Teknik Elektronika Audio Video Kurikulum

PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA

TEKNOLOGI & REKAYASA

Teknik Elektronika

INDIKATOR CAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KELAS XII SEMESTER 1-2

UNTUK

PAKET KEAHLIAN

TEKNIK ELEKTRONIKA AUDIO VIDEO (057)

SEKOLA( MENENGA( KEJURUAN SMK

KUR)KULUM-

Penulis: Drs. ASMUNIV, MT Drs. HENDRO HERMANTO, MT PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK ELEKTRONIKA PPPPTK-VEDC BOE MALANG Juli 2013

Pengembangan Indikator Capaian Tujuan Pembelajaran Menurut Klasifikasi Revised Bloom’s Taxonomy (RBT), Webb’s Depth of Knowledge (DOK) dan Hess’s Cognitive Rigor Matrix (CRM) Jenjang Higher Order Thinking (HOT′s) Paradigma Pengajaran &

Pembelajaran Kurikulum 2013

Pendahuluan

Taksonomi Tujuan Pembelajaran Menurut Bloom: Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mereka menerima pengalaman belajarnya. Untuk mengevaluasi hasil belajar dari peserta didik, diperlukan tujuan yang bersifat operasional yaitu tujuan berupa tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.

Ketercapaian kemampuan hasil pembelajaran menurut Benyamin Bloom dapat diukur dari tiga aspek domain pengetahuan, yaitu:

• Pengetahuan domain kognitif, meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. • Pengetahuan domain afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri atas aspek penerimaan, tanggapan, penilaian, pengelolaan, dan penghayatan (karakterisasi).

• Pengetahuan domain psikomotorik, mencakup kemampuan yang berupa keterampilan fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interperatif.

Proses Domain Kognitif

Pada hakekatnya proses kognitif berkaitan erat dengan proses berpikir peserta didik. Dengan demikian pandangan tentang proses berpikir dapat didefinisikan sebagai suatu proses kognitif, yaitu suatu tindakan mental untuk membentuk/memperoleh pengetahuan. Proses berpikir dihubungkan dengan pola perilaku yang lain dan memerlukan keterlibatan aktif pemikir. Hubungan tersebut dapat saling terkait dengan struktur yang mapan dan dapat diekspresikan oleh pemikir dengan macam-macam cara (Presseisen dalam Costa, 1985:43).

Proses kognitif yang kita kenal selama ini adalah proses kognitif yang dikemukakan oleh Benjamin Bloom. Bloom menyatakan suatu daftar proses kognitif dan mengindikasikan jenis-jenis perilaku peserta didik yang menunjukkan pencapaian tujuan belajar. Keterampilan tersebut mencakup 1) pengetahuan (knowledge); (2) pemahaman (comprehension); (3) aplikasi (application); (4) analisis (analysis); (5) sintesis (synthesis); dan (6) penilaian (evaluation).

1. Pengetahuan atau Hafalan (C1)

Pengetahuan atau Hafalan (Recall to Data) adalah kemampuan yang paling rendah tetapi paling dasar dalam kawasan kognitif. Kemampuan untuk mengetahui adalah kemampuan untuk mengenal atau mengingat kembali sesuatu objek, ide, prosedur, prinsip atau teori yang pernah ditemukan dalam pengalaman tanpa memanipulasikannya dalam bentuk atau simbol lain. Kemampuan mengetahui sedikit lebih rendah di bawah kemampuan memahami, karena itu orang yang mengetahui belum tentu memahami atau mengerti apa yang diketahuinya.

Ingatan termasuk ranah hafalan yang meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya (Munaf, 2001:68). Jenjang ini merupakan tingkatan hasil belajar yang paling rendah tapi menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Suatu soal dikatakan berbentuk hafalan apabila materi yang ditanyakan terdapat (ada) dalam buku pelajaran, atau peserta didik sudah pernah diberitahukan oleh guru (Munaf, 2001:68). Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan pada jenjang ini adalah menyebutkan, menunjukkan, mengenal, mengingat, mendefinisikan (Munaf, 2001:68).

Mengingat merupakan proses perolehan pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang peserta didik. Pada dimensi proses mengingat (remember) melibatkan proses koginitif recognizing (identifying) dan recalling (retrieving). Proses kognitif recognizing atau mengidentifikasi/mengenali merupakan proses menemukan pengetahuan dalam memori jangka panjang (long-term memory) yang berkaitan dengan pengetahuan yang akan dipelajari. Contoh, mengidentifikasi/mengenali sejarah ditemukannya proses fabrikasi pembuatan BJT-Bipolar Junction Transistor pertama kali.

Proses retrieving atau memanggil merupakan proses memanggil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang. Contoh, Sebutkan siapa nama Presiden dan wakil Presiden pertama RI.

2. Memahami (C2)

Pemahaman adalah kemampuan dalam memahami pengetahuan yang telah

d iajarkan seperti kemampuan menjelaskan″ pembacaan kode warna resistor, membandingkan″ bentuk fisik macam-macam resistor, menafsirkan″, dan sebagainya. Istilah kemampuan memahami dalam ranah taksonomi ini disebut juga dengan mengerti .

Pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berfikir dimana peserta didik dituntut untuk memahami atau mengetahui tentang sesuatu hal dan mampu mengiterprestasikan. Kemampuan ini termasuk kemampuan mengubah satu bentuk Pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berfikir dimana peserta didik dituntut untuk memahami atau mengetahui tentang sesuatu hal dan mampu mengiterprestasikan. Kemampuan ini termasuk kemampuan mengubah satu bentuk

Memahami dapat juga sebagai proses membangun makna dari suatu informasi yang diberikan melalui komunikasi lisan, tertulis atau gambar grafik. Peserta didik disebut memahami suatu pengetahuan jika orang tersebut dapat membuat hubungan antara pengetahuan baru yang diperolehnya dengan pengetahuan awalnya, dan kemudian pengetahuan baru tersebut dapat diintegrasikan melalui proses kognitif yang dimilikinya.

