METODE PENELITIAN - Respon Phaeophleospora Sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Tembaga Oksida Secara In Vitro

  METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

  Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Program Studi Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2015.

  Bahan dan Alat

  Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah media PDA, fungisida berbahan aktif tembaga oksida 56%, fungi Phaeophleospora sp., alkohol 70%, aquades, aluminium foil, kertas tissue, kalmicetine.

  Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kamera digital, mikroskop, autoklaf, Laminar Airflow, cawan petri, erlenmeyer, pinset, gunting, gelas ukur, tabung reaksi, pipet tetes, overhead stirrer, sarung tangan, masker, timbangan analitik, kaca preparat, haemocytometer, lampu bunsen, gunting, alat tulis, sungkup, plastik clingwrap, millipore dan sprayer.

  Prosedur Penelitian Sampel uji

  Sampel yang digunakan diambil dari koleksi Phaeophleospora sp. yang di dapat dari penelitian sebelumnya.

  Inokulasi jamur patogen

  Ditimbang serbuk fungisida berbahan aktif tembaga oksida sebanyak 0.125 gram kemudian dilarutkan ke dalam aquades 250 ml diaduk sampai homogen. Fungisida diteteskan dengan konsentrasi 0 mg/ml, 0.28 mg/ml, 0.56 mg/ml, 0.84 mg/ml, 1.12 mg/ml ke media PDA. Inokulum jamur

  

Phaeophleospora sp yang berdiameter 5 mm diletakkan ditengah-tengah cawan

  petri yang sudah diberi perlakuan sebelumnya, kemudian diinkubasi pada suhu kamar, dan diamati pertumbuhannya selama 14 hari atau sampai kontrol memenuhi cawan petri .

  Pengamatan 1. Diameter koloni Phaeophleospora sp.

  Pengamatan dan pengukuran diameter dilakukan setiap hari selama 14 hari atau sampai kontrol memenuhi cawan petri. Pengukuran diameter menggunakan kertas millimeter block yang cara perhitungannya dengan membuat garis vertikal dan horizontal yang titik potong kedua garisnya tepat di tengah koloni jamur. Cara pengukuran pada cawan petri berdasarkan rumus sebagai berikut : d1 + d2

  =

  2 Keterangan :

  Phaeophleospora sp D = diameter jamur .

  d1 = diameter vertikal koloni jamur Phaeophleospora sp. d2 = diameter horizontal koloni jamur Phaeophleospora sp 2. Luas koloni Phaeophleospora sp.

  Penentuan luas koloni jamur Phaeophleospora sp. berdasarkan jari-jari (r) koloni jamur yang diukur dari masing-masing perlakuan kontrol. Pengukuran jari- jari dilakuan pada keempat sisi koloni jamur tiap perlakuan. Keempat jari-jari koloni jamur lalu dijumlahkan dan hasilnya dibagi empat untuk diketahui rata-rata

  2

  jari- ) jarinya. Luas lingkaran koloni jamur dihitung menggunakan rumus (A = πr dan masukkan rata-rata jari-jari koloni jamur yang telah diukur (Mahartha, dkk., 2013).

3. Persentase hambatan relatif koloni Phaeophleospora sp.

  Kemampuan hambatan relatif fungisida terhadap pertumbuhan jamur

  Phaeophleospora sp . dihitung sampai jamur telah tumbuh. Persentasi hambatan

  dihitung menurut rumus Pande et al, (1982) dalam Noveriza dan Tombe (2003) adalah sebagai berikut: dk

  − dp HR = x 100% dk

  Keterangan : HR = hambatan relatif dk = diameter kontrol dp = diameter perlakuan Pengaruh suatu fungisida dinilai dari kategori yang dikemukakan oleh Irasakti dan Sukatsa (1987) sebagai berikut :

  = tidak berpengaruh >0-20 % = sangat kurang berpengaruh >20-40 % = kurang berpengaruh >40 – 60 % = cukup berpengaruh >60 – 80 % = berpengaruh >80 % = sangat berpengaruh 4. Kerapatan spora Phaeophleospora sp.

