempunyai pengaruh terhadap luasnya kegiatan serta tingkat independensinya dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa. Jadi, status organisasi dari departemen audit internal harus ditegaskan untuk dapat menyelesaikan tanggung jawab audit.


(25)

Kedudukan departemen audit internal di dalam organisasi perusahaan dapat dilihat pada gambar-gambar berikut:

RUPS

Dewan Komisiaris

Dir. Utama

Dir. Keu

Bagian Akuntansi

Bagian Keuangan

Departemen Audit Internal


(26)

Gambar 2.1

Departemen Audit Internal berada di bawah Direktur Keuangan Sumber: Agoes, 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor

Akuntan Publik

RUPS

Dewan Komisiaris

Direktur Utama

Departemen Audit Internal

Dir. Keuangan

Bagian Akuntansi Bagian

Akuntansi

Bagian Anggaran


(27)

Gambar 2.2

Departemen Audit Internal berada di bawah Direktur Utama Sumber: Agoes, 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor

Akuntan Publik.

Gambar 2.3

Departemen Audit Internal berada di bawah Dewan Komisiaris RUPS

Dewan Komisiaris

Departemen Audit Internal Dir. Utama

Dir. Keuangan

Bagian Anggaran Bagian Keuangan


(28)

Sumber: Agoes, 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik

Departemen audit internal yang independen tidak diperbolehkan untuk terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan apalagi dalam kegiatan yang diperiksanya. Sulit bagi seorang auditor untuk memberikan penilaian yang objektif dan independen apabila ternyata departemen tersebut terlibat dalam kegiatan yang diperiksanya.

Sebagai penilai independen tentang kecukupan pengendalian perusahaan, departemen audit internal hanya menempatkan diri sebagai narasumber dalam pembuatan konsep pengendalian perusahaan. Pihak yang bertanggung jawab penuh dalam perancangan dan implementasi pengendalian adalah manajemen dan direksi. Dengan demikian, penilaian departemen audit internal terhadap pengendalian tetap independen dan objektif, tanpa terlibat langsung dalam perencanaan pengendalian.

Dalam perkembangannya, peran yang dijalankan auditor internal dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu sebagai watchdog, konsultan, dan katalis.

1) Watchdog

Watchdog adalah peran tertua dari auditor internal yang mencakup

pekerjaan menginspeksi, observasi, menghitung dan cek dan ricek. Adapun tujuannya adalah memastikan ketaatan terhadap hukum, peraturan dan kebijakan organisasi. Proses audit yang dilakukan adalah


(29)

audit kepatuhan. Fokus pemeriksaannya adalah adanya variasi atau penyimpangan dalam sistem pengendalian internal. Audit kepatuhan mengidentifikasi penyimpangan sehingga dapat dilakukan koreksi terhadap sistem pengendalian internal. Oleh karena sifat pekerjaanya, peran watchdog biasanya akan menghasilkan rekomendasi yang mempunyai dampak jangka pendek.

2) Konsultan

Melalui peran ini, manajemen akan melihat bahwa selain sebagai

watchdog, auditor internal dapat memberikan manfaat lain berupa saran

dalam pengelolaan sumber daya organisasi yang dapat membantu tugas para manajer. Peran konsultan membawa auditor internal untuk selalu meningkatkan pengetahuan baik tentang profesi auditor maupun aspek bisnis, sehingga dapat membantu manajemen dalam memecahkan masalah.

3) Katalis

Katalis adalah suatu zat yang berfungsi untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi. Peran auditor internal sebagai katalisator yaitu memberikan jasa kepada manajemen melalui saran-saran konstruktif dan dapat diaplikasikan bagi kemajuan perusahaan namun tidak ikut dalam aktivitas operasional perusahaan.

e. Wewenang dan Tanggung Jawab Departemen Audit Internal

Wewenang dan tanggung jawab departemen audit internal dalam perusahaan tergantung pada status dan kedudukannya dalam struktur organisasinya.


(30)

Wewenang yang berhubungan dengan tanggung jawab tersebut harus memberikan akses penuh kepada auditor internal tersebut untuk berurusan dengan kekayaan dan karyawan perusahaan yang relevan dengan pokok masalah yang dihadapi.

Tanggung jawab auditor internal adalah:

1) memberikan informasi dan nasihat kepada manajemen dan menjalankan tanggung jawab ini dengan cara yang konsisten dengan kode etik auditor internal,

2) mengkoordinasikan kegiatan dengan orang lain agar berhasil mencapai sasaran audit dan sasaran perusahaan,

Pada umumnya, auditor internal lebih berfungsi sebagai staf. Oleh karena itu, auditor internal tidak dapat memerintahkan secara langsung untuk menjalankan tindakan perbaikan karena hal tersebut bukanlah wewenang. Auditor internal hanya berkewajiban menyampaikan hasil pemeriksaan dan penilaiannya kepada manajemen. Untuk menjaga objektivitas, sebaiknya auditor internal tidak terlibat secara langsung dalam proses pencatatan dan penyajian data keuangan serta tidak terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu aktivitas operasional yang dapat mempengaruhi keobjektivitasannya jika dilakukan pemeriksaan. Auditor internal harus bebas membahas dan menilai kebijakan, rencana dan prosedur tetapi tidak berarti dapat mengambil alih tanggung jawab bagian lain yang ditugaskan.

f. Laporan Audit Internal

Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik. Laporan hasil audit internal merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban hasil


(31)

kerja kepada manajemen, yaitu sebagai media informasi untuk menilai sejauh mana tugas-tugas yang dibebankan dapat dilaksanakan. Adapun isi atau materi laporan audit internal menurut Boynton (2003:494) adalah:

1) suatu laporan tertulis yang ditandatangani harus dikeluarkan setelah pemeriksaan selesai

2) auditor internal harus membahas kesimpulan dan rekomendasi pada tingkatan manajemen yang tepat sebelum mengeluarkan laporan tertulis yang final

3) laporan haruslah objektif, jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu 4) laporan harus menyatakan tujuan, ruang lingkup dan hasil audit juga

pendapat auditor

5) laporan harus mencakup rekomendasi untuk perbaikan yang potensial dan mengakui kinerja serta tindakan korektif yang memuaskan

6) pandangan auditee tentang kesimpulan dan rekomendasi audit dapat disertakan dalam laporan audit

7) direktur audit internal atau designee harus me-review dan menyetujui laporan audit final sebelum diterbitkan serta harus memutuskan kepada siapa laporan itu akan dibagikan.

