RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2-JM) KABUPATEN ACEH TAMIANG TAHUN 2015 - 2019

  TAHUN 2015 - 2019

8.1. ASPEK LINGKUNGAN

8.1.1. Penilaian Lingkungan

  Kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah yang sebagian besar datarannya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit, dari pertambangan minyak dan gas bumi. Hal ini sangatlah riskan untuk terjadi pencemaran- pencemaran lingkungan hidup, limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit maupun pencemaran minyak ke lokasi pertanian masyarakat, hal ini ditambah lagi dengan polusi asap yang dikeluarkan oleh pabrik kelapa sawit.

  Isu mengenai Pencemaran Lingkungan pada masyarakat Kabupaten Aceh Tamiang yang dapat kami himpun antara lain :

  • Setiap langkah pembangunan yang dilaksanakan selalu terjadi kerusakan

  lingkungan hidup yakni kerusakan penting atau kurang penting, dan ini pasti akan terjadi perubahan sosial budaya disekitar proyek pembangunan.

  • Pada setiap aktivitas operasi yang dijalankan pihak pabrik atau kilang akan

  menimbulkan produk akhir yang tidak terpakai atau daur ulang yang lazim disebut limbah, baik itu berupa limbah padat, cair, udara,temperatur, kebisingan.

  • Kemajuan akivitas masyarakat didaerah perkotaan, peningkatan jumlah

  penduduk serta tingkat ekonomi dan kesejahteraan memberi dampak pada peningkatan volume sampah dan limbah rumah tangga.

  Menindak lanjuti isu yang berkembang didaerah Kabupaten Aceh Tamiang, yang telah disebutkan diatas perlu suatu penegasan dan tindaklanjut serta sosialisasi penerapan Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan hidup, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup serta Keputusan Kepala BAPPEDA. Dalam

  TAHUN 2015 - 2019

  hal pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air perlu juga sosialisasi Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Sejak tahun 1982 Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) merupakan Instrumen pengendalian dampak lingkungan, hingga saaat ini AMDAL dikenal meluas diberbagai lapisan dan golongan masyarakat. Sosialisasi secara aktif melalui jalur pendidikan non formal (kursus dasar, penyusun dan penilai AMDAL). Dibentuknya Komisi Pusat dan Daerah untuk penilaian AMDAL, dan adanya persyaratan – persyaratan yang terkait dengan AMDAL, secara tidak langsung telah mendorong banyaknya pihak, khususnya aparatur pemerintah, yang mengenal istilah AMDAL. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah tentang AMDAL yakni PP Nomor 1986 hingga saat ini, banyak pihak merasa bahwa AMDAL belum menjadi Instrumen yang efektif untuk pengendalian (terutama pencegahan) dampak lingkungan. Bahkan akhirnya AMDAL banyak dipandang sebagai cost center ketimbang sebagai kontributor untuk cost saving. Mutu penilaian dokumen AMDAL dipengaruhi oleh empat faktor yaitu:

  1. Kompetensi teknis anggota komisi penilai AMDAL

  2. Integritas anggota komisi penilai

  3. Tersedianya panduan penilaian dokumen AMDAL

  4. Akuntabilitas dalam proses penilaian AMDAL Faktor - faktor ini harus terus ditingkatkan, dikembangkan dan difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang agar mutu penilaian AMDAL dapat meningkat secara bertahap.

8.1.2. Prinsip Dasar Penilaian Lingkungan

  Ada empat peraturan perundang – undangan yang mengatur penilai dokumen AMDAL, khususnya tentang komisi penilai AMDAL, yaitu :

  1. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Komisi Penilai AMDAL, dan pasal 14 – pasal 23 tentang tata laksana.

  2. Keputusan Menteri Negara LH No. 40 Tahun 2000 tentang Pedoman Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL.

  3. Keputusan Menteri Negara LH No. 41 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/ Kota.

  4. Keputusan Menteri Negara LH No. 42 Tahun 2000 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Penilai dan Tim Teknis AMDAL Pusat.

