Pengkajian dan cairan INDONESIA (1)

LAPORAN METODOLOGI KEPERAWATAN
PENGKAJIAN CAIRAN

Disusun oleh:
Kelompok 5
Tingkat IIA
1. Awalia Roihana T

(34403015139)

2. Diana Sri Nur Aisah

(34403015146)

3. Fauzan Badruttamam

(34403015154)

4. Katrine Permata Sari

(34403015165)


5. Nadya Auliandina

(34403015175)

6. Nanda Annisa Maysani

(34403015176)

7. Qurrota’Aini

(34403015183)

8. Sinta Kumala Devi

(34403015190)

AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTA
PROVINSI DKI JAKARTA
2016


1.1 Cairan Elektrolit dan Asam Basa
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga
kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial
adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
a. Cairan dan Elektolit Tubuh
Agar

dapat

mempertahankan

kesehatan

dan


kehidupannya,

manusia

membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai
jaringan tubuh. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia
yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan
berat 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75%
berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria lanjut usia.
Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas-air),
kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan
dalam dua kompartemen utama dalam tubuh, yaitu:
Cairan intraselular (CIS) adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh dan
menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh (total body water). CIS merupakan
media tempat terjadinya aktivitas kimia sel. Pada individu dewasa, CIS menyusun
sekitar 40% berat tubuh atau 2/3 dari TBW. Sisanya, yaitu 1/3TBW atau 20% berat
tubuh, berada di luar sel yang disebut sebagai cairan ekstra seluler (CES).
Cairan ekstraselular (CES). CES merupakan cairan yang terdapat di luar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravascular,
cairan interstisial, dan cairan transeluler. Cairan interstisial terdapat dalam ruang

antar-sel, plasma darah, cairan serebrospinal, limfe, serta cairan rongga serosa dan
sendi. Akan tetapi, jumlahnya terlalu sedikit untuk berperan dalam keseimbangan
cairan. Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran dua arah
antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan adalah: kation dan anion (Ambarwati,
2014).

1

b. Pergerakan cairan dan elektrolit tubuh
Sirkulasi cairan dan elektolit terjadi dalam tiga tahap. Pertama, plasma darah
begerak di seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi. Kedua, cairan interstisial dan
komponennya bergerak di antara kapiler darah dan sel. Terakhir, cairan dan substansi
bergerak dari cairan interstisial ke dalam sel. Sedangkan mekanisme pergerakan
cairan tubuh berlangsung dalam tiga proses, yaitu:
1) Difusi. Difusi adalah perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju
area berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Pada
proses ini, cairan dan elektrolit masuk melintasi membrane yang memisahkan
dua kompartemen sehingga konsentrasi di kedua kompartemen itu seimbang.
2) Osmosis. Osmosis


adalah

perpindahan

cairan

melintasi

membrane

semipermiabel dari area berkonsentrasi rendah menuju area yang berkonsentrasi
tinggi. Pada proses ini, cairan melintasi membrane untuk mengencerkan kedua
sisi membrane. Perbedaan osmotic ini salah satunya dipengaruhi oleh distribusi
protein yang tidak merata.
3) Transport Aktif. Transport aktif adalah proses pengangkutan yang digunakan
oleh molekul untuk berpindah melintasi membrane sel melawan gradient
konsentrasinya. Dengan kata lain, transport aktif adalah gerakan partikel dari
konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya. Proses ini membutuhkan
energy dalam bentuk adenosine trifosfat (ATP). Pengaturan keseimbangan

cairan.
c. Pengaturan keseimbangan cairan terjadi melalui mekanisme haus, hormone antidiuretik (ADH), hormone aldosteron, prostaglandin, dan glukortikoid.
1) Rasa haus. Rasa haus adalah keinginan yang disadari tehadap kebutuhan akan
cairan. Rasa haus biasanya muncul apabila osmolalitas plasma mencapai 295
mOsm/kg.
2) Hormon ADH. Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan di dalam
neurohipofisis pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH
adalah peningkatan osmolalitas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini
meningkatkan reabsorpsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat menahan
air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel.

3) Hormon aldosteron. Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja
pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium
mengakibatkan retensi air.
4) Prostaglandin. Prostaglandin merupakan asam lemak alami yang terdapat di
banyak jaringan dan berperan dalam respons radang, pengontrolan tekanan
darah, kontraksi uterus, dan motilitas gastrointestinal.
5) Atrial Natriuretic Peptide
Berperan penting dalam keseimbangan cairan, elektrolit serta mempertahankan
tonus vascular. ANP berperan sebagai diuresis yang menyebabkan kehilangan

natrium dan menghambat mekanisme haus.
Asupan cairan pada individu dewasa berkisar 1500-3500 ml/hari. Sedangkan
haluaran cairannya adalah 2300 ml/hari. Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui
beberapa organ, yakni kulit, paru-paru, pencernaan, dan ginjal.
1. Kulit. Pengeluaran cairan melalui kulit diatur oleh kerja saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat. Rangsangan pada kelenjar keringat ini
disebabkan oleh aktivitas otot, temperature lingkungan yang tinggi dan kondisi
demam. Pengeluaran cairan melalui kulit dikenal dengan istilahinsensible water
loss (IWL). Hal yang sama juga berlaku pada paru-paru. Sedangkan pengeluaran
cairan melalui kulit berkisar 15-20ml/24 jam atau 350-400 ml/hari.
2. Paru-paru. Meningkatnya jumlah cairan yang keluaran melalui paru merupakan
suatu bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas karena
pergerakan atau kondisi demam. IWL untuk paru adalah 350-400 ml/hari.
3. Pencernaan. Dalam kondisi normal, jumlah cairan yang hilang melalui sistem
pencernaan setiap harinya berkisar 100-200 ml. perhitungan IWL secara
keseluruhan adalah 10-15 ml/kg BB/24 jam, dengan penambahan 10% dari IWL
normal setiap kenaikan suhu 100C.
4. Ginjal. Ginjal merupakan organ pengeksresikan cairan yang utama pada tubuh.
Pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500 ml per hari.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit

