SISTEM POLITIK INDONESIA PASCA REFORMASI

SISTEM POLITIK INDONESIA PASCA REFORMASI

NAMA : HANNY KURNIA
NIM : 1735010011
PRODI : ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

DAFTAR ISI

1.1
1.2
1.3

Sistem Politik Pasca Reformasi
Netralitas Birokrasi, TNI dan POLRI
Kesimpulan

BAB I

Sistem Politik Pasca Reformasi


Sistem Politik Indonesia merujuk pada sistem kepemimpinan Soerharto dengan rezim
orde baru, 32 tahun berkuasa selama 1966-1998, kekuatan politik dari rezim orde baru
mengacu pada kekuatan politik militer yang menjadi sayap utama kekuasaan rezim
Soeharto. Disertai dengan kekuatan partai politik yang didukung sepenuh nya oleh
Partai Golongan Karya, dan dimana pada masa itu ABRI memiliki perang dwifungsi.
Penolakan akan suara dan aspirasi hampir sering terjadi dan menimbulkan bentrokan
dan juga terjadi beberapa pelanggaran HAM berat pada masa pemerintahan itu. Disertai
dengan sistem politik berdasarkan teori Gabriel Almond yang tidak dijalankan sehingga
menimbulkan tumpang tindih antara suara dan aspirasi rakyat dengan pemerintah.
Sistem politik Indonesia pasca reformasi , pada saat turunnya Presiden Soeharto dari
jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia, digantikan oleh Presiden BJ.Habibie, pada
saat itu Indonesia seperti dibukanya keran demokrasi baru di Indonesia. Namun
kedekatan antara Presiden BJ Habibie tetap menjadi penolakan bagi aktivis , karena
membentuk suatu interpretasi publik yang berpikir presiden yang lama tidak jauh
berbeda dengan presiden yang baru.
Reformasi terjadi ketika rezim Habibie juga dinilai oleh beberapa kalangan setengahsetengah dalam menjalankan supremasi hukum dalam menangani kasus KKN. Ada
beberapa penolakan terjadi pada saat kepemimpinan Presiden BJ Habibie, salah satu hal
yang mengecewakan adalah lepasnya timor leste dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan perolehan suara (78,5%) dan kebijakan sensitive pada saat itu dengan
memberikan kebebasan pada Timor-Timur untuk menentukan nasibnya sendiri.1

Akan tetapi kran kebebasan seperti terbuka oleh pada pemerintahan habibie dengan
melakukan beberapa perubahan yaitu berupa Perubahan undang-undang kebebasan
1 Ubedilah Badrun, Sistem Politik Indonesia Kritik dan Solusi Sistem Politik Paling
Efektif, PT Bumi Aksara, hlm.23

politik dengan Undang-Undang Politik Baru yaitu , UU no.2 tahun 1999 , UU no.3 1999
dan UU no.4 tahun 1999.
Dalam perubahan perundang-undangan ini memiliki esensi pokok dari Undang Undang
baru mencakup ketiga hal dibawah ini :


Pertama, dibukanya kran kebebasan untuk berpartisipasi dalam politik secara




efektif tanpa hal-hal homogenik atau memaksa.
Kedua, menjamin pelaksanaan proses demokrasi yang bebas dan terbuka.
Ketiga, mengedepankan prinsip keterwakilan berdasarkan achievement.


