Analisis Dan Eksperimental Efektivitas Sambungan Kayu Pada Momen Maksimum Dengan Diameter Paku Bervariasi Pada Balok Sederhana

BAB II STUDI PUSTAKA

2.1 Umum

  Kayu merupakan salah satu bahan material struktur yang telah lama dikenal masyarakat. Kayu sebagai hasil utama hutan akan etap terjaga keberadaanya selama hutan dikelolah secara lestari dan berkesinambungan. Bila dibandingkan dengan material struktur lain, material kayu memiliki berat jenis yang ringan dan proses pengerjaannya dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana dan ringan. Sebagai bahan dari alam, kayu dapat terurai secara sempurna sehingga tidak ada limbah pada konstruksi kayu ( enivronmental friendly ) ( Awaludin, Ali dan Inggar Septhia Irawati.2005).

  Sifat dan kekuatan kayu berbeda satu sama lain tergantung dari jenis kayu yang akan ditinjau. Sifat yang dimaksud antara lain yang berkaitan dengan sifat anatomi kayu, sifat fisis, sifat mekanis dan sifat kimia. Kekuatan kayu tergantung dari berat jenis kayu itu sendiri, sedangkan kekuatan baja tidak tergantung dari berat jenis nya.

  Kayu adalah bahan yang didapat dari tumbuh – tumbuhan dialam termasuk vegetasi hutan. Tumbuhan yang dimaksud disini adalah pohon (tree). Pohon berbeda dengan tanaman (plant). Dari tanaman tidak menghasilkan kayu. Kayu sebenarnya adalah daging pohon. Kayu memiliki empat unsur yang esensiil yaitu :

  1. Sellulosa. Unsur terbesar dari kayu meliputi ± 70 % dari berat kayu.

  Bagian yang disebut Alpha selulosa adalah dasar pembuat kayu.

  2. Lignin. Komponen pembentuk kayu sekitar 18% – 20% dari berat kayu dan member sifat keteguhan pada kayu.

  3. Bahan – bahan ekstraksi. Komponen ini yang memberikan kayu sifat – sifat seperti warna, bau, rasa dan keawetan.

  4. Mineral Pembentuk Abu. Komponen ini tertinggal setelah selulosa dan lignin terbakar habis.

  Materi mengenai kayu dimulai dari sebatang pohon hidup dan dengan meneliti tahap – tahap penebangan, pengubahan, dan pengeringan. Kesemua ini mempersiapkan kayu sehingga dapat digunakan seorang tukang. Berikut akan di uraikan bagian – bagian kayu yang terlihat pada potongan melintang kayu yaitu :

   C D C A.Kulit luar B.Kulit Dalam C.Kayu Gubal D.Kayu Teras E.Kambium F.Hati Kayu G.Lingkaran Tahun H.Jari - Jari

  I.Kayu Awal J.Kayu Akhir

  Gambar 2 .1 Penampang Melintang Kayu

  2. 1. 1 Kulit Kayu

  a. Kulit Dalam ( Phloem )

  Kulit dalam berada tepat dibalik kulit luar sebatang pohon, diluar lapisan kambium, yang berfungsi menyampaikan makanan dari daun keseluruh bagian kayu.

  b. Kulit Luar ( Cortex )

  Kulit luar merupakan pelindung bagi pohon yang sedang tumbuh, yang berfungsi mencegah penguapan dari lapisan cambium dan kayu gubal (Frick, Heinz. 1982). Kulit kayu terdiri dari sel – sel berbentuk pembuluh – pembuluh dan mendapatkan makanan dari kulit dalam. Apabila pohon tumbuh keluar, kulit luar akan pecah dan digantikan oleh lebih banyak kulit luar yang disalurkan oleh kulit dalam. Adakalanya, dengan terbentuknya kulit luar yang baru, kulit luar lama yang telah mati terlepas dari pohon.

  2. 1. 2 Kambium

  Lapisan kambium merupakan jaringan yang lapisannya tipis dan bening, mengelilingi kayu, ke arah luar membentuk kayu baru sebagai pengganti kayu lama yang telah rusak dan ke arah dalam membentuk kayu baru (Frick, Heinz. 1982). Kambium terletak diantara kulit dalam dan kayu gubal. Dengan adanya kambium ini maka pohon bertambah lama bertambah besar.

  2. 1. 3 Kayu

  1. Kayu Gubal ( Alburmum ) Kayu Gubal merupakan bagian dari pohon yang melingkari kayu inti.

  Terdiri dari sel – sel yang masih hidup. Sel – sel kayu gubal membawakan air dan garam – garam mineral ke dahan yang selanjutnya menuju daun, untuk diubah sebagai sumber makanannya dan sekaligus berfungsi sebagi tempat menyimpan makanan. Kayu gubal tidak begitu berharga sebagai kayu pertukangan. Hal ini disebabkan karena adanya zat – zat tepung didalam sel – selnya yang dapat menyebabkan kayu tersebut mudah diserang serangga dan mudah lapuk. Tebal lapisan kayu gubal bervariasi menurut jenis pohon antara 2 cm sampai 10 cm dan relatif tetap sepanjang hidup pohon ( Frick, Heinz. 1982).

  2. Kayu Teras

  Terdiri dari sel – sel yang sudah tua atau mati. Kayu teras ini awalnya adalah kayu gubal yang menua sehingga tidak bisa berfungsi sebagai penyalur cairan atau zat hara dan sebagai penyimpanan hasil fotosintesis. Pada kayu teras dapat mengandung berbagai zat – zat ekstraksi yang memberikan warna gelap. Hal ini berlaku untuk jenis – jenis kayu yang terasnya berisi tiloses. Pada beberapa jenis tertentu kayu teras banyak mengandung bahan – bahan ekstraktif, yang memberikan keawetan pada kayu tersebut. Untuk keperluan konstruksi yang dimanfaatkan adalah kayu teras (Frick, Heinz. 1982).

2.1.4 Hati Kayu ( Medulla )

  Hati kayu terletak dipusat lingkaran tahun. Pada mulanya, hati kayu merupakan pohon muda yang pertama kali dibentuk oleh kambium yang kemudian menjadi pusat dari pohon yang tumbuh selanjutnya, yang merupakan komposisi lunak dari sel – sel yang sudah mati. Hati kayu bersifat rapuh atau lunak, sehingga tidak berguna sebagai kayu pertukangan (Frick, Heinz. 1982).

