pemilu pada masa orde baru (2)

PEMILU PADA MASA ORDE BARU
Pemilu 1971 merupakan pemilu kedua yang diselenggarakan bangsa Indonesia.
Pemilu 1971 dilaksanakan pada pemerintahan Orde Baru, tepatnya 5 tahun setelah
pemerintahan ini berkuasa. Pemilu yang dilaksanakan pada 5 Juli 1971 ini diselenggarakan
untuk memilih Anggota DPR.
Sistem Pemilu 1971 menganut sistem perwakilan berimbang (proporsional) dengan sistem
stelsel daftar, artinya besarnya kekuatan perwakilan organisasi dalam DPR dan DPRD,
berimbang dengan besarnya dukungan pemilih karena pemilih memberikan suaranya kepada
Organisasi Peserta Pemilu.

1.

Pemilu 1971

Peserta Pemilu 1971 terdiri atas :

1. Partai Nahdlatul Ulama

Nahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam),
disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia.[3] Organisasi ini berdiri
pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.

Partai ini hanya meraih 18% (58 kursi) pada pemilu 1971 . NU sendiri didirikan oleh
oleh KH Hasjim Asj’ari pada tahun 1926, Sebelum NU lahir, terlebih dahulu ada Matlaoel
Anwar (1916), yang pada akhrinya menjadi cabang NU, juga Nahdlatoel Wathan yang
bermakna Kebangkitan Tanah Air (1914). Berturut-turut selama lima tahunan berdiri pula

cabang-cabang Nahdlatoel Wathan, namun diberi nama berbeda-beda walau tetap memakai
kata wathan (tanah air), yakni antara lain Hidajatoel Wathan, Far’oel Wathan, Khitabatoel
Wathan dan Achloel Wathan. Tahun 1920 berdiri Nahdlatoel Toedjdjar (Kebangkitan
Usahawan) diprakarsai Wahab Hasboellah atas saran KH Hasjim Asj’ari.
2. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Partai Nasional Indonesia atau dikenal juga PNI adalah
partai politik tertua di Indonesia. Partai ini didirikan pada 4
Juli 1927 dengan nama Perserikatan Nasional Indonesia
dengan ketuanya pada saat itu adalah Dr. Tjipto
Mangunkusumo, Mr. Sartono, Mr Iskaq Tjokrohadisuryo
dan Mr Sunaryo. Lahirnya PNI dilatarbelakangi oleh situasi
sosio-politik yang kompleks dan mau tidak mau organisasi
ini harus dapat menyesuaikan diri dengan orientasi baru.
Setelah kegagalan pemberontakan PKI tahun 1926, Sujadi
wakil Perhimpunan Indonesia di Indonesia dengan cepat

memberitahu kepada Moh. Hatta. Bersama-sama dengan
Iskaq dan Budiarto, ia bergerak membentuk partai baru
sesuai dengan rencana PI. Pada awal tahun 1927 terbentuk
partai baru yaitu PNI (Partai Nasional Indonesia) yang
didirikan oleh Ir. Soekarno sebagai wakil dari kelompokkelompok nasionalis Indonesia. Pada pemilu 1971 PNI
meraup 6,93% suara atau setara dengan 20 kursi.
3. Partai Muslimin Indonesia ( Parmusi)
Parmusi pada awalnya bernama Partai Muslimin Indonesia, dibentuk di Jakarta pada
bulan Februari 1968 dan dipimpin oleh Djarnawi Hadikusumo.
Kongres I Parmusi 4-7 November 1968 memilih
Moh Roem sebagai ketua umum tetapi karena
pemerintah Orde Baru saat itu tak merestui
kepemimpinannya dengan alasan Roem tokoh
Partai Masyumi maka kepemimpinan partai
ketika itu dikembalikan kepada Djarnawi.
Pada 17 Oktober 1970, HJ Naro mengklaim
sebagai pemimpin Parmusi sehingga terjadi
dualisme kepemimpinan di partai itu.
Pemerintah Orde Baru ikut campur membenahi
kisruh internal partai itu dengan mengangkat HS

Mintaredja sebagai pemimpin Parmusi pada 20
November 1970.
Menjelang Pemilu 1971, pemerintahan Presiden Soeharto menggabungkan Parmusi
bersama Partai Nahdlatul Ulama, Persatuan Tarbiyah Indonesia, Partai Syarikat Islam,
menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 5 Januari 1971.

