POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA ERA ORDE B

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA ERA ORDE BARU DAN REFORMASI PADA
REZIM SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Anggota:
NISRINAH ISMAIL (201210360311004)
KHAIRUNNISA

(201210360311006)

M.MUFLI AKBAR

(201210360311015)

ADITA YULIA. E (201210360311
ABDUL AZIZ

)

(201210360311040)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013/2014
Pendahuluan

Kebijakan politik luar negeri merupakan cerminan dari kepentingan nasional suatu
negara, oleh karena itu kebijakan luar negeri suatu negara dengan negara lain berbeda.
Pembuatan kebijakan politik luar negeri sebuah negara guna untuk memaksimalkan pencapaian
kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri merupakan wujud dari suatu instrument untuk
menghadapi dunia global dan sebagai alat interkasi dengan negara lain untuk mencapai tujuan
nasional yang dikemas dalam kepentingan nasional. Kebijakan Luar Negeri suatu negara akan
berjalan sesuai dengan perkembangan lingkungan internasional dan domestik. Kebijakan luar
negeri Indonesia sangat dipengaruhi oleh konstelasi politik internasional dan juga kondisi politik
didalam negeri.
Profil kebijakan luar negeri Indonesia yang dugunakan pada masa orde lama cenderung
bersifat hard profile dengan pendekatan yang keras, hal tersebut tidak dilakukan oleh
pemerintahan Orde Baru. Pemerintahan Orde Baru cenderung menerapkan kebijakan luar negeri
Indonesia yang berubah 180 derajad dari pendahulunya yaitu pendekatan yang lebih bersifat low
profile.1 Pendekatan low profile dilakukan oleh Soeharto dengan melakukan pendekatan yang
lebih lunak dan terkesan bersahabat dalam hubungannya dengan luar negeri. Salah satu contoh

adalah pendekatannya terhadap negara-negara tetangga terdekat di Asia Tenggara. Pendekatan
yang dilakukan adalah dengan memberikan usulan tentang pembangunan sebuah hubungan
persahabatan diantara negara-negara di Asia Tenggara dalam sebuah forum kerjasama yang
bernama ASEAN.
Berbeda halnya dengan kebijakan luar negeri maupun politik luar negeri yang dilakukan
oleh Susilo Bambang Yudhoyono pada era reformasi. Beliau adalah tipe pemimpin yang
cenderung liberalis karena beliau sangat terbuka dengan yang namanya kerjasama. Banyak
1 Pembahasan tentang profil politik luar negeri Indonesia yang bersifat low profile dan hard profile dapat dibaca di
Ganewati Wuryandari (ed), 2008, Politik Luar Negeri Indonesia Di Tengah Pusaran Politik Domestik, P2P-LIPI,
Jakarta, Pemberian istilah hard profile pada politik luar negeri yang diterapkan pada masa Orde Lama merujuk pada
model kebijakan yang diterapkan oleh presiden Soekarno waktu itu dalam menanggapi berbagai permasalahan
internasional. Soekarno memiliki keberanian untuk menolak kebijakan Barat dan mengambil posisi yang
berseberangan dengan negara Barat dalam konteks tertentu dan justru mengadakan hubungan dekat dengan negara
Komunis hingga membentuk Poros Jakarta-Peking-Pyongyang. Sedangkan pada masa Orde Baru, kebijakan luar
negeri Indonesia dibawah presiden Soeharto lebih lunak dibandingkan dengan pendahulunya. Soeharto menerapkan
kebihakan yang lebih pro Barat atas nama pembangunan nasional. Soeharto juga mengubah kebijakan yang keras
terhadap negara-negara dikawasan menjadi kebijakan yang lebih “bersahabat” dan mencoba mengambil
kepercayaan dari negara-negara di kawasan dan internasional dengan meyakinkan mereka melalui pembentukan
ASEAN dan masuknya kembali Indonesia ke PBB, dikutip dari Agenda Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pasca
Pemilihan Presiden 2009, http://tonnydian.staff.umm.ac.id/files/2012/09/The-Indonesian-Foreign-Policy-AgendaPost-Presidential-Election-2009.pdf, diakses pada 5 Juni 2014 pukul 20.36.


