BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

  Remaja yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai adolescence, berasal dari kata adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial psikologisnya (Sarwono, 2006). Masa remaja adalah masa peralihan dimana terjadi perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003)

  Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik (organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadi perubahan mental besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal ini bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial (Widyastuti, 2009)

  Masa remaja dibagi dalam 3 katagori, yaitu: remaja awal, remaja tengah, remaja akhir. Periode remaja awal berkisar antara usia 12 hingga 15 tahun, remaja madya berlangsung pada usia kira-kira 15 hingga 18 tahun, dan remaja akhir yang terjadi pada usia 18 hingga 21 tahun. Remaja yang dimaksud pada penelitian ini adalah masa perkembangan transisi dari anak-anak menuju dewasa dimana terjadinya perubahan dalam hal biologis, kognitif, dan sosial-ekonomi. Penelitian ini akan menggunakan subyek penelitian remaja yang berada pada masa remaja madya, yaitu 15-18 tahun, pada periode ini remaja mengalami perkembangan reproduksinya (Sarwono, 2006)

2.1.2 Tingkatan Remaja

  Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhir. (Sarwono, 2006)

  Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap perkembangan (Ali, 2009) yaitu : a.

  Lebih dekat dengan teman sebaya b. Ingin bebas c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak

  2. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain a.

  Mencari identitas diri b. Timbulnya keinginan untuk kencan c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak e.

  Berkhayal tentang aktifitas seks

  3. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain a.

  Pengungkapan identitas diri b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya c. Mempunyai citra jasmani dirinya d. Dapat mewujudkan rasa cinta e. Mampu berpikir abstrak

2.1.3 Perkembangan Fisik Remaja Puteri

  Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak- kanak menjadi pertumbuhan dewasa yang cirinya adalah kematangan diikuti kemampuan kognitif (Papalia., Old. 2001).

  Secara fisik organ reproduksi remaja perempuan masa pubertas dimulai dengan awal berfungsinya ovarium (kandung telur) sampai pada saat ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan teratur (memasuki usia reproduksi). Peristiwa penting pada masa ini adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri–ciri kelamin sekunder, menarche (haid pertama) dan perubahan psikis. Sedangkan indung telur (ovarium) mulai aktif mengeluarkan estrogen yang dipengaruhi hormon gonadrotopin yang diproduksi kelenjar bawah otak. Pada saat yang sama kortex kelenjar supra renal mulai membentuk hormon androgen yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan badan. Pengaruh hormon–hormon inilah yang menyebabkan pertumbuhan genetalia internal, eksternal, dan ciri kelamin sekunder (Derek, 2005). perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut (Widyastuti, 2009) :

  1. Rambut Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki.

  Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak setelah haid.

  Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, kasar, lebih gelap dan agak keriting.

  2. Pinggul Pinggul menjadi berkembang, membesar dan membulat hal ini sebagai akibat

  3. Payudara Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat

  4. Kulit Kulit pada wanita semakin dewasa menjadi lebih lembut, berbeda dengan kulit pada pria yang menjadi lebih kasar, lebih tebal, dan pori-pori membesar.

  5. Kelenjar Lemak dan Kelenjar Keringat

  Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dapat menyebabkan bau yang menusuk sebelum dan selama masa haid.

  6. Otot Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat, akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki

  7. Suara Suara berubah semakin merdu.suara serak jarang terjadi pada wanita.

2.1.4 Organ Reproduksi Wanita

  Organ reproduksi wanita terbagi atas organ genitalia eksternal dan organ genitalia internal. Organ genitalia eksternal dan vagina adalah untuk senggama, sedangkan organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur, transportasi blastokis, implantasi dan tumbuh kembang janin (Wiknjosastro,

1. Organ Genitalia Eksternal a.

  Vulva Vulva, berbentuk lonjong, memanjang dari muka ke belakang. Dimuka dibatasi oleh klitoris, dan di kiri dibatasi oleh kedua bibir kecil dan dibelakang oleh perineum. Terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, cklitoris, hymen, vestibulum, Urificium uretra externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina (Yanti, 2011) b.

  Mons Pubis Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis (Yanti, 2011) c.