Laporan dari bagian audit internal merupakan suatu alat komunikasi yang didalamnya terdapat tujuan yang dimulai dari penugasan, luas pemeriksaan, batasan yang dibuat dan juga saran atau rekomendasi kepada pemimpin perusahaan. Tujuan laporan audit internal adalah sebagai berikut:

1) laporan auditor merupakan kesimpulan hasil pemeriksaan

2) menyajikan temuan-temuan dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan 3) sebagai dasar untuk kemudian diambil tindakan oleh manajemen

terhadap penyimpangan yang terjadi.

Untuk mencapai hal tersebut, maka laporan yang disampaikan haruslah memiliki :

1) Objektif

Laporan yang disusun harus mengungkapkan fakta dengan teliti berdasarkan data yang dapat diuji kebenarannya. Menyampaikan


(32)

dengan jelas tentang pokok pemeriksaan yang telah dilakukan sehingga dapat diyakini kebenarannya.

2) Clear (jelas)

Laporan disusun dengan menggunakan bahasa yang jelas, tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi penggunanya. Menerangkan dengan jelas dan lengkap agar dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang menggunakannya.

3) Ringkas

Struktur laporan yang baik melaporkan dengan ringkas pelaksanaan operasional, pengendalian dan hasil kerja. Laporan tersebut harus terhindar dari hal-hal yang tidak relevan, material seperti gagasan, temuan, kalimat dan sebagainya yang tidak menunjang tema pokok laporan, namun tetap menjaga kualitas informasi yang disampaikan melalui laporan tersebut sehingga dapat memenuhi kebutuhan pemakainya.

4) Konstruktif

Laporan yang bersifat membangun adalah laporan yang sedapat mungkin memaparkan rekomendasi tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengupayakan peningkatan operasi.

5) Tepat waktu

Laporan audit hanya dapat bermanfaat dengan maksimal bila laporan tersebut disajikan pada saat dibutuhkan. Sehingga auditor harus mampu menyajikan laporan dengan tepat waktu.


(33)

Sebelum disampaikan pada pengguna laporan, peninjauan kembali atas laporan (review) dilakukan. Review adalah tindakan bijak yang dapat dilakukan audit internal. Hal tersebut bertujuan untuk lebih memastikan kebenaran dan kelengkapannya. Laporan audit akan efektif bila terdapat pelaksanaan tindak lanjut agar proses audit yang berjalan benar-benar memberikan manfaat bagi perusahaan. Untuk itu, departemen audit internal bertugas untuk memantau pelaksanaan tindak lanjut, menganalisis kecukupan tindak lanjut disertai identifikasi hambatan pelaksanaannya dan memberikan laporan atas tindak lanjut tersebut.

2. Code of Conduct (Pedoman Perilaku)

a. Pengertian Code of Conduct (Pedoman Perilaku)

Pengelolaan perusahaan tidak dapat dilepaskan dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, baik aturan hukum maupun aturan moral atau etika. Code of Conduct merupakan pedoman bagi seluruh pelaku bisnis PT. Perkebunan dalam bersikap dan berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari-hari dalam berinteraksi dengan rekan sekerja, mitra usaha dan pihak-pihak lainnya yang berkepentingan. Pembentukan citra yang baik terkait erat dengan perilaku perusahaan dalam berinteraksi atau berhubungan dengan para stakeholder. Perilaku perusahaan secara nyata tercermin pada perilaku pelaku bisnisnya. Dalam mengatur perilaku inilah, perusahaan perlu menyatakan secara tertulis nilai-nilai etika yang menjadi kebijakan dan standar perilaku yang diharapkan atau bahkan diwajibkan bagi setiap pelaku bisnisnya. Pernyataan dan pengkomunukasian nilai-nilai tersebut dituangkan dalam code of conduct.


(34)

Dengan dilaksanakannya komitmen diharapkan akan menciptakan nilai tambah tidak saja bagi perusahaan, tetapi juga bagi pelaku bisnis sehingga kepentingan pelaku bisnis dapat diselaraskan dengan tujuan perusahaan. Untuk mendukung terciptanya tujuan perusahaan maka pelaku bisnis akan mengimplementasikan komitmen tersebut dalam pengelolaan perusahaan sehari-hari, yaitu :

a. Pelaku bisnis akan bekerja secara profosional

Pelaku bisnis PTPN IV (Persero) sama-sama bertindak untuk bekerja secara professional dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. Professional dalam hal ini, artinya pelaku bisnis harus dapat memahami, menghayati dan melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing dengan memanfaatkan keahlian maupun potensi diri pribadi untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif, efesien, dan optimal.

b. Pelaku bisnis bekerja kreatif dan inovatif

Pelaku bisnis juga bertekad untuk bekerja secara kreatif dan inovatif dalam menjalankan tugas masing-masing. Kreatifitas dan inovasi dapat dimiliki seseorang dengan cara belajar sendiri dari buku, dan pengalaman sendiri atas praktek bisnis yang sehat serta belajar dari pengetahuan/pengalaman orang lain.


(35)

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) akan mendorong perusahaan untuk menghasilkan kinerja yang unggul dan nilai tambah ekonomi pemegang saham dan para stakeholder, termasuk pelaku bisinis.

Penerapan prinsip-prinsip GCG bukan hanya di Kantor Direksi tetapi meliputi seluruh jajaran perusahaan baik pada Bagian, Kantor Group Unit Usaha. Prinsip-prinsip GCG akan tercermin dalam imolementasi Code of Conduct (Pedoman Perilaku). Karena penerapan GCG akan berdampak kepada peningkatan nilai termasuk bagi pelaku bisnis, maka seluruh pelaku bisnis perusahaan sepakat dan bertekad mendukung GCG pada PTPN IV (Persero). b. Ketaatan dan Pelanggaran Code of Conduct (Pedoman Perilaku) 1. Ketaatan terhadap Code of Conduct (Pedoman Perilaku)

a). Pelaku bisnis wajib membaca, memahami dan menghayati setiap butir pedoman perilaku dengan baik dan benar.

b). Pelaku bisnis sama-sama bertanggung jawab mewujudkan setiap butir pedoman perilaku ini kedalam perilaku pribadi masing-masing.

c). Setiap bawahan wajib meminta penjelasan kepada atasannya apabila terdapat ketidakjelasan baginya untuk berperilaku yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan tanggungjawabnya, sebaliknya atasan harus dapat memberikan penjelasan yang baik dan benar.

