PTK DAn MA DAn BA

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (KEPALA
BERNOMER) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBEDAKAN PARAGRAF INDUKTIF DAN
PARAGRAF DEDUKTIF PADA SISWA XI IPS MA MA’ARIF BANGIL

Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan kegiatan Akademik
(Praktik Pengalaman Lapangan)

OLEH :
AGUS BUDI LAKSONO
NPM: 09188201002

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP – STIT PGRI PASURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
2012

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini telah disetujui dan disahkan guna untuk
menyelesaikan tugas akhir Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di MA Ma’arif Bangil
Pasuruan Tahun Akademik 2012


Praktikan :
AGUS BUDI LAKSONO
NPM: 09188201002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) – STIT PGRI PASURUAN

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal …………

Mengetahui,
Kepala MA Ma’arif Bangil

Guru Pamong Bahasa Indoesia

Drs.SUCIPTO
NIP :

Dra.CHUSNUL CHOTIMAH

NIP :
Dosen Pembimbing

SUCHAINA, M.Pd

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
dengan segala kesempurnaannya, atas segala limpahan Rahmat, hidayah serta Inayahnya
sehingga penyusun laporan studi kasus ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Penggunaan Model Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (kepala bernomor) Terhadap Kemampuan Membedakan Paragraf
Induktif dan Paragraf Deduktif pada siswa ini merupakan sebagian komponen dalam rangka
program pengenalan lapangan dan penempatan kemampuan mengajar yang dilaksanakan di
MA Ma’arif Bangil.
Dalam kesempatan kali ini tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Drs. SUCIPTO selaku kepala sekolah MA Ma’arif Bangil yang telah memberikan
waktu dan tempat pada penyusun untuk melakukan penelitian dalam menyelesaikan
laporan Penelitian Tindakan Kelas ini.

2. Dra. SUCHAENAH selaku dosen pembimbing yang banyak memberikan bimbingan
dan pengarahan selama berlangsungnya proses Penelitian Tindakan Kelas kepada
penyusun.
3. Dra.CHUSNUL CHOTIMAH selaku guru pamong yang telah banyak memberikan
pangarahan dan pertimbangan pada penyusun dalam menyelesaikan laporan penelitian
tindakan kelas dan layanan bimbingan.
4. Bapak dan Ibu guru MA Ma’arif Bangil yang telah banyak memberikan bimbingan
dan saran kepada penyusun.
5. Rekan – rekan PPL di MA Ma’arif Bangil yang telah memberikan bimbingan dan
saran kepada penyusun.
6. Pihak – pihak lain yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam penyusunan laporan Penelitian Tindakan Kelas ini.
Semoga laporan penelitian tindakan kelas dan layanan bimbingan ini dapat
dipergunakan untuk kebaikan peserta didik khususnya dan berkontribusi untuk mengajukan
pendidikan bangsa pada umumnya. Amin. . .
Pasuruan, 24 November 2010
Penyusun

AGUS BUDI LAKSONO


BAB I
PENDAHULUAN
I.I

Latar Belakang Masalah
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Bahasa digunakan dalam
berbagai kegiatan, kegiatan berpikir, mengemukakan pendapat, menyampaikan maksud
kepada orang lain, mengusulkan sesuatu dan semua orang akan memerlukan bahasa.
Menurut Prof.Anderson (dalam Tarigan1990 : 3) mengemukakan ada delapan prinsip
dasar, yaitu :
1. Bahasa adalah suatu sistem.
2. Bahasa adalah vokal (bunyi ujaran).
3. Bahasa tersusun dari lambang-lambang arbitrer
4. Setiap bahasa bersifat unik, khas.
5. Bahasa dibangun dari kebiasaan-kebiasaan.
6. Bahasa adalah alat komunikasi.
7. Bahasa berhubungan erat dengan budaya tempatnya berada
8. Bahasa selalu berubah-ubah
Dengan menggunakan bahasa, seseorang dapat berkomunikasi untuk bertukar pendapat
dengan orang lain.


Apabila seseorang mempunyai kompetensi bahasa yang baik maka dia dapat
berkomunikasi dengan orang lain dengan baik dan lancar, baik secara lisan maupun
tertulis. Bahasa seseorang akan mencerminkan pikirannya., semakin terampil seseorang
berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek keterampilan
berbahasa. Keempat keterampilan tersebut meliputi :
1. Keterampilan menyimak (listening skills);
2. Keterampilan berbicara (speaking skills);
3. Keterampilan membaca (reading skills);
4. Keterampilan menulis(writing skills); (Tarigan,1990)
Dari keempat keterampilan berbahasa diatas, salah satunya keterampilan membaca.
Menurut Hodgson (dalam Tarigan,1990 :7) membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata / bahasa tulis. Suatu proses yang
menuntut agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini
tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau
dipahami, dan proses membaca itu tidak itu tidak terlaksana dengan baik.
Sedangkan menurut Nurhadi (2005) membaca adalah proses pengolahan bacaan secara
kritis, kreatif yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pemahaman menyeluruh