Proses kognitif dalam dimensi memahami terdiri dari menginterpretasi, memberikan contoh, mengklasifikasi, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. Kemampuan menginterpretasi terjadi pada peserta didik bilamana peserta didik tersebut telah memiliki kema mpuan mengubah’ suatu informasi dari bentuk representasi yang satu ke dalam bentuk representasi yang lain. Misal mengubah informasi dari bentuk gambar (non-verbal) ke dalam bentuk uraian kata-kata atau kalimat (verbal). Dalam bidang studi keahlian teknologi dan rekayasa program studi keahlian elektronika, banyak informasi dari bentuk non-verbal (seperti, simbol, skema/gambar) diinterpretasikan kedalam bentuk verbal (kata-kata/uraian kalimat).

Kemampuan memberikan contoh terjadi pada peserta didik jika peserta didik tersebut dapat memberikan contoh spesifik dari suatu konsep. Kemampuan memberikan contoh melibatkan kemampuan mengenali ciri-ciri dari suatu definisi atau konsep dan kemudian menggunakan ciri-ciri tersebut untuk digunakan sebagai contoh.

Simbol

Interprestasi

• Transistor • Transistor bipolar • Transistor bipolar tipe NPN

• Transistor bipolar tipe NPN dengan tiga buah elektroda, yaitu B ase (B), C ollector (C), dan E mitter (E).

• Transistor • Transistor bipolar • Transistor bipolar tipe PNP

• Transistor bipolar tipe PNP dengan tiga buah elektroda, yaitu B ase (B), C ollector (C), dan E mitter (E).

Gambar 1. Klasifikasi & Interprestasi Komponen Elektronik

Kemampuan mengklasifikasi terjadi pada peserta didik bilamana peserta didik telah dapat mengenali suatu contoh dan mengelompokannya dengan kategori tertentu.

Kemampuan mengklasifikasi melibatkan kemampuan mendeteksi ciri-ciri, baik itu dalam bentuk contoh ataupun konsep.

Kemampuan merangkum terjadi pada peserta didik bilamana peserta didik telah dapat mengemukakan gagasan, kemudian merepresentasikan informasi kedalam tema tertentu. Kemampuan merangkum melibatkan kemampuan dalam menyusun informasi peserta didik, seperti merangkum makna yang terkandung dalam karya tulis ilmiah menjadi bentuk abstraksi dengan tema tertentu.

Kemampuan menyimpulkan terjadi pada peserta didik bilamana peserta didik tersebut telah dapat mengabstraksi suatu konsep atau prinsip. Pada tahap proses menyimpulkan, peserta didik harus memiliki bekal kemampuan dalam membandingkan suatu contoh yang satu dengan contoh yang lain. Misal, sebutkan beberapa contoh binatang berkaki empat, yaitu sapi, kucing, kambing, dan singa. Dari ke-empat contoh tersebut dapat disimpulkan, bahwa binatang berkaki empat merupakan kumpulan binatang menyusui.

Kemampuan membandingkan terjadi pada peserta didik bilamana peserta didik tersebut telah dapat mendeteksi kesamaan dan perbedaan beberapa obyek, peristiwa,

gagasan, masalah, atau situasi. Kemampuan membandingkan merupakan kemampuan melibatkan menemukan hubungan dari suatu objek, peristiwa, atau gagasan yang satu dengan objek, peristiwa, atau gagasan yang lain.

3. Menerapkan (C3)

Penerapan ialah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur atau teori tertentu pada situasi tertentu. Peserta didik dikatakan telah menguasai kemampuan tertentu bilamana peserta didik tersebut telah dapat memberi contoh dengan kata kerja operasional seperti menggunakan, menerapkan, mengeneralisasikan, menghubungkan,

mengembangkan, mengorganisasikan, memindahkan, menyusun, menunjukkan, mengklasifikasikan, dan mengubah (Munaf, 2001:70). Jenjang penerapan merupakan kemampuan berfikir peserta didik yang lebih tinggi (Munaf, 2001:70). Menurut Munaf (2001:70) jenjang penerapan merupakan kemampuan peserta didik dalam menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan maupun metode yang telah dipelajari dalam situasi baru.

Menerapkan merupakan kemampuan menggunakan konsep atau prosedur yang dipelajari dalam konteks kehidupan sehari-hari atau pemecahan masalah. Kemampuan menerapkan berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang telah dijabarkan pada sub unit sebelumnya. Dalam proses kognitif, kemampuan menerapkan terdiri dari dua kategori, yaitu Menerapkan merupakan kemampuan menggunakan konsep atau prosedur yang dipelajari dalam konteks kehidupan sehari-hari atau pemecahan masalah. Kemampuan menerapkan berkaitan dengan pengetahuan prosedural yang telah dijabarkan pada sub unit sebelumnya. Dalam proses kognitif, kemampuan menerapkan terdiri dari dua kategori, yaitu

4. Menganalisis (C4)

Menganalisis merupakan kemampuan menguraikan suatu materi atau konsep ke dalam bagian-bagian yang lebih rinci. Kemampuan menganalisis merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses tujuan pembelajaran. Analisis merupakan usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian kecil sehingga jelas hierarkinya atau susunannya (Munaf, 2001:71). Dengan analisis diharapkan peserta didik mempunyai pemahaman yang komprehensif dan terpadu. Contoh kata kerja operasional yang dapat digunakan pada ranah analisis adalah menganalisa, membedakan, menemukan, mengklasifikasikan, membandingkan (Munaf, 2001:72).

Peserta didik yang memiliki kemampuan menganalisis diharapkan memiliki kemampuan membedakan fakta dari opini. Peserta didik memiliki kemampuan dalam menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan-pernyataan yang mendukung kesimpulan. Proses dimensi kognitif pada kemampuan menganalisis meliputi kemampuan membedakan, mengorganisasi, dan memberikan atribut. Kemampuan membedakan terjadi pada peserta didik jika peserta didik tersebut dapat membedakan infromasi-informasi yang relevan dan tidak relevan, penting dan tidak penting, informasi yang relevan dan yang penting.

5. Mengevaluasi (C5)

Evaluasi didefinisikan sebagai pembuatan keputusan berdasarkan kriteria dan standar yang telah ditetapkan. Kriteria yang sering digunakan adalah kriteria berdasarkan kualitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria tersebut berlaku untuk guru dan peserta didik. Kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu. Pada tahap evaluasi, peserta didik harus mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan criteria tertentu. Tingkatan ini mencakup dua macam proses kognitif, yaitu memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing).

