Penyakit gingiva pada anak dengan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Penyakit gingiva adalah suatu keadaan patologis pada gingiva yang dapat

disertai rasa nyeri maupun tanpa rasa nyeri. Penyakit gingiva dikelompokan
menjadi dua yaitu plak dan non-plak. Penyakit gingiva dapat terjadi pada anakanak.1,2,5
Jaringan periodontal pada gigi susu sedikit berbeda dengan gigi tetap.
Pada masa gigi susu, gingiva anak berwarna lebih merah akibat peningkatan
vaskularisasi dan epitel yang tipis, struktur jaringan lebih fibrous, interdental
papila lebih datar, alveolar crest datar, mahkota lebih pendek sehingga tekanan
oklusal kecil, membrane periodontal lebih lebar, trabekula tulang alveolar lebih
sedikit, dan marrow space lebih lebar.1,2
Perubahan periodontal yang signifikan terjadi pada masa perubahan gigi
susu menjadi gigi permanen. Sebagian besar perubahan yang terjadi berhubungan
dengan erupsi dan fisiologis secara alami. Namun dokter gigi dan orangtua harus
dapat membedakan perubahan ini dengan penyakit gingiva yang dapat terjadi
secara bersamaan dengan perubahan secara fisiologis.1,2,4,5
1.2.


Rumusan Masalah

1. Bagaimana jaringan periodontal pada gigi susu?
2. Apa saja perubahan jaringan periodontal yang berhubungan dengan
pertumbuhan normal pada gigi susu?
3. Apa saja penyakit gingiva pada anak?

1

4. Apa saja penyakit periodontal pada anak?
5. Apa saja manifestasi penyakit gingiva pada anak dengan penyakit sistemik?
6. Bagaimana gambaran klinis mukosa oral pada pasien dengan penyakit yang
timbul pada masa anak-anak?
7. Apa saja pertimbangan perawatan pada pasien anak?
1.3.

Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana jaringan periodontal pada gigi susu

2. Untuk mengetahui apa saja perubahan jaringan periodontal yang berhubungan
dengan pertumbuhan normal pada gigi susu
3. Untuk mengetahui apa saja penyakit gingiva pada anak
4. Untuk mengetahui apa saja penyakit periodontal pada anak
5. Untuk mengetahui apa saja manifestasi penyakit gingiva pada anak dengan
penyakit sistemik
6. Untuk mengetahui bagaimana gambaran klinis mukosa oral pada pasien
dengan penyakit yang timbul pada masa anak-anak
7. Untuk mengetahui apa saja pertimbangan perawatan pada pasien anak

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jaringan Periodontal pada Gigi Susu 1
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi
sebagai penyangga gigi, teridiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan
tulang alveolar. Jaringan periodontal pada gigi susu sedikit berbeda dengan gigi
tetap. Pada masa gigi susu, gingiva anak berwarna lebih merah akibat peningkatan

vaskularisasi dan epitel yang tipis, struktur jaringan lebih fibrous, interdental
papila lebih datar, alveolar crest datar, mahkota lebih pendek sehingga tekanan
oklusal kecil, membrane periodontal lebih lebar, trabekula tulang alveolar lebih
sedikit, dan marrow space lebih lebar.1,2
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang melekat pada
prosesus alveolaris dan gigi. Gingiva terbagi menjadi tiga yaitu marginal,
interdental dan attached gingiva. Gingiva marginal pada anak terletak di tepi gigi
susu, lembek dan dapat ditarik akibat jaringan ikat dan serat gingiva yang belum
dewasa serta adanya peningkatan vaskularisasi. Sulkus gingiva pada anak lebih
dangkal, sekitar 1-2mm sedangkan pada dewasa berkisar 2-3mm.1,2
Interdental gingiva pada bagian bucco-lingual lebih luas dibandingkan
mesio-distal, namun struktur interdental gingiva pada anak sama dengan dewasa.
Attached gingiva pada anak paling besar pada daerah insisivus, menurun pada
bagian cuspids dan meningkat lagi pada daerah molar. Stippling pada attached

3

gingiva anak lebih sedikit, biasa dimulai pada usia 3 tahun dan meningkat seiring
dengan peningkatan usia. Epitel junction pada masa gigi susu lebih tebal
dibandingkan gigi permanen, sehingga mengurangi permeabilitas jaringan bakteri.

Secara radiografi, lamina dura menonjol pada gigi susu dan ruang periodontal
lebih luas dibandingkan gigi permanen. 1,2,3

Gambar 1. Perbedaan gingiva normal pada anak dan dewasa.3

2.2. Perubahan Jaringan Periodontal dihubungkan dengan Pertumbuhan
Normal
Perubahan periodontal yang signifikan terjadi pada masa perubahan gigi
susu menjadi gigi permanen. Sebagian besar perubahan yang terjadi berhubungan
dengan erupsi dan fisiologis secara alami. Namun dokter gigi dan orangtua harus
dapat membedakan perubahan ini dengan penyakit gingiva yang dapat terjadi
secara bersamaan dengan perubahan secara fisiologis. 1,2,4,5
2.2.1. Erupsi gigi susu
Erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakkan gigi
yang dimulai dari tempat pembentukkan gigi di dalam tulang alveolar kemudian
gigi menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. Sebelum
erupsi gigi susu maupun gigi permanen, gingiva memperlihatkan tonjolan tegas
berwarna merah muda yang memucat akibat mahkota gigi dibawahnya. Kista

4


eruption mungkin terlihat, massa yang berfluktuasi mungkin berisi darah, dan
umumnya muncul pembesaran gingiva berwarna merah kebiruan selama erupsi
gigi (gambar 2). Kista ini umumnya muncul pada daerah molar satu susu dan
molar satu permanen. Banyak solusi tanpa pengobatan, namun dapat dilakukan
marsupialisasi apabila sakit atau mengganggu oklusi.1,2

