EVALUASI PROYEK pemeliharaanberkala jalan dalam (1)

ABSTRAK
Evaluasi Proyek/studi kelayakan proyek (atau studi kelayakan bisnis pada
proyek bisnis), merupakan pengkajian suatu usulan proyek (atau bisnis), apakah
dapat dilaksanakan (go project) atau tidak (no go project), dengan berdasarkan
berbagai aspek kajian. Praktek lapang evaluasi proyek di Pulau Barang Caddi
dengan menggunakan analisis kriteria investasi bertujuan untuk mengetahui suatu
proyek perikanan, aspek studi kelayakan perikanan, jenis finansial studi kelayakan
proyek perikanan. Praktek lapang mata kuliah evaluasi proyek perikanan
dilaksanakan di Pulau Barrang Caddi, Kelurahan Barrang Caddi, Kecamatan
Ujung Tanah, Kota Makassar. Metode dasar studi ini menggunakan metode,
Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai kegiatan dan keadaan di
lokasi yang terkait dengan tujuan praktek. Wawancara, yaitu mengumpulkan data
dengan melakukan komunikasi secara langsung kepada pihak terkait dan
masyarakat yang berkaitan dengan praktek lapang. Pada usaha penangkapan
bapak Hara dapat berdasarkan hasil NPV sebesar 13768263,5 >1 dan IRR 39,10%
> dari tingkat bunga bank serta Gross B/C sebesar 1.090 >0 sehingga dapat
disimpulkan proyek layak dilanjutkan. Sedangkan nilai Net B/C sebesar -11 dan IRR 47,79% > dari tingkat bunga bank serta Profitability Ratio
sebesar 1,496 >1 sehingga dapat disimpulkan proyek layak dilanjutkan.
Sedangkan nilai Net B/C sebesar -1 1
serta Gross B/C sebesar 0,154 < 1 berarti proyek dinyatakan tidak layak.
A. PENDAHULUAN

Sulawesi selatan memiliki luas wilayah 62.482,54 km2 dengan panjang garis
pantai mencapai 2.500 km. Sebagian besar wilayahnya berbatasan langsung
dengan perairan laut. Wilayah perairan sulawesi selatan memiliki potensi lahan
budidaya laut sebesar 600.500 Ha dan potensi lahan tambak 150.000 Ha. Potensi
perikanan tangkap sulawesi selatan sebesar 620.480ton per tahun dengan rincian
selat makassar 307.380 ton per tahun , laut flores dengan potensi 168.780 ton per
tahun dan teluk bonedengan potensi 144.320 ton per tahun (Mustaufik,2012)
Pulau barrang Caddi adalah salah satu pulau yang terdapat di Sulawesi
Selatan yang memiliki kontribusi besar dalam ketersediaan ikan di Indonesia.
Masyarakat pulau Barrang caddi sebagian besar memiliki profesi sebagai nelayan
melihat daerah ini dikelilingi oleh lautan, nelayan Pulau Barrang Caddi umumnya
menangkap gurita dengan menggunakan pancing dan sebagian menangkap ikan
dengan menggunakan bubu, beberapa diantaranya menangkap ikan kerapu,
katambak, levis, dan beberapa jenis ikan karang lainnya (Firman,2012).
Jenis usaha perikanan laut di Pulau Barrang Caddi berupa usaha
penangkapan ikan karang hidup dan lobster; dan penangkapan ikan tenggiri dan
cumi-cumi. Dalam pengelolaan usaha perikanan laut, ponggawa menerapkan
beberapa strategi dalam keberlangsungan usaha perikananannya. Strategi pertama
yang dilakukan ponggawa, berupa pengelolaan modal yang diperoleh dari warisan
umurnnya berupa uang, tenaga kerja, teknologi dan jaringan. Strategi kedua,

strategi pengembangan modal usaha yang bergantung pada kemampuan

mengorganisasikan semua modal yang telah dimiliki agar dapat memperoleh
keuntungan yang besar (Tahara, 2006).
Alat tangkap yang dominan di pakai di pulau Barrang Caddi adalah
pancing. Pancing yang digunakan masih sangat tradisional dan sederhana, ini
dapat dilihat dari kontruksinya yang hanya terdiri dari tali pancing dan tali
pelambis sebagai alat untuk menjerat mulut ikan sehingga ikan tertangkap. Alat
tangkap ini diperuntukkan untuk menangkap ikan-ikan pelagis seperti ikan cendro
(Tylosurus crocodilus) yang banyak tersebar di perairan Indonesia
(Wulandari, 2011)
Pulau barrang caddi memiliki potensi sumber daya yang melimpah, namun
hal ini tidak menunjang pendapatan masyarakat. Masyarakat di sana masih berada
dalam kondisi ekonomi dengan pendapatan di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan
oleh kondisi perikanan tangkap di pulau tersebut masih menggunakan alat tangkap
yang tradisional. Sarana dan prasarana yang dapat menunjang peningkatan
ekonomi pun masih sangat kurang.
Berdasarkan pembahasan diatas maka penting untuk dilakukan praktek
lapang evaluasi proyek di Pulau Barang Caddi dengan menggunakan analisis
kriteria investasi yang bertujuan untuk mengetahui suatu proyek perikanan, aspek

