BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Dasar se- Gugus I Gajah Mada Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Mutu Pendidikan

  Mutu pendidikan dari pemikiran Nasution, 2005: mutu adalah sesuai dengan yang diisyaratkan atau yang distandarkan. Sedangkan Amtu, 2011: mengatakan bahwa mutu adalah kondisi yang terkait dengan kepuasan pelanggan terhadap barang atau jasa yang diberikan oleh produsen. Pengertian mutu menurut Sallis (2006) adalah konsep yang absolut sekaligus relatif. Sallis 2010: Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri.

  Danim (2007) mengatakan, mutu mengandung makna derajat keunggulan sesuatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang atau jasa. Berdasarkan pendapat diatas mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh serta sesuatu yang distandarkan sesuai dengan harapan pelanggan untuk memenuhi harga dirinya untuk memuaskan pelanggannya.

  Mutu pendidikan adalah sesuai yang diiasyaratkan/distandarkan dengan kondisi yang terkait dengan kepuasan pelanggan terhadap barang/ jasa serta sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif yang berhubungan dengan gairah dan harga diri. Mutu dalam konsep absolut memiliki pengertian bahwa mutu merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan, dalam konsep relatif mutu merupakan sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan kebutuhan pelanggan (quality in perception).

2.1.2. Konsep Dan Substansi Mutu Sekolah

  Bagi setiap institusi mutu adalah merupakan tujuan utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Filosofi mutu Dr. Edward Deming dikembangkan berdasarkan kebutuhan untuk memperbaiki kondisi kerja bagi setiap pegawai. Berdasarkan filosofi tersebut, Arcaro (2007) mengembangkan definisi mutu yang dapat diterapkan dalam dunia pendidikan adalah suatu proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Menurut pendapat ahli diatas mutu adalah suatu kebutuhan yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan dimana kebutuhan itu selalu dinamis dan terstruktur dengan maksud untuk memperbaiki kinerja pegawainya ataupun memperbaiki keluaran yang dihasilkan misalnya peserta didik.

  Sedangkan menurut Sallis (2012) berpendapat ada dua konsep tentang mutu. Mutu dalam konsep absolut yaitu suatu idialisme yang tidak dapat di kompromikan. Produk yang bermutu adalah sesuatu

  10 yang dibuat sempurna dengan biaya mahal. Sementara dalam konsep relatif mutu adalah sesuatu yang memuaskan dan melampui keinginan kebutuhan pelanggan (quality in perception). Dalam dunia pendidikan salis mempertegas mutu merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu sekolah untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Menurut pendapat diatas mutu dibedakan dalam dua konsep yaitu konsep absolut dan konsep relatif, dimana kedua konsep itu sangat membantu dalam dunia pendidikan untuk menentukan arah atau hasil lulusan diperlukan kinerja guru yang sempurna dan membutuhkan biaya yang mahal agar nantinya dapat memuaskan pelanggan atau bahkan melampaui apa yang dibutuhkan oleh pelanggan itu sendiri.

  Mutu pendidikan menurut Permendiknas nomor 63 tahun 2009 adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Selanjutnya menutur Oemar Hamalik (1990) pengertian mutu dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi normatif dan segi deskritif. Dalam artian normatif mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan (kriteria), intrinsik dan ekstrensik. Berdasarkan kriteria intrinsik, mutu pendidikan merupakan produk pendidikan yakni manusia yang terdidik, sesuai dengan standar ideal. Berdasarkan kriteria eksrinsik, pendidikan merupakan instrument untuk mendidik tenaga kerja yang terlatih. Dalam artian deskritif, mutu ditentukan berdasarkan keadaan senyatanya, misalkan hasil tes prestasi belajar siswa. Menurut pendapat diatas mutu haruslah normatif sesuai dengan Sistim Pendidikan Nasional baik itu dari segi normatif ataupun segi deskriptif yang sangat besar peransertanya dalam dunia pendidikan , karena mutu pendidikan akan lebih dibaca oleh pelanggan bila melihat hasil pendidikan melalui hasil tes prestasi belajar dengan norma yang ditentukan oleh Permendiknas.

  Pengertian mutu menurut Ahmad, (2004 ) “Mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional efisien terhadap kompenen-komponen yang berkaitan dengan sekolah sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang belaku”.

  Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah upaya yang dilakukan secara dinamis, terus menerus serta berkelanjutan. Pendidikan selalu berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dan perkembangan jamannya.Oleh karena itu pendidikan akan selalu melakukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan

  12 pendidikan bagi masyarakat yang berharap memberikan hasil yang sesuai keinginan.

