KINERJA SISTEM AGRIBISNIS KENTANG DI KABUPATEN KARO, PROVINSI SUMATERA UTARA Oleh: Baida Soraya, SP, MP, M.Si Dosen Fakultas Pertanian Universitas Darma Agung Medan Abstract - Man Agribisnis Materi Pdkg Hsl Pen Kntang

KINERJA SISTEM AGRIBISNIS KENTANG DI KABUPATEN KARO, PROVINSI SUMATERA UTARA

  Oleh:

  Baida Soraya, SP, MP, M.Si Dosen Fakultas Pertanian Universitas Darma Agung Medan Abstract Potatoes are one of the crops that can be used as a main food. The problem that occurred in Indonesia in terms of potatoes production is the inequality production patterns. At a certain moment, potatoes production can be very high, but at other times can be very low. This research aims to analyze the performance of potatoes agribusiness system. The research was conducted in January - February 2010 in the Regency of Karo, which is decided by purposive sampling. The results concluded that the performance of potatoes agribusiness sistem in the research area is fairly good with total score of 109,77 (max score: 200). Among the 40 farmer samples, all of them (100%) have a quite good performance.

  Keywords : Performance, Agribusiness Systems, Potatoes, Karo, North Sumatera

I. PENDAHULUAN berdasarkan Statistika Indonesia,

  penyediaan kentang di Indonesia 1.1.

   Latar Belakang

  adalah sebanyak Kentang merupakan salah satu

  2,98 kg/kapita/tahun. Jadi, kebutuhan tanaman pangan karena banyak konsumsi yang kurang lebih hanya mengandung karbohidrat sehingga 2kg/kapita/tahun masih bisa kentang juga dapat dijadikan sebagai dipenuhi. Namun masalah terdapat salah satu makanan pokok. Meskipun pada pola produksi kentang kentang bukan bahan makanan Indonesia. Pada saat tertentu pokok bagi masyarakat Indonesia, produksi dapat menjadi sangat tinggi, tetapi konsumennya cenderung namun pada saat yang lain dapat meningkat dari tahun ke tahun. menjadi sangat rendah. (Setiadi,

  Menurut data FAO (2008),

  2009)

  pada tahun 2006-2007 konsumsi Agar produktivitas pertanian di kentang di Indonesia adalah

  Indonesia meningkat, maka sangat 1,92 kg/kapita/tahun. Sedangkan penting adanya pengembangan konsep agribisnis. Peranan agribisnis sangat besar bagi negara agraris seperti Indonesia. Hal ini disebabkan karena cakupan aspek agribisnis adalah meliputi kaitan mulai dari proses produksi, pengolahan sampai pemasaran termasuk di dalamnya kegiatan lain yang menunjang proses yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.

  Dunia agribisnis di negara- negara berkembang, termasuk Indonesia umumnya merupakan suatu sistem pertanian rakyat dan hanya sedikit saja yang berupa sistem perusahaan pertanian. Walaupun keduanya tidak dapat dipisahkan dan sangat menentukan kinerja secara keseluruhan pertanian Indonesia, akan tetapi perbedaan pada skala usaha, penguasaan teknologi, kemampuan manajemen, dan perspektif pemasaran sudah cukup mewakili kenyataan bahwa keduanya merupakan dua entitas yang sangat berbeda. (Arifin, 2001)

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis kinerja sistem agribisnis kentang yang meliputi subsistem praproduksi, subsistem produksi, dan subsistem post produksi di daerah penelitian.

  Agribisnis dapat dibagi menjadi tiga sektor yang saling tergantung secara ekonomis, yaitu sektor masukan (input), produksi

  (farm), dan sektor keluaran (output). Cakupan kegiatan agribisnis meliputi seluruh sektor bahan masukan, usahatani, produk yang memasok bahan masukan usahatani, terlibat dalam produksi, dan pada akhirnya menangani pemrosesan, penyebaran, penjualan secara borongan, dan penjualan eceran produk kepada

  Erickson S.P., 2000) .

  Pengertian lain dari agribisnis yaitu, agribisnis merupakan suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Yang dimaksud dengan ‘ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas’ adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian” (Soekartawi,

  2003) .

  Faktor produksi (input)

  /production factor adalah semua

  korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi sangat menentukan besar-kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen merupakan faktor produksi terpenting di antara faktor produksi yang lain (Soekartawi, 2003) .