  Labia Mayora Labia mayora (bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris ke bawah dan kebelakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk komisura posterior. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria ligamentum rotundum berakhir diatas labia mayora. setelah perempuan melahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang menonjol dan pada usia lanjut mulai mengeriput. Di bawah kulit terdapat massa lemak dan mendapat pasokan pleksus vena yang pada cedera dapat pecah dan menimbulkan hematoma (Trijatmo, 2009) Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.

  Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos, dan ujung serabut saraf (Yanti, 2011) e Klitoris Terdiri dari caput / glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina. Terdapat juga reseptor androgen pada klitoris, terdapat banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif (Yanti, 2011). f Vestibulum Berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan kebelakang dan dibatasi didepan oleh klitoris, kanan kiri oleh bibir kecil dan dibelakang oleh perineum, embriologi sesuai dengan sinus urogenitalis. Kurang lebih 1-1,5 cm dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang kemih) berbentuk membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan karena tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina. Tiidak jauh dari lubang kemih, di kiri dan di kanan bawahnya, dapat dilihat dua ostia sken, saluran skene (duktus parauretral) analog dengan kelenjar prostat pada laki-laki. dikiri dan kanan bawah dekat fossa navikulare, terdapat kelenjar bartolin. Kelenjar ini berukuran diameter lebih kurang 1 cm, terletak di bawah otot konstriktor kunni dan mempunyai saluran kecil dengan panjang 1,5-2 cm yang bermuara di vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare. Pada saat koitus kelenjar bartolin g Hymen Hymen merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar.

  Pada umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan kelenjar endometrium (Ida, 2009).

2. Organ Genitalia Interna a.

  Vagina

  Vagina merupakan saluran muskulo membranasea yang menghubungkan rahim dengan dunia luar, bagian ototnya berasal dari otot levatorani dan otot sfingterani (otot dubur). Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm.

  Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae, di tengah- tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum.

  Lipatan-lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagi bagian lunak jalan lahir.

  b.

  Rahim Bentuk Rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gram, terletak di panggul kecil diantara rectum, dan didepannya terletak kandung kemih.

  Bagian bawahnya disangga oleh ligamen yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat hamil. Ruangan rahim berbentuk segitiga, Di dalam korpus uteri terdapat rongga (kavum uteri), yang membuka ke luar melalui saluran (kanalis servikalis) yang terletak di serviks. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri) sedangkan yang berada di atas vagina disebut pars supravaginalis servisis uteri, antara korpus dan serviks masih ada bagian yang disebut dengan istmus uteri.Di luar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale), jadi dari luar ke dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium,miometrium, dan endometrium. Uterus mendapat darah dari arteri uterine, ranting dari arteri iliaka interna dan dari arteri uterine, serta dari arteri ovarika c.

  Tuba Fallopi Tuba Fallopi berasal dari ujung ligamentum latum, berjalan kearah lateral, dengan panjang 12 cm. Tuba fallopi bukan merupakan saluran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar sehingga membedakannya menjadi 4 bagian, ujungnya terbuka, sehingga dapat menangkap ovum saat terjadi pelepasan telur. Saluran telur ini merupakan saluran hasil konsepsi menuju rahim. Fungsi tuba fallopi sangat vital dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan ovum tempat terjadinya pembuahan. d Indung Telur

  Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke rahim oleh ligamentum. Indung telur merupakan sumber hormonal wanita proses menstruasi. Indung telur mengeluarkan telur setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.

2.2 PH Organ Genetalia Internal

2.2.1 Pengertian PH Organ Genetalia

  Potensial Hydrogen ( pH ) organ genetalia internal berkisar 3,5 – 4,5, dimana pada tingkat keasaman ini bakteri lactobacillus (bakteri baik) subur dan bakteri patogen (bakteri jahat) mati. PH organ genetalia internal mempengaruhi jenis organisme keputihan dalam vagina Kandungan glikogen epitel vagina pasti meningkat pada wanita yang menstruasi (dalam masa reproduksi) dibandingkan wanita yang tidak dalam masa reproduksi. Kandungan asam laktat dalam vagina menimbulkan pH yang sangat asam (kurang dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak hanya oleh metabolisme laktobasilus yang menggunakan glukosa sebagai substrat tetapi juga oleh metabolisme bakteri lain yang menggunakan glikogen sebagai substrat dan oleh metabolisme sel-sel epitel vagina.