  TAHUN 2015 - 2019

  Ada enam kriteria kerangka penilaian lingkungan yang sengaja disusun berjenjang yaitu :

  8.1.4. Pembiayaan

  f. Uji Mutu Aspek Kedalaman Pengujian dimulai dari Uji Administratif kemudian ketahap Uji Fase Kegiatan Proyek dan selanjutnya tahap Uji Mutu. Jadi pengujian dimulai dari taraf yang amat mudah ( Uji Administratif ) hingga ketaraf uji yang memerlukan kompetensi keilmuan tertentu ( Uji Kedalaman ).

  e. Uji Mutu Aspek Kelevansi

  d. Uji Mutu Aspek Keharusan

  c. Uji Mutu Aspek Konsistensi

  b. Uji Fase Kegiatan Proyek

  a. Uji Administratif

  8.1.3. Kerangka Penilaian Lingkungan

  Adapun peraturan perundang – undangan yang dapat digunakan sebagai landasan hukum untuk penilaian substansi dokumen AMDAL adalah :

  7. Keputusan Kepala Bapedal No. Kep – 124 / 12 1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam AMDAL.

  6. Keputusan Kepala Bapedal No. 299 / BAPEDAL / II / 96 tentang Pedoman teknis Kajian Aspek Sosial dalam AMDAL.

  5. Keputusan Menteri Negara LH No.4 Tahun 2000 tentang Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan di Daerah Lahan Basah.

  4. Keputusan Kepala Bapedal No.08 Tahun 2000 tentang keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi Dalam Proses AMDAL.

  3. Keputusan Kepala Bapedal No.9 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL.

  2. Keputusan Kepala Bapedal No.056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting.

  1. Keputusan Menteri Negara LH No.2 Tahun 2000 tentang Paduan Penilaian Dokumen AMDAL.

  Pembiayaan kegiatan kursus dan pelatihan serta sosialisasi dibebankan kepada pemerintah Aceh Tamiang.

  TAHUN 2015 - 2019

8.2. Komponen Penilaian Lingkungan

8.2.1. Komponen Sosial Ekonomi

  Komponen sosial ekonomi yang penting untuk ditelaah yaitu :

  a. Demografi ; meliputi :

  1. Struktur penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan dan agama.

  2. Tingkat kepadatan penduduk.

  3. Pertumbuhan penduduk (tingkat kelahiran, tingkat kematian bayi dan pola migrasi sirkuler, komuter, permanen).

  4. Tenaga Kerja (tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran).

  b. Ekonomi ; meliputi : 1. Ekonomi rumah tangga (tingkat pendapatan, pola nafkah ganda).

  2. Ekonomi sumber daya alam (pola pemilikan dan penguasaan sumber daya alam, pola pemanfaatan sumber daya alam, pola penggunaan lahan, nilai tanah dan sumber daya alam lainnya, sumber daya alam milik umum ).

  3. Perekonomian lokal dam regional (kesempatan kerja dan berusaha, nilai tambah karena proses manufaktur, jenis dan jumlah aktifitas ekonomi non formal, distribusi pendapatan, efek ganda ekonomi, produk domestik regional bruto, pendapatan asli daerah, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, fasilitas umum dan fasilitasa sosial, aksesibilitas wilayah).

8.2.2. Komponen Sosial Budaya

  Komponen sosial budaya yang penting untuk ditelaah yaitu :

  a. Budaya ; meliputi : 1. Kebudayaan (adat istiadat, nilai dan norma budaya).

  2. Proses Sosial (proses asosiatif/ kerjasama, proses dissosiatif/ konflik sosial, alkulturasi, asimulasi dan integritasi, konesi sosial).