Gambar 2. Eruption cyst pada anak.1

Pada erupsi gigi, margin gingiva dan sulkus berkembang. Pada saat itu,
margin membulat, edema, dan memerah. Selama periode aktif erupsi gigi, margin
gingiva normal mengelilingi gigi yang erupsi sebagian dan muncul tonjolan, dan
paling jelas pada regio rahang atas. Penonjolan terjadi akibat tingginya area
kontur dari gigi erupsi dan peradangan ringan akibat pengunyahan. Kebersihan
mulut yang buruk dapat berperan dalam terjadinya gingivitis pada area gingiva
yang tidak terlindungi. 1,2,4
2.2.2. Pertumbuhan gigi susu
Pengaruh erupsi gigi susu terhadap kesehatan bayi telah diperdebatkan
selama berabad-abad, tetapi hanya terdapat sedikit bukti ilmiah tentang diagnosis
dan pengelolaannya pada pertumbuhan gigi anak. Periode yang berhubungan

dengan erupsi gigi susu pada bayi menjadi sulit bagi anak dan orang tua. Waktu

5

erupsi gigi insisif susu (5 sampai 12 bulan) bertepatan dengan berkurangnya
kekebalan humoral pasif yang diakibatkan oleh transfer antibodi ibu melalui
plasenta dan pembentukan imunitas anak sendiri. 1,2
Nyeri merupakan gambaran umum yang terjadi pada pertumbuhan gigi
seperti yang dilaporkan oleh orang tua dan beberapa penyedia layanan kesehatan.
Namun bukan gigi yang menyebabkan rasa nyeri melainkan folikel, yang
merupakan sumber kaya eikosanoid, sitokin, dan faktor pertumbuhan yang
menghasilkan respon inflamasi fokal. 1,2
Kebanyakan

dokter

gigi

setuju


bahwa

pertumbuhan

gigi

tidak

menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa, tetapi mereka tidak setuju
mengenai gejala yang mungkin berhubungan dengan erupsi gigi. Penelitian
mengatakan gejala yang berhubungan dengan pertumbuhan gigi dapat berupa
berkurangnya nafsu makan, menggigit, mengences, menggosok-gosok gusi,
mudah marah (rewel), menghisap, dan suhu abnormal. Namun, tidak ada bukti
bahwa gejala-gejala tersebut dapat didiagnosis sebagai tanda pertumbuhan gigi
pada anak dan mungkin merupakan gejala dari penyakit sistemik. 1,2
2.2.3. Eksfoliasi gigi
Eksfoliasi gigi adalah proses bergantinya gigi susu dengan gigi permanen.
Sama seperti erupsi gigi, proses eksfoliasi gigi melibatkan perubahan
periodonsium. Kedalaman sulkus gingiva meningkat akibat epitel junctional
bermigrasi ke akar gigi yang akan diganti oleh gigi permanen. Secara

mikroskopis, perubahan traumatis ringan menunjukkan kompresi, iskemia, dan
hialinisasi dari ligamen periodontal. Mungkin terdapat perubahan pada

6

permeabilitas dan integritas dari epitel junction sehingga membuat gigi yang akan
berganti lebih rentan terhadap peradangan. 1,3,4
2.3. Penyakit Gingiva pada Anak
Penyakit gingiva adalah suatu keadaan patologis pada gingiva yang dapat
disertai rasa nyeri maupun tanpa rasa nyeri. Penyakit gingiva dikelompokan
menjadi dua yaitu plak dan non-plak. 1,2,5
2.3.1. Penyakit gingiva plak
Dental plak merupakan suatu deposit lunak yang terdiri atas kumpulan
bakteri yang berkembang biak dalam lapisan matriks intaseluler. Lapisan ini
terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi bila seseorang mengabaikan
kebersihan gigi dan mulutnya. Dalam jumlah sedikit plak tidak dapat terlihat
kecuali apabila telah diwarnai dengan disclosing solution atau telah mengalami
diskolorasi oleh pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. 1,2
Plak biasanya terbentuk pada segitiga permukaan gingival dan pada
permukaan gigi yang kasar. Berdasarkan letak huniannya, plak dibagi atas supra

gingival yang berada disekitar tepi gingival dan plak sub-gingiva yang berada
apikal dari dasar gingival. 1,2,3
Bakteri plak merupakan penyebab utama terjadinya penyakit gingiva, bila
bakteri plak berkumpul dalam sub gingiva dapat menyebabkan peradangan
gingiva. Gingivitis sangat umum terjadi pada anak-anak dan remaja. Dalam
beberapa kasus, peradangan umumnya terbatas pada margin gingival dengan
kehilangan tulang atau jaringan ikat. Meskipun gingivitis tidak selalu berkembang
menjadi periodontitis, penanganan penyakit gingiva pada anak dan remaja sangat

7

penting karena periodontitis selalu didahului oleh gingivitis. 1,2,3
2.3.1.1. Gingivitis
Pada anak seperti pada dewasa, penyebab utama gingivitis adalah dental
plak yang berhubungan dengan kebersihan mulut yang buruk. Hubungan antara
plak dan indeks gingiva masih lemah dan belum jelas. Meskipun gingivitis sangat
sering terjadi pada anak, namun tidak seberat apa yang ditemukan pada orang
dewasa. Kondisi kebersihan mulut serupa menghasilkan keparahan penyakit yang
berbeda antara anak dan dewasa. 1,2
Pada usia anak-anak, kecenderungan terjadinya gingivitis meningkat.

