Makalah Tradisi Tepung Tawar Masyarakat

http://irawidyastuti94.blogspot.co.id/2014/05/tradisi-tepung-tawar-masyarakatmelayu_9.html

Makalah Tradisi Tepung Tawar Masyarakat Melayu
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan
memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering
kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia
merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan
budaya. Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor
utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan
kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah
akan sangat berpengaruh terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya
kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat
berpengaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.Kebudayaan
merupakan suatu kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri
khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau
daerah.Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah,

maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari
setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus
dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa seperti Tradisi Tepung Tawar
oleh Masyarakat Melayu.

B.

Rumusan Masalah

1.

Apa yang dimaksud tradisi tepung tawar ?

2.

Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar badan ?

3.

Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar mayit ?


4.

Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar peralatan ?

5.

Bagaimana pelaksanaan tradisi tepung tawar rumah ?

6.

Apa manfaat dilestarikannya tradisi tepung tawar ?

c.

Tujuan

1.

Mengetahui tradisi tepung tawar.


2.

Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar badan.

3.

Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar mayit.

4.

Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar peralatan.

5.

Mengetahui pelaksanaan tradisi tepung tawar rumah.

6.

Mengetahui manfaat


dilestarikannya

tradisi

tepung

tawar.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tradisi Tepung Tawar
Tepung tawar adalah salah satu prosesi dalam acara adat Melayu, yang biasanya
dilakukan pada acara pernikahan, sunatan, menabalkan nama, menyambut jemaah haji,
syukuran, menyambut tamu agung, dan lainnya. Nama tepung tawar ini sendiri diambil dari
salah satu bahan yang ikut dalam ramuan tepung tawar itu, yakni berupa tepung beras yang
dicahar dengan air. Upacara adat Tepung Tawar kini telah menjadi sebuah keharusan, menjadi
sebuah trend dijaman moderns ini, tentunya kita melirik kembali tentang keberadaan upacara
tradisi Tepung tawar ini yang pada jaman dahulu seperti menjadi sebuah keharusan bagi
masyarakat yang melaksanakan sebuah upacara-upacara baik upacara di dalam kehidupan

rumah tangga maupun upacara bagi masyarakat pada umumnya. Upacara tradisi Tepung Tawar
pada masyarakat Melayu yang dikenal pada umumnya ada empat jenis yakni Tepung Tawar
Badan, Tepung Tawar Mayit, Tepung Tawar Peralatan serta Tepung tawar Rumah. Dari empat
jenis Tepung Tawar tersebut masing-masing mempunyai perbedaan baik yang menyangkut
peralatan maupun bahan-bahan yang dipergunakan.

B.

Tepung Tawar Badan
Tepung Tawar Badan komposisinya terdiri dari, tepung beras, beras
kuning, berteh daun juang-juang, daun gandarusa ,daun pacar, serta miyak bau
(miyak Bugis). Miyak bau nantinya diolesi pada bagian tubuh tertentu dan bagi
kaum wanita cukup dengan syarat tidak perlu menyentuh bagian tubuh (pusar).
Tradisi tepung tawar badan diperuntukan bagi anak kecil yang melaksanakan
gunting rambut atau naik ayun (naik tojang), melaksanakan pernikahan, dan
yang akan dihitan bagi laki-laki dan peremtuan. Objek yang akan diberikan
menurut tata cara yang berlaku, serta dilampas dengan memakai daun juangjuang maupun daun ribu-ribu yang telah di celupkan pada seperangkat peralatan
tepung tawar. Adapun bagian-bagian yang dikenakan secara berurutan pada
kening, bahu kanan,bahu kiri, tangan kanan, tangan kiri, kaki kanan, serta kaki
kiri sementara paduan berteh dihamburkan pada kiri dan kanan tersebut. Ritual

tepung tawar tidak bisa dikerjakan sermbarangan karena menggunakan lafaz

khusus yang tidak bisa diungkapkan disini, perlu diterima terlebih dahulu pada
ahlinya.
Upacara Tepung Tawar bagi anak bayi juga dilakukan dengan upacara
ritual dengan segala persiapan yang disediakan bagi ahli keluarga yang
mempunyai hajatan. Peralatan yang perlu dipersiapkan dan dengan lengkap
harus sudah ada jika acara dimulai. Adapun perlengkapan alat-alat tersebut
antara lain; Beras yang ditumbuk dicampur dengan daun pandan dan kunyit
dibuat tepung.Daun-daun yang diperlukan untuk alat tepung tawar ialah daun
kelapa yang dibuat seperti bunga tapak bebek diberi bertangkai disebut
pentawar, dengan jumlah dua buah. Kemudian daun-daun yang disusun dengan
jumlah lebih kurang dan puluh jenis diikat kemudian dipotong ujung pangkalnya
sehingga rata permukaannya disebut tetungkal dengan jumlah tiga buah.Nyiru
kecil yang terbuat dari anyaman kulit bamboo atau disebut juga layau digunakan
untuk mengipas-ngipas badan disebut tudung bakul. Besi, kayu arus, bekas kayu
baker diikat dengan tali disebut mereka pengkeras. Benang diikat yang
diputarkan diatas kepala menurut mereka mudah-mudahan keluarga itu dapat
diikat hatinya menjadi suatu ikatan yang kuat dan kokoh tak ubahnya seperti
benang itu.Tepung yang sudah ditumbuk dan diaduk di dalam tabung bamboo