4. Partai Kristen Indonesia ( Parkindo )
Tanggal 9 November 1945 bertempat di gedung Gereja Kristen Pasundan Jl.Kramat
Raya No.45, Serentetan pertemuan diadakan oleh para tokoh Kristen (Protestan dan Katolik)
di Jakarta untuk menggumuli pembentukan sebuah partai bagi seluruh umat Kristen
Indonesia. Dari pihak Protestan hadir : Domine (Ds) Probowinoto, DR.Mr.Sutan Gunung
Mulia, Ir. Fredrick Laoh, DR.Ir.W.Z.Johanes, J.K.Panggabean, Soedarsono, Maryoto dan
Martinus Abe4dnego; dari pihak Katolik hadir Soeradi dan Hadi. Pertemuan dipimpin oleh
Ds. Probowinoto. Ketika peserta pertemuan sepakat membentuk sebuah Partai Kristen,
utusan Katolik mengundurkan diri dengan alasan akan membicarakannya dahulu dengan
Pimpinan Gereja Katolik, yang akhirnya membentuk Partai Katolik. Akhirnya pertemuan
malam itu sepakat membentuk sebuah partai untuk umat Kristen Protestan dengan nama
Partai Kristen Nasional. Nama itu diusulkan oleh DR.Mr .Todung Sutan Gunung Mulia.
Peserta pertemuan secara aklamasi memilih DR.Ir. W.Z.Johanes sebagai Ketua dan Maryoto
sebagai Sekertaris. Tanggal 10 November 1945, para tokoh Kristen Protestan itu

mendeklarasikan berdirinya Partai Kristen Nasional. Pada 10 Januari 1973, Parkindo
difusikan dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Partai ini hanya mampu mengantongi
1,34% suara pada pemilihan umum 1971.
5. Partai Katolik Indonesia
Partai Katolik lahir kembali pada tanggal 12 Desember 1945
Pada Pemilu 1971 Partai Katolik meraih 606.740
suara (1,11%) sehingga di DPR memperoleh 3 kursi.
Sebenarnya partai ini sudah ada tahun 1917. Namun
partai ini baru secara resmi berdiri pada tahun 1923 di
Yogyakarta, didirikan oleh umat Katolik Jawa yang
dipimpin oleh F.S. Harijadi. Saat IJ Kasimo memimpin,
partai ini kemudian dinamai Pakempalan Politik Katolik
Djawi (PPKD). Pada masa penjajahan Belanda, PPKD karena kebutuhan siasat politik - bergabung dengan
Indische
Katholieke
Partij. Partai
Katolik
dideklarasikankan oleh Kongres Umat Katolik seluruh
Indonesia pada tanggal 12 Desember 1949 sebagai
penjelmaan fusi dari 7 Partai Katolik yang telah ada

sebelumnya yakni: Partai Katolik Republik Indonesia
(P.K.R.I.) yang didirikan di Surakarta, Partai Katolik Rakyat Indonesia (P.K.R.I.) yang
didirikan di Makasar, Partai Katolik Rakyat Indonesia (P.K.R.I.) yang didirikan di Flores,
Partai Katolik Indonesia Timus (Parkit) yang didirikan di Timor, Persatuan Politik Katolik
Flores (Perkokaf) didirikan di Flores, Permusyawaratan Majlis Katolik (Permakat) didirikan
di Manado, dan Partai Katolik Indonesia Kalimantan (Parkika) yang didirikan di Kalimantan.
Paska Pemilu 1971, partai ini fusi ke dalam tubuh Partai Demokrasi Indonesia.