1) Usia. Bayi dan anak yang sedang tumbuh memiliki perpindahan yang jauh lebih
besar dibandingkan orang dewasa. Laju metabolisme mereka yang lebih tinggi

meningkatkan pengeluaran cairan. Bayi lebih banyak mengeluarkan cairan
melalui ginjal karean ginjal yang belum matur kurang mampu menahan air
dibanding ginjal individu biasa.
2) Temperatur lingkungan. Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf
simpatis dan menyebabkan seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas,
seseorang akan kehilangan 700-2000 ml air/jam dan 15-30 g garam/hari.
3) Kondisi stress. Kondisi stress mempengaruhi metabolism sel, konsentrasi glukosa
darah, dan glikolisis otot. Kondisi stress mencetuskan pelepasan hormon antidiuretik sehingga produksi urin menurun.
4) Keadaan sakit. Kondisi sakit yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit antara lain luka bakar, gagal ginjal, dan payah jantung.
5) Diet. Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi yang
tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum.
e. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektolit
1. Ketidakseimbangan Cairan
a) Defisit volume cairan (fluid volume defisit). Defisit volume cairan adalah
suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan
elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan

elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah
hipovolemia.
b) Volume cairan berlebih (fluid volume eccess). Volume cairan berlebih
(overhidrasi) adalah kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan
kelebihan (retensi) cairan dan natrium di ruang ekstrasel. Kondisi ini dikenal
juga dengan istilah hipervolemia.
c) Edema
Pada kelebihan volume cairan, rongga intravascular dan interstisial mengalami
peningkatan kandungan air dan natrium. Kelebihan cairan interstisial disebut
edema. Edema biasanya paling jelas tampak di area yang tekanan jaringannya
rendah, seperti disekitar mata, dan jaringan yang tergantung.
Edema tekan adalah edema yang meninggalkan cekungan atau lubang kecil
setelah jari menekan area yang membengkak.

d) Dehidrasi atau ketidakseimbangan hyperosmolar, terjadi jika air hilang dari
tubuh tidak disertai dengan kehilangan elektrolit yang bermakna.
e) Overhidrasi yang dikenal juga sebagai ketidakseimbangan hipoosmolar atau
intoksikasi air, terjadi saat air yang diperoleh dalam jumlah yang berlebih dari
elektrolit, menghasilkan osmolalitas serum yang rendah dan kadar natrium
serum yang rendah. Air di tarik ke dalam sel menyebabkan sel membengkak.

f) Ketidakseimbangan elektrolit
a. Hiponatremia dan hipernatremia. Hiponatremia adalah kekurangan kadar
natrium di cairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan tekanan osmotic.
b. Hipokalsemia dan hiperkalsemia. Hipokalsemia adalah kekurangan kadar
kalsium di cairan ekstrasel. Bila berlangsung lama, kondisi ini dapat
menyebabkan osteomalasia sebab tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan
kalsium dengan mengambilnya dari tulang.
c. Hipomagnesemia

dan hipermagnesemia. Hipomagnesemia terjadi apabila

kadar magnesium serum urang dari 1,5 mEq/l. Umumnya, kondisi ini
disebabkan oleh konsumsi alohol yang berlebih, malnutrisi, diabetes mellitus,
gagal hati, absorpsi usus yang buruk. Tanda dan gejalanya meliputi tremor,
refleks tendon profunda yang hiperaktif, konfusi, disorientasi, halusinasi,
kejang, takikardi, dan hipertensi.
d. Hipokloremia dan hiperkloremia. Hipokloremia adalah penurunan kadar ion
klorida dalam serum. Secara khusus, kondisi ini disebabkan oleh kehilangan
sekresi gastrointestinal yang berlebihan, seperti muntah, diare, dieresis, serta
pengisapan nasogastrik.

e. Hipofosfatemia dan 0hiperfosfatemia. Hipofosfatemia adalah penurunan kadar
fosfat di dalam serum.
g) Gangguan Keseimbangan Asam-basa
Pada dasarnya, keseimbangan asam-basa mengacu pada pengaturan ketat
konsentrasi ion hydrogen (H+) bebas di dalam cairan tubuh. Saat terjadi
gangguan keseimbangan asam-basa, tubuh akan berupaya memperbaikinya
melalui suatu sistem regulasi sehat yang disebut kompensasi.
a) Asidosis respiratorik

Adalah gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan oleh retensi
CO2 akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru
berkurang, terjadi

peningkatan

H2CO3 yang kemudian

menyebabkan

peningkatan [H+]. Kondisi ini disebabkan oleh banyak hal, di antaranya
adalah penyakit paru, depresi pusat pernapasan, kerusakan saraf atau otot
yang menghambat kemampuan bernapas, atau oleh tindakan sederahana
seperti menahan napas.
b) Asidosis metabolic
Asidosis metabolic,dikenal juga dengan istilah asidosis nonrespiratorik,
mencakup semua jenis asidosis yang bukan disebabkan oleh kelebihan
CO2 dalam cairan tubuh.
c) Alkalosis respiratorik
Alkalosis respiratorik merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebih
akibat hiperventilasi
d) Alkalosis metabolic
Alkalosis metabolic adalah penurunan (reduksi) H+ plasma yang disebabkan
oleh defisiensi relatif asam-asam nonkarbonat. Pada kondisi ini, peningkatan
HCO3- tidak diimbangi dengan peningkatan CO2.
1.2 Pengkajian
Merupakan hal yang penting untuk memahami pentingnya keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa untuk mempertahankan homeostasis. Dengan mengumpulkan
data pengkajian melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik dan menggunakan
kemampuan berfikir kritis, perawat mengidentifikasi klien yang memiliki resiko,
sehingga membantu dalam penyusunan diagnosis keperawatan yang tepat. Ajukan
pertanyaan yang spesifik dan focus yang berhubungan dengan keseimbangan cairan dan
elektronik (Perry, 2010).
a. Riwayat keperawatan. Pengkajian dimulai dengan mengkaji riwayat klien,yang
dilakukan untuk mengungkapkan faktor resiko atau keadaan yang beresiko yang
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Kaji
bersama dengan klien tentang faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya
ketidakseimbangan, dan kumpulan informasi serta pengetahuan tentang pengaturan
volume cairan, konsentrasi elektrolit, dan pengaturan asam basa.