yang berukuran garis tengahnya lebih kurang dua puluh senti meter, dan
setingginya delapan belas sentimeter yang terbuat dari bamboo Betung gunanya
untuk menyimpan tepung yang sudah diaduk, tabung bambu ini disebut tudung
telak. Beras dimasukan ke dalam gantang, sirih,pinang, tembakau,gambir,
kapur,uang logam secukupnya disebut pengkeras. Beras yang dicelup dengan
kunyit disebut beras kuning atau beras kunyit. Anggota yang melaksanakannya
tiga orang untuk tetungkalnya dan dua orang untuk melaksanakan pentawarnya,
dengan jumlah lima orang.
Cara melaksanakan tepung tawar ini setelah tepung diaduk, tetungkal dan
penawar yang terbuat dari daun-daun dan daun kelapa itu dicelupkan pada
tepung kemudian dicapkan pada kening, tangan kiri dan kanan, pusat, kaki kiri
dan kanan dengan membaca selawat nabi atau doa untuk memohon
keselamatan. Setelah selesai upacara Tepung tawar maka dilanjutkan dengan
acara selanjutnya yaitu menggunting rambut bayi. Undangan yang hadir pada
kegiatan tersebut adalah family dan tetangga yang terdekat.
C. Tepung Tawar Mayit
Tepung tawar bisa juga dilakukan bagi keluarga yang meninggal setelah
tiga hari dimakamkan, umumnya dilakukan sebagai pembersih peralatan yang
dipakai mandi mayit, peralatan yang disimpan diluar rumah di tepung tawar
yang disebut dengan acara Pesulli (pembersihan peralatan mayit). Peralatan di

dalam kehidupan seperti kendaraan sepeda motor, mobil, sampan,umumnya
kendaraan ini dipasang pada saat baru dipakai dan ketika mengalami musibah.
Tujuannya untuk meminta keselamatan dengan kenyakinan bahwa masih ada

kekuatan gaib yang mempengaruhi di dalam kehidupan dan tetap memohon
keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Tepung tawar mayit dengan tepung tawar yang lain tidak jauh berbeda
hanya minyak bau yang tidak dipakai dan diganti dengan telur ayam yang
diletakan pada tong tempat air memandikan mayit. Tujuan dari upacara tepung
tawar mayit yang dikenal dengan Pesilli agar ahli keluarga yang ditinggalkan
senantiasa sabar menerima cobaan dari Allah. Dapat terhindar dari musibah
dengan memohon agar dijauhkan dari segala musibah yang datang dengan
mohon keselamatan, tidak hanya manusia dan juga peralatan yang telah dipakai
dengan wujud terimakasih telah dipergunakan sebagai peralatan mandi.
Pada pelaksanaan ritual tepung tawar mayit peralatan yang dipakai
dilampas dengan daun ribu-ribu serta peralatan yang lainnya. Peralatan yang
sudah bersih baru boleh dibawa masuk kedalam rumah yang sebelumnya di
simpan diluar rumah. Telur yang disimpan pada tong dibuang segera dan tempat
pemandian mayit ditaburi dengan abu dapur sebagai ungkapan bahwa di dalam
kehidupan semua pasti mati dan yang telah terjadi menjadi pasrah laksana abu

yang kembali ketempat asalnya.
D. Tepung Tawar Peralatan
Upacara ritual tepung tawar peralatan sama seperti tepung tawar yang
lainnya, hanya tidak menggunakan miyak bau. Biasanya yang ditepung tawar ini
adalah kendara yang baru maupun kendaran yang telah mendapat musibah
seperti setelah kecelakaan atau kendaraan hilang ditemukan kembali.
Kepercayaan masyarakat dengan menepung tawar kendaraan bahwa ,
kendaraan yang dipergunakan bisa membawa keselamatan dan juga bisa
mendatangkan musibah, karena kendaraan tersebut mempergunakan bahanbahan yang terbuat dari besi, hal ini disebut tua besi, bahwa besi bisa membawa
tuah keberuntungan dan juga bisa membawa kerugian. Kepercayaan ini masih
melekat dimasyarakt pada umumnya bahwa besi tersebut mengandung
kekuatan gaib ( ada penunggunya mahluk halus yang sering mengikuti besi).
Sehingga kepercayaan ini tidak terlepas dari memohon agar kekuatan yang ada
tersebut dapat menjadi sebuah kekuatan positip dapat mempengaruhi jiwa
pemakainya. Dan meminta ijin agar selalu di dalam keselamatan. Jika ini tidak
dilakukan dengan tepung tawar sebagian kepercayaan masyarakat akan
mempengaruhi jiwa, kendaraan bisa menabrak atau ditabrak dan bahkan bisa
hilang dicuri yang biasa diungkapkan dengan kata-kata “Sueh”. Lafaz doa yang
disebutkan tidak bisa sembarangan melalui tata cara tertentu.
E.


