BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERSEPSI - Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERSEPSI Manusia dihadapkan dengan berbagai stimulus yang melibatkan kelima

  indera setiap hari. Kelima indera tersebut adalah indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga), pengecap (lidah), peraba (kulit) dan penciuman (hidung).

  Proses mendeteksi stimulus yang melibatkan kelima indera dalam lingkungan disebut dengan sensasi. Setelah informasi ditangkap oleh indera, manusia mengiterpretasi informasi tersebut. Proses penginterpretasian informasi dari stimulus yang ditangkap oleh indera disebut sebagai persepsi (Shefner & Levine, 1991). Sensasi dan persepsi merupakan dua aspek yang saling berhubungan dalam proses interaksi manusia dengan stimulus di lingkungan.

  Persepsi yang melibatkan indera penglihatan atau mata disebut sebagai persepsi visual. Persepsi visual merupakan sistem penginderaan yang sangat penting dan cukup mewakili sistem persepsi indera lain dalam memahami proses persepsi secara umum (Lahey, 2004). Dalam persepsi visual, ada beberapa prinsip dalam memahami proses persepsi, yakni: 1.

   Perceptual organization atau pengorganisasian persepsi, yakni proses

  pengorganisasian atau pengaturan sensasi visual oleh mata dan otak sehingga informasi yang ditangkap oleh mata memiliki makna.

  9

  2. Depth perception atau persepsi kedalaman, merupakan proses penginterpretasian informasi dua dimensi menjadi informasi tiga dimensi.

  3. Visual illusion atau ilusi visual, merupakan proses penginterpretasian objek visual yang menghasilkan hasil persepsi yang menyimpang.

  4. Perceptual constancy atau ketetapan persepsi, merupakan proses

  penginterpretasian objek yang relatif tetap walaupun objek tersebut telah diberi perubahan.

B. KETETAPAN PERSEPSI

  Salah satu indera yang dilibatkan dalam proses persepsi adalah mata. Mata menangkap informasi dalam lingkungan yang dapat dilihat dan dipersepsikan.

  Atribut objek persepsi yang ditangkap oleh mata dapat berupa bentuk, ukuran, dan warna. Objek dapat dilihat dari berbagai sudut atau jarak pandang dalam kondisi pencahayaan yang berbeda. Dalam kondisi seperti ini, objek-objek tersebut tidak berubah secara fisik dan persepsi individu terhadap tampilan objek juga tidak berubah (Shefner & Levine, 1991). Kecenderungan mempersepsikan objek tetap tidak berubah walaupun dalam kondisi yang berubah-ubah disebut sebagai ketetapan persepsi (Lahey, 2004). Ketetapan persepsi terdiri dari beberapa tipe, yakni: a.

  

Brightness constancy ketetapan tingkat kecerahan, merupakan ketetapan

  persepsi terhadap tingkat kecerahan suatu objek walaupun objek persepsi dipindahkan dari ruangan terang ke ruangan yang lebih gelap.

  b.

  

Color constancy atau ketetapan warna, merupakan ketetapan persepsi terhadap

  warna objek walaupun objek berada pada kondisi pencahayaan atau lingkungan yang berbeda-beda sehingga dapat merubah informasi visual.

  c.

  

Shape constancy atau ketetapan bentuk, merupakan ketetapan persepsi

terhadap bentuk objek walaupun dilihat dari berbagai sudut padang.

  d.

  

Size constancy atau ketetapan ukuran, merupakan ketetapan persepsi terhadap

  ukuran objek walaupun dilihat dari jarak yang berbeda, ataupun objek diberi penambahan fitur yang membuatnya seolah-olah berubah ukuran.

  Penelitian ini akan membahas penerapan salah satu prinsip persepsi visual, yakni ketetapan persepsi. Tipe ketetapan persepsi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ketetapan ukuran, khususnya lebar tubuh manusia.