studi kelayakan perikanan, jenis finansial studi kelayakan proyek perikanan.
B. Kajian Teori
Aspek- aspek yang dipertimbangkan dalam studi kelayakan investasi ada
beberapa yaitu aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek
manajemen/organisasi, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan
Hasil studi kelayakan dalam aspek hukum dapat berupa informasi mengenai
bentuk jenis perusahaan, identitas pelaksana bisnis, bisnis apa yang akan
dikerjakan, dan tempat yang mempengaruhi peraturan-peraturan yang berlaku
menyangkut investasi yang dilakukan (Fitriani,2010).
Aspek pemasaran dan pasar yaitu hal – hal berhubungan dengan rencana
penjualan produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh proyek dan peramalanperamalan pemasaran dalam strategi marketing. Agar dapat berjalan atau
beroperasi secara baik suatu investasi baik jasa maupun produk harus dapat dijual
(Pasaribu, dkk.2004).
Aspek Teknis/Operasional meliputi tentang input dan output daripada barang
dan jasa yang akan diperlukan dan diproduksi oleh proyek tersebut.
Aspek Manajemen/Organisasi yaitu aspek yang menyangkut kemampuan
sumberdaya manusia pada proyek tersebut untuk menjalankan administrasi
aktivitas dalam ukuran maksimal. Keahlian Manajemen hanya dapat
dievaluasikan secara subyektif, tetapi meskipun demikian dapat diukur dengan
objektif dengan cara kuantitatif sehingga dalam pengambilan keputusan dapat

ditemukan secara rasional sesuai dengn rencana proyek semula. Dalam aspek ini
juga termasuk aspek sumberdaya manusia (SDM) yang diperlukan dalam
merencanakan dan menjalankan investasi. Sedangkan aspek organisasi, obyek
perhatiannya ditujukan kepada hubungan sumberdaya manusia sebagai staf yang
melaksanakan proyek dengan bagian administrasi keproyekan sehingga dapat
diketahui hubungan antara masing-masing wewenang dan tanggung jawab dapat
diketahui dengan pasti.
Aspek Ekonomi sosial sebagai salah satu aspek dari lingkungan luar yang
mempengaruhi keputusan investasi perlu dikaji dalam suatu studi kelayakan

investasi. Hal-hal yang diperhatikan apakah dengan adanya proyek investasi
tersebut dapat membawa dampak secara skala makro terhadap pembangunan
ekonomi baik skala nasional,regional dan kota/kabupaten, oleh karena
penggunaan sumber-sumber ekonomi yang terbatas digunakan.
Aspek Finansial yaitu hal-hal yang menyangkut masalah keuangan yang
diinvestasikan dalam proyek terutama dalam hal rasio antara pengeluaran dengan
revenue earning dari proyek tersebut. Apakah proyek tersebut menjamin dananya
dalam kurun waktu tertentu, apakah proyek akan mampu mengembalikan dana
investasi yang ditanamkan dalam proyek tersebut sehingga secara finansiil dapat
berkesinambungan. Dalam analisa finansial proyek dilihat dari sudut badan atau

orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang berkepentingan langsung
dalam proyek.
Aspek Dampak Lingkungan (AMDAL), lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan hidup yang akan menerima dampak langsung dari kegiatan investasi
yang dilakukan (Fitriani, 2010).
Biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan
untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat
ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi (Tarwono, 2010).
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan, namun biaya per unitnya tetap. Artinya, jika
volume kegiatan diperbesar 2 (dua) kali lipat,maka total biaya juga menjadi 2
(dua) kali lipat dari jumlah semula.
Disisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan
sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.
Contohnya biaya untuk sarana produksi (Simanungkalit, 2011).
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya sampai tingkat kegiatan tertentu
relatif tetap dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan
(Tarwono,2010).
Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap
jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau

sedikit. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya
produksi yang diperoleh. Misalnya sewa tanah atau bangunan, penyusutan
bangunan (Simanungkalit, 2011).
Penyusutan merupakan pengurangan nilai kegunaan aset tetap yang
dibebankan secara bertahap sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Suandy
mendefinisikan ada beberapa metode yang berbeda untuk menghitung besarnya
beban penyusutan. Dalam praktik, kebanyakan perusahaan akan memilih satu
metode penyusutan dan akan menggunakannya untuk seluruh aset yang
dimilikinya. Beberapa metode tersebut yaitu: Berdasarkan kriteria waktu, yaitu:
Metode garis lurus (straight line method) dan metode pembebanan yang menurun
(dipercepat):Metode jumlah angka tahun (sum of the year digit method);Metode
saldo menurun ganda (double declining balance method).Berdasarkan penggunaan
ada dua yaitu metode jam jasa (service hours method) dan metode jumlah unit
produksi (productive output method) (Mardjani, dkk.2015).
Pada metoda garis lurus besarnya dana depresiasi berbanding langsung
dengan umur mesin. Besarnya dana depresiasi adalah sama untuk setiap tahun.
Adapun rumus untuk beban penyusutan sebagai berikut:

Beban penyusutan =


h arga perole h an−nilai sisa
umur ekonomis

Kriteria investasi digunakan untuk menentukan suatu usulan proyek setelah
diadakan evaluasi merupakan suatu go proyek atau no go proyek. Kriteria
investasi dapat dibedakan sebagai berikut:
Net present value adalah suatu teknik capital budgeting, yang dalam
mengukur profitibilitas rencana investasi proyek mempergunakan faktor nilai
waktu uang. Kriteria nilai bersih sekarang (NPV) didasarkan atas dasar konsep
diskonto semua arus kas masuk dan keluar selama umur proyek (investasi) kenilai
sekarang, kemudian dihitung angka bersihnya akan diketahui selisih dengan
memakai dasar yang sama yaitu harga pasar saat ini. Ada dua hal yang harus
diperhatikan yaitu nilai waktu dari uang dan selisih besar arus kas masuk dan
keluar (Pasaribu, dkk.2004).
Nilai bersih sekarang atau net present value (NPV) dari suatu proyek
merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara benefit (manfaat)
dengan cost (biaya) pada Discount rate tertentu. Net Present Value (NPV) yaitu
menunjukkan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost (biaya).
Apabila evaluasi suatu proyek tertentu telah dinyatakan “Go” maka nilai
NPV>0. Nilai NPV =0 berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar

social opportunity cost of capital , dan bila NPV 0, maka proyek suatu usaha menguntungkan
NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak rugi
NPV < 0, maka proyek suatu usaha merugikan(Manopo,2013)
Seringkali diperlukan suatu analisis untuk menjelaskan apakah rencana
proyek cukup menarik apabila dilihat dari segi tingkat pengembalian yang telah
ditentukan. Prosedur yang lazim dipakai adalah mengkaji tingkat pengembalian

internal (internal rate of return-IRR), yaitu tingkat pengembalian yang
menghasilkan NPV arus kas masuk sama dengan NPV arus kas keluar.
Pada metode NPV analisis ditentukan dengan menentukan terlebih dahulu
besar pengembalian (diskonto) (i), kemudia dihitung nilai sekarang bersih (NPV)
dari arus kas masuk dan keluar. Untuk IRR ditentukan nilai NPV=0, kemudian
dicari berapa tingkat pengembalian (diskonto) (i). SOCC (Social Opportunity Cost
of Capital) merupakan discount factor yang biasanya digunakan sebagai acuan
dalam perhitungan IRR, untuk menentukan layak tidaknya gagasan usaha yang
diajukan.
Rumus IRR:
'

NPV −NPV } ( i−i'

IRR=i’ +
)
NPV
¿
Dimana:
i’= tingkat bunga pertama saat NPV positiv(%)
i” = tingkat bunga kedua pada saat NPV negative(%)
Menentukan nilai IRR dengan coba-coba adalah sebagai berikut :
1. Pilih nilai discout rate yang dianggap mendekati nilai IRR yang sebenarnya,
kemudian dihitung nilai NPV dari arus benefit dan cost.
2. Jika menghasilkan nilai positif, berarti pengambilan nilai coba-coba terlalu
rendah, kita coba lagi dengan nilai yang lebih tinggi.
3. Jika nilai NPV negatif, berarti pengambilan nilai coba-coba terlalu tinggi.
4. Pada hasil percobaan pertama untuk discount rate dilambangkan dengan (i’),
sedangkan yang kedua dilambangkan (i”). Untuk NPV yang pertama ditandai
dengan NPV’, yang kedua NPV” dengan demikian kita memperoleh nilai NPV=0.
Menganalisis usulan proyek dengan IRR, memberikan indikasi sebagai berikut:
Jika:
IRR < SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut tidak layak
secara finansial.

IRR = SOCC, hal ini juga berarti bahwa usaha atau proyek tersebut berada
dalam keadaan break even point.
IRR > SOCC, hal ini berarti bahwa usaha atau proyek tersebut layak secara
finansial(Pasaribu, dkk.2004).
Payback periods yaitu jangka waktu pengembalian modal investasi yang
akan dibayarkan melalui keuntungan yang diperoleh proyek. Semakin cepat waktu
pengembalian, semakin baik untuk diusahakan. Akan tetapi payback periods
tersebut akan mengabaikan nilai uang pada saat sekarang (Present value). Untuk
mengukur payback periods dapat menggunakan net benefit kumulatif dan net
benefit rata-rata setiap tahun
I
Payback periods (PP) =
Bt
Dimana:
I = Jumlah Investasi
Bt= net benefit rata-rata pertahun (Pasaribu, dkk.2004).

Net benefit cost rasio adalah perbandingan antara jumlah NPV positif
dengan jumlah NPV negatif. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa besarnya benefit
berapa kali besarnya biaya dan investasi untuk memperoleh suatu manfaat. Net

benefit cost rasio merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat
efisiensi penggunaan biaya. Dalam analisis ini, data yang diutamakan adalah
besarnya manfaat yang didapat (Maulida, 2012).
Contoh perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut:
t=n

∑ C t−Bt (¿ DF )
Net B/C =

t=0
t =n

∑ B t−C t ( DF )
t =0

¿
Dimana:
Bt
= Benefit (manfaat) pada tahun ke-t
Ct
= Cost (biaya) pada tahun ke-t
n
= Jangka waktu umur proyek (tahun)
DF atau i = discount Faktor ( bunga yang berlaku)
Jika: Net B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan
Net B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan
Net B/C = 1 (satu) berarti cash in flows = cash out flows (BEP) atau TR=TC
(Pasaribu,dkk.2004)
Gross B/C adalah rasio antara jumlah Present Value Benefit (PVB) dengan
Present Value Cost (PVC). Adapun perhitungannya sebagai berikut:
t=n
t=n
Bt
Ct
Gross B/C= ∑
/

t
t
t=0 (1+i)
t=0 (1+i)
Gross B/C =

∑ PV (B)
∑ PV (C )

Kriteria:
Gross B/C > 1, proyek layak untuk dilaksanakan
Gross B/C < 1, proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Gross B/C = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP(Pasaribu, dkk.2004).
Profitability Ratio adalah untuk menghitung perbandingan Present Value
(PV) dari Net Benefit di luar Investasi. Profitability Ratio (PR) ialah alat untuk
mengukur kemampuan proyek untuk menghasilkan laba operasional secara relatif
dibandingkan kapital (Dharana, 2010).