2.1.3. Lingkungan Belajar Sekolah

  Purwanto (2006) berpendapat bahwa lingkungan meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Dalyono (2005) lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun bersifat sosio- kultural. Baharuddin, (2007) menyatakan bahwa lingkungan merupakan sesuatu yang mengelilingi individu di dalam hidupnya, baik dalam bentuk lingkungan fisik seperti orang tua, rumah, kawan bermain, dan masyarakat sekitar maupun dalam bentuk lingkungan psikologis seperti perasaan- perasaan yang dialami, cita-cita, persoalan-persoalan yang dihadapi dan sebagainya. Berdasarkan dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar adalah segala sesuatu serta kondisi yang ada di sekitar siswa yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi yang sedang dipelajari baik itu material dan stimulus dari dalam dan dari luar individu yang akan menumbuhkembangkan individu untuk membentuk pribadi yang baru. Menurut Sagala (2012) proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase yaitu: 1) Informasi, dalam tiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi yang dapat menambah pengetahuan yang telah dimiliki, memperhalus dan memperdalamnya, ataupun bertentangan dengan apa yang telah diketahui; 2)

  transformasi, informasi yang telah diterima harus

  dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak, atau konseptual ke dalam bentuk yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan; 3) evaluasi, kemudian dinilai hingga manakah pengetahuan yang diperoleh dan ditranformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. Menurut pendapat diatas proses belajar dapat melalui

  3 fase yaitu menginformasikan pelajaran untuk menambah pengetahuan siswanya, kemudian mentransformasikan kedalam bentuk yang lebih konkrit dengan bantuan guru serta menilai sejauh mana manfaatnya.

2.1.4. Prestasi Belajar Siswa

  Tirtonegoro (1984) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan penilaian aktivitas belajar siswa yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai siswa dalam periode terentu.

  14

  Semiawan (1997) menyatakan bahwa prestasi belajar terkait data otentik yang diperoleh dari tes hasil belajar. Arikunto (2006) menyebutkan bahwa prestasi harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang ditetapkan setiap bidang studi. Menurut Syah (2008), Prestasi Belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk symbol untuk menyatakan hasil yang diraihnya. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan tes/evaluasi. Hasil dari evaluasi tersebut dapat mencerminkan tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa sesuai dengan tingkatan- tingkatan prestasi siswa.

  Menurut Mujiman (2007), kemandirian belajar adalah sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki. Ahmadi (2004) menyatakan kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri pada orang lain. Sedangkan Tirtaraharja (2005) berpendapat kemandirian belajar adalah aktivitas yang berlangsung lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan disertai rasa tanggung jawab dari diri pembelajar. Menurut pengertian

  • –pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kegiatan belajar siswa yang didorong atas kemauan sendiri untuk dapat menguasai kompetensi yang sedang dipelajari dengan didorong oleh kemauan diri sendiri tanpa menggantungkan kepada orang lain yang disertai rasa tanggung jawab.

2.2. Strategi

2.2.1 Strategi Peningkatan Mutu Sekolah

  Sebuah lembaga/suatu organisasi tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai, untuk mencapai tujuan itu diperlukan sebuah strategi. Menurut Rangkuti, 2006: Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

  Sanjaya (2006) berpendapat bahwa strategi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Perumusan tujuan yang jelas harus diperhatikan sebelum menentukan strategi. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan juga perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi. Dalam sebuah organisasi/lembaga dapat menggunakan strategi secara tepat agar dapat meningkatkan

  16 mutunya atau hasil yang diharapkan baik oleh pihak sekolah, dinas, maupun masyarakat/wali murid.

  Salah satu indikator bahwa suatu organisasi bermutu dapat dilihat dari kinerjanya setelah pengaturan strategi pencapaian mutunya. Dapat diartikan bahwa strategi adalah metode/alat yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk mendapatkan keberhasilan/kesuksesan dalam mencapai tujuan organisasi.

  Moeheriono (2012) mengatakan bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui strategi suatu organisasi. Muhaimin (2011) berpendapat bahwa strategi merupakan kebijakan-kebijakan penting dari sekolah yang penting untuk diambil agar dapat digunakan sebagai patokan dalam pembuatan program. Sekolah dalam hal ini Gugus I Gajah Mada adalah merupakan salah satu organisasi yang harus mempunyai strategi yang jitu untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu sekolah.