Tepung Tawar Rumah
tersebut. Pada akhir dari acara Tepung Tawar senantiasa dipanjatkan doa
selamat oleh tokoh dan tua-tua kampung. Bila ada keluarga yang menempati
rumah baru (pindah rumah) maka di lakukan pula acara Tepung Tawar. Maksud

dan fungsi mengadakan acara Tepung Tawar ini adalah untuk memohon
keselamatan dan terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan, yang tentunya di
tunjukkan krpada Allah Swt. Yang menciptakan manusia dan alam raya. Inilah
barang kali tujuan pokok, disamping adanya tujuan lain yang tersirat dari
upacara Tepung Tawar
F.

Manfaat Dilestarikannya Tradisi Tepung Tawar
Teori Interaksionisme simbolik sebagaimana dikemukakan oleh Veeger
(1993:36, dalam Natsir) adalah mengambarkan masyarakat bukanlah dengan
memakai konsep-konsep seperti sistem,struktur sosial, posisi status, peranan
sosial, pelapisan sosial, struktur institusional, pola budaya, norma-norma dan
nilai-nilai sosial, melainkan dengan memakai istilah “aksi”. Seperti peranan
upacara adat yang tergambar akan menjadi sebuah daya rekat masyarakat,

sehingga upacara tersebut semakin sering dilakukan akan semakin dapat
mempererat yang sangat berkaitan satu dengan lainnya, sehingga menjadi
sebuah kebutuhan dan adanya saling ketergantungan dan keseimbangan di
dalam kehidupan bersama.
Perlunya dilestarikan nilai-nilai ritual upacara adat, karena di dalam
upacara tersebut syarat dengan nilai-nilai di dalam kehidupan terutama kearifan
local, bahwa manusia tidak terlepas dari kehilapan dan kesalahan, selalu
memohon ampun dan petunjuk kepada Allah SWT, dengan terus melaksanakan
kewajiban di dalam kehidupan di dunia, saling gotong royong, menghormati
yang tua, menghargai lingkungan baik benda-benda yang bergerak maupun
benda yang tidak bergerak bahwa barang-barang tersebut mempunyai manfaat
bagi kehidupan dan itu adalah bagian dari makluk Allah SWT yang tidak bisa
disembarangkan dan juga air dan lingkungan agar selalu dijaga kebersihannya
yang digambarkan dengan air tepung tawar yang dimaksudkan agar jagan saling
curiga dan berprasangka buruk dengan yang lain dan mempunyai hati yang
bersih. Selalu mempererat tali siratul rahmi dengan saudara-saudara yang ada
disekitar kita terjaganya rasa solidaritas sesama di dalam kehidupan yang
beragam, sehingga tercapai keingin bersama hidup di dalam keteraman
terhindar dari mala petaka dan di jauhi bencana demi terwujudnya cita-cita
semua manusia di muka bumi ini.
BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan
Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat sekali.
Kedua-duanya tidak mungkin dipisahkan. Ada manusia ada kebudayaan, tidak
akan ada kebudayaan jika tidak ada pendukungnya, yaitu manusia. Akan tetapi
manusia itu hidupnya tidak berapa lama, ia lalu mati. Maka untuk

melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang, bahkan
harus lebih dari satu turunan. Jadi harus diteruskan kepada anak cucu keturunan
selanjutnya.
B.

Saran
Budaya daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan nasional,
maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah akan sangat
mempengaruhi budaya nasional. Atas dasar itulah, kita semua mempunyai
kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan budaya baik budaya
lokal atau budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya merupakan
bagian dari kepribadian bangsa.

DAFTAR PUSTAKA
http://prasetyorp.wordpress.com/2013/05/06/ kebudayaan-masyarakat-melayudi-pontianak-prasetyo-ryan-priambodo1ia0255412694fakultas-teknologi/
http://ace-informasibudaya.blogspot.com/2011/02/a dat-tepung-tawar-melayusambas.html
http://sosbud.kompasiana.com/2013/05/19/ makna-tepung-tawar-dalam-adatmelayu-557501.html

http://fajrinborneo.blogspot.com/2011/03/ eksistensi-upacara-tepung-tawardalam.html