NANDONG: KESENIAN TRADISIONAL SIMEULUE
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
NANDONG: KESENIAN TRADISIONAL SIMEULUE
1
2
3 Fadmi Septa , Anwar Yoesoef , Nurasiah
Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Email: [email protected],
[email protected], [email protected] ABTRASCT
This research raises the problem of how the development of nandong arts in 2002-2016, how the role of nandong in the life of Simeulue people, how the response of Simeulue society to the art of nandong, this research aims to explain the development of art nandong year 2002-2016, To know the role of nandong in people's life Simeulue, To describe the response of Simeulue community to the art of nandong. The method used is a critical history with a qualitative approach. The result of the data analysis shows that from 2002 the arts of nandong experienced a rapid progress, nandong rescue the simeulue community from tsunami that happened in 2004 then. The data were collected in three ways, ie interviews with informants, documentation on village archives and newspapers, and direct observation to Teupah Barat and Simeulue Timur subdistricts. Informants in this study included Nindian Artist, Head of Nandong Cultural Office Simeulue Secretary of West Teupah Subdistrict as well as communities and artists nandong Simeulue. Based on the results of data analysis, the findings of this study can be put forward as follows: first, the arts nandong experienced a good development. Second, art nandong plays an important role in the life of the community simeulue. third, the response of the Simeulue community to the art of nandong simeulue can be categorized into two groups, ie the response of young people who do not care about artistry of nandong while the elders who pay attention to art nandong.
Keywords: Traditional Art, Nandong, Simeulue ABSTRAK
Penelitian ini mengangkat masalah tentang bagaimana perkembangan kesenian nandong tahun 2002-2016, bagaimana peran nandong dalam kehidupan masyarakat Simeulue, bagaimana tanggapan masyarakat Simeulue terhadap kesenian nandong,Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan kesenian nandong tahun 2002-2016, Untuk mengetahui peran nandong 1 dalam kehidupan masyarakat Simeulue, Untuk mendeskripsikan tanggapan masyarakat Simeulue 2 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah. 3 Dosen Pembimbing Pertama.
Dosen Pembimbing Kedua.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
terhadap kesenian nandong. Metode yang digunakan adalah sejarah kritis dengan pendekatan kualitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari tahun 2002 kesenian nandong mengalami kemajuan yang pesat, nandong menyelamatkan masyarakat simeulue dari bencana tsunami yang terjadi tahun 2004 lalu. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yakni wawancara dengan informan, dokumentasi pada arsip kampung dan surat kabar, dan observasi langsung ke Kecamatan Teupah Barat dan Simeulue Timur.Informan dalam penelitian ini meliputiSeniman Nandong, Kabid Nandong Dinas Kebudayaan Simeulue Sekertaris Camat Teupah Baratserta masyarakat dan seniman nandong Simeulue. Berdasarkan hasil analisis data, temuan penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: pertama, kesenian nandong mengalami perkembangan yang baik. Kedua, kesenian nandong sangat berperan dalam kehidupan masyaraat simeulue. ketiga, tanggapan masyarakat Simeulue terhadap kesenian nandong simeulue dapat dikategorikan dalam 2 kelompok, yakni tanggapan kaum muda yang tidak terlalu memperdulikan kesenian nandong sedangkan kaum tua yang memperhatikan kesenian nandong.
Kata kunci: Kesenian Tradisional, Nandong, Simeulue PENDAHULUAN Selatan. Oleh sebab itu, terdapat kesamaan
Indonesia adalah Negara kepulauan yang bahasa antara masyarakat yang mendiami memiliki berbagai macam suku bangsa dan kedua tempat tersebut. Hal ini terus budaya. Hal ini menjadi salah satu ciri khas berlagsung secara turun-temurun dan yang membedakan dengan Negara lain. diwariskan ke setiap generasi, baik di Keanekaragaman tersebut tidak hanya Simeulue maupun Aceh Selatan. berbentuk fisik, tetapi juga berbentuk abstrak Pada dasarnya pewarisan adalah suatu seperti nyanyian, legenda, dan tari-tarian. bentuk pemindahan atau penurunan sejumlah Salah satu kebudayaan yang berbentuk hak dan kewajiban kepada seseorang atau abstrak tersebut adalah kesenian nandong. kelompok orang berdasarkan adat atau Nandong adalah kebudayaan yang terdapat di hukum yang berlaku dalam masyarakat. Dari Aceh tepatnya di Kepulauan Simeulue. kerangka pemikiran tersebut, bukan hanya Nandong merupakan kebudayaan asli harta benda dan materi yang diwariskan Simeulue, meskipun memiliki campuran kepada seseorang, namun mencakup juga bahasa dengan Sumatera Barat. nilai-nilai dan tradisi budaya (Azhar