Pengecekan merupakan pengujian terhadap ketidakkonsistenan atau kesalahan dalam suatu kegiatan atau produk pendidikan. Misal, pengecekan terjadi ketika peserta didik diuji apakah peserta didik tersebut dapat membuat kesimpulan berdasarkan data hasil pengamatan atau tidak, atau apakah data yang diperoleh mendukung pada hipotesis atau sebaliknya.

Peninjauan merupakan pembuatan keputusan tentang produk atau kegiatan berdasarkan kriteria atau standar yang diberikan secara eksternal. Pada saat peninjauan, peserta didik mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk atau kegiatan, kemudian membuat keputusan dengan membandingkan ciri-ciri tersebut dengan criteria yang ditetapkan. Proses kognitif peninjauan merupakan inti dari proses berpikir kritis. Dalam istilah lain, peninjauan ini disebut juga dengan pemberian keputusan. Contoh kata kerja operasional yang digunakan pada jenjang evaluasi adalah menilai, membandingkan, menyimpulkan, mengkritik, membela, menjelaskan, mendiskriminasikan, mengevaluasi, menafsirkan, membenarkan, meringkas, dan mendukung.

6. Mengkreasi/Menciptakan (C6)

Menciptakan merupakan proses kognitif yang melibatkan kemampuan mewujudkan suatu konsep ke dalam suatu produk. Peserta didik dikatakan memiliki kemampuan proses kognitif menciptakan, jika peserta didik tersebut dapat membuat suatu produk baru yang merupakan reorganisasi dari beberapa konsep. Kemampuan yang mendasari proses kognitif menciptakan adalah kemampuan mengkoordinasi pengalaman belajar peserta didik sebelumnya dan kemampuan berpikir kreatif. Berpikir kreatif dalam menciptakan merujuk pada dua hal, yaitu hal yang dapat dilakukan oleh peserta didik dan hal yang akan dilakukan peserta didik. Oleh karena itu, berpikir kreatif dalam konteks ini merujuk pada kemampuan peserta didik mensintesis informasi atau konsep ke dalam bentuk yang lebih menyeluruh. Proses kognitif pada menciptakan meliputi penyusunan (generating), perencanaan (planning), dan produksi (producing).

Urutan dimensi proses kognitif diatas merupakan hasil revisi dari taksonomi Anderson terhadap proses kognitif yang dikemukanakan oleh Bloom yang selama ini dikenal sebagai ranah kognitif.

Perbedaan taksonomi lama dengan yang baru terletak pada ranah sintesis (C5), dimana pada taksonomi yang direvisi ranah sintesis tidak ada lagi, tetapi sebenarnya digabungkan dengan analisis. Tambahannya adalah mencipta (C6) yang berasal dari Create.

Tabel 1: Rangkuman domain Pengetahuan dan Ranah Kognitif Taksonomi Bloom

Klasifikasi

Sub-domain

Kata Kerja Operasional Level

Pengetahuan (knowledge) → Mengetahui Menggambarkan, menduplikasi, menemukan, • Mengenali, membuat daftar, menggambarkan,

mendaftarkan, menamakan, mengingat menyebutkan. kembali, mengenali, menirukan, mengatakan,

Kemampuan untuk mengenali dan mengingat

menggarisbawahi, menulis

peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan informasi yang telah

kill

g n S Pemahaman (comprehension) → Memahami

diterima sebelummya.

Menghitung, membandingkan,

ki g

• Menerangkan ide atau konsep in h

menggambarkan, mendiskusikan,

Kemampuan menjelaskan pengetahuan/informasi yang

membedakan, memperluas, menjelaskan,

T er

diketahui dengan kata-katanya sendiri. Memahami

mengidentifikasi, menafsirkan, mencari,

rd

er

pengertian, terjemahan, interpolasi dan interpretasi

memprediksi, melaporkan, menyatakan

perintah atau masalah dengan menggunakan kalimatnya

kembali, menerjemahkan, mendefinisikan

-L T S Penerapan (Application) → Menerapkan

sendiri.

Mengklasifikasikan, membangun,

• Menggunakan informasi dalam situasi lain. menyelesaikan’ menunjukkan, mendramatisir’

Kemampuan untuk menggunakan dan menerapkan

memeriksa, mengeksekusi’’ menggambarkan,

gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan informasi

menerapkan praktik, menunjukkan,

yang telah dipelajari ke dalam kondisi kerja atau konteks memecahkan, menggunakan.

lain yang baru.

Analisis (Analysis) → Menganalisis

Mengiklankan, menganalisa, menilai, • Mengolah informasi, memahami dan mencari hubungan.

mengkategorikan, membandingkan,

Memisahkan materi atau konsep ke dalam bagian-

membedakan, membedakan, memeriksa,

bagian untuk diorganisasikan kembali menjadi struktur

mengenali, menduga, menyelidiki, mengatur,

yang mudah dipahami.

l menguraikan, memisahkan, mengurutkan, menguji

kil g S

Evaluasi (Evaluation) → Mengevaluasi Menilai, membandingkan, menyimpulkan,

• Menilai suatu keputusan atau tindakan. ki mengkritik, membela, menjelaskan,

g in

Membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu

mendiskriminasikan, mengevaluasi,

gagasan, metode, produk atau benda dengan

menafsirkan, membenarkan, meringkas,

T er

menggunakan kriteria tertentu

mendukung, memeriksa, memutuskan,

rd

menentukan, memprioritaskan, menyarankan,

h er ig

memilih, memberi argumentasi

Mencipta/Kreasi → Menciptakan

Menciptakan, mendesain, memformulasikan, T S • -H Menghasilkan ide-ide baru atau produk memprediksi, mengkategorisasikan,

Membangun sebuah struktur atau pola dari berbagai

mengkombinasikan, menghasilkan sesuatu,

elemen atau mengkombinasikan bagian-bagian untuk

mengorganisasikan, merencanakan, menata

membentuk sebuah kesatuan yang utuh dengan

kembali, merekonstruksi, merevisi, menulis

penekanan pada hasil berupa sebuah pengertian atau

kembali, merangkum.

struktur baru.