  Strategi ini akan dicapai dalam jangka panjang (10 tahun) dan menengah (5 tahun), hal ini akan menjadi acuan rencana jangka pendek (1 tahun).

  Kesimpulan dari pendapat diatas bahwa strategi dan kinerja dalam bidang organisasi menunjukkan keberhasilan dari suatu strategi yang dilaksanakan oleh Gugus I Gajah Mada diketahui dari kinerja di sekolahnya masing-masing tersebut.

  Strategi menurut beberapa pendapat diatas adalah kebijakan-kebijakan yang penting dari sekolah untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan dan mengembangkan mutu sekolah dengan menyusun strategi yang tepat. Dalam perumusan tujuan yang akan dicapai harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai tujuan perlu dipertimbangkan dalam menyusun strategi.

  Untuk mendapatkan strategi yang tepat, Gugus

  I Gajah Mada perlu mengetahui informasi tentang faktor-faktor di sekolah yang mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai tujuan. Karena itu Gugus I Gajah Mada perlu melakukan analisis terhadap lingkungan strategisnya. Analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengambil langkah- langkah dalam penyusunan strategi di Gugus I Gajah Mada.

  Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Menurut Crosby (dalam Nasution, 2005) mutu adalah sesuai dengan yang diisyaratkan atau yang distandarkan.

  18

  Sedangkan Amtu, 2011: mengatakan bahwa mutu adalah kondisi yang terkait dengan kepuasan pelanggan terhadap barang atau jasa yang diberikan oleh produsen.

  Mutu dalam konsep absolut memiliki pengertian bahwa mutu merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam konsep relatif mutu merupakan sesuatu yang memuaskan dan melampaui keinginan kebutuhan pelanggan (quality in perception).

  Danim (2007) mengatakan, mutu mengandung makna derajat keunggulan sesuatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang atau jasa. Berdasarkan pendapat diatas mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh serta sesuatu yang distandarkan sesuai dengan harapan pelanggan untuk memenuhi harga dirinya.

  Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses dan output pendidikan Sukmadinata, (2006). Input pendidikan merupakan segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya. Output pendidikan yaitu prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses sekolah. Output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam (1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, Ujian Sekolah, karya ilmiah, lomba akademik; dan (2) prestasi non- akademik, seperti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.

  Sementara Sagala (2010) menjelaskan mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa pelayanan pendidikan secara internal maupun eksternal yang menunjukkan kemampuannya memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat. Menurut Chapmans (2011), mutu pendidikan meliputi: 1) context: kualitas pendidikan secara jelas boleh mengacu pada input (jumlah guru, banyaknya pelatihan guru, banyaknya buku teks); 2) process: kualitas pendidikan boleh mengacu pada jumlah waktu pembelajaran langsung dan peningkatan belajar aktif; 3) output: kualitas pendidikan boleh mengacu pada skor tes dan jumlah rata-rata lulusan yang tinggi; dan 4) outcome: kualitas pendidikan boleh mengacu pada kinerja atau pencapaian target dan tujuan spesifik.

  Leba (2013), berpendapat terdapat empat pandangan yang berkembang untuk memaknai tentang mutu pendidikan empat, yaitu: (1) Mutu Pendidikan dipandang berdasarkan kemampuan peserta didik

  20 setelah mempelajari suatu materi pelajaran. Hal ini dibuktikan dengan nilai raport atau nilai US. (2) Mutu pendidikan dipandang dari produktivitas keluarannya, yakni pekerjaan yang diperoleh, tingkat gaji dan status. (3) Mutu Pendidikan dipandang berdasarkan kriteris sosial yang lebih luas, misalnya pandai dalam berpidato, terampil memimpin organisasi, pandai berdiplomasi. (4) Mutu pendidikan ditinjau dari komponen pendidikan ditinjau dari komponen pendidikan yang bermutu seperti keadaan guru (jumlah dan kualifikasi pendidikan guru).

  Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam mengelola sumber daya yang ada sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki pencapaian prestasi belajar yang tertinggi baik dibidang akademik maupun non akademik.

  Nuraniyah, (2012): mengatakan peningkatan mutu pendidikan adalah kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang ada di sekolah sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku.