Hal ini disebabkan karena adanya Munthazir, dkk, 2010: 32). Adapun Nandong kesamaan antara bahasa asli Simeulue dengan masuk ke dalam warisan yang berbentuk bahasa Sumatera Barat, yaitu bahasa Jame. tradisi budaya tersebut. Kesamaan tersebut dikarenakan banyaknya Nandong biasa dimainkan di acara masyarakat dari Sumatera Barat yang seremonial, pernikahan, sunatan, kelahiran bermigrasi ke berbagai tempat. Beberapa di bayi, menduduki rumah baru.Nandong juga antaranya adalah pulau Simeulue dan Aceh berperan sebagai peringatan akan datangnya
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
Smong (Tsunami). Adapun contoh dari syair
Nandong yang bertema Smong adalah sebagai berikut :Smong rume-rumemo, linon uwak-
sului mo. Artinya: Tsunami air mandimu,
gempa ayunanmu, petir kendang- kendangmu, halilintar lampu-lampumu (http://www.acehtourism.info/id/nandong- kesenian-tradisi/), diakses tanggal
4 September 2016 pukul 22:27 WIB). Saat ini tidak banyak lagi orang yang tahu tentang kesenian Nandong. Hal ini dikarenakan kurang popular di kalangan masyarakat Aceh, khususnya Simeulue, yang mana hanya orang-orang tertentu yang mempraktekkan (memainkan) dan mengetahui dengan pasti perihal kesenian ini. Adapun mereka terdiri dari, orang yang berusia lanjut dan seniman. Namun sangat disayangkan, banyak generasi atau pemuda- pemudi Simeulue sendiri justru kurang berminat atau bahkan tidak mengetahui kesenian asli dari daerahnya. Alasan utamnya adalah mereka merasa gengsi untuk memainkan Nandong dan melestarikannya, karena lebih terpengaruh dengan budaya zaman yang semakin maju. Akibatnya kebudayaan nenek moyang semakin tersingkirkan. Pengaruh kebudayaan luar tersebut terdiri dari beberapa hal, seperti masuknya TV, Ponsel, Play Station (PS), Warnet, dan sebagainya.
Meskipun demikian, pada saat ini masih ada upaya untuk melestarikan kesenian Nandong. Hal ini dapat dilihat dari munculnya kesadaran pemerintah untuk melakukan upaya pelestarian. Bahkan pada tahun 2002 kesenian nandong diikutsertakan dalam Pekan Kebudayaan Aceh (PKA).Pada tahun 2004 nandong diresmikan sebagai keberadaannya.
Pada tahun 2009 saat Museum Tsunami diresmikan, nandong juga dideskripsikan sebagai salah satu bentuk peringatan akan datangnya smong (Tsunami) di tahun 1907. Bertolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti masalah ini dalam sebuah bentuk kajian ilmiah dengan judul
“Nandong: Kesenian Tradisional Simeulue”. METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Maleong, 2007: 6).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Hal ini dikarenakan penulis ingin meninjau kembali tentang kesenian nandong di Simeulue, sejak munculnya hingga pada saat ini. Menurut Helius Sjamsuddin (2007: 17) metode sejarah kritis menggunakan beberapa langkah, yakni
Heuristik, Kritik (meliputi kritik eksternal
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
2. Seniman nandong Simeulue
Langkah berikutnya adalah mulai mengolah hasil penelitian yang berupa dokumentasi dan hasil wawancara menjadi tulisan.
Setelah data diperoleh dari ketiga teknik pengumpulan data di atas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisisnya melalui tahap-tahap yang berkaitan dengan metode sejarah kritis. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan kritik terhadap sumber yang didapatkan. Dari hasil wawancara dengan narasumber nandong di Simeulue.
Teknik Analisis Data
Teknik ini dilakukan dengan proses pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, pengamatan yang dilakukan oleh penulis terfokus padapenampilan nandong di Simeulue.
c. Observasi
Teknik ini dilakukan dengan proses analisis pada sumber-sumber tertulis yang terkait dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, menggunakan beberapa dokumen-dokumen, seperti dokumen dari dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dan dokumen dari para seniman nandong.
b. Dokumentasi
1. Pegawai Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Simeulue
dan internal), dan Historiografi (dengan melakukan penafsiran, penjelasan dan penyajian).
Dalam penelitian ini akan melibatkan beberapa informan yang terdiri dari lebih dari 10 orang informan yang mencakup :
teknik mengumpulkan data yang dimulai dari satu narasumber dan semakin lama semakin banyak. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperoleh variasi sebanyak-banyaknya yang hanya dapat dicapai apabila pemilihan sampel dilakukan jika satuannya sebelumnya sudah dijaring dan dianalisis (Lexy J. Maleong, 2005: 224)
sampling. Teknik snowball sampling yaitu
Teknik ini dilakukan dengan mewawancarai beberapa narasumber yang dianggap dapat memberi banyak informasi terhadap perkembangan nandong. Teknik wawancara yang digunakan adalah snowball
Adapun proses pengumpulan data di dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu:
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeulue. Selain itu, untuk mencari sumber data yang berupa dokumen dan surat kabar lama, Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB). Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Simeulue juga akan menjadi lokasi penelitian ini.