1) Umur. Umur merupakan salah satu pengkajian yang harus Anda dapatkan.
Proporsi cairan pada tubuh bayi (70-80% dari total berat badan) lebih besar dari
pada anak-anak atau orang dewasa. Bayi dan anak yang masih kecil
membutuhkan air yang lebih banyak dan sangat rentan mengalami gangguan
volume cairan. Bayi tidak memiliki perlindungan yang mencegah kehilangan
cairan karena mereka mengonsumsi dan mengeksresikan cairan yang
jumlahnya relatif lebih besar dari pada dewasa sehubungan dengan system
ginjal bayi yang belum matur (Hockenberry dan Wilson, 2007). Oleh karena
itu,

bayi

memiliki

resiko

mengalami

deficit

volume

cairan

dan

ketidakseimbangan hyperosmolar karena cairan tubuh yang hilang lebih besar
daripada per kilogram berat badan.
Anak-anak yang berusia 2 hingga 12 tahun memiliki respons regulasi
keseimbangan ang kurang stabil, dan anak-anak dengan penyakit cenderung
memiliki respons yang sangat kurang terhdap keseimbangan cairan dan
elektronik yang parah. Anak-anak sering kali berespons terhadap penyakit
dengan memberikan tanda dan gejala demam yang yang tinggi dan durasinya
cukup lama dari pada orang dewasa. Pada usia berapapun, demam pada anakanak dapat meningkatkan kehilangan cairan yang tidak tampak. Orang dewasa
memiliki proses metabolism yang meningkat dan produksi air mningkat karena
perubahanyang cepat terjadi pada proses anatomi dan fisiologis. Perubahan
keseimbangan cairan lebih besar pada remaja perempuan karena perubahan
hormonal yang dihubungkan dengan siklus menstruasi.
Semua perubahan yang dialami oleh lansia karena pertambahan usia
mempengaruhikeseimabngan cairan elektrolit, dan asam basa.
Faktor risiko ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asma-basa
Usia
Sangat muda, sangat tua
Jenis kelamin

Wanita

Lingkungan

Diet; latihan; iklim panas dan keringat.
Kanker; penyakit kardiovaskular, seperti

Penyakit Kronis

gagal

jantung

kongestif;

penyakit

endokrin seperti penyakit Cushing dan
diabetes melitus; malnutrisi; penyakit

pulmonari obstruksi kronik; penyakit
ginjal
Cedera tabrakan; cedera kepala; luka
Trauma

bakar
Diuretik; steroid; terapi intravena; nutrisi

Terapi

parentral total (TPN)
Gastrointestinal; pengisapan nasogastrik;

Kehilangan Gastrointestinal

Masalah Utama
1) Apakah anda berada dalam perawatan

fistula.

Keparahan
1) Berapa kali dalam sehari anda

asuhan keperawatan untuk manjemen

pergi ke kamar mandi untuk buang

masalah kesehatan yang sedang terjadi

air kecil?

seperti penyakit ginjal, jantung,

2) Apakah anda terus merasa haus

endokrin, atau masalah pada tekanan

tanpa memedulikan banyaknya air

darah?

yang anda minum?

2) Deskripsikan masalah yang baru

3) Apakah mengalami gejala ini lebih

terjadi seperti muntah, diare, atau

sering pada malam hari daripada

prosedur pembedahan

pagi hari?

3) Apakah Anda sedang mengkomsumsi

4) Apakah anda memiliki kesulitan

obat-obatan secara reguler seperti

berkonsentrasi atau bingung?

substansi garam, antasida, diuretik,

5) Bagaimana keadaan ini

anti hipertensi, atau suplemen kalsium

dibandingkan dengan keadaan

atau kalium?

normal anda?

Tanda dan gejala
1) Apakah anda kehilangan atau

Faktor predisposisi
1) Berapa kali anda minum dalam satu

kekurangan berat badan tanpa upaya

hari? Jenis minuman apa yang anda

dalam beberapa minggu terakhir?

minum?

2) Apakah anda merasa haus, memiliki

2) Jelaskan diet normal anda. Apakah

mulut atau kulit yang kering, atau

anda biasanya makan makanan yang

menyadari kekurangan air mata?

dimasak sendiri, makanan kaleng atau

3) Apakah anda menyadari adanya

makanan yang didinginkan? Apakah

perubahan pada keluaran urin;

anda menggunakan bahan makanan

volumenya berkurang, warnanya gelap,

yang mengandung garam?

konsentrasinya?
4) Apakah anda memiliki masalah yang
berhubungan dengan muntah atau
diare yang baru-baru ini? Jika iya
berapa lama?
5) Apakah anda mengalami masalah lain
yang menyebabkan pembengkakan
pada tangan, kaki, pergelangan kaki
atau kaki bawah?
6) Apakah anda mengalami masalah
pernafasan ketika anda berbaring pada

3) Apakah anda mengikuti program
penurunan berat badan/
4) Apakah anda mengalami perubahan
rasa atau nafsu makan baru-baru ini?
Efek pada Klien
1) Bagaimana gejala ini memengaruhi
Anda?
2) Apakah Anda mengalami kesulitan
tidur, merasa sensitif, atau memiliki
kesulitan melakukan tugas seharihari?

malam hari?
7) Apakah anda menyadari mengalami
pusing, kelemahan, keram, atau sensasi
yang tidak biasanya seperti kedut?

b. Riwayat Medis Sebelumnya
Riwayat medis saat ini dan masa lalu
Anamnesa:
1) Apakah anda baru-baru ini menemui pemberi kesehatan untuk mengatasi
penyakit kronis seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
diabetes insipidus, atau gangguan tiroid atau paratiroid?

2) Apakah anda baru-baru ini mengalami kondisi akut seperti gastroenteritis,
trauma berat, cedera kepala, atau pembedahan? jika ya, uraikan kondisi
tersebut.
a) Penyakit Akut, Pembedahan baru, trauma dada dan kepala, syok, serta
luka bakar derajat dua atau tiga adalah keadaan yang menyebabkan risiko
tinggi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Klien
terus

memiliki

risiko

melatarbelakanginya

selama

teratasi.

fase

akut

Misalnya,

hingga

respons

proses
stres

yang

terhadap

pembedahan menyebabkan gangguan keseimbangan cairan pada hari
kedua hingga kelima pasca operasi; ketika aldosteron, glukokortikoid, dan
ADH disekresikan dengan jumlah yang meningkat, menyebabkan retensi
natrium dan klorida, ekskresi kalium, dan penurunan urine (Monahan et
al, 2007).
1) Pembedahan, yang ekstensif pembedahan dan kehilangan cairan
selama prosedur pembedahan merupakan respons terbesar tubuh
terhadap trauma pembedahan. Setelah pembedahan klien juga
menunjukkan banyak perubahan asam-basa. Klien yang enggan untuk
melakukan napas dalam dan batuk dapat mengalami asidosis
respiratorik karena PaCO2 ditahan dalam tubuh. Klien

yang

mengalami pengisapan nasogastrik juga berisiko mengalami alkalosis
metabolik karena kehilangan asam, cairan dan elektrolit gastrik.
2) Luka bakar, Semakin luas permukaan tubuh yang terkena luka bakar,
maka semakin besar cairan yang hilang dari tubuh. Klien yang
mengalami luka bakar akan kehilangan cairan tubuh melalui salah satu
rute. Pertama, plasna meninggalkan ruang intravaskular dan menjadi
edema yang terperangkap Hal ini juga disebut perpindahan cairan
plasma ke ruang interstisial. Hal ini diikuti dengan kehilangan protein
serum. Kedua, cairan plasma dan interstisial hilang melalui eksudat
luka bakar. Ketiga, air menguap dan panas menyebabkan sejumlah
cairan hilang pada kulit yang mengalami luka bakar. Keempat, darah
keluar dari kapiler yang mengalami kerusakan menambah kehilangan
volume cairan intravaskular. Kelima, perpindahan natrium dan air ke