Perubahan sistem politik Indonesia pasca reformasi dilakukan oleh Presiden BJ Habibie
pada tahun 1999 masa kepemimpinannya, meskipun masa kepemimpinan itu, tidak
cukup panjang untuk seorang pemimpin , tetapi suatu perubahan terus dilakukan salah
satunya adalah dengan adanya penetapan Perubahan Undang-Undang yaitu UU no. 43
tahun 1999 untuk menggantikan UU no.8 tahun 1974 tentang Kepegawaian2
Keputusan Presiden BJ Habibie semakin kuat dengan diterbitkannya PP no.5 tahun
1999, dan salah satu keputusan penting didalamnya juga tentang bagaimana tidak
dizinkannya TNI dan POLRI untuk terlibat pada kegiatan politik apapun guna menjaga
stabilitas Negara dan menjalankan fungsi sendi pemerintah sebagai aparatur Negara dan
menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Waktu bergulir cepat, Presiden BJ Habibie menggunakan waktunya untuk menjalankan
sebagain perubahan pada sendi pemerintahan , akan tetapi perseteruan politik dan
konflik sosial mewarnai pemerintahan Habibie ( antara lain konflik Ambon ). Habibie
akhirnya lengser setelah pertanggungjawaban di tolak oleh MPR.

2 http://www.jdih.kemenkeu.go.id

Catatan penting dalam sistem politik pada masa rezim Habibie adalah struktur sistem
politik ( lembaga-lembaga Negara) pada masa ini tidak ada perubahan secara signifikan,
akan tetapi dibukanya perubahan demokrasi dengan memberikan keleluasaan

masyarakat untuk membentuk partai politik, kebebasan pers dan kepemimpinan yang
lebih terbuka pada kritik. Berikut adalah Partai politik yang terbentuk pada tahun 1999
adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

PDIP
GOLKAR
PPP
PKB
PAN
PBB
PK

Sistem Politik Indonesia mengalami perubahan undang-undang ketika masa

kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri yaitu dilakukannya Amandemen UUD
1945 dan Pemilu 2004 yang merupakan pertama kali pemilihan presiden dilakukan
secara langsung.

Perubahan amanden yang signifikan adalah terlihat pada posisi MPR yang tidak lagi
menjadi lembaga Negara tertinggi melainkan sejajar dengan posisi Presiden. Selain itu
perubahan , ada perubahan sistem parlemen dari unicameral system ( sistem kesatuan
kamar parlemen) ke bicameral system ( sistem dua kamar ). Dalam hal ini MPR dengan

sistem dua kamar tersebut terdapat dua lembaga Negara ( DPR & DPD ) yang samasama dipilih oleh rakyat, tetapi proses representasi, syarat dan fungsinya berbeda.
Hal berikutnya adalah tentang Lembaga Yudikatif tampak lebih lengkap dan
menggambarkan sistem kontrol antar lembaga yudikatif maupun antar Yudikatiddengan
Eksekutif dan parlemen juga terlihat. Keberadaan Mahkamah Konstitusi mengambarkan
hal tersebut dimana MK bisa memberikan rujukan dalam rangka memakzulkan presiden
dalam arti ini adalah Presiden dapat dipecat oleh MK .
Perubahan Undang-Undang masa pemerintaha Presiden Soekarno Putri masih bisa
dirasakan hingga sekarang , Salah satu berikutnya yang dibentuk oleh masa
pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri adalah atas pasal 59 UU No.32 tahun
2004 yaitu yang berisi bahwa calon kepala daerah boleh dari kalangan peseorangan atau
yang dikenal sebagai jalur independen dimasa sekarang, dasar utama pelaksanaan

desentralisasi juga otonomi daerah.
Akan tetapi desentralisasi atau otonomi daerah masih saja menjadi suatu arena baru
dalam money politic di Indonesia , yang justru beberapa PNS seperti bupati, ditemukan
tidak bersikap netral atau menerima uang suap untuk beberapa perizinan , juga
keterlibatan Bupati pada proses Pilkada yang sebenarnya hal tersebut sudah tercatat
dalam Undang-Undang yang berlaku.
Sistem politik pasca reformarsi yaitu dengan adanya UUD 1945 yang sudah
diamandemen, diuji kembali ketika pemilihan Presiden Joko Widodo dan Wakil
Presiden Jusuf Kalla. Dimana dinamika dan tensi antar golongan juga partai politik
begitu sangat tinggi yang dimana terjadi koalasi secara besar-besaran yang kurang lebih
terjadi koalisi antar partai yang menduduki kursi DPR , dan dimana terdiri dari sebagain
Besarnya adalah Interest Group ( kelompok kepentingan ) Akan tetapi pada saat itu
Joko Widodo memperoleh suara 53,15% dan berhasil menjadi Presiden ke-7 Republik
Indonesia didampingi oleh Jusuf Kalla.