  3. Pranata Sosial/ kelembagaan masyarakat dibidang ekonomi (misal hak ulayat) pendidikan, agama, sosial, keluarga.

  4. Warisan Budaya (situs purbakala, cagar budaya).

  5. Pelapisan sosial berdasarkan pendidikan, ekonomi, pekerjaan dan kekuasaan.

  TAHUN 2015 - 2019

b. Kesehatan masyarakat.

  6. Kondisi sanitasi lingkungan.

  (b) Data periodik bencana (siklus tahunan , lima tahunan, dan sebagaianya) seperti sering terjadi angin ribut, banjir tahunan, banjir bandang di wilayah studi rencana usaha dan/ atau kegiatan;

  1) Iklim, kualitas udara dan kebisingan (a) Komponen iklim yang perlu diketahui antara lain seperti tipe iklim suba (maksimum, minimum, rata–rata), kelembaban curah hujan dan jumlah hari hujan, keadaan angin (arah dan kecepatan), intensitas radiasi matahari.

  Komponen lingkungan yang penting untuk ditelaah yaitu :

  8. Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses penyebaran penyakit.

  7. Status gizi masyarakat.

  5. Sumber daya kesehatan.

  6. Kekuasaan dan Kewenangan (kepemimpinan formal dan informal, kewenangan formal dan informal, mekanisme pengambilan keputusan dikalangan masyarakat, kelompok individu yang dominan, pergeseran nilai kepemimpinan).

  4. Karakteristik dan spesifik penduduk yang beresiko.

  3. Potensi besarnya dampak timbulnya penyakit (angka kesakitan dan angka kematian).

  2. Proses dan potensi terjadinya pemajanan.

  1. Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.

  9. Konflik kepentingan dengan rencana pembangunan usaha dan/ atau kegiatan.

  8. Adaptasi ekologis.

  7. Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana usaha atau kegiatan.

8.2.3. Komponen Lingkungan

a. Fisik Kimia

  TAHUN 2015 - 2019

  (c) Data yang tersedia dari stasiun meteorologi dan geofisika yang mewakili wilayah studi tersebut; (d) Pola iklim mikro, pola penyebaran bahan pencemar udara secara umum maupun pada kondisi udara terburuk;

  (e) Kualitas udara baik pada sumber maupun daerah sekitar wilayah studi rencana usaha dan/ atau kegiatan; (f) Sumber kebisingan dan getaran, tingkat kebisingan serta kejadiannya.

  2) Fisiografi (a) Topografi bentuk lahan (morphologi), struktur geologi dan jenis tanah; (b) Indikator lingkungan hidup yang berhubungan dengan stabilitas geologis dan stabilitas tanah, terutama ditekankan bila terdapat gejala ketidakstabilan, dan harus diuraikan dengan jelas dan seksama (misal: longsor tanah, gempa, sesar, kegiatan–kegiatan longsor tanah, gempa, sesar, kegiatan-kegiatan vulkanis, dan sebagainya);

  (c) Keunikan, keistimewaan, dan kerawanan bentuk lahan dan bantuan secara geologis. 3) Hidrologi

  (a) Karakteristik fisik sungai, danau, rawa (rawa pasang surut, rawa air tawar); (b) Rata-rata debit dekade, bulanan, tahunan; (c) Kadar sedimentasi (lumpur), tingkat erosi; (d) Kondisi fisik daerah resapan air permukaan dan air tanah; (e) Fluktuasi, potensi dan kualitas air tanah (dangkal dan dalam); (f) Tingkat penyediaan dan kebutuhan/ pemanfaatan air untuk air minum, mandi, cuci.

  TAHUN 2015 - 2019

  (g) Tingkat penyediaan dan kebutuhan/ pemanfaatan air untuk keperluan lainnya seperti pertanian, industri, dan lain-lain;

  (h) Kualitas fisik, kimia dan mikrobiologi air mengacu pada baku mutu dan parameter kualitas air yang terkait dengan limbah yang akan keluar. 4) Hidrooscanografi

  Pola hidrodinamika kelautan seperti pasang surut, arus dan gelombang/ ombak, morfologi, pantai abrasi, dan akresi pola sedimentasi yang terjadi secara alami di daerah penelitian.