C. KETETAPAN UKURAN

1. Definisi Ketetapan Ukuran

  Kemampuan individu mempersepsi ukuran objek secara benar walaupun ada perbedaan gambaran di retina karena dipandang dari berbagai jarak disebut sebagai ketetapan ukuran (Shefner & Levine, 1991). Ukuran objek yang dimaksud termasuk lebar, tinggi dan panjang. Ketetapan terhadap ukuran objek bisa mengalami kesalahan, artinya individu mempersepsikan ukuran objek tidak sama dengan ukuran yang sebenarnya.

  Kesalahan dalam ketetapan ukuran disebut sebagai ilusi ukuran (Shefner & Levine, 1991). Ilusi ukuran bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah adanya penyimpangan atau distorsi objek karena penambahan fitur pada objek ilusi. Fitur tersebut membuat objek terlihat berbeda dari semula yang tidak diberi penambahan fitur. Misalnya, permukaan dinding ruangan berwarna putih polos akan memberi kesan lebih luas daripada motif gambar-gambar kecil yang memenuhi seluruh permukaan dinding.

2. Ilusi

  Ilusi atau penyimpangan persepsi dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan tampilannya, yakni ambiguities, paradox, fictions dan

  distortion . Ambiguities menampilkan kemungkinan tidak terhingga dari bentuk,

  ukuran dan jarak objek. Misalnya, gambar sebuah rangka kubus kosong dapat dilihat dari berbagai sudut pandang atau dikenal dengan necker cube. Paradox bisa muncul dari asumsi yang salah. Salah satu ilusi paradox adalah impossible oleh Lionel Penrose dan sepupunya Roger Penrose di tahun 1958.

  triangle Imposibble triangle merupakan segitiga tiga dimensi yang terlihat

  mustahil. Segitiga tiga dimensi terlihat mustahil ketika objek bersentuhan karena objek tersebut cenderung terlihat berada pada jarak yang sama. Namun, ketika sudut-sudut segitiga tidak terlihat, segitiga tersebut akan terlihat nyata. Fiction merupakan kontur dan tampilan objek yang mengandung ilusi yang dilihat

  

observer dalam kondisi normal. Dengan kata lain, perceiver melihat fitur

  tambahan yang sebenarnya tidak ada di objek persepsi. Salah satu ilusi fiction adalah Kanizsa fictional triangle (Gregory, 1997).

  Kategori ilusi keempat adalah Distortion. Stimulus yang ditangkap oleh individu bisa mengalami distorsi. Panjang garis yang dilihat oleh mata dapat terdistorsi menjadi lebih panjang atau pendek, garis lurus bisa terlihat tidak lurus. Inilah yang disebut sebagai distortion. Gregory (1997) mengatakan bahwa

  

distortion terjadi ketika sensasi-sensasi yang ditangkap oleh mata, seperti

  kecerahan, panjang, lebar, kedalaman, tinggi dan sebagainya mengalami distorsi atau penyimpangan. Ketika sensasi mengalami penyimpangan, maka apa yang dipersepsikan oleh mata menjadi tidak sama dengan kenyataan objek. Misalnya, garis lurus terlihat bengkok, dua buah garis yang sama panjang terlihat tidak sama panjang, dua buah persegi yang sama luasnya terlihat tidak sama dan sebagainya.

  Distorsi dapat berupa perbedaan kondisi objek, seperti penambahan fitur yang berbeda di kedua satu objek tanpa mengubah ukuran. Penambahan fitur tersebut dapat membuat kedua objek terlihat berbeda lebar atau tingginya. Misalnya, dua buah garis yang sama panjang terlihat berbeda panjangnya karena adanya perbedaan kondisi di masing-masing garis, yakni di garis pertama diberi tanda panah terbuka dikedua ujungnya dan di garis kedua diberi tanda panah tertutup di kedua ujungnya. Ini merupakan salah satu ilusi yang dikenal dengan nama ilusi Muller-Lyer (Gregory, 1997). Selain ilusi Muller-Lyer, ilusi persegi Helmholtz merupakan contoh dari kategori ilusi distortion.