Prevalensi penyakit terendah pada usia pra-sekolah, meningkat sepanjang usianya
dan memuncak pada masa pubertas. Akan tetapi, peningkatan derajat inflamasi
gingiva tidak sepenuhnya berhubungan dengan jumlah plak, tetapi dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain.1,2
Penyakit gingiva yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah
gingivitis marginal kronis. Jaringan gingival menunjukkan perubahan warna,
ukuran, konsistensi dan struktur permukaan yang mirip dengan inflamasi kronis
pada orang dewasa. Peradangan linear disertai dengan perubahan kronis yang
mendasari, termasuk pembengkakan, peningkatan vaskularisasi, dan hyperplasia.
Pendarahan dan peningkatan kedalaman poket pada anak tidak ditemukan sesering
pada dewasa, tetapi mungkin dapat diamati jika terjadi hipertrofi gingiva atau
terjadi hyperplasia. 1,2
Gingivitis kronis pada anak-anak ditandai dengan hilangnya kolagen pada
daerah sekitar epitel junction dan terdiri dari infiltrasi limfosit, dengan sedikit

8

leukosit polimorfonuklear, sel plasma, monosit, dan sel mast. Lesi umumnya
memiliki beberapa sel plasma yang menyerupai lesi non destruktif awal, lesi non
progresif awal yang terlihat pada orang dewasa. Selanjutnya, gingivitis pada anak

berbeda dengan gingivitis pada orang dewasa, dimana respon didominasi oleh
limfosit-T dengan beberapa limfosit-B dan sel plasma. Perbedaan ini dapat
menjelaskan mengapa gingivitis pada anak jarang berkembang menjadi
periodontitis. 1,2
Histologi gingiva pada anak juga menunjukan gambaran khusus lain yang
dapat berperan terhadap penurunan kecenderungan bertambah parahnya gingivitis.
Epitel junctional pada gigi susu cenderung lebih tebal dibanding pada gigi
permanen, yang diduga mengurangi permeabilitas pada struktur gingiva terhadap
bakteri yang memulai respon inflamasi. 1,2

Gambar 3. Deposit kalkulus pada anak usia 5 tahun.1

9

Gambar 4. Gingivitis pada anak.1

2.3.1.2. Penyakit Mikrobiologi
Karena intensitas penyakit gingiva meningkat pada perkembangan anak
sampai dewasa, penting untuk memahami mikrobiologi penyakit. Menarik,
komposisi perubahan mikroflora oral anak berubah seiring pertumbuhan usia.
Yang dkk., menganalisis sampel plak gigi pada anak-anak dan melaporkan bahwa
71% dari anak-anak usia 18 sampai 48 bulan terinfeksi dengan setidaknya satu
periodontal patogen. 68% terinfeksi oleh Porphyromonas gingivals, dan 20% oleh
forsysthas Bacteroides (Tamerellla forsythia). Hubungan yang cukup juga telah
ditemukan antara Forsysthas bacteroides pada anak-anak dan penyakit
periodontal pada ibu mereka. Forsysthas bacteroides juga berhubungan dengan
perdarahan gingiva pada anak. 1,2
Dalam sebuah penelitian yang sama, 60% dari anak usia 2 dan 18 tahun
memiliki tingkat Phorphyromonas gingivalis yang terdeteksi dalam plak mereka,
dan

75%

menunjukkan

tingkat

yang

sama

dari

Actinobacillus

actinomycatemomitants. Adanya Phorphyromonas gingivalis berhubungan erat

10

dengan perkembangan gingivitis dan timbulnya periodortius pada anak-anak yang
sehat. 1,2
Model

eksperimen gingivitis pada anak-anak menunjukkan peningkatan

tingkat subgingiva dari Actinomyces, Capnacytophaga, Leptorichia, dan
Salenomonas – patogen yang umumnya tidak terlihat pada orang dewasa yang
gingivitis, dengan demikian meningkatkan peran potensial dalam etiologi
gingivitis. 1,2
2.3.1.3. Eruption Gingivitis
Gingivitis terkait dengan erupsi gigi umum terjadi, dan dikenal dengan
eruption gingivitis.

Erupsi gigi sendiri tidak menyebabkan gingivitis, namun

inflamasi terkait dengan akumulasi plak disekitar gigi erupsi, Ketidaknyamanan
pada daerah erupsi membuat anak menggosok daerah tersebut sehingga
menyebabkan gingivitis. Gingiva disekitar gigi yang erupsi mungkin memerah
akibat gingiva margin tidak berkeratinisasi sepenuhnya dan perkembangan sulkus
belum selesai. 1,2
Eksfoliasi dan karies pada gigi susu sering menjadi penyebab gingivitis
akibat akumulasi plak sebagai akibat dari rasa sakit saat menyikat gigi atau
impaksi makanan pada daerah yang berlubang. Sebagai bagian normal dari
eksfoliasi, epitel junction bermigrasi dibawah resorbsi akar, dengan demikian
kedalaman poket bertambah dan berpotensi menjadi tempat untuk bakteri patogen.
Ketidaknyamanan saat mengunyah akibat gigi terinfeksi sering menyebabkan
mengunyah satu sisi atau pada sisi gigi yang tidak terinfeksi. 1,2

11

Gambar 5. Eruption gingivitis pada anak.1

2.3.1.4. Pubertal Gingivitis
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, insidensi dari gingivitis
marginal pada anak meningkat seiring usia, memuncak saat usia 9 sampai 14
tahun dan sedikit menurun setelah pubertas. Penyakit gingiva yang berperilaku
sedemikian rupa sering disebut sebagai pubertal gingivitis. 1,2
Manifestasi yang paling sering dari gingivitis adalah perdarahan dan
inflamasi dibagian interproksimal. Pembesaran inflamasi gingiva dapat terjadi
pada laki-laki dan perempuan, namun umumnya berkurang setelah pubertas.
Respon gingiva diubah selama tahap perkembangan dan dianggap sebagai
akibat dari perubahan hormon yang memperbesar pembuluh darah dan respon
inflamasi terhadap dental plak dan perubahan reaksi mikroba dental plak. 1,2