  2.1.5 Lingkaran Tahun ( Annual Ring )

  Kondisi pertumbuhan suatu pohon ditentukan oleh lingkungan tumbuh yaitu iklim. Pada daerah yang mempunyai perbedaan musim yang jelas pengaruh iklim terhadap pertumbuhan dapat terlihat adanya perbedaan antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan pada akhir musim. Perbedaan ini menunjukkan zona – zona berupa lingkaran yang mengelilingi sumbu batang, bagian yang renggang berwarna terang dan yang lebih rapat berwarna gelap secara bergiliran yang kedua – duanya terjadi pada periode satu tahun. Zona – zona yang berbentuk lingkaran ini yang disebut dengan lingkaran tahun. Pada musim kering, pertumbuhan diameter (membesar) terganggu disebabkan adanya pengguguran daun. Sehingga lingkaran tahun dapat terdiri lebih dari satu lingkaran tahun dalam satu musim yang sama. Hal ini disebut lingkaran semu. Lingkaran tahun ini dapat menunjukkan umur suatu pohon pada tempat tertentu (Frick, Heinz. 1982).

  2.1.6 Jari – Jari Kayu

  Jari – jari kayu adalah jaringan kayu yang dibentuk dengan susunan sel secara radial yang berfungsi menyampaikan makanan dari kulit dalam kebagian dalam pohon. Jari – jari teras mempunyai ukuran yang berbeda – beda pada pohon yang berlebihan. Sementara pada pohon oak, jari – jari pohon menampakkan sebuah pola yang indah pada potongan kayu (Frick, Heinz. 1982).

2.2 Sifat – sifat Kayu

  Kayu berasal dari beberapa jenis pohon memiliki sifat yang berbeda – beda. Bahkan, kayu dari satu jenis pohon yang sama memiliki sifat agak berbeda jika dibandingkan ujung dengan pangkalnya. Maka dari itu, kita sebagai pengguna kayu sedikit banyak harus mengetahui ciri – ciri dan sifat – sifat kayu.

  Beberapa sifat kayu yang dimaksud meliputi sifat kayu secara umum, sifat fisis, sifat mekanis dan sifat kimia kayu.

  2. 2. 1 Sifat Umum

  Meskipun sifat kayu antara satu pohon dengan pohon lain bahkan untuk satu jenis pohon berbeda namun ada beberapa sifat umum yang sama dimiliki hampir setiap jenis kayu. Sifat umum tersebut antara lain adalah : a.

  Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan sifat simetri radial.

  b.

  Semua kayu bersifat anisotropik yaitu sifat – sifatnya elastis tergantung dari arah gaya terhadap serat – serat dan lingkaran tahun. Tetapi untuk keperluan – keperluan praktis kayu dapat dianggap Ortotropis, yang artinya mempunyai tiga bidang simetri elastis yang saling tegak lurus, yaitu Longitudinal (aksial), Tangensial, dan Radial. Dimana sumbu Longitudinal (aksial) adalah sejajar serat – serat, sumbu Tangensial adalah garis singgung cincin – cincin pertumbuhan, dan sumbu Radial adalah tegak lurus pada cincin – cincin pertumbuhan. Perubahan dimensi kayu akibat pengeringan dari perubahan suhu, kelembaban, pembebanan mekanis juga menunjukkan sifat kayu anisotropis.

Gambar 2.2 Bentuk Gambar Arah Tangensial, Radial dan Longitudinal

  ( Sumber : Awaluddin, ali. 2005. Konstruksi Kayu. KTSM UGM : Yogyakarta ) c.

  Kayu bersifat higroskopis dimana jumlah cairan yang terserap tergantung pada kelembaban dan suhu udara di sekitar.

  d.

  Kayu dapat terserang makhluk perusak kayu dan dapat terbakar apalagi dalam keadaan kering.

2.2.2 Sifat fisis

  Sifat fisis dari kayu meliputi :

a. Berat jenis kayu

  Berat jenis kayu biasanya berbanding lurus dengan kekuatan dari pada kayu atau sifat – sifat mekanisnya. Makin tinggi berat jenis suatu kayu maka makin tinggi pula kekuatannya. Mengingat kayu terbentuk dari sel – sel yang memiliki bermacam – macam tipe, memungkinkan terjadinya suatu penyimpangan tertentu. Pada perhitungan berat jenis kayu semestinya berpangkal pada keadaan kering udara, yaitu sekering – keringny tanpa pengeringan buatan.

  Berat jenis didefenisikan sebagai angka berat dari satuan volume suatu material. Berat jenis diperoleh dengan membagikan berat kepada volume benda tersebut. Berat jenis diperoleh dengan cara menimbang suatu benda pada suatu timbangan dengan tingkat keakuratan yang diperlukan. Untuk praktisnya, digunakan timbangan dengan ketelitian 20%, yaitu sebesar 20 gr/kg. Sedangkan untuk menentukan volume, ada beberapa cara untuk memperoleh besarnya volume suatu benda. Cara yang umum dan mudah dilakukan adalah dengan mengukur panjang, lebar dan tebal suatu benda dan mengalikan ketiganya.

  Untuk kayu, sebaiknya ukuran sampel tidak kurang dari ukuran dari 7.5 cm x 5 cm x 2.5 cm, tetapi bila ukuran sampel kurang dari tersebut, maka cara yang digunakan untuk mendapatkan volume adalah dengan metode pencelupan. Pada metode ini penggunaan pan berisi air yang diletakkan pada timbangan ayun. Kemudian timbangan diseimbangkan dengan meletakkan pemberat pada sisi lainnya. Sampel lalu dimasukkan kedalam pan dan dibenamkan kedalam air.

  Diatur agar air tidak keluar dari dalam pan, dan diatur juga agar sampel tidak menyentuh sisi – sisi samping dan bawah pan dengan memasang jarum sebagai kaki – kaki sampel. Seimbangkan timbangan dengan menambah pemberat pada sisi lain. Berat pemberat yang ditambahkan untuk mencapai keseimbangan (

  3 dalam Gr ) adalah sama dengan nilai volume sampel ( dalam cm ).