Cara perhitungannya sebagai berikut:
PR=

PV Net Benefit
PV Investasi

Jika: PR > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak dikerjakan

PR < 1 (satu) berarti proyek tidak layak dikerjakan
PR = 1 (satu) berarti proyek dalam keadaan BEP (Pasaribu,dkk.2004).
METODOLOGI
Pelaksanaan praktek lapang mata kuliah evaluasi proyek perikanan
dilaksanakan pada tanggal 21-22 November 2015 di Pulau Barrang Caddi,
Kelurahan Barrang Caddi, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar. Metode
dasar studi ini menggunakan metode, Observasi, yaitu pengamatan langsung
terhadap berbagai kegiatan dan keadaan di lokasi yang terkait dengan tujuan
praktek. Wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan komunikasi
secara langsung kepada pihak terkait dan masyarakat yang berkaitan dengan
praktek lapang. Pada penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu, Data
primer adalah data yang diperoleh dari observasi atau wawancara secara langsung
di lapangan, dan pengisian kuisioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari buku atau pustaka lain yang digunakan sebagai pengangan pembelajaran,
serta data yang diperoleh dari data pemerintah tempat kegiatan praktek.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran umum lokasi
Pulau Barrang Caddi merupakan daerah admistratif kecamatan Ujung Tanah
kelurahan Barrang Caddi. Pulau Barrang Caddi memiliki luas sekitar 6 ha. Pulau
ini tergolong sangat padat hampir tidak menyisakan lahan kosong. Di pulau ini
kita dapat melihat aktifitas warga membuat perahu fiber. Di sebelah utara pulau
Barrang Caddi berbatasan dengan pualu Barrang Lompo. Di Pulau Barrang Caddi
terdapat satu SD, SMP dan SMA.
Identitas responden
Responden pertama bernama Ramli, dia berumur 29 tahun. Dia bermata
pencaharian sebagai nelayan. Dia memiliki tanggungan sebanyak 3 orang dan
berpendidikan terakhir yaitu SD. Pendapatannya sebesar 145 ribu rupiah per hari.
Responden kedua bernama Hara, dia berumur 24 tahun. Dia bermata
pencaharian sebagai nelayan. Dia memiliki tanggungan sebanyak 2 orang dan
berpendidikan terakhir yaitu SMP. Pendapatannya sebesar 175 ribu rupiah per
hari.
Analisis Data
a. Biaya Tetap
Adapun rincian biaya tidak tetap dari setiap responden dapat dilihat pada
tabel 3 dan tabel 4 sebagai berikut:
Tabel.1 Rincian Biaya Tetap responden 1
Nama
Perahu
Mesin
Pancing
Pukat
Cool Box

Jumlah
1
1
1
1
2

Harga
Rp.10.000.00
0
Rp.5.000.000
Rp.300.000
Rp.900.000
Rp.25.000

Total
Rp.10.000.000
Rp.5.000.000
Rp.300.000
Rp.900.000
Rp.50.000

Umur
Ekonomis
10
5
2
4
1

Nilai Sisa

Biaya
Penyusutan

Rp.4.000.000
Rp.0
Rp.0
Rp.0
Rp.0

Rp.600.000
Rp.1.000.000
Rp.150.000
Rp.225.000
Rp.50.000

Rp.16.250.000

Rp.2.025.000

Tabel 2 Rincian Biaya Tetap Responden 2
Nama
Perahu
Mesin
Pancing
cool box

Jumlah
1
1
1
1

Harga
Rp.7.000.000
Rp 3.000.000
Rp 300.000
Rp 25.000

Total
Rp 7.000.000
Rp 3.000.000
Rp 300.000
Rp 25.000
Rp 10.325.000

Umur
Ekonomis
5
3
2
1

Nilai Sisa
Rp 2.000.000
Rp 0
Rp 0
Rp 0

Biaya
Penyusutan
Rp 1.000.000
Rp 1.000.000
Rp 150.000
Rp 25.000
Rp 2.175.000

Berdasarkan tabel.1 di atas jumlah investasi yang digunakan oleh bapak
Hara sebesar Rp.16.250.000 sedangkan jumlah investasi awal yang dikeluarkan oleh
bapak Ramli sebesar Rp 10.325.000 . Biaya tetap yang digunakan oleh bapak Hara
dalam usaha penangkapan ikan berupa perahu, mesin, pancing, pukat, dan
coolbox. Adapun biaya tetap yang digunakan oleh bapak Ramli hampir sama
dengan bapak hara, tetapi yang membedakan bapak Ramli menggunakan pukat.
Hal ini sesuai dengan pengertian biaya tetap menurut Tarwono, 2012 yaitu adalah
biaya yang jumlahnya sampai tingkat kegiatan tertentu relatif tetap dan tidak
terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan.
Biaya penyusutan menurut Mardjani, 2015 merupakan pengurangan nilai
kegunaan aset tetap yang dibebankan secara bertahap sepanjang masa manfaat
yang diestimasi. Biaya penyusutan setiap alat yang digunakan berbeda-beda
setiap tahun. Berdasarkan tabel 1 Biaya penyusutan peralatan penangkapan yang
digunakan bapak Hara yaitu perahu sebesar Rp.600.000 per tahun, mesin sebesar
Rp.1.000.000 per tahun, pancing sebesar Rp.150.000, pukat sebesar Rp.225.000 dan
biaya penyusutan cool box sebesar Rp.50.000 per tahun. Sedangkan biaya penyusutan
peralatan penangkapan ikan yang digunakan bapak Ramli yaitu perahu Rp.1.000.000 per
tahun, mesin sebesar Rp.1.000.000 dan pancing sebesar Rp. 150.000 per tahun serta cool
box sebesar Rp. 25.000 per tahun. Adapun penjabaran dari nilai penyusutan tabel 1 dan
tabel 2 dapat di lihat di lampiran 1.