  Menurut Zamroni (2007) peningkatan mutu berkaitan dengan target yang harus dicapai, proses untuk mencapai dan faktor-faktor yang terkait.Dalam peningkatan mutu perlu diperhatikan dua aspek, yaitu aspek kualitas dan aspek proses mencapai hasil tersebut. Peningkatan mutu pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekolah dengan melibatkan komponen-komponen yang ada untuk meningkatkan kualitas hasil sesuai dengan target sekolah, yaitu prestasi belajar siswa yang tinggi/ yang berlaku.

  Dari beberapa pendapat diatas maka rencana strategis pendidikan dalam penelitian ini adalah rencana yang dilakukan oleh stakeholder sekolah dengan memperhatikan prinsip perbaikan hasil pendidikan, membawa perubahan yang lebih baik, prioritas kebutuhan, partisipasi, keterwakilan, realitas sesuai dengan analisis SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi, keterpaduan menyeluruh, transparan, dan keterkaitan serta kesepadanan secara vertical dan horizontal dengan rencana-rencana lain.

2.2.2. Program Peningkatan Mutu

  Strategi peningkatan mutu sekolah tidak lepas dari strategi yang dilakukan dalam rangka TQM. Alasan yang mendasarinya adalah : 1.

  Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan unsur

  • –unsur yang ada dalam lingkungan sekolah

  22

  2. Menigkatkan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik, wali murid, beserta masyarakat sekitar.

2.2.3. Ujian Sekolah

  Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

  54 Tahun 2013, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. SKL terdiri atas kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.

  Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat Kompetensi yang dituangkan dalam persyaratan Kompetensi tamatan, Kompetensi bahan kajian Kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. SI ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.

  Termasuk dalam Standar Isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang memuat:kerangka dasar dan struktur kurikulum,Kerangka dasar kurikulum adalah rambu- rambu yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.

  Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta kemampuan lainnya dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Kurikulum yang masih berlaku untuk kelas III dan VI

  24 sekarang adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dikembangkan di tingkat satuan pendidikan.

  Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.

  Menurut Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan kualifikasi kemampuanlulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi Kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan serta kemampuan lainnya dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik.Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti tidak ada intervensi dari Dinas pendidikan atau Departemen pendidikan Nasional sehingga sekolah dapat mandiri dalam menentukan SKL sekolah masing-masing.

  Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan juga komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.

  Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013, Standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan. Sebuah proses pendidikan, dari tingkat satuan pendidikan sampai tingkat nasional dapat dikatakan berhasil apabila kompetensi lulusan yang ditargetkan dapat tercapai dengan sempurna. Oleh karena itu, diperlukan beberapa tahapan-tahapan dan

  26 serangkaian strategi yang nantinya dijadikan pedoman untuk mencapai target tersebut. Standar proses merupakan sebuah pedoman, atau tahapan langkah- langkah bagi para guru saat mereka memberikan pembelajaran dalam kelas, dengan harapan proses pendidikan yang berlangsung bisa efektif, efesien dan inovatif. Sehingga beberapa target atau kriteria mengenai kompetensi lulusan dapat tercapai dengan sempurna sesuai dengan kondisi siswa di dalam kelas itu. Karena itu, Permendikbud no 65 tahun 2013 mengamanatkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

  Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

  19 Tahun 2007, Standar Pengelolaan Pendidikan adalah Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, propinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Pengelolaan sekolah tersebut didasarkan pada perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem informasi manajemen. Sekolah mengembangkan perencanaan program mulai dari penetapan visi, misi, tujuan, dan rencana kerja. Pelaksanaan rencana kerja sekolah didasarkan pada struktur organisasi dan pedoman pengelolaan secara tertulis dibidang kesiswaan, kurikulum dan kegiatan pembelajaran, pendidikan dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan dan pembiayaan disamping itu pelaksanaannya juga mempertimbangkan budaya dan lingkungan sekolah, serta melibatkan peran serta masyarakat dalam hal ini wali murid.

  Menurut Peraturan Menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia No 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni Standar Pengelolaan oleh satuan pendidikan, Standar Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan Standar Pengelolaan oleh Pemerintah. (a) Standar Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan, berdasarkan pasal 49, pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

  28 menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, danakuntabilitas. Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi; (b) Standar Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah, sesuai dengan

  Pasal 59(1), Pemerintah daerah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan program: wajib belajar; peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah; penuntasan pemberantasan buta aksara; penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun masyarakat; peningkatan status guru sebagai profesi; akreditasi pendidikan; peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat; dan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan. (c) Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah sesuai dengan Pasal (60), Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan bidang pendidikan dengan memprioritaskan program: Wajib Belajar; peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi;penuntasan pemberantasan buta aksara; penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselengarakan oleh pemerintah maupun masyarakat; peningkatan status guru sebagai profesi; peningkatan mutu dosen; standarisasi pendidikan; akreditasi pendidikan; peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan lokal, nasional dan global; pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan; dan penjaminan mutu pendidikan nasional. Beberapa aspek standar pengelolaan sekolah yang harus dipenuhi adalah meliputi: perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan evaluasi kepemimpinan sekolah/madrasah sistem informasi manajemen.