  Perkembangan kerapatan spora dihitung berdasarkan rumus (Chi, 1997) sebagai berikut : t − d

  S = n x 0,25 Keterangan : S = kerapatan spora per gram media t = banyak spora yang dihitung pada kotak d = tingkat pengenceran n = banyak kotak kecil yang diamati

  6

  10 = konstanta kerapatan spora

5. Analisis Data

  Data dianalisis secara statistik menggunakan pola rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan model linier sebagai berikut:

  Y

ij = μ + τ i + ε ij

  Keterangan: Y ij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

  = rataan umum μ

  i = pengaruh perlakuan ke-i

  τ

  = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

  ε ij i = perlakuan ke-i (1, 2, 3, 4, 5) j = ulangan ke-j (1, 2, 3, 4, 5) (Hanafiah, 2000)

  Data yang diperoleh dari percobaan uji efikasi fungisida di laboratorium dianalisis dengan uji F taraf 5%, jika berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf kepercayaan 95%.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Tampilan Makroskopis

  Pengamatan dilakukan setiap hari selama 14 hari dengan cara mengukur pertambahan diameter fungi setelah diberi perlakuan dan mengamati perubahan fungi seperti bentuk, tekstur dan warna. Pengamatan makroskopis dilakukan dengan mengamati karakteristik diameter, luas dan hambatan relatif. Menurut Burgess et al. (2006) bahwa koloni Phaeophleospora sp. berwarna kemerahmudaan, pertumbuhannya lambat, dan bertekstur lembut seperti bulu.

  Dari hasil isolasi biakan murni diperoleh isolat dengan ciri fisik yang sama yaitu berwarna kemerahmudaan dan bertekstur lembut seperti bulu.

  (a) (b) (c) (d) (e)

  

Gambar 2. Tampilan depan Phaeophleospora sp. pada perlakuan 0 mg/ml (a), 0.28

mg/ml (b), 0.56 mg/ml (c), 0.84 mg/ml (d), 1.12 mg/ml (e).

  Pengamatan makroskopis Phaeophleospora sp. membandingkan ciri-ciri dari hasil isolasi sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Pada konsentrasi perlakuan 0.28 mg/ml dan 0.56 mg/ml belum terjadi perubahan fisik jika dibandingkan dengan kontrol. Perubahan fisik pada fungi mulai tampak berbeda pada konsentrasi perlakuan 0.84 mg/ml dan 1.12 mg/ml. Penambahan fungisida yang bersifat kontak memberi pengaruh terhadap pertumbuhan

  

Phaeophleospora sp. . Hal ini sesuai dengan pernyataan Sembiring (2008) yang

  menyatakan penambahan fungisida pada media tumbuh akan berpengaruh menekan pertumbuhan koloni Phaeophleospora sp. walaupun dengan konsentrasi rendah fungisida kontak cukup kompatibel dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan Phaeophleospora sp.

  Bentuk dan warna koloni

  Tabel 1. Bentuk dan warna koloni Phaeophleospora sp. pada pengamatan 14 HSI

  No Perlakuan (mg/ml) Bentuk koloni Warna koloni

  1 Bulat, tebal, Kemerahmudaan bertekstur lembut seperti bulu

  2

  0.28 Bulat, tebal, Kemerahmudaan bertekstur lembut seperti bulu

  3

  0.56 Bulat, tebal, Kemerahmudaan bertekstur lembut seperti bulu

  4

  0.84 Bulat, tipis, tekstur Putih kecoklatan tidak lembut

  5

  1.12 Tidak teratur, tipis, Putih kecoklatan tekstur tidak lembut

  Diameter koloni Phaeophleospora sp.

  9

  8 9 10 11 12 13 14 0 mg/ml 0,28 mg/ml 0,56 mg/ml 0,84 mg/ml 1,12 mg/ml

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  10

  8

  Pertumbuhan diameter Phaeophleospora sp. selama 14 HSI disajikan pada gambar 3;

  7

  6

  5

  4

  3

  2

  1

  Pertumbuhan Phaeophleospora sp. pada konsentrasi perlakuan 1.12 mg/ml lambat, dikarenakan penambahan fungisida pada media tumbuh akan berpengaruh menekan pertumbuhan koloni Phaeophleospora sp. walaupun dengan konsentrasi rendah fungisida kontak cukup kompatibel dan berpengaruh positif

  Pengukuran diameter dilakukan pada hari ke- 4 HSI. Pengukuran dilakukan setiap 4 hari sampai hari ke- 14 HSI. Pertumbuhan diameter koloni fungi Phaeophleospora sp. pada konsentrasi perlakuan 0 mg/ml cukup stabil dalam setiap pengamatan, hal ini berbeda dengan konsentrasi perlakuan 1.12 mg/ml yang mengalami penurunan (Gambar 3).

  

Gambar 3. Grafik pertumbuhan diameter koloni fungi Phaeophleospora sp.

  (HSI) terhadap pertumbuhan Phaeophleospora sp. Tiancang et al. (2008) juga menyatakan bahwa fungisida tembaga oksida pada dosis tertentu menunjukkan penghambatan pada perkecambahan dan pemencaran konidia pada miselium. Penghambatan perkecambahan konidia akan menurunkan jumlah konidia yang dihasilkan.

