EKSISTENSI RUMAH MAKAN TRADISIONAL TERHADAP MASUKNYA RUMAH MAKAN MODERN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 1980-2016 Afzalul Zikri1 , Anwar Yoesoef2 , Mawardi Umar3

JURNAL ILMIAH MAHASISWA (JIM) JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

  UNIVERSITAS SYIAH KUALA Volume 3, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 83 - 89.

EKSISTENSI RUMAH MAKAN TRADISIONAL TERHADAP MASUKNYA RUMAH MAKAN MODERN DI KOTA BANDA ACEH TAHUN 1980-2016

  1

  2

  3 Afzalul Zikri , Anwar Yoesoef , Mawardi Umar

  Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala

  Email: zikriafzalul72@gmail.com

  

anwar@unsyiah.ac.id

mawardiumar@gmail.com ABSTRACT

  Since 1980-2017 in the city of Banda Aceh it was continuing to develop. The type of restaurant in Banda Aceh until now consists of traditional and modern restaurants, hence this research entitled "The Existence of Traditional Restaurant Toward the Entry of Modern Restaurant in the City of Banda Aceh Year 1980-2016”. This study aims to: (1) explain the development of traditional restaurants and modern restaurants in the city of Banda Aceh, 1980-2016 and (2) to explain the existence of traditional restaurants when it occur the expansion of modern restaurants in the city of Banda Aceh, 1980-2016. This study uses a qualitative approach and historical method that consists of five steps: theme selection, heuristics, verification, interpretation and historiography. Data collection was done by interviewing, documentation, observation and literature study. Based on the research results it can be conclude that: the restaurants began to appear in the city of Banda Aceh since 1970s that is with the establishment of a traditional restaurant that sells type of regional food. Since 1970-2004 the number of traditional restaurants continues to grow to 180 units in 2004. In 2005 precisely after the tsunami the expansion of modern restaurants, which presents a challenge for the existence of traditional restaurants, both in terms of luxury places to eat, packed with a sense of modern, modern services with a public order shuttle system. In order to overcome the speed of modern restaurant expansion, the traditional restaurant keeps trying to maintain its existence, especially by giving satisfaction for the customers both in terms of the taste of its cuisine and the attraction in the form of banners by displaying various regional dishes.

  Keywords: Existence, Traditional Restaurant, Modern Restaurant, City of Banda Aceh ABSTRAK

  Di Kota Banda Aceh sejak 1980-2017 terus mengalami perkembangan. Jenis rumah makan di Kota Banda Aceh hingga saat ini terdiri rumah makan tradisional dan rumah makan modern, maka penelitian yang berjudul “eksistensi rumah makan tradisional terhadap masuknya rumah makan modern di Kota Banda Aceh Tahun 1980-2016”. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menjelaskan 1 perkembangan usaha rumah makan tradisional dan rumah makan modern di Kota Banda Aceh, 2 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah. 3 Dosen Pembimbing I.

  Dosen Pembimbing II.

JURNAL ILMIAH MAHASISWA (JIM) JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

  UNIVERSITAS SYIAH KUALA Volume 3, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 83 - 89.

  1980-2016 dan (2) menjelaskan eksistensi rumah makan tradisional saat terjadinya ekspansi rumah makan modern di Kota Banda Aceh, 1980-2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode sejarah yang terdiri dari lima langkah yaitu pemilihan tema, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, dokumentasi, observasi dan studi kepustakaan. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: rumah makan mulai muncul di Kota Banda Aceh sejak tahun 1970-an yaitu dengan berdirinya rumah makan tradisional yang menjual jenis makanan ala daerah. Sejak 1970-2004 jumlah rumah makan tradisional ini terus berkembang hingga mencapai 180 unit tahun 2004. Pada tahun 2005 tepatnya pasca tsunami terjadi ekspansi rumah makan modern, yang memberikan tantangan bagi eksistensi rumah makan tradisional, baik dari segi kemewahan tempat makan, dikemasnya dengan rasa yang modern, pelayanannya yang modern dengan sistem antar jemput pesanan masyarakat. Dalam rangka mengahadapi lajunya ekspansi rumah makan modern, membuat rumah makan tradisional terus berupaya mempertahankan eksistensinya, terutama dengan memberikan kepuasan bagi palanggan baik dari segi rasa masakan-nya maupun daya tarik berupa spanduk dengan menampilkan berbagai menu masakan bercirikhas daerah.