Urutan evaluasi posisinya menjadi yang kelima (C5) sedangkan mencipta naik menjadi urutan keenam (C6), sehingga ranah tertinggi adalah mencipta atau mengkreasikan. Perbedaan yang kedua adalah pada proses kognitif paling rendah yaitu pengetahuan (C1) atau knowledge diubah menjadi mengingat (C1) yang berasal dari remember. Ada peningkatan dalam proses kognitif contohnya peserta didik tidak dituntut untuk mengetahui suatu konsep saja, tetapi peserta didik harus sampai mengingat konsep yang dipelajarinya.

Tingkatan berpikir tinggi (HOTS-Higher Order Thingking Skill) menurut ranah kognitif taksonomi Bloom yang lama berada pada level Analisis, Sintesis dan Evaluasi. Perubahan tingkatan berfikir tinggi hasil revisi taksonomi Anderson sampai pada tingkatan Mengkreasikan/Menciptakan.

Dimensi Pengetahuan

Dimensi pengetahuan merupakan pengetahuan yang diharapkan dikonstruk peserta didik berdasarkan tujuan yang ingin dicapai pada materi pembelajaran. Dimensi pengetahuan terdiri dari empat kategori, yaitu dimensi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognisi. Ke empat pengetahuan ini akan membentuk proses perjalanan pengetahuan peserta didik dari yang bersifat konkrit menuju pengetahuan yang bersifat abstrak. Berikut akan diuraikan empat katagori dimensi pengetahuan:

a. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan yang berupa potonganpotongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun faktual, yaitu (1) pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology) dan (2) pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific details and element).

 Pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology): mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal. Setiap

disiplin ilmu biasanya mempunyai banyak sekali terminologi yang khas untuk disiplin ilmu tersebut. Beberapa contoh pengetahuan tentang terminologi: pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang istilah ilmiah, dan pengetahuan tentang simbol dalam peta.

 Pengetahuan tentang rincian spesifik dan elemen-elemen/unsur-unsur (knowledge of specific details and element): mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu

dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik. Beberapa contoh pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur, misalnya pengetahuan tentang nama tempat dan waktu kejadian, pengetahuan tentang kode produk komponen elektronika, dan pengetahuan tentang sumber informasi.

Contoh Pengetahuan Faktual:

Gambar 2. Tegangan V BE = 0,7V menunjukan Faktual

Bagaimana kita dapat membuktikan bahwa tegangan basis-emitor V BE transistor bahan dasar silikon adalah sebesar 0,7V pada suhu kamar 25 0 C?. Apakah proses pengetahuan untuk mendapatkan tegangan V BE =0,7V diperoleh melalui proses pengukuran praktek? Untuk membuktikan besarnya tegangan basis-emitor V BE transistor silikon sebesar 0,7V dapat dibuktikan jika kita melakukan praktek pengukuran secara langsung. Oleh itu proses pengetahuan ini menunjukkan adanya fakta (pembuktian), sehingga proses pengetahuan ini disebut Pengetahuan Faktual.

b. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama sama. Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahaun tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

 Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori: mencakup pengetahuan tentang kategori, kelas, bagian, atau susunan yang berlaku dalam suatu bidang ilmu tertentu. Pengetahuan

tentang klasifikasi dan kategori merupakan pengetahuan yang sangat penting sebab pengetahaun ini juga menjadi dasar bagi peserta didik dalam mengklasifikasikan informasi dan pengetahuan. Tanpa kemampuan melakukan klasifikasi dan kategorisasi, peserta didik akan mengalami kesulitan dalam belajar. Beberapa contoh pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori: pengetahuan tentang bagian-bagian kalimat, pengetahuan tentang pengelompokan material elektronika, dan pengetahuan tentang pengelompokan tumbuhan dan hewan.

 Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi: mencakup abstraksi hasil observasi ke level yang lebih tinggi, yaitu prinsip atau generalisasi. Prinsip dan generalisasi merupakan

abstraksi dari sejumlah fakta, kejadian, dan saling keterkaitan antara sejumlah fakta. Contoh pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi adalah pengetahuan tentang prinsip- prinsip belajar.

 Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur:mencakup pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi dan saling keterkaitan antara keduanya yang menghasilkan kejelasan terhadap

suatu fenomena yang kompleks. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur merupakan jenis pengetahuan yang sangat abstrak dan rumit, seperti pengetahuan tentang model atom.

Contoh Pengetahuan Konseptual:

Konsep dasar susunan (struktur) fisis dari transistor terdiri dari dua persambungan semikonduktor-PN. Proses tersusunnya komponen transistor terbentuk dari konsep pengetahuan, yaitu gabungan dari konsep fisika dan konsep kimia. Konsep fisika adalah proses terbentuknya dua bahan semikonduktor tipe-P dan N menjadi semikonduktor tipe-PN. Sedangkan Konsep kimia berhubungan dengan tabel periodik material elektronika.

Gambar 3. Susuan fisis transistor menunjukan pengetahuan konsep

Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu yang dapat berupa kegiatan atau prosedur. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu. Perolehan pengetahuan prosedural dilakukan melalui suatu metode penyelidikan dengan menggunakan keterampilan-keterampilan, teknik dan metode serta kriteria tertentu. Pengetahuan prosedural meliputi:

 Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu dan pengetahuan tentang algoritme: mencakup pengetahuan tentang keterampilan

khusus yang diperlukan untuk bekerja dalam suatu bidang ilmu atau tentang algoritme yang harus ditempuh untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Beberapa contoh pengetahuan prosedural, misalnya: pengetahuan tentang keterampilan mengukur besaran listrik, pengetahuan mengukur suhu air yang dididihkan dalam beker gelas.

 Pengetahuan tentang teknik dan metode yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu: mencakup pengetahuan yang pada umumnya merupakan hasil konsensus, perjanjian, atau

aturan yang berlaku dalam disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan tentang teknik dan metode lebih mencerminkan bagaimana ilmuwan dalam bidang tersebut berpikir dan memecahkan masalah yang dihadapi. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya, pengetahuan tentang metode penelitian, pengetahuan tentang metode pengukuran parameter internal komponen transistor.

 Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan suatu prosedur tepat untuk digunakan:mencakup pengetahuan tentang kapan suatu teknik, strategi, atau metode harus  Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan suatu prosedur tepat untuk digunakan:mencakup pengetahuan tentang kapan suatu teknik, strategi, atau metode harus

Contoh Pengetahuan Prosedural:

Bagaimana kita dapat mengetahui transistor dalam kondisi baik?. Apakah proses pengetahuan untuk mengetahui transistor dalam keadaan baik diperlukan langkah-langkah prosedur dengan melalui proses pengukuran praktek?