  Pedoman Pengelolaan Sekolah/Madrasah Meliputi :Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); Kalender pendidikan /akademik; Struktur organisasi sekolah/madrasah; Pembagian tugas di antara pendidik; Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan; Peraturan akademik; Tata tertib sekolah/madrasah; Kode etik sekolah/madrasah; Biaya operasional sekolah/madrasah. Penyusun Pedoman-Pedoman sekolah/madrasah berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional Pedoman Pengelolaan KTSP, kaldik dan pembagian tugas mengajar dan tenaga kependidikan harus dievaluasi dalam skala tahunan. Pedoman Pengelolaan lainnya dievaluasi sesuai kebutuhan. Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan Membuat laporan pertanggung jawaban; Pelaksanaan Pengelolaan bidang akademik pada rapat Dewan Pendidik; Pelaksanaan Pengelolaan bidang non- akademik pada rapat Komite Sekolah/Madrasah;

  30

  Menyampaikan laporan tersebut pada akhir tahun sebelum penyusunan Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS)/Madrasah tahunan berikutnya. Fungsi Rencana Kerja Anggaran Tahunan (RKAT) sebagai dasar pengelolaan sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.

  Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007, Standar Penilaian Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian dapat diperoleh melalui ulanganharian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan akhir semester dan ujian sekolah.

  Ujian Sekolah (US) merupakan kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi pesertadidik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan (Permendiknas,2007). Sebagai tanda telah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, siswa diberikan surat tanda lulus dan ijazah. Surat tanda lulus adalah surat pernyataan yang diberikan kepada siswa yang dinyatakan lulus dalam mengikuti ujian sekolah dan memuat daftar nilai hasil ujian seluruh mata pelajaran yang diujikan. Sedangkan ijazah adalah surat pernyataan resmi dan sah yang menyatakan siswa telah menyelesaikan pendidikan pada suatu jenjang pendidikan.

  Tujuan diadakan Ujian Sekolah (US) adalah mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik dan mengukur mutu pendidikan di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan sekolah/madrasah (Kepmendiknas, 2003).Fungsi Ujian Sekolah sebagai alat pengendali mutu pendidikan, pendorong peningkatan mutu pendidikan,dan bahan dalam menentukan kelulusan siswa. Keeves (1994) menyatakan bahwa ujian akhir berfungsi untuk sertifikasi, seleksi, survei, dan pengendalian mutu pendidikan. Agar fungsi dapat berjalan sebagaimana mestinya, ujian akhir merupakan suatu proses sistematik untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mengartikan, dalam rangka mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan pembelajaran (Grounlund, 1985). Dengan demikian fungsi ujian dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas dan tingkat pencapaian atau keberhasilan suatu program pengajaranyang sudah dilaksanakan dari waktu yang sudah ditentukan.

  32

  Menurut Kasir (2014) Hasil Ujian Sekolah juga akan digunakan sebagai tolok ukur untuk dapat menempuh ke jenjang berikutnya, yakni Sekolah Menengah Pertama (SMP). Nilai US akan digunakan untuk seleksipenerimaan masuk sekolah SMP. Sehingga hanya siswa yang memperoleh nilai US yang tinggi yang dapat diterima di sekolah favorit sedangkan siswa yang mendapatkan nilai rendah tidak dapat diterima masuk ke sekolah favorit tersebut, atau hanya mendapatkan sekolah di daerah pinggiran yang tergolong biasa/sering sekolah yang dipandang sebelah mata mutunya oleh masyarakat.