dalam sel, yang selanjutnya memperparah volume cairan ekstraseluler
(Monahan et al., 2007).
3) Gangguan Pernapasan. Banyak gangguan pada fungsi pernapasan
memicu terjadinya asidosis respiratorik pada klien. Misalnya,
perubahan terjadi pada keadaan pneumonia dan dosis sedatif yang
berlebihan, diatasi dengan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.
Pneumonia

dapat

menyebabkan

kongesti

pulmoner,

yang

menyebabkan retensi CO2 akibat hipoventilasi. Karbon dioksida
ditahan dalam tubuh selama hipoventasi. Mekanisme kompensasi
tubuh tidak lagi mampu beradaptasi dan nilai pH menurun karena
kadar karbon dioksida terus meningkat dalam pembuluh darah.
Hiperventilasi yang terjadi pada keadaan demam atau ansietas dapat
menyebabkan

klien

mengalami

alkalosis

respiratorik

karena

mengembuskan terlalu banyak karbon dioksida yang disertai
peningkatan laju pernapasan.
4) Cedera kepala. Cedera kepala dapat menyebabkan edema serebral.
Edema ini dapat menyebabkan tekanan pada kelenjar pituitari
sehingga mengganggu sekresi ADH. Gangguan pertama adalah
diabetes

insipidus, yang terjadi ketika terlalu sedikit ADH

disekresikan dan klien mengekskresikan sejumlah besar volume urine
yang terlarut dengan berat jenis yang rendah. Gangguan kedua adalah
sindrom hormon antidiuretik yang tidak sesuai (SIADH), yaitu
hormon antidiuretik terus disekresikan secara berlebihan. Hal ini
menyebabkan intoksikasi air yang dicirikan peningkatan volume
cairan dari hiponatremia dan hipotonisitas cairan sbagai hasil
osmolalitas urine yang tinggi dan osmolalitas serum rendah (Monahan
et al., 2007).
b) Penyakit Kronis. Penyakit kronis (seperti kanker,gagal jantung, dan
penyakit ginjal) terdiri atas sejumlah keadaan yang menyebabkan
ketidakseimbangan cairan,elektrolit, dan asam-basa. Jika terdapat
penyakit kronis.Pemahaman tentang keadaan yang normal diperlukan
untuk menentukan bagaimana status cairan., elektrolit, dan asam-basa

dapat dipengaruhi. Anda juga harus mengetahui penatalaksanaan terapi
dan durasinya terhadap penyakit yang dialami pasien.
1) Kanker. Jenis ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang dilihat
pada klien dengan kanker. Bergantung pada jenis dan perkembangan
kanker dan penatalaksanaan terapi. Semua ketidakseimbangan
elektrolit dapat terjadi dengan adanya kanker dan disebabkan oleh
distorsi anatomis dan gangguan fungsional perkembangan tumor dan
metabolisme akibat tumor dan ketidaknormalan endokrin. Klien
dengan kanker juga berisiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit karena efek samping kemoterapi dan terapi
radiasi (misalnya diare dan anoreksia).
2) Penyakit Kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular dapat menurunkan
curah jantung, yang dapat meurangi perfusi ginjal, sehingga keluaran
urine klien berkurang. Klien akan menahan natrium dan air, sehingga
terjadi kelebihan cairan pada sirkulasi, dan memiliki risiko terjadinya
edema paru. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang dikaitkan
dengan penyakit jantung dapat dikontrol dengan obat-obatan dan
restriksi cairan dan natrium. 'Iujuan mengurangi cairan adalah untuk
mengurangi kerja ventrikel kiri yang berlebihan dengan mengurangi
kelebihan jumlah cairan yang bersirkulasi.
3) Gangguan Ginjal. Penyakit ginjal dapat mengganggu keseimbangan
cairan dan elektrolit karena retensi abnormal matrium, klorida, kalium
air di ruang ekstraseluler. Kadar plasna yang berasal dari produk sisa
metabolisme seperti nitrogen darah (BUN) dan kreatinin meningkait
harena ginjal tidak mampu menyaring dan mengekskiesikan sisa
metabolisme seluler. Asidosis metalbolik saat ion hidrogen tertahan
karena menurunnya fungsi ginjal. Mekanisme kompensasi ginjal yang
biasanya terjadi seperti reabsorpsi bikarbonat tidak lagi terjadi karena
fungsi ginjal terganggu, sehingga tubuh kehilangan kemampuan untuk
memperbaiki keseimbangan asam-basa (Monahan et al., 2007).
Tingkat keparahan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
disesuaikau dengan derajat gagal ginjal yang dialami. Gagal ginjal
akut biasanya memicu terjadinya syok dan penurunan jumlah cairan

ekstraseluler yang dapat diperbaiki. Meskipun gagal ginjal kronik
bersifat elektrolit, dan asam-basa. Sensasi rasa haus pada lansia
semakin berkurang, sehingga memengaruhi asupan cairan oral
(Grandjean et al., 2003). Pada ginjal, laju filtrasi glomerulus dan
penyaringan oleh nefron mengalami penurunan (Burke dan Laramie,
2004).
Perubahan

ini

seringkali

menyebabkan

penurunan

atau

peningkatan kadar kalium pada lansia yang fungsi tubuhnya tidak lagi
mampu

mempertahankan

homeostasis,

menyebabkan

ketidakseimbangan yang semakin berat. Lansia juga memiliki risiko
terhadap menurunnya kemampuan mengekskresikan obat-obatan,
yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan asidosis respiratorik
atau metabolisme, kekurangan volume cairan, ketidakseimbangan
hiperosolar hiponatremia dan hipernatremia (Heitz dan Horne, 2005).
Perubahan fungsi jantung yang disertai pertambahan usia dapat
menyebabkan asidosis respiratorik dan ketidakmampuan untuk
mengompensasi asidosis metabolik. Oleh karena itu, lansia dengan
berbagai penyakit yang melibatkan fungsi ginjal, keseimbangan cairan
dan elektrolit, atau volume dan osmolalitas plasma, akan cenderung
mengalami akibat yang serius (Monahan et al, 2007).
4) Gangguan Gastrointestinal
Gastroenteritis dan pengisapan nasogastric dan menyebabkan
kehilangan cairan, ion kalium, dan ion klorida. Ion hydrogen juga
berkurang,

menyebabkan

gangguan

keseimbangan

asam-basa.