1.2. Tujuan Penelitian

II. TINJAUAN TEORITIS

  Sedangkan fungsi produksi merupakan seperangkat prosedur dan kegiatan - yang terjadi dalam Menentukan kapan, darimana, penciptaan produk. Fungsi produksi dan berapa jumlah input yang merupakan pengaruh input yang diperoleh digunakan - dengan output yang

  Meramalkan penggunaan input dihasilkan. Terdapat beberapa teori dan produksi yang akan produksi yang menjelaskan diperoleh hubungan atau pengaruh jumlah

  • pemakaian faktor-faktor produksi kepada siapa, dimana, kapan, dengan jumlah produksi. Pada dan kualitas produk atau hasil

  Menentukan pemasaran hasil,

  c. Aktivitas Finansial

  berupa “hukum kenaikan hasil Mendapatkan dana dari sendiri,

  • berkurang” (law of deminishing pinjaman kredit bank, atau

  return ) yang berbunyi: “bila satu

  kredit yang lain faktor produksi ditambah terus dalam Menggunakan dana untuk

  • suatu proses produksi, maka mula- memperoleh pendapatan dan mula terjadi kenaikan hasil, keuntungan (jangka panjang) kemudian kenaikan hasil itu
  • menurun, lalu kenaikan hasil nol dan untuk jangka panjang yang akhirnya kenaikan hasil negatif.” akan datang (investasi untuk

  Meramalkan kebutuhan dana

  Dalam kegiatan usaha tani, ada penggantian alat-alat atau beberapa cakupan aktivitas yang perluasan usaha) harus dilakukan agar kegiatan usahatani dapat berjalan lancar dan

  d. Aktivitas Akuntansi

  berproduksi optimal. Aktivitas- Membuat catatan tentang

  • aktivitas tersebut meliputi: transaksi baik bisnis maupun

a. Aktivitas Teknis

  pajak

  • akan

  Memutuskan

  • data tentang Menyimpan memproduksi apa dan usahanya. (Suratiya, 2006) bagaimana caranya

  Agribisnis membutuhkan kas Memanfaatkan lahan

  • sebagai modal kerja. Sumber kas
  • yang paling utama haruslah berupa teknologi dan peralatan yang pendapatan atau penerimaan yang akan digunakan serta dihasilkan oleh bisnis itu sendiri.

  Membuat gambaran tentang

  implikasinya pada penggunaan Ada tiga sumber yang dapat digali tenaga kerja pengelola untuk memperoleh dana

  • yang perlu guna mengoperasikan b.

  Menentukan skala usaha

  

Aktivitas Komersial agribisnis: 1) investasi atau

  • penanaman modal oleh para pemilik, saja input yang dibutuhkan

  Menghitung berapa dan apa

  2) peminjaman, dan 3) dana yang baik yang telah dipunyai berasal dari laba dan penyusutan. maupun yang akan dicari

  (Downey, W.D. dan Erickson S.P., 2000)

  Selanjutnya, pengolahan hasil merupakan salah satu kegiatan yang cukup penting dari serangkaian kegiatan agribisnis. Hal ini disebabkan kegiatan pengolahan hasil memberikan beberapa manfaat dan keuntungan, antara lain meningkatkan kualitas hasil, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan keterampilan produsen, dan meningkatkan pendapatan produsen. (Soekartawi,

  2003)

  Daerah penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Merek, Kabupaten Karo. Daerah penelitian dipilih secara purposive (sengaja) berdasarkan hasil pra-survey bahwa daerah tersebut merupakan daerah penghasil kentang.

  Metode penentuan sampel dalam penelitian ini adalah secara

  purposive (sengaja). Petani yang

  dipilih sebagai sampel adalah petani di Kecamatan Merek yang sedang melakukan kegiatan produksi kentang. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 kepala keluarga (KK) petani kentang di Kecamatan Merek. Jumlah sampel tersebut ditentukan dengan tujuan agar penelitian dapat lebih representatif karena tidak ada data pasti mengenai jumlah populasi petani kentang di Kecamatan Merek.

   Metode Pengumpulan Data

  Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung dengan petani yang menjadi sampel dengan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait, literatur, buku, dan media lain yang sesuai dengan penelitian ini.

III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

  3.4. Metode Analisis Data

  Analisis kinerja sistem agribisnis kentang di lokasi penelitian menggunakan skala peringkat (rating scale), yaitu data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Langkah awal penilaian adalah dengan memberikan bobot atas setiap aspek penelitian. Bobot tersebut dibagi lagi untuk setiap deskriptor, dengan rincian pada Tabel 1.