  5) Ruang, lahan dan tanah (a) Inventarisasi tata guna lahan dan sumber daya lainnya pada saat rencana usaha dan/ atau kegiatan yang diajukan dan kemungkinan potensi pengembangannya di masa datang;

  (b) Rencana pengembangan wilayah, rencana tata ruang (kawasan budidaya seperti pertanian, perkebunan, hutan, perikanan dan lain-lain serta kawasan non budidaya seperti hutan lindung, suaka margasatwa, taman nasional dan lain-lain), rencana tata guna tanah, dan sumber daya alam lainnya yang secara resmi atau belum resmi disusun oleh Pemerintah setempat baik di tingkat kabupaten, proVinsi atau nasional di wilayah studi rencana usaha dan/ atau kegiatan;

  (c) Kemungkinan adanya konflik atau pembatasan yang timbul antara recana tata guna tanah dan sumber daya alam lainnya yang sekarang berlaku dengan adanya pemilikan/ penentuan lokasi bagi rencana usaha dan/ atau kegiatan;

  (d) Inventarisasi estetika dan keindahan bentang alam serta daerah yang ada di wilayah studi rencana usaha dan/ atau kegiatan.

  TAHUN 2015 - 2019

b. Biologi

  1) Flora (a) Peta zona biogeoklimkatik dari vegetasi alami yang meliputi tipe vegetasi, sifat-sifat dan kerawanannya yang berada dalam wilayah studi rencana usaha dan/ atau kegiatan;

  (b) Uraikan tentang jenis-jenis vegetasi dan ekosistem yang dilindungi undang-undang yang berada dalam wilayah studi rencana usaha dan/ atau kegiatan;

  (c) Uraikan tentang keunikan dari vegetasi dan ekosistemnya yang berada pada wilayah studi rencana usaha dan/ atau kegiatan. 2) Fauna

  (a) Taksiran kelimpahan dan keragaman fauna, habitat, penyebaran, pola migrasi, populasi hewan budidaya (ternak) serta satwa dan habitatnya yang dilindungi undang-undang dalam wilayah studi rencana usaha dan/ atau kegiatan. (b) Taksiran penyebaran dan kepadatan populasi hewan invertebrata yang dianggap penting dan memiliki peranan dan potensi sebagai bahan makanan, atau sumber hama dan penyakit;

  (c) Perikehidupan hewan penting di atas, termasuk cara perkembangbiakan, siklus dan daur hidupnya, cara pemijahan, cara bertelur dan beranak, cara memelihara anaknya, perilaku dalam daerah teritorinya.

  Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001, Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Bidang Prasarana Wilayah (berkaitan dengan program/kegiatan yang diusulkan Kabupaten Aceh Tamiang) antara lain adalah :

  TAHUN 2015 - 2019 Tabel 8.1 Jenis Rencana Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi AMDAL di Bidang Prasarana Wilayah No Jenis Kegiatan Skala/Besaran Alasan Ilmiah Khusus

  1. Pembangunan Besaran untuk masing-masing Perumahan/ tipologi kota diperhitungkan Permukiman berdasarkan :

  ≥ 25 ha

  • a. Kota Metropolitan,

  Tingkat pembebasan lahan

  • Luas

  Daya dukung lahan;seperti daya dukung tanah, b. Kota Besar, Luas kapasitas resapan air

  ≥ 50 ha tanah, tingkat kepadatan c. Kota Sedang Dan bangunan per hektar, dll

  ≥ 100 ha

  • Kecil, Luas

  Tingkat kebutuhan air sehari-hari

  • Limbah yang dihasilkan

  sebagai akibat hasil kegiatan perumahan dan pemukiman

  • Efek pembangunan

  terhadap lingkungan sekitar (mobilisasi material dan manusia)

  • KDB (koefisien dasar bangunan).