BAB II
NETRALITAS BIROKRASI

BIROKRASI di Indonesia dipengaruhi oleh kultur dan etika birokrasi, dan ternyata
tidak dapat mengadopsi birokrasi Dari Max Weber. Birokrasi Indonesia cenderung

mengadopsi birokrasi dari Wilson yang dikembangkan lagi oleh Frank Goodnow.
Frank Goodnow , menurut nya ada 2 fungsi pokok yang amat berbeda
Satu sama lain yaitu POLITIK DAN ADMINISTRASI. Politik menurut Goodnow,
harus membuat dan merumuskan kebijakan-kebijakan, sementara ADMINISTRASI
berapa pada bagian PELAKSANA dari kebijakan. Konsekuensinya, pemerintah perlu
dilibatkan dalam proses pembuatan kebijakan agar muncul tanggung jawab serta bisa
meneguhkan posisi birokrasi di hadapan.
Jas Merah ( Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah ) , perubahan birokrasi di
Indonesia juga dilatar belakangi oleh catatan sejarah yang memang terjadi
penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang pada rezim orde baru yang dimana hal
tersebut tercatat. Beberapa penyimpangan mengenai asas tunggal Pancasila, ABRI ,
Golkar dan juga Birokrasi. Dimana ABRI diizinkan untuk memiliki aktivitas bisnis, dan
bisnis ABRI/TNI berupa Yayasan , Artha Graha, juga beberapa hektar sawit, dan adanya
peran dwifungsi ABRI.
Untuk menghindari Birokrasi yang otoriter ( the authoritian bureaucy ) , maka kontrol
yang kuat harus benar-benar dilakukan oleh kekuatan sosial dan politik yang ada
melalui lembaga legislative agar birokrasi pemerintah tidak kebal akan kritik.
Netralitas birokrasi menjadi suatu hal yang harus dipertahankan berdasarkan perubahan
undang-undan no.8 tahun 1978 yang mengalami perubahan undang-undang yaitu UU
no.43 tahun 1999, dilengkapi dengan PP no. 5 tahun 1999 yang ditanda tangani oleh BJ

Habibie.
Besarnya kekuasaan daerah yang menimbulkan “raja-raja kecil” dan berpotensial
mengganggu NKRI menjadi salah satu pertimbangan digantikannya UU yang terdahulu
dengan UU no.32 tahun 2004. Berdasarkan dengan UU ini , kepala daerah dan presiden
dipilih langsung oleh rakyat dan tidak bertanggung jawab pada DPRD.Guna menjaga

stabilitas politik dan guna menjaga konsistensi dan efisiensi dalam bekerja di kalangan
pemerintahan , UU no.32 tahun 2004 juga didukung oleh beberapa aturan untuk PNS
juga termasuk TNI dan POLRI.
Salah satu keputusan presiden yang diambil untuk menjaga stabilitas dalam birokrasi
adalah pengambilan alih semua bisnis TNI dan diberikan kepada negara.Hal tersebut
tercatat dalam Keputusan Presiden pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, yaitu Perpres no 43 tahun 2009 memberi mandate pada Departemen
Pertahanan untuk mengambil alih seluruh aktivitas bisnis TNI.
Beberapa perkembangan sistem politik di Indonesia pasca reformasi telah dipaparkan
dan rumusan diatas mempertegas posisi pemerintahan yang berada dibawah kekuasaan
langsung Ekskutif ( pemerintah ). Pandangan tersebut diperkukuh dengan Sistem
Presidential yaitu dimana kekuasaan ada di tangan Presiden dan Wakil Presiden yang
merupakan institusi penyelenggara kekuasaan eksekutif Negara tertinggi dibawah
Konstitusi.