  Karena kayu sebagai material dengan daya serap yang tinggi, maka diperlukan bahan lain untuk melapisi sampel sehingga air tidak ada yang masuk ke dalam kayu. Bahan tersebut haruslah bahan yang tipis, kedap air, serta memiliki berat yang sangat kecil. Parafin merupakan bahan yang sesuai. Sebelum sampel dimasukkan kedalam air, terlebih dahulu sampel dimasukkan kedalam cairan paraffin yang mendidih sampai keseluruhan permukaan sampel ditutupi parafin. Kelebihan parafin pada permukaan yang dihaluskan dan diratakan sehingga permukaan parafin tidak terlalu tebal.

  Berat jenis juga didefenisikan berat jenis relative benda tersebut terhadap

  3

  berat jenis standard, dalam hal ini berat jenis air dalam gr / cm . Air dipakai

  

3

  sebagai bahan standard karena berat 1 cm adalah 1 gr. Dapatlah dikatakan bahwa berat jenis suatu benda adalah berat benda tersebut relatif terhadap berat jenis standard yaitu air.

b. Kadar air ( kadar lengas ) kayu

  Kayu sebagai bahan bangunan dapat mengikat air dan juga dapat melepaskan air yang dikandungnya. Keadaan seperti ini tergantung pada kelembaban suhu udara disekelilingnya dimana kayu itu berada.

  Kayu mempunyai sifat peka terhadap kelembaban. Karena pengaruh kadar airnya menyebabkan mengembang dan menyusutnya kayu serta mempengaruhi pula sifat – sifat fisik dan mekanis kayu. Kadar air sangat besar pengaruhnya terhadap kekuatan kayu, terutama daya pikulnya terhadap tegangan desak sejajar arah serat dan juga tegak lurus arah serat kayu.

  Sel – sel kayu mengandung air, yang sebagian merupakan bebas yang mengisi dinding sel. Apabila kayu mengering, air bebas keluar dahulu dan saat air bebas itu habis keadaannya disebut titik jenuh serat ( Fiber Saturation Point ). Kadar air pada saat itu kira – kira 25 % - 30 %. Apabila kayu mengering dibawah titik jenuh serat, dinding sel menjadi semakin padat sehingga mengakibatkan serat

  • – seratnya menjadi kokoh dan kuat. Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa turunnya kadar air mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu.

  Pada umumnya kayu – kayu di Indonesia yang kering udara mempunyai kadar air (kadar lengas) antara 12 % - 18 %, atau rata – rata adalah 15 %. Jika berat dari benda uji tersebut menunjukkan angka yang terus menerus menurun, maka kayu belum dikategorikan kering udara ( masih dalam keadaan basah).

  Untuk menentukan secara kasar apakah kadar lengas kayu sudah di bawah 30 % atau belum, bisa digunakan rumus pendekatan seperti di bawah ini : 1,15

  − × 100%

  = Dimana : x = Kadar lengas kayu

  = Berat benda uji mula-mula = Berat benda uji setelah kering udara

  Jika berat benda uji sudah menunjukkan angka yang konstan, berarti kayu tersebut bisa dianggap kering udara, sehingga kadar lengas kayu dapat diperoleh dengan cara :

  − × 100%

  =

c. Cacat kayu

  Cacat kayu dapat mempengaruhi kekuatan kayu, bahkan kayu yang cacat tersebut tidak dapat dipegunakan untuk bahan konstruksi. Cacat kayu yang sering kali terjadi adalah retak ( Cracks ), mata kayu ( Knots ), dan kemiringan serat (

slope of grain ). Retak disebabkan karena terjadi proses penyusutan pada kayu.

  Pada kayu yang tipis retak terjadi lebih besar yang dinamakan dengan belah ( Split ). Mata kayu terbentuk dari bekas patahan cabang kayu. Pada mata kayu terjadi pembelokan arah serat sehingga menurunkan kekuatan kayu. Sedangkan kemiringan serat terjadi karena tidak sesuainya sumbu batang kayu dengan sumbu pohon pada saat pemotongan atau penggergajian.

  d. Warna kayu

  Warna kayu bermacam – macam seperti kuning, coklat muda, coklat tua, kehitam - hitaman, kemerahan dan lain – lain. Kadang kala warna kayu dapat dengan mudah mengidentifikasi jenis kayu tersebut. Pada pengenalan kayu, warna kayu yang dipakai adalah warna kayu terasnya. Warna kayu dapat berbeda karena dipengaruhi zat ekstraktif yang dikandung kayu dan dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti tempat di dalam pohon, umur pohon dan kelembaban.

  e. Serat, tekstur dan kesan raba

  Arah serat dapat ditentukan oleh alur – alur yang tedapat pada permukaan kayu. Jika alurnya sejajar sumbu batang maka kayu berserat lurus. Jika serat agak menyimpang sumbu batang dikatakan serat mencong. Serat mencong dibagi lagi menjadi serat berpadu, serat berombak, serat berpilin dan serat diagonal. Serat dikatakan berpadu jika arah serat menyimpang berselang seling kekiri dan kekanan secara bergantian terhadap sumbu batang. Serat berombak, arah seratnya menggambarkan permukaan yang berbentuk ombak. Serat berpilin jika arah seratnya membuat gambaran terpilin seolah – olah batang kayu mengelilingi sumbu. Serat diagonal yaitu serat yang dapat pada potongan kayu atau papan yang digergaji sedemikian rupa sehingga tepinya tidak sejajar arah sumbu tetapi membentuk sudut dengan sumbu.

  Tekstur ialah ukuran relatif serat – serat kayu. Berdasarkan teksturnya, jenis kayu digolongkan ke dalam : kayu bertekstur halus, kayu bertekstur sedang dan bertekstur kasar.

  Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat kita meraba permukaan kayu. Ada yang terasa kasar, licin atau halus. Kesan raba yang berbeda – beda untuk tiap – tiap kayu bergantung pada tekstur kayunya, besar kecilnya kadar air yang dikandung dan kadar zat ekstraktif di dalam kayu.

  f. Kekerasan Terdapat hubungan langsung antara kekerasan kayu dengan berat kayu.