2. Pelaporan pelanggaran Code of Conduct (Pedoman Perilaku)

Melaporkan seseorang atau rekan sekerja memang menimbulkan semacam ko nflik batin bagi si pelapor, tetapi segenap pelaku bisnis harus berfikir positif yaitu kepentingan yang lebih besar yakni perusahaan.


(36)

Pelaku bisnis yang terbukti melakukan pelanggaran dalam tingkatan apapun akan diberikan sanksi disiplin atau sanksi lainnya sesuai peraturan yang berlaku.

Setiap tahun seluruh pelaku bisnis diwajibkan secara tertulis untuk menyatakan diwujudkan dalam suatu pernyataan kepatuhan tahunan yang ditanda tangani oleh setiap pelaku bisnis sebagai salah satu syarat kelanjutan hubungan kerja dengan perusahaan. Pedoman perilaku ini merupakan bagian dari pedoman pelaksanaan Good Corporate Governance yang disusun perwakilan pelaku bisnis PTPN IV (Persero) sebagai standart perilaku yang harus dipatuhi.

3. Good Corporate Governance (GCG) a. Pengertian GCG

Mencuatnya skandal keuangan yang melibatkan perusahaan besar seperti Enron, WorldCom, Tyco, Global Crossing dan yang terakhir AOL-Warner, menuntut peningkatan kualitas Good Corporate Governance (GCG), Soegiharto (2005:38) dalam Pratolo (2007:7). Istilah GCG secara luas telah dikenal dalam dunia usaha. Berikut ini adalah beberapa pengertian GCG :

1) Menurut Hirata (2003) dalam Pratolo (2007:8), pengertian “CG yaitu hubungan antara perusahaan dengan pihak-pihak terkait yang terdiri atas pemegang saham, karyawan, kreditur, pesaing, pelanggan, dan lain-lain. CG merupakan mekanisme pengecekan dan pemantauan perilaku manejemen puncak”.

2) Menurut Pratolo (2007:8), “GCG adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang memiliki tujuan untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak merugikan stakeholder organisasi tersebut”.


(37)

3) Tanri Abeng dalam Tjager (2003:iii) menyatakan bahwa “CG merupakan pilar utama fondasi korporasi untuk tumbuh dan berkembang dalam era persaingan global, sekaligus sebagai prasyarat berfungsinya corporate

leadership yang efektif”.

4) Zaini dalam Tjager (2003:iv) menambahkan bahwa “CG sebagai sebuah

governance system diharapkan dapat menumbuhkan keyakinan investor

terhadap korporasi melalui mekanisme control and balance antar berbagai organ dalam korporasi, terutama antara Dewan Komisiaris dan Dewan Direksi”.

Secara sederhananya, CG diartikan sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

b. Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG

Prinsip-prinsip GCG merupakan kaedah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip GCG yang dimaksudkan dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek GCG pada BUMN.

1) Transparansi

keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Contohnya mengemukakan informasi target produksi yang akan dicapai dalam rencana kerja dalam tahun mendatang, pencapaian laba.


(38)

2) Kemandirian

suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/ tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Misalnya pada perusahaan ini sedang membangun pabrik, tetapi limbahnya tidak bertentangan dengan UU lingkungan yg dapat merugikan piha lain.

3) Akuntabilitas

kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Misalnya seluruh pelaku bisnis baik individu maupun kelompok tidak boleh bekerja asal jadi, setengah-setengah atau asal cukup saja, tetapi harus selalu berupaya menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan hasil yang bermutu tinggi.

4) Pertanggungjawaban

kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Contohnya dalam hal ini Komisaris, Direksi, dan jajaran manajemennya dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan harus sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

5) Kewajaran (fairness)

keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya memperlakukan rekanan sebagai mitra, memberi


(39)

perlakuan yang sama terhadap semua rekanan, memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan/pembeli, dan sebagainya.

Terdapat enam hal tujuan dari penerapan GCG pada BUMN.

1) Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

2) Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ.

3) Mendorong agar organ dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholder maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.

4) Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5) meningkatkan iklim investasi nasional.

6) Mensukseskan program privatisasi.

Adapun keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan Corporate

Governance pada perusahaan adalah:

1) lebih mudah meningkatkan modal 2) mengurangi biaya modal


(40)

4) memberikan dampak yang baik terhadap harga saham.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1. Peneliti Terdahulu NO Nama Peneliti

(Tahun Penelitian)

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1. Suryo Pratolo (2007) GCG dan Kinerja

BUMN di Indonesia: Aspek Audit Manajemen dan Pengendalian Internal sebagai Variabel Eksogen serta tinjauannya

pada jenis perusahaan

Variable X1 : Audit

Manajemen. variabel X2 : Pengendalian internal.

variabel Y : Penerapan prinsip-prinsip GCG.

variabel Z : Kinerja perusahaan. Audit manajemen dan pengendalian intern saling mendukung dalam rangka mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan kinerja perusahaan.

2. Evelyn Yusrina Sitompul (2008) Pengaruh Peranan Biro (SPI) terhadap pelaksanaan (GCG) pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa Independen Variabel : Peranan Biro SPI Dependen Variabel : Pelaksanaan GCG Peranan Biro SPI berpengaruh terhadap pelaksanaan GCG.

