Makalah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

MAKALAH
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM
AFZALURRAHMAN

`

1

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2016
MAKALAH
SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM
AFZALURRAHMAN

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam yang
dibimbing oleh Nurul Setyaningrum, M.M

Oleh :
1. Machallafri Iskandar (E20151001)
2. Tutik Indana Zulfa


(E20151016)

3. Fiay Syatirrodiah

(E20151024)

4. Fajar Sahroni

(E20151037)

5. Muhammad Enggar

(083123020)

2

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
OKTOBER 2016

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat

dan

Hidayah-Nya

semata,

kami

dapat

menyelesaikan

Makalah

dengan


judul:

”Afzalurrahman”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan dari Dosen Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dan saran dari teman-teman maka
disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua
dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dan semoga segala yang
tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka
membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan
dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:
1. Dosen Pembimbing mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Nurul Setyaningrum, M.M
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT semata.


Jember, 01 Oktober 2016
Penulis

3

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................................

i

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR.....................................................................................................

iii

DAFTAR ISI...................................................................................................................


iv

BAB I

PENDAHULUAN......................................................................................

1

1.1.

Latar Belakang...............................................................................

1

1.2.

Rumusan Masalah..........................................................................

1


1.3.

Tujuan Penulisan............................................................................

1

1.4.

Sistematika Penulisan.....................................................................

2

PEMBAHASAN............................................................................................

3

BAB II

2.1
BAB IV


Afzalurrahman.............................................................................

3

PENUTUP..................................................................................................

20

5.1

Simpulan........................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

21

4


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan di dunia. Baik
kehidupan pribadi maupun kehidupan lembaga. Dalam perkembangan nya ilmu ini
memiliki banyak tokoh yang telah banyak menghasilkan pemikiran pemikiran besar yang
hingga saat ini tetap menjadi acuan dalam ilmu ekonomi modern. Untuk mengetahui
lebih jauh tentang sejarah dan pemikiran tokoh tersebut, maka disusunlah makalah kami
yang bertema kan tentang sejarah pemikiran ekonomi islam dengan tokoh yang di ambil
adalah Afzalurrahman.
1.2 Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang
berjudul “Afzalurrahman”, antara lain :
1. Bagaimana sejarah biografi afzalurrahman?
2. Bagaimana pemikiran afzalurrahman dalam ekonomi?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Afzalurrahman”, yaitu:
1. Menjelaskan biografi afzalurrahman.
2. Menjabarkan pemikiran ekonomi islam.

1.4 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan:
a. LatarBelakang
b. RumusanMasalah
c. TujuanPenulisan
d. SistematikaPenulisan
Bab II Pembahasan:
a.

Afzalurrahman

Bab III Penutup :
1.

Simpulan

5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 AFZALURRAHMAN
1.1 Biografi
Afzalur Rahman adalah seorang ilmuan asal Pakistan yang lahir pada tahun
1915. Tidak ada informasi yang menunjukkan mengenai hari, tanggal dan bulan
kelahirannya serta di daerah mana ia dilahirkan. Hal ini mungkin terjadi karena
Afzalur Rahman dilahirkan dari keluarga biasa yang tidak begitu memperhatikan
biografi kelahiran seorang anak. Dengan sebab ini pula tidak sedikit orang yang keliru
mengenai jati dirinya dan tertukar dengan Fazlur Rahman yang kesohor itu.
Afzalur Rahman kecil dididik di keluarganya dan di desa di mana ia dilahirkan,
dengan kultur masyarakat muslim tradisional Pakistan yang sangat kental dengan
berbagai tradisi keislaman. Setelah menamatkan pendidikan setingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) barulah ia melanjutkan pendidikannya di Islamia College
Lahore. Waktu itu Direktur ICL adalah Profesor Abdullah Yusuf Ali, penulis The
Glorious Quran, yaitu Terjemahan dan Tafsir al-Qur’an pertama berbahasa Inggris
yang ditulis seorang muslim asal Pakistan. Setelah menyeselesaikan studi di Islamic
College Lahore pada tahun 1967 Afzalur Rahman pindah ke Inggris kemudian
mendirikan The Muslim Educational Trust (MET) dengan dukungan dana dari Raja
Faisal dari Arab Saudi. MET memberikan pelajaran tentang agama Islam kepada
murid-murid muslim di sekolah-sekolah Inggris, seperti di Newham School, Hackney
School, dan Bradford School.