  Udiutomo (2013) mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang mendukung tetap dilangsungkannya Ujian Sekolah di akhir masa sekolah. Alasannya dalah sebagai berikut : 1) Evaluasi adalah dimensi penting dalam manajemen, tidak terkecuali di bidang pendidikan, yaitu digunakan untuk mewujudkan perbaikan yang berkesinambungan; 2) Inti persoalan adalah Ujian sebagai syarat kelulusan, bukan keberadaan Ujian itu sendiri; 3) Keberadaan ujian sebagai bentuk evaluasi banyak mendorong sikap positif; 4) Salah satu fungsi Ujian Sekolah adalah pemetaan kualitas pendidikan di Indonesia dan fungsi ini perlu dipertahankan; 5) Ujian sekolah adalah salah satu proyek pemerintah yang berorientasi output, dan hal ini perlu dipresiasi; 6) Kualitas identik dengan standar dan Ujian Sekolah mencoba untuk menghadirkan standar tersebut.

  Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ujian sekolah merupakan suatu kegiatan penilaian akhir bagi siswa untuk mengetahui keberhasilan proses belajar mengajar pada jenjang pendidikan tertentu.Dan harus disadari pula bahwa Ujian Sekolah bukan satu - satunya tolok ukur mutu pendidikan, karena produk pendidikan berkualitas juga ditentukan oleh proses pendidikan yang berkualitas pula. Namun demikian kita juga harus mengakui, bahwa betapa sulitnya menemukan pola strategi yang benar - benar akurat untuk melakukan penilaian secara nasional apabila dihadapkan dengan dimensi biaya, waktu, geografis, kualitas, efektivitas, efisiensi dan varians lainnya yang terkait dengan penyelenggaran Ujian Sekolah. Namun sampai saat ini Ujian Sekolah adalah satu-satunya alat yang digunakan oleh pemerintah untuk melakukan penilaian kualitas pendidikan.

  Irianto (2011) berpendapat ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh siswa dalam mengikuti Ujian Sekolah, yaitu: Pertama, keputusan lulus tidaknya seorang siswa akan ditentukan oleh hasil ujian sekolah. Kedua, siswa sebaiknya dalam menghadapi ujian mempunyai sikap yang tenang dan proposional bahwa ujian sebagai sesuatu yang harus

  34 dihadapi. Ketiga, proaktif siswa sendirilah yang menentukankeberhasilan dalam menghadapi ujian.

  

Keempat, dibutuhkan perencanaan belajar dalam

  menghadapi ujian. Kelima, seringnya berlatih memecahkan soal-soal dapat membantu dalam menghadapi ujian. Keenam belajar kelompok merupakan salah satu cara yang dapat dipakai untuk berbagi dengan teman yang lain dalam memecahkan soal dan saling menguatkan motivasi belajar dan prestasi. Ketujuh, masih terdapat siswa yang datang ke sekolah dan hadir di kelas hanya sekedar hadir saja, tidak mengoptimalisasikan semua potensi dirinya untuk meraih hasil prestasi terbaiknya. Kedelapan, keyakinan bahwa jika lulus maka orang tua akan senang dan bangga. Kesembilan, keberhasilan merupakan usaha dan kerja keras yang mendapat pertolongan dari Tuhan. Menurut pendapat diatas ada 9 tahapan yang harus dilalui untuk mengikuti ujian sekolah.

2.3 Analisis SWOT

  Salah satu alat analisis yang baik untuk mengetahui hal-hal yang diperlukan dalam membuat rencana strategis untuk meningkatkan mutu sekolah adalah analisa SWOT. Analisa SWOT merupakan alat yang efektif dalam menempatkan potensi sekolah. SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan),

  

Weakness (kelemahan), Oportunities (peluang), Threats

(tantangan).

  (Dewi Asri, Haris, Mustain dan Very Budiman, 2013) Analisis SWOT adalah alat perencanaan stratejik yang penting untuk membantu perencanaan sehingga dapat membandingkan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dengan peluang dan ancaman dari eksternal. S = Strengths, adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program saan ini. W = Weakness adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari organisasi atau program saan ini. O = Oportunities adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi dimasa depan.

  T = Threats situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang dating dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi dimasa depan.

  Dalam dunia pendidikan khususnya Sekolah Dasar se Gugus I Gajah Mada Kecamatan Bringin analisa SWOT digunakan untuk mengevaluasi fungsi pengembangan, perencanaan, ketenagaan, proses

  36 belajar mengajar, fungsi akademik, fungsi hubungan sekolah dengan masyarakat dan pemerintah dan lainya. Analisa SWOT dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing factor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik faktor internal maupun eksternal (Depdiknas 2002).

  Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis adalah adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu yang sedang terjadi, memutuskan tindakan yang akan diambil, untuk memecahkan masalah yang ada dalam sekolah.