  2.

  a. Pembangunan

  • Setara dengan layanan

  Instalasi ≥ 2 ha

  10.000 orang Pengolahan Lumpur

  • Dampak kebauan dan

  Tinja (IPLT), gangguan visual termasuk fasilitas

  • Setara dengan layanan

  penunjangnya 10.000 orang

  b. Pembangunan

  • Dampak kebauan dan

  Instalasi Pengolahan gangguan visual Air Limbah (IPLA) limbah domestik ≥ 2 ha termasuk fasilitas penunjang c. Pembangunan sistem

  • Setara dengan 17.000

  perpipaan air limbah, Sambungan luas layanan

  • Setara dengan kota kecil

  TAHUN 2015 - 2019

  3. Drainase Permukiman Berpotensi menimbulkan dampak meningkatnya a. Pembangunan saluran ≥ 500 ha kepadatan lalulintas,kebisingan, dikota besar/ getaran, perubahan tata air metropolitan

  Panjang

  • b. Pembangunan saluran dikota
    • Setara dengan kota kecil,

  ≥ 5 Km sedang sedang/kota kecamatan

  Panjang

  Isu utama adalah perubahan fungsi lahan Berpotensi menimbulkan 4. Jaringan air bersih dikota dampak hidrologi dan besar/metropolitan persoalan keterbatasan air a. Pembangunan

  ≥ 10 Km jaringan distribusi Luas Layanan -

  b. Pembangunan jaringan transmisi ≥ 500 ha

  Panjang

  • Persampahan

  a. Pembuangan dengan ≥ 10 Km

  Dampak potensial berupa sistem control landfill/ pencemaran dari leachate sanitari landfill (diluar (lindi), udara, bau, gas

  B3) beracun,dan gangguan

  Luas

  • kesehatan

  Atau kapasitas

  • total

  Dampak potensial adalah

  b. TPA didaerah pasang 5. bahaya banjir dan perubahan surut, pola air

  Luas

  • Atau kapasitas -

  ≥ 10 ha total ≥ 10.000 ton

  Dampak potensial berupa

  c. Pembangunan ≥ 5 ha transfer station bau, gas beracun, dan

  Kapasitas gangguan kesehatan

  • ≥ 5.000 ton ≥ 1.000 ton/hari

  d. TPA dengan sistem open dumping Dampak potensial berupa

  TAHUN 2015 - 2019

  Semua ukuran pencemaran dari leachate (lindi), udara, bau, gas beracun, dan gangguan kesehatan.

  Dalam proses pengendalian lingkungan yang paling diharapkan untuk tercapainya lingkungan yang berwawasan perlu keterlibatan masyarakat sehingga berbagai saran dan tanggapan masyarakat dapat direalisasikan. Permasalahan yang dihadapi Kabupaten Aceh Tamiang pada aspek Lingkungan : • Minimnya ketersediaan SDM yang yang membidangi Amdal.

  • Kurangnya pengetahuan dan wawasan SDM mengenai Amdal.
  • Tidak lengkapnya sarana prasarana yang dimiliki.
  • • Kurang tersedianya Undang-undang, Peraturan-peraturan yang berkaitan

    dengan pelaksanaan tugas.

  Melalui RPI2-JM (Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka menengah) Pemkab. Aceh Tamiang pada Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Bidang Analisa Dampak Lingkungan perlu adanya kurus dan pelatihan pada staf Bidang Analisa Dampak Lingkungan. Serta sosialisasi secara aktif kepada seluruh Instansi terkait, pemrakarsa kegiatan dan masyarakat. Dengan demikian tersedianya SDM penilai AMDAL yang berkompeten secara teknis dan sosialisasi menciptakan aparatur pemerintahan, pemrakarsa kegiatan serta masyarakat yang berwawasan lingkungan.

  Keselamatan sosial dan lingkungan menjadi pegangan utama dalam pelaksanaan dan pemanfaatan bangunan-bangunan dalam bidang Cipta Karya ini. Lebih jauh dia akan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu efek negatif yang mungkin ditimbulkan harus dihindari, baik dalam pelaksanaan maupun saat pemanfaatannya nanti.