kerjasama yang telah dilakukan oleh Indonesia, baik itu dengan negara-negara di kawasan
ASEAN maupun negara-negara lain.
Pada masa pemerintahannya Presiden SBY menerapkan politik luar negeri yang
konstruktif untuk membangun stabilitas nasional dan internasional dengan membawa
semboyan All Directions Foreign Policy (Politik luar negeri ke segala arah).Hal ini berarti
bahwa Indonesia tidak hanya memihak ke satu pihak saja, sesuai dengan politik luar negeri
Indonesia yang bebas aktif. Selain itu, Indonesia juga menganut paham A Million Friends, Zero
Enemy yang artinya merangkul sebanyak- banyaknya kawan dengan menggunakan soft power
sehingga meminimalisir kemungkinan adanya musuh. Di dalam ASEAN , Indonesia secara
khusus menerapkan prinsip tersebut yang di dorong oleh kepentingan nasional Indonesia.2
Dari pengantar diatas, dapat kita lihat bagaimana perbedaan kebijakan maupun politik
yang digunakan kedua rezim. Hal itu banyak dipengaruhi oleh keadaan domestik dan lingkungan
internasional yang berbeda antara orde baru dengan reformasi saat. Dalam tulisan ini kami akan
melampirkan apa yang mempengaruhi politik luar negeri dan kebijakan luar negeri dan
bagaimana politik dan kebijakan luar negeri pada era orde baru dan reformasi

Pembahasan
Politik Luar Negeri Indonesia Era Orde Baru
Era orde baru merupakan masa dimana lengsernya Ir. Soekarno sebagai Presiden

Indonesia yang kemudian digantikan oleh Bapak Soeharto. Era orde baru merupakan salah satu
rezim pemerintahan yang berjalan paling lama di Indonesia. Soeharto memerintah selama kurun
2Yarnis Sikumbang, Politiki Luar Negeri Indonesia terhadap ASEAN, hal. 5,
http://www.academia.edu/3725620/Politiki_Luar_Negeri_Indonesia_terhadap_ASEAN, diakses pada tanggal 05
Juni 2014, 17.03 WIB

waktu tiga dekade yang dimulai sejak tanggal 12 maret 1967 sampai dengan 21 mei 1998. Saat
kepemimpinan Soeharto Negara Indonesia mengalami banyak perubahan.
Pada masa pemerintahannya, banyak sekali tekanan-tekanan berupa perlawanan yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia atas sikapnya yang otoriter. Kebijakan politik luar negeri
yang diambil pada era pemerintahan Soeharto sangat berbeda dengan era pemerintahan Soekarno
karena latar belakang Soeharto yang sangat kental dengan adat jawanya dan juga dilatar
belakangi dengan militer yang sudah melekat pada disi Soeharto.3
Pada tahun 1966 merupakan transisi masa orde lama ke orde baru, hal itu ditandai dengan
adanya pergesaran pusat perhatian pemerintah yang pada awalnya terfokuskan pada
pembangunan bangsa ke pembangunan perekonomian. Namun demikian, pemerintah juga
menyadari pentingnya keberadaan stabilitas politik sebagai suatu kondisi penting bagi
terlaksananya pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, muncul perhatian yang serius untuk
menata kembali sistem politik Indonesia diharapkan akan dapat menciptakan kondisi tersebut
untuk menunjang kegiatan pembangunan ekonomi Indonesia.

Proses penataan ini semakin mendesak dilakukan ketika prioritas pembangunan ekonomi
berorientasi pada pertumbuhan, dimana juga mengintegrasikan diri dalam sistem ekonomi
internasional yang bercorak kapitalis. Dengan demikian, keterikatan pada pola–pola ekonomi
maupun politik internasional mempunyai signifikasi yang tinggi untuk memahami dinamika
internal yang menjadi faktor determinan dalam memengaruhi polugri pada masa pemimpinan
Soeharto.4
Kebijakan politik luar negeri merupakan cerminan dari kepentingan nasional suatu
negara. Pembuatan kebijakan politik luar negeri sebuah negara guna untuk memaksimalkan
pencapaian kepentingan nasional. Kebijakan luar negeri merupakan wujud dari suatu instrument
untuk menghadapi dunia global dan sebagai alat interkasi dengan negara lain untuk mencapai
tujuan nasional yang dikemas dalam kepentingan nasional. Pada masa Era Soeharto (ORBA)
banyak kegiatan dan kebijakan yang lebih mengarah pada rebuilding image. Pengubahan akan
3Politik luar negeri RI era orde baru, dikutip dari file:///D:/Tugas/Semester%204/PLNI/kelompok
%20PLNI/Andraina%20A.F.htm, diakses pada tanggal 03 juni 2014, 12.15 WIB
4 Ganewati Wuryandari dkk.2008. “Politik Luar Negeri Indonesia–Di Tengah Pusaran Politik Domestik”. Jakarta :
Pustaka Pelajar dan LIPI, hlm. 113

citra negara dari yang sebelumya, pemerintah banyak melakukan kegiatan serta membuat
kebijakan yang berhubungan dengan perubahan image di perspektif global maupun dalam negeri.
Kepentingan nasional pada orde baru lebih terfokuskan pada pembangunan nasional dan