Setelah memimpin MET selama Sembilan tahun, pada tahun 1976 Afzalur
Rahman meninggalkan MET dan mendirikan lembaga lain, yaitu The Muslim Schoola
Trust (MST), yakni suatu lembaga yang lebih memfokuskan diri pada penerbitan
bukubuku Islam. Melalui lembaga ini pula Afzalur Rahman kemudian menyusun
sebuah ensiklopedi tentang sejarah perjalanan hidup nabi. Sampai pertengahan tahun
1980-an ensiklopedi ini telah diterbitkan delapan jilid, yaitu Ensiclopedia of Seerah.
Pada tahun 1998, setelah Afzalur Rahman meninggal dunia, ditemukan volume ke
sembilan dari ensiklopedi tersebut yang belum diterbitkan.
Selain ensiklopedi ini Afzlur Rahman juga menulis beberapa karya lainnya yang
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, seperti Muhammad Sebagai Seorang
Pedagang yang diterbitkan oleh Yayasan Swarna Bhumy pada tahun 1995. Buku
lainnya yaitu Quranic Sciences yang diterbitkan oleh Mizania pada tahun 2007 dengan
6

judul Ensiklopediana ilmu-ilmu dalam alQur’an. Dalam bidang ekonomi Afzalur
Rahman menulis buku dengan judul Doktrin Ekonomi Islam, sebanyak empat jilid, dan
diterbitkan oleh Dana Bhakti Wakaf Yogyakarta pada tahun 1995.
Di antara buku-buku karangan Afzalur Rahman yang belum diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia, yaitu Faith and Practice, Liberty: Readings in Islamic
Political Philosophy, The Role of Muslim Woman in Society, Islam, Ideology and
Way of Life, Subject Index of Holy Quran, Prayer: Its Significance and Benefits, dan
Sufism: Nature and Scope, serta sejumlah artikel yang dimuat di jurnal-jurnal
internasional.
Setelah malang melintang di Inggris dan beberapa negara Eropa lainnya,
Afzalur Rahman meninggal dunia pada tahun 1998 pada usia 83 tahun. Buku-buku dan
artikel tulisannya sekarang banyak tersebar beberapa perpustakaan perguruan tinggi
Islam di Indonesia.
1.2 Pemikiran Ekonomi Islam
Afzalurrhamna adalah seorang cendikiawan muslim dan ahli ekonomi yang
terkemuka di dunia. Beliau pernah menjabat sebagai Deputy Secretary General dari
The Muslim Shcool Trust, London.1
Karya dalam pemikiran ekonomi islam yang terkenal adalah Doktrin Ekonomi
Islam. Buku tersebut terdiri dari empat jilid, menyajikan seluruh aspek sistem
ekonomi islam dengan bahasa yang sederhana dan jelas.
Jilid pertama, menjelaskan prinsip-prinsip sistem ekonomi islam dengan
menguraikan keempat faktor produksi dan peranannya dalam sistem ekonomi islam.
Jilid kedua, menjelaskan masalah yang dihadapi dalam menentukan kerjasama dalam
beberapa faktor produksi. Jilid ketiga, menjelaskan teori-teori modern tentang bunga
dan teori islam tentang suku bunga nol persen(zeor rate of interest). Jilid keempat,
menjelaskan tentang sistem moneter, bank dan asuransi tanpa bunga, serta standart
moneter internasional.
Sistem ekonomi islam merupakan suatu rahmat yang tak ternialai bagi umat
manusia. Seandainya sistem tersebut dilaksanakan secara menyeluruh dan sesuai
dengan ajarannya, akan menjadi sarana yang dapat memberikan kepuasan bagi setiap
kebutuhan masyarakat. Sistem ini akan menjadi sarana yang sangat berguna, adil, dan
rasional bagi kemajuan ekonomi masyarakat. Namun demikian, demi suksesnya
1

Afzalurrahman. Doktrin Ekonomi Islam. (Yogyakarta PT. Dhana Bakti Wakaf, 1995)