  Kayu – kayu yang keras termasuk kayu – kayu yang berat dan kayu yang lunak termasuk kayu yang ringan. Cara menetapkan kekerasan kayu dengan memotong kayu arah melintang. Kayu yang keras akan sulit dipotong dengan pisau dan hasilnya akan memberikan kilauan pada kayu sedangkan kayu yang lunak akan mudah rusak jika dipotong melintang.

  g. Bau dan rasa

  Bau dan rasa ini sifatnya mudah hilang. Untuk mengetahui bau dan rasa harus dilakukan sayatan kayu yang baru. Sifat bau dari kayu dapat digambarkan sesuai dengan bau yang umum dikenal. Seperti kayu Ulim bau bawang putih.

  h. Nilai dekoratif

  Nilai dekoratif tergantung dari warna kayunya, pola dan arah serat kayu, kilap kayunya serta sifat kayunya terhadap zat pemutih, pengisi, politer dan sebagainya. Kayu yang memiliki dekoratif tinggi biasanya diutamakan untuk membuat perabot rumah tangga daripada untuk keperluan arsitektur. Kayu yang memiliki nilai dekoratif antara lain Oak, Jati, Rengas dan Ebony.

i. Pengerutan dan pengembangan kayu

  Pengerutan dan pengembangan kayu dimaksudkan adalah suatu keadaan perubahan bentuk pada kayu yang disebabkan oleh tegangan – tegangan dalam, sebagai akibat dari berkurangnya atau bertambahnya kadar air kayu. Pengerutan terjadi karena dinding – dinding maupun isi sel kehilangan sebagian besar kadar airnya, ini juga terjadi pada serat – seratnya. Begitu pula sebaliknya, besarnya pengerutan maupun pengembangan pada berbagai jenis kayu dan arah kayu adalah tidak sama.

  T = Pengerutan kayu arah tangensial ± 7 % - 10 % R = Pengerutan kayu arah radial ± 5 % A = Pengerutan kayu arah aksial ( longitudinal ) ± 0.1 % ( sangat kecil, dapat diabaikan) Pengerutan kayu dalam arah lingkaran – lingkaran pertumbuhan ( tangensial ) lebih besar daripada arah radial, karena dapat ditemui bahwa di sebelah luar batang, sel – selnya masih muda dan banyak mengandung kadar air.

  Pada pengeringan batang kayu glondong, keliling mengerut hampir dua kali jari – jari yaitu sebanyak garis tengah, sehingga terjadi rengat – rengat pengeringan. Jika pada batang yang belum dikeringkan ( basah ) digergaji menjadi papan atau balok akan melipat atau melentur.

  Secara teoritis, besarnya pengerutan berbanding lurus dengan banyaknya air yang keluar setelah dikeringkan. Contohnya, bila suatu batang kayu mempunyai lebar asal pada arah tangensial, pada kadar air 20% adalah 26 cm. Setelah dikeringkan lebarnya menjadi 24 cm maka pengerutan kayu arah tangensial dalam persen (%) adalah:

2.2.3 Sifat Mekanis Kayu

  Sifat mekanis kayu merupakan kemampuan kayu untuk menahan muatan luar, yaitu perlawanan yang diberikan suatu jenis kayu terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh gaya luar. Sifat – sifat mekanis kayu meliputi :

a. Keteguhan Tarik

  Keteguhan tarik merupakan kekuatan kayu atau daya tahan untuk menahan gaya – gaya yang berusaha menarik kayu tersebut. Kekuatan tarik pada kayu adalah pada sejajar serat. Gaya tarik ini berusaha melepas ikatan antara serat – serat kayu tersebut. Sebagai akibat dari gaya tarik (P), maka timbullah di dalam kayu tegangan – tegangan tarik, yang harus berjumlah sama dengan gaya – gaya luar P. Bila gaya tarik ini membesar sedemikian rupa, serat – serat kayu terlepas dan terjadilah patahan. Dalam suatu konstruksi bangunan, hal ini tidak boleh terjadi untuk menjaga keamanan.

  Tegangan tarik yang masih diizinkan dimana tidak tmenimbulkan suatu perubahan atau bahaya pada kayu, disebut tegangan tarik yang diizinkan dengan notasi ( Mpa). Misalnya, untuk kayu dengan mutu E26 tegangan tarik yang diizinkan dalam arah sejajar serat adalah 60 Mpa.

Gambar 2.3 Batang Kayu Menerima Gaya Tarik Sejajar Serat

b. Keteguhan Tekan

  Keteguhan tekan / kompresi adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap gaya – gaya tekan yang bekerja sejajar atau tegak lurus serat kayu (Jopie F.Dumanauw, 2001).Gaya tekan yang bekerja sejajar serat kayu akan menimbulkan bahaya tekuk pada kayu tersebut. Sedangkan gaya tekan yang bekerja tegak lurus arah serat akan menimbulkan retak pada kayu.

  Bahaya Tekuk P

  P

Gambar 2.4 Batang kayu menerima gaya tekan sejajar serat

  Batang – batang yang panjang dan tipis seperti papan, bahaya kerusakan karena menerima gaya tekan sejajar serat adalah lebih besar, jika dibandingkan dengan gaya tekan tegak lurus serat kayu. Sebagai akibat adanya gaya tekan ini akan menimbulkan tegangan tekan pada kayu. Tegangan tekan yang terbesar dimana tidak menimbulkan adanya bahaya disebut tegangan tekan yang diizinkan, dengan notasi (Mpa).

  P

  Serat Kayu

  P

Gambar 2.5 Batang kayu menerima gaya tekan tegak lurus serat

  c. Keteguhan Geser

  Keteguhan geser adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap dua gaya

  • – gaya tekan yang bekerja padanya, kemampuan kayu untuk menahan gaya – gaya yang menyebabkan bagian kayu tersebut bergeser atau tergelincir dari bagian lain di dekatnya (Jopie F.Dumanauw, 2001). Akibat gaya geser ini, maka akan timbul tegangan geser pada kayu. Dalam hal ini dibedakan 3 macam keteguhan geser, yaitu keteguhan geser sejajar serat, keteguhan geser tegak lurus serat dan keteguhan geser miring. Tegangan geser terbesar yang tidak akan menimbulkan bahaya pada pergeseran serat kayu disebut tegangan geser yang diizinkan, dengan notasi ( Mpa).