Tempat Penelitian
a. Wawancara
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Simeulue adalah salah satu Kabupaten di Aceh, Indonesia. Berada kurang lebih 150 km dari lepas pantai barat Aceh, Kabupaten Simeulue berdiri tegar di Samudera Indonesia. Kabupaten Simeulue merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Barat sejak tahun 1999, dengan harapan pembangunan semakin ditingkatkan di kawasan ini.
Ibukota Kabupaten Simeulue adalah Sinabang, kalau diucapkan dengan logat daerah adalah Si navang yang berasal dari legenda Navang. Navang adalah si pembuat garam masa dulu di daerah Babang (pintu masuk teluk Sinabang). Sementara Sibigo Ibukota Kecamatan Simeulue Barat berasal dari kata/kalimat CV dan Co karena masa- masa penjajahan dulu.
Peningkatan status Simeulue menjadi Kabupaten telah dirintis sejak lama dan lahir dari keinginan luhur masyarakat Simeulue sendiri yaitu melalui prakarsa sejumlah tokoh dan segenap komponen masyarakat. Tonggak sejarah perjuangan ini dimulai sejak Kongres Rakjat Simeulue yang sedianya dilaksanakan pada tahun 1956, namun terkendala saat itu dan baru dilaksanakan pada tahun 1957. Salah satu bukti sejarah yang masih ada saat ini adalah dokumen Hasil Putusan Kongres Rakjat Kewedanaan Simeulue (Dok Rasmal Kahar) dan sebuah spanduk usang pelaksanaan kongres tersebut yang telah lusuh dimakan usia. Saat itu Gubernur Aceh,
Prof. Ali Hasjmi melakukan kunjungan ke Simeulue pada tahun 1957 sebagai wujud dukungan beliau terhadap isi pernyataan peningkatan status Simeulue.
Kemudian pada tahun 1963 kembali diadakan musyawarah Luan Balu dan dilanjutkan Musyawarah Rakyat Simeulue dan tahun 1980, dimana hasil semua pertemuan tersebut hanya ada satu kata dan satu tekad bahwa Simeulue harus berubah status menjadi Kabupaten Otonom. Seiring dengan perjalanan waktu, perjuangan tetap diteruskan oleh tokoh-tokoh masyarakat Simeulue, sehingga atas perjuangan yang begitu gigih dan tak kenal lelah tersebut, kita memperoleh dukungan dari berbagai pihak yaitu dari DPRD Tingkat I Aceh dan DPRD Tingkat II Aceh Barat.
Perkembangan selanjutnya setelah Drs. H. Muhammad Amin dilantik menjadi Pembantu Bupati Simeulue, upaya ini terus digulirkan dengan sungguh-sungguh dan terbukti pada tahun 1995 Gubernur Aceh menurunkan tim pemutakhiran data ke Simeulue yang diikuti dengan kedatangan Dirjen Bangda ke Simeulue pada tanggal 12 Desember 1995.
Sebagai akhir dari perjalanan ini, yaitu dengan datangnya Dirjen PUOD, DPODS, dan Komisi II DPR-RI pada tanggal 30 Maret 1996 dan mengadakan rapat umum di depan pendopo Pembantu Bupati Simeulue. Dimana pada saat itu, J. Sondakh selaku Ketua Komisi II DPR-RI mengatakan rapat hari ini seakan-akan sidang DPR-RI di luar gedung karena lengkap dihadiri oleh empat fraksi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
yaitu: Fraksi Golkar, PPP, PDI dan Fraksi Utusan Daerah dan beliau berjanji dalam waktu tidak begitu lama Simeulue akan Rahmat Allah SWT, akhirnya hasil dari semua kunjungan tersebut serta niat dan doa yang tulus dari seluruh masyarakat Simeulue, Presiden Republik Indonesia Bapak H.
Mohammad Soeharto pada tanggal 13 Agustus 1996 menandatangani PP 53 tahun 1996 tentang peningkatan status wilayah Pembantu Bupati Simeulue menjadi Kabupaten Administratif Simeulue.
Selanjutnya pada tanggal 27 September 1996 bertempat di DPRD Provinsi Daerah Istimewa Aceh, Kabupaten Administratif Simeulue diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Bapak Yogie S. Memet sekaligus melantik Drs. H. Muhammad Amin sebagai Bupati Kabupaten Administratif Simeulue.
Demografi
Penduduk pada kelompok usia 0-14 tahun dan juga kelompok usia 15-64 tahun didominasi penduduk berjenis kelamin laki- laki sedangkan pada kelompok usia 65 tahun ke atas, penduduk berjenis kelamin perempuan mendominasi ditunjukkan dengan sex ratio 84.
Jumlah penduduk kelompok usia 0-14 tahun sebanyak 30.816 jiwa, kelompok usia 15-64 tahun sebanyak 55.610 jiwa, dan kelompok usia 65 tahun ke atas sebanyak 2.691 jiwa. Dengan demikian angka keber- gantungan mencapai 60 yang berarti di an- tara 100 penduduk usia produktif terdapat 60 penduduk usia non produktif.