3.2. Metode Penentuan Sampel

  Tabel 1. Indikator Penilaian Kinerja Sistem Agribisnis Kentang Aspek Indikator Verifier Variants of verifier

  Dari petani beserta keluarga atau pinjaman c.

  Petani melakukan perincian biaya yang akan dikeluarkan dalam kegiatan usahataninya a.

  Perincian seluruh biaya b.

  Perincian sebagian biaya, c.

  Tidak dilakukan perincian biaya

  2

  1

  2

  3. Sumber dana disiapkan secara matang baik berasal dari petani sendiri, beserta keluarga, maupun dari pinjaman.

  a. Dari petani sendiri b.

  Tidak dipersiapkan secara matang

  Tidak Menginventaris 2 3

  2

  1

  5

  4. Seluruh faktor produksi yang akan digunakan tersedia secara memadai dan tepat pada waktu yang dibutuhkan

  a. Tersedia memadai, tepat waktu

  b. Tersedia memadai, tidak tepat waktu

  c. Tidak tersedia memadai

  2

  1

  10 Total

  1 2.

  Menginventaris seluruhnya b. Menginventaris sebagian c.

  Skor Bobot

  Disusun bersama penyuluh/kelom- pok tani b. Disusun bersama keluarga c. Tidak disusun

  I. Perencanaan Petani kentang telah memiliki dokumen perencanaan kegiatan usahatani dengan mempertimbangkan kondisi biofisik, sarana dan prasarana, kebijakan atau peraturan pemerintah, serta pasar kentang

  1. Ada dokumen tertulis dan lengkap yang dimiliki oleh setiap petani pada perencanaan kegiatan usahataninya.

  a. Tertulis, lengkap

  b. Tertulis, tidak lengkap c.

  Tidak ada dokumen

  2

  1

  15 2.

  Dokumen disusun oleh petani sendiri beserta keluarga, kelompok tani, ataupun penyuluh pertanian a.

  2

  1. Petani melakukan kegiatan menginventaris jenis, kuantitas, dan kualitas seluruh faktor produksi yang akan digunakan pada usahataninya a.

  1

  5 3.

  Dokumen telah dipakai oleh petani kentang sebagai acuan dalam kegiatan usahataninya a.

  Selalu dipakai

  b. Jarang dipakai c.

  Tidak memakai dokumen

  2

  1

  10 Total 30 II.

  Pengorgani sasian Petani kentang dapat menyiapkan seluruh kebutuhan untuk usahataninya beserta pendanaan, sehingga seluruh kegiatan pada setiap subsistem berjalan lancar oleh sarana dan prasarana yang memadai

  20

  Aspek Indikator Verifier Variants of Skor Bobot verifier

  III. Petani melakukan 1.

  a.

  2

  5 Pengaktual- Kegiatan Ada, seluruhnya isasian kegiatan produksi dan pengolahan tanah b.

  1 Ada, sebagian pascapanen dengan baik dilakukan dengan c. Tidak ada sesuai dengan prosedur baik yaitu adanya pengolahan standar pada usahatani kegiatan tanah kentang sehingga penggemburan menghasilkan produk tanah, pembuatan kentang yang bermutu bedengan, dan baik pemberian pupuk dasar.

  2.

  a.

  2

  8 Pemakaian benih Pemakaian bersertifikat benih maksimal hingga bersertifikat lima kali hingga maksimal pemakaian ulang F5 (F1-F5)

  b. Pemakaian

  1 benih bersertifikat hingga lebih dari F5 c. Tidak memakai benih bersertifikat 3.

  a.

  2

  2 Pembuatan jarak Sesuai standar tanam standar b.

  1 Mendekati yaitu minimal standar 30x70 cm dan

  c. sesuai Tidak lubang tanam 7,5- standar

  10cm.

  4. Ada kegiatan

  a. Jadwal dan dosis

  2

  8 pemupukan yang sesuai kebutuhan dilakukan sesuai b.

  1 Jadwal dan dosis jadwal dan mendekati kebutuhan kebutuhan tanaman kentang.

  c.

  Jadwal dan dosis tidak sesuai kebutuhan

  5. kegiatan a.

  2

  7 Ada Ada, terpadu pengendalian b. Ada, tidak

  1 hama dan terpadu penyakit secara c.

  Tidak ada terpadu

  6. Ada kegiatan

  a. Ada, sesuai

  2

  5 pemeliharaan b.