3. Erny Silvya Harahap (2008)

Peranan Audit Internal dalam mendukung GCG pada PTPN IV (persero) Medan

Independen variabel : Audit Internal Dependen variabel : GCG Peranan Audit Internal sangan bermanfaat dalam mendukung penerapan GCG

Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian yang dilakukan oleh Evelyn Yusrina Sitompul (2008). Kekhususan dalam penelitian ini terletak pada lokasi dan waktu yang berbeda serta penambahan variable. Penelitian ini


(41)

dilakukan pada PTPN IV (persero) Medan sedangkan Evelyn pada PTPN II (persero) Tanjung Morawa. Penelitian ini akan melengkapi penelitian terdahulu dimana penelitian terdahulu tidak menjelaskan Code of Conduct (Pedoman Perilaku) untuk pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian a. Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoristis, dan tinjauan penelitian terdahulu maka dirumuskan kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.4 Sumber : Penulis

Pada variabel independen Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal (SPI) mempunyai pengaruh positif terhadap pelaksanaan Good Coorporate Governance (GCG), Karena Biro SPI tidak hanya berperan dalam mebantu manajemen dalam menjalankan fungsi pengawasannya tetapi juga mendorong proses keberhasilan penerapan GCG. Dan pada variabel Code of Conduct (Pedoman Perilaku) berpengaruh positif juga terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG), karena hal ini tertuang dalam perumusan dan penetapan visi, misi, tujuan serta pemilihan strategi yang diikuti dengan penetapan kebijakan apa yang

Peranan Biro SPI (X1)

Code of Conduct (X2)

Pelaksana GCG (Y)


(42)

menjadikan Good Coorporate Governance (GCG) sebagai landasan operasionalnya.

b. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual diatas, maka hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut :

a. Peranan Biro SPI terhadap GCG secara parsial berpengaruh positif terhadap Pelaksanaan GCG pada PTPN IV (Persero) Medan

b. Code of Conduct (Pedoman perilaku) terhadap GCG secara parsial

berpengaruh positif terhadap Pelaksanaan GCG pada PTPN IV (Persero) Medan


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi untuk memecahkan suatu masalah dan menguji hipotesis penelitian.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel atau lebih, Sugiyono (2004:11). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh peranan Biro SPI dan Code of Conduct terhadap GCG. Dimana data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan pimpinan/staff gol IIIA s/d IVD dan karyawan pimpinan/staff bagian SPI yang terlibat dalam mendukung GCG, yaitu sebanyak 64 orang karyawan pimpinan/staff gol IIIA s/d IVD dan 14 orang untuk SPI, maka jumlah populasinya adalah sebanyak 78 orang. Alasan dipilihnya sampel ini karena karyawan-karyawan tersebut berpatisipasi aktif didalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).

Pemilihan sampel di ambil secara acak (Random Sampling) sebanyak 50%. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :


(44)

2. Setelah 1 minggu, peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah diisi responden.

3. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan oleh responden, maka peneliti akan mengolah data jika jumlah data yang terkumpul sudah lebih dari 30, tetapi jika data belum mencukupi, maka akan dicoba lagi untuk mengirim kuesioner kepada responden yang belum mengembalikan kuesioner tersebut.

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Defenisi operasional dan pengukuran variabel dapat dilihat pada lembar ini. Kuesioner untuk variabel Y (pelaksanaan GCG) dan X1 (peranan biro SPI) menggunakan kuesioner di peneliti sebelumnya. Sedangkan pada X2 (code of

conduct)nya saya membuat kuesioner sendiri dengan mempelajari dari pedoman code of conduct.

Tabel 3.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel penelitian Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala Interval Dependen Variabel

Pelaksanaan GCG Pelaksanaan GCG adalah proses yang digunakan oleh pelaku bisnis perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan Pelaksanaan GCG diukur berdasarkan kemampuan karyawan pimpinan/staff dalam memahami dan mengetahui partisipasi dan pedoman-pediman dalam mendukung pelaksanaan GCG. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan setuju atau


(45)

stakeholders lainnya.

ketidaksetujuan

terhadap pernyataan yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangat setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tau), skor 2 (TS=tidak setuju) dan skor 1 (STS= sangat tidak setuju)

Independen Variabel

Peranan Biro SPI Peranan Biro SPI

adalah unit pengawasan internal yang mempunyai peran tidak hanya membantu manajemen dalam menjalankan fungsi pengawasannya tetapi juga sebagai konsultan bagi manajemen dalam rangka peningkatan penerapan manajemen resiko, pengendalian internal dan penerapan GCG.

Peranan Biro SPI diukur berdasarkan persepsi mereka tentang kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas dan mendukung GCG. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur

sikap dengan mengatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap pernyatan

yang diajukan dengan skor 5 (SS=sangan setuju), skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tau), skor 2 (TS=tidak setuju), skor 1 (STS=sangat tidak setuju)

Interval

Code of Conduct

(Pedoman Perilaku)

Code of Conduct

ialah upaya mewujudkan GCG dalam suatu perusahaan akan membutuhkan komitmen dari seluruh pelaku bisnis

Code of Conduct

diukur berdasarkan persepsi mereka tentang kemampuan mereka dalam berperilaku dalam mendukung GCG. Variabel ini diukur dengan skala likert yaitu mengukur sikap dengan mengatakan

setuju atau Interval


(46)

ketidaksetujuan

dengan skor 5 (SS=sangat setuju). Skor 4 (S=setuju), skor 3 (TT=tidak tau), skor 2 (TS=tidak setuju), skor 1 (STS=sangan tidak setuju)

D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data kualitatif yaitu :

a. Data Primer, yaitu berupa data yang belum diolah yang diperoleh dari jawaban kuisioner yang telah diisi oleh karyawan pimpinan/staff dan bagian SPI yang terlibat dalam mendukung pelaksanaan GCG.

b. Data sekunder, yaitu berupa data yang telah diolah yang diperoleh dari perubahan seperti sejarah ringkas dan struktur organisasi PTPN IV (persero) Medan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dialkukan melalui :

a. Teknik Dokumentasi, yakni melakukan pengamatan secara tidak langsung terhadap objek yang diteliti.

b. Studi survey, yakni metode pengumpulan data primer yang diperoleh langsung dari sumber asli, Dengan teknik yaitu teknik pengumpulan data dan menggunakan instrument kuesioner.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistik.


(47)

E. Pengujian Validitas dan Reabilitas Data 1. Pengujian Validitas Data

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas atau kesahihan suatu instrument, sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang akan diukurnya (Ancok, 1998:120). Menurut Hakim (1999) dalam Widyastuti (2000), “Faktor-faktor yang mengurangi validitas data antara lain ketidakpatuhan responden mengikuti petunjuk pengisian kuisioner dan tidak tepatnya formulasi alat pengukur yaitu bentuk dan isi kuisioner”.