Perkembangan Kesenian Nandong Awal Mula Munculnya Kesenian Nandong
Nandong merupakan kebudayaan temurun dari nenek moyang masyarakat Simeulue. Pada mulanya, permainan nandong muncul ketika masyarakat Simeulueyang berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan mulai memainkannya. Misalnya seperti nelayan yang bepergian kelaut. Dimana pada saat memancing, dengan menunggu hasil tangkapan ikannya, nelayan tersebut bersyair dan menabuh bagian tepi dari perahunya dengan lantunan bait nandong yang mempunyai makna seperti peruntungan, nasehat dalam kehidupan sehari-hari.
Bukan hanya nelayan, masyarakat Simeulue yang berprofesi sebagai petani juga melakukan hal tersebut. Di saat memanjat cengkeh atau di sela-sela memetik biji cengkeh dalam waktu berjam-jam, petani tersebut melantunkan syair nandong untuk menghilangkan jenuhnya diatas pohon cengkeh. Nandong juga dinyanyikan oleh orang tua terhadap anaknya yang akan menidurkan anaknya dengan bait-bait nasehat didalamnya. Hal ini dilakukan secara bersahut-sahutan antara petani yang berada di satu pohon dengan petani yang ada di pohon lainnya (Wawancara: Jusmin,16 Maret 2017).
Dalam perkembangan selanjutnya, nandong semakin digemari oleh masyarakat luas sehingga menjadi suatu kebudayaan yang sudah melekat dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini terus berlangsung sepanjang waktu, yang mana seluruh masyarakat
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
(pukulan saramo dengandiulang-ulang),
Adapun dari hasil wawancara yang dilakukan pada masyarakat Simeulue khususnya pada masyarakat kecamatan Teupah Barat dan Simeulue Timur, tentang kebudayaan nandong, mayoritas masyarakat simeulue mengetahui tentang permainan nandong, akan tetapi banyak masyarakat yang tidak tahu memainkannya.
Apresiasi Masyarakat Terhadap Kesenian Nandong
seringdigunakan dalam pertunjukan nandongsekarang ini. Kedang merupakan alat musik yang mempunyai tangga nada dan bunyiannya tergantung bagaiman cara memukulnya. (wawacara: Jusmin 16 maret 2017).
kudidik merupakan jenis pukulan yang
(pukulandua-dua). Jenis pukulan sarak dan
alaek (pukulan bertingkah-tingkah), ntok sao- sao (pukulan satu-satu) dan ntok dufo-dufo
sarak (pukulan bebas), saramo angin
Simeulue mengetahui eksistensi kebudayaan nandong.
orang, secara bertingah-tingah(berbalas- balasan) yang diawali dalam beberapa jenis pukulan irama (saramo)yang disebut dengan
kedang (gendang) di tabuh oleh minimal dua
Dalam permainan Nandong
Pada saat ini alat musik yang digunakan dalam permainan nandong tidak hanya gendang. Sebagai alat bantu ditambahkan dengan seruling dan biola untuk lebih memperindah permainan nandong. Meskipun tidak adanya seruling dan biola hal ini tidak akan mengurangi esensi permainan nandong tersebut.
Sebelum memainkan nandong, pertama kali harus menyediakan alat seperti gendang dan kayu penabuh gendang (biasanya terbuat dari rotan atau bambu). Gendang dibuat dari batang kayu yang bagian tengahnya dilubangi.Setelah itu masing- masing sisinya dililiti dengan rotan. Jika rotan tidak ada bisa menggunakan tali.Setelah itu, bagian sisinya ditutupi menggunakan kulit kambing yang telah di jemur sesuai dengan tingkat kekeringannya.Setelah itu gendang siap digunakan.
Cara Memainkan Nandong
Salah satu bukti nyata tentang terjadi Smong (Tsunami) di Simeulue yang menyebabkan banyaknya korban jiwa yang sangat banyak. Akan tetapi dari kejadian tersebut masyarakat Simeulue, belajar dari pengalaman sehingga menceritakan kejadian tersebut kepada anak cucunya melalui syair- syair nandong.
Di lain hal generasi muda sangat kurangnya minat dan pengetahuan mereka akan kebudayaan nandong, dikarenakan banyaknya generasi muda yang terpengaruh oleh budaya luar dan modern. Hal tersebut dikarenakan nandong hanya bersifat lantunan bait berbeda dengan kebudayaan didong dari Gayo tidak hanya tentang lantunan pukulan akan tetapi ada bantuan gerakan seperti tari- tarian sehinga menarik bagi generasi muda untuk mempelajarinya.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
Sementara itu bagi kalangan orang tua nandong tidak dijadikan sebagai fokus utama dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu tua, sehingga disebabkan oleh faktor usia yang semakin tua,tuntutan pekerjaan untuk menafkahi keluarga sehingga untuk bermain nandong bisa dikatakan sangat kurang sekali, terkecuali bagi seniman-seniman yang memang menggeluti bidang nandong tersebut. Dikarenakan para seniman tersebut mendapatkan upah dari setiap penampilan nandong, baik di simeulue maupun keluar daerah untuk pertunjukkan kebudayaan Simeulue.
