RONA Dan LINGKUNGAN HIDUP Awal

Rona Lingkungan Hidup

RONA LINGKUNGAN HIDUP
7. Sosial, Ekonomi, dan Budaya
7.1. Demografi
Dilihat dari aspek sosial, kegiatan ini tidak menimbulkan perubahan sosial
di wilayah lokasi studi. Hal tersebut disebabkan karena pada umumnya warga
Desa Jamut adalah warga dari suku Jawa yang sudah puluhan tahun menempati
lokasi tersebut (warga transmigrasi). Sehingga interaksi sosial negatif yang
berpotensi mengakibatkan konflik antar suku tidak akan terjadi.
Berkaitan dengan aspek ekonomi dan budaya yang terjadi, kegiatan
pembuatan Bendung ini akan meningkatkan ekonomi warga nantinya. Program
ini juga akan merealisasikan budaya warga setempat yang sudah biasa
membudidayakan padi sawah sebagaimana dari tempat asalnya di pulau jawa.
7.2. Struktur Penduduk
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel dibawah ini, jumlah penduduk di desa Jamut berjumlah
423 orang dengan komposisi warga laki-laki berjumlah 214 orang dan warga
perempuan berjumlah 209 dengan jumlah Kepala Keluarga adalah 123 KK.
Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat
pada Tabel 17.

Tabel 17.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Lokasi Studi

Desa
Jamut

Jenis Kelamin
Laki-laki
214

Perempuan
209

Jumlah

Jumlah

423


KK
123

Sumber : Profil Desa Jamut, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Barito Utara
Tahun 2013.

Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur
Berdasarkan data Penduduk Profil Desa Jamut Tahun 2013, kelompok umur
36 – 55 tahun merupakan kelompok umur yang terbanyak yaitu berjumlah
122 jiwa, hal ini dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18.

No.

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Lokasi Studi

Kelompok
Umur
(Tahun)


UKL-UPL Bendung Jamut

Jenis Kelamin (Jiwa)
Laki-laki

Perempuan

Jumlah
(Jiwa)

Rona Lingkungan Hidup

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.


0-5
6 -7
8 - 13
14 -19
20 - 35
36 - 55
56 >

20
10
15
22
52
66
29

19
11
29
32

42
56
20

29
21
44
54
94
122
49

Sumber : Profil Desa Jamut, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Barito Utara
Tahun 2013.

Komposisi Penduduk Menurut Agama
Berdasarkan data diperoleh di desa Jamut jumlah penduduk yang beragama
Islam 400 jiwa dan Kristen 23 jiwa.
Aktivitas keagamaan masing-masing pemeluk agama seperti tersebut di atas
cukup lancar karena ditunjang dengan kelengkapan sarana peribadatan.

Berdasarkan pengamatan lapangan tampak bahwa kehidupan keagamaan
dalam tatanan sosial kemasyarakatan sebagai suatu komunitas masyarakat
kelihatan rukun.

7.3. Aksesibilitas Wilayah
Aksesibilitas ke lokasi studi hanya dapat dicapai melalui jalan darat
dengan menggunakan mobil dan sepeda motor dengan waktu sekitar 2,5
jam. Jalan yang dilalui adalah jalan negara, jalan kecamatan dan jalan ke
desa yang bersangkutan dengan jarak 35 km dari kota Kecamatan dan 56
km dari ibukota kabupaten Barito Utara yaitu kota Muara Teweh.
Berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa kondisi jalan beraspal,
pengerasan dan jalan tanah atau belum adanya pengerasan jalan.
7.4. Fasilitas Sosial dan Utilitas Umum
7.4.1. Sarana Pendidikan
Fasilitas pendidikan merupakan sarana penunjang dalam kemajuan dunia
pendidikan. Dengan lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, maka
salah satu faktor dalam upaya peningkatan pendidikan sudah terpenuhi.
Di lokasi studi Desa Jamut jumlah sekolah, murid, dan guru dapat dilihat
pada Tabel 19.
Tabel 19. Jumlah Sarana Pendidikan di Lokasi Studi

Jenjang
TK

UKL-UPL Bendung Jamut

Sarana Pendidikan
Sekolah (Swasta)
Murid

Jumlah
1
18

Rona Lingkungan Hidup

Guru (Negeri / Swasta)
Sekolah (Negeri / Swasta)
Murid (Negeri / Swasta)
Guru (Negeri / Swasta)


SDN

2
1
40
6

Sumber : Profil Desa Jamut, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Barito
Utara Tahun 2013. dan Tim UKL- UPL 2013.