tentang bacaan itu, yang diikuti oleh penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan
dampak bacaan itu. Jadi keterampilan membaca merupakan keterampilan yang sangat

penting dimiliki oleh peserta didik sebagai bentuk pemerolehan pesan dari lambinglambang bahasa tulis dan sebagai kemampuan lanjutan setelah kemampuan menyimak
dan berbicara.
Merujuk pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) Sekolah Menengah Atas
kelas XI Semester I, dijelaskan bahwa Standar Kompetensi: “memehami ragam wacana
tulis dengan membaca intensif dan membaca nyaring”. Kompetensi Dasar:”menemukan
perbedaan paragraf induktif dan paragraf deduktif melalui kegiatan membaca
intensif”(Depdiknas, 2006 : 266).
Setelah mengadakan prariset pada tanggal 15 Oktober 2012 di MA Ma’arif Bangil,
terdapat hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, tentang kemampuan
membedakan paragraf induktif dan paragraf deduktif dalam karangan deskripsi. Untuk
menumbuhkan kemampuan minat membaca atau menentukan perbedaan paragraph
induktif dan paragraf deduktif secara optimal, maka diperlukan suatu pendekatan dalam
kegiatan belajar mengajar agar siswa lebih memahami pelajaran yang diberikan.
http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/2002 pendekatan adalah suatu upaya
penyederhanaan masalah sampai batas-batas tertentu sehingga masih dapat ditoleransi
untuk memudahkan penyelesaiannya. Upaya ini digunakan hampir dalam berbagai
cabang ilmu pengetahuan dimana suatu masalah baru umumnya diselesaikan dengan

pengetahuan modifikasi cara pemecahan yang telah diketahui bagi permasalahan lain.
Dari beberapa pendapat di atas, maka jelaslah bahwa pendekatan merupakan cara
memulai sesuatu untuk memudahkan dalam pemecahan suatu masalah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe pembelajaran Number Head Together
(NHT), untuk membantu siswa dalam membedakan paragraph induktif dan paragraf
deduktif. Karena NHT hanya salah satu variasi atau tipe pembelajaran kooperatife,

maka semua prinsip dasar pembelajaran kooperatif melekat pada tipe ini. Ini berarti
dalam NHT ada saling ketergantungan positif antar siswa, ada tanggung jawab
perseorangan, serta ada komunikasi antar anggota kelompok. Pelibatan siswa secara
kolaboratif dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas X1
semester 1 di MA Ma’arif Bangil, bahwa rendahnya kemampuan siswa dalam membaca
umumnya nilai rata-rata siswa 60 hal ini merujuk di bawah KKM, khususnya
membedakan membedakan paragraf induktif dan deduktif dengan menggunakan media
LKS. Dengan demikian masih banyak siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang berlaku di sekolah tersebut minimal nilai 75. Hal ini disebabkan
beberapa faktor antara lain: rendahnya siswa dalam menentukan kalimat utama,
rendahnya dalam menentukan kalimat penjelas, dan rendahnya siswa dalam
membedakan paragraf induktif dan deduktif. Hal ini ditujukan pada pra penelitian yang

penulis lakukan sebagi berikut:
Tabel 1
Hasil Siswa Membedakan Paragraf Induktif dan Deduktif Siswa Kelas XI IPS
Semester Ganjil MA Ma’arif Bangil Tahun Pelajaran 20012/2013

No

Interval

Kategori

Jumlah siswa

Presentase

1

72-100

Tuntas


7

18,35 %

2

0-71

Tidak tuntas

23

81,65 %

Jumlah

30

100%


Melalui serangkaian pemikiran, penulis berketetapan untuk mencoba menggunakan
model kooperatife tipe Numbered Head Together (Kepala Bernomor) pada
pembelajaran membedakan paragraph deduktif dan induktif. Penggunaan model
kooperatife Numbered Head Together Kepala Bernomor) ini penulis gunakan untuk
memenuhi tuntutan cara pengajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan
(PAIKEM). Dalam hal ini, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator, siswa yang
lebih aktif dalam proses kegiatan belajar.
1.2 Rumusan masalah
Permasalahan mendasar ini dalam penelitian adalah “Apakah dengan menggunakan
model kooperatif tipe Numbered Head Together(kepala Bernomor) dapat Meningkatkan
Kemampuan Siswa dalam Membedakan Paragraf Induktif dan Deduktif pada Siswa
Kelas XI IPS MA Ma’arif Bangil Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013”.
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menjaga penalitian ini tidak menyimpang dari permasalahan, maka penulis
membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Subjek penelitian : Siswa Kelas XI IPS .
2. Tempat Penelitian : MA Ma’arif Bangil.
3. Waktu Penelitian : Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013.