Pengetahuan prosedural: Untuk mengetahui transistor dalam kondisi baik dapat dilakukan empat langkah prosedur pengujian, mengukur (1 kaki B-E arah maju, (2) kaki B-E arah mundur, (3) kaki B-C arah maju, dan (4) kaki B-C arah mundur.

1. Bias Maju

2. Bias Mundur

3. Bias Maju

4. Bias Mundur

Gambar 4. Langkah-langkah Pengukuran menunjukan Pengetahuan Prosedural

c. Pengetahuan Meta-kognitif

Beberapa ahli mendefinisikan metakognisi sebagai “berpikir mengenai berpikir”, sementara beberapa ahli lain mendefinisikan sebagai “mengetahui” tentang “mengetahui”. Kemampuan refleksi diri dari proses kognitif yang sedang berlangsung merupakan sesuatu yang unik bagi individu dan memainkan peran penting dalam kesadaran manusia. Proses berfikir seperti ini menunjukkan bahwa metakognisi mengikutsertakan pemikiran seseorang.

Metacognition

Metacognitive Self Regulation Knowledge

Gambar 5. Pengetahuan Metakognisi

Komponen pengetahuan dari metakognisi diawali dari penelitian yang dilakukan oleh Flavell (dalam Neuenhaus, dkk, 2011), dengan membagi pengetahuan metakognitif dalam 3 variabel yang berinterelasi yaitu (1) pengetahuan mengenai diri sendiri dan orang lain sebagai pembelajar (person variable), (2) pengetahuan mengenai permintaan tugas (task variable) dan pengetahuan mengenai strategi (strategy variable). Sementara, berdasarkan penelitian Brown (dalam Neuenhaus, dkk, 2011) dibedakan antara (1) declarative strategy knowledge , yang merujuk pada pengetahuan mengenai apa pengukuran yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan tugas, (2) procedural strategy knowledge mengenai bagaimana merealisasikan pengukuran, dan (3) conditional strategy knowledge yang berkaitan dengan efektifitas strategi (kapan saat yang tepat untuk mengaplikasikan strategi proses pembelajaran). Gambar 6, memperlihatkan struktur dimensi pengetahuan metakognitif.

Gambar 6. Struktur Dimensi Pengetahuan Metakognitif

Penerapkan Pengetahuan Metakognitif

Procedural metacognition diasumsikan berkembang lebih awal dalam kehidupan. Penelitian berdasarkan self-judgement menunjukkan bahwa anak-anak prasekolah sudah mampu mengevaluasi pencapaian pembelajaran dan pengetahuan mereka ke dalam tugas- tugas yang sederhana dan familiar (Lockl & Schneider, 2007).

Aspek metakognitif sebagai bagian terkait dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan metakognitif sangat penting untuk dapat dikembangkan agar peserta didik mampu memahami dan mengontrol pengetahuan yang telah didapatnya dalam kegiatan pembelajaran. Adapun aspek aktivitas metakognitif yang dikemukakan oleh Flavell (Suzana, 2004: B4-4) adalah: (1) kesadaran mengenal informasi, (2) memonitor apa yang mereka ketahui dan bagaimana mengerjakannya dengan mempertanyakan diri sendiri dan menguraikan dengan kata-kata sendiri untuk simulasi mengerti, (3) regulasi, membandingkan dan membedakan solusi yang lebih memungkinkan. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Borkwoski; Borkwoski, Johnson, & Reid; Pressley et al., 1987; Torgosen; Wong (Jacob, 2003: 17-18), bahwa guru mengajar peserta Aspek metakognitif sebagai bagian terkait dari pembelajaran dengan menggunakan pendekatan keterampilan metakognitif sangat penting untuk dapat dikembangkan agar peserta didik mampu memahami dan mengontrol pengetahuan yang telah didapatnya dalam kegiatan pembelajaran. Adapun aspek aktivitas metakognitif yang dikemukakan oleh Flavell (Suzana, 2004: B4-4) adalah: (1) kesadaran mengenal informasi, (2) memonitor apa yang mereka ketahui dan bagaimana mengerjakannya dengan mempertanyakan diri sendiri dan menguraikan dengan kata-kata sendiri untuk simulasi mengerti, (3) regulasi, membandingkan dan membedakan solusi yang lebih memungkinkan. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Borkwoski; Borkwoski, Johnson, & Reid; Pressley et al., 1987; Torgosen; Wong (Jacob, 2003: 17-18), bahwa guru mengajar peserta

Pengetahuan metakognitif mencakup pengetahuan tentang kognisi (pikiran) secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri. Pengetahuan meta-kognitif meliputi:

 Pengetahuan strategik: mencakup pengetahuan tentang strategi umum untuk belajar, berpikir, dan memecahkan masalah. Beberapa contoh pengetahuan jenis ini misalnya:

(1) pengetahuan mengingat mengulang-ulang suatu informasi dan (2) pengetahuan tentang strategi perencanaan untuk mencapai tujuan.

 Pengetahuan tentang tugas kognitif: mencakup pengetahuan tentang jenis operasi kognitif yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tertentu serta pemilihan strategi kognitif yang sesuai dalam situasi dan kondisi tertentu. Beberapa contoh pengetahaun jenis ini misalnya: (1) tingkat kedalaman pengetahuan yang terkandung dalam buku

“sains” lebih sulit dipahami daripada (2) tingkat kedalaman pengetahuan dalam buku populer, dan (3) pengetahuan meringkas/menyimpulkan bisa digunakan untuk

meningkatkan pemahaman.  Pengetahuan tentang diri sendiri: mencakup pengetahuan tentang kelemahan dan kemampuan diri sendiri dalam belajar. Salah satu faktor agar peserta didik dapat

menjadi mandiri adalah mengevaluasi kemampuannya, sehingga mengetahui dimana kelebihan dan. Beberapa contoh pengetahuan tentang pengetahuan diri sendiri, misalnya: (1) pengetahuan seseorang yang ahli dalam suatu bidang tertentu, belum tentu ahli dalam bidang lain, (2) pengetahuan menentukan tujuan yang hendak dicapai dan (3) pengetahuan tentang kemampuan dalam mengerjakan tugas.