  Pemilihan lokasi yang tepat dan sesuai untuk setiap bangunan yang akan dikerjakan, merupakan syarat utama yang harus dilakukan. Semua lokasi harus mempunyai kelayakan lingkungan sesuai dengan bangunan yang akan dilaksanakan. Mengingat bervariasinya kemiringan lahan, kedalaman efektif tanah, tekstur dan kesuburan tanah, ketersediaan air serta kepekaan terhadap erosi, maka penetapan setiap lokasi yang akan digunakan harus mempertimbangkan hal-hal tersebut terlebih dahulu. Termasuk juga penyesuaian teknik

  TAHUN 2015 - 2019

  (konstruksi), bahan yang digunakan serta tingkat keamanan konstruksinya sendiri. Hal itu kelak bisa dicapai bila telah dilakukan penilaian lingkungan terlebih dahulu. Partisipasi aktif masyarakat umum, pelaku dunia usaha dari perusahaan rumah tangga, perusahaan skala kecil hingga besar dalam peningkatan kesadaran standar baku lingkungan akan menghindari lingkungan dari pencemaran. Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan pemerintah terkait dengan penanganan masalah ini secara lintas sektoral.

8.3. Penilaian Dampakdari Sub Proyek

  Dalam operasionalisasi fasilitas sarana dan prasarana sesuai dengan fungsinya, sering bahkan senantiasa akan menimbulkan dampak lingkungan, baik secara keseluruhan, bahkan dari bagian-bagian sub proyek yang ada. Dampak lingkungan ini dapat bersifat positif maupun negatif. Dampak lingkungan yang negatif, disamping harus diminimalkan, bahkan harus dilakukan antisipasi. Dengan antisipasi tersebut dampak yang timbul tidak lagi menyebabkan kerusakan maupun efek negatif, baik terhadap lingkungan sendiri maupun masyarakat pengguna dan masyarakat sekitar. Untuk melakukan perkiraan dampak sebenarnya harus dilakukan dua kali perkiraan yaitu:

1. Prakiraan keadaan lingkungan tanpa proyek

  Prakiraan keadaan lingkungan tanpa proyek dimasa mendatang bukan pekerjaan mudah, karena pekerjaan ini memerlukan keahlian yang tinggi dan banyak faktor lingkungan yang diketahui, karena didalam proses prakiraan harus memenuhi dinamika lingkungan tempat studi dilakukan.

2. Prakiraan keadaan lingkungan dengan proyek

  Ada beberapa kejadian yang mungkin terjadi bila lingkungan dengan proyek yaitu : a. Keadaan lingkungan yang semakin merosot setelah dibangunnya hingga jangka waktu tertentu.

  b. Keadaan lingkungan yang relatif tidak berubah sekalipun dengan proyek pada waktu tertentu dibangunnya proyek pada waktu tertentu.

  c. Keadaan lingkungan yang relatif tidak berubah sekalipun dengan proyek, pada jangka waktu tertentu.

  d. Keadaan positif pada jangka pendek, tetapi untuk jangka panjang proyek tertentu memberikan dampak negatif.

  TAHUN 2015 - 2019

  e. Proyek yang menghasilkan dampak positif pada lingkungan tertentu, tetapi juga memberikan dampak negatif pada komponen lingkungan yang lain.

  8.3.1. Metode Pendugaan Dampak

  Didalam pandangan dampak ada dua metode yang umum digunakan yaitu :

  a. Metode Formal

  b. Metode In Formal Metode formal dapat dilakukan dengan cara :

  1. Metode prakiraan dampak Metode ini didasarkan kepada penelitian atau survei cepat. Pokok utama dan studi semacam ini adalah keahlian peneliti.

  2. Metode Matematika Metode ini dilakukan dengan menggunakan model yang telah tersedia atau model khusus yang dikembangkan bagi peneliti AMDAL.