  Kemudian pH rendah ini menyokong pertumbuhan organisme asidofilik seperti laktobasilus. Kolonisasi laktobasilus vagina yang berat menghambat pertumbuhan organisme lain melalui metabolisme sendiri dengan mempertahankan pH yang rendah dengan menggunakan glukosa untuk menghasilkan asam laktat, dengan memproduksi hidrogen peroksida yang menghambat pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan menggunakan glukosa tersebut memusnahkan organisme lain menopause, kandungan glikogen sel yang rendah karena pengurangan kadar estrogen diperkirakan bertanggung jawab terhadap peningkatan pH organ genetalia internal.

  Pada lingkungan pH yang tinggi ini efek penghambatan dan persaingan laktobasilus dihilangkan dengan demikian organisme-organisme lain terutama yang anaerob akan berproliferasi.

  PH normal organ genetalia internal berkisar antara 3.5 - 4.5, bakteri baik dalam organ genetalia internal berkembang di pH normal, jika pH organ genetalia internal dinaikkan maka keseimbangan normal organisme bisa terganggu sehingga bakteri jahat berkembang dan mengakibatkan peradangan atau biasa disebut vaginitis termasuk iritasi, keputihan yang tidak biasa, juga menimbulkan bau yang menyengat.

  Dengan menjaga pH normal organ genetalia internal maka kita mencegah timbulnya penyakit yang disebabkan oleh bakteri jahat. Produk pembersih vagina akan mengubah pH dan merangsang bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada remaja sehingga menimbulkan gangguan kesehatan reproduksi pada remaja putri yang bakal menjadi calon ibu generasi seterusnya

  2.2.2 Pengertian Keputihan Keputihan merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid.

  Cairan yang keluar tersebut harus dibedakan antara cairan/lendir normal dan cairan/lendir tidak normal (Kasdu, 2005). Keadaan biasa, cairan tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (Mansjoer, 2000).

  Indikasi adanya masalah kesehatan jika keputihan tersebut mulai berubah mengalami keputihan minimal satu atau dua kali seumur hidupnya (Boyke, 2007).

  Keputihan merupakan manisfestasi klinis berbagai infeksi keganasan atau tumor jinak reproduksi. Keluhan keputihan pada wanita harus dianggap serius karena akibatnya sangat kompleks dan banyak (Manuaba, 2008).

  2.2.3 Etiologi

  Penyebab keputihan dibagi 2 macam yaitu: 1.

  Penyebab Non Patologis a.

  Bayi baru lahir hingga berusia kira-kira 10 hari. Hal ini terjadi Karena pengaruh hormon esterogen dan progesteron.

  b.

  Masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang. Keadaan ini ditunjang oleh hormone esterogen.

  c.

  Seorang wanita yang mengalami kegairahan seksual. Hal ini berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada senggama.

  d.

  Masa disekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim.

  e.

  Kehamilan yang mengakibatkan meningkatnya suplai darah kedaerah vagina dan mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.

  f.

  Akseptor kontrasepsi pil dan akseptor IUD.

  g.

  Pengeluaran lendir yang bertambah pada wanita yang sedang menderita penyakit kronik, atau pada wanita yang mengalami strees.

2. Penyebab Patologis lingkungan, air tak bersih, pemakaian tampon atau panty liner berkesinambungan.

  Semua ini potensial membawa jamur, bakteri, virus, dan parasit: a.

  Jamur Candida warnanya putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya, kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut. b.

  Parasit Trichomonas Vaginalis Ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir kloset.

  Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.

  c.

  Kuman (Bakteri) Bakteri Gardnella-Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu.

  Warna cairan keabuan, berair, berbuih, dan berbau amis. Juga menyebabkan peradangan vagina tak spesifik. Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah Menjadi senyawa amino bau amis, berwarna keabu-abuan. Beberapa jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit kelamin. Gonococcus, atau lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan, yang sebetulnya

  

Neisseria gonorrhoea . Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol,

deterjen, dan sinar matahari. Cara penularannya melalui senggama.

  d.

  Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil- kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan badan.

  Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim.

  e.