4. Objek Penelitian : Penggunaan model kooperatif tipe Numbered Head Together
(kepala bernomor) terhadap kemampuan membedakan paragraf induktif dan paragraf
deduktif.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan penulis, untuk meningkatkan kemampuan
siswa kelas XI IPS MA Ma’arif Bangil dalam membedakan paragraf induktif dan
paragraf deduktif I dengan menggunakan model Numbered Head Together
(Kepala Bernomor).
2. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan atau informasi kepada guru Bahasa dan Sastra
Indonesia, khususnya dalam membedakan paragraf induktif dan paragraf
deduktif.
b. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi sekolah untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam menyusun rencana pendidikan dan pengajaran
berikutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1

Paragraf Induktif dan Deduktif
1.

Pengertian Paragraf induktif dan deduktif
Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis sistematis yang merupakan
satu kesatuan ekspresi pikiran relevan dan mendukung pikiran pokok yang
tersirat dalam keseluruhan (Tarigan 2009:5). Sedangkan menurut Dalman
(2009) Paragraf adalah satuan pengembangan terkecil dari suatu karangan.
Paragraf adalah bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang
berkaitan secara utuh dan padu serta membetuk satu kesatuan pikiran
(Wikipedia Bahasa Indonesia. 2002).
Paragraf adalah suatu bagian dari bab sebuah karangan atau karya ilmiah yang
mana cara penulisannya harus dimulai dengan garis baru. Paragraf dikenal
juga dengan nama alinea.
Dari beberapa pendapat di atas, maka jelaslah bahwa yang dimaksud paragraf
adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis sistematis yang berkaitan
secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran.

Paragraf mengandung suatu pikiran pokok.kalimat-kalimat yang membentuk
suatu paragraf umumnya dapat dibagi atas dua jenis, yaitu kalimat topik dan
kalimat jabaran
Terdapat tiga persyaratan agar paragraf menjadi padu, yaitu kepaduan,
kesatuan, dan kelengkapan. Unsur paragraf meliputi:
a. Kalimat topik;
b. Kalimat pengembangan atau kalimat penjelas;
c. Kalimat penegas.
Dalam sebuah karangan yang utuh, fungsi utama paragraf yaitu:
1. Untuk menandai pembukaan atau awal ide/gagasan baru,
2. Sebagai pengembang lebih lanjut tentang ide sebelumnya, atau,
3. Sebagai penegasan terhadap gagasan yang diungkapkan terlebih dahulu.
Paragraf induktif dan paragraf deduktif adalah salah satu contoh paragraf yang
dilihat dari letak gagasan utamanya.
Paragraf induktif adalah paragraf yang dimulai dengan menyebutkan
peristiwa-peristiwa yang khusus, untuk menuju kepada kesimpulan umum,
yang mencakup semua peristiwa khusus di atas.
Dari pendapat Wikipedia Bahasa Indonesia (2008) dijelaskan bahwa paragraf
induktif adalah paragraph yang kalimat utamanya terletak di akhir kalimat dan
kalimat penjelasnya terletak di awal paragraf. Paragraf ini diawali dengan
urutan pernyataan khusus dan disusul dengan pernyataan umum.

Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat
topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas. Jika pikiran pokok
terdapat dalam kalimat pertama, maka dapat dipahami bahwa pengarang
menggunakan cara berfikir deduktif, sebaliknya, jika pikiran pokok terdapat
dalam kalimat terakhir, pengarang bersangkutan mempergunakan cara berfikir
induktif.
Dari pendapat tersebut, penulis simpulkan bahwa paragraf induktif adalah
paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah diakhiri dengan
pokok pembicaraan. Paragraf induktif mutlak diawali dari pernyataan atau
fakta khusus yang menuju kesimpulan umum. Fakta atau pernyataan khusus
tersebut merupakan landasan penarikan kesimpulan.
Paragraf deduktif adalah Paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat
penjelasan (Dalman ,2009 : 32)
Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan
persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat
penjelas.
Dari pendapat tersebut disimpulkan bahwa paragraf deduktif adalah paragraf
yang menyajikan persoalan dari yang bersifat khusus menuju kesimpulan yang
umum.
2. Syarat-Syarat Paragraf Induktif dan Deduktif

Induktif adalah paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, barulah
diakhiri dengan pokok pembicaraan. Adapun syarat-syarat paragraf induktif
menurut Sunarno (2007) sebagai berikut:

a. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus.
b. Menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus.
c. Kesimpulan terdapat di akhir paragraph.
d. Menentukan kalimat utama, kalimat penegas, kalimat utama paragraf induktif terletak
di akhir paragraf.
e. Gagasan utama terdapat pada kalimat utama.
f. Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan
peristiwa-peristiwa khusus.
g. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama
Paragraf deduktif adalah paragraf yang menyajikan pokok permasalahn
terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan
atau gagasan. Adapun syarat-syarat paragraf deduktif menurut Sunarno(2007)
sebagai berikut:
1. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa umum.
2. Menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus.
3. Kesimpulan terdapat di awal paragraf.