6. Partai Musyawarah Rakyat Banyak ( Murba )
Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), adalah
partai politik Indonesia yang didirikan pada 7 November
1948 oleh Tan Malaka, Chaerul Saleh, Sukarni dan Adam
Malik. Partai ini sempat dibekukan pada September 1965,
akan tetapi setahun kemudian partai ini direhabilitasi oleh
pemerintah yang dalam masa peralihan dari Soekarno ke
Soeharto. Pada tahun 1971, partai ini mengikuti Pemilu
1971 dengan perolehan 0,09% suara. akan tetapi pada
Pemilu 1977 partai ini dilebur dalam Partai Demokrasi
Indonesia. Pada era demokrasi dibuka kembali oleh
pemerintah di Pemilu 1999, partai ini muncul kembali

dengan nama Partai Murba dengan nomor urut 31. akan tetapi karena tidak memenuhi
electoral threshold partai ini lenyap kembali. Saat ini partai ini mulai bangkit kembali dengan
nama Partai Murba Indonesia meskipun tidak lolos seleksi untuk mengikuti Pemilu 2009.
7. Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII)
Partai Syarikat Islam Indonesia adalah salah satu partai politik yang
juga menjadi peserta dalam pemilu 1971 dengan perolehan 2,39%
suara. Secara historis, PSII berasal dari Syarikat Dagang Islam
(SDI) yang didirikan di Solo tahun 1905. Setelah berfusi dalam
PPP pada masa Orde Baru, kini PSII dimunculkan kembali oleh H
Taufiq R Tjokroaminoto, keturunan HOS. Tjokrominoto, salah
satu pimpinan PSII tahun 1912. Walaupun saat pemilihan umum
tahun 1999 muncul dua partai PSII, namun keduanya memiliki visi
dan misi yang sama.
8. Partai Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti)
Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 5 Mei 1928 M.
bertempat di Candung, Bukit Tinggi (Sumatra Tengah) dengan
nama: Persatuan Tarbiyah Islamiyah atau Perti.
Pendirinya ialah ‘Alim ‘Ulama yang masyhur di Minang Kabau,
yaitu:
Syekh Sulaiman Ar-rasuli, Candung Bukit Tinggi

Syekh M. Jamil Jaho, Padang Panjang
Syekh Abbas Ladang Lawas, Bukit Tinggi
Syekh Abdul Wahid Tabek Gadang, Suliki
Syekh Arifin Batuhampar, Payakumbuh
Syekh Khatib Ali, Padang
Syekh Makhudum, Solok
Syekh M. Yusuf Sasak Pasaman, dan lain-lainnya.
Pada masa itu perkumpulan ini berwujud untuk memajukan pendidikan dan pengajaran
Islam dengan membangun surau-surau dan sekolah-sekolah Agama (Madrasah-madrasah
Tarbiyah Islamiyah). Pada pemilu 1971 lembaga ini berubah menjadi partai, lalu menjadi
kontestan pemilu yang pada akhirnya hanya memperoleh 0,70% suara.

9. Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
Perolehan suara partai ini jauh tertinggal dari
Golkar. Mereka hanya mengantongi 0,62 suara. Partai
Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI)
merupakan kelanjutan IPKI yang dibentuk sejak 20
Mei 1954. Para tokoh pemrakarsa di antaranya adalah
Kolonel AH Nasution, Kol Gatot Subroto, Kol Aziz
Saleh, dan lainnya. Di awal Orde Baru, IPKI

sebenarnya lebih dekat hubungan politiknya dengan
Golkar. Namun, sewaktu terjadi fusi parpol tahun
1973, IPKI bergabung dengan PDI. Dalam kongres
tahun 1994, kemudian IPKI menjadi ormas
nonafiliasi. Menjelang pemilu 1997, IPKI melakukan
konsolidasi dan memberikan aspirasinya ke
Golkar. Partai ini di antaranya mempunyai tujuan mengamalkan dan menerapkan falsafah
dan ideologi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi
terwujudnya tujuan nasional. Program partai adalah mengembalikan kedaulatan di tangan
rakyat. Di bidang politik, Partai IPKI meminta peran sospol ABRI tetap dipertahankan.
Namun, jumlahnya yang dikurangi. Pemilihan presiden sebaiknya tetap lewat MPR.
10. Partai Golongan Karya (GOLKAR) sebelumnya bernama Golongan Karya (Golkar)
dan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), adalah sebuah partai
politik di Indonesia. Partai GOLKAR bermula dengan berdirinya Sekber GOLKAR di
masa-masa akhir pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya 1964 oleh Angkatan
Darat untuk menandingi pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam kehidupan politik.
Pada awal pertumbuhannya, Sekber GOLKAR beranggotakan 61 organisasi
fungsional yang kemudian berkembang menjadi 291 organisasi fungsional. Ini terjadi
karena adanya kesamaan visi diantara masing-masing anggota. Organisasi-organisasi
yang terhimpun ke dalam Sekber GOLKAR ini kemudian dikelompokkan

berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO),
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO)
Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI)
Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR)
Organisasi Profesi
Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM)
Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)
Gerakan Pembangunan

Dalam perkembangannya, Sekber GOLKAR berubah wujud menjadi Golongan Karya yang
menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu.