7

pengoprasian sistem ini mutlak diperlukan landasan ajaran dan ideologi islam.
Pengoprasian ini mempunyai hubungan yang sangat mendalam dan erat dengan ajaran
agama, ideologi dan budaya islam sehingga tidak boleh terpisahkan dari landasan
agama. Banyak sekali keuntunganyang akan dipetik masyarakat apabila mau
mengadopsi sistem ini selama keseluruhan dalam konteks yang lebih luas.
Dasar-dasar ssistem ini dilandasi dengan tingginya kualitas moral atas
ketaatannya kepada Allah SWT, kerjasama, persaudaraan, kekeluargaan, kemurahan
hati dan kasih sayang antara manusia. Pertumbuhan kualitas moral yang sedemikian
tinggi diantara anggota masyarakat akan sangat membantu meningkatkan dan
menjaga keseimbangan dalam kehidupan ekonomi. Oleh karena itu, “penekanan yang
ketat terhadap reformasi moral dan pencapaian tujuan seperti tersebut di atas”
kekuasaan dan pemaksaan hukum serta penggunaan kekuasaan pemerintah hanya
digunakan apabila keadaan sangat mendeasak sekali. Meskipun hal ini dilakukan
untuk mencapai tujuan minimum yang dimaksudkan.
Dan untuk mencapai keberhasilan tujuan tersebut harus mengadopsi moral
sebagai sarana hukum, dengan batuan sarana hukum tersebut mampu menjadikan
mampu mencapai tujuan dalam prakteknya, dengan demikian akan mampu untuk
meningkatkan tingakt tuntutan materi, lebih menghayati nilai-nilai kehidupan yang
lebih tinggi dan memajukan tujuan-tujuan yang lebih mulia terhadap keinginan
masyarakat dan kebijakan sosial.2
Untuk memperjelas konsep pemikiran ekonomi islam afzalurrahman maka dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Ajaran moral
Hukum-hukum

islam

hanya

mengambil

sebagian

moral

(tidak

seluruhnya) tertentu atas harta orang kaya dan tidak melebihi apa yang telah
digariskan. Tetapi pendidikan moral mencapai hasil yang lebih besar dan
menanamkan ajaran tersebut dikalangan sehingga mereka secara terbuka
atau iklhas menyerahkan hartanya dijalan allah. Banyak ayat Al-Qur’an yang
mengajarkan kepada manusia untuk membelanjakan hartanya kepada orangorang miskin salah satunya.
Dan disini terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 267

2

Ibid.

8

        
          
           

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang burukburuk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan
ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
Ayat diatas memberi kejelasan bahwa amal itu hanya bernilai apabila
sesuatu yang baik atau benilai itu diberikan dan hasilnya halal atas karunia
Allah (apabila itu hasil bumi).
Nabi besar Muhammad saw sangat menekankan pada aspek
pembelanjaan dan mengencam terhadap orang yang tidak membantu
kalangan orang miskin disekitarnya.
Diriwayatkan nabi Muhammad bersabda “tidak berguna seorang
mukmin yang tidur dengan perut kekenyangan sedangkan tetngganya dalam
kelaparan”.
2. Sarana yang sah
Islam tanpa ragu mengembangkan ajaran infaq pengeluaran pribadi
(dijallan Allah) melalui ajaran- ajaran moral dan juga telah menentukan
langkah- langkah aturan efektif tertentu untuk menjamin kecenderungan
untuk mengkonsumsi sesuai dengan tingkat kebutuhan dan digunakan sebaikbaiknya.
Semakin banyak orang yang menyadiri dan menghayati akan ajaran
islam, semakin banyak pula ia membela njakan hartanya untuk kebajikan
kaum miskin semata-mata untuk mencari ridho Allah.
Islam telah menetapkan batasan- batasan hukum untuk mengatur
penggunaan harta kelebihan.
a. Secara tegas melarang pemberian pinjaman uang tabungan melipat
gandakan bunga orang secara bebas dapat menabung sesukanya
tetapi akumulasi tabungan tersebut tidak boleh menumbuhkan bunga
dalam sistem ekonomi islam.