kesejahteraan masyarakat. Pembangunan internasional yang termasuk dalam ekonomi
pembangunan demi meningkatkan ekonomi negara. Dengan adanya program pembangunan
ekonomi, Soeharto banyak melakukan hubungan dan relasi kerjasama dengan negara lain,
terlebih pada Barat, dan banyak turut serta dalam organisasi internasional maupun regional
seperti, masuk kembali menjadi anggota PBB dan mengusulkan pembentukan organisasi
regional, ASEAN. Hal ini semua untuk menunjang keberhasilan program pembangunan ekonomi
yang berlandaskan pada perbaikan keadaan ekonomi dan kesejahteraan nasional untuk
masyarakat. Pencapaian program pembangunan ekonomi yang sesuai target akan dapat
menghasilkan negara dalam keadaan yang sejahtera, pada waktu itu. Soeharto memang lebih
memfokuskan pada kerjasama internasional dengan ditandai interaksi dan kerjasama dengan
berbagai negara.
Disisi lain Soeharto juga menekankan pada ketahanan nasional. Ketahanan nasional yang
berangkat dari pembangunan ekonomi yang dapat menjadikan Indonesia menjadi negara yang
mempunyai pengaruh dibidang ekonomi dan pertanian di kawasan regional maupun dunia
global. Bahkan dengan ketahanan nasional Indonesia yang cukup kuat, Indonesia pada wktu itu
diprediksikan dapat menjadi macan asia. Indonesia dengan ketahan nasionalnya (termasuk
ketahan pangan) memperkuat peran Indonesia di dunia global dan menjadi salah satu peran
penting di kawasan Asia Tenggara. Indonesia mulai unjuk gigi dalam taraf internasional. Akuan
dan kepercayaan dari dunia internasional terbukti dengan berbagai prestasi yang telah dicapai
Indonesia, antara lain pernah menjabat menjadi ketua organisasi Konferensi Islam (OKI), dan

ketua Gerakan Non Blok dan Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

Politik Luar Negeri Indonesia Era Reformasi pada Rezim Susilo Bambang Yudhoyono
Setiap negara memiliki kepentingan nasional yang harus dicapai.Kepentingan nasional
dapat dicapai dalam wilayah negara itu sendiri dan dapat pula dicapai di luar wilayah
negara.Dalam hal pencapaian kepentingan nasional dilakukan di luar batas wilayah negara,

instrument yang digunakan ialah Politik Luar Negeri. Politik Luar Negeri merupakan refleksi
dari kondisi dalam negeri dan pada saat yang sama dipengaruhi oleh perubahan – perubahan
dinamis dari lingkungan regional dan internasional. Hal ini juga terlihat jelas pada implementasi
Politik Luar Negeri Republik Indonesia (PLNRI) yang tampak memiliki karakteristik dan gaya
berbeda – beda ditiap – tiap periode pemerintahan. Periode Orde Lama PLNRI memiliki
karakteristik berhubungan akrab dengan kubu negara – negara komunis, serta bergaya
Konfrontatif.Periode Orde Baru PLNRI memiliki karakteristik berhubungan karib dengan kubu
negara - negara Barat serta bergaya Low Profile-Kooperatif. Sedangkan pada periode Orde
Reformasi PLNRI memiliki karakteristik berkawan dengan semua negara serta bergaya AktifDiplomatis.
Tumbangnya Orde Baru digantikan dengan Orde Reformasi, pada era ini ada dua kabinet
yaitu : Pertama adalah Kabinet Gotong Royong (2001-2004) yang mengoperasionalkan PLNRI
melalui Ketetapan MPR No.IV/MPR/1999 yang menekankan pada faktor-faktor yang
melatarbelakangi krisis ekonomi dan krisis nasional pada tahun 1997, UU no.37 tahun 1999

tentang pengaturan aspek penyelenggaraan hubungan luar negeri, UU No.24 tentang Perjanjian
Internasional yang menekankan pada pentingnya penciptaan suatu kepastian hukum dalam
perjanjian internasional, dan perubahan UUD 1945 pada beberapa pasal, khususuntuk hubungan
luar negeri perubahan ada pada pasal 13 . Kabinet kedua adalah Kabinet Indonesia Bersatu
(2004-2009). Kabinet ini meletakkan landasan operasional PLNRI pada tiga Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) tahun 2004 - 2009 yang isinya:5
1.

Pemantapan

politik

luar

negeri

dan

optimalisasi


diplomasi

Indonesia

dalam

penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri. Tujuan pokok
dari upaya tersebut adalah meningkatkan kapasitas dan kinerja politik luar negeri dan
diplomasi dalam memberikan kontribusi bagi proses demokratisasi, stabilitas politik dan
persatuan nasional.
2.