  1 Ada, tidak sesuai lanjutan yaitu c.

  Tidak ada penyiangan, serta pembumbunan yang dilakukan sesuai jadwal dan kebutuhan tanaman kentang. 7. kegiatan a.

  2

  2 Ada Ada, selalu seleksi mutu atau b. Ada, tidak selalu

  1 pengelasan sesuai c.

  Tidak ada dengan produk kentang yang dihasilkan

  8. kegiatan a.

  2

  3 Ada Ada, baik pengemasan dan b. kurang

  1 Ada, penyimpanan baik yang baik c.

  Tidak ada sehingga kentang tidak rusak dan tahan lama

  Total

  40 IV. Seluruh sistem 1. dan a.

  2

  4 Pengawas- Jadwal Sesuai an agribisnis kentang yang kegiatan tanam b.

  1 Kurang sesuai meliputi subsistem berjalan sesuai c.

  Tidak sesuai praproduksi, produksi, kebutuhan berjalan dengan baik

  2. tindakan a.

  2

  2 Ada Ada, selalu penanganan b.

  1 Ada, tidak selalu terhadap kendala c. Tidak ada yang dijumpai pada saat penyediaan faktor produksi usahatani kentang

  3. hasil a.

  2

  2 Seluruh Dapat produksi dapat dipasarkan dipasarkan sesuai seluruhnya

  1 permintaan serta b.

  Dapat kebutuhan pasar dipasarkan kentang sebagian

  c. dapat Tidak dipasarkan

  4. Ada tindakan

  a. Ada, selalu

  2

  2 antisipasi terhadap b.

  1 Ada, tidak selalu harga kentang c.

  Tidak ada yang rendah, misalnya: pengolahan lanjutan, menjalin mitra dagang, dan lainnya

  Total

  10 Total over 100 Untuk nilai akhir diperoleh 3.5.

   Batasan Operasional

  dengan mengalikan skor jawaban Batasan operasional dengan bobot. Sehingga total nilai dimaksudkan untuk menghindari berada diantara 0-200. Berdasarkan kesalahpahaman yang terdapat dalam total nilai tersebut ditentukan kriteria tulisan ini. kinerja sebagai berikut. Apabila nilai 1) dilakukan di

  Penelitian berada diantara: Kecamatan Merek, Kabupaten 0 – 66 = Kinerja kurang baik Karo. 67 – 133 = Kinerja cukup baik 2)

  Sampel penelitian adalah petani 134 – 200 = Kinerja baik yang sedang menanam kentang pada periode penelitian di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo. 3)

BAB III. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 3.1. Kinerja Sistem Agribisnis Kentang di Kecamatan Merek Berdasarkan hasil penelitian

  Pengaktual- isasian

  3. Sumber dana disiapkan secara matang baik berasal dari petani sendiri, beserta keluarga, maupun dari pinjaman.

  a. Dari petani sendiri b.

  Dari petani beserta keluarga atau pinjaman c. Tidak dipersiapkan secara matang

  30 (75,00%) 6 (15,00%) 4 (10,00%) 4. Seluruh faktor produksi yang akan digunakan tersedia secara memadai dan tepat pada waktu yang dibutuhkan a.

  Tersedia memadai, tepat waktu b. Tersedia memadai, tidak tepat waktu c.

  Tidak tersedia memadai 40 (100,00%) 0 (0,00%) 0 (0,00%)

  III.

  1. Kegiatan pengolahan tanah dilakukan dengan baik yaitu adanya kegiatan penggemburan tanah, pembuatan bedengan, dan pemberian pupuk dasar.

  Perincian sebagian biaya c. Tidak dilakukan perincian biaya

  a.

  Ada, seluruhnya b. Ada, sebagian

  c. Tidak ada pengolahan tanah 31 (77,50%) 9 (22,50%)

  0 (0,00%) 2. Pembuatan jarak tanam standar yaitu minimal 30x70 cm dan lubang tanam

  7,5-10cm.

  a.

  Sesuai standar b. Kurang sesuai standar c. Tidak sesuai standar 40 (100,00%)

  0 (0,00%) 0 (0,00%))

  2 (5,00%) 33 (82,50%) 5 (12,50%)

  Periode penelitian adalah bulan Januari 2010 sampai Pebruari 2010.

  kinerja sistem agribisnis kentang di Kecamatan Merek dipaparkan di

  Disusun bersama penyuluh/kelompok tani b. Disusun bersama keluarga c. Tidak disusun 0 (0,00%)

  Tabel 2. Kinerja Sistem Agribisnis Kentang di Daerah Penelitian Aspek Verifiers Variants of verifier Populasi

  (KK) I.