  3. Model Fisik Model ini berusaha untuk meniru keadaan dilapangan dengan skala tertentu, secara umum tiruan disebut dengan istilah simulasi.

  4. Model Eksperimental Model ini dilakukan dengan percobaan yang dapat dilakukan didalam laboratorium atau lapangan.

  Pada metode informal, prakiraan dampak dilakukan berdasarkan intuisi atau pengalaman dari pakar yang melaksanakan proyek. Dalam metode informal ini sifatnya sangat subyektif, hasil tidak konsisten, karena subjektifitas dan cara memandangnya berbeda.

  8.3.2. Pemilihan Alternatif

  Tujuan membuat prakiraan dampak adalah untuk mengetahui lebih jauh tindakan apa yang akan dilakukan dengan perbedaan keadaan lingkungan dengan dan tanpa proyek. Bila terjadi dampak positif, kita harus mencari beberapa alternatif untuk memacu dampak itu. Sedangkan bila terjadi dampak negatif harus dicari jalan pemecahan sehingga dampak tersebut menjadi sangat kecil.

8.3.2.1. Proses Pemilihan Alternatif

  TAHUN 2015 - 2019

  Setelah dampak ditelaah secara holistik maka akan dilakukan proses pemilihan alternatif yaitu : a. Penting berdasarkan pernyataan institusi/pemerintah hukum yang berlaku dimasyarakat, kepentingan pembangunan, perintah penguasa, kebijakan pemerintah, peraturan perundang-undangan, pengarahan pejabat, resolusi masyarakat, inisiatif penguasa dan lain-lain.

  b. Penting berdasarkan pernyataan masyarakat, bentuk pernyataan ini dapat ditulis lisan, resmi, tidak resmi, mendukung, menolak, bertentangan dan lain-lain.

  c. Penting berdasarkan pengetahuan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dugaan atas kekritisan sumber daya dan lain-lain.

8.3.2.2. Penyajian Pemilihan Alternatif

  Penyajian pemilihan alternatif harus memberikan rekomendasi pilihan alternatif terbaik serta dasar pertimbangannya. Penyajian pemilihan alternatif ini meliputi : a. Alternatif lokasi

  b. Alternatif tata letak bangunan

  c. Alternatif sarana pendukung

  d. Alternatif teknologi proses produksi

8.4. Rencana Mitigasi dari Dampak Proyek

  Rencana mitigasi (meminimalkan) dampak lingkungan harus senantiasa diterapkan pada semua kegiatan. Baik saat perencanaan, konstruksi, maupun saat operasionalnya sendiri. Rencana mitigasi dampak ini harus secara jelas tersirat; baik di dalam penjelasan maupun dalam bentuk dan jenis material yang digunakan. Termasuk juga ketika menggunakan alat- alat bantu saat konstruksi atau operasional fasilitas. Rencana mitigasi yang diterapkan mestilah diutarakan secara transparan. Hal itu selain diharapkan dapat efektif, juga dapat menjadi bahan penilaian bagi semua pihak. Tentu juga pemerataan lokasi pembangunan fasilitas, sesuai fungsi pelayanannya masing- masing harus menjadi perhatian semua lapisan masyarakat, maupun lokasi pemukimannya dapat dijadikan faktor pertimbangan. Dalam pelaksanaan kegiatan, sejauh mungkin dapat melibatkan masyarakat sekitar. Melibatkan masyarakat tentu tidak harus mengorbankan mutu teknis dan efisiensi pekerjaan sendiri.

  TAHUN 2015 - 2019

  Target akhir yang diharapkan adalah, partisipasi masyarakat dalam mengoptimalkan manfaat fasilitas. Termasuk juga, timbulnya rasa memiliki dan usaha untuk mengamankan keberadaan dan operasional fasilitas sendiri. Diharapkan masyarakat sekitar proaktif dalam memberikan masukan dan saran-saran untuk itu.