Peningkatan kerjasama internasional yang bertujuan memanfaatkan secara optimal
berbagai peluang dalam diplomasi dan kerja sama internasional, terutama kerjasama
ASEAN dalam penyelenggaraan hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri

5 Reni Windiani, Politik Luar Negeri Indonesia dan Globalisasi, hal 1-3
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/download/4894/4438, diakses pada tanggal 5 Juni 2014, 19.24
WIB


merupakan aktualisasi dari pendekatan ASEAN sebagai concentric circle utama politik luar
negeri indonesia.
3.

Penegasan komitmen perdamaian dunia yang dilakukan dalam rangka membangun dan
mengembangkan semangat multilateralisme yang dilandasi dengan penghormatan terhadap
hukum internasional dipandang sebagai cara yang lebih dapat diterima oleh subjek hukum
internasional dalam mengatasi masalah keamanan internasional. Komitmen terhadap
perdamaian internasional relevan dengan tujuan hidup bernegara dan berbangsa,
sebagaimana dituangkan dalam alinea IV pembukaan undangundang dasar 1945.
Masa pemerintahan SBY adalah Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid I (Era SBY- JK)

= (2004-2009). Kemunculan Orde Reformasi masih tetap mewarisi kondisi ekonomi yang buruk
akibat krisis ekonomi yang terjadi pada 1997- 1998. Prioritas lainnya yaitu pemulihan citra
Indonesia dimata internasional. Upaya untuk mencapai kepentingan nasional Indonesia di dunia
Internasional dilaksanakan melalui diplomasi. Dengan total diplomasi Diplomasi Indonesia yang
dilaksanakan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu) turut mengaktualisasikan program dan
prioritas Kabinet Indonesia Bersatu yang pada intinya adalah melakukan diplomasi total untuk
ikut mewujudkan Indonesia yang bersatu, lebih aman dan damai, adil, demokratis dan sejahtera.
Kepentingan nasional Indonesia diterjemahkan kedalam visi Departemen luar negeri

yang disebut sebagai “Sapta Dharma Caraka”, yaitu: (1) Memelihara dan meningkatkan
dukungan internasional terhadap keutuhan wilayah dan kedaulatan Indonesia; (2) membantu
pencapaian Indonesia sejahtera melalui kerja sama pembangunan dan ekonomi, promosi dagang
dan investasi, kesempatan kerja dan alih tekonologi; (3) meningkatkan peranan dan
kepemimpinan Indonesia dalam proses integrasi ASEAN, peran aktif di Asia-Pasifik,
membangun kemitraan strategis baru Asia-Afrika serta hubungan antar sesama negara
berkembang; (4) memperkuat hubungan dan kerja sama bilateral, regional dan internasional di
segala bidang dan meningkatkan prakarsa dan kontribusi Indonesia dalam pencapaian keamanan
dan perdamaian internasional serta memperkuat multilateralisme; (5) meningkatkan citra
Indonesia di masyarakat internasional sebagai negara demokratis, pluralis, menghormati hal asasi
manusia, dan memajukan perdamaian dunia; (6) meningkatkan pelayanan dan perlindungan
Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri serta melancarkan diplomasi kemanusiaan guna

mendukung tanggap darurat dan rekontruksi Aceh dan Nias dari bencana gempa dan tsunami; (7)
melanjutkan benah diri untuk peningkatan kapasitas kelembagaan, budaya kerja dan
profesionalisme pelaku diplomasi serta peranan utama dalam koordinasi penyelenggaraan
kebijakan dan hubungan luar negeri.6
Untuk mencapai kepentingan nasional, sebuah negara harus memiliki politik luar negeri.
Oleh karena itu politik luar negeri yang dianut setiap negara terhadap negara lain berbeda- beda
sesuai dengan kepentingan nasional masing- masing. Saat ini lingkungan internasional sedang
menghadapi isu-isu seperti demokrasi, HAM, lingkungan hidup, ketahanan pangan dan krisis
energi. Pendekatan politik luar negeri yang dilakukan pasa era Presiden SBY memiliki beberapa
ciri sebagai berikut:
1. Opportunity Driven, yaitu mendayagunakan segala kesempatan yang ada secara optimal.
2. Win Win Solution, yaitu memberikan solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.
3. Constructive, yaitu bahwa Indonesia akan berperan dalam kegiatan- kegiatan yang
mendorong terciptanya kestabilan regional.
4. Rasional dan Pragmatis, yaitu menggunakan rasio dalam berpikir dan perimbangan
keputusan serta berpikir secara pragmatis atau manfaat.
5. Soft Power, yaitu mengandalkan dan mempelajari cara- cara halus dalam melakukan
diplomasi seperti yang dilakukan di negara- negara Canada, Norwegia dan Australia.
6. Personal, yaitu pendekatan yang dilakukan terhadap pemimpin tiap- tiap negara untuk
mengamil hati dan menjalin persahabatan.
Dengan pendekatan yang dianut tersebut, maka Presiden SBY menerapkan politik luar
negeri yang konstruktif untuk membangun stabilitas nasional dan internasional dengan
membawa semboyan All Directions Foreign Policy (Politik luar negeri ke segala arah).Hal ini
berarti bahwa Indonesia tidak hanya memihak ke satu pihak saja, sesuai dengan politik luar
negeri Indonesia yang bebas aktif. Selain itu, Indonesia juga menganut paham A Million
Friends, Zero Enemy yang artinya merangkul sebanyak- banyaknya kawan dengan
menggunakan soft power sehingga meminimalisir kemungkinan adanya musuh. Di dalam