Faktor Penghambat Perkembangan Kesenian Nandong
Seperti kebudayaan lain yang ada di seluruh Indonesia, kebudayaan nandong juga memiliki beberapa faktor yang menghambat perkembangannya.Adapun faktor-faktor tersebut meliputi faktor internaldaneksternal, yang dapat dilihat berikut ini:
Adapun faktor internalnya adalahkebudayaan nandong mulaitersingkir oleh kebudayaan luar, seperti kaum muda yang lebih tertarik dengan kebudayaan modern, seperti gadget, bermain musik atau gitar, nongkrong di warung kopi, bermain bola dan sebagainya, sehingga minat untuk belajar kebudayaan nandong bisa dikatakan sangat kurang, dan tidak menarik bagi kaum muda atau bisa dikatakan out model (Wawancara: Ali Umar S 10 Maret 2017).
Permainan nandong kurang diminati oleh kaum muda dikarenakan nada dari permainan nandong yang bernada biasa saja, oleh biola. akan tetapi lebih sering hanya menggunakan gendang saja. Lain hal bagi kalangan orang tua banyak dari mereka yang sibuk akan tuntutan untuk menafkahi keluarga, dan juga faktor usia yang semakin tua, sehingga waktu untuk bermain nandong juga sangat kurang dan kesempatan untuk memperkenalkannya kepada anak cucu menjadi terabaikan (Wawancara: Novyardi 3 Maret 2017).
b. Faktor Eksternal
Adapun faktor eksternalnya lebih fokus terhadap bidang ekonomi. Dimana keterbatasan biaya dari Dinas Pariwisata untuk membuat penyuluhan dan sosialisasi terntang nandong kepada masyarakat jadi terhambat. Hal ini menyebabkan kebudayaan nandong jarang sekali di tampilkan kepada khalayak ramai. Adapun yang ditampilkan ke khalayak ramai, yaitu acara pernikahan, sunatan dan penyambutan tamu penting (wawancara: Novyardi 3 Maret 2017).
a. Faktor Internal
Sementara itu dari pihak Dinas Pendidikan Simeulue tidak memasukkan kesenian nandong kedalam kurikulum sekolah khususnya dalam pelajaran muatan lokal. Hal ini tentunya membuat generasi muda Simeulue sangat minimnya pengetahuan terhadap kesenian nenek moyang mulai terkikis. Sehingga kebudayaan nandong lebih banyak ketahui oleh seniman
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
dan orang-orang tua. (Wawancara: Ali Umar S 10 Maret 2017)
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju berpengaruh juga terhadap kesenian nandong. Misalnya perubahan pada alat permainan nandong yang semakin modern, jika dibandingkan dengan masa sebelumnya.Pada waktu itu permainan nandong hanya di tampilkan untuk acara- acara lokal atau bersifat tidak resmi. Selain itu alat yang digunakan hanya gendang dan tidak memiliki pakaian adat atau khas Simeulue. Jika dibandingkan dengan sekarang permainan nandong semakin maju dan alat musiknya sudah bertambah, seperti adanya penambahan alat musik yakni biola, seruling dan pakaian keseragaman adat yang ditampilkan di acara-acara resmi. Selain itu permainan nandong juga tidak hanya ditampilkan di acara tingkat kabupaten, melainkan di tampilkan ke tingkat Provinsi bahkan juga tingkat Nasional. Pada masa sebelummnya permainan nandong hanya di ketahui oleh masyarakat Simeulue, akan tetapi sekarang kesenian nandong telah banyak di ketahui oleh masyarakat luar Simeulue. bahkan kesenian nandong tersebut diakui sebagai salah satu warisan budaya tak benda Indonesia.
Adapun dalam syair nandong mengalami perubahan yang sesuai dengan konteks bahasa, seperti perbedaan antara bahasa Sigulai dengan Defayan yang memiliki perbedaan yang sangat jauh, sehingga berpengaruh dengan lantunan syair nandong. Masyarakat Simeulue yangberada di wilayah Simeulue Barat, Alafan, dan Salang menggunakan bahasa Sigulai sebagai juga dengan masyarakat di wilayah Simeulue Tengah, Simeulue Timur, Simeulue Cut, Teupah Barat, Teupah Tengah, Teupah Selatan dan Teluk Dalam menggunakan bahasa Defayan sebagai syair dalam permainan nandong.Meskipun kedua bahasa tersebut berbeda akan tetapi memiliki makna atau maksud yang sama di dalam bait- baitnya. (Wawancara: Ali Umar S 10 Maret 2017).