7.4.2. Sarana Ibadah
Sarana ibadah yang terdapat di wilayah lokasi studi secara rinci disajikan
dalam Tabel 20.
Tabel 20.

Sarana Ibadah di Lokasi Studi

No.

Sarana Ibadah


Jumlah (unit)

1.
2.
3.

Masjid
Langgar
Gereja

1
4
-

Sumber : Profil Desa Jamut, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Barito
Tahun 2013. dan Tim UKL- UPL 2013.

Utara


7.4.3. Kondisi Sarana dan Prasarana Lainnya
Listrik
Jaringan listrik di desa Jamut belum terpasang, sehingga untuk memenuhinya
sebagian penduduk menggunakan genset. Sedangkan penduduk yang tingkat
perekonomiannya lebih rendah menggunakan minyak tanah sebagai sumber
penerangan.
Telepon, Sarana Telekomunikasi dan Informasi Lainnya
Sarana telekomunikasi umum belum ada di desa Jamut.
Jaringan telekomunikasi telepon di desa wilayah studi belum terpasang.
Akan tetapi di desa tersebut sudah dapat dijangkau oleh saluran telepon
selular (HP). Disamping itu televisi, radio, dan HP dapat dinikmati dan
digunakan sebagai sarana informasi dan komunikasi.
7.4.4. Pemukiman Penduduk
Kondisi Pemukiman
Pemukiman umumnya berada di atas tanah pekarangan sebagaimana desa
transmigrasi umumnya. Kondisi perumahan di wilayah studi, pada
umumnya cukup baik. Konstruksi rumah berupa papan kayu dan rumah
panggung dengan atap seng dengan kondisi bangunan semi permanen dari
material kayu.
UKL-UPL Bendung Jamut


Rona Lingkungan Hidup

7.5. Ekonomi
7.5.1. Ekonomi Rumah Tangga
Tingkat Pendapatan
Besarnya pendapatan masyarakat di desa Jamut sangat bervariasi,
tergantung dari jenis mata pencahariannya. Ada beberapa jenis usaha
masyarakat di desa Jamut yaitu Petani 162 orang, Buruh Tani 20 orang,
PNS 12 orang, Pedagang 12 orang, , Peternak 47 orang, Tukang Bangunan 6
orang dan Wiraswasta 11 orang.
Rata-rata pendapatan masyarakat di wilayah studi berkisar antara Rp.
2.000.000 - Rp.5.000.000 per bulan.
Pola Penghasilan Ganda
Pada umumnya rumah tangga di desa Jamut memiliki sumber mata
pencaharian lebih dari satu atau disebut pola nafkah ganda, misalnya selain
berternak juga menjadi petani atau berdagang.
Mata pencaharian dalam sektor pertanian meliputi pertanian tanaman pangan
(persawahan Varietas padi Cihirang), dan petani buah-buahan (pisang 6 Ha,
rambutan 5 Ha, mangga 4 Ha, durian 2 Ha, nenas 2 Ha, nangka 2 Ha dll),
perkebunan (Karet 102 Ha, Coklat 10 Ha, kelapa 5 Ha, kelapa sawit 2 Ha,
dan lada 0,25 Ha).Sebagai petani peternak (Sapi, ayam kampung, ayam
broiler, kambing, bebek dan angsa).
7.5.2. Ekonomi Sumberdaya Alam
Pola Pemilikan Sumberdaya Alam
Secara umum penduduk desa Jamut mempunyai luas lahan 2,5 Ha sesuai
dengan ketentuan yang sudah digariskan oleh pihak Dinas Transmigrasi.
Namun demikian bias terjadi variasi luasan lahan kepemilikan hal tersebut
dengan adanya beberapa anggota masyarakat yang pindah dan menjual
lahannya kepada warga transmigrasi yang masih menetap.
Pola Pemanfaatan Sumberdaya Alam
Pemanfaatan sumberdaya alam terutama hutan oleh masyarakat di desa Jamut
merupakan kegiatan yang sangat penting secara ekonomis. Pemanfaatan
sumberdaya hutan secara garis besar dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pemanfaatan lahan hutan dan pemanfaatan hasil hutan.
Pemanfaatan lahan hutan terutama untuk kegiatan persawahan (produksi
tanaman pangan) dan perkebunan. Pemanfaatan sumberdaya hutan berupa
hasil hutan sangat beragam dari segi hasil hutan yang dipungut, antara lain
kayu bakar, bahan bangunan dan mencari ikan merupakan kegiatan yang