  Perencanaan

  1. Ada dokumen tertulis dan lengkap yang dimiliki oleh setiap petani pada perencanaan kegiatan usahataninya.

  a.

  Tertulis, lengkap b. Tertulis, tidak lengkap c. Tidak ada dokumen 0 (0,00%)

  0 (0,00%) 40 (100,00%)

  3. Dokumen disusun oleh petani sendiri beserta keluarga, kelompok tani, ataupun penyuluh pertanian a.

  0 (0,00%) 40 (100,00%)

  2. Petani melakukan perincian biaya yang akan dikeluarkan dalam kegiatan usahataninya

  4. Dokumen telah dipakai oleh petani kentang sebagai acuan dalam kegiatan usahataninya/

  a. Selalu dipakai b.

  Jarang dipakai c. Tidak dipakai 0 (0,00%)

  0 (0,00%) 40 (100,00%)

  II. Pengorganis- asian

  1. Petani melakukan kegiatan inventarisasi jenis, kuantitas, dan kualitas seluruh faktor produksi yang akan digunakan pada usahataninya a. Menginventarisasi seluruhnya b.

  Menginventarisasi sebagian c.

  Tidak Menginventarisasi 23 (57,50%) 17 (42.50%) 0 (0,00%)

  a. Perincian seluruh biaya b.

  3. Ada kegiatan pemupukan yang dilakukan sesuai jadwal dan kebutuhan tanaman kentang.

  Sesuai

  Sumber: Analisis Primer

  0 (0,00%) 40 (100,00%)

  Ada, selalu b. Ada, tidak selalu c. Tidak ada 0 (0,00%)

  4. Ada tindakan antisipasi terhadap harga kentang yang rendah, misalnya: pengolahan lanjutan, menjalin mitra dagang, dan lainnya a.

  0 (0,00%) 0 (0,00%)

  Dapat dipasarkan seluruhnya b. Dapat dipasarkan sebagian c. Tidak dapat dipasarkan 40 (100,00%)

  a.

  3. Seluruh hasil produksi dapat dipasarkan sesuai dengan kebutuhan dan permintaan produk kentang yang telah dihasilkan.

  Tidak ada 40 (100,00%) 0 (0,00%) 0 (0,00%)

  b. Ada, tidak selalu c.

  Ada, selalu

  2. Ada tindakan penanganan terhadap kendala yang dijumpai pada saat penyediaan faktor produksi usahatani kentang a.

  c. Tidak sesuai 33 (82,50%) 7 (17,5%) 0 (0,00%)

  b. Kurang sesuai

  1. Jadwal dan kegiatan tanam berjalan sesuai kebutuhan tanaman kentang a.

  a.

  Ada, sesuai b. Ada, tidak sesuai c. Tidak ada 31 (77,50%)

  Sesuai jadwal dan dosis b. Sesuai jadwal, dosis tidak sesuai c. Jadwal dan dosis tidak sesuai kebutuhan

  31 (77,50%) 9 (22,50%) 0 (0,00%) 4. Ada kegiatan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu a.

  Ada, terpadu b. Ada, tidak terpadu

  c. Tidak ada 31 (77,50%) 9 (22,50%) 0 (0,00%)

  5. Ada kegiatan pemeliharaan lanjutan yaitu penyiangan serta pembumbunan yang dilakukan sesuai jadwal dan kebutuhan tanaman kentang.

  a.

  9 (22,50%) 0 (0,00%)

  IV. Peng- awasan

  6. Ada kegiatan seleksi mutu atau pengelasan sesuai dengan produk kentang yang dihasilkan a.

  Ada, selalu b. Ada, tidak selalu c.

  40 (100,00%) 0 (0,00%) 0 (0,00%) 7. Ada kegiatan pengemasan dan penyimpanan yang baik sehingga kentang tidak rusak dan tahan lama.

  a.

  Ada, baik b. Ada, kurang baik c. Tidak ada 1 (2,50%)

  39 (75,00%) 0 (22,50%)

  Gambaran kinerja sistem agribisnis setiap petani kentang di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo pada Tabel 3.