6Moenir Ari Soenanda, Kepentingan Nasional Indonesia di Dunia Internasional, http://ditpolkom.bappenas.go.id/?
page=news&id=31, diakses pada tanggal 05 Juni 2014, 14.22 WIB

ASEAN , Indonesia secara khusus menerapkan prinsip tersebut yang di dorong oleh kepentingan
nasional Indonesia.7
Mengimplementasi konsep thousand friend zero enemy tidak terlepas dari diplomasi itu
sendiri karena kedua faktor ini sangat berkaitan erat yang dipandang dari sudut politik luar negeri
bebas aktif. Membahas tentang konsep thousand friend zero enemies tentu saja kita mengamati
bagaimana kebijakan luar negeri yang dikeluarkan Indonesia yang lebih mengarah kepada soft
diplomacy di banding hard diplomasinya. Saat ini konsep-konsep politik bebas aktif ini
diibaratkan seperti mendayung diantara banyak karang.
Thousand friend zero enemies diimplementasiakan sebagai upaya untuk menjaga reputasi
Indonesia di mata dunia internasional. Karena sebuah sikap berpihak berpotensi membahayakan
reputasi pemerintah. Sehingga pemerintah memerlukan sosialisasi bahwa pemerintah bersikap
netral. Pemilihan pemerintah dalam sebuah pencitraan bukan berarti tanpa resiko karena segala
sesuatu bergerak secara bersamaan dalam pemerintahan Indonesia.
Berangsur-angsur Indonesia mengalami transisi kearah citra yang lebih baik dimata
internasional. Dengan kata lain citra positif tersebut sangat di pengaruhi oleh peran Susilo
Bambang Yudhoyono sebagai Preiden Republik Indonesia, salah satu buktinya yaitu terlihatnya
Indonesia dalam G-20. Sedangkan dalam kancah regional Asia Tenggara, Indonesia di daulat
sebagai tuan rumah ASEAN di tahun 2010. Bahkan presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara
pribadi sempat menjadi salah satu kandidat peraih nobel perdamaian, serta yang terbaru yang
diwacanakan sebagai kandidiat Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).8
Salah satu bentuk implementasi dari konsep thousand friend zero enemies ini adalah
dengan cara menjalin kerjasama dengan banyak negara. Dengan kata lain, Indonesia sekarang ini
sesungguhnya sedang menjadi negara netral yang di tunjukan dengan sikap tidak menggunakan
7Yarnis Sikumbang, Politiki Luar Negeri Indonesia terhadap ASEAN, hal. 5,
http://www.academia.edu/3725620/Politiki_Luar_Negeri_Indonesia_terhadap_ASEAN, diakses pada tanggal 05
Juni 2014, 17.03 WIB

8Lihat Zihad Falahi, Memikirkan kembali arti million friend zero enemy dalam era paradox of plenty, hal. 229,
http://journal.unair.ac.id/filerPDF/10%20Ziyad%20Falahi%20-%20Memikirkan%20Kembali%20Arti%20Million
%20Friends%20Zero%20Enemy%20dalam%20Era%20Paradox%20of%20Plenty%20%281%29.pdf , diakses pada
tanggal 4 Juni 2014, 16.00 WIB.