4. Menentukan kalimat utama, kalimat penjelas, kalimat utama paragraf induktif terletak
di awal paragraf.
5. Gagasan utama terdapat terdapat pada kalimat utama.
6. Kalimat penjelas terletak setelah setelah kalimat utama, yakni yang mengungkapkan
peristiwa-peristiwa khusus.
7. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama.
3. Contoh Paragraf Induktif dan Paragraf Deduktif
contoh paragraf induktif sebagai berikut :
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan
budaya. Bahasa merupakan sendi-sendi kehidupan. Tanpa bahasa, sendi-sendi
kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancar dan penerimaan informasi
yang ada akan tersendat. Memang bahasa alat komunikasi yang penting,
efektif, dan efisien.
contoh paragraf deduktif sebagai berikut :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Para peserta rapat telah menyepakati hal itu.
Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya untuk membuka usaha
baru. Banyak di antara peserta rapat yang kurang menyukai sikapnya. Dalam
rapat-rapat sebelumnya telah diputuskan bahwa dana koperasi itu harus yang
semaunya sendiri.
4. Perbedaan Paragraf Induktif Dan Paragraf Deduktif

perbedaan paragraf induktif dan paragraph deduktif sebagai berikut:

a. kalimat utama
letak kalimat utama paragraph induktif terdapat di akhir paragraf,
sedangkan paragraf deduktif terdapat di awal paragraf.
b. isi paragraf
Dilihat dari isi, paragraf induktif diawali dengan uraian/penjelasan
bersifat khusus dan di akhiri dengan pernyataan umum. Sedangkan
paragraf deduktif dimulai dengan pernyataan umum di akhiri dengan
uraian atau penjelasan khusus.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Kemampuan Membedakan
Paragraf Induktif Dan Deduktif
Yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam membedakan
paragraf induktif dan deduktif dalam pembelajaran selama ini yaitu:
a. Siswa kurang siap dalam mengikuti pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
b. Rendahnya siswa dalam menentukan kalimat yang mengandung gagasan utama pada
paragraf.
c. Rendahnya siswa dalam menentukan kalimat penjelas yang mendukung gagasan
utama.

d. Rendahnya siswa dalam membedakan paragraph induktif dan deduktif.
e. Rendahnya siswa dalam menyimpulkan paragraph induktif dan deduktif.
2.1.2

Membaca
1. Pengertian membaca
Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk
menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.
Menurut Anderson (dalam Dalman 2009:2)
membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a
recoding and decoding process). Pembacaan sandi decoding process) tersebut
merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran dalam bentuk
tulisan, sedangkan istilah penyandian kembali (recoding)digunakan untuk
menggantikan membaca (reading) karena mula-mula lambang tertulis diubah
menjadi bunyi, baru kemudian sandi itu dibaca.
Menurut Damaianti dalam Harras,dkk. (2003:3) mengemukakan bahwa
membaca merupakan hasil interaksi antara persepsi terhadap lambang-lambang
yang mewujudkan bahasa melalui keterampilan berbahasa yang dimiliki
pembaca dan pengetahuannya tentang alam sekitar.
Menurut Harjasujana dan Mulyati (1997:5-25) mengemukakan bahwa membaca
merupakan perkembangan keterampilan yang bermula dari kata dan berlanjut
kepada membaca kritis.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat penulis simpulkan bahwa membaca
merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk
menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan.
Membaca intensif adalah membaca dengan penuh penghayatan untuk menyerap
apa yang seharusnya kita kuasai.
Yang termasuk dalam membaca intensif adalah :
1. Membaca Teliti
Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka sering kali
seseorang perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang disukai.
2. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah sejenis membaca yang
bertujuan untuk memahami tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan
(literary standards), resensi kritis (critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of
fiction).
3. Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijakasana,
mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan,
baik makna baris-baris, makna antar baris, maupun makna balik baris.
4. Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh,
serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.