  Kata Kunci: Eksistensi, Rumah Makan Tradisional, Rumah Makan Modern, Kota Banda Aceh. PENDAHULUAN

  Banda Aceh sebagai sentral dari kehidupan masyarakat Aceh, di daerah ini pula banyak berkembang segala jenis kegiatan usaha. Baik itu usaha pemerintahan, ekonomi, budaya, dan makanan. Usaha makanan di Banda Aceh saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam hal ini usaha makanan yang dikembangkan di Banda Aceh tidak hanya dalam satu jenis saja melainkan terdiri dari berbagai jenis makanan. Baik itu makanan khas daerah ataupun makanan yang berasal dari luar Aceh seperti masakan Padang, nasi uduk, ayam penyet, nasi goreng seafood, mie tiaw dan lain sebagainya.

  Masyarakat di Kota Banda Aceh saat ini terdiri dari berbagai macam profesi dan kesibukkan masing-masing. Ada yang berprofesi sebagai pegawai swasta, pegawai negeri sipil dan mahasiswa. Dengan adanya beragam profesi yang digeluti oleh masyarakat Kota Banda Aceh ini menunjukkan adanya kemampuan mereka untuk berpenghasilan di atas rata-rata. Penghasilan yang didapat menunjang kehidupan dari masyarakat ini untuk lebih bergaya ekonomis. Baik itu dalam hal membeli pakaian, tempat tinggal dan makanan. Kehidupan yang demikian ini membawa mereka untuk lebih hidup praktis dalam segala hal termasuk dalam makanan. Oleh karena inilah banyaknya tersedia berbagai macam rumah makan di Kota Banda Aceh. Hal ini mendukung kegiatan dari kehidupan masyarakat Kota Banda Aceh untuk cenderung membeli makanan di luar dari pada memasak di rumah.

  Jika ditilik dari jenisnya, rumah makan dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu rumah makan tradisional dan rumah makan modern. Rumah makan tradisional masih banyak dijumpai. Biasanya menu yang tersedia memiliki ciri khas yang berasal dari suatu daerah misalnya, masakan Aceh, masakan Padang, masakan Jawa, dan masakan lainnya. Sementara itu, rumah makan modern cenderung dipengaruhi oleh menu yang berasal dari luar Indonesia. Misalnya, KFC berasal dari California, Pizza Hut berasal dari Italia, Kebab yang berasal dari Turki, dan Canai Mamak dari negeri tetangga Malaysia.

JURNAL ILMIAH MAHASISWA (JIM) JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

  UNIVERSITAS SYIAH KUALA Volume 3, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 83 - 89.

  Apam, Bada reuteuk, Boh rom-rom, Halua, Kuweh supet, Dhodoi, Peunajoh tho, Meuseukat, Pulot, Ruti jala, Ruti cane dan Timphan. Masih sangat banyak dengan

  Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang (Moleong Laxy, 2007:5). Metode yang digunakan dalam

  kebutuhan pokok manusia, salah satunya adalah pangan. Sangat berbeda dengan makhluk bumi lainnya manusia lebih unggul dari kemampuan untuk memperoleh, mengolah, mencari, dan memanfaatkan bahan pangan. Sehingga pangan yang di konsumsi lebih baik bagi kesehatan. Dengan kata lain itu terjadi karena manusia memiliki budaya.

  “Makanan Khas Aceh”. Buku ini menjelaskan

  Kajian selanjutnya ada dalam buku karangan Agus Budi Wibowo dan Dewi Navulan Sari tahun 2009 yang berjudul

  berbagi makanan yang lainnya. Mungkin ini hanya sebagian dan sekilas. Sedangkan dari jenis minuman dapat kita temukan di berbagai tempat sekarang ini diantaranya Kopi Aceh, Sanger, Ie boh timon, Kupi jok (kopi aren). Dari berbagai jenis makanan dan minuman yang telah tersebut diatas mungkin ada beberapa yang selalu menjadi menu hidangan kita dalam sehari-sehari.

  yang lainnya. Begitu halnya dengan makanan ringannya ada berbagai jenis diantaranya

  Biasanya, antara rumah makan tradisional dan rumah makan modern tidak hanya dibedakan dalam menu makanannya, namun juga dari struktur bangunannya. Struktur bangunan rumah makan tradisional, masih sangat sederhana dan bernuansa lokal. Sedangkan struktur bangunan rumah makan modern lebih elegan dan kontemporer. Hal ini disebabkan karena keduanya memiliki perbedaan yang mencolok. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Eksistensi Rumah Makan Tradisional Terhadap Masuknya Rumah Makan Modern di Kota Banda Aceh Tahun 1980-2016”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Perkembangan usaha rumah makan tradisional dan rumah makan modern di Kota Banda Aceh, 1980-2016 ? dan Bagaimana eksistensi rumah makan tradisional saat terjadinya ekspansi rumah makan modern di Kota Banda Aceh, 1980-2016 ?