3. Ilusi Persegi Helmholtz

  Dua buah persegi yang identik dapat terlihat berbeda ukuran jika diberi isian berupa garis-garis vertikal di satu persegi dan garis-garis horizontal di persegi lainnya. Isian garis-garis yang berbeda pada kedua persegi merupakan faktor distorsi yang membuat kedua persegi terlihat berbeda ukuran. Menurut Helmholtz (1867), persegi yang diisi dengan garis-garis horizontal terlihat lebih tinggi dan yang diisi dengan garis-garis vertikal terlihat lebih lebar. Ilusi ini dikenal dengan nama ilusi persegi Helmholtz. Berikut adalah gambar ilusi persegi Helmholtz.

  Gambar 1. Ilusi Persegi Helmholtz

  rd Sumber : Helmholtz Treatise on Physiological optics 3 edition

  Prinsip ilusi persegi Helmholtz didukung oleh pendapat Luckiesh (1922) yang mengatakan bahwa beberapa persegi identik yang diberi isian garis-garis yang berbeda dapat membuat persegi-persegi tersebut terlihat berbeda panjang dan lebar. Misalnya, ada tiga persegi identik yang diberi isian gari-garis berbeda.

  Persegi a diberi isian garis-garis horizontal, persegi b diberi isian garis-garis vertikal dan persegi c diberi isian garis-garis horizontal dengan satu garis vertikal tepat di tengah persegi. Hasilnya, ketiga persegi tersebut terlihat berbeda, garis- garis horizontal di a membuatnya terlihat lebih panjang daripada persegi b dan c.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI

  Persepsi visual ditentukan oleh serangkaian proses persepsi yang melibatkan mata dan otak. Namun, hasil dari proses persepsi dipengaruhi oleh faktor lain seperti motivasi dan learning experience atau pengalaman pembelajaran (Lahey, 2004). Salah contoh motivasi mempengaruhi persepsi adalah seorang yang kelaparan akan cenderung mempersepsikan gambar ambigu sebagai makanan. Pembelajaran akan menghasilkan pengetahuan awal pada individu. Pengetahuan awal tersebut akan dilibatkan individu dalam membentuk hasil persepsi suatu objek.

1. Proses Persepsi

  Apa yang dilihat dan dipersepsikan manusia bukanlah semata-mata replika dari apa yang ada di lingkungan. Persepsi tidak terjadi begitu saja, terdapat serangkaian proses yang terjadi sebelum individu menghasilkan interpretasi dan bereaksi terhadap apa yang ditangkap oleh indera. Rangkaian proses ini disebut sebagai proses persepsi. Proses persepsi merupakan serangkaian proses yang bekerja bersama untuk menentukan pengalaman dan reaksi terhadap stimulus di lingkungan. Proses persepsi terdiri dari empat tahapan proses yakni proses stimulus, electricity, experience and action, dan pengetahuan (Goldstein, 2010).

  a.

   Stimulus

  Stimulus merupakan apa yang ada di lingkungan, apa yang menarik perhatian individu dan apa yang menstimulasi receptor (sel yang peka terhadap rangsangan). Segala sesuatu yang ada di lingkungan dan berpotensi menarik perhatian individu disebut dengan evnvirontmental stimulus dan ketika salah satu stimulus menjadi fokus perhatian individu, stimulus tersebut disebut sebagai

  attented stimulus (Goldstein, 2010). Contohnya, ketika seorang anak sedang

  menonton pertandingan sepak bola di sebuah stadion, ada banyak stimulus yang menjadi evnvirontmental stimulus, seperti pemain sepak bola yang berlari merebut bola, penjaga gawang yang berteriak ke arah temannya, sorakan penonton, dan pedagang minuman keliling di sekitar stadion. Ketika si anak fokus memperhatikan penjaga gawang yang berteriak ke arah temannya, maka penjaga gawang yang berteriak ke arah temannya menjadi attented stimulus.

  b.