Peran Nandong dalam Kehidupan Masyarakat Simeulue
Kebudayaan nandong dalam kehidupan masyarakat simeulue sangat melekat erat dengan acara-acara seperti pernikahan, khitanan, anak turun keair, dan kedatangan tamu penting. Nandong biasanya dilaksanakan pada malam sebelum acara pernikahan. Pada momen ini nandong dimainkan sebagai nasehat bagi calon pengantin dalam mengarungi bahtera Rumah Tangga. Kegiatan nandong ini berlangsung dari jam 22.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB dengan pantun syair yang berbalas-balasan, antara pihak mempelai pria dan mempelai wanita.
Dalam acara khitanan nandong juga dilaksanakan pada malam sebelum acara khitanan, pada momen ini nandong dimainkansebagai nasehat untuk putra yang akan memasuki usia dewasa. Pada pertunjukkan ini nandong banyak saksikan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
oleh masyarakat setempat. Selain itu dalam acara anak turun ke air biasanya nandong dimainkan pada siang hari dimana anak dan juga sebagai hiburan bagi para tamu.
Nandong juga tidak pernah ditinggalkakn ketika menyambut tamu penting. Biasanya, pada saat-saat seperti itu nandong diselingi dengan atraksi-atraksi debus. Pertunjukkan tersebut langsung ditampilkan di hadapan tamu-tamu penting, akan tetapi masyarakat setempat juga turut menyaksikannya.
Selain digunakan dalam acara-acara tersebut, kesenian nandong memilikiperan tersendiri bagi masyarakat di Simeulue. ada beberapa tema yang biasa dimainkan dalam nandong seperti:Karangan Sambah,Karangan Untung, Karangan Rantau, Karangan Kasih, Karangan Burung, Karangan Carai, dan Tonjon.
Pembahasan Perkembangan Kesenian Nandong
Nandong merupakan kebudayaan Simeulue yang telah diwariskan turun temurun dari nenek moyang masyarakat Simeulue. Pada mulanya, permainan nandong muncul ketika masyarakat Simeulue yang berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan mulai memainkannya. Misalnya seperti nelayan dan petani juga melakukan hal tersebut.
Dalam perkembangan selanjutnya, nandong semakin digemari oleh masyarakat luas sehingga menjadi suatu kebudayaan yang sudah melekat dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini terus berlangsung sepanjang waktu, yang mana seluruh masyarakat Simeulue mengetahui eksistensi kebudayaan
Salah satu bukti nyata tentang keberadaan nandong yaitu pada tahun 1907, terjadi Smong (Tsunami) di Simeulue yang menyebabkan banyaknya korban jiwa yang sangat banyak. Akan tetapi dari kejadian tersebut masyarakat Simeulue, belajar dari pengalaman sehingga menceritakan kejadian tersebut kepada anak cucunya melalui syair- syair nandong. ciri-ciri akan terjadi tsunami yakni, air laut yang surut secara tiba-tiba, bau asin dari arah laut yang sangat menyengat, berhembus angin dingin dari arah laut, banyak ikan menggelepar di pantai, dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangat keras, maka warga akan berlari menjauhi pantai sambil berteriak
smong… smong… memberitahukan kepada
warga lainnya. Secara otomatis warga lain akan mengerti akan terjadi tsunami. Teriakan warga akan membentuk sebuah pesan berantai kepada warga-warga lain sehingga sempat untuk menyelamatkan diri. Dari ciri- ciri yang disebutkan di atas, masyarakat simeulue yang hidup pada tahun 1907 tersebut membuat suatu syair dengan tujuan sebagai peringatan terhadap generasi mendatang tentang akan adanya bencana besar yang di sebut dengan Smong.
Masyarakat Simeulue telah mengerti jika dikatakan smong, mereka akan segera mencari dataran tinggi atau gunung. Hal ini disebabkan karena masyarakat Simeulue mengagungkan petuah-petuah dari orang tua.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
Namun mayoritas masyarakat simeulue hanya mengetahui tentang permainan nandong, akan tetapi banyak masyarakat
Di lain hal generasi muda sangat kurangnya minat dan pengetahuan mereka akan kebudayaan nandong, dikarenakan banyaknya generasi muda yang terpengaruh oleh budaya luar dan modern. Sementara itu bagi kalangan orang tua nandong tidak dijadikan sebagai fokus utama dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebabnya adalah faktor usia yang semakin tua, sehingga disebabkan oleh faktor usia yang semakin tua, tuntutan pekerjaan untuk menafkahi keluarga sehingga untuk bermain nandong bisa dikatakan sangat kurang sekali, terkecuali bagi seniman-seniman yang memang menggeluti bidang nandong tersebut. Dikarenakan para seniman tersebut mendapatkan upah dari setiap penampilan nandong, baik di simeulue maupun keluar daerah untuk pertunjukkan kebudayaan simeulue.
Upaya dari pihak pemerintah daerah kabupaten Simeulue sangat mendukung usaha untuk memajukan kebudayaan nandong. Hal ini di buktikan dengan dibuatnya sanggar Anak Sibok yang terletak di Kecamatan Teupah Barat. Sanggar Anak Sibok tersebut dibina oleh Ali Umar S salah seorang seniman senior di bidang kesenian nandong.