  Sie reuboh dan masih sangat banyak dengan

  tangkap, Sambai asam udeung, Sate matang,

  paya, Nasi gurih, Kanji rumba, Keumamah, Kuwah ungkot yee, Kuwah beulangoeng, Kuwah sie itek, Martabak Aceh, Ayam

  Aceh yang kental akan budaya juga memiliki banyak kaum yang memiliki berbagai jenis makanan yang mengunggah selera, untuk kelompok berat diantaranya, kita pasti kenal dengan Mie Aceh, Ungkot

KAJIAN PUSTAKA

  tersebut menjelaskan tentang beberapa kuliner khas Aceh yang harus kita ketahui dan jangan kita lupakan, dewasa ini memang dengan banyak munculnya berbagai jenis makanan baru yang praktis membuat sedikitnya warga Aceh melupakan makanan khas Aceh. Bumi Serambi Mekkah yang kental dengan budaya ini juga memiliki ciri khas dari kulinernya yang menggiur. Berbagai jenis makanan dan minuman yang menjadi ciri khas Aceh sekarang mulai dilupakan oleh para generasi penerus, masyarakat sebagai wadah utama untuk menyelamatkan kuliner yang mulai hilang dari kota-kota besar di Aceh. Berbagai jenis makanan diantaranya ada Gule Pli’u yang dimasak dari berbagai jenis sayuran dengan menggunakan bumbu khas yaitu Pli’u (kelapa yang dibusukkan) dan juga Tumeh ungkot muloh dari Aceh Utara.

  Lupakan Kuliner Aceh”. Di dalam jurnal

  Kajian selanjutnya ada dalam jurnal Ichsan Nanda 2010 dengan judul ”Jangan

METODE PENELITIAN

JURNAL ILMIAH MAHASISWA (JIM) JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

  UNIVERSITAS SYIAH KUALA Volume 3, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 83 - 89.

  penelitian ini ialah metode sejarah. (Hugiono dan P.K. Poerwantana (1992:25), Metode sejarah yaitu proses untuk mengkaji dan munguji kebenaran rekaman dan peninggala- peninggalan masa lampau dan menganalisa secara kritis. Adapun prosedur atau langkah kerja yang digunakan mengacu pada prosedur yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo (1995:89), yaitu pemilihan tema, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi.

  Teknik Pengumpulan Data

  Observasi, teknik ini dilakukan dengan proses pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, pengamatan yang dilakukan peneliti tentu saja hanya terbatas pada rumah makan tradisional dan rumah makan modern di Kota Banda Aceh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Dokumentasi, teknik ini dilakukan dengan proses analisis pada sumber-sumber tertulis yang terkait dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini dokumentasi yang dipakai berupa BPS Kota Banda Aceh berupa Kota Banda Aceh Dalam Angka dan laporan tahunan Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh.

  Wawancara, teknik ini dilakukan dengan proses wawancara pada pelaku dan saksi yang menyaksikan langsung bagaimana peran usaha rumah makan di Banda. Dalam penelitian ini, informan yang akan diwawancarai meliputi pemilik, pemilik dari luar, pembeli, dan masyarakat.

  Studi kepustakaan, dalam hal ini penulis mengumpulkan berbagai buku-buku tentang usaha rumah makan , surat kabar, majalah, jurnal. Di samping itu, yang lebih utama lagi adalah menganalisis arsip surat kabar yang memberitakan tentang usaha makanan, khususnya usaha rumah makan di Kota Banda Aceh.

  Teknik Analisa Data

  Teknik analisis data dilakukan dengan cara: Setelah semua data atau sumber primer dan sekunder terkumpul, maka akan diadakan kritik dengan cara mengklasifikan dan membandingkan antara data yang satu dengan data lainnya. Guna memperoleh sumber yang asli atau dapat dipercaya. Setelah data otentik diperoleh, maka penulis akan mengadakan interpretasi (analisa) guna mendapatkan fakta-fakta tentang Eksistensi Rumah Makan Tradisional Terhadap Masuknya Rumah Makan Modern di Kota Banda Aceh 1980-2016. Setelah fakta diperoleh, langkah selanjutnya ialah menuangkan fakta itu ke dalam bentuk tulisan cerita sejarah yang bersifat kronologis (sesuai urutan waktu).

