Makalah Pendidikan Pancasila ( 1 )

Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila

Disusun Oleh :
Anita Puspitasari
3335150075
Program Studi Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Cilegon
2015
KATA PENGANTAR

i

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah transformer dalam
mata kuliah alat ukur. Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah
satu tugas pada mata kuliah Pendidikan Pancasila. Makalah


ini berjudul

Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.
Dalam penyusunan makalah ini penulis telah banyak menerima bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dalam penulisan laporan
makalah mata kuliah alat ukur ini. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah pendidikan pancasila yang didalamnya akan di bahas tentang
pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu yang ada sekarang.
penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Dengan kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran untuk
bisa dijadikan pegangan dalam menghasilkan makalah yang lebih baik. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Cilegon, Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan dan Manfaat....................................................................................2
BAB II ISI........................................................................................................3
2.1 Ilmu dari sisi sejarah ..................................................................................4
2.2 Pancasila sebagai basis nilai pengembangan ilmu .....................................6
2.3 Hubungan Pancasila dan perkembangan ilmu ...........................................16
BAB III PENUTUP ........................................................................................19
3.1 Kesimpulan ................................................................................................19
3.2 Saran ..........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Era globalisasi menuntut adanya berbagai perubahan. Demikian
juga bangsa Indonesia pada saat ini terjadi perubahan besar-besaran yang
disebabkan oleh pengaruh dari luar maupun dari dalam negeri.
Kesemuanya di atas memerlukan kemampuan warga Negara yang
mempunyai bekal ilmu pengetahuan yang berlandaskan pada nilai-nilai
Pancasila.
Setiap bangsa selalu memimpikan terwujudnya masyarakat
madani. Salah satu hal penting yang menopang terwujudnya masyarakat
madani

adalah

kehidupan

masyarakat


yang

maju

dan

modern.

Pengembangan dan peuguasaan ilmu pengetahuan merupakan salah satu
syarat menuju terwujudnya kehidupan masyarakat bangsa yang maju dan
modern. Pengembangan dan penguasaan ilmu pengetahuan ini menjadi
semakin penting, manakala dikaitkan dengan kehidupan global yang
ditandai dengan persaingan. Namun demikian pengembangan ilmu
pengetahuan ini bukan semata-mata untuk mengejar kemajuan material
melainkan

harus

memperlihatkan


aspek-aspek

spiritual.

Artinya,

pengembangan ilmu pengetahuan ini harus diarahkan untuk mencapai
kebahagiaan lahir dan batin.
Keberhasilan manusia mencapai tujuan dan hakikat hidupnya
untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin, maka manusia
menggunakan ilmu pengetahuan sebagai usaha kreativitas manusia melalui
proses akal dan pikirannya. Berdasarkan kreativitas akal dan pikiran
manusia dalam mengembangkan ilmu, manusia mampu mengolah
kekayaan alam yang disediakan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk
kepentingan kesejahteraan manusia. Fungsi ilmu ini hanyalah sebagai
pengolah kekayaan untuk kepentingan kesejahteraan manusia, oleh sebab
itu usaha-usaha harus mengikuti nilai-nilai dan moral Ketuhanan dan
kemanusiaan yang adil dan beradab.

1


Dalam kenyataannya perkembangan Ilmu pengetahuan sekarang
terkadang jauh melenceng dari dasar-dasar dan nilai-nilai luhur Pancasila.
Perkembangan yang pesat ini justru mengerogoti ideologi Pancasila.
Setiap orang berlomba-lomba untuk memperoleh perubahan dan kemajuan
untuk kehidupan yang serba instan.
Makalah ini akan mencoba membahas tentang memudarnya
pengusungan dasar-dasar nilai Pancasila dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan di Era Modern ini.
1.2.

Tujuan dan Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan informasi
tentang :
1. Menerangkan dan Memahami makna Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia.
2. Mengetahui pentingnya pemahaman nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila sebagai dasar perkembangan Ilmu Pengetahuan.
3. Mengenali sistem etika pembanguanan Ilmu pengetahuan dalam
masing-masing sila Pancasila.

4. Memahami hubungan antara Pancasila dan Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi.
5. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan pancasila
Manfaat yang didapatkan dari makalah ini adalah dapat menambah
pengetahuan akan pentingnya pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu pengetahuan.