  Chlamydia Trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata trakhoma. Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa.

  f.

  Treponema Pallidium, adalah penyebab penyakit kelamin sifilis. Penyakit ini dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan (Mims, 2004). Selain infeksi keputihan tidak normal disebabkan oleh : a.

  Benda Asing Tidak jarang ada pasien yang datang dengan keputihan setelah diperiksa alat kelaminnya ternyata mengandung benda asing. Benda asing yang dimaksud seperti biji-bijian (pada anak-anak) maupun sisa-sisa kondom (pada perempuan dewasa).

  Kanker Gejala keputihan yang sukar sembuh dengan pengobatan biasa (antibiotik dan anti jamur) yang telah dilakukan oleh dokter, perlu dipikirkan akan kemungkinan penyebabnya adalah sesuatu keganasan seperti kanker lehar rahim.

  c.

  Kelainan Alat Kelamin Pada keadaan tertentu bisa terjadi secara abnormal lubang (saluran) yang menghubungkan vagina dengan kandung kemih ataupun rectum. Bisa juga hal ini terjadi akibat cidera persalinan operasi pengangkatan rahim, radiasi pada kanker organ reproduksi, atau akibat kanker itu sendiri.

  d.

  Masa Menopause (Berhentinya Haid) Pada masa menopause, sel-sel vagina mengalami hambatan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon pemacu, esterogen (menjadi

  atrofi ). Vagina menjadi kering, sering timbul rasa gatal karena tipisnya sel, sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.

2.2.4 Diagnosis

  Gatal (pruritis) dan cairan vagina. Karakter cairan vagina seperti keju, lunak berwarna putih susu, mungkin bergumpal dan berbau. Rasa nyeri pada vagina, sensasi terbakar pada vulva, dispareuni dan disuria juga dapat dikeluhkan. (Felix, 2007). Pemeriksaan kasus keputihan dilakukan sebagai konfirmasi terhadap gejala yang disampaikan klien atau yang timbul pada waktu anamnesa.

  1. Genetalia Luar Pemeriksaan untuk mengetahui ; a.

  Tanda kemerahan b. Cairan yang keluar dari vagina c. Luka atau rasa nyeri kalau di sentuh d. Kelainan lain

  2. Genetalia Dalam Pemeriksaan dalam spekulum steril, vagina dan servik diperiksa terhadap a.

  Tanda peradangan pada selaput lendir vagina atau servik dan adanya nanah b. Cairan vagina (duh tubuh vagina) (Sofyan, 2006).

  3. Diagnosis penyebab infeksi

  a. Trikomoniasis

  

1) Anamnesis: sering tidak menunjukkan keluhan , kalau ada biasanya berupa

  duh tubuh vagina yang banyak dan berbau maupun dispareunia, perdarahan pasca coitus dan perdarahan intermenstrual, encer, busuk, dan fly bitten

  2)

  Jumlah keputihan banyak, berbau, menimbulkan iritasi dan gatal. Warna sekret putih, kuning atau purulen. Konsistensi homogen, basah, frothy atau berbusa (foamy). Terdapat eritema dan edema pada vulva disertai dengan ekskoriasi. Sekitar 2-5% tampak strawberry servix yang sangat khas pada trichomonas.

  3)

  Laboratorium: pH>4,5 dan Sniff test (+)

  4)

  terlihat pergerakan trichomonas berbentuk ovoid, ukuran lebih besar dari PMN dan mempunyai flagel, leukosit (+) dan clue cell dapat (+)

  b. Kandidosis vulvovaginal

  1)

  Anamnesis: keluhan panas, atau iritasi pada vulva dan keputihan yang tidak berbau

  

2) Rasa gatal/iritasi disertai keputihan tidak berbau atau berbau asam. Keputihan

  bisa banyak, bergumpal, putih keju atau seperti kepala susu/krim, tetapi kebanyakan seperti susu pecah. Pada dinding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju (cottage cheeses). Pada vulva/dan vagina terdapat tanda-tanda radang, disertai maserasi, psuedomembran, fissura dan lesi satelit papulopustular

  3)

  Laboratorium: pH vagina <4,5 dan Whiff test (-)

  4) Mikroskopik: pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% atau dengan

  pewarnaan gram ditemukan blastopora bentuk lonjong, sel tunas, pseudohifa dan kadang kadang hifa asli bersepta c. Vaginosis bacterial

  1)

  Anamnesis: Mempunyai bau vagina yang khas yaitu bau amis terutama waktu berhubungan seksual, namun sebagian besar dapat asimtomatik

  2)

  Keputihan dengan bau amis seperti ikan. Sekret berlebihan, banyaknya sedang sampai banyak, homogen, warna putih atau keabu-abuan, melekat pada dinding vagina. Tidak ada tanda-tanda inflamasi.