UKL-UPL Bendung Jamut

Rona Lingkungan Hidup

cukup penting, terutama untuk memenuhi kebutuhan lauk-pauk (protein
hewani) keluarga.
7.5.3. Perekonomian Lokal dan Regional
Sarana Perekonomian Lokal
Berlangsungnya kegiatan ekonomi di suatu daerah salah satunya bisa
ditunjukan dengan adanya pasar. Pasar merupakan salah satu unsur
penunjang aktivitas ekonomi masyarakat, karena di tempat tersebut
masyarakat khususnya petani dapat menjual hasil buminya atau hasil
ternaknya, dan sebaliknya bisa membeli barang-barang keperluan rumah
tangga dan barang-barang lainnya. Pasar yang beroperasi sehari-hari hanya
ada di Kabupaten Barito Utara, yaitu Kota Muara Teweh. Pada umumnya di
desa studi hanya ada warung-warung dan kios-kios yang menyediakan
kebutuhan pokok bagi masyarakat. Distribusi bahan-bahan pokok kebutuhan
sehari-hari masyarakat cukup terpenuhi dengan adanya para pedagang yang
dapat pulang pergi ke kota Muara Teweh membeli bahan dan barang
keperluan pokok tersebut dengan menggunakan mobil melalui jalan darat.
7.6. Budaya
Masyarakat desa Jamut yang secara umum terdiri dari suku Jawa,
melaksanakan adat istiadat yang berlaku di masyarakat mereka seperti
musyawarah adat, sanksi adat, upacara adat perkawinan, upacara adat kematian,
upacara adat kelahiran, upacara adat dalam bercocok tanam, upacara adat dalam
pembangunan rumah dan upacara adat dalam penyelesaian masalah/konflik selain
itu di desa ini sudah terbentuk kepengurusan adat.
7.6.1. Pola Hubungan dan Interaksi Sosial
Pola hubungan dan interaksi sosial untuk masyarakat di desa Jamut, secara
umum dapat digolongkan ke dalam satuan komunitas yang agak terbuka, mereka
dapat bergaul dan berinteraksi dengan warga desa-desa sekitarnya yang terdiri
dari berbagai suku seperti : Dayak Bakumpai, suku Banjar dan lain sebagainya.
Meskipun penduduk desa ini terdiri dari dua pemeluk agama namun mereka hidup
dengan rukun, melaksanakan kegiatan gotong royong serta saling hormat
menghormati satu dengan yang lainnya.
7.6.2. Pranata Sosial dan Orientasi Nilai Budaya
Pranata sosial dan orientasi nilai budaya dalam studi UKL-UPL ini
mengacu pada tatanan kelembagaan dan pranata sosial yang tumbuh dan
berkembang sebagai pengaturan tata kehidupan suatu komunitas masyarakat yang
bermukim pada satu daerah tertentu. Berbagai tatanan kelembagaan dimaksud
selalu berorientasi pada sistem kekerabatan yang berlaku di kalangan komunitas
tersebut.
UKL-UPL Bendung Jamut