5. Membaca Kreatif

Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menagkap
makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil
membacanya untuk kehidupan sehari-hari.
http://guruit07.blogspot.com/2009/01/jenis-jenis-membaca-dan.html
2. Tujuan membaca
Pada dasarnya kegiatan membaca bertujuan untuk mencari dan memperoleh
pesan atau memahami makna melalui bacaan. Tujuan membaca tersebut akan
berpengaruh kepada jenis bacaan yang dipilih, misalnya, fiksi atau nonfiksi.
Menurut Anderson (dalam Dalman 2009:6) ada tujuh macam kegiatan
membaca, yaitu :
1. Reading for details or fact
2. Reading for mean ideas
3. Reading for sequence or organization
4. Reading for inference
5. Reading to classify
6. Reading to evaluate
7. Reading to compare or contrast
Menurut Nurhadi (dalam Dalman 2009:7) ada beberapa macam variasi tujuan
membaca sebagai berikut:
a. Membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah)

b. Membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan
c. Membaca untuk menikmati karya sastra
d. Membaca untuk mengisi waktu luang
e. Membaca untuk mencari keterangan tentang suatu istilah
2.1.3

Model pembelajaran Tipe Numbered Head Together (kepala bernomor)
1. Hakikat Model pembelajaran Tipe Numbered Head Together (Kepala
Bernomor)
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutemakan
adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan
diarahkan untuk mempelejari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan
dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada
siswa agar terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan dalam kegiatan-kegiatan
belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa,
yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000:28) dengan melibatkan
para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim

mengemukakan tiga tujuan yanghendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif
dengan tipe NHT yaitu:
1. Hasil belajar akademik struktural
2. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
3. Pengakuan adanya keragaman.
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai latar belakang.
4. Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan
yang dimaksud antara lain berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja dalam
kelompok dan sebagainya.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen
(1993) dengan tiga langkah yaitu :
1. Pembentukan kelompok
2. Diskusi masalah
3. Tukar jawaban antar kelompok.
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam langkah
sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini. Enam langkah tersebut
adalah :

1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2. Pembentukan kelompok
Dalam tahap pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi
nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau
dari latar belakang social, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pretest) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau panduan dalam pembentukan
kelompok, agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa
sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa
berfikir bersama untuk menggambarkan atau meyakinkan bahwa tiap
orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap
kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban kepada siswa di kelas.
6. Memberi kesimpulan
Guru memeberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan
yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT
terhadap siswa yang hasi belajar rendah yang dikemukakan oleh Linda
Lundreg dalam Ibrahim (2000:18) antara lain :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mennganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi
2. Penggunaan Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together (Kepala
Bernomor) Untuk membedakan paragraf deduktif dan paragraf induktif
suatu karangan.

Proses Pembelajarn dengan menerapkan model kooperatif tipe Numbered Head
Together memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman dan informasi
secara optimal karena pembelajaran ini dilaksanakan dengan diarahkan pada
ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembalajaran
yang dilaksanakan dalam lingkungan alamiah.
Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif Numbered Head
Together dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa karena
dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi dan saling mengoreksi antar
teman sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan rasa
kebersamaan dan saling memahami antar satu dengan yang lain secara mendalam
(learning to know each other deeply)
2.2 Hipotesis Tindakan
Dari kajian tersebut maka dapat diperoleh suatu hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Model kooperatif tipe Numbered Head Together (kepala bernomor) dapat
meningkatkan kemempuan siswa dalam membedakan paragraf deduktif dan paragraf
induktif
2. Model kooperatif tipe Numbered Head Together (Kepala Bernomor) dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam membedakan paragraf deduktif dan paragraf
induktif .

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Setting penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI semester 1 (ganjil) tahun pelajaran 20122013 selama 3 bulan, yaitu dari bulan September sampai Desember 2012.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas tindakan. Penelitian
dilaksanakan di MA Ma’arif Bangil Kabupaten Pasuruan.
3. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS MA Ma’arif Bangil.
3.2 Prosedur Penelitian
3.2.1

Gambaran Umum
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang berlangsung
selama dua bulan. Tiap siklus terdiri atas satu kali pertemuan, tiap-tiap siklus terdiri
satu kali pertemuan, tiap-tiap siklus terdiri atas empat tahap pelaksaan yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Pelaksanaan tindakan kelas tersebut yaitu:

Siklus I
a. Perencanaan
1. Membuat perangkat pembelajaran
2. Menyusun scenario pembelajaran
3. Mempersiapkan alat/sarana yang akan dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran.
4. Mempersiapkan lembar peniliaian dan catatan lapangan.
b. Pelaksaan
Pendahuluan
1. Salam
2. Presensi: guru menyanakan siapa yang tidak hadir kepada ketua kelas/perangkat kelas
3. Apersepsi
4. Guru memotivasi siswa dengan menjelaskan kompetensi atau indikator pencapaian
dan tujuan yang akan dicapai; manfaat kompetensi dalam kehidupan sehari-hari
5. Guru menginformasikan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai kompetensi/tujuan
Kegiatan inti
1. Guru menyajikan materi pembelajaran membedakan paragraf deduktif dan paragraf
induktif
2. Siswa membentuk kelompok belajar dengan cara berhitungdan melakukan transisi
secara efisien dengan bimbingan guru.