idiom teman dan musuh dalam berdiplomasi karena sama saja dengan bekepihakan. Dalam
hubungan Internasional, teman atau musuh merupakan istilah yang problematic. Maka berteman
dengan suatu pihak merupakan musuh bagi pihak lain. Bahkan hubungan pertemanan tidaklah
permanen karena negara atau aktor internasional bukanlah suatu institusi yang statis. Setiap
perubahan dapat merubah persepsi setiap aktor terhadap aktor lainnya. Dengan demikian, banyak
sekali variabel yang berpotensi adanya perubahan status teman menjadi musuh atau sebaliknya.
Salah satu contoh bentuk dari konsep yang di keluarkan oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono tersebut adalah dengan memberikan grasi kepada WNA yaitu pada kasus Corby ,
warga negara Australia yang membawa ganja 4,2 kg ke Bali, grasi tersebut di berikan agar WNI
di Australia bisa memperoleh hal yang sama, presiden juga beranggapan bahwa dengan
memberikan grasi tersebut dapat menjaga kepercayaan antara negara Indonesia dan Australia dan
apabila kepercayaan ini telah tercipta maka daapat dilakukannya kerja sama dalam bidang
apapun baik itu ekonomi, politik, keamanan dalan lain-lain.
Tidak hanya dengan negara Australia saja, Indonesia membuat kebijakan agar thousand
friend zero enemies ini dapat diimplementasikan secara optimal tetapi kepada negara lain pula
agar diharapkan setelahnya muncul kepercayaan sehingga dapat melakukan kerjasasama yang
berujuan untuk mensejahterakan negara masing-masing.
Selain itu Indonesia juga menerapkan dynamic equilibrium. Istilah keseimbangan dinamis
(dynamic equilibrium) berangkat dari sudut pandang politik luar negeri bebeas aktif. Dynamic
equilibrium memiliki kecenderungan untuk membangun kawasan yang stabil, dan damai.
Dynamic equilibrium ini memiliki dimensi-dimensi bagi kepentingan ekonomi Indonesia yang
dapat sangat menguntungkan Indonesia apabila dirumuskan pada pembuatan kebijakan luar negri
yang lebih konkrit. Indonesia juga telah menahandiridarimemihakantaraAmerikaSerikatdan
China meskipun meningkatnya ketegangan sekarang di sekitar wilayah Laut China Selatan. Hal
ini dilakukan untuk menghindari timbulnya ketegangan regional secara langsung, Indonesia telah
memilih untuk "bebas dan aktif", dan lebih memilih "kekuatan menengah" melalui serangkaian
kemitraan strategis atau komprehensif.9
9Lihat Susilo Bambang Yudhoyono, “SBY Pidato Pelantikan: Text” Jakarta Globe(20 Oktober 2009), dikutip dalam
http://www.thejakartaglobe.com/archive/sbys-inaugural-speech-the-text/, diakses pada tanggal 4 Juni 2014, 15.12
WIB.

Pada tataran kawasan yang lebih luas, Indonesia kembali menunjukan intellectual
leadershipnya dalam perdebatan tentang regional architecture building , untuk menciptakan
kawasan Asia Pasifik yang lebih stabil , damai dan sejahtera berdasarkan pada dynamic
equilibrium, dimana ASEAN terus memainkan peran utama. Hal ini terjabarkan antara lain
melalui perluasan keanggotaan East Asia Summit dengan di terimanya AS dan Rusia secara
bersamaan10.
Beberapa hal yang penting mengapa dinamic equilibrium penting diterapkan seperti,
pertama, regionalisme dikawasan Asia pasifik memiliki banyak bentuk selain ASEAN yang
menjadi pilar utama kerjasama regional, sehingga penguatan terhadap ASEAN itu sendiri dirasa
sangat diperlukan untuk mengembangkan ASEAN itu sendiri. Kedua, pencapaian kepentingan
nasional itu sendiri serangkali menjadi sumber konflik, olek karana itu di harapkan tidak ada
kekuatan dominan tunggal didalam kawasan dan berbagai negara di kawasan regional sehingga
dapat breinteraksi secara damai dan bersifat mutualisme. Ketiga, dinamic equilibrium dijadikan
sebagai bagian dan antisipasi dinamika perubahan global yang secara ekonomi mengalami
pengunduran berkepanjangan, dan secara politik telah merubah tatanan dan persepsi global.
Keempat, perubahan pandangan dan pendekatan yang berbeda dianggap mampu
menyelesaikan hubungan-hubungan yang tadinya menjadi sumber instabilitas sekarang bergerak
sebaliknya yakni mencari pijakan baru tanpa menuju kepada sebuah konflik terbuka. Kelima,
merupakan kerangka kerjasama yang strategis yang mempengaruhi berbagai kepentingan dan
kekuatan

dominan.

Keenam,

konsep

ketergantungan

dan

keterpaduan

yang

saling

menguntungkan pembangunan dan perkembangan negara-negara ASEAN. Ketujuh, merupakan
perwujudan menyeluruh yang memgarihi hegemonisme. Kedelapan, landasan penting
membedakan kebangkitan negara-negara ASEAN berdasarkan asas kesetaraan dan menjadikan
kemajemukan menjadi total integrasi baru menghadapi persoalan global. Kesembilan, sebagai
upaya global melakukan komersialisasi ekonomidan perdagangan internasionalisasi sebagai
kesejahteraan bersama. Beberapa faktor tersebut diangggap sebagai alasan mengapa dynamic
equilibrium sangat tepat diterapkan untuk kawasan regional.