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan alat bantu program statistic, dengan criteria sebagai berikut :

a. Jika rhitung positif dan rhitung > rhitung maka butir pertanyaan tersebut valid. b. Jika rhitung negatif atau rhitung < rhitung, maka butir pertanyaan tersebut tidak

valid.

c. rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Iten Total correlation.

2. Pengujian Realibilitas Data

Uji realibilitas menurut Riyadi (2000) dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk melihat realibitas masing-masing instrument yang digunakan, maka peneliti menggunakan koefesien cronbach alpha. Suatu instrument dikatakan reliable jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,5 atau bila rpositif, rhitung > rtabel maka butir pertanyaan tersebut valid ( Nunnaly (1967) dalam Ghozali (2005:42)


(48)

F. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi, maka diperlukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian :

1). Uji Normalitas

Tujuan Uji Normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yaitu distribusi data dengan bentuk lonceng (bell Shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal.

Pedoman pengambilan keputusan dengan uji Kolmogrov-Smirov tantang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat dilihat dari :

a. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

b. Nilai Sig. Atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah normal

2). Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independent antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak original. Variabel-variabel bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel yang bebas yang memilki nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesame variabel bebas, maka konsekuensinya adalah :

a) Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.


(49)

Pengujian ini bermaksud untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Ada dua cara yang dapa dilakukan jika terjadi multikolinieritas, yaitu :

a. Mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independent A dan B saing berkorelasi dengan kuat, maka bisa dipilah A atau B yang dikeluarkan dari model regresi.

b. Menggunakan metode lanjut seperti Regresi Bayesian atau Regresi Ridge. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari model penelitian, jika nilai VIF diatas 2 (Hair 1998:99), maka dapat dikatakan telah terjadi gejala multikolinearitas dalam model penelitian. 3). Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Dan jika varians berbeda, maka disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas (Erlina 2007:108). Pengujian dilakukan dengan Uji Gletser, dengan cara meregres seluruh variabel independen dengan nilai absolute residual sebagai variabel independeenya. Perumusan Hipotesis adalah :

a. Ho : tidak ada heteroskedastisitas b. Ha : ada heteroskedastisitas

c. Jika signifikan < 0,05 maka Ha diterima (ada heteroskedstisitas) dan jika signifikan > 0,05 maka H0 diterima (tidak ada heteroskedstisitas).


(50)

G. Metode Penelitian

Untuk menentukan hubungan yang berlaku antara peranan biro SPI, Code of

Conduct terhadap pelaksanaan GCG pada PTPN IV (persero) Medan. Analisis

statistik yang digunakan adalah persamaan Regresi Linear, dengan model persamaan sebagai berikut :

Y = a+b1X1+b2X2+e Dimana :

Y = pelaksanaan GCG X1 = peranan biro SPI X2 = code of conduct a = konstanta

b1 = koefisien regresi peranan biro SPI b2 = koefisien code of conduct

e = tingkat kesalahan pengganggu

H. Pengujian Hipotesis

1. Pengujian Signifikan Simultan (Uji-F)

Uji ini pada dasarnya menunjukkan apakh semua variabel independent yang dimasukkan dalam model ini mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel independen.

Bentuk pengujiannya :

Ho : b1 = b2 = 0, artinya variabel independent secara simultan tidak terpengaruh terhadap variabel dependen.


(51)

Ha : b1, b2 ≠ 0, artinya semua variabel independent secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan :

Jika probabilitas <0.10, maka Ha diterima Jika probabilitas >0.10, maka Ha ditolak

2. Pengujian Simultan Parsial (Uji-t)

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independent secara parsial terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah :

Ho : b1 = 0, artinya suatu variabel independent secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel independen.

Ha : b1 ≠ 0, artinya variabel independent secara parsial berpengaruh terhadap variabel independent.

Kriteria pengambilan keputusan :

Jika probabilitas <0.10, maka Ha diterima Jika probabilitas >0.10, maka Ha ditolak

3. Koefisien Determinan (R2)

Pengujian koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel independent yang diteliti terhadap variasi naik turunnya variabel dependen (Ghozali 2005:83). Selanjutnya, Ghozali (2005:83) menerangkan bahwa koefisien determinan berkisar antara nol sampai


(52)

dengan satu (0 ≤ R 2 ≤ 1). Hal ini berarti bila R2=0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati 1 menunjukkan semakin kuatnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen dan bila R2 semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan semakin kecilnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen


(53)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang PTPN IV (Persero) Medan 1. Sejarah Singkat Perusahaan

Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara IV (Persero) dibentuk berdasarkan peraturan pemerintah no. 9 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996, tentang penggabungan kebun-kebun yang berada di wilayah Sumatera Utara dari PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, PT. Perkebunan VIII.

PTPN IV. (Persero) didirikan dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH No.37 tertangganl 11 Maret 1996 dan Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. C2 – 8332 HT. 01. 01 Tahun 1996, tanggal 8 Agustus 1996 serta dicantumkan dalam Tambahan Berita Negara RI No. 81 tanggal 8 oktober 1996.

Pada saat ini PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) mengelola lahan perkebunan dengan luas 136.971 Ha yang terdiri dari areal kelapa sawit seluas 120.774 Ha, kakao seluas 7.626 Ha, dan the seluas 8.571 Ha.

Untuk mengelola hasil kebun, PTPN IV (Persero) mengelola 16 unit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas 606 ton Tandan Buah Segar (TBS) per jam, 4 unit Pabrik Pengering biji Kakao (PPBK) dengan kapasitas 152 ton Biji Kakao Basah (BKB) per hari dan 6 unit Pabrik Teh (PT) dengan kapasitas 367 ton Daun Teh Basah (DTB) per hari.

Selain mengelola Kebun dan Pabrik Pengolahan, PTPN IV (Persero) juga mengelola Industri hilir berupa pabrik Fraksionasi dan Rafinasi atau pabrik Minyak Nabati (PMN) dengan kapasitas 300 ton CPO per hari dan Pabrik Pengolahan Inti Sawit (PPIS) dengan kapasitas 400 ton inti sawit per hari.