  Gaya Geser P P

Gambar 2.6 Batang kayu yang menerima gaya geser tegak lurus arah serat

  (Mpa)

  d. Keteguhan Lengkung ( Lentur )

  Keteguhan lengkung ( lentur ) adalah kekuatan atau daya tahan kayu terhadap gaya – gaya yang berusaha melengkungkan kayu tersebut. Dalam hal ini dibedakan atas keteguhan lengkung statik dan keteguhan lengkung pukul. Keteguhan lengkung statik menunjukkan kekuatan kayu dalam menahan gaya yang mengenainya perlahan–lahan, sedangkan keteguhan lengkung pukul adalah kekuatan kayu dalam menahan gaya yang mengenainya secara mendadak. Balok kayu yang terletak pada dua tumpuan atau lebih, bila menerima beban berlebihan akan melengkung / melentur.

  

P

Tertekan Tertekan

ertarik

  T Garis Normal

Gambar 2.7 Batang kayu yang menerima beban lengkung

  Pada bagian sisi atas balok akan terjadi tegangan tekan dan pada sisi bawah akan terjadi tegangan tarik yang besar . Akibat tegangan tarik yang melampaui batas kemampuan kayu maka akan terjadi regangan yang cukup berbahaya.

  e. Keteguhan Belah

  Keteguhan belah adalah kemampuan kekuatan kayu dalam menahan gaya

  • – gaya yang berusaha membelah kayu. Kayu lebih mudah membelah menurut arah sejajar serat kayu (Jopie F.Dumanauw, 2001). Keadaan kayu juga mempengaruhi sifat pembelahan, misalnya kayu yang basah lebih mudah dibelah daripada kayu yang telah kering.

  f. Kekuatan, keuletan dan kekakuan

  Kekuatan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya luar atau beban yang bekerja pada kayu agar tidak mengalami perubahan bentuk. Keuletan artinya kemampuan kayu menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan – kejutan atau tegangan – tegangan yang berulang – ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen. Sedangkan kekakuan adalah ukuran kekuatan kayu dalam menahan gaya yang membuat takik atau lekukan.

2.3 Tegangan Bahan Kayu

  Istilah kekuatan atau tegangan pada bahan seperti kayu adalah kemampuan bahan untuk mendukung beban luar atau beban yang berusaha merubah bentuk dan ukuran bahan tersebut. Akibat beban luar yang bekerja ini menyebabkan timbulnya gaya – gaya dalam pada bahan yang berusaha menahan perubahan ukuran dan bentuk bahan. Gaya dalam ini disebut dengan tegangan yang

  2

  dinyatakan dalam Pound / ft . Dibeberapa negara satuan tegangan ini mengacu ke

  2 sistem Internasional ( SI ) yaitu N / mm .

  Perubahan ukuran atau bentuk ini dikenal sebagai deformasi atau regangan. Jika tegangan yang bekerja kecil maka regangan atau deformasi yang terjadi juga kecil dan jika tegangan yang bekerja besar maka deformasi yang terjadi juga besar. Jika kemudian tegangan dihilangkan maka bahan akan kembali kebentuk semula. Kemampuan bahan untuk kembali kebentuk semula tergantung pada besar sifat elastisitasnya. Jika tegangan yang diberikan melebihi daya dukung serat maka serat – serat akan putus dan terjadi kegagalan atau keruntuhan.

  Deformasi sebanding dengan besarnya beban yang bekerja sampai pada satu titik . Titik ini adalah Limit Proporsional. Setelah melewati titik ini besarnya deformasi akan bertambah lebih cepat dari besarnya beban yang diberikan . Hubungan antara beban dan deformasi ditunjukkan pada gambar II.8 berikut.

Gambar 2.8 Hubungan antara beban tekan dengan deformasi untuk tarikan dan tekanan

  Kayu memiliki beberapa tegangan, pada satu jenis tegangan nilainya besar dan untuk jenis tegangan yang lain nilainya kecil. Sebagai contoh tegangan tekan cenderung memperpendek kayu sedangkan tegangan tarik akan memperpanjang kayu. Biasanya kayu akan menderita kombinasi dari beberapa tegangan yang terjadi secara bersamaan meski salah satu jenis tegangan lebih mendominasi. Kemampuan untuk melentur bebas dan kembali kebentuk semula tergantung kepada elastisitas, dan kemampuan untuk menahan terjadinya perubahan bentuk disebut dengan kekakuan.

  Modulus elastisitas adalah ukuran hubungan antara tegangan dan regangan dalam limit proporsional yang memberikan angka umum untuk menyatakan kekakuan atau elastis suatu bahan. Semakin besar modulus elastisitas kayu, maka kayu tersebut semakin kaku.

  Istilah getas digunakan untuk mendeskripsikan deformasi yang terjadi sebelum patah. Dapat diperhatikan bahwa sifat getas ini bukan menyatakan kelemahan. Sebagai contoh, besi tuang dan kapas adalah bahan yang getas, walaupun besarnya beban yang dibutuhkan untuk mengakibatkannya hancur sangat berbeda.

  Dalam mencari karakteristik kekuatan kayu ada dua cara yang dapat dilakukan. Pertama, dengan pengujian langsung di lapangan. Kedua, dengan penelitian. Karena pelaksanaan pengujian di lapangan memerlukan biaya yang besar maka pengujian dengan penelitian merupakan alternatif pemilihan.

  Pada penelitian ada 2 (dua) jenis pengujian yang dapat dilakukan. Pengujian dengan menggunakan sampel kecil dan pengujian kayu sebagai struktural. Pengujian dengan menggunakan sampel penting untuk tujuan komparatif, yang memberikan indikasi bahwa sifat-sifat kekuatan setiap jenis- jenis kayu berbeda. Karena pengujian dirancang untuk menghindari pengaruh kerusakan lain, sehingga hasilnya tidak menunjukkan beban aktual yang mampu diterima dan faktor yang harus digunakan untuk mendapatkan tegangan kerja yang aman. Pengujian kayu dengan bentuk struktural lebih mendekati kondisi penggunaan yang sebenarnya. Secara khusus dianggap penting karena dapat mengamati kerusakan seperti pecah-pecah. Kelemahan pada pengujian ini adalah memerlukan biaya yang besar dan pekerjaannya sulit karena membutuhkan kayu dalam jumlah yang besar dan butuh waktu yang lebih lama. Selain itu, faktor pemilihan bahan dalam ukuran yang besar dengan kualitas yang seragam menjadi sangat penting dibandingkan dengan pemilihan sampel dalam ukuran kecil.