  Menurut Boulton (dalam Rangkuti 2009) proses untuk melaksanakan analisis kasus dapat dilihat dalam diagram analisis kasus. Kasus yang terjadi di sekolah harus dijelaskan sehingga dapat diketahui permasalahan yang timbul. Metode yang sesuai dapat dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan secara tepat dan efektif dipergunakan, memahami secara detail keseluruhan informasi yang ada dan melakukan analisis numerik. Lihat Gambar 2.1

Gambar 2.1 Diagram Proses Analisis Kasus

  Mengetahui Strategi perusahaan Jelaskan Situasi

  Tentukan dan evaluasi lingkungan peluang dan ancaman Tentukan dan evaluasi kekuatan dan kelemahan perusahaan

  Evaluasi Situasi Analisis masalah yang perlu Cari Tentukan alternatif dan pilih strategi mendapat perhatikan

  Pemecahan Masalah

Sumber : Rangkuti, 2009

2.3.1. Tujuan Analisis SWOT

  Menurut Rangkuti (2011:197), tujuan analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategis suatu organisasi.

  Suatu perusahaan atau organisasi sangat penting melakukan analisis SWOT, karena dengan analisis SWOT perusahaan itu akan dapat menentukan: a.

  Panduan bagi perusahaan/organisasi termasuk lembaga Pendidikan untuk menyusun berbagai

  38 kebijakan strategis terkait rencana dan pelaksanaan di masa akan datang. Dengan adanya analisa ini, maka diharapkan perusaha-an/organisasi akan mampu memilih kebijakan dan rencana terbaik untuk perkembangan bisnis di masa akan datang.

  b.

  Bentuk evaluasi kebijakan strategis dan sistem perencanaan sebuah perusahaan/organisasi.

  Analisa SWOT akan membantu perusahaan/ organisasi dalam memikirkan berbagai upaya evaluasi kebijakan yang dirasa merugikan dan mana yang menguntungkan. Menetapkan berbagai rancangan terbaru sebagai solusi berbagai masalah yang ditemukan melalui evaluasi analisa SWOT tersebut.

  c.

  Berbagai informasi mengenai kondisi perusahaan/ organisasi, selanjutnya melalui informasi yang ada tersebut akan menjadi pedoman bagi pemilik perusahaan maupun perancang kebijakan untuk melakukan berbagai kebijakan baru sebagai solusi atas hasil analisa yang sudah ada.

  d.

  Berbagai tantangan ide-ide baru bagi pihak manajemen perusahaan/organisasi. Adanya berbagai permasalahan seperti kelemahan, peluang serta kekuatan yang kecil ataupun ancaman dari pihak luar akan mendorong bagian dari manajemen perusahan untuk menemukan berbagai ide kebijakan yang lebih fresh dan akan lebih efektif menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang ada.

2.3.2. Langkah-langkah Analisis SWOT

  Menurut Rangkuti (2013: 23) menjelaskan bahwa penyusunan perencaaan srategis dapat dilakukan melalui 3 tahap analisis yaitu:

1) Tahap Pengumpulan Data

  Tahap ini merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal yang dapat diperoleh dari lingkungan luar perusahaan yang meliputi analisis pasar, analisis competitor, analisis komunitas, analisis pemasok, analisis pemerintah, analisis kepentingan tertentu dan data internal yang dapat diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri meliputi laporan keuangan, laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan kegiatan operasional, laporan kegiatan pemasaran.

  Tahap pengumpulan data ini dapat diperoleh melalui wawancara, angket, dokumen laporan, maupun FGD (Focus Group Discussion). Adapun model-model yang digunakan dalam analisis SWOT antara lain sebagai berikut : a.

  Matriks Faktor Staretegi Eksternal EFAS (Eksternal

  Strategic Factor Analysis Summary)

  40

  Cara penentuan faktor energi eksternal (Rangkuti, 2013: 25) yaitu (1)

  Menyusun 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman pada kolom 1. (2)

  Memberi bobot masing-masing faktor strategis pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor itu diberi bobot didasarkan pada dapat memberikan dampak pada faktor strategis. (3)

  Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kodisi bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori peluang) diberi nilai dari

  1 sampai 4 dengan membandingkan dari rata-rata pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya, jika ancaman besar sekali nilainya 1, sedangkan jika nilai ancaman kecil/ di bawah pesaing-pesaingnya nilainya 4

  (4) Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan nilai

  (rating) pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah).

  (5) Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya.