BAB II
ISI

2

Andaikan para ilmuwan dalam pengembangan ilmu konsisten akan janji
awalnya ditemukan ilmu, yaitu untuk mencerdaskan manusia, memartabatkan
manusia dan mensejahterakan manusia, maka pengembangan ilmu yang
didasarkan pada kaidah-kaidah keilmuannya sendiri tak perlu menimbulkan
ketegangan-ketegangan antara ilmu (teknologi) dan masyarakat.
Fakta yang kita saksikan saat ini ilmu-ilmu empiris mendapatkan tempatnya
yang sentral dalam kehidupan manusia karena dengan teknologi modern yang
dikembangkannya dapat memenuhi kebutuhan praktis hidup manusia. Ilmu-ilmu

empiris tersebut tumbuh dan berkembang dengan cepat melebihi ritme
pertumbuhan dan perkembangan peradaban manusia. Ironisnya tidak diimbangi
kesiapan mentalitas sebagian masyarakat, khususnya di Indonesia.
Teknologi telah merambah berbagai bidang kehidupan manusia secara
ekstensif dan mempengaruhi sendi-sendi kehidupan manusia secara intensif,
termasuk merubah pola pikir dan budaya manusia, bahkan nyaris menggoyahkan
eksistensi kodrati manusia sendiri (Iriyanto, 2005). Misalnya, anak-anak sekarang
dengan alat-alat permainan yang serba teknologis seperti playstation, mereka
sudah dapat terpenuhi hasrat hakikat kodrat sosialnya hanya dengan memainkan
alat permainan tersebut secara sendirian. Mereka tidak sadar dengan kehidupan
yang termanipulasi teknologi menjadi manusia individualis. Masih terdapat
banyak persoalan akibat teknologi yang dapat disaksikan, meskipun secara nyata
manfaat teknologi tidak dapat dipungkiri.
Problematika keilmuan dalam era millenium ketiga ini tidak terlepas dari
sejarah perkembangan ilmu pada masa-masa sebelumnya. Karena itu untuk
mendapatkan pemahaman yang komprehensif perlu dikaji aspek kesejarahan dan
aspek-aspek lainnya terkait dengan ilmu dan teknologi. Dari sini, problematika
keilmuan dapat segera diantisipasi dengan merumuskan kerangka dasar nilai bagi
pengembangan ilmu. Kerangka dasar nilai ini harus menggambarkan suatu sistem
filosofi kehidupan yang dijadikan prinsip kehidupan masyarakat, yang sudah

mengakar dan membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu nilainilai Pancasila.
2.1.

Ilmu dari sisi sejarah

3

Ilmu pengetahuan berkembang melangkah secara bertahap menurut
dekade waktu dan menciptakan jamannya, dimulai dari jaman Yunani Kuno,
Abad Tengah, Abad Modern, sampai Abad Kontemporer Masa Yunani Kuno
(abad ke-6 SM-6M) saat ilmu pengetahun lahir, kedudukan ilmu pengetahuan
identik dengan filsafat memiliki corak mitologis. Alam dengan berbagai
aturannya diterangkan secara theogoni, bahwa ada peranan para dewa yang
merupakan unsur penentu segala sesuatu yang ada. Bagaimana pun corak
mitologis ini telah mendorong upaya manusia terus menerobos lebih jauh dunia
pergejalaan, untuk mengetahui adanya sesuatu yang eka, tetap, dan abadi, di
balik yang bhineka, berubah dan sementara ( T. Yacob, 1993).
Setelah timbul gerakan demitologisasi yang dipelopori filsuf pra-Sokrates,
yaitu dengan kemampuan rasionalitasnya maka filsafat telah mencapai puncak
perkembangan,


seperti

yang

ditunjukkan

oleh

trio

filsuf

besar : Socrates, Plato dan Aristoteles. Filsafat yang semula bersifat mitologis
berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang meliputi berbagai macam bidang.
Aristoteles membagi ilmu menjadi ilmu pengetahuan poietis (terapan), ilmu
pengetahuan praktis (etika, politik) dan ilmu pengetahuan teoretik. Ilmu
pengetahuan teoretik dibagi menjadi ilmu alam, ilmu pasti dan filsafat pertama
atau kemudian disebut metafisika. Memasuki Abad Tengah (abad ke-5 M),
pasca Aristoteles filsafat Yunani Kuno menjadi ajaran praksis, bahkan mistis,

yaitu sebagaimana diajarkan oleh Stoa, Epicuri, dan Plotinus. Semua hal
tersebut bersamaan dengan pudarnya kekuasaan Romawi yang mengisyaratkan
akan datangnya tahapan baru, yaitu filsafat yang harus mengabdi kepada
agama (Ancilla Theologiae). Filsuf besar yang berpengaruh saat itu, yaitu
Augustinus dan Thomas Aquinas, pemikiran mereka memberi ciri khas pada
filsafat Abad Tengah. Filsafat Yunani Kuno yang sekuler kini dicairkan dari
antinominya dengan doktrin gerejani, filsafat menjadi bercorak teologis. Biara
tidak hanya menjadi pusat kegiatan agama, tetapi juga menjadi pusat kegiatan
intelektual. Bersamaan dengan itu kehadiran para filsuf Arab tidak kalah
penting, seperti: Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al Gazali, yang
telah menyebarkan filsafat Aristoteles dengan membawanya ke Cordova

4

(Spanyol) untuk kemudian diwarisi oleh dunia Barat melalui kaum Patristik
dan

kaum

Skolastik.