10Lihat e-Book Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia “Diplomasi Indonesia 2010”,
http://www.kemlu.go.id/Books/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%202010.pdf, hal.i (RingkasanEksekutif), diakses
pada tanggal 4 Juni 2014, 15.25 WIB.

Kesimpulan
Era orde baru merupakan masa dimana lengsernya Ir. Soekarno sebagai Presiden
Indonesia yang kemudian digantikan oleh Bapak Soeharto. Era orde baru merupakan salah satu
rezim pemerintahan yang berjalan paling lama di Indonesia. Soeharto memerintah selama kurun
waktu tiga dekade yang dimulai sejak tanggal 12 maret 1967 sampai dengan 21 mei 1998. Saat
kepemimpinan Soeharto Negara Indonesia mengalami banyak perubahan.
Pada tahun 1966 merupakan transisi masa orde lama ke orde baru, hal itu ditandai dengan
adanya pergesaran pusat perhatian pemerintah yang pada awalnya terfokuskan pada
pembangunan bangsa ke pembangunan perekonomian. Proses penataan ini semakin mendesak
dilakukan ketika prioritas pembangunan ekonomi berorientasi pada pertumbuhan, dimana juga
mengintegrasikan diri dalam sistem ekonomi internasional yang bercorak kapitalis. Dengan
demikian, keterikatan pada pola–pola ekonomi maupun politik internasional mempunyai

signifikasi yang tinggi untuk memahami dinamika internal yang menjadi faktor determinan
dalam memengaruhi polugri pada masa pemimpinan Soeharto.11
Pada masa Era Soeharto (ORBA) banyak kegiatan dan kebijakan yang lebih mengarah
pada rebuilding image. Pengubahan akan citra negara dari yang sebelumya, pemerintah banyak
melakukan kegiatan serta membuat kebijakan yang berhubungan dengan perubahan image di
perspektif global maupun dalam negeri. Kepentingan nasional pada orde baru lebih terfokuskan
pada pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan internasional yang
termasuk dalam ekonomi pembangunan demi meningkatkan ekonomi negara. Dengan adanya
program pembangunan ekonomi, Soeharto banyak melakukan hubungan dan relasi kerjasama
dengan negara lain, terlebih pada Barat, dan banyak turut serta dalam organisasi internasional
maupun regional.
Sedangkan pada masa pemerintahan SBY adalah Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid I
(Era SBY- JK) = (2004-2009). Kemunculan Orde Reformasi masih tetap mewarisi kondisi
ekonomi yang buruk akibat krisis ekonomi yang terjadi pada 1997- 1998. Prioritas lainnya yaitu
pemulihan citra Indonesia dimata internasional. Upaya untuk mencapai kepentingan nasional
Indonesia di dunia Internasional dilaksanakan melalui diplomasi. Dengan total diplomasi
Diplomasi Indonesia yang dilaksanakan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu) turut
mengaktualisasikan program dan prioritas Kabinet Indonesia Bersatu yang pada intinya adalah
melakukan diplomasi total untuk ikut mewujudkan Indonesia yang bersatu, lebih aman dan
damai, adil, demokratis dan sejahtera.
Untuk mewujudkan harapan tersebut Presiden SBY menerapkan politik luar negeri yang
konstruktif untuk membangun stabilitas nasional dan internasional dengan membawa
semboyan All Directions Foreign Policy (Politik luar negeri ke segala arah).Hal ini berarti
bahwa Indonesia tidak hanya memihak ke satu pihak saja, sesuai dengan politik luar negeri
Indonesia yang bebas aktif. Selain itu, Indonesia juga menganut paham A Million Friends, Zero
Enemy yang artinya merangkul sebanyak- banyaknya kawan dengan menggunakan soft power

11 Ganewati Wuryandari dkk.2008. “Politik Luar Negeri Indonesia–Di Tengah Pusaran Politik Domestik”. Jakarta :
Pustaka Pelajar dan LIPI, hlm. 113