9

b. Menumpuk kekayaan adalah larangan. Anda harus mempergunakan
harta yang anda miliki hanya sebatas untuk memenuhui kebutuhan
hidup anda sedangkan selebihmya untuk orang lain untuk memenuhi
kebutuhan

mereka

serta

menjaga

seluruh

akumulasi

harta

masyarakat dalam sirkulasi yang konstan. Apabila anda tidak
melakukan hal ini dan melakukan pelipatgandaan harta, maka anda
harus membayar zakat sebanyak dua setengah persen pertahun atas
seluruh akumulasi harta untuk dimanfaatkan bagi orang miskin dan
orang yang membutuhkan dalam masyarakat.
c. Hukum- hukum warisan membantu dalam menyebarkan harta yang
tertumpuk ditangan segelintir orang ditengah ratusan dan ribuan
orang masyarakat. Semua harta yang berada dalam genggaman
seseorang yang dikumpulkan secara berangsur-angsur dari segala
sumber, terkecuali pembayaran zakat dan infaq, segera dibagi secara
adil kepada ahli warisnya, perempuan dan laki- laki setelah orang
tersebut meninggal dunia. Hukum warisan tersebut tercantum dalam
kita bsuci al- Qul’an:
     
      
       
Artinya : “bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian
(pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit
atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.”
3. Tauhid (Al-Tauhid)
Dalam ajaran Islam tauhid merupakan dasar seluruh konsep dan
aktivitas manusia, baik dalam bidang agama, sosial, ekonomi, budaya, dan
politik. Tauhid dapat berarti pengesaan Allah atau menyerahkan segala
sesuatu hanya kepada Allah, dengan demikian dalam kegiatan ekonomi
seluruh aktivitas ekonomi harus didasarkan pada penyerahan dann ketaatan
kepada aturan Allah. Menurut Islamil Raji al-Faruqi (1998) tauhid sebagai
prinsip utama dalam sistem ekonomi yang mewujudkan negara sejahtera,
Islam secara sosial berkehendak mewujudkan keadilan sosial, Islam berusaha
mengangkat derajat dan martabat manusia. Bila sistem ekonomi
10

konvensional Barat didasarkan pada filosofis sekuralisme, materialisme dan
hedonisme, dalam ekonomi Islam mendasarkan pada falsafah Ilahiyah.
Konsep tauhid mengajarkan segala sesuatu harus bertitik tolak dari Allah dan
semuanya dikembalikan kepada Allah. Kegiatan ekonomi, seperti produksi,
distribusi, konsumsi, dan ekspor-impor juga harus bertitik tolak dari tauhid
dan terus bergerak dalam koridor syari’at Islam. Seorang muslim yang
bekerja di pabrik sejak dia berangkat dari rumah, ketiga berada di pabrik,
sampai kembali ke rumahnya harus dianiati dalam rangka takwa kepada
Allah. Barang dan jasa yang diproduksi atas nama Allah maka kualitasnya
akan terjamin secara maksimal.
4. Maslahah (al-Maslahah)
Pondasi kedua dalam ekonomi Islam adalah maslahah (kemaslahatan).
Maslahah diposisikan sebagai pondasi kedua karena tujuan syari’at Islam
adalah mewujudkan kemaslahatan umat manusia. Maslahah berarti bernilai
baik atau berfungsi baik dunia dan akhirat. Para fuqaha mendefinisikan
maslahah sebagai segala sesuatu yang mengandung manfaat, berguna, dan
kebaikan. Dalam konsep al-Ghozali, maslahah adalah usaha mewujudkan dan
memelihara lima kebutuhan dasar umat manusia, yaitu agama, jiwa, akal,
keturunan, dan harta benda. Dalam perspektif ijtihad dalam ekonomi Islam
al-maslahah sebagai suatu pendekatan sangat vital terutama dalam
pengembangan ekonomi islam dan kebijakan ekonomi Islam, sebab maslahah
adalah sesuatu yang hendak diwujudkan dalam syari’at Islam. Maka segala
tindakan ekonomi Islam baik yang terkait dengan produksi barang dan jasa
harus mengandung unsur kemaslahatan bagi umat manusia.
5. Keadilan (al-‘Adl)
Dasar ketiga bangunan ilmu ekonomi Islam adalah keadilan (al-‘Adl).
Keadilan adalah salah satu pilar kehidupan yang dibangun segera oleh nabi
Muhammad saw, kehidupan korup dan ketidakadilan yang menghinggapi
masyarakat Arab kala itu menjadi salah satu faktor ditegakkannya keadilan.
Keadilan berlaku untuk semua segi kehidupan umat manusia, termasuk
dalam keadilan bidang ekonomi dan penghapusan kesenjangan pendapatan.
Islam berusaha menciptakan kehidupan berkeadilan dalam bidang sosial,
ekonomi, politik, dan agama, seperti banyak ditegaskan dalam alQur’an dan
Sunnah. Menurut Syari’ati (1984), hampir dua pertiga dari isi al-Qur’an
11