Berikan pendidikan kesehatan pada orang yang merawat bayi atau
anak-anak tentang pentingnya mencegah dehidrasi ketika bayi dan
anak mengalami diare (Hockenberry dan Wilson, 2007). Fistula
gastrointestinal

dapat

menyebabkan

kehilangan

ion

kalium,

meningkatkan risiko terjadinya hypokalemia. Kehilangan kalium
dapat meningkatkan risiko gangguan keseimbangan asam-basa.
Tanpa memedulikan adanya proses penyakit, perawat harus
menentukan berapa lama klien menderita penyakit gastrointestinal
dan jenis terapi yang baru dijalani. Selain masalah kesehatan kronis,

riwayat penyakit akut yang baru terjadi harus terus digali seperti
adanya gejala diare atau muntah dan keadaan seperti kolostomi,
pengisapan nasogastric, atau drainase intestinal. Kondisi lainnya yang
menyebabkan kehilangan cairan gastrointestinal dapat memicu
terjadinya

dehidrasi

pada

klien

dan

berbagai

gangguan

ketidakseimbangan elektrolit.
c) Faktor Lingkungan
Kaji informasi yang berhubungan dengan faktor lingkungan klien.
Klien yang melakukan latihan fisik yang berlebihan atau terpapar dengan
suhu yang ekstrem dapat menunjukkan tanda klinis gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. Terpapar pada suhu lingkungan tang
melebihi 28-30 0C, akan menyebabkan keringat yang berlebihan dan
penurunan berat badan. Kehilangan berat badan lebih dari 7% dapat
mengurangi

kemampuan

mekanisme

pendinginan

tubuh

untuk

menyimpan air. Kehilangan cairan melalui keringat dapat bervariasi
mencapai maksimal 2 liter/hari (Ignatavicious dan Workman, 2005).
Penggantian cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume cairan.
d) Diet
Riwayat diet terbaru klien merupakan komponen yang harus dikaji.
Asupan cairan, garam, kalium, kalsium, magnesium, dan asupan
karbohidrat, lemak, dan protein dapat mempertahankan homeostasis
normal cairan, elektrolit, asam-basa. Perubahan nafsu makan yang baru
dialami atau oerubahan kemampuan mengunyah dan menelan dapat
memengaruhi status nutrisi dan hidrasi cairan. Ketika asupan nutrisi tidak
adekuat, tubuh mencoba mempertahankan penyimpanan protein dengan
memecah glikogen dan simpanan lemak. Ketika asam lemak bebas
diproduksi secara berlebihan, asidosis metabolic dapat terjadi karena hati
mengubah asam lemak bebas menjadi keton, yang merupakan asam kuat.
Setelah jumlah asam lemak berkurang tubuh mulai menggunakan
penyimpanan protein. Kaar protein serum berada di bawah normal dan
menyebabkan

hipoalbuminemia.

Hipoalbuminemia

menyebabkan

penurunan tekanan osmotic koloid serum. Cairan yang berpindah dari
ruang vascular ke ruang intestitisial area peritoneal dapat menyebabkan

edema. Diet juga dapat menyebabkan keadaan asidosis, karena
kehilangan cairan dapat menyebabkan ketidakseimbangan osmolar cairan.
e) Gaya Hidup
Kaji gaya hidup yang dijalankan oleh klien. Risiko medis yang
didapatkan, seperti riwayat konsumsi alcohol dan merokok, dapat semakin
mengurangi kemampuan klien untuk beradaptasi terhadap perubahan
keseimbangan
penggunaan

cairan,
alcohol

elektrolit,
dan

asam-basa.

tembakau

dapat

Misalnya,
menyebabkan

kelebihan
depresi

peranapasan, yang selanjutnya menyebabkan asidosis respiratorik dan
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat.
f) Obat-obatan
Kategori penting lainnya yang harus dikaji adalah riwayat
penggunaan obat-obatan. Jika ada pengkajian ditemukan obat-obatan yang
cenderung mengganggu ketidakseimbangan elektrolit atau asam-basa,
lakukan pengkajian laboratorium.
c. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik yang menyeluruh harus dilakukan karena ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit atau gangguan asam-basa dapat memengaruhi seluruh system
tubuh. Data yang didapatkan selama pengkajian fisik memberikan validasi dan
memberikan tambahan informasi yang dikumpulkan melalui riwayat kesehatan
klien. Misalnya, pengkajian kulit dapat mengungkapkan adanya masalah dehidrasi
saat klien mengalami deficit cairan.
1) Penghitungan Berat Badan Harian dan Asupan dan Keluaran Cairan
Menghitung dan mendokumentasikan semua asupan dan keluaran cairan
selama 24 jam sangat penting dilakukan saat mengkaji data dasar
keseimbangan cairan dan elektrolit klien. Pengkajian asupan dan keluaran
cairan sangat penting dilakukannya (misalnya penurunan keluaran urine secara
bertahap dapat mengindikasikan bahwa tubuh mencoba untuk beradaptasi
terhadap ketidakseimbangan hiperosmolaritas cairan atau deficit volume
cairan). Pengkajian akurat status cairan, seperti asupan dan keluaran, dapat
mengidentifikasi apakah klien mengalami risiko atau yang telah mengalami
gangguan cairan, elektrolit, dan asam-basa. Ukur berat badan klien yang

mengalami perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, setiap hari. Berat
badan harian adalah indicator penting status klien (Heitz dan Horne, 2005).
Setiap berat badan berkurang atau bertambah sebesar 1 kg sama dengan
berkurangnya atau bertambahnya cairan dalam tubuh klien sebanyak 1 liter.
Kehilangan dan penambahan cairan mengindikasikan perubahan volume
total cairan tubuh. Ukur berat badan klien di waktu yang sama setiap hari
menggunakan alat pengukur yang sama dan setelah klien buang air kecil.
Lakukan kalibrasi pada alat ukur setiap hari atau secara rutin. Klien
seharusnya memakai pakaian yang sama atau pakaian yang beratnya sama;
jika menggunakan alat timbang yang memungkinkan pasien untuk tidur,
gunakan linen yang sama pada setiap pengukuran. Menentukan asupan dan
keluaran adalah komponen yang sangat penting untuk mengkaji keseimbangan
harian cairan.
Untuk klien pada tatanan perawatan, penghitungan jumlah asupan dan
keluaran cairan merupakan pengkajian yang rutin dilakukan pada klien yang
sedang mengikuti prosedur tertentu, klien yang keadaannya tidak stabil, klien
yang febris, klien yang mengalami restriksi cairan, serta klien yang menerima
terapi diuretic dan terapi cairan IV. Perawat mengukur asupan dan keluaran
cairan pada klien dengan penyakit kardiopulmonal atau ginjal kronik dank lien
yang status kesehatannya terganggu atau tidak stabil.
Tabel Pengkajian Fisik dan Perilaku untuk Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan
Asam-Basa (Perry, 2010)
Pengkajian