Gambar 6. Pubertal gingivitis.1

12

2.3.2. Penyakit Gingiva Non-Plak
Penyakit gingiva non-plak dapat muncul karena fungsional maupun faktor
lain seperti penggunaan obat-obatan, penggunaan alat ortodonti, bernafas melalui
mulut, dan sebagainya. Sebagian besar penyakit gingiva non-plak pada anak tidak
memiliki perbedaan dengan orang dewasa. 1,2
2.3.2.1. Pembesaran gingiva akibat obat
Pembesaran gingiva dapat terjadi akibat pemakaian obat-obatan.
Cyclosporin, phenytoin, and calcium channel blockers, yang biasanya digunakan
untuk mengobati kondisi yang dihadapi selama masa kanak-kanak (transplantasi
organ, epilepsi, anomali jantung) menghasilkan prevalensi yang lebih tinggi dari
pembesaran gingiva (Gambar 7). 1,2
Sebuah uji klinis secara acak menemukan penurunan yang signifikan
terhadap kejadian (21%) phenytoin menyebabkan hiperplasia gingiva pada anakanak yang menderita epilepsi dengan konsumsi suplemen asam folat (0,5 mg/hari)
dibandingkan dengan kelompok kontrol (88%). Meskipun rumit oleh tingkat plak
sepanjang gingiva margin, bentuk penyakit gingiva memiliki ciri yang tidak
seperti gingivitis marginal kronis. 1,2,3

Gambar 7. Hiperplasia gingiva akibat obat siklosporin pada anak usia 7 tahun. 1

13

2.3.2.1. Pembesaran gingiva akibat penggunaan alat ortodonti
Pembesaran gingiva dapat dikaitkan dengan adanya alat ortodonti cekat,
yang menyulitkan pembersihan plak (gambar 8). Perubahan gingiva dapat terjadi
dalam 1 sampai 2 bulan setelah penempatan alat, ini umumnya bersifat sementara
dan jarang menyebabkan kerusakan jaringan periodontal jangka panjang. Fakta
bahwa perawatan ortodonti ditujukan untuk individu dalam masa pubertas, ketika
terjadi perubahan inflamasi berhubungan dengan pubertal gingivitis dapat
memperburuk pengaruh yang diamati. 1,2

Gambar 8. Gingivitis marginalis kronis akibat pemakaian ortodonti dan OH yang buruk. 1

2.3.2.3. Bernafas melalui mulut
Kebiasaan bernafas melalui mulut merupakan salah satu kebiasaan buruk.
Hal ini sering dijumpai pada anak dengan kelainan saluran pernafasan, bibir,
rahang, dan kebiasaan membuka mulut terlalu lama. Kebiasaan bernafas melalui
mulut dapat menyebabkan ukuran lidah membesar (makroglosia), pendalaman
palatum, gigi protusi dan juga penyakit periodontal. 1,2
Bernafas melalui mulut menyebabkan viskositas (kekentalan) saliva
meningkat pada permukaan gingiva maupun permukaan gigi sehingga aliran

14

saliva menjadi berkurang, akibatnya populasi bakteri bertambah banyak, lidah dan
palatum menjadi kering dan akhirnya memudahkan terjadinya penyakit
periodontal.
2.3.2.4. Primary herpetic gingivostomatitis 1,2
Primary herpetic gingivostomatitis adalah infeksi virus akut yang terjadi
dan muncul pada awal masa kanak-kanak, dengan insidensi yang tinggi antara
umur 1 sampai 3 tahun. Anak dengan primary herpetic gingivostomatitis, 99%
tanpa gejala atau memiliki gejala yang berhubungan dengan pertumbuhan gigi.
Sisanya 1% dapat mengembangkan inflamasi gingiva yang signifikan dan ulserasi
pada attached gingiva, lidah, dan bibir. (Gambar 9). Ukuran yang paling penting
adalah untuk mengendalikan hidrasi anak dengan lembut, cairan non asetat. Rawat
inap mungkin diperlukan pada beberapa kasus yang parah. 1,2

Gambar 9. Primary herpetic gingivostomatitis pada anak perempuan usia 5 tahun. 1

2.3.2.5. Candidiasis
Kandidiasis merupakan hasil dari pertumbuhan berlebih dari Candida
albicans, biasanya setelah konsumsi antibiotik spektrum luas akibat penyakit
bawaan atau defisiensi imun yang didapat. Hal ini jauh lebih umum pada anak
dibandingkan orang dewasa, dan jarang terkait dengan kesehatan anak.1,2

15

2.3.2.6. Hiperplasia gingiva spongiotik lokal pada remaja
Kondisi tambahan yang mungkin muncul tidak berhubungan dengan
akumulasi plak adalah hiperplasia gingiva spongiotik lokal pada remaja. Kondisi
ini hanya teridentifikasi dalam beberapa tahun terakhir dan patogenesis tidak
didefinisikan dengan baik. Lesi patch terlokalisasi pada attached gingiva yang
muncul secara klinis merah terang lebih menonjol, biasanya tidak sakit dan mudah
berdarah. Lesi ini paling sering terlihat di gingiva anterior labial rahang atas dan
rahang bawah. Penderita dengan kondisi ini berkisar 8 dan 14 tahun (gambar 10).
1,2

Gambar 10. Hiperplasia gingiva spongiotik lokal pada perempuan usia 11 tahun. 1

2.4. Penyakit periodontal pada anak
Meskipun gingivitis dianggap “hampir umum” terjadi pada anak-anak
yang berusia lebih dari 7 tahun, penyakit periodontal terlihat dengan kehilangan
perlekatan periodontal dan tulang pendukung pada populasi anak-anak
dibandingkan pada orang dewasa. Insiden penyakit mulai meningkat antara usia
12 dan 17 tahun, tetapi prevalensi kehilangan perlekatan parah melibatkan
beberapa gigi masih rendah, 0,2% menjadi 0,5%. Ketika membandingkan
presentasi berbeda dari penyakit periodontal, periodontitis kronis terbukti lebih