  Pengujian dengan menggunakan sampel kecil telah memiliki standar pengujian. Karena sifat kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh kandungan air, pengujian dapat dilakukan dalam kondisi terpisah. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan material kayu yang memiliki kandungan standar. Pengujian dilakukan pada bahan kering udara dengan kadar air yang diketahui dan angka- angka kekuatan tersebut dikoreksi terhadap kandungan air standar. Ketelitian dibutuhkan untuk mengeliminasi faktor-faktor yang dapat membuat variasi sifat kekuatan.

  Pengujian dengan sampel kecil dari jenis-jenis kayu yang berbeda-beda kini telah dilakukan, dan banyak batasan data yang diperoleh. Angka-angka yang diterbitkan untuk kayu yang berbeda-beda dapat dibandingkan dengan metode pengujian yang telah distandarkan. Angka-angka ini sendiri dapat dipakai dalam memperhitungkan tegangan kerja karena faktor koreksi telah diperhitungkan.

  Umumnya secara empiris hanya sedikit karakteristik kekuatan kayu yang diketahui. Sebagai contoh adalah kualitas kayu oak, kayu jati, dan kayu damar sebagai bahan struktur. Hasil pengujian berdasarkan nilai tegangan dan regangan dari kayu tersebut. Nilai tegangan diperoleh dari besarnya beban per luas penampang yang dibebani, dinyatakan dalam N/mm², atau :

  Dan regangan didefinisikan sebagai deformasi per ukuran semula yaitu : Ada beberapa jenis tegangan yang dapat dialami oleh suatu material, yaitu tegangan tekan (Compression Strength), tegangan tarik (Tensile Strength), dan tegangan lentur (Bending Strength). Pada tegangan tekan, material mengalami tekanan pada luasan tertentu yang menyebabkan timbulnya tegangan pada material dalam menahan tekanan tersebut sampai batas keruntuhan dan diambil sebagai nilai tegangan tekan. Demikian pula dengan tarikan, tegangan tarik timbul akibat adanya gaya dalam pada material yang berusaha menahan beban tarikan yang terjadi. Kemampuan maksimum material menahan tarikan adalah sebagai sebagai tegangan tarik (lihat Gambar II.9).

  ekanan arikan

  T T

  Teg. Tekan Teg. Tarik

Gambar 2.9 Tegangan tekan dan tegangan tarik

  Tegangan yang bekerja : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ( 2. 1 )

  Dimana : (tk/tr) = Tegangan tekan/tarik yang terjadi (kg/cm²) σ P (tk/tr) = Beban tekan / tarik yang terjadi (kg) A = Luas penampang yang menerima beban (cm²)

  Secara teoritis, semakin ringan kayu maka semakin kurang kekuatannya, demikian juga sebaliknya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu-kayu yang berat sekali juga kuat sekali. Kekuatan, kekerasan dan sifat teknik lainnya adalah berbanding lurus dengan berat jenisnya. Tentunya hal ini tidak terlalu sesuai, karena susunan dari kayu tidak selalu sama.

2.3.1 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Mekanis

  31

  24

  24 6,6 6,5 6,4 6,2 6,1 5,9 5,8 5,6 5,4 5,4 5,2 5,1 4,9 4,8 4,6 4,5 4,3

  25

  27

  28

  30

  33

  22

  34

  35

  37

  39

  40

  41

  43

  23

  21

  45

  11

  = Kuat tekan tegak lurus serat

  c ┴

  = Kuat tarik sejajar serat F

  t//

  9 Dimana : E w = Modulus Elastisitas Lentur F c// = Kuat tekan sejajar serat F b = Kuat Lentur F v = Kuat geser F

  10

  11

  12

  20

  13

  14

  15

  16

  17

  18

  19

  45

  Pemilahan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur harus dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku.

  Berdasarkan modulus elastis lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan lainnya dapat diambil mengikuti tabel II.1. Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel II.1 dapat digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti standar-standar eksperimen yang baku

  47

  30

  32

  35

  38

  42

  44

  56

  23

  54

  56

  59

  62

  66

  E26 E25 E24 E23 E22 E21 E20 E19 E18 E17 E16 E15 E14 E13 E12 E11 E10 25000 24000 23000 22000 21000 20000 19000 18000 17000 16000 15000 14000 13000 14000 13000 12000 11000

Tabel 2.1 Nilai Kuat Acuan (MPa) Berdasarkan Atas Pemilahan Secara Mekanis pada Kadar Air 15 % (Anonim, 2002 ) KODE MUTU E w F b F t// F c// F v F c ┴

  27

  20

  17

  39

  19

  22

  25

  28

  31

  33

  36

  42

  18

  44

  47

  50

  53

  56

  58

  60

  46

2.3.2 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Visual

  Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat jenis, maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : a.

  Kerapatan ρ pada kondisi basah (berat dan volume diukur pada kondisi basah, tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30 %) dihitung dengan mengikuti prosedur baku. Gunakan satuan kg/m³ untuk ρ.

  b.

  Kadar air, m % ( m < 30 ), diukur dengan prosedur baku.

  c. ) dengan rumus :

  m

  Hitung berat jenis pada m % ( G

  ............................................................... ( 2. 2 ) G m = ρ / [1000 (1 + m /100)]

  d. ) dengan rumus :

  b

  Hitung berat jenis dasar ( G

  G b = G m / [1 + 0,265 a G m ] dengan a = ( 30 – m ) / 30...................... ( 2.3 ) e.

  15 ) dengan rumus :

  Hitung berat jenis pada kadar air 15 % ( G G

  15 = G / (1 – 0,133 G b)...................................................................( 2.4 ) b f.