b. Biaya tidak Tetap (Biaya Variabel)
Adapun rincian biaya tidak tetap dari setiap responden dapat dilihat pada
tabel 3 dan tabel 4 sebagai berikut:
Tabel.3 Rincian Biaya Tidak Tetap responden 1
Nama

Jumlah

Harga

Total

Bensin

10

Rp.9.000

Rp.90.000

Komsumsi

1

Rp.30.000

Rp.30.000

Es Balok
Umpan

5
60

Rp.5.000
Rp.0

Rp.25.000
Rp.0

Jumlah Pemakaian (1XProduksi)
Hari
Bulan
Tahun
Rp.90.00
0
Rp.2.340.000 Rp.28.080.000
Rp.30.00
0
Rp.780.000
Rp.9.360.000
Rp.25.00
0
Rp.650.000
Rp.7.800.000
Rp.0
Rp.0
Rp.0
Rp.45.240.000

Tabel 4. Rincian Biaya Tidak Tetap responden 2
Nama

Jumlah

Bensin
Komsums
i
Es Balok
Umpan

10

Rp. 9000

Rp. 90.000

Jumlah Pemakaian(1XProduksi)
Hari
Bulan
Tahun
Rp. 90.000
Rp. 2.340.000 Rp. 28.080.000

1
3
50

Rp. 25000
Rp. 5000
Rp. 0

Rp. 25.000
Rp. 15.000
Rp. 0

Rp. 25.000
Rp. 15.000
Rp. 0

Harga

Total

Rp. 650.000
Rp. 390.000

Rp. 7.800.000
Rp. 4.680.000
Rp.0
Rp. 40.560.000

Menurut Simanungkalit, 2011, Biaya variabel
adalah biaya yang
jumlahnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan, namun
biaya per unitnya tetap. Berdasarkan tabel 3 di atas biaya yang dikeluarkan oleh
bapak Hara setiap operasi penangkapan yaitu biaya bensin, komsumsi dan es
balok. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bensin per tahun yaitu Rp
28.080.000, biaya komsumsi sebesar Rp.9.360.000 per tahun sedangkan biaya
untuk membeli es balok yaitu Rp.7.800.000. sedangkan biaya variabel yang
dikeluarkan oleh bapak Ramli setiap operasi penangkapan berdasarkan tabel 4
yaitu bensin sebesar Rp. 28.080.000, komsumsi sebesar Rp. 7.800.000 serta es balok
sebesar Rp. 4.680.000.
c. Total cost
Adapun Rincian dari total cost dari setiap responden dapat dilihat di tabel 3 dan
tabel 5 dan tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 5. Total Cost responden 1
TFC
Rp. 2.025.000
Rp. 2.025.000
Rp. 2.025.000
Rp. 2.025.000
Rp. 2.025.000

TVC
Rp. 45.240.000
Rp. 45.240.000
Rp. 45.240.000
Rp. 45.240.000
Rp. 45.240.000

Tabel 6. Total Cost responden 2
TFC
Rp. 2.175.000
Rp. 2.175.000
Rp. 2.175.000
Rp. 2.175.000
Rp. 2.175.000

TVC
Rp. 40.560.000
Rp. 40.560.000
Rp. 40.560.000
Rp. 40.560.000
Rp. 40.560.000

Berdasarkan tabel 5 di atas total biaya tetap yang dikeluarkan oleh bapak
hara dalam usaha penangkapan ikan sebesar Rp. 2.025.000 per tahun dalam 5
tahun sedangkan total biaya variabel (biaya tetap) sebesar Rp 40.560.000.
sedangkan total biaya tetap berdasarkan tabel 6 yang dikeluarkan oleh bapak
Ramli sebesar Rp.2.175.000 sedangkan total biaya variabel (biaya tetap) sebesar Rp
40.560.000.

d. Benefit

Adapun benefit yang diperoleh setiap responden dapat dilihat pada tabel 7
dan tabel 8.
Tabel 7. Benefit responden 1
TC
Rp.47.265.000
Rp.47.265.000
Rp.47.265.000
Rp.47.265.000
Rp.47.265.000