Dalam Pemilu 1971 (Pemilu pertama dalam pemerintahan Orde Baru Presiden Soeharto),
salah satu pesertanya adalah Golongan Karya dan mereka tampil sebagai pemenang.
Kemenangan ini diulangi pada Pemilu-Pemilu pemerintahan Orde Baru lainnya, yaitu Pemilu
1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997. Kejadian ini dapat dimungkinkan, karena pemerintahan
Soeharto membuat kebijakan-kebijakan yang sangat mendukung kemenangan GOLKAR,
seperti peraturan monoloyalitas PNS, dan sebagainya.

Setelah pemerintahan Soeharto selesai dan reformasi bergulir, GOLKAR berubah wujud
menjadi Partai GOLKAR, dan untuk pertama kalinya mengikuti Pemilu tanpa ada bantuan
kebijakan-kebijakan yang berarti seperti sebelumnya di masa pemerintahan Soeharto. Pada
Pemilu 1999 yang diselenggarakan Presiden Habibie, perolehan suara Partai GOLKAR turun
menjadi peringkat kedua setelah PDI-P.

Selanjutnya pada tanggal 9 Maret 1970, terjadi pengelompokan partai dengan
terbentuknya Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dari PNI, Partai Katholik,
Parkindo, IPKI dan Murba. Kemudian tanggal 13 Maret 1970 terbentuk kelompok Persatuan
Pembangunan yang terdiri atas NU, PARMUSI, PSII, dan Perti. Serta ada suatu kelompok
fungsional yang dimasukkan dalam salah satu kelompok tersendiri yang kemudian disebut
Golongan Karya. Dengan adanya pembinaan terhadap parpol-parpol dalam masa Orde Baru
maka terjadilah perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat kala itu,

sehingga pada akhirnya dalam Pemilihan Umum 1977 terdapat 3 kontestan, yaitu Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan
Karya. Hingga Pemilihan Umum 1977, pada masa ini peserta pemilu hanya terdiri
sebagaimana disebutkan diatas, yakni 2 parpol dan 1 Golkar. Dan selama masa pemerintahan
Orde Baru, Golkar selalu memenangkan Pemilu. Hal ini mengingat Golkar dijadikan mesin
politik oleh penguasa saat itu.

2.

Pemilu 1977

Pemilu kedua dalam era Orde baru dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1977, dengan
payung hukum Undang-undang Nomor 15 Tahun 1969 Tentang Pemilu telah diperbaharui
dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975. Meskipun demikian tidak ada perubahan
yang berarti dalam setiap perubahan. Yang menjadi pemilih adalah warganegara yang telah
berusia 17 tahun dan atau yang sudah menikah. Prosedur pendaftaran adalah sistem stelsel
pasif, yaitu pemerintah mempunyai kewajiban mendaftar semua warga negara yang memiliki
hak pilih.
Jumlah Penduduk Indonesia pada Pemilihan Umum tahun 1977 berkisar 114.890.347 dengan
pemilih yang terdaftar pada waktu itu 68.871.092. Setelah dilakukan politik fusi partai, pada
Pemilihan Umum Tahun 1977. Jumlah peserta pemilu hanya tiga, yaitu Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Pada Pemilu 1977, ada fusi atau peleburan
partai politik peserta Pemilu 1971 se-hingga Pemilu
1977 diikuti 3 (tiga) peserta Pemilu, yaitu :
1.

Partai Persatuan Pembangunan (PPP)

Partai Persatuan Pembangunan (PPP) adalah sebuah partai politik di Indonesia. Pada
saat pendeklarasiannya pada tanggal 5 Januari 1973 partai ini merupakan hasil gabungan dari
empat partai keagamaan yaitu Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Serikat Islam
Indonesia (PSII), Perti dan Parmusi. Ketua sementara saat itu adalah Mohammad Syafa'at
Mintaredja. Penggabungan keempat partai keagamaan tersebut bertujuan untuk
penyederhanaan sistem kepartaian di Indonesia dalam menghadapi Pemilihan Umum pertama
pada masa Orde Baru tahun 1977.