  Hitung estimasi kuat acuan, dengan modulus elastisitas lentur (Ew) =

  0.7

  16500 G , dimana G : Berat jenis kayu pada kadar air 15 % = G 15. Untuk kayu dengan serat tidak lurus dan / atau mempunyai cacat kayu, estimasi nilai modulus elastis lentur acuan pada point f harus direduksi dengan mengikuti ketentuan pada SNI (Standar Nasional Indonesia) 03-3527-1994 UDC (Universal Decimal Classification) 691.11 tentang “Mutu Kayu Bangunan“ yaitu dengan mengalikan estimasi nilai modulus elastis lentur acuan dari Tabel 2.1 tersebut dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel 2.2 yang bergantung pada kelas mutu kayu . Kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel 2.3.

  Tabel 2. 2 Nilai Rasio Tahanan NILAI RASIO KELAS MUTU TAHANAN

  A

  0.80 B

  0.63 C

  0.50 Tabel 2. 3 : Cacat Maksimum Untuk Setiap Kelas Mutu Kayu

  Macam Cacat Kelas Mutu A Kelas Mutu B Kelas Mutu C

  Mata kayu : Terletak di muka lebar 1/6 lebar kayu 1/4 lebar kayu 1/2 lebar kayu Terletak di muka sempit 1/8 lebar kayu 1/6 lebar kayu 1/4 lebar kayu Retak 1/5 tebal kayu 1/6 tebal kayu 1/2 tebal kayu Pingul 1/10 tebal atau 1/6 tebal atau 1/4 tebal atau lebar kayu lebar kayu lebar kayu Arah serat 1 : 13 1 : 9 1 : 6 Saluran Damar 1/5 tebal kayu 2/5 tebal kayu 1/2 tebal kayu eksudasi tidak diperkenankan

  Gubal Diperkenankan Diperkenankan Diperkenankan Lubang serangga Diperkenankan Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan asal terpencar dan asal terpencar dan ukuran dibatasi ukuran dibatasi ukuran dibatasi dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda serangga hidup serangga hidup serangga hidup

  Cacat lain ( lapuk, hati Tidak Tidak Tidak rapuh, retak melintang ) diperkenankan diperkenankan diperkenankan

  Secara umum ada 2 kelas kayu (Anonim. 1973. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 PKKI 1961 ) antara lain:

a. Kelas awet (Durability) dan Kelas kuat Jenis keawetan kayu di Indonesia telah dibagi dalam 5 kelas awet.(lihat tabel 2.4) Kelas awet

  I II

  III

  IV V

  a. Selalu berhubungan 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat Sangat dengan tanah lembab pendek pendek

  b. hanya terbuka terhadap 20 tahun 15 tahun 10 tahun Beberapa Sangat angin dan iklim tetapi tahun pendek dilindungi terhadap pemasukan air dan kelemasan c. Di bawah atap tidak Tak

  Tak Sangat Beberapa Pendek berhubungan dengan terbatas terbatas lama tahun tanah lembab dan dilindungi terhadap kelemasan d. Seperti diatas (c) tetapi Tak

  Tak Tak 20 tahun 20 tahun dipelihara yang baik, terbatas terbatas terbatas selalu dicat dan sebagainya

  e. Serangan oleh rayap Tidak Jarang Agak Sangat Sangat cepat cepat cepat f. Serangan oleh bubuk Tidak

  Tidak Hampir Tak Sangat kayu tidak seberapa cepat

  Kekuatan kayu telah dibagi dalam lima kelas kuat didasarkan kepada jenis kayu tersebut (lihat tabel 2.5). Kelas kuat Berat jenis Kekuatan lentur Kekuatan tekan Mutlak (Kg / cm²) mutlak (Kg / cm²)

  I ≥ 0.90 ≥ 1100 ≥ 650 11 0.90 – 0.60 1100 – 725 650 – 425

  III 0.60 – 0.40 725 – 500 425 – 300

  IV 0.40 – 0.30 500 – 360 300 – 215

  V ≤ 0.30 ≤ 360 ≤ 215

  Angka – angka tersebut diatas hanya mengenai daerah – daerah tropika. Dalam daerah pegunungan dengan iklimnya yang lebih sejuk, keawetan kayu lebih tinggi dari pada yang telah disebutkan.

2.4 AlAT SAMBUNG KAYU

2.4.1 Umum

  Karena alasan geometrik, pada konstruksi kayu sering terjadi kekurangan panjang pada kayu maka diperlukan sambungan untuk memperpanjang kayu atau menggabungkan beberapa batang kayu. Sambungan pada umumnya merupakan bagian terlemah pada konstruksi kayu. Karena kegagalan pada konstruksi kayu lebih sering disebabkan oleh kegagalan sambungan kayu bukan karena material kayu itu sendiri. Kegagalan sambungan pada konstruksi kayu dapat berupa pecah kayu diantara dua sambungan dan alat sambung yang membengkok atau lendutan yang melampaui nilai toleransi ( Awaludin, Ali.2005).

  Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kekuatan sambungan kayu menurut ( Awaludin, Ali. 2005 ) adalah :

  1. Pengurangan luas tampang.

  Pemasangan alat sambung sepertu baut, pasak dan gigi menyebabkan luas efektif tampang berkurang sehingga kekuatannya juga menjadi rendah jika dibanding dengan kayu yang penampang utuh.

  2. Penyimpangan arah serat.

  Pada buhul sering terdapat gaya yang sejajar serat pada satu batang tetapi tidak dengan batang kayu yang lain. Karena kekuatan kayu yang tidak sejajar serat lebih kecil maka kekuatan sambungan harus didasarkan pada kekuatan kayu yang terkecil atau tidak sejajar serat.

  3. Terbatasnya luas sambungan.

  Jika alat sambung ditempatkan saling berdekatan pada kayu memikul geser sejajar serat maka kemungkinan pecah kayu sangat besar karena kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang kecil. Oleh karena itu penempatan alat sambung harus mengikuti aturan jarak minimal antar alat sambung agar terhindar dari pecahnya kayu. Dengan adanya ketentuan jarak tersebut maka luas efektif sambungan ( luas yang dapat digunakan untuk penempatan alat sambung ) akan berkurang pula. Sehingga kekuatan sambungan yang baik adalah kekuatan sambungan dengan ciri–ciri sebagai berikut menurut ( Awaludin,Ali.2005) :

  1. Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk penempatan alat sambung relatif kecil bahkan nol.