TR
Rp.50.400.000
Rp.52.920.000
Rp.55.566.000
Rp.58.344.300
Rp.61.261.515

BENEFIT
Rp.3.135.000
Rp.5.655.000
Rp.8.301.000
Rp.11.079.300
Rp.13.996.515

Tabel 8. Benefit responden 2
TC

TR

BENEFIT

Rp. 42.735.000
Rp.42.735.000
Rp 42.735.000
Rp 42.735.000
Rp 42.735.000

Rp 45.240.000
Rp 47.502.000
Rp 49.877.100
Rp 52.370.955
Rp 54.989.503

Rp 2.505.000
Rp 4.767.000
Rp 7.142.100
Rp 9.635.955
Rp 12.254.503

Berdasarkan tabel 7 diatas total semua biaya yang dikeluarkan oleh bapak Hara
dalam usaha penangkapan ikan sebesar Rp.47.265.000 serta total penerimaan
yang diperoleh dalam tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut sebesar
Rp.50.400.000, Rp.52.920.000, Rp.55.566.000, Rp.58.344.300, dan Rp.61.261.51
5. Sedangkan benefit yang diterima dalam 5 tahun yaitu tahun pertama sebesar
Rp.3.135.000, tahun kedua sebesar Rp.5.655.000, tahun ketiga sebesar
Rp.8.301.000 dan tahun keempat sebesar Rp.11.079.300 serta tahun kelima
sebesar Rp.13.996.515. Adapun total biaya yang dikeluarkan oleh bapak Ramli
berdasarkan tabel 8 yaitu42.735.000. 000 serta total penerimaan yang diperoleh
dalam tahun pertama sampai tahun kelima berurutan sebesar Rp 45.240.000,
Rp.47.502.000, Rp 49.877.100, Rp 52.370.955, dan Rp 54.989.503. Sedangkan
benefit yang diterima dalam 5 tahun yaitu tahun pertama sebesar Rp 2.505.000,
tahun kedua sebesar Rp 4.767.000, tahun ketiga sebesar Rp 7.142.100 dan tahun
keempat sebesar Rp 9.635.955 serta tahun kelima sebesar Rp 12.254.503.
e. Net Present Value

Tabel 9. NPV DF 10% Responden 1
Tahun
0
1
2
3
4
5
NPV

Cost
Rp. 16.250.000
Rp. 47.265.000
Rp. 47.265.000
Rp. 47.265.000
Rp. 47.265.000
Rp. 47.265.000

Benefit
Rp. 0
Rp. 50.400.000
Rp. 52.920.000
Rp. 55.566.000
Rp. 58.344.300
Rp. 61.261.515

Tabel 10. NPV DF 10% Responden 2

Net Benefit
Rp. - 16.250.000
Rp. 3.135.000
Rp. 5.655.000
Rp. 8.301.000
Rp. 11.079.300
Rp. 13.996.515

DF(10%)
1
0,909
0,826
0,751
0,683
0,621

PV
-16250000
2850000
4673553,72
6236664,16
7567310,98
8690734,61
13768263,5

Tahun
0
1
2
3
4
5

Cost
Rp 10.325.000
Rp 42.735.000
Rp 42.735.000
Rp 42.735.000
Rp 42.735.000
Rp 42.735.000

Benefit
Rp.0
Rp 45.240.000
Rp 47.502.000
Rp 49.877.100
Rp 52.370.955
Rp 54.989.503

Net Benefit
-10.325.000
2.505.000
4.767.000
7.142.100
9.635.955
12.254.503

DF(10%)
1
0,909
0,826
0,751
0,683
0,621

NPV

PV
-10325000
2277272,7
3939669,4
5365965,4
6581486,9
7609082,1
15448477

Tabel 11. NPV dengan DF 50 % responden 1
Tahun
0
1
2
3
4
5
NPV

Cost
Rp 16.250.000
Rp 47.265.000
Rp 47.265.000
Rp 47.265.000
Rp 47.265.000
47.265.001

Benefit
Rp 0
Rp 50.400.000
Rp 52.920.000
Rp 55.566.000
Rp 58.344.300
61.261.515

Net Benefit
Rp -16.250.000
Rp 3.135.000
Rp 5.655.000
Rp 8.301.000
Rp 11.079.300
Rp 13.996.514

DF
(50%)
1
0,667
0,444
0,296
0,198
0,132

PV
Rp -16250000
Rp 2090000
Rp 2513333,33
Rp 2459555,56
Rp 2188503,7
Rp 1843162,35
Rp -5155445,06

Tabel 12. NPV dengan DF 50%
Tahun
0
1
2
3
4
5
NPV

Cost
Rp 10.325.000
Rp 42.735.000
Rp 42.735.000
Rp 42.735.000
Rp 42.735.000
Rp 42.735.000

Benefit
Rp 0
Rp 45.240.000
Rp 47.502.000
Rp 49.877.100
Rp 52.370.955
Rp 54.989.503

Net Benefit
Rp -10.325.000
Rp 2.505.000
Rp 4.767.000
Rp 7.142.100
Rp 9.635.955
Rp 12.254.503

DF
(50%)
1
0,667
0,444
0,296
0,198
0,132

NPV(50%)
Rp -10325000
Rp 1670000
Rp 2118666,7
Rp 2116177,8
Rp 1903398,5
Rp 1613761,7
Rp -902995,4

Net present value adalah suatu teknik capital budgeting, yang dalam
mengukur profitibilitas rencana investasi proyek mempergunakan faktor nilai
waktu uang. Berdasarkan tabel 9 di atas dengan menggunakan DF 10%
didapatkan nilai NPV usaha penangkapan ikan bapak Hara sebesar 13768263,5
menunjukkan NPV >0 sehingga proyek menguntungkan atau layak untuk
dilanjutkan. Sedangkan berdasarkan tabel 10 di atas dengan menggunakan DF
10% diperoleh nilai NPV usaha penangkapan bapak Ramli sebesar 15448477
menunjukkan NPV>0 sehingga proyek menguntungkan atau layak untuk
dilanjutkan.
Berdasarkan tabel 11 di atas, pada saat DF 50% usaha penangkapan bapak
Hara menghasilkan NPV sebesar Rp -5155445,06, menunjukkan NPV tingkat suku
bunga yang berlaku.
g. Net B/C
Net benefit cost rasio adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan
jumlah NPV negatif. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa besarnya benefit berapa
kali besarnya biaya dan investasi untuk memperoleh suatu manfaat.
Tabel 13. Net Benefit Cost Ratio Responden 1
Tahun
0
1
2
3
4