Contoh Pengetahuan Metakognitif:

 Kerja projek: kolaborasi antar bidang pengetahuan yang berbeda  Abstraksi, Karya Tulis Ilmiah, Jurnal, Penelitian,  Penemuan Teknologi Tepat Guna  Penulisan buku sain atau populer  Hasil karya seni  Membuat kesimpulan, difinisi, hipotesa dan analisis

3. Dimensi-Pengetahuan dan Dimensi Proses Kognitif

Tabel taksonomi merupakan tabel dua dimensi yang menyatakan hubungan antara dimensi pengetahuan dengan dimensi proses kognitif. Ranah kognitif taksonomi Bloom terbagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan yang menunjukkan aspek Tabel taksonomi merupakan tabel dua dimensi yang menyatakan hubungan antara dimensi pengetahuan dengan dimensi proses kognitif. Ranah kognitif taksonomi Bloom terbagi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi pengetahuan yang menunjukkan aspek

Tabel 2: Arah Matrik Tujuan Pembelajaran (C1) Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif

PROSES KOGNITIF

Menilai Menciptakan

U 2. Konseptual

AH

E T 3. Prosedural

KD

GNE

P 4. Metakognitif Tabel 2, target tujuan pembelajaran (C1) dimulai dari sel matrik 1C1, 2C1, 3C1, 3C2, 3C3 dan berakhir pada sel matrik 3C4 yang merupakan tujuan target kompetensi dasar (KD).

Tabel 3: Arah Matrik Tujuan Pembelajaran (C2) Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif

PROSES KOGNITIF

Menilai Menciptakan

U 2. Konseptual

AH

T E 3. Prosedural

KD

GNE

P 4. Metakognitif Tabel 3, target tujuan pembelajaran (C2) dimulai dari sel matrik 1C2, 2C2, 3C2, 3C3 dan berakhir pada sel matrik 3C4 yang merupakan tujuan target kompetensi dasar (KD).

Tabel 4: Arah Matrik Tujuan Pembelajaran (C3) Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif

PROSES KOGNITIF

Menilai Menciptakan

A 1. Faktual

G 2. A U Konseptual

P E 3. Prosedural

KD

4. Metakognitif

Tabel 4, target tujuan pembelajaran (C3) dimulai dari sel matrik 1C3, 2C3, 3C3 dan berakhir pada sel matrik 3C4 yang merupakan tujuan target kompetensi dasar (KD).

Tabel 5: Arah Matrik Tujuan Pembelajaran (C4) Dimensi Pengetahuan dan Proses Kognitif

PROSES KOGNITIF

Menilai Menciptakan

N 1. Faktual AU

H 2. Konseptual T A E

G 3. Prosedural

KD

E N P 4. Metakognitif

Tabel 5, target tujuan pembelajaran (C4) dimulai dari sel matrik 1C4, 2C4 dan berakhir pada sel matrik 3C4 yang merupakan tujuan target kompetensi dasar (KD).

Tabel taksonomi menunjukkan bahwa proses berpikir yang paling rendah terjadi pada sel dimensi proses kognitif mengingat dan dimensi pengetahuan faktual. Proses berpikir yang paling tinggi terjadi pada sel dimensi proses kognitif menciptakan dan dimensi pengetahuan metakognisi. Sel pada tabel taksonomi semakin ke kanan-bawah, semakin tinggi proses berpikir yang digunakan. Proses berpikir menciptakan-pengetahuan metakognisi membutuhkan kemampuan-kemampuan yang mendasarinya yaitu sel-sel di atas dan sebelah kirinya.

Tabel 6: Klasifikasi Kata Kerja Operasional Menurut Taksonomi Bloom

PROSES KOGNITIF

Membuat Daftar

Menyusun Menggabungkan

AN

U Konseptual

E Prosedural

Menyimpulkan Mencipta

P Metakognitif

Menggunakan sesuai

Mengukur Mewujudkan

Klasifikasi kata kerja taksonomi pada tabel 6 dapat digunakan untuk mengembangkan capaian tujuan pembelajaran proses pendidikan. Tujuan proses pembelajaran yang akan ditulis dalam RPP atau Silabus harus mengacu dan melihat tujuan pendidikan yang tertuang dalam Standar Isi yang merupakan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Aspek terpenting bagi guru dalam Standar isi adalah Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi dasar merupakan kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran. KD ini dijabarkan dalam bentuk indikator tujuan pembelajaran. Setiap indikator tujuan pembelajaran harus mencerminkan rincian kegiatan dan kemampuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, agar tujuan pembelajaran dapat mencapai target KD, maka untuk memudahkan guru dalam menentukan tujuan pembelajaran dapat menggunakan tabel 6 sebagai acuan untuk menentukan kata kerja.

Pengembangan Kompetensi Dasar (KD) Menurut Tabel Taksonomi

Sebagai contoh kompetensi dasar (KD) yang hendak dianalisis adalah: • Mendeskripsikan sifat-sifat dioda penyearah (KD Target) .

Dan dengan mencermati kata kerja operasional yang tertuang pada tabel 6 serta melihat Kompetensi Dasar (KD) dan standar isi dalam kurikulum, maka langkah selanjutnya adalah menyusun dan mengembangkan tujuan pembelajaran sebagai indikator untuk mencapai KD. Misalnya, Indikator tujuan pembelajaran yang akan ditulis dalam RPP atau silabus adalah sebagai berikut: Setelah selesai pelajaran peserta didik dapat,

1. membuat daftar ciri-ciri fisis dan sistem pengkode dioda penyearah frekuensi rendah dari berbagai macam produk (Indikator 1)

2. menggambarkan karakteritik arus-tegangan dan rangkaian pengganti dioda penyearah pada saat kondisi bias maju dan mundur (Indikator 2)

3. menginterprestasikan karakteristik kelistrikan dioda penyearah kondisi bias maju dan mundur (Indikator 3)

4. membedakan karakteristik tahanan dalam dinamis dan statis dioda penyearah pada daerah linier (Indikator 4)

5. mengklasifikasikan macam-macam tipe rangkaian dasar dioda penyearah berdasarkan kegunaan dan fungsinya (Indikator 5)

Langkah selanjutnya adalah KD dan indikator tujuan pembelajaran di atas dianalisis berdasarkan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Perhatikan pernyataan susunan kalimat pada KD, identifikasi kata kerja operasional yang digunakan dalam kalimat (dimensi proses kognitif) dan kata benda (dimensi pengetahuan).