Ketidakseimbangan

Perubahan Berat Badan
Kehilangan sebesar 2-5%

Defisit volume cairan ringan*

Kehilangan sebesar 5-8%

Defisit volume cairan sedang*

Kehilangan sebesar 8-15%

Defisit volume cairan berat*

Kehilangan sebesar >15%

Kematian*

Penambahan sebesar 2%

Kelebihan volume cairan ringan

Penambahan sebesar 5-8%
Kepala

Kelebihan volume cairan sedang hingga berat

Riwayat:

Sakit kepala

Defisit volume cairan ringan,* asidosis metabolic dan
respirasi, alkalosis metabolic

Pusing

Defisit volume cairan ringan,* asidosis atau alkalosis
repiratorik, hiponatremia

Observasi:
Iritabilitas

Alkalosis metabolic atau respirasi, ketidakseimbangan
hyperosmolar, hypernatremia, hypokalemia

Letargi

Defisit volume cairan ringan,* asidosis atau alkalosis
metabolic, asidosis respiratorik, hiperkalsemia

Bingung, disorientasi
Defisit volume cairan ringan,* hipoagnesimia, asidosis
metabolic, hypokalemia
Mata
Riwayat:
Pandangan kabur

Kelebihan volume cairan

Inspeksi:
Mata cekung, konjungtiva
kering, air mata berkurang

Defisit volume cairan

atau tidak ada
Edema periorbital, papilledema
Tenggorokan dan Mulut

Kelebihan volume cairan

Inspeksi:
Lengket, mukosa kering, bibir

Defisit volume cairan, hypernatremia

pecah-pecah dan kering, air liur

Defisit volume cairan

berkurang, alur lidah
longitudinal
Sistem Kardiovaskular
Inspeksi:
Vena leher datar

Kelebihan volume cairan

Distensi vena leher

Defisit volume cairan*

Bagian yang bergantung: kaki,
sacrum, punggung
Pengisian vena lambat

Kelebihan volume cairan*

Palpasi:
Edema: bagian tubuh yang
bergantung
Disritmia (juga disertai dengan
perubahan EKG)
Denyut nadi meningkat

Asidosis metabolic, alkalosis dan asidosis respiratorik,
ketidak seimbangan kalium, hipomagnesemia
Alkalosis metabolic, asidosis respiratorik, hiponatremia,
deficit volume cairan, kelebihan volume cairan,
ipomagnesemia
Alkalosis metabolic, hypokalemia

Denyut nadi menurun

Deficit volume cairan, hypokalemia

Denyut nadi melemah

Defisit volume cairan

Pengisian kapiler berkurang

Kelebihan volume cairan

Denyut nadi kencang
Auskultasi:
Tekanan darah rendah atau

Deficit volume cairan, hiponatremia, hyperkalemia,

disertai perubahan ortostatik

hipermagnesemia
Kelebihan volume cairan

Bunyi jantung ketiga (kecuali
pada anak)

Kelebihan volume cairan

Hipertensi
Palpasi:
Hipotonisitas

Hypokalemia, hiperkalsemia

Hipertonisitas
Kulit

Hipokalsemia, hipomagnesemia, alkalosis metabolic

Suhu tubuh:

Hypernatremia,

Meningkat

asidosis metabolic

ketidakseimbangan

hyperosmolar,

Defisit volume cairan
Berkurang
Defisit volume cairan, hypernatremia, asidosis metabolic
Inspeksi:
Kering, kemerahan

Palpasi:
Turgor kulit tidak elastis, kulit

Defisit volume cairan

dingin dan lembap basah
Fokus pengkajian fisik untuk ketidakseimbangan Cairan Elektrolit, atau Asam basa
(Kozier, 2010)
Sistem
Kulit

Fokus Pengkajian

Teknik

Kemungkinan Hasil

Warna, suhu tubuh, Inspeksi, palpasi

Abdormal
Kemerahan, hangat,

kelembapan

kering, lembap atau diaforesis

sangat

dingin dan pucat
Turgor kulit

Secara lembut cubit kulit Tugor kulit buruk: kulit tetap
di

atas

sternum

atau berkerut selama beberapa detik

aspek bagian dalam paha dan tidak segera kembali ke
pada orang dewasa, pada posisi normal
abdomen

atau

paha

medial pada anak-anak
Edema

Inspeksi pembengkakan Kulit di sekitar mata bengkak,
nyata disekitar mata, jari, kelopak
dan ekstremitas bawah

mata

tampak

membengkak; cincin menjadi
sempit, bekas sepatu terlihat
pada kaki

Tekan kulit di punggung Cekungan
kaki,

di

sekitar (pitting):

tetap
lihat

terlihat

skala untuk

pergelangan kaki, di atas menggambarkan edema
tibia, di area sakral
Membran
mukosa

Warna, kelembapan

Inspeksi

Membran

mukosa

kering,

tampak kusam; lidah kering
dan pecah-pecah

Mata

Kekenyalan

Secara

lembut

palpasi Bola mata terasa lunak saat

bola

mata

dengan palpasi

kelopak mata tertutup
Ubun-ubun

Tingkat kekenyalan

(Bayi)

Inspeksi

dan

secara Ubun-ubun menonjol, keras

lembut tekan ubun-ubun ubun-ubun cekung, lunak
depan

Sistem

Frekuensi jantung

kardiovask

Auskultasi,

monitor Takikardia, bradikardia; tidak

jantung

teratur, disritmia

Nadi perifer

Palpasi

Lemah dan dangkal; memantul

Tekanan darah

Auskultasi

ular

suara Hipotensi

korotkoff
Kaji tekanan darah saat Hipotensi postural
berbaring dan berdiri
Pengisian kapiler