  Untuk menangani dampak penting yang sudah diprediksi dapat menggunakan salah satu atau beberapa pendekatan lingkungan hidup yaitu : a. Pendekatan Teknologi

  Pendekatan ini adalah cara-cara atau teknologi yang digunakan untuk mengelola dampak penting lingkungan hidup.

  b. Pendekatan Sosial Ekonomi Pendekatan ini adalah langkah-langkah yang akan ditempuh ptemrakarsa dalam upaya menanggulangi dampak penting melalui tindakan-tindakan yang berlandaskan pada interaksi sosial dan bantuan peran pemerintah.

  c. Pendekatan Institusi Pendekatan ini adalah mekanisme kelembagaan yang akan ditempuh pemrakarsa dalam rangka menanggulangi dampak lingkungan hidup.

8.4.1. Rencana Pengelolaan Penilaian Sosial dan Lingkungan

  8.4.1.1. Sistem Pengelolaan

  Sistem pengelolaan meliputi dari :

  a. Jenis dampak

  b. Sumber dampak

  c. Tolakukur dampak

  d. Tujuan pengelolaan lingkungan hidup

  e. Rencana pengelolaan lingkungan hidup

  f. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup

  g. Periode pengelolaan lingkungan hidup

  h. Institusi pengelolaan lingkungan hidup

  8.4.1.2. Pelaksanaan Pengelolaan

  Pelaksanaan penngelolaan lingkungan hidup dari suatu rencana usaha dan/ atau kegiatan dilakukan oleh si pemrakarsa usaha dan/ atau kegiatan.

  TAHUN 2015 - 2019

8.4.1.3. Pembiayaan Pengelolaan

  Pembiayaan Pengelolaan lingkungan hidup dari suatu rencana usaha dan/ atau kegiatan dibebankan kepada si pemrakarsa usaha dan/ atau kegiatan.

8.4.2. Rencana Pemantauan Penilaian Sosial dan Lingkungan

  8.4.2.1. Tipe Pemantauan

  Berdasarkan periode pemantauan terbagi atas :

  a. Pemantauan harian

  b. Pemantauan bulanan

  c. Pemantauan per enam bulanan

  d. dan lain-lain Berdasarkan jenis yang dipantau terbagi atas :

  a. Pemantauan air (sungai, sumur/ sumur bor)

  b. Pemantauan limbah cair

  c. Pemantauan udara (Emisi dan Ambient)

  d. Pemantauan limbah B-3

  e. Pemantauan Sosekbud

  f. dan lain-lain

  8.4.2.2. Prosedur Pemantauan

  Prosedur pemantauan secara umum adalah :

  a. Dampak yang dipantau

  b. Sumber dampak

  c. Parameter lingkungan hidup yang dipantau

  d. Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup

  e. Metode pemantauan lingkungan hidup (pengumpulan dan analis data, lokasi pemantaun, jangka waktu dan frekuensi pemantauan)

  f. Institusi pemantauan lingkungan hidup (Pelaksana pemantauan lingkungan hidup, pengawas pemantauan lingkungan hidup dan pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup)

  TAHUN 2015 - 2019

8.4.2.3. Pelaksanaan Pemantauan

  Pelaksanaan pemantauan dilakukan oleh pemrakarsa rencana usaha dan/ atau kegiatan namun Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang melalui Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan sewaktu-waktu dapat melakukan pemantauan uji petik kepada perusahaan sebagai etos chek dari pelaporan si pemrakarsa usaha dan/ atau kegiatan.

  Dana pemantauan uji praktek yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang melalui Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan harus berkesinambungan dan kontiniu karena pemantauan uji petik akan selalu ada selama kegiatan dan/ atau usaha terus berjalan.

  Melalui RPI2JM Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang pada Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan pada Bidang Analisa Dampak Lingkungan dana pemantauan uji petik sangat diperlukan agar mitigasi dari dampak proyek dapat berjalan sehingga perlindungan sosial dan lingkungan dapat terjaga.