Dalam sistem ini tidak lagi dikenal dan tidak perlu dibedakan adanya Kepala Negara
dan Kepala Pemerintahan, keduanya adalah Presiden dan Wakil Presiden. Dalam hal ini
menjalankan pemerintahan Negara, kekuasaan dan tanggung jawab di tangan Presiden.
(concentration of power and responsibility upon The President).

KESIMPULAN

Pada tahap kesimpulan, Demokrasi sebagai sistem yang dianut di Indonesia , kini
tengah mengalami goncangan kuat terutama akibat pertarungan kekuasaan antar politisi,
antar lembaga dan antar kelompok masyarakat.
Demokrasi Indonesia terjebak oleh penyakit procedural, yakni hanya mewujud sebagai
mekanisme politik, belum mewujud pada substansinya dan masih terlihat jauh dari
Reformasi yang diinginkan.
Demokrasi setelah reformasi yang sesungguhnya demokrasi yang mengedepankan etika
sebagai ilmu dasar dalam menjalankan demokrasi , tidak hanya berdasarkan baik atau
buruk , tetapi zaman sekarang demokrasi juga seperti suatu kebebasan yang kebablasan ,
saling menghina, saling mencemooh itu dilakukan oleh para elite yang memiliki
kekuasaan legitimasi juga pada kelompok yang memiliki kepentingan.
Karena banyak para elite politik yang mengedepankan hal yang menurutnya baik atau
buruk , bukan benar atau salah , sesuai atau tidak sesuai 3dengan nilai-nilai

demokrasi yang terdapat dalam Demokrasi Pancasila. Dan jauh sekali dari seorang
negarawan yang diharapkan oleh para masyarakat sipil terutama aktivis juga mahasiswa
yang kehilangan sosok panutan.
Problem tersebut , terjadi karena banyak nya berbagai pihak yang senang menggunakan
sentimental dan emosi dari rakyat tanpa menjaga prinsip pluralisme dan
representativness.
Pluralisme mengedepankan perbedaan tapi bukan menggunakan perbedaan sebagai alat
untuk membeda-bedakan , tapi untuk menyatukan bangsa tanpa juga mementingkan
kepentingan untuk meraih kekuasaan.
nilai-nilai lainnya tentang baik atau buruk hasil dari suara demokrasi,
bukan dengan apakah menjalankan demokrasi sudah dengan cara yang benar, sesuai ,
dan tidak , atau cara menjalankan demokrasi itu salah misalnya demokrasi dengan cara
yang menimbulkan anarkis sosial , menyinggung , menyindir atau mencemooh , apakah
3 Etika Politik, Franz Magnis-Suseno

itu benar ? dan perkembangan sosial media menjadi boomerang pada demokrasi sendiri
dilengkapi dengan masyarakat yang mudah sekali terpicu dan percaya pada berita-berita
yang hoax dibandingkan mencari kebenaran dalam buku atau pengetahuan.
Hal itu yang menjadi problem penyakit procedural , dan membuat Indonesia menjadi
semakin jauh dari cita-cita demokrasi yang sesungguhnya.

Birokrasi di Indonesia masih terdapat banyak pungli dari setiap lembaga , dan pungli
masih ada sampai sekarang , mungkin dikenal dengan Korupsi Receh , menjadi bahan
ejekan kepada Presiden ketika harus ikut bersuara dalam hal-hal korupsi , oleh karena
itu terbentuknya Tim Saber Pungli pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo
sebagai suatu contoh nyata dalam kerja nyata tahun ini , kalau memang pungutan liar itu
terjadi dalam setiap hal , dan mungkin sudah menjadi bagian dari budaya sehingga harus
terbentuknya Tim Saber Pungli untuk memberantas pungli dalam lingkungan kerja
birokrasi Indonesia.