(54)

Untuk mendukung kegiatan perbengkelan juga dikelola 1 unit Pabrik Mesin Tenera (PMT). Sedangkan untuk pelayanan kesehatan bagi karyawan PTPN IV (Persero) dikelola 3 rumah sakit yaitu Rumah Sakit Laras, Rumah Sakit Balimbingan, dan Rumah Sakit Pabatu.

Jumlah unit usaha yang dikelola PTPN IV (Persero) pada saat ini sebanyak 37 unit dengan jumlah karyawan sebanyak 39.990 orang.

Letak unit usaha PTPN IV (Persero) beralokasi di 8 Kabupaten daerah Tingkat II yaitu Simalungun, Deli Serdang, Asahan, Labuhan Batu, Langkat, Tobasa, dan Tapanuli Selatan serta Kotamadya Medan.

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) memiliki anak perusahaan yaitu PT. Pamina Adolina yang merupakan 1 unit pabrik Fraksionasi dan Rafinasi CPO kapasitas 200 ton CPO per hari, dengan produk akhir berupa margarine, RDB

olien (minyak goreng), stearine dan fatty acid. Pabrik ini dalam proses

pengolahannya menggunakan sistem dry proses (tanpa bahan kimia) dengan keuntungan hasil produksinya lebih diminati oleh pasar negara-negara maju.

Saat ini kantor pusat PT. Perkebunan IV (Persero) terhitung tanggal 1 september 2003 secara efektif telah berkedudukan di Medan. Penentuan lahan kantor pusat telah sesuai dengan perubahan anggaran dasar dari Akte Notaris Sri Rahayu Hadi Prasetyo, SH tanggal 26 september 2002.

Disamping tehitung sejak tanggal 1 september 2003 PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) telah melakukan Rekstrukturisasi Pengolahan Usaha dengan membentuk pengelompokan Grup Unit Usaha (GUU) dan pendelegasian/pelimpahan sebagaian wewenang/tugas Direksi Kepada Manajer Grup Unit Usaha. Hal ini dimaksudkan agar dapat memperkecil rentang kendali


(55)

manajemen guna meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan serta fungsi pengawasan dan pengendalian. Sesuai dengan Master Plan BUMN 2002-2006, Grup Unit usaha ini pada yang akan datang diharapkan akaan menjaadi Strategic

Business Unit yang kompetitif.

2. Struktur Organisasi

Fungsi perusahaan yang dikelompokkan dalam bagian di Kantor Pusat adalah :

A. Bagian Sekretaris Perusahaan (Corporate Strategy) Uraian Tugas :

1. Sekretaris Perusahaan 2. Aspek bisnis/legal 3. Kepatuhan

4. Investor

5. Komunikasi Perusahaan 6. Hubungan Masyarakat 7. Protokol

B. Bagian Satuan Pengawasan Intern Uraian Tugas :

1. Evaluasi Laporan, sistem dan prosedur 2. Pengawasan Operasional

C. Bagian Tanaman Uraian Tugas :


(56)

2. Pemeliharaan 3. Proteksi 4. Pemupukan 5. Panen 6. Pemetaan D. Bagian Teknik

Uraian Tugas : 1. Instalasi 2. Teknik sipil 3. Listrik

E. Bagian Pengolahan Uraian Tugas : 1. Pengolahan

2. Pengendalian Mutu 3. Lingkungan Hidup

F. Bagian Perencanaan, Pengkajian dan Pengembangan Uraian Tugas :

1. Perencanaan Perusahaan 2. Pengkajian

3. Pengembangan Usaha 4. Tekhnologi Informasi

5. Sistem Informasi Manajemen 6. Manajemen Resiko


(57)

Uraian Tugas : 1. RKAP

2. Pengendalian Anggaran 3. Keuangan

4. Pajak dan Asuransi H. Bagian Akuntansi

Uraian Tugas : 1. Akuntansi 2. Kompilasi 3. Verifikasi

4. Administrasi PIR dan Plasma I. Bagian Pemasaran

Uraian Tugas : 1. Analisis Pasar 2. Promosi

3. Pengujian dan Sertifikasi 4. Pemasaran Produk 5. Administrasi Pemasaran J. Bagian Pengadaan

Uraian Tugas :

1. Pengadaan Barang 2. Pergudangan

K. Bagian Sumber Daya manusia Uraian Tugas :


(58)

1. Personalia

2. Pendidikan dan Pelatihan 3. Hubungan Industrial 4. Kesehatan dan K3 L. Bagian Umum

Uraian Tugas : 1. Hukum 2. Pertanahan

3. Rumah Tangga dan Keamanan 4. Sarana dan Komunikasi M. Bagian PUKK/KBL

Uraian Tugas :

1. Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi 2. Bina Lingkungan/community development

B. Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 78( tujuh puluh delapan) responden yaitu kepada Karyawan Pimpinan/staff golongan IIIA s/d IVD dan Bagian SPI PTPN IV (Persero) Medan. kuesioner disebar kepada 64 Karyawan Pimpinan/staff golongan IIIA dan 14 Bagian SPI. Dari seluruh kuesioner yang disebarkan yang kembali kepada penulis, sebanyak lima puluh dua kuesioner. Rincian penjelasan pengembalikan kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(59)

Tabel 4.1

Tingkat Pengembalian Kuesioner

Kuesioner yang dikirim 78

Kuesioner yang tidak kembali 75

Kuesioner yang kembali 3

Tk pengembalian 0.96%

Kriteria jawaban pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner adalah sebagai berikut

1. Sangat tidak Setuju 2. Tidak Setuju

3. Tidak Tau 4. Setuju

5. Sangat Setuju

C. Hasil Pengujian Kualitas Data a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum dilakukan analisis regresi dan korelasi, maka terlebih dahuludiuji valid dan reliabelnya suatu instrumen atau alat pencarian data. Suatuinstrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang memang danseharusnya diukur, sehingga masing-masing pertanyaan dapat mewakilikeberadaan variabel tersebut. Untuk mengetahui validitas butir-butir pertanyaan,penulis menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS yaitu dengan melihat output pada kolom Corrected Item- Total Correlation yang merupakan nilai r hitung untuk masing-masing pertanyaan, kemudian membandingkan dengan nilai r tabel. Secara sederhana hasil uji validitas disajikan sebagai berikut:


(60)