Rona Lingkungan Hidup

Kelompok kekerabatan yang terkecil dalam masyarakat yang berdomisili
pada desa Jamut adalah keluarga inti sebagai suatu kesatuan yang menghuni suatu
rumah dan berkelompok dalam suatu perkampungan. Keluarga inti ini pada
umumnya menempati tanah yang dikuasai secara adat. Keluarga inti menempati
suatu wilayah yang cukup luas sehingga kelompok pemukiman yang ada
merupakan suatu kesatuan keluarga yang luas berdasarkan garis keturunan
patrilineal.
Kelembagaan yang berkembang dalam masyarakat meliputi kelembagaan
formal dan non formal. Lembaga formal berupa aparat desa, BPD (Badan
Permusyawaratan Desa) dan LPMD. Sedangkan lembaga non formal berupa
lembaga Kepengurusan adat, yang mempunyai hak dan wewenang dalam hal adat
istiadat.
7.6.3. Sikap dan Persepsi Masyarakat
Rencana kegiatan pembuatan Bendung Jamut pada prinsipnya sudah
diketahui oleh masyarakat setempat, bahkan hal tersebut karena usulan dari
masyarakat setempat kepada pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Barito Utara
yang telah disampaikan beberapa tahun yang lalu. Pihak Pemda telah melakukan
sosialisasi kepada masyarakat melalui Kepala Desa, Camat dan Instansi terkait
serta saat konsultasi publik sebelum penyusunan studi ini dilakukan. Berdasarkan
hasil survei lapangan mengenai sikap dan persepsi masyarakat desa wilayah studi
menyangkut kegiatan ini secara aklamasi semuanya setuju.
Masyarakat menyatakan setuju karena akan membuka berbagai macam
peluang usaha mereka nantinya dan manfaatnya akan meningkatkan pendapatan
serta kesejahteraan mereka.
Berdasarkan besarnya persentase masyarakat yang setuju tersebut di atas,
maka dapat dikatakan bahwa sikap dan persepsi masyarakat termasuk kategori
sangat baik.
8.

Komponen Kesehatan Masyarakat

Kajian mengenai aspek kesehatan masyarakat dalam studi ini lebih
diarahkan pada beberapa sub aspek pokok antara lain, sanitasi lingkungan, status
gizi dan kecukupan pangan, jenis penyakit yang bersifat epidemi, tenaga medis
dan fasilitas kesehatan.
8.1. Sanitasi Lingkungan

Berdasarkan hasil survei di lapangan, diketahui bahwa kondisi sanitasi
lingkungan masyarakat yang ada tampaknya sudah cukup baik. Hal ini terbukti
dengan adanya 6 unit MCK umum dan 97 rumah tangga yang menggunakan
jamban keluarga.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, tampak bahwa masyarakat di lokasi
studi menggunakan sumber air yaitu dari 6 unit hidran umum, 97 unit PAM dan
86 unit sumur gali serta adanya 1 sumber mata air. Sedangkan bila musim
kemarau masyarakat mengambil air untuk konsumsi dari sungai Jamut.
UKL-UPL Bendung Jamut

Rona Lingkungan Hidup

8.2. Status Gizi dan Kecukupan Pangan

Kajian mengenai status gizi dari suatu kelompok masyarakat, erat
kaitannya dengan pola makan dan sumber bahan makan yang mengandung nilai
gizi. Sumber bahan makanan yang mengandung zat makanan yang bergizi antara
lain karbohidrat, protein, mineral dan lain sebagainya. Berdasarkan pengamatan
dilapangan (survei pendahuluan), tampaknya status gizi dari masyarakat masih
tergolong sedang.
Di wilayah studi status gizi masyarakat boleh dikatakan cukup baik. Hal
ini mengingat pemenuhan kebutuhan makanan yang bergizi cukup mudah
diperoleh karena masyarakat setempat membudidayakan padi, tanaman sayuran
dan palawija bahkan komoditi tersebut mereka jual ke kota Kabupaten. Kemudian
akses ke kota kabupaten yang banyak menjual bahan makanan yang bergizi dapat
terjangkau dengan mudah menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat
untuk membeli bahan-bahan keperluan masyarakat. Cukup tingginya
kesadarannya masyarakat akan pentingnya gizi yang baik dan juga cukup
tingginya kesadarannya dalam hal menciptakan dan memelihara sanitasi.
8.3. Jenis penyakit yang bersifat epidemi dan Prevalensi Penyakit.

Secara umum, di daerah studi merupakan salah satu daerah endemis
penyakit malaria. Kondisi desa yang dikelilingi oleh hutan alam memungkinkan
hal tersebut dapat terjadi. Selain kendala tersebut diatas, pola hidup dan kebiasaan
masyarakat setempat juga dapat menyebabkan jumlah penyakit menular terutama
malaria, masih tergolong cukup tinggi.
Prevalensi penyakit adalah ukuran frekuensi penyakit yang
menggambarkan jumlah kasus pada saat tertentu. Data pada Tabel 23 berikut
menyajikan jumlah penyakit yang terbanyak diderita menurut jenis penyakit di
lokasi studi.