   Electricity

  Proses stimulus tidak berhenti di attented stimulus. Stimulus yang menjadi fokus perhatian kemudian dibentuk menjadi sebuah gambaran di retina (jika objek visual) dan mengelilingi receptor di retina (Goldstein, 2010). Apa yang tergambar di retina bukanlah wujud dan ukuran objek sesungguhnya, oleh sebab itu diperlukan proses selanjutnya yang melibatkan otak, yakni electricity. Electricity merupakan sinyal listrik yang diciptakan oleh receptor yang mentransformasikan dan mentransmisikannya ke otak. Salah satu prinsip dasar persepsi adalah bahwa segala sesuatu yang dipersepsikan individu didasarkan pada sinyal-sinyal di sistem saraf.

  Transduction merupakan transformasi dari satu bentuk energi menjadi

  energi lain. Transduction terjadi di sistem saraf ketika energi dari lingkungan seperti cahaya, ditransformasikan menjadi energi listrik. Setelah gambaran stimulus ditransformasikan menjadi sinyal listrik di dalam receptor individu, sinyal ini kemudian mengaktifkan neuron lain dan demikian seterusnya hingga mencapai otak. Transmisi ini penting karena jika sinyal tidak mencapai otak, maka tidak akan ada persepsi. Setelah mencapai otak sinyal kemudian di proses oleh sistem saraf. Dalam sistem saraf, representasi dari stimulus yang diciptakan oleh receptor ditransformasikan menjadi bentuk representasi baru di otak (Goldstein, 2010).

  c.

   Experience and Action Experience and action merupakan tujuan individu dalam mempersepsi,

  mengenali dan bereaksi terhadap stimulus (Goldstein, 2010). Stimulus yang ditangkap oleh indera kemudian ditranformasikan menjadi sinyal-sinyal listrik.

  Sinyal-sinyal ini dihubungkan ke saraf lalu dihantarkan dan diolah di otak. Setelah diolah di otak, individu kemudian mempersepsikan apa stimulus yang menjadi objek persepsi. Apa yang dipersepsi individu menentukan apa reaksi dan tindakan individu terhadap stimulus yang dipersepsikan.

  d.

   Knowledge Knowledge atau pengetahuan dalam konteks persepsi merupakan hal-hal

  yang diketahui individu sehubungan dengan stimulus yang mempengaruhi situasi perseptual (Goldstein, 2010). Dalam memahami proses persepsi yang melibatkan proses psikologis dan fisiologis, perlu diketahui bagaimana pengetahuan, ingatan dan harapan individu terkait situasi yang dipersepsikan. Misalnya, sebuah gambar ambigu yang bisa dilihat sebagai seorang gadis muda dan wanita tua diberikan kepada dua orang anak. Sebelum diberi gambar, si anak yang pertama diberitahu bahwa di dalam gambar tersebut terdapat dua sosok. Maka si anak pertama akan berusaha melihat dua sosok dalam gambar tersebut. Namun si anak kedua tidak diberi tahu bahwa ada dua sosok dalam gambar tersebut, sehingga ketika diberi gambar si anak kedua akan menyebutkan sosok yang dilihatnya di gambar tanpa berusaha mencari sosok kedua di gambar tersebut.

2. Pengetahuan Awal

  Secara harafiah, pengetahuan awal diartikan sebagai pengetahuan yang sudah dimiliki individu atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikiran individu sebelum berhadapan dengan objek persepsi. Pengetahuan awal mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz adalah informasi yang diperoleh individu mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz sebelum individu berhadapan dengan objek persepsi. Prinsip ilusi persegi Helmholtz adalah persegi yang diisi dengan garis- garis vertikal tampak lebih lebar dibanding persegi yang diisi dengan garis-garis horizontal (Helmholtz, 1867).