  3) 4) Mikroskopik: clue cell (+) jarang terdapat leukosi

  d. Servisitis Gonore

  

1) Anamnesis: Gejala subjektif jarang ditemukan . Pada umumnya wanita datang

  berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana

  

2) Duh tubuh serviks yang mukopurulen. Serviks tampak eritem, edema, ektopi

dan mudah berdarah pada saat pengambilan bahan pemeriksaan.

  3) Laboratorium: kultur

  4)

  Mikroskopik: Pemeriksaan sedian langsung dengan pengecatan gram ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler maupun ekatraseluler e. Klamidiasis

  1)

  Anamnesis: gejala sering tidak khas, asimtomatik, atau sangat ringan

2) Eksudat seviks mukopurulen, erosi seviks, atau folikel-folikel kecil

  (microfollicles)

  

3) Laboratorium: pemeriksaan serologis untuk deteksi antigen melalui ELISA

4)

  Mikroskopik: dengan pengecatan giemsa akan ditemukan badan elementer dan badan retikulat

3. Diagnosis penyebab benda asing 4.

  dignosis penyebab keganasan diagnosis keganasan dapat dilakukan dengan cara Pap Smear, kol[poskopi, schiller test, biopsy, mikrokaratase

  Penegakan diagnosis keputihan patologis dapat dilakukan dengan:

  1. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara pengambilan specimen pada wanita dari apusan duh tubuh dari endoserviks, uretra, muara kelenjar bartholini maupun rectum. Specimen tersebut digunakan untuk pemeriksaan dengan pengecatan gram dan kultur. Pengambilan dilakukan dengan memakai speculum yang telah dibasahi dengan air kemudian dimasukkan kedalam vagina, sedangkan penggunaan antiseptic, minyak pelumas/ lubrikan dihindari.

  Swab (lidi kapas) steril dimasukkan kedalam kanalis sevikalis 2-3 cm. kemudian swab diputar untuk mendapatkan duh tubuh endoserviks

  2. Prep KOH Pemeriksaan KOH (kalium Hidroksida ) merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis pada setiap kasus karena infeksi jamur. Pemeriksaan dilakukan dengan cara meneteskan larutan KOH 10% pada kaca objek letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan larutan KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup biarkan ± 15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa detik untuk mempercepat proses lisis

  3. Pap Smear Papsmear merupakan pemeriksaan usapan untuk melihat keadaan sel-sel di spatula atau sejenis sikat halus (cytobrush), sel-sel leher rahim diambil oleh seorang dokter atau bidan untuk dioleskan dan difiksasi pada kaca benda, kemudian dengan dokter spesialis PA (Patologi Anatomi) yang mendiagnosa hasil. Pemeriksaan Papsmear dilakukan bagi wanita yang sudah menikah, Papsmear dilakukan pada hari pertengahan siklus haid. Hal ini agar benar-benar bersih dari bercak darah.

  4. Kultur

  Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui jenis kuman atau bakteri penyebab keputihan patologis apabila dengan pengobatan biasa tidak membuat keputihan berkurang atau sembuh. Cara pemeriksaan yaitu hanya dengan mengambil cairan/lendir dari vagina dengan menggunakan swab tertentu yang kemudian dimasukkan ke cairan / sediaan tertentu yang kemudian dibawa ke laboratorium. Tidak menimbulkan rasa nyeri, hanya tidak nyaman sedikit dan harus rileks, hasil akan diperoleh setelah 5 hari. Dengan adanya kultur, dokter akan dapat memberikan terapy yang tepat untuk jenis bakteri atau kuman penyebab keputihan.