Tabel 23.

Jumlah Penyakit Yang Terbanyak Diderita Menurut Jenis
Penyakit di lokasi studi.
No.
Jenis Penyakit
1.
Malaria
2

Influenza (batuk/flu)

3

Diare

4

Penyakit kulit (kadas, kurap, panu)

UKL-UPL Bendung Jamut

Rona Lingkungan Hidup

5

Tekanan darah tinggi

Sumber : Tim Studi UKL-UPL, 2013
8.4. Tenaga Medis dan Fasilitas Kesehatan

Tenaga medis dan fasilitas kesehatan yang terdapat di desa Jamut I secara
rinci disajikan dalam Tabel 24.
Tabel 24.

Fasilitas Kesehatan dan Tenaga Medis di Lokasi Studi.

No.

Fasilitas Kesehatan

1.
2.
3.
4.
5

Polindes
Posyandu
Kader Posyandu
Kader Kesehatan
Dukun Bersalin

Jumlah
(unit/orang)
1
1
4
1
1

Sumber : Profil Desa Jamut, Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten
Barito Utara Tahun 2013.

8.5. Status Gizi dan Kecukupan Pangan
Kajian mengenai status gizi dan kecukupan pangan erat kaitannya dengan
pola makanan dengan sumber bahan pangan yang mengandung nilai gizi. Syarat
kandungan makanan yang bergizi antara lain harus mengandung karbohidrat,
protein, mineral, vitamin, lemak dan senyawa lainya yang proposional dengan
kebutuhan gizi tubuh. Oleh karena itu status gizi masyarakat sangat tergantung
dari pola makan keluarga. Pola makan masyarakat dapat dinilai dari nilai gizi
bahan makanan pokok, cara memasak serta jumlah dan frekwensi makan. Nilai
gizi bahan makanan yang umum dapat ditemukan dimasyarakat wilayah studi,
cenderung sama dengan wilayah pedesaan lainnya di Kalimantan Tengah. Selain
beras sebagai makanan pokok, dalam setiap proses makan selalu diiringi dengan
menu sayur-mayur dan lauk-pauk. Beras (nasi), lauk (ikan) dan sayur-mayur
adalah 3 (tiga) bahan makanan pokok masyarakat. Namun demikian, terkadang
untuk lakunya diganti dengan daging (ayam, sapi dan/atau binatang hasil buruan),
tetapi frekwensi masih rendah.
Cara memasak dan frekwensi makan masyarakat dinilai relatif masih baik,
tetapi kadang kurang memperhatikan nilai hiygenisnya, sehingga dianggap masih
memerlukan perhatian untuk peningkatan kualitas kesehatan makanan yang akan
dimakan. Mengenai frekwensi makan, dinilai cukup baik bahkan sangat baik,
karena kebiasaan makan masyarakat adalah pada pagi, siang, dan malam hari (3 x
sehari) dengan porsi yang berimbang. Oleh karena itu secara umum kondisi status
gizi masyarakat di wilayah studi dinilai baik.

UKL-UPL Bendung Jamut

Rona Lingkungan Hidup

Tentang kecukupan pangan masyarakat kecenderungan penurunan
walaupun masih dalam batas-batas yang dapat ditoleransi. Pada dasarnya,
masyarakat diwilayah studi tidak mengalami masalah kecukupan pangan, tetapi
adanya kenaikan harga sembilan bahan pokok dan sulitnya usaha masyarakat,
dikhawatirkan dapat menurunkan daya beli masyarakat, akibatnya masyarakat
tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Hasil pengamatan lapangan
kondisi gizi masyarakat masih tergolong sedang. Hal ini dapat dilihat dari
indikator yang ada, yaitu pola konsumsi yang mementingkan gizi. Kondisi ini
selain disebabkan pengetahuan masyarakat dalam menyediakan makanan yang
bergizi tinggi.

UKL-UPL Bendung Jamut

Rona Lingkungan Hidup

UKL-UPL Bendung Jamut