Kata kerja “mendeskripsikan” termasuk kata kerja atau dimensi proses kognitf, dimana dimensi proses kognitif yang memenuhi kata “mendeskripsikan” adalah dimensi “memahami”.

Sedangkan “sifat-sifat dioda penyearah” merupakan kata benda yang menunjukkan dimensi pengetahuan, dimana dimensi pengetahuan yang memenuhi kata

sifat-sifat dioda penyearah adalah dimensi pengetahuan konseptual karena sifat-sifat dioda penyearah merupakan kumpulan dari pengetahuan fakta atau pengetahuan konsep.

Contoh bahwa dioda merupakan kumpulan pengetahuan fakta adalah dioda dibuat dari bahan semikonduktor (silikon atau germanium), dioda memiliki tegangan penghalang (barrier) sebesar 0,6V, dan dioda memiliki dua elektroda, yaitu Anode (A) dan Katode (K), sedangkan yang menunjukkan bahwa dioda terdiri dari kumpulan konsep, yaitu sejak ditemukannya sejarah perkembangan model atom Thomson, Rutherford dan Bohr, Contoh bahwa dioda merupakan kumpulan pengetahuan fakta adalah dioda dibuat dari bahan semikonduktor (silikon atau germanium), dioda memiliki tegangan penghalang (barrier) sebesar 0,6V, dan dioda memiliki dua elektroda, yaitu Anode (A) dan Katode (K), sedangkan yang menunjukkan bahwa dioda terdiri dari kumpulan konsep, yaitu sejak ditemukannya sejarah perkembangan model atom Thomson, Rutherford dan Bohr,

Dengan cara yang sama, hasil analisa semua indikator tujuan pembelajaran yang telah disusun dan dikembangkan, dapat dilihat pada tabel 7 taksonomi berikut ini.

Tabel 7: Analisis Kompetensi Dasar Menurut Taksonomi Bloom

PROSES KOGNITIF

Menilai Menciptakan

(C5) (C6)

KD (Target)

AH 2. Konseptual

P 4. Metakognitif

Hasil analisis tabel 7 taksonomi di atas menunjukkan bahwa KD terletak pada sel matrik 2C2, yaitu ranah proses kognitif “memahami” dan pengetahuan konseptual.

Sedangkan indikator tujuan pembelajaran yang ditulis berada pada sel matrik 1C3, yaitu berada pada ranah proses kognitif “menerapkan dan pengetahuan faktual. Dengan demikian, indikator tujuan pembelajaran yang ditulis pada sel matrik 1C3 memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari KD yang ditargetkan. Oleh karena itu, hasil analisis KD dan indikator menunjukkan bahwa indikator tujuan pembelajaran yang dikembangkan dalam RPP atau silabus merupakan penjabaran dari KD bahkan dapat lebih tinggi dari kompetensi minimal yang diharapkan oleh KD target. Dengan demikian berdasarkan hasil- analisis, penyusunan indikator tujuan pembelajaran yang ditampilkan pada tabel 7 termasuk pada kategori sangat baik.

Tujuan pembelajaran pada sel matrik 1C1 dari ranah proses kognitif “mengingat” dan pengetahuan faktual, 1C2 dari ranah proses kognitif mengingat dan pengetahuan konseptual, dan 1C2 dari ranah proses kognitif memahami dan pengetahuan faktual merupakan sel-sel yang mendasari kemampuan sel KD target. Sedangkan indikator tujuan pembelajaran yang pada sel matrik 2C4 merupakan sel yang sama dengan sel KD target.

Berdasarkan dari hasil analisis di atas, maka penggunaan tabel taksonomi dimensi proses kognitif terhadap dimensi pengetahuan sangat berguna dan memudahkan dalam menyinkronkan penyusunan tujuan intruksional dan standar sistem penilaian, sehingga target Standar Komptensi Lulusan (SKL) dapat diketahui dari sejauh mana pengembangan indikator capaian kompetensi yang merupakan penjabaran kebutuhan pengetahuan dari Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sudah terpenuhi.

Web b’s Depth of Knowledge (Webb’s DOK)

Depth of Knowledge (DOK) dikembangkan oleh Dr Norman Webb, seorang ilmuwan & peneliti di bidang Pendidikan Sains dari “Wisconsin Center for Education Research and the National Institute for Science Education”. Setidaknya sudah 20 negara yang sudah mengadopsi DOK untuk digunakan sebagai alat evaluasi sistem standar penilaian. DOK dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana level (tingkat kedalaman) perolehan pengetahuan peserta didik. Apakah pengetahuan yang diperoleh peserta didik sudah sesuai dengan Standar Isi (SI) yang diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Kurikulum Nasional.

Dengan menggunakan DOK seorang guru dapat mengembangkan (melakukan) penilaian yang ketat sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) kurikulum. Selain itu, dengan menggunakan DOK kita dapat melakukan penjenjangan kompetensi pengetahuan peserta didik, sehingga selaras dengan kebutuhan tenaga kerja. Menurut Norman L. Webb dari Pusat Penelitian Pendidikan Wisconsin Amerika Serika t dengan tema Jurnal “Tingkat Kedalaman Empat Wilayah Pengetahuan 28 Maret 2002 : “Menafsirkan dan menegaskan bahwa Tingkat Kedalaman Pengetahuan untuk tujuan standar dan item penilaian merupakan persyaratan penting untuk keselarasan dalam menganalisis tingkat kedalaman pengetahuan pembelajaran. Menurut Norman Webb, tingkat Kedalaman pengetahuan terbagi dalam empat wilayah pengetahuan yaitu:

Depth of Knowledge (DOK) atau tingkat Kedalaman Pengetahuan dibagi menjadi

4 tingkatan (Level), yaitu:

Tabel 8. Penje njangan Kedalaman Pengetaahuan Menurut Webb’s Depth of Knowledge

JENJANG LEVEL

DESKRIPSI

PENGETAHUAN

MENGINGAT KEMBALI (REPRODUKSI)

DOK-1

• Mengingat kembali informasi seperti fakta, definisi, istilah, atau

Dasar (A)

prosedur sederhana.