  Keterlibatan pengetahuan awal dalam mempersepsikan objek dijelaskan dalam proses persepsi, khususnya proses persepsi top-down. Proses persepsi top-

  

down atau disebut juga knowledge-driven processing adalah proses persepsi yang

  melibatkan informasi terkait objek yang tersimpan di ingatan, disebut juga sebagai

  “big picture” (Carlson dalam Shea, 2013). Menurut Goldstein (2010) dalam

  proses persepsi top-down, harapan, teori, atau konsep yang dimiliki perceiver menuntun perceiver memilih dan mengkombinasikan informasi dari lingkungan lalu diolah dalam proses kognitifnya sehingga menghasilkan persepsi baik yang sesuai dengan kenyataan fisik perilaku objek maupun tidak (ilusi). Namun, pengaruh proses persepsi top-down terhadap hasil persepsi bersifat voluntary (Shea, 2013). Sifat voluntary membuat pengaruh pengetahuan awal tergantung pada kemauan perceiver apakah dia akan menggunakan pengetahuannya atau tidak selama proses persepsi. Berikut adalah skema tahapan proses persepsi yang melibatkan pengetahuan yang sifatnya dinamis dan berubah terus-menerus.

  Gambar 2. Proses Persepsi

  Knowledge

  7. Perception

  8. Recognition

   9.Action

Experience

and Action

  1. Environmental Processing .6 stimulus Transmission .5

  2. Attented stimulus Electricity Stimulus 3.

   Stimulus on Transduction . 4 perception

  Sumber: Sensation and Perception eighth edition

E. PENGARUH PENGETAHUAN AWAL TERHADAP KETETAPAN UKURAN

  Prinsip ilusi persegi Helmholtz mengatakan bahwa persegi yang diisi dengan garis-garis vertikal akan terlihat lebih lebar dan yang diisi dengan garis- garis horizontal terlihat lebih panjang. Ilmuwan psikologi, Peter Thompson dan Kyriaki Mikellidou mencoba meneliti aplikasi ilusi Helmholtz pada pakaian dan beberapa objek tiga dimensi. Peter Thompson melakukan beberapa penelitian terkait isu ini. Pertama dia menemukan bahwa efek menggemukan pada pakaian bermotif garis-garis horizontal adalah mitos dan orang-orang gemuk memang suka memakai pakaian garis-gari horizontal (Thompson, 2008). Kemudian, bersama rekannya Kyriaki Mikellidou, mereka menemukan bahwa ilusi persegi Helmholtz juga berlaku pada benda tiga dimensi, yakni tabung. Tabung bergaris- garis horizontal tampak lebih kurus dibanding tabung begaris-garis vertikal (Thompson & Mikellidou, 2009).

  Mereka kemudian melakukan penelitian lanjutan terhadap objek persegi, tabung, gaun, dan manekin setengah badan manusia. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa ilusi persegi Helmholtz juga berlaku pada keempat objek tersebut (Thompson & Mikellidou, 2011). Namun, Swami & Harris (2012) menemukan hasil penelitian yang tidak seluruhnya sejalan dengan penelitian sebelumnya, yakni perempuan dianggap memiliki ukuran tubuh lebih besar ketika menggunakan pakaian bermotif garis horizontal dibanding ketika memakai pakaian bermotif garis vertikal dan tanpa motif.

  Menurut perspektif psikologi kognitif persepsi tidak dikontrol oleh stimulus saja, tetapi juga latar belakang pengetahuan mengenai stimulus dan proses logika (Gregory, 1997). Persepsi terhadap ukuran tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh motif garis-garis pada pakaian yang merupakan stimulus, tetapi juga dipengaruhi oleh pengetahuan terkait motif tersebut. Ketika perceiver (individu yang mempersepsi) melihat dua orang berukuran badan sama, salah satunya berpakaian motif garis-garis vertikal dan yang lainnya berpakian motif garis-garis horizontal, perceiver tidak langsung melihat kedua orang tersebut berbeda lebar nya. Terdapat serangkaian proses yang terjadi di kepala perceiver ketika dia melihat kedua orang tersebut, termasuk didalamnya adalah keterlibatan pengetahuan awal. Keterlibatan pengetahuan awal dalam proses persepsi dijelaskan dalam proses persepsi top-down (Eysenck, dalam Shea, 2103).