berisi tentang keharusan menegakkan keadilan dan penghapusan kezhaliman,
hal ini seperti diungkapkan dalam bentuk lafadz zulum, ism, dalal, dan
lainnya. Tujuan pengungkapan kata al-‘Adl ini sebagai bukti betapa Islam
sangat mengedepankan keadilan dan memusuhi kedzaliman di tengah-tengah
kehidupan umat manusia, seperti begitu kuatnya Islam untuk menciptakan
rasa kedilan dalam bidang ekonomi. Oleh karena itu, keadilan ini menjadi
salah satu dasar perwujudan ekonomi Islam.
6. Kepemimpinan (al-Khilafah)
Dalam perspektif Islam tujuan diciptakannya manusia adalah untuk
beribadah kepada Allah, dan fungsi umat manusia di muka dunia ini adalah
sebagai khalifah atau pemimpin sebagai wakil Allah di dunia. Manusia
diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna, kesempurnaan ini
diperlengkap dengan banyak potensi, seperti potensi akal, spiritual, dan
material yang memungkinkan manusia bisa melaksanakan tugasnya sebagai
pemimpin di dunia. Sebagai pemimpin manusia memiliki kewajiban
mengelola alam dan memakmurkan bumi sesuai dengan ketentuan dan
syari’at Islam. Namun demikian, manusia juga diberikan kebebasan dan
dengan kekuatan akal pikiran manusia diberi kebebasan memilih pola
pengelolaan dunia. Konsep kepemimpinan Islam dalam bidang ekonomi
bertujuan mengangkat martabat umat manusia ke status terhormat di dalam
alam semesta, seperti ditegaskan dalam al-Qur’an Surat 17 ayat 70.
Memberikan arti dan misi begi kehidupan manusia. Sebagai khalifah manusia
melaksanakan tugasnya sesuai dengan syari’at Islam, mengelola sumber
penghidupan dengan seadil dan seefisien mungkin sehingga terwujud
kesejahteraan yang menjadi tujuan ekonomi Islam. Tujuan ini akan tercapai
jika sumber penghidupan digunakan dengan penuh tanggungjawab dalam
batas-batas yang telah digariskan dalam syari’at Islam.
7. Persaudaraan (al-Ukhuwah)
Islam mengajarkan persaudaraan (ukhuwah), baik persaudaraan
seagama Islam (Ukhuwah Islamiyah), persaudaraan sebangsa dan setanah air
(Ukhuwah Wathoniyah), dan persaudaraan sesama manusia (Ukhuwah alInsaniyah). Persaudaraan yang dibangun Islam bersifat universal dan
menyeluruh, termasuk persaudaraan dalam perekonomian. Hal ini seperti
ditegaskan dalam al-Qur’an Surat 49 ayat 13, yang artinya: “Wahai manusia,
12

sesuangguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya kamu saling
mengenal”. Di samping itu, Islam juga sangat mengedepankan kepentingan
umum di atas kepentingan pribadi. Dalam al-Qur’an diistilahkan dengan alItstar atau sikap mementingkan orang lain. Islam juga mengenal konsep alMusawat atau persamaan di atara sesama manusia, dalam sosiologi konsep
ini disebuat egaliter. Semua sumber daya alam diperuntukkan Allah bagi
kemakmuran dan sebagai sumber ekonomi manusia. Dari sini Nampak jelas
bahwa konsep kebersamaan dan persaudaraan manusia menjadi dasar dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ekonomi. Konsep persaudaraan
manusia juga menunjukkan bahwa Islam menolak adanya stratifikasi
manusia, dan sebagai implikasi konsep ini adalah bahwa antar sesame
manusia terbangun rasa persaudaraan dalam kegiatan ekonomi, saling
membantu dan bekerja sama dalam perekonomian, seperti tercermin dalam
bentuk syirkah, qiradh, dan mudharabah (profit and lost sharing). Sistem
ekonomi ini sudah diterapkan dalam aktivitas ekonomi mikro pada lembagalembaga keuangan Islam, seperti di Maitul Mal wat Tamwil (BMT) dan
bank-bank syariah.
8. Kerja dan produktifitas (al-‘Amalh wa al-Intajiyah)
Islam mengajarkan konsep keseimbangan antara kehidupan dunia dan
akhirat, antara ibadah dan bekerja, dan semua pekerjaan manusia yang
beriman kepada Allah (muslim) selama diniati dan diawali dengan menyebut
nama Allah (basmallah) maka semuanya bernilai ibadah. Begitu besarnya
penghargaan Islam terhadap kerja manusia sehingga sangat mendukung
meningkatnya produktifitas. Al-Qur’an dan Sunnah sangat mendukung hal
ini, dalam salah satu sabdanya, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: “Siapa
yang bekerja keras untuk mencari nafkah keluarganya, maka ia adalah
mujahid fi Sabilillah” (H.R. Imam Ahmad). Dalam bekerja Islam
mensyaratkan dengan cara-cara yang baik dan benar dan melalui jalan yang
diridhai Allah. Islam juga melarang manusia berperilaku malas. Dalam satu
kejadian Amirul Mu’minin Khalifah Umar Ibn Khaththab pernah menegur
seorang shahabat yang sering duduk berdo’a di masjid tanpa mau bekerja
untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya. Katanya: “janganlah salah
seorang dari kalian duduk di masjid dan berdo’a. Ya Allah berilah aku rezeki.
13