3. Siswa siswa membaca sebuah karangan dan mengidentifikasi perbedaan paragraf
deduktif dan paragraf induktif
4. Guru bertanya jawab kepada siswa dalam kelompok tentang hasil diskusinya dan
mempersilahkan siswa pada kelompok lain menanggapinya
5. Mengadakan tes tertulis secara individu diakhir siklus untuk mengetahui pemahaman
dan penguasaan siswa setelah proses kegiatan pembalajaran.
Penutup
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
2. Guru melakukan refleksi; menanyakan bagaimana kegiatan pembelajaran pada hari
itu, apa manfaatnya dan hambatannya.
c. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peneliti dengan
dibantu oleh guru pendamping dengan menggunakan lembar pengamatan
aktivitas guru pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis dan membuat simpulan
berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan dan hasil tes yang digunakan
untuk perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar
perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus II
a. Perencanaan
1. Membuat perangkat pembelajaran
2. Menyusun scenario pembelajaran
3. Mempersiapkan alat/sarana yang akan dipergunakan dalam kegiatan
pembelajaran
4. Mempersiapkan lembar peniliaian dan catatan lapangan
b. Pelaksaan
Pendahuluan
1. Salam
2. Presensi: guru menyanakan siapa yang tidak hadir kepada ketua kelas/perangkat kelas
3. Apersepsi
4. Guru memotivasi siswa dengan menjelaskan kompetensi atau indikator pencapaian
dan tujuan yang akan dicapai; manfaat kompetensi dalam kehidupan sehari-hari
5. Guru menginformasikan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai kompetensi/tujuan
Kegiatan inti
1. Guru menyajikan materi pembelajaran membedakan paragraf deduktif dan
paragraf induktif

2. Siswa membentuk kelompok belajar dengan cara berhitungdan melakukan
transisi secara efisien dengan bimbingan guru.
3. Siswa siswa membaca sebuah karangan dan mengidentifikasi perbedaan
paragraf deduktif dan paragraf induktif
4. Guru bertanya jawab kepada siswa dalam kelompok tentang hasil diskusinya
dan mempersilahkan siswa pada kelompok lain menanggapinya
5. Mengadakan tes tertulis secara individu diakhir siklus untuk mengetahui
pemahaman dan penguasaan siswa setelah proses kegiatan pembalajaran.
Penutup
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
2. Guru melakukan refleksi; menanyakan bagaimana kegiatan pembelajaran pada hari
itu, apa manfaatnya dan hambatannya.
c. Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peneliti dengan
dibantu oleh guru pendamping dengan menggunakan lembar pengamatan
aktivitas guru pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis dan membuat simpulan
berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan dan hasil tes yang digunakan
untuk perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar
perbaikan pada siklus berikutnya.

Siklus III
a. Perencanaan
1. Membuat perangkat pembelajaran
2. Menyusun scenario pembelajaran
3. Mempersiapkan alat/sarana yang akan dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran
4. Mempersiapkan lembar peniliaian dan catatan lapangan
b. Pelaksaan
Pendahuluan
1. Salam
2. Presensi: guru menyanakan siapa yang tidak hadir kepada ketua kelas/perangkat kelas
3. Apersepsi
4. Guru memotivasi siswa dengan menjelaskan kompetensi atau indikator pencapaian
dan tujuan yang akan dicapai; manfaat kompetensi dalam kehidupan sehari-hari
5. Guru menginformasikan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai kompetensi/tujuan
Kegiatan inti
1. Guru menyajikan materi pembelajaran membedakan paragraf deduktif dan
paragraf induktif
2. Siswa membentuk kelompok belajar dengan cara berhitungdan melakukan
transisi secara efisien dengan bimbingan guru.

3. Siswa siswa membaca sebuah karangan dan mengidentifikasi perbedaan
paragraf deduktif dan paragraf induktif
4. Guru bertanya jawab kepada siswa dalam kelompok tentang hasil diskusinya
dan mempersilahkan siswa pada kelompok lain menanggapinya
5. Mengadakan tes tertulis secara individu diakhir siklus untuk mengetahui
pemahaman dan penguasaan siswa setelah proses kegiatan pembalajaran.
Penutup
1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil pembelajaran
2. Guru melakukan refleksi; menanyakan bagaimana kegiatan pembelajaran pada
hari itu, apa manfaatnya dan hambatannya.
c. Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan oleh peneliti dengan
dibantu oleh guru pendamping dengan menggunakan lembar pengamatan
aktivitas guru pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis dan membuat simpulan
berdasarkan hasil observasi, catatan lapangan dan hasil tes yang digunakan
untuk perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi sebagai dasar
perbaikan pada siklus berikutnya.
3.2.2