Palpasi

Pengisian vena

Inspeksi vena jugularis Distensi vena jugularis; vena
dan vena tangan

Pengisian kapiler melambat

jugularis datar, pengisian vena
buruk

Sistem

Frekuensi

pernapasan

pernapasan

dan

pola Inspeksi

Peningkatan atau penurunan
frekuensi

dan

kedalaman

pernapasan
Bunyi paru
Neurologi

Tingkat

Auskultasi
kesadaran Observasi, stimulasi

(LOC)
Orientasi, kognisi

Ronki basah
Penurunan tingkat kesadaran,
letargi, stupor, atau koma

Memberi pertanyaan

Disorientasi, konfusi: kesulitan

berkonsentrasi
Fungsi motorik

Uji kekuatan

Kelemahan,

penurunan

kekuatan motorik
Refleks

Uji refleks tendon dalam Hiperaktif atau depresi refleks
(Deep-tendon

reflex,

tendon dalam

DTR)
Refleks abnormal

Tanda Chovstek: ketuk di Kedutan otot wajah termasuk
atas saraf wajah sekitar 2 kelopak mata dan bibir pada
cm

di

depan

tragus bagian yang dirangsang

telinga
Tanda

Trosseau: Spasme

gembungkan
tekanan

darah

karpal:

kontraksi

manset tangan dan jari pada sisi yang
pada terkena

lengan atas sampai 20
mmHg lebih tinggi dari
tekanan sistolik. Biarka
selama 2 sampai 5 menit
Asupan oral meliputi semua cairan yang diminum per oral (jus, es krim, air minum,
sup) yang berasal dari selang nasogastik atau jejunostomi, cairan IV termasuk infus yang
kontinyu, dan darah atau komponen darah. Klien yang mendapatkan asupan melalui selang
biasanya mendapatkan obat obatan cair dalam jumlah yang spesifik, dan air yang digunakan
untuk membilas selang sebelum atau sesudah pemberian obat obatan. Dalam waaktu 24 jam,
cairan ini dapat dijumlahkan sebagai jumlah asupan dan dapat dicatat pada lembar pencatatan
balance cairan. Keluar dalam bentuk cair meliputi urine, dan drainase yang berasal dari luka
pasca pembedahan atau selang lainnya.
Instruksi klien yang dapat bergerak untuk menampung urine dalam tabung hitungnya,
yang diletakan dibawah toilet duduk. Catat pengeluaran urine setiap kali buang air kecil. Jika
klien terpasang kateter foley, drainase atau selang penghisapan catat jumlah cairaan yang

didapatkan (misalnya cairan yang didapatkan pada akhir pergantian jam dinas atau setiap
jam) sesuai dengan keadaan klien.
Kerjasama klien dan keluarga sangat penting untuk mempertahankan perhitungan
asupan dan keluaran yang akurat. Klien harus memiliki kemampuan daya lihat dan motorik
yang baik untuk melakukan pengkajian. Ajari klien dan kluarga tentang tujuan penghitungan
dan beri tahu perawat untuk mengosongkan tabung yang berisi urine atau ajarkan tentang tata
cara mengukur dan mengosongkan kantong urine. Klien yang tidak mampu membaca dan
menghitung akan mengalami kesulitan menghitung jumlah total asupan kekurangan urine.
Dirumah sakit lembar dokumentasi asupan dan keluaran urine berada di papan
dokumentasi klien atau diruangan klien. Hitung total jumlah urine selama 24jam sesuai
kebijakan institusi. Delegasikan tugas menghitung asupan dan keluaran cairan pada personal
pembantu perawat yang kompeten dalam menghitung dan menjumlah. Jangan memikirkan
jumlah asupan dan kluaran klien. Personel pembantu perawat harus melaporkan temuan pada
perawatan RN yang bertanggungjawab atau perawat vokasional berlisensi (Perry, 2010).
a. Anamnesa
1) Asupan makanan dan Cairan
a) Berapa kali dan apa jenis cairan yang anda minum setiap hari?
b) Uraikan diet anda pada satu hari tertentu. (Beri perhatian khusus pada asupan
makanan klien yang tinggi natrium, protein dan gandum utuh. Buah-buahan, dan
sayuran).
c) Apakah ada perubahan terbaru dalam asupan makanan atau cairan anda, misalnya,
akibat program penurunan berat badan?
d) Apakah anda sedang menjalani diet ketat?
e) Apakah asupan makanan atau cairan anda baru-baru ini dipengaruhi oleh
perubahan napsu makan. Mual, atau faktor lain seperti nyeri atau kesulitan
pernapasan?
2) Haluaran Cairan
a) Apakah anda memperhatikan adanya perubahan frekuensi atau jumlah haluaran
urine anda baru-baru ini?
b) Apakah anda baru-baru ini mengalami masalah muntah, diare, atau konstipasi?
jika ya, kapan dan berapa lama?
c) Apakah anda memperhatikan adanya kehilangan cairan yang tidak biasa seperti
berkeringat berlebihan?

d. Hasil labolatorium
Kaji hasil pemeriksaan labolatorium klien untuk mendapatkan data objektif
yang lebih lengkap tentang keseimbangaan cairan, elektrolit dan asam basa.
Pemeriksaan tersebut meliputi kadar elektrolit serum dan urine, hematokrit, kadar
kreatinin darah kadar nitrogen dalam darah, berat jenis urine dan pemmerikasaan
gas darah arteri. Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi,
konsentrasi elektrolit pada plasma darah dan keseimbangan asam basa. Frekuensi
perhitungan kadar elektrolit bergantung pada tingkat keparahan penyakit klien.
Pemeriksaan elektrolit serum dilakukan secara rutin pada klien yang datang
kerumah sakit untuk melihat perubahan atau mendapatkan data dasar untuk
pembandingan di masa yang akan datang.
Banyak pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menentukan status
cairan, elektrolit, dan asam-basa klien. Beberapa pemeriksaan yang paling sering
dilakukan dibahas di sini.
1. Elektrolit Serum.
Kadar elektrolit serum biasanya secara rutin diprogramkan untuk setiap klien
yang masuk ke rumah sakit sebagai sebuah uji penapisan untuk
ketidakseimbangan elektrolit dan asan-basa. Elektrolit serum juga secara
rutin dikaji untuk klien yang berisiko di komunitas, misalnya, klien yang
diberi terapi diuretik untuk mengatasi hipertensi atau gagal jantung
Pemeriksaan serum yang paling sering diprogramkan adalah pemeriksaan
natrium, kalium, klorida, magnesium, dan ion bikarbonat. Nilai normal
elektrolit yang biasa diukur ditunjukkan dalam Kotak 50-5
2. Darah Periksa Lengkap (DPL Hitung darah lengkap, uji tapis dasar yang lain,
meliputi informasi mengenai hematokrit (Ht). Hematokrit mengukur volume
(persentase) seluruh darah yang tersusun atas sel darah merah (SDM).
Karena hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam hubungannya
dengan plasma, hematokrit

dipengaruhi oleh perubahan volume plasma.