Sedangkan kalian tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan
hujan perak”. Peringatan Umar ini menunjukkan bahwa Islam sangat
mendukung kerja dan peningkatan produktifitas manusia dalam setiap segi
perekonomian.
9. Kepemilikan (al-Milk)
Islam tidak mengenal kepemilikan sumber-sumber ekonomi secara
absolute, tidak menghendaki terjadinya persaingan bebas dalam kegiatan
ekonomi dan transaksi bisnis, seperti dianut oleh sistem ekonomi
kapitalisme. Islam juga tidak mengenal sistem ekonomi yang terpusat pada
satu pihak saja, seperti dalam sistem perekonomian sosialis dan marxis yang
terpusat pada kaum proletar di bawah pemimpin negara diktator, distribusi
produksi barang dan jasa diatur oleh negara secara ketat, pendapatan bersifat
kolektif dan distribusi kolektif menjadi acuan utama, hubunganhubungan
ekonomi secara perirangan dibatasi. Berbeda dengan dua system
perekonomian di atas, dalam perspektif ekonomi Islam kepemilikan yang
hakiki hanya milik Allah, sementara kepemilikan manusia bersifat relatif,
dalam pengertian manusia hanyalah sebagai penerima titipan (pemegang
amanat) dan harus mempertanggungjawabkan kepemilikan sementaranya
kepada Allah. Kepemilikan manusia terhadap sumber-sumber ekonomi baik
barang dan jasa bersifat sementara. Kepemilikan manusia terhadap sumbersumber ekonomi yang bersifat absolute bertentangan dengan tauhid, karena
pemilik segala-galanya hanya Allah. Karena kepemilikan sumber-sumber
ekonomi terpulang kepada Allah, maka setiap individu memiliki akses yang
sama terhadap milik Allah, sebab peruntukkan diciptakan alam semesta
adalah untuk seluruh umat manusia. Namun dalam pengaturannya, dalam
sistem ekonomi Islam masalah kepemilikan ini dibagi menjadi tiga, yaitu
kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara.
Kepemilikan individu diperoleh melalui bekerja, warisan, pemberian, hibah,
hadiah, wasiat, mahar, barang temuan, dan jual beli. Kepemilikan umum
terjadi pada barang-barang yang dibutuhkan manusia secara umum dalam
memenuhi kehidupan sehari-hari dan menyangkut hajat orang banyak, seperti
kepemilikan api, bahan bakar, gas, listrik, hasil hutan, barang tambang, dan
sarana transfortasi yang disediakan alam. Sementara kepemilikan negara
terjadi untuk masalah sumber ekonomi yang semula bersifat umum, namun
14