sehingga meminimalisir kemungkinan adanya musuh. Di dalam ASEAN , Indonesia secara
khusus menerapkan prinsip tersebut yang di dorong oleh kepentingan nasional Indonesia.12
Salah satu bentuk implementasi dari konsep thousand friend zero enemies ini adalah
dengan cara menjalin kerjasama dengan banyak negara. Dengan kata lain, Indonesia sekarang ini
sesungguhnya sedang menjadi negara netral yang di tunjukan dengan sikap tidak menggunakan
idiom teman dan musuh dalam berdiplomasi karena sama saja dengan bekepihakan. Dalam
hubungan Internasional, teman atau musuh merupakan istilah yang problematic. Maka berteman
dengan suatu pihak merupakan musuh bagi pihak lain. Bahkan hubungan pertemanan tidaklah
permanen karena negara atau aktor internasional bukanlah suatu institusi yang statis. Setiap
perubahan dapat merubah persepsi setiap aktor terhadap aktor lainnya. Dengan demikian, banyak
sekali variabel yang berpotensi adanya perubahan status teman menjadi musuh atau sebaliknya.
Selain itu Indonesia juga menerapkan dynamic equilibrium. Istilah keseimbangan dinamis
(dynamic equilibrium) berangkat dari sudut pandang politik luar negeri bebeas aktif. Dynamic
equilibrium memiliki kecenderungan untuk membangun kawasan yang stabil, dan damai.
Dynamic equilibrium ini memiliki dimensi-dimensi bagi kepentingan ekonomi Indonesia yang
dapat sangat menguntungkan Indonesia apabila dirumuskan pada pembuatan kebijakan luar negri
yang lebih konkrit. Indonesia juga telah menahandiridarimemihakantaraAmerikaSerikatdan
China meskipun meningkatnya ketegangan sekarang di sekitar wilayah Laut China Selatan. Hal
ini dilakukan untuk menghindari timbulnya ketegangan regional secara langsung, Indonesia telah
memilih untuk "bebas dan aktif", dan lebih memilih "kekuatan menengah" melalui serangkaian
kemitraan strategis atau komprehensif.13

12Yarnis Sikumbang, Politiki Luar Negeri Indonesia terhadap ASEAN, hal. 5,
http://www.academia.edu/3725620/Politiki_Luar_Negeri_Indonesia_terhadap_ASEAN, diakses pada tanggal 05
Juni 2014, 17.03 WIB

13Lihat Susilo Bambang Yudhoyono, “SBY Pidato Pelantikan: Text” Jakarta Globe(20 Oktober 2009), dikutip
dalam http://www.thejakartaglobe.com/archive/sbys-inaugural-speech-the-text/, diakses pada tanggal 4 Juni 2014,
15.12 WIB.

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Wuryandari, Ganewati et, all. 2008. Politik Luar Negeri Indonesia–Di Tengah Pusaran Politik
Domestik. Jakarta : Pustaka Pelajar dan LIPI
Sumber Online, internet, website
Effendi, Tonny Dian. Agenda Kebijakan Luar Negeri Indonesia Pasca Pemilihan Presiden 2009.
http://tonnydian.staff.umm.ac.id/files/2012/09/The-Indonesian-Foreign-Policy-Agenda-PostPresidential-Election-2009.pdf, diakses pada 5 Juni 2014

Falahi, Zihad. Memikirkan Kembali Arti Million Friend Zero Enemy dalam Era Paradox of
Plenty,

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/10%20Ziyad%20Falahi%20-%20Memikirkan

%20Kembali%20Arti%20Million%20Friends%20Zero%20Enemy%20dalam%20Era
%20Paradox%20of%20Plenty%20%281%29.pdf hal.229, diakses pada tanggal 4 Juni 2014
Kementrian

Luar

Negeri

Republik

Indonesia

“Diplomasi

Indonesia

http://www.kemlu.go.id/Books/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%202010.pdf,

2010”,
hal.i

(RingkasanEksekutif), diakses pada tanggal 4 Juni 2014
Politik

luar

negeri

RI

era

orde

baru,

file:///D:/Tugas/Semester%204/PLNI/kelompok

%20PLNI/Andraina%20A.F.htm, diakses pada tanggal 03 juni 2014
Sikumbang,

Yarnis.

Politik

Luar

Negeri

Indonesia

terhadap

ASEAN,

http://www.academia.edu/3725620/Politiki_Luar_Negeri_Indonesia_terhadap_ASEAN, diakses
pada tanggal 05 Juni 2014
Soenanda,

Moenir ARI.

Kepentingan

Nasional

Indonesia

di

Dunia

Internasional.

http://ditpolkom.bappenas.go.id/?page=news&id=31, diakses pada tanggal 05 Juni 2014
Susilo Bambang Yudhoyono, “SBY Pidato Pelantikan: Text” Jakarta Globe(20 Oktober 2009),
dikutip dalam http://www.thejakartaglobe.com/archive/sbys-inaugural-speech-the-text/, diakses
pada tanggal 4 Juni 2014
Windiani,

Reni.

Politik

Luar

Negeri

Indonesia

dan

Globalisasi.

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/download/4894/4438, diakses pada tanggal
5 Juni 2014