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Penelitian

Variabel X1 ( Satuan Pengawasan Internal) KORELASI

ANTARA

Nilai Nilai r tabel

Keterangan Kesimpulan Korelasi (

r) (n=10,α=5%)

1 0.58

0.227

r positif, r hitung>r tabel Valid 2 0.53 r positif, r hitung>r tabel Valid 3 0.78 r positif, r hitung>r tabel Valid 4 0.67 r positif, r hitung>r tabel Valid 5 0.37 r positif, r hitung>r tabel Valid 6 0.61 r positif, r hitung>r tabel Valid 7 0.52 r positif, r hitung>r tabel Valid 8 0.63 r positif, r hitung>r tabel Valid 9 0.59 r positif, r hitung>r tabel Valid 10 0.56 r positif, r hitung>r tabel Valid


(61)

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas Penelitian Variabel X2 (code of conduct) KORELASI

ANTARA

Nilai Nilai r tabel

Keterangan Kesimpulan Korelasi ( r) (n=10,α=5%)

1 0.64

0.227

r positif, r hitung>r tabel Valid

2 0.74 r positif, r hitung>r tabel Valid

3 0.82 r positif, r hitung>r tabel Valid

4 0.79 r positif, r hitung>r tabel Valid


(62)

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas Penelitian Variabel Y (Good Corporate Governance)

KORELASI ANTARA

Nilai Nilai r tabel

Keterangan Kesimpulan Korelasi (

r) (n=10,α=5%)

1 0.42

0.227

r positif, r hitung>r tabel Valid

2 0.16 r positif, r hitung>r tabel Valid

3 0.29 r positif, r hitung>r tabel Valid

4 0.53 r positif, r hitung>r tabel Valid

5 0.69 r positif, r hitung>r tabel Valid

6 0.62 r positif, r hitung>r tabel Valid

7 0.72 r positif, r hitung>r tabel Valid

8 0.77 r positif, r hitung>r tabel Valid

9 0.71 r positif, r hitung>r tabel Valid

10 0.58 r positif, r hitung>r tabel Valid 11 0.51 r positif, r hitung>r tabel Valid 12 0.65 r positif, r hitung>r tabel Valid 13 0.74 r positif, r hitung>r tabel Valid 14 0.62 r positif, r hitung>r tabel Valid 15 0.59 r positif, r hitung>r tabel Valid 16 0.55 r positif, r hitung>r tabel Valid 17 0.38 r positif, r hitung>r tabel Valid 18 0.42 r positif, r hitung>r tabel Valid


(63)

19 0.63 r positif, r hitung>r tabel Valid 20 0.65 r positif, r hitung>r tabel Valid 21 0.58 r positif, r hitung>r tabel Valid

Tabel 1, 2 dan 3 menunjukkan bahwa butir-butir pertanyaan untuk variabel x1(Sistim Pengawasan internal), x2 (Code of Conduct), dan variabel Y (Good

Corporate Governance) seluruhnya memenuhi persyaratan yakni nilai r hitung

semua butirpertanyaan lebih besar dari r tabel 0.227. dengan demikian dapat digunakan dalam penelitian.Setelah dilakukan uji validitas, selanjutnya dilakukan juga uji reliabilitas.Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui suatu konsistensi hasil pengukurandari instrumen yang dipakai. Dalam pengukuran reliabilitas ini penulis menggunakan cara One shot atau pengukuran sekali saja. Pengukuran dilakukanhanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain ataumengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Suatu instrumen dikatakan reliable apabila memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60. Secara ringkas hasil Uji Reliabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Reliabilitas Penelitian

No Variabel Cronbach

Alpha

Kriteria Status

1 Sistim Pengawasan Internal 0.779 0.6 Reliabel

2 code of conduct 0.769 0.6 Reliabel


(64)

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa instrumen yang dipakai dalampenelitian ini reliabel dan dapat dipercaya, sehingga seluruh variabel dapatdigunakan dalam penelitian.

D. Pengujian Asumsi Klasik 1. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak, dengan membuat hipotesis sebagai berikut:

Ho : data residual terdistribusi normal Ha : data residual terdistribusi tidak normal

Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Pada penelitian ini akan digunakan kedua cara tersebut.

1) Analisis Grafik

Analisis grafik dapat digunakan dengan dua alat, yaitu grafik histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng. Pada grafik P-P Plot, sebuah data dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik datanya tidak menceng ke kiri atau ke kanan, melainkan menyebar di sekitar garis diagonal.


(65)

Gambar 4.1 Uji Normalitas

Sumber: Data Olahan SPSS, 2010

Gambar 4.2 Uji Normalitas


(66)

Dengan melihat tampilan grafik histogram, kita dapat melihat bahwa gambarnya telah berbentuk lonceng yang menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Pada grafik P-P Plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan tidak jauh dari garis diagonal. Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas.

2) Uji Statistik

Pengujian normalitas data dengan hanya melihat grafik dapat menyesatkan kalau tidak melihat secara seksama, sehingga kita perlu melakukan uji normalitas data dengan menggunakan statistik agar lebih meyakinkan. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal, maka dilakukan uji

Kolmogorov-Smirnov (1 sample KS) dengan melihat data residualnya apakah

berdistribusi normal atau tidak. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data tersebut terdistribusi normal. Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka distribusi data adalah tidak normal. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada tabel 4.6.


(67)

Tabel 4.6 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 75

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 6.29595386

Most Extreme Differences Absolute .120

Positive .120

Negative -.100

Kolmogorov-Smirnov Z 1.042

Asymp. Sig. (2-tailed) .227

a. Test distribution is Normal.

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov pada penelitian ini menujukkan probabilitas = 0,731 Dengan demikian, data pada penelitian ini berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk melakukan Uji-t dan Uji-f karena 0,227 > 0,05 (H0 diterima).