16

umum terjadi pada orang dewasa, dan periodontitis agresif lebih sering terjadi
pada anak-anak dan remaja.1,2,3
Kebiasaan menjaga kebersihan mulut harus dilakukan selama hidup,
dengan instruksi mengenai teknik yang tepat dan frekuensi prosedur pembersihan
plak. Ini akan membentuk dasar kesehatan periodontal seumur hidup. Dokter gigi
harus mengetahui kebutuhan periodontal spesifik pada anak dengan kelainan
tertentu, seperti hiperplasia gingiva terkait immunosupresi digunakan dengan
transplantasi organ, obat anti kejang, dan peningkatan keparahan penyakit
periodontal pada anak-anak penderita diabetes. Anak yang cacat secara fisik dan
mental layak mendapat perhatian khusus untuk memastikan bahwa teknik
pencegahan yang tepat tersedia, ini dapat mencakup penggunaan sikat gigi
elektrik dan obat kumur antibakteri. 1,2,4
2.4.1. Peridontitis agresif
Karena kemunculan yang relatif awal dari penyakit, yang terjadi sekitar
masa pubertas, klasifikasi menyebutkan tahap perkembangan yaitu periodontitis
dini, pra-prubertal periodontitis, dan pubertal periodontitis. Penyakit periodontal
merupakan suatu keadaan patologis yang mengenai jaringan pendukung gigi.
Secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu, periodontitis agresif dan
periodontitis kronis. Periodontitis agresif dapat terbagi menjadi dua bentuk, yaitu
lokalis dan generalis. 1,2
Periodontitis agresif lokalis didefinisikan sebagai hilangnya perlekatan
interproksimal pada setidaknya dua permanen molar pertama dan gigi insisif,

17

dengan kehilangan perlekatan pada tidak lebih dari dua gigi selain geraham
pertama dan gigi insisif. 1,2
Pada individu muda, periodontitis agresif lokalis lebih umum terjadi dari
periodontitis agresif generalis. Prevalensi dari bentuk lokalis dilaporkan berkisar
dari 0,1% sampai 15%, dengan sebagian besar studi memperkirakan kurang dari
1%. Pada orang berkulit hitam dilaporkan memiliki prevalensi lebih tinggi dan
beberapa studi menunjukkan prevalensi lebih tinggi di antara anak-anak Asia.
Relevansi dari populasi anak adalah temuan bahwa presentasi klasik periodontitis
agresif lokalis dapat didahului dengan tanda-tanada kehilangan tulang disekitar
gigi susu. 1,2,4
Periodontitis agresif generalis didefinisikan sebagai kehilanan perlekatan
interproksimal, termasuk setidaknya tiga gigi yang bukan molar satu dan gigi
insisif. Periodontitis agresif generalis jarang terjadi pada anak-anak (gambar 11).
Periodontitis ini biasanya muncul pada masa awal remaja. Prevalensi periodontitis
agresif generalis adalah 0,14% pada anak usia 14-17 tahun. Namun, anak dengan
syndrome Down menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi. Genetik diduga
berpengaruh dalam proses penyakit dan menunjukkan tanda-tanda penyakit pada
anak dengan riwayat keluarga periodontitis agresif generalis. 1,4

18

Gambar 11. Gambaran radiografi periodontitis agresif pada gadis Afrika-Amerika usia 8 tahun.1

Beberapa studi menghubungkan keterlibatan bakteri Actinobacillus
actinomycetamcomitans dan bakteri Porphyromonas gingivalis dalam patogenesis
periodontitis agresif, dengan bentuk ini ditemukan pada tingkat yang lebih tinggi
pada anak-anak dengan bentuk lokalis dan yang ditemukan pada tingkat yang
lebih tinggi yaitu bentuk generalis. Kedua patogen ini relatif jarang terjadi pada
anak-anak yang sehat, dengan prevalensi 4,8%, tetapi meningkat pada anak-anak
dengan periodontitis, dengan prevalensi yang dilaporkan adalah 20%. Sebuah
penelitian baru menemukan hubungan yang sangat erat antara periodontitis agresif
lokalis, prevalensi dan banyaknya bakteri Actinobacillus actinomycetamcomitans.
Studi tersebut juga mengamati bakteri Actinobacillus actinomycetamcomitans
berdasarkan daerah yang lebih spesifik. Itu lebih lazim dan melimpah pada area

19

sakit dibandingkan dengan area yang sehat pada penderita periodontitis agresif
lokalis. 1,2,4
2.4.2. Periodontitis kronis
Periodontitis kronis sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa atau
periodontitis dewasa kronis. Periodontitis kronis dalah salah satu bentuk paling
umum dari periodontitis. Hal ini ditandai dengan “lambatnya pergerakan pada
tingkat moderat yang mungkin termasuk periode destruksi yang cepat”. Meskipun
penyakit ini dapat muncul pada anak-anak dan populasi remaja sebagai akibat dari
penimbunan plak dan kalkulus, namun jarang terjadi pada populasi ini
dibandingkan pada orang dewasa. 1,2,4
Mirip dengan periodontitis versi dewasa, periodontitis kronis dapat terjadi
pada anak-anak dalam bentuk lokalis, yaitu gigi yang terkena kurang dari 30%
dari gigi yang terkena, serta bentuk generalis dimana gigi yang terkena lebih dari
30%.1,4
Mikrobiologi dari penyakit penting untuk dicatat, studi terbaru menunjukkan
transmisi keluarga bakteri tertentu berhubungan dengan periodontitis kronis.
Strain seperti Tamerella forsythia, P. intermedia, dan P. nigrescens ditemukan
lebih sering pada anak-anak dari individu yang telah terbukti menunjukan tempat
perlindungan bagi tipe ini. Keduanya, F. Nucleatum dan Phorphyromonas
gingivalis telah dicatat pada tingkat yang signifikan pada anak yang terpengaruh
oleh orangtua. Tingkatan pada strain ini telah diamati seiring pertambahan usia,
yang mengarah pada Phorphyromonas gingivalis dan Forsysthas bacteroides
mungkin parah sebagai penanda awal selama pemeriksaan untuk penyakit