Wells

dalam

karyanya

The

Outline of History (1951) mengatakan, “Jika orang Yunani adalah Bapak
metode ilmiah, maka orang muslim adalah Bapak angkatnya”. Muncullah
Abad Modern (abad ke-18-19 M) dengan dipelopori oleh gerakan Renaissance
di abad ke-15 dan dimatangkan oleh gerakan Aufklaerung di abad ke-18,
melalui

langkah-langkah

revolusionernya

filsafat

memasuki

tahap baru atau modern. Kepeloporan revolusioner yang telah dilakukan oleh
anak-anak Renaissance dan Aufklaerung seperti: Copernicus, Galileo Galilei,
Kepler, Descartes dan Immanuel Kant, telah memberikan implikasi yang amat
luas dan mendalam. Di satu pihak otonomi beserta segala kebebasannya telah
dimiliki kembali oleh umat manusia, sedang di lain pihak manusia kemudian
mengarahkan hidupnya ke dunia sekuler, yaitu suatu kehidupan pembebasan
dari kedudukannya yang semula merupakan koloni dan subkoloni agama dan
gereja. Agama yang semula menguasai dan manunggal dengan filsafat segera
ditinggalkan oleh filsafat. Masing-masing berdiri mandiri dan berkembang
menurut dasar dan arah pemikiran sendiri (Koento Wibisono, 1985) Dalam
perkembangan berikutnya filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu cabang yang
dengan metodologinya masingmasing mengembangkan spesialismenya sendirisendiri secara intens. Lepasnya ilmu-ilmu cabang dari batang filsafatnya
diawali oleh ilmu-ilmu alam atau fisika, melalui tokoh-tokohnya: 1)
Copernicus (1473-1543) dengan astronominya menyelidiki putaran bendabenda angkasa. Karyanya de Revolutionibus Orbium Caelistium yang
kemudian dikembangakan oleh Galileo Galilei (1564-1642) dan Johanes
Kepler (1571-1630), ternyata telah menimbulkan revolusi tidak hanya di
kawasan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga di masyarakat dengan implikasinya
yang amat jauh dan mendalam. 2) Versalius (1514 -1564) dengan karyanya De
Humani Corporis Fabrica telah melahirkan pembaharuan persepsi dalam
bidang anatomi dan biologi. 3) Isaac Newtown (1642-1727) melalui Philosopie
Naturalis Principia Mathematica telah menyumbangkan bentuk definitif bagi
mekanika klasik.

5

Implikasi globalisasi menunjukkan pula berkembangnya suatu standarisasi
yang sama dalam kehidupan di berbagai bidang. Negara atau pemerintahan di
mana pun, terlepas dari sistem ideologi atau sistem sosial yang dimiliknya.
Dipertanyakan

apakah

hak-hak

azasi

dihormati,

apakah

demokrasi

dikembangkan, apakah kebebasan dan keadilan dimiliki oleh setiap warganya,
bagaimana lingkungan hidup dikelola. Nyatalah bahwa implikasi globalisasi
menjadi semakin kompleks, karena masyarakat hidup dengan standar ganda. Di
satu pihak sementara orang ingin mempertahankan nilai-nilai budaya lama
yang diimprovisasikan untuk melayani perkembangan baru yang kemudian
disebut sebagai lahirnya budaya sandingan (subculture), sedang di lain pihak
muncul tindakan-tindakan yang bersifat melawan terhadap perubahanperubahan yang dirasakan sebagai penyebab kegerahan dan keresahan dari
mereka yang merasa dipinggirkan, tergeser dan tergusur dari tempat ke tempat,
dari waktu ke waktu, yang disebut sebagai budaya tandingan (counter-culture).
2.2.

Pancasila sebagai basis nilai pengembangan ilmu
Pancasila bukan merupakan ideologi yang kaku dan tertutup, namun justru
bersifat reformatif, dinamis, dan antisipatif. Dengan demikian Pancasilan
mampu menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) yaitu dengan tetap memperhatikan dinamika aspirasi
masyarakat. Kemampuan ini sesungguhnya tidak berarti Pancasila itu dapat
mengubah nilai-nilai dasar yang terkandung, tetapi lebih menekan pada
kemampuan dalam mengartikulasikan suatu nilai menjadi aktivitas nyata dalam
pemecahan masalah yang terjadi (inovasi teknologi canggih). Kekuatan suatu
ideologi itu tergantung pada kualitas dan dimensi yang ada pada ideologi itu
sendiri (Alfian, 1992)(dalam internet). Ada beberapa dimensi penting sebuah
ideologi, yaitu:
a. Dimensi Reality yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung di dalam ideologi
tersebut secara riil berakar dalam hidup masyarakat atau bangsanya, terutama
karena nilai-nilai dasar tersebut bersumber dari budaya dan pengalaman
sejarahnya.