  Tabel 3. Kinerja Sistem Agribisnis Kentang di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo No. sampel Skor total Kinerja 1 126 Cukup baik 2 123 Cukup baik 3 116 Cukup baik 4 121 Cukup baik

  38

  Kegiatan-kegiatan penting agribisnis yang belum dilaksanakan dengan baik yaitu perencanaan kegiatan usahatani secara tertulis dan menyeluruh, pemakaian benih unggul dan bersertifikat, dan skala cakupan pemasaran. Jika seluruh kegiatan dari seluruh aspek manajemen dijalankan dengan baik, petani dapat meningkatakan pendapatan dan kesejahteraannya.

  Berdasarkan data Tabel 3, kinerja sistem agribisnis di Kecamatan Merek secara rata-rata cukup baik (skor 109,77). Namun, data pada Tabel 4 menunjukkan ada beberapa aspek manajemen dan subsistem agribisnis yang belum dijalankan dengan baik bahkan belum dilaksanakan sama sekali.

  Analisis Primer

  20 Total 109,77 200 Sumber:

  80 IV. Pengawasan 16,30

  40 III. Pengaktualisasian 59,65

  60 II. Pengorgaisasian 34,82

  I. Perencanaan

  Tabel 4. Skor Total Setiap Aspek Manajemen Agribisnis Kentang di Kecamatan Merak, Kabupaten Karo Aspek Manajemen Agribisnis Skor Total Skor Maksimal

  Sedangkan skor total kinerja untuk setiap aspek manajemen agirbisnis kentang di Kecamatan Merak, Kabupaten Karo dapat dilihat pada Tabel 4.

  Analisis Primer

  Rataan 109,77 Cukup baik Sumber:

  85 Cukup baik 39 121 Cukup baik 40 121 Cukup baik Total 4391

  81 Cukup baik 37 121 Cukup baik

  5

  36

  81 Cukup baik 31 121 Cukup baik 32 118 Cukup baik 33 121 Cukup baik 34 121 Cukup baik 35 118 Cukup baik

  30

  85 Cukup baik

  29

  81 Cukup baik 21 119 Cukup baik 22 118 Cukup baik 23 114 Cukup baik 24 108 Cukup baik 25 113 Cukup baik 26 116 Cukup baik 27 116 Cukup baik 28 116 Cukup baik

  20

  75 Cukup baik

  19

  81 Cukup baik 18 121 Cukup baik

  17

  69 Cukup baik 11 121 Cukup baik 12 121 Cukup baik 13 121 Cukup baik 14 121 Cukup baik 15 121 Cukup baik 16 116 Cukup baik

  10

  69 Cukup baik 6 116 Cukup baik 7 121 Cukup baik 8 118 Cukup baik 9 119 Cukup baik

  Perencanaan merupakan aspek di dalam manajemen yang penting dilaksanakan sebelum suatu kegiatan dimulai yaitu kegiatan usahatani. Kegiatan yang telah direncanakan untuk dilaksanakan kemudian disusun secara tertulis menjadi sebuah dokumen perencanaan kegiatan usahatani. Penyusunan secara tertulis dapat membantu petani untuk mengetahui dan merekam apa yang dibutuhkan dalam usahatani yang akan dijalankannya. Dokumen perencanaan kegiatan usahatani tersebut juga lebih baik jika disusun minimal bersama keluarga.

  Penyusunan dokumen bersama penyuluh atau kelompok tani dapat membantu petani mendapatkan saran dan masukan yang baik bagi petani dari para ahli yaitu penyuluh maupun dari rekan dalam kelompok tani berdasarkan pengalaman maupun informasi yang mereka ketahui. Penyusunan dokumen usahatani juga dapat dilakukan bersama keluarga petani tersebut. Penyusunan bersama keluarga bertujuan agar keluarga dapat memberi masukan untuk pelaksanaan usahatani yang akan diusahakan. Selain itu, penyusunan dokumen usahatani bersama keluarga dapat membuat keluarga lebih memahami dan membantu pelaksanaan kegiatan usahatani yang akan dijalankan.