20

periodontal. Dengan demikian, walaupun periodontitis kronis mungkin jarang
terjadi pada anak-anak, kolonisasi awal mungkin penting untuk deteksi dini,
khususnya bagi mereka yang berisiko tinggi untuk bentuk dewasa dari penyakit
ini. 1,2,4
2.5. Manifestasi Penyakit Gingiva pada Anak dengan Penyakit Sistemik
Penyakit sistemik yang menyebabkan periodontitis lebih sering terjadi
pada anak-anak daripada orang dewasa. Bagaimanapun, banyak penyakit yang
berkspresi beda pada anak dan dewasa, oleh karena itu memerlukan perhatian
khusus. 1,2
Penyakit Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) jarang terlihat,
kecuali pada kasus imunosupresi primer atau sekunder, down syndrome, atau
malnutrisi berat. Nafas anak berbau busuk, dan komplain terhadap sakit dan rasa
tidak nyaman saat makan. 1,2,4
2.5.1. Kelainan endokrin dan perubahan hormon
2.5.1.1. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus tipe 1 atau diabetes mellitus insulin-dependent lebih
sering terjadi pada anak anak dan dewasa muda dibandingkan dengan DM tipe 2
atau diabetes melllitus non insulin-dependent. Seperti pada penderita diabetes
dewasa, inflamasi gingiva dan periodontitis lebih umum pada anak-anak yang
terkena dampak dari pada individu yang tidak terpengaruh. Dampak klinis
termasuk kehilangan gigi dini dan gangguan respons imun terhadap oral flora.
Keparahan penyakit periodontal lebih buruk pada anak dengan kontrol metabolik
yang buruk.1,2

21

Meskipun perubahan destruktif jarang terjadi pada anak-anak yang sehat,
kerusakan periodontal dapat diamati pada anak yang diabetes, biasanya muncul
pada masa pubertas dan semakin buruk pada

dewasa muda sampai dewasa.

Pencegahan penyakit dan langkah-langkah kebersihan mulut harus sangat
dipromosikan. 1,2
2.5.2. Kelainan darah dan defisiensi imun
2.5.2.1. Leukimia
Leukimia adalah jenis kanker yang paling umum terjadi pada anak. Akut
limpocitik leukima merupakan kasus terbanyak pada anak dibawah 7 tahun.
Leukimia dianggap sebagai bagian dari diferensial diagnosis untuk anak-anak
dengan tampilan hallmark pembesaran gingiva akut, ulserasi, perdarahan, dan
infeksi (gambar 12). 1,2

Gambar 12. Anak usia 12 tahun dengan akut limfoblastik leukimia.1

2.5.2.2. Kelainan leukosit (neutrofil)
Kelainan neutrofil mengganggu pertahanan terhadap infeksi sehingga
menyebabkan

penderita rentan terhadap kerusakan periodontal yang parah.

Kebanyakan kelainan neutrofil adalah genetik, termasuk beberapa bentuk
neutipenia, Chediak-Higashi Syndrome, defisiensi adhesi leukosit, dan Papillon-

22

Lefevre syndrom. Oleh karena itu, diagnosis dari penyakit sistemik umumnya
akan terjadi sebelum muncul tanda-tanda kerusakan jaringan periodontal. 1,2
Karena perubahan periodontal sulit untuk disembuhkan pada anak dengan
kelainan neutrofil, menejemen penyakit termasuk langkah-langkah kebersihan
mulut seperti debridemen mekanis, antimikroba dan perawatan pendukung untuk
kerusakan jaringan atau kehilangan gigi sangat dibutuhkan. 1,2
2.5.3. Anomali Kongenital
Down syndrome merupakan kondisi kongenital lain yang didagnosa sebelum
munculnya penyakit periodontal. Penderita mengalami prevalensi periodontitis
agresif parah selama awal masa dewasa. Proses penyakit dianggap berkaitan
dengan semacam hospes yang menghasilkan respon imun dan inflamasi yang
berlebihan daripada reaksi mikroba penyebab spesifik. 1,2,3
2.6. Gambaran klinis mukosa oral pada pasien dengan penyakit yang timbul
pada masa anak-anak
Beberapa penyakit pada masa kanak-kanak menunjukkan gambaran spesifik
pada mukosa rongga mulut termasuk jaringan gingiva, seperti rubeola
(rubella/campak), varicella (cacar air), dan difteri.
2.6.1. Rubeola
Rubeola atau biasa dikenal dengan penyakit campak (Measles) merupakan
penyakit infeksi virus yang disebabkan oleh virus Rubeola yang termasuk
golongan paramyxovirus. Virus ini dapat hidup dan berkembang biak pada daerah
tenggorokan dan saluran pernapasan. Penderita yang terinfeksi oleh virus ini dapat
menularkan kepada lingkungannya melalui droplet atau sekret hidung dan

23

tenggorakan, terutama orang-orang yang tinggal serumah dengan penderita.
Penularan dapat terjadi antara 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari
setelah timbul ruam.5,6,7
Penderita Rubeola biasanya ditandai dengan gejala prodromal seperti
demam, batuk, pilek, mata merah, 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di
mulut bagian dalam (koplik’s spot), dan adanya bercak merah di tubuh berbentuk
makula papular selama 3 hari atau lebih. Penyakit ini dapat terjadi pada siapa
saja.5,6,7

Gambar 13. Gambaran mukosa penderita rubeola usia 5 tahun.