6

b. Dimensi Idealisme yaitu nilai-nilai dasar ideologi tersebut mengandung
idealisme yang memberi harapan tentang masa depan yang lebih baik melalui
pengalaman dalam praktik kehidupan bersama dengan berbagai dimensinya.
c. Dimensi Fleksibility maksudnya dimensi pengembangan Ideologi tersebut
memiliki kekuasaan yang memungkinkan dan merangsang perkembangan
pemikiran-pemikiran baru yang relevan dengan ideologi bersangkutan tanpa
menghilangkan atau mengingkari hakikat atau jati diri yang terkandung dalam
nilai-nilai dasarnya.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada hakekatnya merupakan
hasil kreatifitas rohani (jiwa) manusia. Atas dasar kreatifitas akalnya, manusia
mengembangkan IPTEK untuk mengolah kekayaan alam yang diciptakan
Tuhan YME.
Tujuan dari IPTEK ialah untuk mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan
harkat dan martabat manusia, maka IPTEK pada hakekatnya tidak bebas nilai,
namun terikat nilai – nilai. Pancasila telah memberikan dasar nilai – nilai
dalam pengembangan IPTEK, yaitu didasarkan moral ketuhanan dan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan memasuki kawasan IPTEK yang diletakan diatas Pancasila sebagai
paradigmanya, perlu dipahami dasar dan arah peranannya, yaitu :

a. Aspek ontologi
Bahwa hakekat IPTEK merupakan aktivitas manusia yang tidak mengenal titik
henti dalam upayanya untuk mencari dan menentukan kebenaran dan
kenyataan. Ilmu Pengetahuan harus dipandang secara utuh, dalam dimensinya
sebagai :
1.

Sebagai masyarakat, menunjukkan adanya suatu academic community

yang dalam hidup keseharian para warganya untuk terus menggali dan
mengembangkan ilmu pengetahuan.

7

2.

Sebagai proses, menggambarkan suatu aktivitas masyarakat ilmiah yang

melalui abstraksi, spekulasi, imajinasi, refleksi, observasi, eksperimentasi,
komparasi dan eksplorasi mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan.
3. Sebagai produk, adalah hasil yang diperoleh melalui proses, yang berwujud
karya – karya ilmiah beserta implikasinya yang berwujud fisik ataupun nonfisik.
b. Aspek Epistemologi
Bahwa pancasila dengan nilai–nilai yang terkandung didalamnya dijadikan
metode berpikir.
c. Aspek Askiologi
Dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung didalam pancasila sebagai
metode berpikir, maka kemanfaatan dan efek pengembangan ilmu pengetahuan
secara negatif tidak bertentangan dengan ideal dari pancasila dan secara positif
mendukung atau mewujudkan nilai-nilai ideal pancasila.
Sila-sila pancasila yang harus menjadi sistem etika dalam pengembangan
IPTEK:
Sila ketuhanan yang mahaesa mengkomplementasikan ilmu pengetahuan
mencipta, keseimbangan antara rasional dan irasional, antara akal dan
kehendak. Berdasarkan sila ini IPTEK tidak hanya memikirkan apa yang
ditemukan dibuktikan dan diciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksud dan
akibatnya apakah merugikan manusia disekitarnya atau tidak. Pengolahan
diimbangi dengan melestarikan.
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas
bahwa manusia dalam mengembangkan IPTEK harus bersikap beradab karena
IPTEK adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral. Oleh
karena itu, pengembangan Iptek harus didasarkan pada hakikat tujuan demi
kesejahteraan umat manusia. Iptek bukan untuk kesombongan dan keserakahan
manusia. Namun, harus diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat
manusia.

8

Sila

persatuan

Indonesia

mengkomplementasiakan

universalitas

dan

internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan
IPTEK hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran
bangsa serta keluhuran bangsa sebagai bagian umat manusia di dunia.
Sila

kerakyatan

yang

dipimpin

oleh

hikmat

kebijaksanaan

dalam

permusyawaratan perwakilan mendasari pengembangan IPTEK secara
demokratis,

artinya

setiap

ilmuan

harus

memiliki

kebebasan

untuk

mengembangkan IPTEK juga harus menghormati dan menghargai kebebasan
orang lain dan juga memiliki sikap yang terbuka untuk dikritik dikaji ulang
maupun di bandingkan dengan penemuan lainnya.
Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengkomplementasikan
pengembangan IPTEK haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannnya
dengan dirinya senndiri maupun dengan Tuhannya, manusia dengan manusia,
manusia dengan masyarakat bangsa dan negara, serta manusia dengan alam
lingkungannya.
T.Jacob (2000) (dalam internet) berpendapat bahwa Pancasila mengandung
hal-hal yang penting dalam pengembangan iptek, yaitu:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengingatkan manusia bahwa ia hanyalah
makhluk Tuhan yang mempunyai keterbatasan seperti makhluk-makhluk lain,
baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Ia tidak dapat terlepas dari alam,
sedangkan alam raya dapat berada tanpa manusia.
2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, usaha untuk menyejahterakan
manusia haruslah dengan cara-cara yang berprikemanusiaan. Desain,
eksperimen, ujicoba dan penciptaan harus etis dan tidak merugikan uamat
manusia zaman sekarang maupun yang akan datang. Sehingga kita tidak boleh
terjerumus mengembangkan iptek tanpa nilai-nilai perikemanusiaan.
3. Sila Persatuan Indonesia, mengingatkan pada kita untuk mengembangkan
iptek untuk seluruh tanah air dan bangsa. Dimana segi-segi yang khas

9

Indonesia harus mendapat prioritas untuk dikembangkan secara merata untuk
kepentingan seluruh bangsa, tidak hanya atau terutama untuk kepentingan
bangsa lain.
4.

Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan, membuka kesempatan yang sama bagi semua
warga negara untuk mengembangkan iptek, dan mengenyam hasilnya, sesuai
kemampuan dan keperluan masing-masing.
5. Sila Keadilan sosial, memperkuat keadilan yang lengkap dalam alokasi dan
perlakuan, dalam pemutusan, pelaksanaan,perolehan hasil dan pemikiran
resiko, dengan memaksimalisasi kelompok-kelompok minimum dalam
pemanfaatan pengembangan teknologi.
Pemahaman pancasila melalui kelima silanya secara universal dapat masuk
kedalam tatanan pembangunan Indonesia melalui perkembangan IPTEK.
Pentingnya keselerasan diantara keduanya menjanjikan hubungan yang
harmonis dalam membangun sebuah negara yang dicita-citakan. Namun, pada
kenyataanya sangat sulit untuk menyeimbangkan keduanya, karena masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang plural, tidak jarang di antara masyarakat
tersebut tidak memiliki etika dalam menggunakan teknologi. Hal tersebut
sangat tergantung kepada tingkah laku manusia. Tidak setiap tingkah laku itu
memberikan jaminan. Hanya tingkah laku tertentu saja yang dapat menjamin,
yaitu tingkah laku yang bertanggung jawab. Artinya, yang berdasarkan pada
prinsip keadilan, yakni melakukan perbuatan sebagai kewajiban atas hak yang
layak bagi seseorang menurut posisi, fungsi dan keberadaannya.
Peraturan perundangan, sebagai salah satu teknik bernegara, harus mampu
menghidupi warganya dalam suasana tenteram damai, dan bahagia karena hal
ini merupakan wujud ketentraman, kedamaian, dan kebahagiaan negara itu
sendiri. Dengan demikian cara-cara pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi seharusnya berkiblat kepada kelima sila pancasila yang dapat
dijadikan pedoman dalam menjalankan hak dan kewajiban sebagai basis
ketenteraman bernegara.

10

Pengembangan dan penguasaan dalam IPTEK (ilmu pengetahuan dan
teknologi) merupakan salah satu syarat menuju terwujudnya kehidupan
masyarakat bangsa yang maju dan modern. Pengembangan dan penguasaan
IPTEK menjadi sangat penting untuk dikaitkan dengan kehidupan global yang
ditandai dengan persaingan. Namun pengembangna IPTEK bukan semata-mata
untuk mengejar kemajuan material melainkan harus memperhatikan aspekaspek spiritual, artinya pengembangan IPTEK harus diarahkan untuk mencapai
kebahagiaan lahir dan batin.
Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-sila yang merupakan sumber nilai,
kerangka pikir serta asas moralitas bagi pembangunan IPTEK. Sehingga
bangsa yang memiliki pengembangan hidup pancasila, maka tidak berlebihan
apabila pengembangan IPTEK harus didasarkan atas paradigma pancasila.

Syarat dan kondisi dikembangkannya iptek yang pancasialis :
a. Adanya keyakinan akan kebenaran nilai-nilai Pancasila dalam diri setiap
ilmuwan
b. Adanya situasi yang kondusif secara kultural, yaitu harus adanya semangat
pantang menyerah untuk mencari kebenaran ilmiah yang belum selesai, dan
adanya kultur bahwa disiplin merupakan suatu kebutuhan bukan sebagai beban
atau paksaan.
c. Adanya situasi yang kondusif secara struktural, bahwa perguruan tinggi
harus terbuka wacana akademisnya, kreatif, inovatif, dan mengembangkan
kerja sama dengan bidang-bidang yang berbeda
Hasil iptek harus dapat dipertanggungjawabkan akibatnya, baik pada masa lalu,
sekarang, maupun masa depan. Oleh karena itu, diperlukan suatu aturan yang
mampu menjadikan pancasila sebagai roh bagi perkembangan iptek di
Indonesia. Dalam hal ini pancasila mampu berperan memberikan beberapa
prinsip etis pada iptek sebagai berikut.
a. Martabat manusia sebagai subjek, tidak boleh diperalat oleh iptek.