  (6) Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategis eksternalnya.

  Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan dengan objek industri lainnya dalam kelompok industri yang sama.

  b.

  Matrik Faktor Strategi Internal IFAS (Internal

  Strategic Factor Analysis Summary)

  Cara penentuan faktor energi internal yaitu: (1) faktor-faktor kekuatan dan

  Menentukan kelemahan pada Tabel IFAS kolom 1. (Rangkuti, 2014)

  (2) Memberi bobot masing-masing faktor strategis pada kolom 2, dengan skala 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor itu diberi bobot didasarkan pengaruh posisi strategis (Rangkuti, 2014)

  (3) Menghitung rating pada kolom 3 untuk masing- masing faktor dengan skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (lemah), berdasarkan

  42 pengaruh faktor tersebut terhadap kodisi kawasan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif pada variabel kekuatan diberi nilai dari 1 sampai 4 dengan cara membandingkan terhadap rata-rata pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya jika kelemahan besar sekali (dibanding dengan rata- rata pesaing sejenis) nilainya adalah 1, sedangkan jika nilai kelemahan rendah/di bawah rata-rata pesaing-pesaingnya nilainya 4. (4)

  Mengalikan bobot dengan nilai (rating) untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4.

  Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing- masing faktor nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (menonjol) sampai dengan 1,0 (lemah). (5)

  Menjumlahkan skor pembobotan untuk mempe- roleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor- faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

2) Tahap Analisis

  Tahapan analisis dalam SWOT adalah memanfaatkan semua data dan informasi dalam model- model kuantitatif perumusan strategi (Rangkuti, 2001:30). Analisis SWOT terlebih dahulu dilakukan pencermatan (scanning) yang pada hakekatnya merupakan pendataan dan pengidenti- fikasian sebagai pra analisis (Diklat Spamen, 2000 : 3). Dalam tahapan ini akan tampak jelas bila dibuat dalam bentuk matrik, ada beberapa matrik yaitu: Matrik TOWS atau Matriks SWOT, Matrik BCG, Matrik Internal Eksternal, Matrik SPACE, dan Matrik Grand Starategy. Namun pada penelitian ini penulis menggunakan Matrik TOWS atau SWOT.

  Matrik SWOT adalah matrik yang menginteraksikan faktor strategis internal dan eksternal. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman (eksternal) yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (internal) yang dimiliki (Rangkuti, 2001:31).

  Hasil dari interaksi faktor strategis internal dengan eksternal menghasilkan alternatif-alternatif strategi. Matrik SWOT menggambarkan berbagai alternatif strategi yang dapat dilakukan didasarkan hasil analisis SWOT (Purnomo, Zulkieflimansyah, 1996:87

  44

Tabel 2.1 Matrik SWOT
  • – 10 Faktor

    Kelemahan Internal

    WEAKNESSES (W) Tulis 5
  • – 10 Faktor Kekuatan Internal OPPORTUNIES (O) Tul
  • – 10 Faktor peluang eksternal

    STRATEGI SO

    Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimal- kan kelemahan untuk memanfaat- kan peluang TREATHS (T)
  • – 10 Faktor ancaman eksternal

    STRATEGI ST

    Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimal- kan kelemahan dan menghindari ancaman

  

Sumber: Rangkuti.2014

a.

Dokumen yang terkait

LAPORAN S K R I P S I IMPLEMENTASI AUGMENTED REALITY PADA PEMBELAJARAN DOA ISLAMI UNTUK ANAK USIA DINI BERBASIS ANDROID INA SURYANI NIM. 201451182

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Bersaing Berbasis Kearifan Religi untuk Meningkatkan Jumlah Peserta Didik SD Negeri Jombor Tuntang

0 0 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1.Strategi Bersaing 2.1.1.1. Pengertian Strategi - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Bersaing Berbasis Kearifan Religi untuk Meningkatkan Jumlah Peserta Didik SD Negeri Jombo

0 0 48

BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Pendekatan Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Bersaing Berbasis Kearifan Religi untuk Meningkatkan Jumlah Peserta Didik SD Negeri Jombor Tuntang

0 0 16

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil SDN Jombor - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Bersaing Berbasis Kearifan Religi untuk Meningkatkan Jumlah Peserta Didik SD Negeri Jombor Tuntang

0 2 62

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Bersaing Berbasis Kearifan Religi untuk Meningkatkan Jumlah Peserta Didik SD Negeri Jombor Tuntang

0 0 40

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 22