karena membutuhkan pengelolaan secara teratur maka negara mengaturnya
untuk kepentingan rakyat, seperti pengelolaan terhadap sumber barang
tambang dan pengelolaan jalan tol.
10. Kebebasan dan tanggung jawab (al-Huriyah wa alMas’uliyah)
Pakar ekonomi Islam yang pertama kali memasukkan kebebasan dan
tanggungjawab sebagai salah satu dasar dalam ekonomi Islam adalah anNaqvi (2005). Bila semula kedua prinsip ini terpisah yaitu kebebasan sendiri
dan tanggung jawab sendiri, namun oleh an-Naqvi kemudian digabungkan.
Dalam perspektif ekonomi Islam kebebasan memiliki dua pengertian, yaitu
kebebasan dalam pengertian teologis dan kebebasan dalam pengertian
filosofis. Kebebasan teologis mengandung arti bahwa manusia bebas
menentukan pilihan antara yang baik dan yang buruk dalam mengelola
sumberdaya alam. Kebebasan untuk memilih itu melekat pada diri manusia,
karena manusia telah dianugrahi akal pikiran untuk mempertimbangkan
antara yang baik dan yang buruk, yang maslahah dan mafsadat, yang manfaat
dan madharat, sehingga manusia harus bertanggungjawab atas segala
keputusan yang diambilnya. Sementara kebebasan dalam pengertian filosofis
(ushul fiqh) berarti bahwa dalam masalah muamalah Islam membuka pintu
seluas-luasnya di mana manusia bebas melakukan apa saja sepanjang tidak
terdapat nash al-Qur’an dan hadis yang melarangnnya. Hal ini didasarkan
pada salah satu qaisah ushul fiqh “dalam muamalah segala sesuatu pada
dasarnya dibolehkan sepanjang tidak ada dalil yang melarangnya”. Apabila
aksioma ini dikorelasikan dengan dunia bisnis, khususnya dalam masalah
ekonomi, mengandung arti bahwa Islam benar-benar memacu umat manusia
untuk melakukan inovasi apa saja, termasuk pengembangan tekonologi dan
diversifikasi produk barang dan jasa.
11. Jaminan social (al-Dliman al-Ijtima’i)
Fakta menunjukan bahwa tidak setiap orang serba berkemampuan,
tidak sedikit justeru manusia masih banyak berada di bawah garis kemiskinan
dan tidak jarang manusia jerjebak pada prkatik mustad’afin yang sitemik.
Terlebih lagi di era global yang penuh persaingan seperti sekarang ini,
dimana sumber-sumber perekonian dan lapangan pekerjaan semakin langka,
manusia harus berhadapan dengan persaingan untuk meperebutkan
sumbersumber perekonomian, dan tidak sedikit untuk memperolehnya
15

dilakukan dengan cara-cara yang tidak baik dan haram. Demikian juga,
sumber-sumber perekonomian tidak seluruhnya mampu menyediakan barang
dan jasa secara maksimal, dan produksinya terkadang terbatas, sehingga
penghasilannyapun berpareasi, ada sumber perekonomian yang menyediakan
penghasilan yang cukup besar dan melimpah, ada yang penghasilannya
sedang-sedang saja, dan kebanyakan penghasilannya sangat terbatas dan
masih berkekurangan. Bagi mereka yang belum berpenghasilan dan mereka
yang penghasilannya masih kurang, maka Islam hadir dengan membawa
konsep jaminan sosial. Pada praktiknya jaminan sosial bila dilakukan melalui
lembaga, seperti lembaga zakat, infaq dan sodaqoh (Lazis), melalui
mekanisme zakat fitrah pada tanggal 1 Syawal setiap tahun, dan ibadah
kurban pada setiap tanggal 10, 11, 12, san 13 Dzulhijjah setiap tahunnya.
12. Kenabian (al-Nubuwah)
Dunia ekonomi adalah dunia yang sangat dekat dengan masalah
keuangan, setiap orang sangat membutuhkan uang, begitu banyak orang yang
terjebak dan jatuh pada perilaku monopoli, kolusi dan korupsi karena merasa
kekurangan dalam masalah uang.
Sumber-sumber perekonomian berupa barang dan jasa juga pada
akhirnya berhenti pada masalah uang. Oleh karena itu, supaya umat manusia
tidak terjebak pada perilaku menyimpang dalam mengelola sumber-sumber
ekonomi maka semenjak dini Islam memberikan dasar, yaitu dasar kenabian.
Yang dimaksud dengan dasar kenabian di sini terkait dengan sifat-sifat yang
dimiliki oleh Rasulullah Saw, yaitu sifat shiddiq, amanah, tabligh dan
fatanah. (a) shiddiq berarti jujur dan benar, prinsip ini harus menjiwai
perilaku umat manusia dalam berkaitan dengan perilaku ekonomi, mulai dari
produksi, distribusi, dan konsumsi. (b) amanah berarti dapat dipercaya,
professional, kredibilitas dan bertanggungjawab. Sifat amanah harus menjadi
karakter bagi para pelaku ekonomi Islam sehingga sukses dalam bisnisnya.
(c) tabligh berarti menyampaikan, komunikatif dan transparan. Para pelaku
ekonomi Islam harus memiliki kemampuan komunikasi yang handal dan
dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi harus dilakukan dengan
transparan, dan (d) fathonah berarti cerdas dan memiliki intelektualitas yang
tinggi, kredibel, serta bertanggungjawab. Seorang pebisnis Islam harus
memiliki dasar yang cerdas, jeli terhadap pembacaan peluang dan mampu
16