Cost
16.250.000
47.265.000
47.265.000
47.265.000
47.265.000

Benefit
0
50.400.000
52.920.000
55.566.000
58.344.300

Net Benefit
-16.250.000
3.135.000
5.655.000
8.301.000
11.079.300

DF(10%)
1
0,909
0,826
0,751
0,683

PV
-16250000
2850000
4673553,72
6236664,16
7567310,98

PV
16.250.000
-3.135.000
-5.655.000
-8.301.000
-11.079.300

16250000
-2850000
-4673553,719
-6236664,162
-7567310,976

5

47.265.001

61.261.515

13.996.514

0,621

NPV

8690733,99
13768262,8

-13.996.514

-8690733,991
-13768262,85

t=n

∑ C t−Bt (¿ DF )
t=0
t =n

Net B/C =

∑ B t−C t ( DF )
t =0

¿
13768262,8
Net B/C =
−13768262,85
= -1
Tabel 14. Net Benefit Cost Ratio Responden 2
Tahun
0
1
2
3
4
5
NPV

Cost
10.325.000
42.735.000
42.735.000
42.735.000
42.735.000
42.735.000

Benefit
0
45.240.000
47.502.000
49.877.100
52.370.955
54.989.503

Net Benefit
-10.325.000
2.505.000
4.767.000
7.142.100
9.635.955
12.254.503

DF(10%)
1
0,909
0,826
0,751
0,683
0,621

PV
-10325000
2277272,7
3939669,4
5365965,4
6581486,9
7609082,1
15448477

10.325.000
-2.505.000
-4.767.000
-7.142.100
-9.635.955
-12.254.503

PV
10325000
-2277273
-3939669
-5365965
-6581487
-7609082
-15448477

t=n

∑ C t−Bt (¿ DF )
Net B/C =

t=0
t =n

∑ B t−C t ( DF )
t =0

¿
13768262,8
Net B/C =
−13768262,85
= -1
Net benefit cost rasio adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan
jumlah NPV negatif. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa besarnya benefit berapa
kali besarnya biaya dan investasi untuk memperoleh suatu manfaat.
Berdasarkan hasil perhitungan Net B/C diperoleh Hasil sebesar -1 untuk
usaha penangkapan ikan bapak Hara maupun bapak Ramli, menunjukkan Net
B/C1 hal ini
berarti bahwa proyek layak dilanjutkan. Sedangkan berdasarkan tabel 16 di atas
sehingga diperoleh nilai Gross B/C sebesar 0,154, menunjukkan Gross B/C 1 sehingga dapat disimpulkan
bahwa proyek layak dilanjutkan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada usaha penangkapan di Pulau
Barrang Caddi, Kelurahan Barrang Caddi, Kec. Ujung Tanah dapat disimpulkan
bahwa :
1. Biaya-biaya yang digunakan nelayan dalam melakukan penangkapan
adalah biaya variable (VC) dan biaya tetap (TC).

2. Pada usaha penangkapan bapak Hara dapat berdasarkan hasil NPV sebesar
13768263,5 >1 dan IRR 39,10% > dari tingkat bunga bank serta Gross B/C
sebesar 1.090 >0 sehingga dapat disimpulkan proyek layak dilanjutkan.
Sedangkan nilai Net B/C sebesar -11 dan IRR 47,79% > dari tingkat bunga bank serta Profitability
Ratio sebesar 1,496 >1 sehingga dapat disimpulkan proyek layak dilanjutkan.
Sedangkan nilai Net B/C sebesar -1 1 serta Gross B/C sebesar 0,154 < 1 berarti proyek dinyatakan tidak layak.

DAFTAR PUSTAKA
Dharana.2010. Tinjauan Pustaka Evalusi Proyek. http://ejournal.uajy.ac.id/3126/3/
2EP16165.pdf. diakses pada tanggal 18 November 2015.
Firman, Karina Arfany Arfah. 2012. Analisis Pangsa Pasar Ikan Kerapu Di Pulau
Bonetambu Kecamatan Ujung Tanah Kelurahan Barrang Caddi Kota
Makassar.Universitas Hasanuddin : Makassar.

Fitriani, Heni. 2010. Analisa Kelayakan Finansial Pasar Tradisional Modern
Plaju Palembang.Jurnal Rekayasa Sriwijaya no. 1 vol. 19, maret 2010.
Manopo. 2013. Analisis Biaya Investasi pada Perumahan Griya Paniki Indah.
Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.5, April 2013.http://download.portalgaruda.org/
article.php?article=14244&val=957. Diakses pada tanggal 16 november.
Mardjani. 2015. Perhitungan Penyusutan Aset Tetap. Jurnal Emba. 1024. Vol.3
No.1 Maret 2015, Hal. 1024-1033. download.portalgaruda.org/article.php.
diakses pada tanggal 18 November 2015.
Mustaufik, a.n. 2012 analisis pangsa pasar ikan kerapu (Epinephelus sp.) kering di
pulau bonetambu ujung tanah kelurahan barrang caddi kota makassar
Pasaribu, A.M.,Yusuf,D, Amiluddin. 2004. Perencanaan dan Evaluasi Proyek
Perikanan. Hasanuddin University. Kampus Unhas Tamalanrea.
Sari, 2010. Evaluasi Proyek.http://repository.usu.ac.id/bitstream/2/4/ChapterI.pdf.
Diakses pada tanggal 12 november 2015.
Simanungkalit. 2011. Tinjauan Pustaka Biaya Produksi. http://repository.usu.ac.id/
bitstream//ChapterII.pdf. diakses pada tanggal 18 November 2015.
Sriastuti,dkk. 2013. Analisis kelayakan Finansial Pengoperasian Angkutan Antar
Jemput Siswa Sekolah Pada Koridor Jalan Gunung Agung Denpasar. Jurnal
Spektran Vol. 1, No. 1, Januari 2013.
Tahara. 2006. Pengembangan Strategi Pengelolaan Usaha Perikanan Laut
Nelayan Tradisional Di Pesisir Dan Pulau-pulau Provinsi Sulawesi Selatan.
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/53459.
diakses pada tanggal 12 November 2015.
Tarwono. 2010. Jenis-Jenis Biaya. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.
Diakses pada tanggal 12 november 2015.
Wulandari. 2011. aspek teknis dan finansial Pancing Tonda yang dioperasikan di
perairan pulau Barrang Caddi Sulawesi Selatan..https://www.google.co.id/ur
l.repository.unhas.ac.id.Fhandle/Pendahuluan.docx
Lampiran 1
Adapun hasil penjabaran dari tabel 1 biaya penyusutan pada adalah sebagai
berikut:
Biaya penyusutan =
Perahu:

hargabeli−nilai sisa
umur ekonomis

Rp .10 .000.000−Rp.4 .000.000
10

= Rp.600.000

Mesin :

Rp .5 .000.000−Rp.0
5

= Rp.1.000.000

Pancing:

Rp .3 00.000−Rp .0
2

=Rp.150.000

Pukat :
Cool Box:

Rp .9 00.000−Rp .0
4
Rp .50 .000−Rp .0
1

=Rp.225.000
= Rp.50.000

Adapun hasil penjabaran dari tabel 2 biaya penyusutan adalah sebagai
berikut:
Perahu:

Rp .7 . 000.000−Rp .2.000 .000
5

Mesin :

Rp .3 .000.000−Rp.0
3

= Rp.1.000.000

Pancing:

Rp .3 00.000−Rp .0
2

=Rp.150.000

Cool Box:

Rp .25 .000−Rp .0
1

= Rp.1000.000

= Rp.25.000

Lampiran 2.
Adapun hasil penjabaran dari tabel 9 NPV pada diskon faktor DF 10%pada
tabel adalah sebagai berikut:
PV = NET BENEFIT X DF 10%

PV0 = Rp. - 16.250.000 x 1 = -16250000
PV1 = Rp. 3.135.000x 0,909 = 2850000
PV2 = Rp. 5.655.000x 0,826 =4673553,72
PV3 = Rp. 8.301.000x 0,751 = 6236664,16
PV4 = Rp. 11.079.300x 0,683=7567310,98
PV5 = Rp. 8.301.000x 0,621 = 8690734,61
NPV = ∑ P V = (-16250000)+ 2850000 + 4673553,72 + 6236664,16 +
7567310,98 + 8690734,61 = 13768263,5
Adapun hasil penjabaran dari tabel 10 NPV pada diskon faktor DF 10%pada
tabel adalah sebagai berikut:
PV = NET BENEFIT X DF 10%
PV0 = -10.325.000x 1
= -10325000
PV1 = 2.505.000x 0,909 = 2277272,7
PV2 = 4.767.000x 0,826 =3939669,4
PV3 = 7.142.100x 0,751 = 5365965,4
PV4 = 9.635.955x 0,683 =6581486,9
PV5 = 12.254.503x 0,621 = 7609082,1
NPV = ∑ P V = (-10325000)+ 2277272,7+ 3939669,4+ 5365965,+
6581486,9+ 7609082,1= 15448477
Adapun hasil penjabaran dari tabel 11 NPV pada diskon faktor DF 50%pada
tabel adalah sebagai berikut:
PV = NET BENEFIT X DF 50%
PV0 = Rp -16.250.000 X 1
= Rp -16250000
PV1 = Rp 3.135.000 X 0,667= Rp 2090000
PV2 = Rp 5.655.000 X 0,444= Rp 2513333,33
PV3 = Rp 8.301.000 X 0,296= Rp 2459555,56
PV4 = Rp 11.079.300 X 0,198= Rp 2188503,7
PV5 = Rp 13.996.514 X 0,132= Rp 1843162,35
NPV = ∑ P V = (Rp -16250000)+ Rp 2090000+ Rp 2513333,33+ Rp
2459555,56 +2188503,7+ Rp 1843162,35= Rp -5155445,067

Adapun hasil penjabaran dari tabel 11 NPV pada diskon faktor DF 50%pada
tabel adalah sebagai berikut:
PV = NET BENEFIT X DF 50%
PV0 = Rp -10.325.000X 1
= Rp -10.325.000

PV1 = Rp 2.505.000X 0,667= Rp 1670000
PV2 = Rp 4.767.000X 0,444= Rp 2118666,7
PV3 = Rp 7.142.100X 0,296= Rp 2116177,8
PV4 = Rp 9.635.955X 0,198= Rp 1903398,5
PV5 = Rp 12.254.503X 0,132= Rp 1613761,7
NPV = ∑ P V = (Rp -10.325.000)+ Rp 1670000+ Rp 2118666,7+ Rp
2116177,8+ Rp 1903398,5+ Rp 1613761,7= Rp -902995,4

EVALUASI PROYEK PERIKANAN
LAPORAN PRAKTEK LAPANG

OLEH:
NAMA

: JUSMAWATI

NIM

: L241 13 305

KELOMPOK

: II (DUA)

ASISTEN

: GILANG TALHA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015