Rincian Prosedur Penelitian

a. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Awal
Data yang pertama yang sudah terkumpul dianalisis dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Pada lembar hasil kemampuan siswa, guru mengoreksi dan menghitung jumlah
jawaban yang diperoleh dari hasil mengidentifikasi perbedaan paragraf deduktif dan
paragraf induktif.
b. Memasukkan ke dalam tabel skor untuk melihat tingkat kemampuan mengidentifikasi
perbedaan paragraf deduktif dan induktif.
2. Analisis Data kedua
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data kedua adalah:
a. Pada lembar hasil kemampuan siswa, guru menganalisis hasil kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi perbedaan paragraf deduktif dan paragraf induktif.
Selanjutnya memberikan skor dan bobot pada jawaban yang sesuai.
b. Memasukkan ke dalam tabel skor untuk melihat tingkat kemampuan mengidentifikasi
perbedaan paragraf deduktif dan induktif yang diperoleh masing-masing siswa pada
siklus ke-2.
3. Analisis Data Ke tiga
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data ketiga adalah:

a. Pada lembar hasil kemampuan siswa, guru menganalisis hasil kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi perbedaan paragraf deduktif dan induktif, selanjutnya
memberikan skor dan bobot pada jawaban yang sesuai.
b. Memasukkan kedalam tabel skor untuk melihat tingkat kemampuan mengidentifikasi
perbedaan paragraf diduktif dan induktif pada sebuah karangan, yang diperoleh
masing-masing siswa pada siklus ketiga.
4. Analisis data terakhir
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data terakhir adalah:
a. Pada hasil lembar kemampuan siswa, guru memasukkan kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi perbedaan paragraf deduktif dan induktif sebuah karangan.
b. Selanjutnya, membandingkan peningkatan hasil yang diperoleh oleh siswa di setiap
siklusnya. Data penelitian disajikan atau diklasifikasikan dalam tabel. Adapun nilainilai yang diperoleh dari hasil tes kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
perbedaan paragraf deduktif dan induktif adalah sebagai berikut :

TABEL 2
DATA KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI PERBEDAAN PARAGRAF
DEDUKTIF DAN INDUKTIF

NO
1
2
3
4
5
6

NAMA
AHMAD FAUZI
AHMAD MUZAHID
AISYAH DEWI WARDAH
AKHMAD UDIN
ALIATUL ADIBAH
AMIN SANTOSO

PENILAIAN
SIKLUS I SIKLUS 2
SIKLUS 3
65
70
75
68
70
75
75
82
85
65
70
75
70
75
75
68
70
80

7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

ARIF FATHUR RIFQI
BAGUS TRIO P.
HAJAR SYAFARIYAH
IRFANI
KHILMIATI
M. HARIDUR ROHMAN
M. KHOIRON
M. UBAIDILLAH SOLICHIN
MOCHAMAD SOLICHIN
MOCHAMMAD ISSRO'USSURUR
MOH. BUDI SANTOSO
MUCHAMMAD RIZKI WAHYU S
MUFIDAH ISNAINI
MUHAMMAD SOFIYAN
MUHAMMAD SOLIKHIN
MUHAMMAD ZAINUDDIN MZ
MUKHAMMAD KHASIN
NAJMATUS SUROYA
PUPUT ROMADHON
QORINA SHOFRIANA
RANDI IRAMA PUTRA
RIZAL APRILANTO
SITI ROMLAH
SUSANTI

JUMLAH
PERSENTASE
KATEGORI

62
65
68
70
68
75
75
68
68
62
68
66
70
70
75
68
68
75
75
75
70
70
70
68
2080
69,3%
C

72
70
72
75
75
80
80
70
70
70
75
70
75
70
75
70
70
80
80
80
70
75
75
70
2206
73,5%
C

75
75
78
78
75
75
75
75
78
76
78
75
80
78
80
75
80
85
80
85
78
80
78
78
2335
77,8%
B

Untuk menghitung nilai hasil tes siswa, penulis menggunakan rumus:

SIKLUS 1

SIKLUS 2

SIKLUS 3

∑ Xi
X =n
2080
X =30
X =69,3
X =69

∑ Xi
X =n
2206
X =30
X =73,5
X =74

∑ Xi
X =n
2335
X =30
X =77,8
X =78
Berdaskan rumus : N = perolehan Skor /skor maksimal x bobot
(Ngalim Purwanto, 2001:352)
b. Tolok Ukur Penelitian
Tolok ukur yang digunakan untuk memberikan penilaian kepada siswa dalam
mengidentifikasi perbedaan paragraf deduktif dan paragraf induktif pada sebuah
karangan adalah sebagai berikut:
Table 4: Tolok ukur penilaian kemampuan membedakan paragraf deduktif dan
paragraf induktif pada suatu karangan.
TABEL 3

No

Presentasi Nilai

Kategori

1.