2.2.6 Pencegahan

  Pencegahan adalah mencegah terjadinya penyakit selama hal ini mungkin dilakukan.

  1. Kebersihan Daerah Kemaluan daerah kemaluan setelah buang air kecil atau buang air besar harus benar. Cara cebok yang aman adalah mengalirkan air dari depan ke belakang demikian pula saat mengeringkannya, bila arah ini salah maka kuman dari daerah anus dapat mencemari sekitar vagina yang lebih sensitif untuk mengalami infeksi.

  2. Dalam keadaan haid atau menggunakan pembalut, gunakanlah pakaian dalam yang pas sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang ke depan

  3. Hati-hati menggunakan kloset umum basah.

  4. Jangan gunakan handuk bersama orang lain dan hindari penggunaan pakaian renang basah bergantian.

  5. Selain itu keputihan sering terjadi bersamaan dengan reaksi alergi pada daerah kemaluan terhadap bahan sintetis dari pakaian dalam atau pembalut perempuan, sebaiknya gunakan pakain dalam dari katun.

2.3 Vulva Hygiene

  2.3.1 Pengertian Vulva Hygiene Vulva hygiene adalah tindakan menjaga kebersihan alat kelamin luar

  perempuan (Hidayat, 2009) seperti membilas organ genetalia eksternal dengan air matang dan sabun setelah buang air kecil atau buang air besar dan perawatan sehari- hari dalam memelihara organ genetalia. Menurut Ayu (2010) Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan organ genetalia eksternal yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi

  Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan tubuh secara umum.

  Kebersihan di area vagina sering diabaikan kaum hawa, padahal jika berlarut-larut akan lebih rentan terinfeksi virus berbahaya

  2.3.2 Manfaat Vulva Hygiene

  Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Manfaat perawatan vulva dan vagina, antara lain (Siswono, 2001) :

  1. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada vulva dan menjaga kebersihan vulva 2.

  Untuk kebersihan perineum dan vulva 3. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman 4. Mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal 5. Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3-4) .

  6. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina.

  7. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.

2.3.3 Cara Pelaksanaan Vulva Hygiene

  Secara umum menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan, hal ini berlaku bagi kesehatan organ–organ seksual, termasuk vagina. Berikut adalah cara membersihkan vagina : Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

  2. Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian diantara vulva (bibir vagina) secara hati–hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut setiap buang air kecil, buang air besar dan ketika mandi. Seandainya alergi dengan sabun lembut sekalipun, anda bisa membasuhnya dengan air hangat, yang penting adalah membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva diluar vagina. Cara membasuh alat kelamin wanita yang benar adalah dari arah depan (vagina) ke belakang (anus), jangan terbalik karena bakteri yang ada disekitar anus bisa terbawa ke dalam vagina, setelah dibersihkan gunakan handuk bersih atau tisu kering untuk mengeringkannya (Ika, 2011 dan Salika, 2010).

  3. Hati-hati ketika menggunakan kamar mandi umum, apabila akan menggunakan kloset duduk maka siramlah terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya penularan penyakit menular seksual. Bakteri,kuman,dan jamur bisa menempel di kloset yang sebelumnya digunakan oleh penderita penyakit menular seksual. (Ika, 2011 dan Depkes, RI 2007) 4. Larangan menggunakan alat pembersih kimiawi tertentu karena dapat merusak kadar keasaman vagina yang berfungsi menyebabkan bakteri atau kuman masuk.

  Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih vagina. Vagina sendiri sudah mempunyai mekanisme alami untuk mempertahankan keasamannya.

  Keseringan menggunakan sabun khusus ini justru akan mematikan bakteri baik dan memicu berkembangbiaknya bakteri jahat yang dapat menyebabkan infeksi

  5. Jangan sering-sering menggunakan pantyliner. Gunakan pantyliner sesuai dengan kebutuhan artinya ketika mengalami keputihan yang banyak sekali, dan gunakan pantyliner yang tidak berparfum untuk mencegah iritasi, dan sering mengganti pantyliner saat keputihan. (Ika, 2011 dan Salika, 2010)