menciptakan peluang secara baik dan benar sehingga dia mampu bersaing
secara sehat dengan pebisnis lainnya.
13. Konsep Islam Tentang Bunga
Sebuah Negara islam berdiri di antara dua ekstrim kapitalis dan
sosialisme islam tidak membiarkan ekonomi dikuasai oleh segelintir kapitalis
dimana di tangan mereka ”perusahaan perusahaan menjadi sarana kekacauan
dan spekulasi yang tidak menentu” juga tidak membenarkan rezim komunis
yang menghancurkan individu dalam berinisiatif, kebebasan dan efisiensi.
Islam menjaga kebajikan seluruh umat manusia dari segala penindasan dari
golongan kapitalis dan komunis serta melindungi mereka dari akibat buruk
perdagangan yang menyebabkan depresi dan pengangguran.
Tingkat bunga nol dianggap bunga yang sah di Negara islam dan lebih
angka tersebut disebut tidak adil, tidak patut dan oleh karenanya haram inti
sari semua perbincangan mengenai bunga dapat diringkas dengan kalimat. 3
”sesuatu kelebihan diatas modal pinjaman baik itu dalam bentuk tunai atau
emas perak maupun bahan pangan atau penggunaan barang oleh karenanya
haram. Dengan demikian, segala bentuk transaksi, baik itu dalam bentuk
uang atau barter dimana melibatkan unsur riba di dalam perekonomian islam
dilarang.
Perintah fina dari al-qur’an yang melarang memungut (maupun
pemberi) riba dan menganjurkan tingkat bunga nol sebagai satu satunya
bunga yang sah di Negara islam.
Surah Al Baqarah ayat 278-279
          
          
          

Artinya : “278. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang
beriman. 279. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),
Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika
kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu
tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”

33

Afzalurrahman,DoktrinEkonomiIslam,Jilid III.

17

BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Afzalurrhamna adalah seorang cendikiawan muslim dan ahli ekonomi yang
terkemuka di dunia. Karya dalam pemikiran ekonomi islam yang terkenal adalah

18

Doktrin Ekonomi Islam. Buku tersebut terdiri dari empat jilid, menyajikan seluruh
aspek sistem ekonomi islam dengan bahasa yang sederhana dan jelas.
Sistem ekonomi islam merupakan suatu rahmat yang tak ternialai bagi umat
manusia. Seandainya sistem tersebut dilaksanakan secara menyeluruh dan sesuai
dengan ajarannya, akan menjadi sarana yang dapat memberikan kepuasan bagi setiap
kebutuhan masyarakat. Sistem ini akan menjadi sarana yang sangat berguna, adil, dan
rasional bagi kemajuan ekonomi masyarakat. Namun demikian, demi suksesnya
pengoprasian sistem ini mutlak diperlukan landasan ajaran dan ideologi islam.
Pengoprasian ini mempunyai hubungan yang sangat mendalam dan erat dengan ajaran
agama, ideologi dan budaya islam sehingga tidak boleh terpisahkan dari landasan
agama. Banyak sekali keuntunganyang akan dipetik masyarakat apabila mau
mengadopsi sistem ini selama keseluruhan dalam konteks yang lebih luas.
Dasar-dasar ssistem ini dilandasi dengan tingginya kualitas moral atas
ketaatannya kepada Allah SWT, kerjasama, persaudaraan, kekeluargaan, kemurahan
hati dan kasih sayang antara manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Nur Chamid, M.M, Dr, 2010, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, PT
PUSTAKA PELAJAR, Jogjakarta.
19

www.google.co.id/search?hl=id&ieISO-8859-1&q=makalah+ekonomi++afzalurrahman+

20