11

b. Harus dihindari kerusakan yang mengancam kemanusiaan.
c. Iptek harus sedapat mungkin membantu manusia melepaskan kesulitankesulitan hidupnya.
d. Harus dihindari adanya monopoli iptek.
e. Harus ada kesamaan pemahaman antara ilmuwan dan agamawan. Bahwa
iman dalam agama harus memancar dalam ilmu dan ilmu menerangi jalan yang
telah ditunjukkan oleh iman. Hal ini sesuai dengan ucapan Einstein, yaitu
without religion is blind, religion science is lame (ilmu tanpa agama adala buta,
agama tanpa ilmu adalah lumpuh).
Prinsip-prinsip berfikir ilmiah:
1) Objektif: Cara memandang masalah apa adanya, terlepas dari faktor-faktor
subjektif (misal : perasaan, keinginan, emosi, sistem keyakinan, otorita) .
2) Rasional: Menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh
orang lain. Mencoba melepaskan unsur perasaan, emosi, sistem keyakinan dan
otorita.
3) Logis: Berfikir dengan menggunakan azas logika/runtut/ konsisten,
implikatif. Tidak mengandung unsur pemikiran yang kontradiktif. Setiap
pemikiran logis selalu rasional, begitu sebaliknya yang rasional pasti logis. 4)
Metodologis: Selalu menggunakan cara dan metode keilmuan yang khas dalam
setiap berfikir dan bertindak (misal: induktif, dekutif, sintesis, hermeneutik,
intuitif).
5) Sistematis: Setiap cara berfikir dan bertindak menggunakan tahapan langkah
prioritas yang jelas dan saling terkait satu sama lain. Memiliki target dan arah
tujuan yang jelas.
Permasalahan yang ada pada nilai dalam IPTEK yaitu:
1. Keserbamajemukan ilmu pengetahuan dan persoalannya.
Salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi manusia dewasa ini adalah
keserbamajemukan ilmu itu sendiri. Ilmu pengetahuan tidak lagi satu, kita
tidak bisa mengatakan inilah satu-satunya ilmu pengetahuan yang dapat
mengatasi problem manusia dewasa ini. Berbeda dengan ilmu pengetahuan
12

masa lalu lebih menunjukkan keekaannya daripada kebhinekaannya. Salah
satu kemajemukan adalah adanya spesialisasi ilmu. Spesialisasi ilmu
memang harus ada di dalam satu cabang ilmu, namun kesatuan dasar azasazas universal harus diingat dalam rangka spesialisasi. Spesialisasi ilmu
membawa persoalan banyak bagi ilmuwan sendiri dan masyarakat. Ada
kalanya ilmu itu diterapkan dapat memberi manfaat bagi manusia, tetapi
bisa sebaliknya merugikan manusia. Spesialisasi di samping tuntutan
kemajuan ilmu juga dapat meringankan beban manusia untuk menguasai
ilmu dan mencukupi kebutuhan hidup manusia. Seseorang tidak mungkin
menjadi generalis, yaitu menguasai dan memahami semua ilmu pengetahuan
yang ada (Sutardjo, 1982). Spesialisasi mengandung segi-segi positif,
namun juga dapat menimbulkan segi negatif. Segi positif ilmuwan dapat
lebih fokus dan intensif dalam melakukan kajian dan pengembangan
ilmunya. Segi negatif, orang yang mempelajari ilmu spesialis merasa
terasing dari pengetahuan lainnya. Kebiasaan cara kerja fokus dan intensif
membawa dampak ilmuwan tidak mau bekerjasama dan menghargai ilmu
lain. Seorang spesialis bisa berada dalam bahaya mencabut ilmu
pengetahuannya dari rumpun keilmuannya atau bahkan dari peta ilmu,
kemudian menganggap ilmunya otonom dan paling lengkap. Para spesialis
dengan otonomi keilmuannya sehingga tidak tahu lagi dari mana asal
usulnya, sumbangan apa yang harus diberikan bagi manusia dan ilmu-ilmu
lainnya, dan sumbangan apa yang perlu diperoleh dari ilmu-ilmu lain demi
kemajuan dan kesempurnaan ilmu spesialis yang dipelajari atau dikuasai.
2. Dimensi moral dalam pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan.
Dewasa ini menjadi nyata adanya keterbatasan ilmu pengetahuan itu
menghadapi masalahmasalah yang menyangkut hidup serta pribadi manusia.
Misalnya, menghadapi soal transplantasi jantung, pencangkokan genetis,
problem mati hidupnya seseorang, ilmu pengetahuan menghadapi
keterbatasannya. Ia butuh kerangka pertimbangan nilai di luar disiplin
ilmunya sendiri. Kompleksitas permasalahan dalam pengembangan ilmu
dan teknologi kini menjadi pemikiran serius, terutama persoalan