  6. Kebersihan daerah kewanitaan juga bisa dijaga dengan sering mengganti pakaian dalam, paling tidak sehari dua kali di saat mandi, apalagi pada wanita yang aktif dan mudah berkeringat untuk menjaga vagina dari kelembaban yang berlebihan.(Ika, 2011 dan Salika, 2010). Bahan celana dalam yang baik harus menyerap keringat, misalnya katun. Hindari memakai celana dalam atau celana jeans yang ketat kulit jadi susah bernafas dan akhirnya menyebakan daerah kewanitaan menjadi lembab,berkeringat dan mudah menjadi tempat berkembang biak jamur yang dapat menimbulkan iritasi. Infeksi sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih. Hindari juga menggunakan handuk atau washlap orang lain untuk mengeringkan vagina kita (Ika, 2011)

  7. Rambut yang tumbuh disekitar daerah kewanitaanpun perlu diperhatikan kebersihannya, jangan mencabut-cabut rambut tersebut, lubang ini bisa menjadi jalan masuk bakteri, kuman dan jamur,yang dikhawatirkan dapat menimbulkan iritasi dan penyakit. Perawatan rambut didaerah kewanitaan cukup dipendekan dengan gunting atau alat cukur dan busa sabun yang lembut. Rambut di daerah kewanitaan berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik serta menghalangi masuknya benda kecil ke dalam vagina (Salika, 2010)

  Haid merupakan mekanisme tubuh untuk membuang darah kotor. waktu haid, sering ganti pembalut karena pembalut juga menyimpan bakteri kalau lama tidak diganti, bila dipermukaan pembalut sudah ada segumpal darah haid meskipun sedikit,sebaiknya segera mengganti pembalut. Gumpalan darah haid yang ada di permukaan pembalut menjadi tempat sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur (Depkes RI, 2007), oleh karena itu gantilah pembalut setiap kali terasa basah atau sekitar tiga jam sekali. Pembalut ini perlu diganti sekitar 4 sampai 5 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut tersebut kedalam vagina (Baradero, 2007).

2.4 Pengetahuan

2.4.1 Pengertian Pengetahuan

  Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)

  Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng .Proses adopsi perilaku menurut Rogers dalam Notoatmodjo (2005), sebelum seseorang mengadopsi sesuatu, di dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan 1.

  Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.

  2. Interest (tertarik), individu mulai tertarik kepada stimulus.

  3. Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Pada tahap ini subjek memiliki sikap yang lebih baik.

  4. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.

  5. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,sikap dan kesadarannya terhadap stimulus

2.4.2 Tingkat Pengetahuan

  Pengetahuan adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan (recall) dan

  kemampuan intelektual. Ada 6 tingkatan pengetahuan yakni tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Notoadmodjo, 2005)

  1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

  Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah

  2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Aplikasi (Application)

  Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, adanya prinsip terhadap obyek yang dipelajari

  4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.

  5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dalam kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

  6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi atau penelitian terhadap suatu kriteria-kriteria yang ada

2.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan 1.

  Pendidikan Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga yang dapat meningkatkan kualitas hidup, sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat melakukannya (Notoatmojo, 2003)

  2. Sumber Informasi Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang sesuatu keseluruhan makna yang menunjang pesan atau amanat. Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dengan melihat dan mendengar sendiri. Informasi kesehatan biasanya berasal dari petugas kesehatan atau instansi pemerintah atau media massa. Pada umumnya petugas kesehatan melakukan pendekatan dengan ceramah atau penyuluhan kesehatan, sedangkan melalui media massa dapat berupa elektronik seperti televisi, radio, dan lain-lain.

  Adapapun media cetak seperti majalah, koran, buku, dan lain-lain. Sumber informasi kesehatan yang tepat mempunyai peran besar dalam meningkatkan pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.5 Sikap

2.5.1 Pengertian Sikap

  Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek ,baik yag bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari sikap yang tertutup tersebut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima, merespons, menghargai dan bertanggung jawab. Dalam bagian lain Allport yang dikutip Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok.

  1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep, terhadap suatu objek 2.

  Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek.

  3. Kecendrungan untuk bertindak.

2.5.2 Tingkatan Sikap

  Tingkatan sikap dapat dibagi menjadi empat yaitu menerima (receiving) yang berarti subjek mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan objek, merespon

  

(responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, yang ketiga adalah menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah, dan yang paling penting adalah bertanggung jawab

  

(responsible) yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko (Notoatmodjo,2003).