  Sejarah rumah makan di Banda Aceh tidak terlepas dari peran kolonial Belanda. Hal ini bisa kita kaitkan dengan masuknya warung kopi di Kota Banda Aceh. Kebiasaan minum kopi merupakan budaya yang diperkenalkan oleh pemerintah Kolonial Belanda awal abad ke-20 yang diusahakan oleh gubernur Swart untuk mencegah kasus diare di Aceh. Akhirnya budaya ini terus berkembang sampai saat ini, sehingga banyak warung kopi yang ada di Banda Aceh.

  Dari penjelasan di atas, kita dapat membandingkan tentang kehadiran rumah makan di Kota Banda Aceh dan kaitannya dengan kehadiran tempat sejenis seperti warung kopi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis pada seorang narasumber yang bernama Irmawati, rumah makan yang tertua berada di Banda Aceh adalah Rumah Makan Asia Utama yang sekarang telah berubah namanya menjadi Rumah Makan Asia yang berdiri pertama sekali sekitar tahun 1970-an. Rumah makan tersebut sudah tiga kali berpindah tempat, yaitu dari yang awalnya terletak di pinggir sungai atau Krueng Aceh, kemudian pindah ke samping Bank Indonesia dan di tempat yang sekarang yakni berada tidak jauh dari tempat sebelumnya.\

  Pada perkembangan selanjutnya telah banyak ditemukan rumah makan lain di Kota

JURNAL ILMIAH MAHASISWA (JIM) JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

  UNIVERSITAS SYIAH KUALA Volume 3, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 83 - 89.

  Banda Aceh. Rumah makan tersebut menyajikan hidangan tradisional sesuai dengan kebudayaan pemiliknya. Sebagai contoh, rumah makan tradisional milik orang Padang tentunya menyajikan hidangan minang. Seiring dengan perkembangannya, rumah makan di Kota Banda Aceh semakin menyebar ke berbagai tempat. Lokasi yang biasanya menjadi pusat dari rumah makan tersebut adalah wilayah perkantoran, pasar, dan kampus.

  Dalam kurun waktu tahun 1980 sampai 2004, rumah makan di Kota Banda Aceh jumlahnya semakin banyak. Namun pada tahun 2004, bencana Tsunami telah mengubah keadaan geografis dan ekonomi di Kota Banda Aceh. Hal ini menyebabkan banyaknya rumah makan yang hancur sehingga pada saat ini tidak ditemukan lagi. Meskipun demikian, masih ada beberapa rumah makan yang bertahan atau berganti nama. Biasanya pemilik rumah makan yang hadir pasca Tsunami adalah keluarga atau rekan dari pemilik rumah makan yang lama.

  Dalam periode 25 tahun sejak 1980-2004 perkembangan jumlah rumah makan di Kota Banda Aceh semakin berjamuran. Perkembangan ini tidak bisa dilepaskan dari perkembangan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Sehingga membuka peluang bagi masyarakat untuk membuka usaha rumah makan. Rumah makan yang berdiri dalam rentang waktu 1980-2004 ini tidak saja rumah makan tradisional melainkan juga mulai masuknya rumah makan dari luar daerah yang lebih modern.

  Peristiwa stunami di akhir tahun 2004 telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan rumah makan, hal ini ditandai dengan semakin bertambahnya rumah makan ala modern. Kemunculan beberapa rumah makan ciri khas modern ini tidak terlepas dari banyaknya pendatang asing ke Kota Banda Aceh baik sebagai wisatawan maupun menjadi penduduk tetap dalam menjalankan pekerjaan. Selain itu jugas peristiwa stunami telah membawa perkembangan Kota Banda Aceh ke arah yang lebih maju, terutama dalam bidang pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur ini telah membutuhkan pula akan pentingnya rumah makan di sekitarnya.

  Jumlah rumah makan modern cenderung tidak begitu banyak setelah tsunami. Sejak 2005-2006 mulailah kembali terlihat rumah makan moden terutama diwali dengam pembukaan rumah makan KFC dan dikuti dengan berdirinya rumah makan Canai Mamak. Jumlah itu naik menjadi 3 unit rumah makan di tahun 2007 dengan berdirinya rumah makan modern Pizza Hut. Di tahun 2008-2009 naik lagi jumlah rumah makan modern dengan bertambahnya rumah makan Restoran Ali Kebab pada bulan Februari 2008, dan dalam tahun berikutnya yakni 2010-2017 sudah terdapat 5 unit rumah makan modern di Kota Banda Aceh yakni dengan bertambahnya 1 unit yaitu Rumah Makan AW.