  Kinerja petani di daerah penelitian pada aspek perencanaan masih belum baik (Skor 0). Petani di Kecamatan Merek tidak menyusun dokumen perencanaan kegiatan usahatani kentang secara tertulis. Perencanaan yang dilakukan yaitu merencanakan komoditi apa yang akan ditanam dan berapa jumlah atau luas lahan yang akan ditanami komoditi tersebut. Kegiatan-kegiatan lain yang akan dilaksanakan dalam usahataninya akan dijalankan berdasarkan pengalaman petani tersebut, yaitu pengalaman menanam kentang yang sudah pernah dilaksanakannya. Kinerja petani akan menjadi lebih baik jika petani membuat dokumen tertulis perencanaan kegiatan usahatani yang Perencanaan yang disusun meliputi kegiatan yang akan dilakukan, sarana produksi yang dibutuhkan, biaya yang akan dikeluarkan, jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan, hingga cara dan tujuan pemasaran. Kegiatan perencanaan ini juga akan lebih baik jika petani di daerah penelitian menyusun dokumen tersebut bersama penyuluh, kelompok tani, atau keluarga. Hal ini berguna agar petani mendapat saran dan informasi yang berguna bagi usahatani mereka.

  Setelah melaksanakan kegiatan perencanaan, maka aspek manajemen selanjutnya yang perlu dilaksanakan adalah pengorganisasian. Di dalam kegiatan usahatani yang akan dijalankan, petani perlu mengorganisasikan seluruh kebutuhan yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani. Jika kebutuhan atau sarana produksi yang dibutuhkan tidak dipenuhi dengan baik, apalagi jika merupakan kebutuhan vital, maka kegiatan usahatani berjalan secara tidak lancar atau terhambat bahkan dapat berhenti di tengah kegiatan usahatani. Petani harus mengorganisasikan faktor produksi dan dana sesuai dengan kebutuhan dan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pengorganisasian ini diharapkan dapat membuat usahatani yang telah dijalankan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

  Petani di daerah penelitian dalam pelaksanaan aspek pengorganisasian secara rata-rata secara perencanaan kinerja petani tidak cukup baik, namun para petani dapat menyediakan seluruh faktor produksi yang mereka butuhkan secara tepat waktu sesuai dengan kebutuhan pada usahataninya. Salah satu yang menjadi faktor lancarnya kegiatan pengorganisasian adalah ketersediaan fasilitas yang mendukung dan dapat dijangkau oleh petani. Untuk alat-alat pertanian, petani telah memiliki sebagian besar dari peralatan tersebut. Peralatan untuk usahatani kentang sebagian besar sama dengan peralatan usahatani yang lain, hampir tidak ada peralatan khusus yang sulit didapat. Sedangkan untuk bahan- bahan pertanian seperti pupuk dan obat-obatan tersedia secara memadai. Di daerah penelitian terdapat 8 kios pupuk dan pestisida yang menjual kebutuhan pupuk termasuk juga pupuk subsidi dan juga obat-obatan yang lain. Untuk dana atau biaya yang dibutuhkan, seluruh petani telah memperhitungkan biaya yang dibutuhkan terutama biaya pokok di dalam usahataninya. Sumber-sumber pembiayaan dapat berasal dari petani sendiri maupun pinjaman yang didapat oleh pedagang pengumpul.

  Pada subsistem produksi atau aspek pengaktualisasian pada kegiatan usahatani, terdapat tiga faktor penting yang harus dicapai untuk meningkatkan produktivitas. Tiga faktor tersebut yaitu: pemakaian benih atau bibit unggul, lingkungan yang mendukung, dan perawatan yang baik. Ketiga faktor tersebut peralatan yang memadai, biaya yang cukup, dan jadwal pelaksanaan yang sesuai.

  Produktivitas usahatani kentang di daerah penelitian hampir setara dengan produktivitas kentang nasional secara rata-rata. Tingkat produktivitas kentang nasional secara rata-rata adalah sebesar 17 ton/ha. Sedangkan produktivitas kentang di daerah penelitian secara rata-rata adalah sebesar 14,66 ton/ha. Walaupun produktivitas kentang di daerah penelitian sedikit lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas kentang nasional, namun ditinjau dari segi proses produksi yang telah dilakukan, petani di daerah penelitian telah memiliki kinerja yang baik pada aspek pengaktualisasian atau pada subsistem produksi.