2.6.2. Varicella
Varicella (chickenpox) adalah penyakit yang sangat menular yang
disebabkan oleh infeksi primer virus varicella zoster (VZV). Terdapat lesi di kulit,
dan dapat dikaitkan dengan lesi oral. Dokter Gigi dapat mendiagnosa penyakit
bahkan sebelum manifestasi kulit muncul. Penyakit menyebar dengan mudah
melalui udara, batuk atau bersin dari orang yang sakit atau melalui kontak
langsung dengan sekresi dari ruam.8,9
Cacar air biasanya merupakan penyakit masa anak-anak yang ringan.
Setelah terpapar virus dan masa inkubasi 2 sampai 3 minggu, muncul gejala

24

prodromal ringan. Demam, malaise, ruam merah dan sangat gatal khas pada wajah
dan tubuh adalah tanda-tanda yang dapat dikenali pertama kali dari penyakit ini.
Ruam gatal menyebar dengan cepat ke leher dan ekstremitas, diikuti segera oleh
pecahnya papula yang membentuk vesikel dan memiliki penampilan seperti
tetesan embun pada kelopak mawar. Sering terletak pada wajah dan, jika tergores,
dapat sembuh dengan jaringan parut.10,11
Lesi intraoral varicella sedikit dan sering tidak disadari. Mereka muncul
sebagai lesi vesikular yang pecah dan membentuk ulser dengan halo eritematosa.
Infeksi VZV primer memperlihatkan ulserasi minor akut dalam mulut yang pucat
secara klinis bila dibandingkan dengan lesi kulit. Ulser mulut dibedakan dari HSV,
tetapi tidak ada terkait gingivitis. Dan terdapat limfadenitis servikal. Palatum
lunak adalah daerah yang paling sering terkena, diikuti oleh mukosa bukal dan
mucobukal fold. Anoreksia, demam, menggigil, sakit kepala, nasofaringitis, dan
nyeri otot dapat menyertai kondisi ini.8,9,10,11

Gambar 14. Gambaran palatum penderita varicella.5

2.6.3. Difteri
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Corynobacterium diphtheriae. Gangguan ini ditandai oleh pembentukan suatu

25

pseudomembran pada tempat masuknya bakteri. Difteri dapat menular melalui
batuk, bersin, atau nafas penderita. Gejala yang sering timbul berupa rasa sukar
dan nyeri saat menelan, sakit tenggorokan, pembengkakan di daerah leher dan
demam.1,12

Gambar 15. Gambaran palatum penderita difteri. 1

2.7. Pertimbangan perawatan pada pasien anak
Riwayat medis dan gigi anak harus disimpan untuk setiap anak.
Bagaimanapun, perbedaan antara gigi susu dan permanen dan aspek yang
berhubungan dengan perkembangan menjamin beberapa perbedaan dalam praktek
klinis yang melibatkan perawatan pada anak. 1,2
Indeks periodontal tidak perlu dicatat pada masa gigi susu kecuali anak
menunjukkan tanda adanya periodontitis agresif atau proses penyakit yang tidak
biasa. Penilaian periodontal lebih eksplisit harus dimulai pada masa gigi
bercampur, saat anak memiliki gigi insisif dan molar permanen. Dibandingkan
mencatat kedalaman probing seluruh mulut, dokter dapat memilih untuk fokus
pada gigi yang dipilih. Misalnya, penilaian dasar pada gigi #3, 8, 14,19,24, dan
30 telah diusulkan. Dengan catatan dibuat mengenai kesehatan gingiva, bleeding
on probing, dan adanya kalkulus. Pemeriksaan ini umumnya cepat untuk anak-

26

anak hingga usia 11 tahun. Antara usia 12-19 tahun, ketika sebagian besar anak
memiliki gigi permanen penuh, dokter juga harus memperhatikan poket dengan
kedalaman lebih dari 4mm. Melalui tahap perkembangan gigi, probing kedalaman
poket seluruh mulut dapat dijamin berdasarkan indikator kesehatan gingiva umum
pada setiap pasien atau risiko penyakit. 1,2,3
Prosedur pengendalian plak di klinik dapat bervariasi sesuai dengan tahap
perkembangan pasien. Seperti disebutkan sebelumnya, deposit kalkulus biasa
pada bayi dan balita. Pengangkatan plak supragingival dengan menggunakan
rubber-cup simple coronal poles atau sikat gigi biasanya cukup untuk gigi susu.
Bila deposit kalkulus jelas, scaling supragingival dapat dilakukan. Saat erupsi gigi
tetap, prevalensi deposit kalkulus meningkat, sering memerlukan scaling
supragingival berkala sebagai tambahan pengangkatan plak supragingival.1,2,3
Pada anak, meskipun proses dinamik dari pengembangan keterampilan
manual mempengaruhi kemampuan seorang anak untuk melakukan prosedur yang
diharapkan.

Setiap anak membutuhkan sebuah program perawatan rumah

individual berdasarkan kemampuannya untuk benar-benar melakukan kegiatan
yang diminta. Bagi anak-anak, kontrol plak harus berbagi tanggung jawab antara
anak dan orangtuanya, Instruksi pada kontrol plak harus dijelaskan atau
diberitahukan kepada orang tua dan anak dengan bahasa dan syarat yang
dimengerti oleh keduanya. 1,2,3
Untuk anak usia dibawah 7 tahun, orangtua harus diminta untuk
membantu menyikat gigi. Anak dapat didorong untuk menyikat gigi mereka
dengan menggunakan teknik menggosok sederhana. Bagaimanapun, orangtua juga