  Sesuai proses persepsi top-down atau disebut juga knowledge-driven

  processing, persepsi melibatkan informasi terkait objek yang tersimpan di ingatan,

  disebut juga sebagai

  “big picture” (Carlson dalam Shea, 2013). Informasi

  stimulus yang ditangkap oleh mata tidak semata-mata diolah di otak lalu menghasilkan persepsi begitu saja. Cara manusia mengolah informasi yang didapatnya dari lingkungan sangat dipengaruhi oleh struktur sistem sensorik. Struktur otak diprogram untuk memahami dunia dalam cara tertentu dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang memberi makna pada stimulus (Solso, Maclin, & Maclin, 2007).

  Dua orang perceiver dapat menghasilkan ketetapan ukuran yang berbeda terhadap sepasang manekin berpakaian motif garis-garis vertikal dan manekin berpakaian motif garis-garis horizontal. Kedua perceiver akan mengalami proses persepsi yang sama. Indera menangkap stimulus berupa manekin, kemudian mengubahnya menjadi sinyal listrik dan menghantarnya ke otak untuk diolah. Namun, perbedaan hasil persepsi bisa terjadi apabila kedua perceiver memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai pakaian bermotif garis-garis vertikal dan horizontal.

  Perceiver pertama yang memiliki pengetahuan tentang prinsip ilusi persegi

  Helmholtz akan cenderung mempersepsikan ketetapan lebar tubuh dengan tepat sebab dalam prinsip ilusi persegi Helmholtz, walaupun objek dengan motif garis- garis vertikal akan terlihat lebih lebar dibanding objek seukuran bermotif garis-

  Hasil persepsi Stimulus : Ilusi Persegi Helmholtz dalam bentuk Manekin Setengah Badan

  Electricity garis horizontal, namun kenyataanya ukuran kedua objek tidak berubah.

  Sedangkan perceiver kedua yang tidak memiliki pengetahuan tentang ilusi persegi Helmholtz akan cenderung mengalami ilusi ukuran atau kesalahan dalam ketetapan ukuran karena tidak ada pengetahuan awal yang diketahuinya yang menyebutkan bahwa motif garis-garis tidak akan merubah ukuran objek. Berikut adalah skema dinamika antar variabel penelitian:

  Gambar 3. Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran.

  Pengetahuan awal tentang ilusi persegi Helmholtz Terdapat perbedaan ketetapan ukuran terhadap manekin yang berpakaian motif garis-garis vertikal dan garis-gars horizontal antara kelompok yang diberi pengetahuan awal dan tidak dibekali pengetahuan awal tentang ilusi persegi Helmholtz

  Manekin berpakaian motif garis-garis vertikal Manekin berpakaian motif garis-garis horizontal

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor yang Memengaruhi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT Berkat Nugraha Sinar Lestari Belawan Tahun 2015

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi - Analisis Operasional Angkutan Umum Kota Medan Jenis Mobil Penumpang Umum (Studi Kasus: KPUM 04 Amplas – UMA)

0 1 33

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum - Analisis Operasional Angkutan Umum Kota Medan Jenis Mobil Penumpang Umum (Studi Kasus: KPUM 04 Amplas – UMA)

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Ruang Jalan Dengan Konsep Livable Street (Studi Kasus Jalan Jamin Ginting)

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Customer Retention, Switching Cost, dan Trust in Brand terhadap Customer Retention Produk Kartu Seluler Prabayar simPATI pada Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara

0 0 9

Pengaruh Customer Retention, Switching Cost, dan Trust in Brand terhadap Customer Retention Produk Kartu Seluler Prabayar simPATI pada Mahasiswa S1 Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Sumatera Utara

0 0 9

BAB II PARADIGMA DAN TEORI KOMUNIKASI - Representasi Pesan Tradisi Budaya Karo Dalam Film 3 Nafas Likas

0 0 47

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang - Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

0 2 33

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Sungai - Keanekaragaman Plankton di Sungai Buaya Kabupaten Sergai dan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara

0 0 10

Modul Eksperimen Pengaruh pengetahuan Awal Terhadap Ketetaan Ukuran Menggunakan Alat Ukur Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin Lampiran 1a

1 1 31