  Produktivitas kentang di daerah penelitian yang masih rendah disebabkan oleh benih yang dipakai bukan benih unggul bersertifikat. Benih yang dipakai oleh petani di daerah penelitian merupakan benih yang telah berulang kali dipakai sejak pembelian pertama benih bersertifikat. Pemakaian benih unggul dapat meningkatkan produktivitas karena menghasilkan banyak umbi dengan ukuran yang sarana produksi, sebagian dari memadai sebagai kentang konsumsi kegiatan budidaya, dan kegiatan serta tahan hama dan penyakit. Oleh pemasaran yang dapat menjual karena itu, pemakaian benih unggul seluruh hasil produksi kentang. yang paling penting diperhatikan dan Kinerja agribisnis akan menjadi lebih dilaksanakan, kemudian didukung baik dan dapat meningkatkan dengan kegiatan budidaya yang baik. pendapatan serta kesejahteraan

  Aspek selanjutnya dalam petani apabila petani melaksanakan manajemen usahatani yaitu aspek seluruh aspek manajemen maupun agar seluruh kegiatan usahatani yang efisien, dan efektif. telah dijalankan berjalan sesuai dengan rencana atau tujuan dari

  IV. KESIMPULAN DAN SARAN

  kegiatan usahatani. Tujuan utama

  4.1. Kesimpulan

  dari kegiatan usahatani adalah untuk meningkatkan pendapatan dan Berdasarkan hasil penelitian kesejahteraan petani. Hal-hal yang diperoleh beberapa kesimpulan, perlu diawasi antara lain kegiatan yaitu: produksi, pascapanen, dan 1) sistem agribisnis

  Kinerja pemasaran. Di dalam aspek kentang di daerah penelitian pengawasan, harus ada tindakan cukup baik dengan total skor antisipasi dan penanganan apabila sebesar 109,77. terjadi hal-hal yang diluar perkiraan

  2) Skor total untuk setiap aspek atau rencana. manajemen agribisnis kentang

  Aspek pengawasan yang di Kecamatan Merek, dilakukan petani di daerah penelitian

  Kabupaten Karo adalah: secara rata-rata masih belum cukup a.

  Perencanaan: baik (skor 15,3). Pengawasan beserta 0 (skor maksimal: 60) tindakan penanganan yang dilakukan b.

  Pengorganisasian: hanya pada penyediaan faktor 34,82 (skor maksimal: 40) produksi. Tidak ada tindakan c.

  Pengaktualisasian: penanganan pada kegiatan tanam 59,65 (skor maksimal: 80) yang tidak berjalan sesuai jadwal d.

  Pengawasan: serta ketika harga kentang turun.

  15,30 (skor maksimal: 20) Dari uraian-uraian kinerja sistem agribisnis kentang, diketahui bahwa terdapat sinergitas yang belum baik dan menyeluruh dalam kegiatan usahatani kentang oleh petani di daerah penelitian. Kinerja agribisnis yang baik hanya terdapat dalam kegiatan pengorganisasian

4.2 Saran

  V. DAFTAR PUSTAKA

  Pemerintah sebaiknya membangun sarana dan prasarana Arifin, B. 2001. Spektrum Kebijakan yang perlu untuk meningkatkan Pertanian Indonesia . Erlangga. kinerja sistem agribisnis kentang, Jakarta yaitu balai penelitian dan produksi bibit kentang di Kecamatan Merek, Downey, W.D. dan Erickson S.P. Kabupaten Karo. Balai tersebut 2000. Manajemen Agribisnis. berfungsi untuk menghasilkan bibit Edisi kedua. Penerjemah: aksesnya terjangkau petani. Erlangga. Jakarta Sebaiknya juga didirikan balai riset pengolahan dan pemasaran kentang Setiadi.2009. Budi Daya Kentang. untuk meningkatkan nilai tambah Penebar Swadaya.Jakarta kentang.

  Petani kentang sebaiknya ikut Soekartawi, 2003.Agribisnis Teori aktif dalam setiap program-program

  dan Aplikasinya . PT

  pemerintah yang sedang berjalan RajaGrafindo Persada. Jakarta serta melanjutkan program-program yang telah selesai. Petani sebaiknya Suratiya, K.2006.Ilmu Usahatani. lebih sadar, adaptif, dan adoptif pada

  Penebar Swadaya. Jakarta setiap teknologi baru mulai dari teknologi produksi hingga teknologi pascapanen.

  Kecamatan Merek, Kabupaten Karo memiliki potensi lingkungan yang sangat mendukung produksi kentang sehingga sebaiknya varietas tanaman kentang yang ditanam sebaiknya lebih divariasikan, tidak hanya varietas “Granola”. Salah satu varietas kentang yang sebaiknya ditanam juga adalah varietas “Atlantic/Atlantik/Atlantis”. Varietas tersebut menghasilkan kentang dengan harga yang cenderung lebih tinggi, dan jika dilakukan pengolahan lanjutan akan menghasilkan nilai tambah yang tinggi.