2.5.3 Ciri-Ciri Sikap

  Menurut Azwar (2005) ada 5 ciri-ciri sikap yaitu : 1.

  Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini perkembangannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

  2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

  5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

2.5.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap

  Menurut Azwar (2005) ada beberapa faktor yang memengaruhi sikap terhadap obyek sikap antara lain :

  1. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

  2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghargai konflik dengan orang lain yang dianggap penting tersebut.

  3. Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis yang mengarahkan sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

  4. Media massa dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhui oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruhui terhadap sikap konsumennya.

  5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan, tidak mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut memengaruhi sikap.

  6. Faktor emosional, kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyalah frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme petahanan ego, dapat diperteguh atau dirubah. Dalam psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat ditentukan dari cara-cara berbuat (Notoatmodjo, 2003).

2.6 Tindakan

  2.6.1 Pengertian Tindakan

  Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo,2003)

  2.6.2 Tingkatan Tindakan

  Tindakan terdiri dari empat tingkatan, yaitu :

  1. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

  2. Respon Terpimpin (Guided Response)

  Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

  3. Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secar otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

  4. Adopsi (Adoption) Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.6.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Tindakan Vulva Hygiene 1.

  Pengetahuan Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan adalah hasil “tahu”, ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni :indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

  Pengetahuan remaja yang baik mengenai kesehatan reproduksi khususnya organ reproduksi ekternal yaitu vulva, berpengaruh terhadap pemeliharaan kebersihan vulva itu sendiri terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hani Handayani menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan perilaku kebersihan organ genetalia eksternal. Penelitian dari Yuliana, 2010 dengan judul Hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi terhadap perilaku hygiene menstruasi remaja putri SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang menstruasi dengan perilaku hygiene menstruasi dengan nilai p=0,000 (p<0,05).

2. Sikap

  Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek ,baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, sikap juga berpengaruh terhadap perilaku terlihat dari Penelitian yang dilakukan handayani Tahun 2011 terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku tentang kebersihan organ genetalia ekterna (p=0,017).

2.7 Landasan Teori

  Alat reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Lawrence Green seperti dikutip Notoatmojo (2003) menyatakan, terdapat 3 faktor yang mendasari perilaku remaja yaitu presdiposing, enabling, dan reinforcing.

  Faktor predisposing meliputi pengetahuan dan sikap remaja yang merupakan kognitif domain yang mendasari terbentuknya perilaku baru. Hal lain dari faktor ini adalah tradisi, kepercayaan, sistem nilai, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor enabling mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, berupa peraturan prosedur tetap dan kesempatan pemberian informasi. Sedangkan faktor reinforcing adalah dukungan keluarga, dan informasi. Dalam penelitian ini, dipakai salah satu faktor dari ketiga faktor tersebut yang mempengaruhi remaja untuk melakukan vulva hygiene, yaitu predisposing terdiri dari pengetahuan dan sikap. Model Teori Perilaku menurut Lawrence Green (1980) sebagai berikut :

  Faktor Predisposing Pengetahuan

  • Sikap - Faktor Enabling Tindakan Vulva PH Organ Ketersediaan -

  Hygiene Genital Interna fasilitas, Sarana /Prasana

  Faktor Reinforcing Dukungan keluarga

  • Informasi -

Gambar 2.1. Kerangka Teori Teori Lawrance Green (Notoadmodjo, 2003)

2.8 Kerangka Konsep

  Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

  Pengetahuan Vulva Hygiene

  Sikap Vulva Hygiene PH Organ Genetalia Internal Tindakan Vulva Hygiene

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan gambar diatas, yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan tindakan vulva hygiene sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah pH organ genetalia internal.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERSEPSI - Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH - Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

1 1 8

Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sosial Budaya 2.1.1. Pengertian Sosial Budaya - Gambaran Sosial Budaya Terhadap Diabetes Mellitus pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Sosial Budaya Terhadap Diabetes Mellitus pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik 2.1.1 Umur - Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat 2014

1 12 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat 2014

0 2 9

II. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA - Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 0 50

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara 2.1.1. Definisi Pencemaran Udara - Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Ampla

0 0 34

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 0 40