Sanggar Anak Sibok telah banyak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan nandong, salah satunya adalah kegiatan kesenian nandong tersebut telah diliput oleh salah satu stasiun TV terbesar di Indonesia yaitu Metro TV. Seperti kebudayaan lain yang ada di seluruh memiliki beberapa faktor yang menghambat perkembangannya.Adapun faktor-faktor tersebut meliputi faktor internaldaneksternal. Adapun faktor internalnya adalah tersisihnya oleh kebudayaan luar, seperti kaum muda yang lebih tertarik dengan kebudayaan modern, seperti gadget, bermain musik atau gitar, nongkrong di warung kopi, bermain bola dan sebagainya, sehingga minat untuk belajar kebudayaan nandong bisa dikatakan sangat kurang, dan tidak menarik bagi kaum muda atau bisa dikatakan out model.
Di lain hal bagi kalangan orang tua banyak dari mereka yang sibuk akan tuntutan untuk menafkahi keluarga, dan juga faktor usia yang semakin tua, sehingga waktu untuk bermain nandong juga sangat kurang dan kesempatan untuk memperkenalkannya kepada anak cucu menjadi terabaikan.
Peran Nandong dalam Kehidupan Masyarakat Simeulue
Salah satu contoh pengaruh nyata dari nandong tersebut adalah kejadian Smong (Tsunami) pada tanggal 26 Desember 2004. Terjadinya Smong (Tsunami) di Aceh yang telah menjadi catatan sejarah pada zaman modern sebagai bencana alam yang paling besar dan memakan korban jiwa terbanyak. Khusunya di wilayah Banda Aceh dikarenakan sebagai pusat dari Provinsi Aceh, dimana para penduduk banyak yang berkumpul ke kota.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
Sangat bertolak belakang dengan pulau Simeulue yang merupakan pusat titik gempa yang terletak di samudera Hindia. Di akibat dari Smong (Tsunami). Hal ini dikarnakan adanya nandong sebagai bentuk peringatannya. Adapun korban jiwa yang wafat pada saat itu bukan dikarenakan oleh
Smong (Tsunami), melainkan karena
beberapa hal, seperti orang tua yang mempunyai penyakit seperti sesak nafas dan penyakit bawaan lainnya. Mereka meninggal beberapa hari setelah kejadian Smong.
Tanggapan Masyarakat terhadap Kesenian Nandong
Seperti kebudayaan lain yang ada di berbagai daerah, nandong juga memiliki nilai tersendiri dalam pandangan masyarakat. Dalam hal ini, penulis dapat membedakan penilaian nandong dalam masyarakat simeulue berdasarkan usia. Bagi masyarakat kaum muda, nandong hanya sebatas nyanyian orang-orang tua, atau cerita-cerita nasehat. Hal ini membuat kaum muda sangat tidak tertarik akan kesenian nandong baik dikarenakan nandong kesenian yang sudah tertinggal di bandingkan dengan kebudayaan luar. Seperti kedatangan TV, adanya warung kopi, warnet, Play Station (PS), dan olahraga modern lainnya.
Dalam hal ini kaum muda tidak begitu tertarik lagi dengan kebudayaan nandong dikarenakan faktor-faktor di atas. Penyebab lain yang mengakibatkan kurangnya minat kaum muda terhadap kebudayaan nandong adalah dikarenakan mereka sekarang kebanyakan telah memiliki ponsel android sehingga menghabiskan waktu yang sangat lama dengan ponselnya. Berbeda dengan android dan bermain PS. Sehingga kaum muda dulu meluamgkan waktunya untuk belajar kesenian nandong.
Dari tanggapan kalangan kaum tua, kebudayaan nandong harus dilestarikan. Akan tetapi sangat disayangkan hal tersebut hanya retorika saja tanpa ada bukti nyata. Hal ini dikarenakan kurangnya waktu dari kaum muda dan juga kurangnya minat dari kaum muda. Meskipun demikian hanya ada segelintir kaum tua yang meluangkan waktunya untuk membudayakan kembali kesenian nandong. Seperti para seniman nandong yang sudah lanjut usia.
Dari sudut pandang lain seperti pemerintah daerah, juga sangat medukung untuk membudayakan kesenian nandong. Akan tetapi hambatan yang paling utama adalah terkendala pada dana. Hal ini dapat dipahami dari pendapat narasumber yang merupakan Kepala Bidang bagian kebudayaan nandong, yaitu Karip. Dia menyatakan bahwa dari pihak pengelola kebudayaan nandong sangat ingin membuat sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya nandong bagi kehidupan kita sehari-hari. Dikarenakan oleh faktor tidak adanya pendanaan khusus untuk kesenian nandong, sehingga untuk acara-acara sosialisasi kepada masyarakat hanya dapat dilaksanakan dengan sangat terbatas (wawancara: Karip, 08 Maret 2017).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya keseriusan dari dinas kebudayaan dan pariwisata, akan tetapi kaum tua yang tidak memiliki banyak waktu untuk melestarikan kebudayaan nandong dikarenakan tuntutan kehidupan. Sedangkan bagi kaum muda, sangat kurangnya minat akan mempelajari kebudayaan nandong tersebut.