13

keterbatasan ilmu dan teknologi dan akibatakibatnya bagi manusia.
Mengapa orang kemudian berbicara soal etika dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi ? Akibat teknologi pada perilaku manusia muncul dalam fenomen
penerapan kontrol tingkah laku (behavior control). Behaviour control
merupakan kemampuan untuk mengatur orang melaksanakan tindakan
seperti yang dikehendaki oleh si pengatur (the ability to get some one to do
one’s bidding). Pengembangan teknologi yang mengatur perilaku manusia
ini mengakibatkan munculnya masalahmasalah etis seperti berikut.
(1) Penemuan teknologi yang mengatur perilaku ini menyebabkan
kemampuan perilaku seseorang diubah dengan operasi dan manipulasi
syaraf otak melalui ”psychosurgery’s infuse” kimiawi, obat bius tertentu.
Electrical stimulation of the brain (E S B) : shock listrik tertentu. Teknologi
baru dalam bidang psikologi seperti “dynamic psychoteraphy” mampu
merangsang secara baru bagian-bagian penting, sehingga kelakuan bisa
diatur dan disusun. Kalau begitu kebebasan bertindak manusia sebagai suatu
nilai diambang kemusnahan.
(2) Makin dipacunya penyelidikan dan pemahaman mendalam tentang
kelakuan manusia, memungkinkan adanya lubang manipulasi, entah melalui
iklan atau media lain.
(3) Pemahaman “njlimet” tingkah laku manusia demi tujuan ekonomis,
rayuan untuk menghirup kebutuhan baru sehingga bisa mendapat untung
lebih banyak, menyebabkan penggunaan media (radio, TV) untuk mengatur
kelakuan manusia.
(4) Behaviour control memunculkan masalah etis bila kelakuan seseorang
dikontrol oleh teknologi dan bukan oleh si subjek itu sendiri. Konflik
muncul justru karena si pengatur memperbudak orang yang dikendalikan,
kebebasan bertindak si kontrol dan diarahkan menurut kehendak si
pengontrol.
(5) Akibat teknologi pada eksistensi manusia dilontarkan oleh Schumacher.
Bagi Schumacher eksistensi sejati manusia adalah bahwa manusia menjadi
manusia justru karena ia bekerja. Pekerjaan bernilai tinggi bagi manusia, ia

14

adalah ciri eksistensial manusia, ciri kodrat kemanusiaannya. Pemakaian
teknologi modern condong mengasingkan manusia dari eksistensinya
sebagai pekerja, sebab di sana manusia tidak mengalami kepuasan dalam
bekerja. Pekerjaan tangan dan otak manusia diganti dengan tenaga-tenaga
mesin, hilanglah kepuasan dan kreativitas manusia (T. Yacob, 1993).
3. Beberapa pokok nilai yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Ada empat hal pokok agar ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan
secara konkrit, unsur-unsur mana yang tidak boleh dilanggar dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam masyarakat agar
masyarakat itu tetap manusiawi.
a) Rumusan hak azasi merupakan sarana hukum untuk menjamin
penghormatan terhadap manusia. Individu-individu perlu dilindungi dari
pengaruh penindasan ilmu pengetahuan.
b) Keadilan dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi sebagai hal yang
mutlak. Perkembangan teknologi sudah membawa akibat konsentrasi
kekuatan ekonomi maupun politik. Jika kita ingin memanusiawikan
pengembangan ilmu dan teknologi berarti bersedia mendesentralisasikan
monopoli pengambilan keputusan dalam bidang politik, ekonomi.
Pelaksanaan keadilan harus memberi pada setiap individu kesempatan yang
sama menggunakan hak-haknya.
c)

Soal

lingkungan

hidup.

Tidak

ada

seorang

pun

berhak

menguras/mengeksploitasi sumber-sumber alam dan manusiawi tanpa
memperhatikan

akibat-akibatnya

pada

seluruh masyarakat.

Ekologi

mengajar kita bahwa ada kaitan erat antara benda yang satu dengan benda
yang lain di alam ini.
d) Nilai manusia sebagai pribadi. Dalam dunia yang dikuasai teknik, harga
manusia dinilai dari tempatnya sebagai salah satu instrumen sistem
administrasi kantor tertentu. Akibatnya manusia dinilai bukan sebagai
pribadi tapi lebih dari sudut kegunaannya atau hanya dilihat sejauh ada
manfaat praktisnya bagi suatu sistem. Nilai sebagai pribadi berdasar

15

hubungan sosialnya, dasar kerohanian dan penghayatan hidup sebagai
manusia dikesampingkan. Bila pengembangan ilmu dan teknologi mau
manusiawi, perhatian pada nilai manusia sebagai pribadi tidak boleh kalah
oleh mesin. Hal ini penting karena sistem teknokrasi cenderung
dehumanisasi ( T. Yacob, 1993).
2.3.