Dengan demikian hematokrit meningkat pada dehidrasi berat dan menurun
pada overhidrasi berat. Nilai hematokrit normal adalah 40% sampai 54%
(pria) dan 37% sampai 47% (wanita)

3. Osmolalitas. Osmolalitas serum adalah pengukuran konsentrasi zat terlarut
dalam darah. Partikel yang termasuk di dalamnya adalah ion natrium,
glukosa, dan urea (nitrogen urea darah, atau BUN). Osmolalitas serum dapat
diperkirakan dengan mengjumlah natrium serum, karena natrium dan ion
klorida yang menyertainya adalah penentu utama osmolalitas serum. Nilai
osmolalitas serum digunakan terutama untuk mengevaluasi keseimbangan
cairan. Nilai nomal adalah 280 sampai 300 mOsm/kg. Peningkatan
osmolalitas serum mengindikasikan adanya defisit volume cairan; penurunan
merefleksikan adanya kelebiban volume cairan. Osmolalitas urine adalah
pengukuran konsentrasi zat terlarut dalam urine, Partikel yang termasuk di
dalamnya adalah sisa nitrogen, seperti kreatinin, urca, dan asam urat. Nilai
normal osmolalitas urine adalah 500 sampai 800 mosm/kg. Peningkatan
osmolalitas urine mengindikasikan adanya defisit volume cairan; penurunan
osmolamine merefleksikan kelebihan volume cairan.
4. PH Urine. Pengukuran pH urine dapat diperoleh dengan analisis laboratorium
atau dengan menggunakan sebuah dipstik pada spesimen kemih yang baru
saja dikeluarkan. Karena ginjal berperan penting dalam pengaturan
keseimbangan asam-basa, pengkajian pH
menentukan

apakah

ginjal

urine dapat bermanfaat dalam

berespons

secara

tepat

terhadap

ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal relatif bersifat asam,
berkisar antara 6,0 tetapi kisaran 4,6 sampai 8,0 dianggap normal. Pada
asidosis metabolik, pH urine turun saat ginjal mengekskresikan ion hidrogen;
pada alkalosis metabolik, pH naik. Berat Jenis Urine. Berat jenis adalah
sebuah indikator konsentrasi urine yang dapat dilakukan dengan cepat dan
mudah oleh personel keperawatan. Berat jenis normal berkisar dari 1,005
sampai 1,030 (biasanya 1,010 sampai 1,025). Apabila konsentrasi zat terlarut
dalam urine tinggi, berat jenis meningkat; pada urine yang sangat encer
dengan sedikit zat terlarut, berat jenis urine rendah secara abnormal.
5. Gas Darah Arteri, Gas darah arteri (GDA) dilakukan untuk mengevaluasi
keseimbangan asam-basa dan oksigenasi klien. Darah arteri digunakan sebab
memberikan gambaran terbenar tentang pertukaran gas dalam sistem paru
dibandingkan darah vena. Gas darah dapat dilakukan oleh teknisi
laboratorium, personel terapi pernapasan, atau perawat dengan keterampilan

khusus. Karena arteri bertekanan tinggi yang digunakan untuk tempat
pengambilan darah, penting untuk menekan tempat injeksi 5 menit setelah
prosedur untuk mengurangi risiko perdarahan atau memar. Enam pengukuran
umumnya dilakukan untuk menginterpretasi pemeriksaan gas darah arteri:
a. pH, ukuran asiditas atau alkalinitas relatif darah
b. PaO2, tekanan yang dikeluarkan oleh oksigen yang terlarut di dalam
plasma darah arteri; pengukuran kandungan oksigen darah secara tidak
langsung

c. PaCO2, tekanan parsial karbon dioksida di dalam plasma darah arteri:
komponen penentu asam-basa dalam pernapasan
d. Bikarbonat HCO3, pengukuran komponen metabolik pada keseimbangan
asam-basa.
e. Kelebihan basa (base excess, BE), perhitungan nilai kadar bikarbonat,
juga merefleksikan komponen metabolik pada keseimbangan asam-basa.
f. Saturasi

oksigen

(Sao

persentase

hemoglobin

yang

tersaturasi

(berkombinasi) dengan oksigen.
Nilai GDA normal tercantum dalam Kolak 50-6. Perubahan yang
dijumpai pada ketidakseimbangan asam basa yang umum. Perhatikan
bahwa meskipun PaO2 dan SaO2 penting untuk mengkaji status
pernapasan, namun umumnya tidak memberikan informasi bermanfaat
untuk mengkaji ke dalam asam-basa sehingga tidak dimasukkan ke tabel
ini.
Nilai Normal Gas darah Arteri
PH
PaO2
PaCO2
HCO3
Kelebihan basa
Saturasi O2

7,35-7,45
80-100 mmHg
35-45 mmHg
22-26 mEq/l
-2 sampai +2 mEq/l
95-98%

Saat mengevaluasi hasil GDA untuk menentukan keseimbangan asam-basa,
sangat penting untuk menggunakan sebuah pendekatan sistematis seperti yang

tercantum dalam tabel. Perawat perlu mengkaji setiap pengukuran secara
individual, kemudian perhatikan hubungannya satu sama lain untuk menentukan
tipe ketidakseimbangan asam-basa yang mungkin terjadi.
e. Harapan klien
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa yang dialami klien
sering kali sudah parah sehingga tidak memungkinkan dilakukannya pengkajian
akan harapan klien. Namun, jika klien memiliki kesadaran yang cukup baik untuk
mendiskusikan perawatan, kaji kebutuhan jangka pendek (misalnya ingin
mengatasi rasa mual) atau kebutuhan jangka panjang (misalnya pemahaman
tentang bagaimana mencegah perubahan yang mungkin akan terjadi). Klien harus
mampu memahami arti dari perubahan cairan, elektrolit, atau asam basa sehingga
klien mampu mengekspresikan harapannya akan perawatan. Tingkatkan rasa
percaya klien dengan memberikan respon yang kompeten terhadap perubahan
keadaan yang tiba-tiba dan melalui komunikasi dengan klien dan / atau anggota
keluarga.

REFERENSI
Ambarwati.(2014).Konsep kebutuhan dasar manusia.Yogyakarta:Parama Ilmu
Kozier, Erb.Fundamental keperaatann konsep, proses, dan praktik volume 2 edisi
7.Jakarta:EGC
Perry,

Potter.(2006).Fundamental

Keperawatan:konsep,

proses,

dan

4.Jakarta:EGC
Perry, Potter.(2010).Fundamental of nursing edisi 7.Jakarta:Salemba Medika
Priharjo, Robert.(1996).Pengkajian fisik keperawatan.Jakarta:EGC

praktik

edisi

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGARUH GLOBAL WAR ON TERRORISM TERHADAP KEBIJAKAN INDONESIA DALAM MEMBERANTAS TERORISME

57 269 37

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24