27

harus turut serta dalam proses pembersihan plak. Mulai usia 7 tahun, anak
umumnya memiliki keterampilan sikat gigi manual mereka sendiri dan hanya
memerlukan pengawasan orang dewasa terbatas. Teknik menyikat gigi dengan
lebih halus dapat diperkenalkan selama masa remaja. 1,2,3
Sikat gigi mekanik dengan kepala sikat memutar telah terbukti efektif
untuk menghilangkan plak. Penggunaan alat ini dapat mendorong anak untuk
mampu mentolerir sensasi bergetar, karena banyak anak-anak tidak menyukai
gerakan berputar. Sikat gigi mekanik terutama dianjurkan untuk anak dengan
kebutuhann khuss dan pasien pengguna alat ortodonti cekat. 1,2,3
Flossing biasanya tidak dianjurkan untuk anak-anak selama tahap
pertumbuhan gigi susu, karena banyak anak memiliki jarak pada interdental
sebagian lengkungnya. Bagaimanapun, ketika kontak interdental berkembang,
flossing harus ditambahkan pada rutinitas perawatan di rumah. Studi telah
menunjukkan penurunan perdarahan gingival dan jumlah mikroba yang terkait
dengan penyakit periodontal bila gigi dan menyikat

lidah digabung dengan

flossing. Sekali lagi, keterbatasan dalam ketangkasan manual mungkin
memerlukan bantuan orangtua untuk flosing selama tahap gigi-geligi campuran,
remaja dengan cukup ketangkasan manual dapat diharapkan untuk floss
sendiri.1,2,3
Antimikroba mouthrinses untuk kontrol plak tidak ditunjukkan untuk
anak-anak yang sangat muda karena risiko tertelan bahan kimia. Namun,
berkumur dapat ditunjukkan untuk anak-anak yang menunjukkan kemampuan
meludah setelah berkumur. 1,2,3

28

BAB III
KESIMPULAN


Penyakit gingiva adalah suatu keadaan patologis pada gingiva yang dapat
disertai rasa nyeri maupun tanpa rasa nyeri.



Gingiva terbagi menjadi 3 yaitu: (1) marginal gingiva, (2) interdental gingiva,
(3) attached gingiva.



Gambaran klinis dari gingiva normal anak dan dewasa berbeda. Dengan
perbedaan :
(a) warna gingiva anak lebih merah dibandingkan gingiva pada dewasa.
(b) konsistensi gingiva anak lebih lembek dibandingkan gingiva orang
dewasa.
(c) struktur permukaan gingiva anak lebih sedikit stippling dibandingkan
dewasa.
(d) margin gingiva anak membulat sedangkan pada dewasa lancip.
(e) interdental gingiva anak lebih luas di bagian bucco-lingual disbanding
mesio-distal.
(f) kedalaman sulkus gingiva anak 1-2mm sendangkan dewasa 2-3mm.
(g) attached gingiva anak lebih kecil dibandingkan dewasa.



Pada pertumbuhan normal seperti erupsi gigi, pertumbuhan gigi dan
eksfoliasi gigi melibatkan perubahan gingiva pada anak.



Penyakit gingiva pada anak dapat disebabkan oleh karena plak, non-plak,
maupun manifestasi dari penyakit sistemik.

29



Penyakit gingiva yang disebabkan karena plak seperti gingivitis, penyakit
mikrobiologi, eruption gingivitis, dan pubertal gingivitis.



Penyakit gingiva yang disebabkan bukan karena plak seperti akibat konsumsi
obat-obatan, pemakaian ortodonti, bernafas melalui mulut, primary herpetic
gingivostomatitis, candidiasis, dan hyperplasia gingiva spongiotik lokal.



Penyakit gingiva pada anak dapat disebabkan oleh penyakit sistemik yang
diderita anak seperti, diabetes mellitus, leukemia, kelainan leukosit, dan
anomali kongenital.



Penyakit periodontal pada anak terbagi 2 yaitu periodontitis agresif dan
periodontitis kronis.



Perubahan pada gingiva anak juga dapat terjadi akibat penyakit yang timbul
pada masa kanak-kanak seperti rubeola, varicella, dan difteri.



Pertimbangan perawatan pada anak meliputi OHI (Oral Hygine Instruction)
yaitu control pla, sikat gigi 2x sehari, flossing, kumur dengan antimikroba,
serta kunjungan ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.

30

DAFTAR PUSTAKA
1.

Law, CS. Daniela RS. Carranza. Gingival Disease in Childhood- Clinical
Periodontology 12th edition. Elsevier; 2015: 252-260

2.

Bimstein, Enrique. Periodontal and Gingival Health and Diseases:
Children, Adolescent and Young Adult. United Kingdom. 2001

3.

Suryono. Bedah Dasar Periodonsia. Yogyakarta. 2014

4.

American Academy. Periodontal Disease of Children and Adolescens.
USA.2014

5.

Suryana. Keperawatan anak untuk siswa SPK. EGC. Jakarta. 1996: 189190

6.

Wikipedia.

Measles.

(diakses

13

Mei

2014).

Available

in:

http://en.wikipedia.org/wiki/Measles
7.

Tommy. Campak. Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya. 2000

8.

Sunanda C, Reddy NVSS, Komali G. Chickenpox— intra oral
Manifestations. Guident. Vol. 6 Issue 2. 2013: 58-59.

9.

Scully C. Oral and Maxillofacial Medicine – The Basis of Diagnosis and

Treatment. 2nd edition. Edinburgh: Elsvier; 2008: 237.
10. Greenberg MS, Glick M, Ship JA. Burcket’s oral medicine. 11th edition.
New Zealand: Elsvier; 2008: 46-49.
11. Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehrig JS. Color Atlas of Common oral
Diseases. 4th edition. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2009: 164.
12. Farida, Nur. Kid and Global Disease. Yogyakarta. 2007
13. Davey, Patrick. At a glance medicine. Erlangga; Jakarta.2003:409

31

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Berburu dengan anjing terlatih_1

0 46 1

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5