  Kemunculan Rumah Makan Modern sebenarnya membawa pegaruh positif bagi perkembangan kuliner masyarakat Banda Aceh, dengan munculnya jenis makanan baru ini masyarakat setidaknya tau bagaimana bentuk jenis dan rasa makanan luar. Sehingga menciptakan dunia kuliner baru di Aceh khusunya Kota Banda Aceh. Dalam hal ini membawa dampak negatif bagi Rumah Makan Tradisional pada umumnya, namun jika kita melihat apa yang terjadi sekarang tidak ada pengaruhnya bagi Rumah Makan Tradisional, hal ini dikarenakan baik Rumah Makan Tradisional ataupun Rumah Makan Modern berbeda konsepnya. Masing-masing memiliki jenis makanan yang tidak sama, bentuk bangunannya pun berbeda dan menunya pun tidak sama.

  Jika di Rumah Makan Tradisional di sediakan berbagai jenis menu makanan yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari atau jenis makanan khas daerah, sedangkan di Rumah Makan Modern menyedikan makanan cepat saji yang bukan jenis

JURNAL ILMIAH MAHASISWA (JIM) JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

  UNIVERSITAS SYIAH KUALA Volume 3, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 83 - 89.

  makanan untuk masyarakat konsumsi terutama dengan memberikan kepuasan bagi sehari-hari. palanggan baik dari segi rasa masakan-nya Dalam kata lain dengan adanya maupun daya terik berupa spanduk dengan

  Rumah Makan Modern di Kota Banda Aceh menampilkan berbagai menu masakan semakin mewarnai kuliner luar yang bercirikhas daerah. berkembang di Aceh, dan juga Kota Banda Aceh menjadi sama dengan Kota-kota besar lainnya di Indonesia yang telah terlebih DAFTAR PUSTAKA dahulu ada jenis makanan tersebut.

  Arikunto (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

  SIMPULAN

  Anwar Manan Latif. (2009). “Strategi Berdasarkan hasil penelitian di atas,

  Pemasaran Rumah Makan Wong

  maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Solo”.Jakarta :UIN Syarif Hidayatullah. Munculnya rumah makan di Kota Banda Aceh mulai tahun 1970-an, yang diawali dengan

  Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: berdirinya rumah makan bentuk tradisional

  Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, yang menjual jenis makanan ala daerah. dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

  Dalama perkembangan selanjutnya rumah Prenada Media Group. makan tradisional ini terus berkembang di berbegai pelosok Kota Banda Aceh bahkan

  Djufri, dkk. (2016). Pedoman Penulisan hingga tahun 2004 telah 180 unit dengan

  Skripsi. Banda Aceh : FKIP Universitas

  lokasi yang biasanya menjadi pusat dari Syiah Kuala. rumah makan tersebut adalah wilayah perkantoran, pasar, dan kampus. Pasca

  Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (1993). tsunami 2004 kemudian terjadi ekspansi

  “Dapur dan Alat-Alat Masak Tradisional rumah makan modern, bahkan sampai 2017

  Provinsi Daerah Istimewa Aceh”. Banda

  sudah terdapat 5 unit. Kemunculan rumah Aceh. makan modern ini dikarena semakin banyaknya pekerja luar dan masuknya orang

  Hugiono dan P.K Poerwantana (1987). asing ke Kota Banda Aceh baik sebagai

  Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:PT Bina

  imigran tetap ataupun hanya sebagai Aksara. wisatawan yang membutuhkan rasa makanan seperti negeri asal mereka sehingga

  Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu mualilah dibangunnya rumah makan berciri

  Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang khas masakan modern.

  Budaya. Terjadinya ekspansi rumah makan modern di Kota Banda Aceh pasac tsunami

  Moleong, Laxy. 2006. Metode Penelitian 2005 telah mendapat tantangan bagi

  Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.

  keberadaan rumah makan tradisional. Permasalahan yang dihadapi terutama dari

  Nanda, Ichsan. ( 2015) ”Jangan Lupakan segi kemewahan tempat makan, dikemasnya

  Kuliner Aceh”. Banda Aceh: Jurnal.s

  dengan rasa yang modern, rumah makan modern juga melayani antar jemput pesanan Sjamsuddin, Helius. (2007). Metodologi masyarakat. Dalam rangka mengahadapi

  Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

  lajunya ekspansi rumah makan modern, membuat rumah makan tradisional terus berupaya mempertahankan eksistensinya,

JURNAL ILMIAH MAHASISWA (JIM) JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

  UNIVERSITAS SYIAH KUALA Volume 3, Nomor 1, Januari 2018, hlm. 83 - 89.

  Wibowo, Agus Budi dan Dewi Navulan Sari (2009). “Makanan Khas Aceh”. Banda Aceh: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Provinsi Aceh.