Hubungan Pancasila dan perkembangan ilmu
Negara Indonesia adalah Negara kepulauan, Jumlah pulau di Indonesia
menurut data Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2004
adalah sebanyak 17.504 buah. 7.870 di antaranya telah mempunyai nama,
sedangkan 9.634 belum memiliki nama. Indonesia memiliki perbandingan luas
daratan dangan lautan sebesar 2:3. Letaknya sangat strategis, di antara dua
samudra yaitu samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta dihimpit oleh dua
benua yaitu benua Asia dan benua Australia. Selain itu Negara kita dilintasi
oleh garis khatulistiwa yang menyebabkan Indonesia beriklim tropis. Hal ini
menyebabkan Indonesia sangat kaya akan fauna dan flouranya. Indonesia
memiliki 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki
12% dari jumlah spesies mamalia dunia dan 16% spesies binatang reptil dan
ampibi, serta 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian
di antaranya adalah endemik atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut.
Selain memiliki kekayaan alam yang menakjubkan, Indonesia juga sangat kaya
akan suku bangsa, budaya, agama, bahasa, ras dan etnis golongan. Sebagai
akibat keanekaragaman tersebut Indonesia mengandung potensi kerawanan
yang sangat tinggi pula, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap potensi timbulnya konflik sosial. Kemajemukan bangsa Indonesia
memiliki tingkat kepekaan yang tinggi dan dapat menimbulkan konflik etnis
kultural. Arus globalisasi yang mengandung berbagai nilai dan budaya dapat
melahirkan sikap pro dan kontra warga masyarakat yang menyebabkan konflik
tata nilai.
Bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara yang terjadi saat ini menjadi
bersifat multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar
negeri, hal ini seiring dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan

16

teknologi, informasi dan komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung
didalam pengamanan bentuk ancaman yang bersifat multi dimensional yang
bersumber dari permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.
Oleh karena itu. kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan sangat
diperlukan dalam upaya mempertahankan segala kekayaan yang dimiliki oleh
Indonesia serta menjawab segala tantangan zaman. Dengan penguasaan ilmu
pengetahuan serrta teknologi kita dapat tetap menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia sesuai dengan sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia.
Maka dari itu, ilmu dan Pancasila antara satu dengan yang lain memiliki
hubungan yang kohesif. ilmu diperlukan dalam pengamalan Pancasila, sila
ketiga dalam menjaga persatuan Indonesia. Di lain sisi, kita juga harus tetap
menggunakan

dasar-dasar

nilai

Pancasila

sebagai

pedoman

dalam

mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi agar kita tidak terjebak dan
tepat sasaran mencapai tujuan bangsa.

17

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa setiap detik yang terlewati selalu menghasilkan perubahan dan
perkembangan. Di Era Globalisasi ini segala upaya dilakukan demi
kemajuan taraf hidup dan martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan yang
paling sempurna. Berbagai buah pikiran manusia telah terlahir
menandakan dunia Ilmu Pengetahuan terus berkembang. Bangsa
Indonesia yang merupakan bangsa berkembang, selalu berusaha mengejar
segala kemajuan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan. Pemerintah
sebagai pihak pemegang amanat mau tidak mau harus mengikuti irama
kehidupan bangsa ini. Layaknya sang eksekutif mereka memiliki
kewajiban atas nasib bangsa ini. Maka dari itu sudah sepatutnya mereka
menanamkan dasar-dasar nilai Pancasila dalam perkembangan Ilmu
Pengetahuan di bumi pertiwi ini. Pantaslah Pancasila dijadikan pijakan
dalam melangkah sebab telah diakui bahwa Pancasila merupakan ideologi
bangsa Indonesia yang tak lekang oleh waktu. Sila-sila pancasila harus
menjadi sumber nilai, kerangka pikir serta basis moralitas bagi
pengembangan Ilmu Pengetahuan. Sehingga ke depannya segala
perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan yang telah dicapai tidak
salah arah dan tepat pada tujuan, yaitu menciptakan masyarakat yang adil,
makmur dan sejahtera dengan kunci dasar persatuan rakyat Indonesia.

18

3.2.

Saran
Sebagai masyarakat Indonesia yang menganut ideologi pancasila,
hendaknya

dalam

mengembangkan

maupun

memanfaatkan

perkembangan IPTEK harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila dan berdasarkan tujuan untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia baik untuk masa sekarang maupun masa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Hasim, Anis Lestari. 2014. Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu.
PROF.DR.KAELAN, M.S. 2008. PENDIDIKAN PANCASILA. Paradigma:
Yogyakarta.
Rachman, Aditia Arif. 2009. Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnologi. Bumi Aksara : Bandung.
http://anislestarihasim.blogspot.com/2014/01/pancasila-sebagai-dasarpengembangan.html . [diakses tanggal 11 Desember 2015]
http://aditiaa.blogspot.com/2009/03/pancasila-sebagai-dasarpengembangan.html [diakses tanggal 11 Desember 2015]
http://alvaziazien.blogspot.com/2012/08/nilai-nilai-pancasila-perkembanganiptek.html [diakses tanggal 11 Desember 2015]

19

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN MESIN PENGHALUS KAYU ( THICKNESSING PLANER )

25 161 1

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL DAUN MANGKOKAN( Polyscias scutellaria Merr ) dan EKSTRAK ETANOL SEDIAAN SERBUK GINSENG TERHADAP DAYA TAHAN BERENANG MENCIT JANTAN (Musmusculus)

50 334 24

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

JUMLAH DANA DAN KREDIT DARI BANK TABUNGAN MENJADI BANK UMUM PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA ( PERSERO ) CABANG DENPASAR

3 91 12