  Setelah dilakukan uji statistik, respon Phaeophleospora sp. tidak berpengaruh nyata. Data pengujian statistik Phaeophleospora sp. disajikan pada tabel 2; Tabel 2. Uji F taraf 5% diameter fungi Phaeophleospora sp.

  F hitung F table Pengamatan 1 (4 HSI)

  

0.85

  2.86 2 (8 HSI)

  

0.44

  2.86 3 (12 HSI)

  

0.15

  2.86 4 (14 HSI)

  

0.15

  2.86 Uji F taraf 5% diameter fungi Phaeophleospora sp. tidak berpengaruh

  nyata. Hal ini disebabkan karena fungisida tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap fungi dikarenakan fungisida yang digunakan bersifat kontak dimana cara kerja fungisida kontak menurut Djojosumarto (2000) hanya mematikan bagian yang terkena saja dan tidak di translokasikan dalam jaringan tanaman. Fungisida yang masuk ke bagian-bagian penting jamur memang akan mengganggu fungsi bagian tersebut dan mungkin bekerja dengan merubah susunan dinding sel dengan membatasi enzim esensial di dalam sel atau mungkin juga merubah laju metabolisme, namun tidak berarti menghambat seluruh enzim yang dihasilkan jamur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Misato dan Kakiki (1977) menyatakan bahwa fungisida tidak menghambat respirasi asam nukleat dan sintesa protein, tetapi secara umum menghambat dan bereaksi terhadap sel atau bagian-bagian patogen dan menghambat banyak fungsi metabolisme, menghambat penggabungan glicosamine dengan zat kitin pada dinding sel.

  Luas koloni Phaeophleospora sp.

  Hasil pengamatan rata- rata luas koloni Phaeophleospora sp. disajikan pada tabel 3; Tabel 3. Rata- rata luas koloni (mm) fungi Phaeophleospora sp.

  Pengamatan Perlakuan (mg/ml) Ke- 0.28 0,56 0,84 1,12

  4 HSI

  10.70

  9.12

  5.14

  5.04

  2.69

  8 HSI

  24.52

  25.91

  15.62

  14.10

  9.41

  12 HSI

  47.11

  40.42

  33.61

  28.37

  14.66

  14 HSI

  62.05

  48.56

  43.00

  35.84

  18.12 Berdasarkan hasil pengamatan luas koloni jamur Phaeophleospora sp. luas

  rata- rata yang terkecil ditunjukkan pada perlakuan yang diberi konsentrasi 1,12

  2

  mg/ml sebesar 18.12 mm . Sedangkan, luas koloni jamur terluas ditunjukkan pada

  

2

  perlakuan kontrol sebesar 62.05 mm . Luas koloni terluas pada kontrol disebabkan oleh tidak adanya faktor penghambat fungisida, sehingga pertumbuhan terus bertambah. Sedangkan pada konsentrasi perlakuan 1,12 mg/ml petumbuhan Phaeophleospora sp. lambat, hal ini sesuai pernyataan Gortz dan Dias (2011) yang menyatakan bahwa tembaga oksida mengganggu pertumbuhan jamur dengan merubah isothiocyanate dengan mematikan fungsi gugus sulphahydral pada enzim yang dihasilkan jamur sehingga merusak dinding sel jamur dan menghambat sistem kerja enzim dalam pembentukan ATP.

  Hasil uji F taraf 5 % luas koloni fungi Phaeophleospora sp. disajikan pada tabel 4: Tabel 4. Uji F taraf 5 % luas koloni fungi Phaeophleospora sp.

  0.10

  1.12

  24.57

  0.84

  17.58

  0.56

  11.72

  0.28

  Perlakuan (mg/ml) Hambatan relatif (%)

  Persentasi hasil hambatan relatif respon fungi Phaeophleospora sp. terhadap fungisida berbahan aktif tembaga oksida disajikan pada tabel 5; Tabel 5. Hambatan relatif koloni jamur Phaeophleospora sp.

  Persentase hambatan relatif (HR) koloni Phaeophleospora sp.

  3.05 Berdasarkan uji F taraf 5% luas koloni jamur Phaeophleospora sp. tidak berpengaruh nyata terhadap pemberian fungisida pada setiap perlakuan.