KETRAMPILAN/KONSEP

DOK-2

• Menggunakan informasi sebelumnya dengan pengetahuan

Lanjut (B1)

konseptual

BERFIKIR STRATEGIS

DOK-3

• Perencanaan & pengembangan disertai dengan alasan Menengah (B2)

BERFIKIR SECARA LUAS

DOK-4

• Membutuhkan penyelidikan/penelitian, pengumpulan data dan

Tinggi (C)

analisis hasil.

Level 1: Mengingat Kembali dan Reproduksi

Membutuhkan penarikan kembali informasi seperti fakta, definisi, istilah, atau prosedur sederhana, serta melakukan proses sains sederhana atau prosedur. Level 1 Membutuhkan penarikan kembali informasi seperti fakta, definisi, istilah, atau prosedur sederhana, serta melakukan proses sains sederhana atau prosedur. Level 1

Sebuah prosedur sederhana yang telah terdifinisikan dengan baik, bilamana dalam penyelesaian hanya membutuhkan satu langkah, seperti mengukur nilai tegangan, resistansi dan arus . Kata kerja seperti mengidentifikasi , mengingat , mengenali ,

menggunakan , menghitung , dan mengukur secara umum merupakan kerja kognitifdan diklasikasikan di tingkat mengingat kembali dan reproduksi-Recall and Reproduction atau Level 1.

Penyelesaian masalah sederhana dan dapat langsung diterjemahkan dan diselesaikan dengan rumus, seperti penerapan hukum ohm dalam rangkaian listrik dapat dikatagorikan Level 1. Penggunaan kata kerja yang sama pada tujuan pembelajaran, seperti menjelaskan kemungkinan penggunaan kata kerja menjelaskan dapat berada pada tingkat klasifikasi DOK yang berbeda, tergantung pada kerumitan (kompleksitas) pengetahuannya.

Seorang peserta didik ketika menjawab permasalahan item soal DOK pada Level

1, dan jawabannya tidak mengharuskan untuk “diketahui” atau “dipecahkan” peserta didik itu sendiri, atau jika pengetahuan yang diperlukan untuk menjawab item soal secara otomatis menyediakan kunci jawaban untuk setiap item soal, maka item soal tersebut dapat diklasifikan DOK Level 1. Dan bilamana pengetahuan yang diperlukan untuk menjawab soal tidak secara otomatis memberikan kunci jawaban (penyelesaian), maka item soal tersebut kemungkinan dapat diklasifikasikan pada DOK Level 2.

Level 2: Keterampilan dan Konsep

Mencakup keterlibatan beberapa proses mental untuk mengingat atau mereproduksi tanggapan. Isi atau proses pengetahuan yang terlibat memiliki tingkat kompleksitas lebih rumit daripada di Level 1. Oleh karena peserta didik harus membuat beberapa keputusan, sehingga mendekati pertanyaan atau masalah. Kata kerja operasional yang umum digunakan pada klasifikasi pengetahuan Level 2 adalah mengklasifikasi ,

mengumpulkan dan menampilkan data , dan membandingkan data . Suatu tindakan yang menggunakan kata kerja ini memerlukan lebih dari satu langkah. Misalnya, untuk membandingkan data, langkah pertama yang diperlukan adalah (1) mengidentifikasi karakteristik objek atau fenomena, kemudian (2) mengelompokan atau memilah objek.

mengatur ,

memperkirakan,

melakukan pengamatan ,

Pengetahuan DOK Level 2 meliputi kegiatan melakukan pengamatan dan mengumpulkan data; mengklasifikasikan, pengorganisasian, dan membandingkan data, dan mengatur dan menampilkan data dalam tabel dan grafik. Penggunaan kata kerja yang sama pada tujuan pembelajaran, seperti menjelaskan kemungkinan penggunaan kata kerja menjelaskan atau menafsirkan dapat berada pada tingkat klasifikasi DOK yang

berbeda, tergantung pada kerumitan (kompleksitas) pengetahuan yang diperlukan dalam tindakan. Misalnya, menafsirkan informasi dari grafik sederhana, membutuhkan informasi bagaimana membaca dan menginterprestasikan grafik, termasuk katagori DOK Level 2. Suatu tindakan yang memerlukan interpretasi pengetahuan yang mengandung kompleksitas, seperti membuat interprestasi makna tentang grafik dan menjelaskan makna informasi yang terkandung dalam grafik, dapat dikatagorikan DOK Level 3.

Level 3: Berpikir Strategis

Berfikir strategis memerlukan tingkat kedalaman pengetahuan yang lebih tinggi dari DOK Level sebelumnya, tingkat berfikir yang memiliki kompleksitas seperti penalaran, perencanaan, menggunakan bukti. Tuntutan pengetahuan (kognitif) DOK Level 3 sangat kompleks dan abstrak. Kompleksitas tidak tergantung hanya dari fakta saja, melainkan mungkin juga dapat bersumber dari beberapa jawaban, dan dimungkinkan juga membutuhkan urutan atau tahapan didalam penalaran.

Dalam kebanyakan kasus, jika peserta didik diminta untuk menjelaskan pemikiran DOK Level 3; dan bilamana penjelasan dalam kalimat yang diberikan merupakan pengetahuan yang sangat sederhana, maka pengatuan ini dapat dikategorikanpada DOK Level 2.

Suatu tindakan yang memiliki lebih dari satu jawaban dan peserta didik dituntut untuk membenarkan suatu respon, maka katagori pengetahuan ini berada pada DOK Level

3. Eksperimental desain dalam DOK Level 3 pada umumnya dibutuhkan tindakan lebih dari satu variabel dependen. Tindakan yang termasuk dalam DOK Level 3, meliputi kegiatan mendeskripsikan kesimpulan dari pengamatan; mengutip bukti dan mengembangkan argumen logis dalam konsep berfikir; menjelaskan fenomena dalam konsep, dan menggunakan konsep-konsep untuk memecahkan permasalahan tidak rutin.

Level 4: Berpikir Secara Luas

Memerlukan daya kognitif tinggi dan sangat kompleks. Peserta didik diminta untuk membuat beberapa koneksi ide yang berhubungan dalam satu area atau antar area pengetahuan-dan harus memilih atau merancang satu pendekatan di antara banyak alternatif tentang bagaimana situasi dapat dipecahkan. Banyak instrumen penilaian tidak