85% -100%

Sangat Baik

2.

75% - 84%

Baik

3.

60% - 74%

Cukup

4.

40% - 59%

Kurang

5.

0% - 39%

Gagal

(Burhan Nurgiantoro, 2005:393).

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibicarakan pada bab III di atas, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan siswa kelas XI IPS MA Ma’arif Bangil membedakan paragraf deduktif
dan induktif pada sebuah karangan torgolong baik. Hal ini dilihat melalui nilai rata-rata yang
diperoleh siswa kelas XI IPS MA Ma’arif Bangil secara umum, yaitu berada pada kategori
baik (75-84). Dilihat dari segi persentase, siswa memperoleh nilai pada kategori sangat baik
tidak ada sama sekali, kategori baik 30 orang atau 12,5% dan hampir keseluruhan mencapai
nilai 75 sesuai standart KKM.
Adapun rincian nilai rata-rata kemampuan siswa kelas XI IPS MA Ma’arif Bangil
membedakan paragraf deduktif dan induktif pada sebuah karangan secara khusus adalah
sebagai berikut.
1) Nilai rata-rata pada siklus 1 tergolong dalam kategori cukup, yaitu 69;
2) Nilai rata-rata pada siklus 2 tergolong dalam kategori cukup, yaitu 74;
3) Nilai rata-rata pada siklus 3 tergolong dalam kategori baik, yaitu 78;
Ketidakmampuan siswa kelas XI IPS MA Ma’arif Bangil dalam membedakan
paragraf deduktif dan induktif yang masuk kategori cukup adalah pada siklus 1dan siklus 2 .
Maka perlu dilakukan perbaikan dan peningkatan kemampuan siswa dalam membedakan
paragraf deduktif dan induktif pada sebuah karangan yang dilakukan di siklus 3. Pada siklus
3 tersebut siswa XI IPS MA Ma’arif Bangil dengan persentase 78% dikatakan telah mampu
dalam membedakan paragraf deduktif dan induktif pada sebuah karangan yang masuk
kategori, Baik.

4.2 Saran
Kemampuan menulis siswa kelas XI IPS MA Ma’arif Bangil membedakan paragraf deduktif
dan induktif pada sebuah karangan cukup maksimal. Oleh karena itu, siswa perlu
mendapatkan pembelajaran yang intensif dalam pembelajaran menulis. Hal ini dapat

dilakukan dengan meningkatkan pembelajaran menulis. Peningkatan pembelajaran menulis
dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti :
1) meningkatkan tingkat penguasaan kosa kata dengan banyak baca;
2) menguasai keterampilan mikrobahasa, seperti penggunaan tanda baca, kaidahkaidah penulisan, diksi, penataan

kalimat dengan struktur yang benar, dan

penggunaan paragraf yang baik;
3) menemukan metode pembelajaran menulis yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuan siswa; serta
4) menggunakan media pembelajaran menulis yang efektif.
Selain itu, untuk meningkatkan keterampilan menulis, guru harus banyak memberikan
latihan menulis kepada siswa. Latihan itu divariasikan dalam berbagai bentuk.
Tekniknya disajikan data verbal, gambar, tabel, teks, peta, bagan. Dari data-data
tersebut, siswa diminta untuk menulis sebuah karangan. Dengan melakukan kegiatan
seperti ini, siswa terlatih untuk mengembangkan logika, daya imajinasi, dan
kemampuan menggunakan bahasa yang benar. Hal ini dilakukan untuk mengaktifkan
daya kreatif siswa dalam mengasah kecerdasan mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sudrajat. 2000.Model kooperatif Tipe Numbered Head Together (online)
Tersedia:http://Ahmad Sudrajat.Wordpress.com.html.(26/10/2011)
Alwasilah,Caedar,1990.Linguistik Suatu Pengantar.Bandung:Angkasa

Dalman.2009.Keterampilan Menulis.Bandar LampungUML Press.
Dalman.2011.Menulis Karya Ilmiah.Bandar Lampung:UML Press.
Dalman.2009.Membaca.Bandar LampungUML Press.
Nurhadi.2005.Bagaimana Membaca(online) Tersedia :
tersedia:http://pendibook.wordpress.com.Html(23/10/2011)
Suharsimi Arikunto.2008.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara
Tarigan, Hendry Guntur.1987.Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa,Bandung:Angkasa.
Tarigan, Hendry Guntur. 1990. Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa.Bandung :
Angkasa
Widjojo, Hs.2008.Bahasa Indonesia.(online)
Tersedia:http://books.google.co.id.html(24/10/2011)
Wikipedia.2002.Pengertian Paragraf .
Tersedia:http://alfiecadas.wordpress.com(2010/04/05)