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance value adalah 0,1 dan batas VIF adalah 10”. Apabila tolerance value < 0,1 atau VIF > 10 = terjadi multikolinearitas. Apabila tolerance value > 0,1 atau


(68)

VIF < 10 = tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian terhadap multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7

Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber: Data Olahan SPSS, 2010

Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10 dan tidak ada yang memiliki

tolerance value lebih kecil dari 0,1. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian ini

bebas dari adanya multikolinearitas. Dari hasil analisis, didapat nilai VIF untuk variabel Satuan Pengawas Internal (SPI) adalah 1,115 (<10) dan nilai tolerance sebesar 0,897 (>0,1), untuk variabel code of conduct (CD) nilai VIF nya adalah

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constan t)

84.009 8.897 9.443 .000

SPI .312 .169 .223 1.847 .069 .907 1.102

CC -.452 .380 -.143 -1.189 .238 .907 1.102 a. Dependent Variable:


(69)

1.115 (<10) dan nilai tolerance sebesar 0,897 (>0,1). Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas yang dipakai dalam penelitian ini lolos uji gejala multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan Uji Gletser, dengan cara meregres seluruh variabel independen dengan nilai absolute residual (absut) sebagai variabel dependennya.

Tabel 4.8

Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.879 5.475 1.987 .071

SPI .135 .104 .155 1.300 .198

CC -.532 .234 -.271 -2.273 .056

a. Dependent Variable: absut Sumber: Data Olahan SPSS, 2010


(70)

Dari tabel 4.8 diatas kita dapat melihat bahwa nilai signifikansi untuk variabel Satuan Pengawas Internal (SPI) adalah 0,198 (>0.05), untuk variabel code of

conduct (CD) adalah 0,056 (>0,05). Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa

tidak terdapat masalah heteroskedastisitas karena semua variabel independennya memiliki signifikan lebih besar dari 0,05

E. Hasil Analisis Regrsi Berganda

Dari tabel 4.11 diatas dapat diperoleh model persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = 84.009 +0.312 X1 – 0.452 X2 + e Keterangan :

1) konstanta (a) sebesar 84.009 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen (X = 0) maka Good Corporate Governance sebesar 84.009,

2) koefisien X1 sebesar 0.312 menunjukkan bahwa variabel Satuan Pengawas Internal (SPI) berpengaruh positif terhadap Good Corporate

Governance (GCG). Hal ini berarti bahwa bila Satuan Pengawas

Internal ditingkatkan maka akan menaikkan nilai dari Good Corporate

Governance (GCG ) ,

3) koefisien X2 sebesar -0.452 menunjukkan bahwa variabel code of

conduct (X2) berpengaruh negatif terhadap Good Corporate

Governance. Hal ini berarti bahwa bila code of conduct ditingkatkan

maka akan menurunkan Good Corporate Governance, 4) standar error (e) menunjukkan tingkat kesalahan pengganggu.


(71)

F. Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan tujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4.9

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 CC, SPIa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: GCG Sumber: Data Olahan SPSS, 2010

Berdasarkan tabel 4.10 diatas, maka dapat diketahui bahwa :

1) variabel yang dimasukkan kedalam persamaan adalah variabel independen yaitu Satuan Pengawas Internal (SPI), code of conduct (CD),

2) tidak ada variabel independen yang dikeluarkan,

3) metode yang digunakan untuk memasukkan data yaitu metode enter.

1. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji hubungan regresi antar variabel dependen dengan seperangkat variabel independen. Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel Satuan Pengawas Internal (X1), code of conduct (X2) berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap Good Corporate Governance (Y).


(72)

Tabel 4.10 Hasil Uji F ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 156.658 2 78.329 1.923 .154a

Residual 2933.289 72 40.740 Total 3089.947 74

a. Predictors: (Constant), CC, SPI b. Dependent Variable: GCG Sumber: Data Olahan SPSS, 2010

Dari uji ANOVA (Analysis of Variance) atau Uji F, maka didapat dengan tingkat signifikansi 0,154 (lebih besar dari 0,05). Oleh karena itu, model regresi dapat dipakai untuk memprediksi Good Corporate Governance . Dengan kata lain, Satuan Pengawas Internal(SPI), code of conduct(CD) secara simultan berpengaruh terhadap Good Corporate Governance (GCG).

2. Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu). Uji-t ini dilakukan dengan membandingkan nilai P-value dari t dengan α. Kesimpulan yang dapat diambil dari uji t ini adalah:


(1)

Lampiran 9

UJI REABILITAS

SPI

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.779 .792 10

CC

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.769 .782 5

GCG

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items


(2)

Lampiran 10


(3)

Lampiran 11

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 75

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 6.29595386 Most Extreme Differences Absolute .120

Positive .120

Negative -.100

Kolmogorov-Smirnov Z 1.042

Asymp. Sig. (2-tailed) .227

a. Test distribution is Normal.

UJI UJI HETEROSKEDASTISITAS

Lampiran 12

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized


(4)

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.879 5.475 1.987 .071

SPI .135 .104 .155 1.300 .198

CC -.532 .234 -.271 -2.273 .056

a. Dependent Variable: absut

UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .225a .051 .024 6.38280 1.94

a. Predictors: (Constant), CC, SPI b. Dependent Variable: GCG

UJI MULTIKOLINERITAS

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 84.009 8.897 9.443 .000

SPI .312 .169 .223 1.847 .069 .907 1.102

CC -.452 .380 -.143 -1.189 .238 .907 1.102

a. Dependent Variable: GCG

Lampiran 13

UJI HIPOTESIS

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 CC, SPIa . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: GCG


(5)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .225a .051 .024 6.38280

a. Predictors: (Constant), CC, SPI b. Dependent Variable: GCG

Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 156.658 2 78.329 1.923 .154a

Residual 2933.289 72 40.740

Total 3089.947 74

a. Predictors: (Constant), CC, SPI b. Dependent Variable: GCG

Lampiran 14

Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 84.009 8.897 9.443 .000

SPI .312 .169 .223 1.847 .049

CC -.452 .380 -.143 -1.189 .238


(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan Good Corporate Governance (GCG) di Sektor Publik (Studi Kasus pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara

12 131 128

Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal (SPI) Terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PTPN II (Persero) Tanjung Morawa

2 39 114

PENGARUH PERANAN SATUAN PENGAWASAN INTERNAL (SPI) DAN PEDOMAN PERILAKU TERHADAP GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA KSP KARYA NIAGA KABUPATEN DEMAK

0 10 110

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 6 114

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 0 12

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 0 2

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

1 2 9

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 0 24

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 0 3

Pengaruh Peranan Satuan Pengawasan Internal (SPI) dan Pedoman Perilaku terhadap Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Pada PT Perkebunan Nusantara di Medan

0 0 31