  1.12

  Perlakuan (mg/ml) F hitung F table

  3.05

  0.62

  0.84

  3.05

  0.65

  0.56

  3.05

  0.72

  0.28

  3.05

  0.15

  45.88 Persentase daya hambat fungisida berbahan aktif tembaga oksida terhadap jamur Phaeophleospora sp. tidak berpengaruh nyata. Hal ini ditunjukkan pada persentase konsentrasi perlakuan 0 mg/ml ( 11.72%), dari persentase yang didapat konsentrasi perlakuan tersebut sangat kurang berpengaruh. Sedangkan pada konsentrasi perlakuan 1.12 mg/ml (45.88%) persentasi yang didapat konsentrasi perlakuan tersebut cukup berpengaruh. ( Irasakti dan Sukatsa, 1987) .

  Pengamatan Mikroskopis Kerapatan spora

  Kerapatan spora dapat diketahui setelah fungi dipanen (14 HSI) dan diukur dengan mengunakan rumus yang dikemukakan oleh Chi (1997). Berikut tabel kerapatan spora Phaeophleospora sp.; Tabel 5. Kerapatan spora Phaeophleospora sp.

  Perlakuan (mg/ml) Kerapatan spora (cfu)

  4

  18 x 10

  4

  0.28 9 x 10

  4

  0.56 6 x 10

  4

  0.84 5,5 x 10

  4

  1.12 5 x 10 Hasil perhitungan kerapatan spora yang dilakukan didapat hasil bahwa perlakuan konsentrasi fungisida 0.28 mg/ml memiliki kerapatan spora yg lebih

  4

  besar yaitu sebesar 18 x 10 cfu dan kerapatan spora yg terkecil ditunjukkan fungi

  4

  yang diberi konsentrasi fungisida 1.12 mg/ml yaitu sebesar 5 x 10 cfu. Tiancang

  

et al. (2008) menyatakan bahwa tembaga oksida pada dosis tertentu menunjukkan

  penghambatan pada perkecambahan dan pemencaran konidia serta penghambatan pembentukan acervuli pada miselium. Penghambatan perkecambahan konidia akan menurunkan jumlah konidia yang dihasilkan. Pembentukan acervuli penting karena acervuli merupakan konidiofor yang berperan dalam penghasilan konidia dan penyebarannya. Tembaga oksida juga menghambat banyak fungsi kerja sel jamur yang berperan dalam terganggunya transfer energi ke seluruh bagian sel.

  Pengamatan bentuk hifa

  Pengamatan bentuk hifa bertujuan untuk mengetahui perubahan bentuk hifa setelah fungi diberi perlakuan. Dari hasil pengamatan didapat hasil sebagai berikut;

   (a) (b) (c)

(d) (e)

  Gambar 2. Hifa Phaeophleospora sp. pada perlakuan 0 mg/ml (a), 0.28 mg/ml (b), 0.56 mg/ml (c), 0.84 mg/ml (d), 1.12 mg/ml (e).

  Phaeophleospora sp. mempunyai hifa dengan panjang antara 30-150µm

  dan diameternya 2µm. Sedangkan konidianya dengan panjang antara 20-120µm dan diameternya 2-5µm. Konidianya berbentuk batang agak melengkung dan memiliki sekat rata-rata diatas 4. Menurut Old (2003) spora-spora fungi

  

Phaeophleospora sp. berbentuk silindris ataupun berbentuk batang ramping spora

  secara berkelompok. Pada setiap spora terdapat berupa dinding-dinding kasar yang terdiri dari beberapa buah sekat.

  Dari hasil pengamatan mikroskopis yang dilakukan tidak ada perubahan bentuk hifa yang berbeda antara konsentrasi perlakuan 0 mg/ml, 0.28 mg/ml, 0.56 mg/ml, 0.84 mg/ml dan 1.12 mg/ml.

KESIMPULAN DAN SARAN

  Kesimpulan

  Kesimpulan dari penelitian ini adalah ; 1.

  Tidak terdapat perbedaan respon Phaeophleospora sp. terhadap setiap konsentrasi perlakuan fungisida berbahan aktif tembaga oksida terhadap (luas, diameter, hambatan relatif, kerapatan spora) fungi Phaeophleospora sp.

  2. Perubahan bentuk hifa setelah diberi perlakuan tidak menunjukkan adanya perbedaan, namun memberikan pengaruh pada bentuk, warna, dan tekstur pada konsentrasi perlakuan 0.84 mg/ml dan 1.12 mg/ml.

  Saran Masih diperlukan penelitian lanjutan uji respon Phaeophleospora sp.

  Phaeophleospora

  terhadap fungisida berbahan aktif tembaga oksida 56% terhadap

  sp. diduga jenis fungi ini telah resisten terhadap bahan aktif yang terkandung di dalam fungisida.