PENUTUP Kesimpulan
1. Perkembangan kesenian Nandong dari tahun 2002 hingga 2016 mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini dapat dilihat dari diikutsertakannya kesenian nandong dalam ajang Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) pada tahun 2002. Namunbaru diresmikan secara formal pada tahun 2004. Dalam perkembangan selanjutnya kesenian nandong juga telah diresmikan oleh pemerintah pada tanggal 27 Oktober 2016 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan(Muhadjir Effendy) menetapkan nandong sebagai warisan takbenda Indonesia dari provinsi Aceh.
2. Nandong sangat berperan dalam kehidupan masyarakat Simeulue. Pada masa awal munculnya kesenian nandong, masyarakat telah merasakan manfaatnya. Salah satu bukti nyatanya adalah menyelamatkan masyarakat Simeulue dari bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2004 dulu, yang mana letak terjadinya gempa yang berkekuatan 9,1 sampai 9,3 skala richter berada di dasar laut pulau
Simeulue. Akan tetapi di pulau Simeulue tidak ditemukan korban jiwa. Pada saat ini peran kesenian nandong semakin meluas. acara-acara seremonial, khitanan, perkawinan, menduduki rumah baru, anak turun ke air, dan menyambut tamu penting. Kesenian nadong juga sering diikut sertakan dalam acara-acara penting baik tingkat lokal, nasional, bahkan tingkat internasional.
3. Tanggapan masyarakat Simeulue terhadap kesenian nandong simeulue dapat dikategorikan dalam 2 kelompok, yakni tanggapan kaum muda dan kaum tua. Tanggapan kaum muda untuk kesenian nandong saat ini banyak yang tidak tertarik lagi karenamenganggapnya telah ketinggalan zaman. Hal ini dikarenakan bagi mereka permainan nandong hanya sekedar kata-kata nasehat. Selain itu kaum muda lebih tertarik dengan budaya yang semakin maju, seperti adanya telepon genggam, masuknya play station (PS) dan mereka lebih banyak menghabiskan waktu di warung kopi, sehingga minat untuk belajar kesenian nandong berkurang. Sementara itu, bagi kaum tua kesenian nandong sangat penting dan harus terus dikembangkan. Hal ini dikarenakan bagi mereka nandong merupakan warisan budaya nenek moyang yang harus tetap dilestarikan keberadaannya. Namun di samping itu kaum tua tidak banyak waktunya untuk memperkenalkan kesenian nandong terhadap khalayak ramai dan kaum muda, dikarenakan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .
tuntutan kehidupan dan tanggung jawab tertarik untuk mengkaji kesenian nandong untuk menafkahi keluarga. secara ilmiah. Karya yang dimaksudkan
Saran
baik berupa skripsi, thesis, disertasi, dan analisi data penelitian tersebut di atas, maka nandong lebih diketahui oleh khalayak penulis merekomendasikan beberapa saran ramai. sebagaimana berikut ini:
4. Penelitian ini masih belum mencapai hasil
1. Untuk Pemerintah Daerah di Kabupaten yang universal. Oleh sebab itu diharapkan Simeulueagar lebih memperhatikan kepada para pembaca dapatmemberikan kesenian nandong tradisional simeulue. kritik dan saran, agar penulisan lebih Hal ini dikarenakan kurangnya minat lengkap dan cakupannya lebih luas. Selain generasi muda yang kurang berminat itu penelitian ini diharapkan dapat menjadi untuk mempelajari kesenian nandong. referensi bagi peneliti lain untuk Selain itu diharapkan juga pemerintah menambah sumber sekunder dalam tema dapat mengasosiasikan dana khusus untuk yang sama. kesenian nandong.
2. Bagi masyarakat yang terlibat langsung DAFTAR PUSTAKA dalam mengembangkan kesenian nandong Sumber Buku: baik kaum tua yang mengetahui kesenian Lexy,Maleong J. 2005.Metodologi Penelitian nandong dan seniman diharapkan dapat Kualitatif. Bandung: Remaja mensosialisasikan kepada kaum muda, Rosdakarya. agar keseian nandong dapat berkembang lebih luas dan semakin diminati dari Lubis, N. H. (2003) Sejarah Tatar Sunda berbagai kalangan, baik dari kalangan Jilid II. Bandung: Lembaga Penelitian masyarakat simeulue maupun diluar Unpad. simeulue.
3. Kepada pihak civitas akademika Munthazir, Azhar. 2010. Kearifan Lokal Universitas Syiah Kuala, khususnya pada Masyarakat Simeulue. Banda mahasiswa dan dosen FKIP Sejarah, Aceh: Dinas Kebudayaan dan diharapkan dapat melakukan studi Pariwisata. penelitian yang berkaitan dengan kesenian nandong agar lebih banyak peneliti yang
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP Un
Volume 2, Nomor 4, November 2017, hal. 23 - 36 .