  2. Memiliki nilai banding antara kuat dukung sambungan dengan kuat ultimit batang yang disambung tinggi.

  3. Menunujukkan perilaku pelelehan sebelum mencapai keruntuhan (daktail).

  4. Memiliki angka penyebaran panas yang rendah.

  5. Murah dan mudah di dalam pemasangannya.

  Selain itu beberapa hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan sambungan berkaitan dengan rendahnya kekuatan sambungan menurut( Awaludin,Ali. 2005) yaitu :

  a. Eksentrisitas Eksentrisitas sambungan yang menggunakan beberapa alat sambung, maka titk berat kelompok alat sambung harus ditempatkan pada garis kerja gaya agar tidak timbul momen yang dapat menurunkan kekuatan sambungan.

  b. Sesaran / Slip Sesaran / Slip

  merupakan sesaran yang terjadi pada sambungan kayu terbagi menjadi dua. Sesaran yang pertama adalah sesaran awal yang terjadi akibat adanya lubang kelonggaran yang dipergunakan untuk mempermudah penempatan alat sambung. Selama sesaran awal, alat sambung belum memberikan perlawanan terhadap gaya sambungan yang bekerja. Pada sambungan dengan beberapa alat sambung, kehadiran sesaran awal yang tidak sama diantara alat sambung dapat menurunkan kekuatan sambungan secara keseluruhan. Setelah sesaran awal terlampaui, maka sesaran berikutnya akan disertai oleh gaya perlawanan (tahanan lateral) dari alat sambung. c. Mata kayu Adanya mata kayu akan menurunkan kuat tarik dan kuat tekan sejajar serat dan juga dapat dianggap sebagai pengurangan luas tampang batang kayu.

  2.4.2 Jenis – Jenis Sambungan

  Sambungan dibedakan menjadi beberapa jenis sambungan yaitu sambungan satu irisan (menyambungkan dua batang kayu), dua irisan ( menyambungkan tiga batang kayu) dan seterusnya. Selain itu juga menurut sifat gaya yang bekerja pada sambungan, sambungan dapat dibedakan menjadi sambungan desak, sambungan tarik, dan sambungan momen. Apabila pada sambungan desak atau tarik pusat kelompok alat sambung tidak terletak pada garis kerja maka akan terbentuk gaya momen selain gaya aksial ( Awaludin,Ali. 2005)

  2.4.3 Alat Sambung Mekanik (MECHANICAL CONNECTOR)

  Dari interaksi gaya – gaya yang terjadi pada sambungan, alat sambung mekanik di bagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang kekuatan sambungan berasal dari interaksi antar kuat lentur alat sambung dengan kuat desak atau kuat geser kayu.. Kelompok kedua adalah kelompok alat sambung yang kekuatan sambungannya ditentukan oleh luas bidang dukung kayu yang disambungnya. Yang tergolong kelompok pertama adalah paku dan baut.

  Sedangkan kelompok kedua adalah pasak kayu Koubler, cincin belah ( split ring ), pelat geser, spike grid, single atau double sided toothed plate dan toothed ring.

  Pada tugas akhir ini alat sambung yang digunakan adalah alat sambung jenis pertama yaitu paku, dimana tahanan sambungan yang menggunakan alat sambung paku harus ditentukan berdasarakan diameter batang paku (alat pengencang), D, dan juga kuat leleh atau kuat leleh lentur. Tebal kayu yang biasanya disambung menggunakan alat sambung paku tidak terlalu tebal berkisar antara 20 mm sampai dengan 40 mm, karena sering ditemukan pada struktur dinding, lantai, dan rangka.

Tabel 2.6 Tebal kayu yang diperkenankan untuk masing – masing paku

  No. Tebal kayu (mm) Nama paku Diameter Panjang paku paku(mm) (mm)

  1 20 2”BWG12

  2.8

  51 2 20 – 25 2.5”BWG11

  3.1

  63 3 20 – 30 3”BWG10

  3.4

  76 4 25 – 35 3.5”BWG9

  3.8

  89 5 30 - 40 4”BWG8 4.2 102

  6 40 4.5”BWG6 5.2 114 Paku memiliki ukuran dan bentuk yang bermacam – macam. Tetapi paku bulat merupakan jenis paku yang mudah didapat walaupun kuat dukunnya relatif lebih rendah dibandingkan dengan paku ulir (deform nail). Pada umumnya ukuran diameter paku berkisar antara 2.75 mm sampai 8 mm dan memiliki panjang antara 40 mm sampai dengan 200 mm. Angka kelangsingan pada paku (nilai banding antara panjang terhadap diameter) sangat tinggi akan menyebabkan mudah nya paku membengkok pada saat dipukul. Pemasanagan paku dapat dilakukan dengan cara dipukul dan bisa juga menggunakan mesin penekan (nail fastening equipment).

  Pemasangan paku dilakukan dengan cara dipukul, untuk terhindar dari pecahnya kayu pada saat paku dipukul, maka pemasangan paku tersebut dapat didahului oleh lubang penuntun. Diameter lubang penuntun tidak boleh melebihi:

  0.9D untuk G > 0.6

  0.75D untuk G ≤ 0.6

  Dimana : G = Berat jenis D = Diamete batang paku

2.4.4 Spasi Alat Pengencang

  Berdasarkan PKKI spasi minimum untuk paku pada suatu sambungan tunggal diatur sebagai berikut :

  

Spasi dalam satu baris (a). Pada semua arah garis kerja beban lateral terhadap

  arah serat kayu,spasi minimum antar alat pengencang dalam suatu baris diambil minimal 10D bila digunakan pelat sisi kayu dan minimal 7D untuk pelat sisi dari baja.

  

Spasi antar baris (b). Pada semua arah garis kerja beban lateral terhadap arah

serat kayu , spasi minimum antar baris adalah 5D.

  

Jarak ujung (c). Jarak minimum dari ujung komponen struktur ke pusat alat

  pengencang terdekat diambil sebesar : a.

  Untuk beban tarik lateral :

  15D untuk pelat sisi dari kayu

  10D untuk pelat sisi dari baja. b. Untuk beban tekan lateral

  10D untuk pelat sisi dari kayu 5D untuk pelat sisi dari baja.