2.

Partai Golongan Karya (Partai Golkar),

Partai Golongan Karya (Partai Golkar),
sebelumnya
bernama Golongan
Karya (Golkar) dan Sekretariat Bersama
Golongan Karya (Sekber Golkar), adalah
sebuah partai politik di Indonesia. Partai
GOLKAR bermula dengan berdirinya Sekber
GOLKAR
pada
masa-masa
akhir
pemerintahan Presiden Soekarno, tepatnya
1964 oleh Angkatan Darat untuk menandingi
pengaruh Partai Komunis Indonesia dalam
kehidupan politik. Dalam perkembangannya,
Sekber GOLKAR berubah wujud menjadi
Golongan Karya yang menjadi salah satu organisasi peserta Pemilu.

3. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
Partai Demokrasi Indonesia (PDI) adalah salah
satu partai politik di Indonesia yang pernah menjadi
kontestan Pemilu.
PDI
didirikan
pada
tanggal 10
Januari 1973, merupakan fusi (penggabungan) dari
beberapa partai yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI),
Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan
Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan juga dua
partai keagamaan Partai Kristen Indonesia (Parkindo)
dan Partai Katolik.

3.PEMILU 1982
Pemilu 1982 merupakan pemilu ketiga yang diselenggarakan pada pemerintahan
Orde Baru. Pemilu ini diselenggarakan pada tanggal 4 Mei 1982. Sistem Pemilu 1982 tidak

berbeda dengan sistem yang digunakan dalam Pemilu 1971 dan Pemilu 1977, yaitu masih
menggunakan sistem perwakilan berimbang (proporsional).
Peserta Pemilu 1982 terdiri atas :
 Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
 Golongan Karya (Golkar).
 Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

4. Pemilu 1987
Pemilihan Umum Tahun 1987
Dilaksanakan pada 23 April 1987
Jumlah Peserta : 3 partai
Pemungutan suara Pemilu 1987 diselenggarakan tanggal 23 April 1987 secara serentak di
seluruh tanah air. Dari 93.737.633 pemilih, suara yang sah mencapai 85.869.816 atau 91,32
persen. Cara pembagian kursi juga tidak berubah, yaitu tetap mengacu pada Pemilu
sebelumnya.
Hasil Pemilu kali ini ditandai dengan kemerosotan terbesar PPP, yakni hilangnya 33 kursi
dibandingkan Pemilu 1982, sehingga hanya mendapat 61 kursi. Penyebab merosotnya PPP
antara lain karena tidak boleh lagi partai itu memakai asas Islam dan diubahnya lambang
dari Kabah kepada Bintang dan terjadinya penggembosan oleh tokoh- tokoh unsur NU,
terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Peserta Pemilu 1987 terdiri atas :
 Partai Persatuan Pembangunan.
 Golongan Karya
 Partai Demokrasi Indonesia.

5.

Pemilu 1992
Pemilihan Umum Tahun 1992
Dilaksanakan pada 9 Juni 1992
Jumlah Peserta : 3 partai
Pemilihan Umum Tahun 1992 diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 1992, merupakan
Pemilu di Indonesia yang keenam pemilu legislatif, dan yang kelima di bawah rezim
Orde Baru. Meskipun pangsa suara dimenangkan oleh Golkar walupun menurun
perolehan suaranya dibanding pemilu sebelumnya, dan kedua pihak partai diluar Golkar

melihat suara mereka naik, organisasi pemerintah masih memenangkan mayoritas yang
jelas.
Peserta Pemilu 1992 terdiri atas :
 Partai Persatuan Pembangunan.
 Golongan Karya.
 Partai Demokrasi Indonesia.

6.

Pemilu 1997

Dilaksanakan pada 29 Mei 1997
Jumlah Peserta : 3 partai
Pemilu Indonesia tahun 1997 diselenggarakan pada tanggal 29 Mei 1997, dengan jumlah
penduduk Indonesia pada tahun 1997 sekitar 196.286.613 dengan pemilih terdaftar
berjumlah 125.640.987
Peserta Pemilu.
Peserta Pemilu 1997 terdiri atas :
 Partai Persatuan Pembangunan.
 Golongan Karya.
 Partai Demokrasi Indonesia.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22