AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Tahapan tahapan

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK: Tahapan-tahapan Penyusunan Anggaran
TAHAPAN-TAHAPAN PENYUSUNAN ANGGARAN








1.
2.
3.
4.

Langkah 1 : Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
Visi dan misi adalah sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang memberi gambaran
tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh sebuah organisasi. Dari sudut pandang lain, visi
dan misi organisasi harus dapat :
Mencerminkan apa yang ingin dicapai.
Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas.

Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategi.
Memiliki orientasi masa depan.
Menumbuhkan seluruh unsur organisasi.
Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.
Langkah 2 : Pembuatan Tujuan
Tujuan dalam hal ini adalah sesuatu yang akan dicapai dalam kurun waktu satu tahun atau
yang sering diistilahkan dengan tujuan operasional. Karena tujuan operasional merupakan
turunan dari visi dan misi organisasi, tujuan operasional seharusnya menjadi dasar untuk
alokasi sumber daya yang dimiliki, mengelola aktivitas harian, serta pemberian penghargaan
(reward) dan hukuman (punishment).
Sebuah tujuan operasional yang baik harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Harus merepresentasikan hasil akhir (true ends/outcome) bukannya keluaran (output).
Harus dapat diukur untuk menentukan apakah hasil akhir (outcome) yang diharapkan telah
tercapai.
Harus dapat diukur dalam jangka pendek agar dapat dilakukan tindakan koreksi (corrective
action).
Harus tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk menimbulkan
interpretasi individu. Namun ketepatan ini seharusnya tidak berada pada perincian yang
salah.
Pembuatan tujuan menjadi langkah yang sangat penting dan strategis karena tujuan

menjadi dasar utama pembuatan target dan indikator, kinerja yang akan melekat pada langkah
penetapan aktivitas.
Langkah 3: Penetapan Aktivitas
Ketika pendekatan kinerja dan PPBS yang digunakan maka langkah yang harus dilakukan
dalam penyusunan anggaran adalah penetapan aktivitas. Aktivitas dipilih berdasarkan strategi
organisasi dan tujuan operasional yang harus ditetapkan.
Organisasi kemudian membuat sebuah unit/paket keputusan (decision package) yang
berisi beberapa alternatif keputusan atas setiap aktivitas. Alternatif keputusan tersebut
menjadi identitas dan penjelasan bagi aktivitas yang bersangkutan. Secara umum alternatif
keputusan berisi komponen-komponen sebagai berikut:

Tujuan aktivitas tersebut, dinyatakan dalam suatu cara yang membuat tujuan yang
diharapkan menjadi jelas.
 Alternatif aktivitas/alat untuk mencapai tujuan yang sama dan alasan mengapa alternatifalternatif tersebut ditolak.
 Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktivitas tersebut.
 Input, kuantitas, atau unit pelayanan yang disediakan (output) dan hasil (outcome) pada
berbagai tingkat pendanaan.


Langkah 4: Evaluasi dan Pengambilan Keputusan.

Langkah selanjutnya setelah pengajuan anggaran disiapkan adalah proses evaluasi dan
pengambilan keputusan (penelaahan dan penentuan peringkat). Proses ini dapat dilakukan
dengan standar baku yang ditetapkan oleh organisasi ataupun dengan memberikan kebebasan
pada masing-masing unit untuk membuat kriteria dalam menentukan peringkat.
Teknisnya, alternatif keputusan dari semua aktivitas program yang direncanakan
digabungkan dalam satu tabel dan diurutkan berdasarkan prioritasnya. Setiap level anggaran
dianggap sebagai satuan yang berbeda.
Dalam penyusunan anggaran program berbasis nol, asumsi yang digunakan adalah
pengambilan kebijakan dalam organisasi akan menerima apa pun urutan prioritas yang
ditetapkan. Dengan demikian, kewajiban mereka hanyalah menentukan besarnya anggaran,
sehingga besarnya anggaran yang akan menentukan aktivitas mana saja yang dapat
dilaksanakan.
PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN

1.
2.
3.
4.
5.


Pendekatan Tradisional
Terdapat dua ciri utama dalam pendeketan tradisional ini. Ciri pertama adalah cara
penyusunan berdasarkan pos-pos belanja. Anggaran dengan pendekatan tradisional
menampilkan anggaran dalam prespektif sifat dasar (nature) dari sebuah pengeluaran atau
belanja. Ciri kedua dari pendekatan ini adalah penggunaan konsep inkrementalisme, yaitu
jumlah anggaran tahun tertentu dihitung berdasarkan jumlah tahun sebelumnya dengan
tingkat kenaikan tertentu.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan tradisional memiliki beberapa
kelebihan sebagai berikut:
Pendekatan ini telah lama digunakaan, berbentuk sederhana dan mudah dipersiapkan serta
dimengerti oleh orang yang berkepentingan.
Pendekatan ini cocok dengan pola akuntansi pertanggungjawaban.
Hampir semua program memiliki sifat dasar kesinambungan.
Hampir semua pengeluaran memiliki sifat tidak terhindarkan.
Dalam dunia nyata, keputusan harus didasarkan pada perubahan program dan perhatian dapat
diberikan untuk perubahan yang ditawarkan dan dibandingkan bila data tahun sebelumya
menurut pendekatan ini.

6. Pendekatan tradisional ini tidak menghalangi pemberian data perencanaan dan evaluasi yang
biasanya berhubungan dengan pendekatan penyusunan anggaran yang lain sebagai suplemen

untuk data yang digunakan untuk menyusun anggaran dengan pendekatan tradisional ini.
7. Karena aktivitas merupakan dasar dari unit organisasi, biaya dari setiap aktivitas akan
terakumulasi sebagai biaya dari unit oerganisasi yang bersangkutan.
Namun, pendekatan tradisional ini juga memiliki beberapa kekurangan yang mengundang
kritik yaitu:
1. Tidak menyediakan dasar informasi yang memadai bagi pembuat keputusan.
2. Terlalu berorientasi pada pengendalian dan kurang memerhatikan proses perencanaan dan
evaluasi.
3. Ada yang berpendapat bahwa ada ketidakseniambungan dari perhatian yang diberikan.
4. Keputusan perencanaan penting cenderung diawali di tingkat manajemen terbawah di
organisasi dan kemudian naik ke tingkat di atasnya. Padahal tujuan dan kebijakan seharusnya
muncul di tingkat manajamen atas dan turun ke tingkat-tngkat dibawahnya.
5. Perencanaan mungkin akan kurang diperhatikan karena anggaran didasarkan pada besarnya
dan pola dari pengeluaran yang telah ada.
6. Lembaga legislatif hanya diberikan rincian dari daftar pengeluaran dan tidak diberikan data
mengenai fungsi, program, aktivitas, dan indikator kinerja.
7. Mendorong pengeluaran daripada penghematan.

1.
2.

3.

1.
2.
3.
4.

Pendekatan Kinerja
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kekurangan yang terdapat dalam
pendekatan tradisional, khususnya kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayan
publik.
Karakteristik dari pendekatan ini dapat diringkas sebagai berikut:
Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitas dan juga
berdasarkan unit organisasi dan rincian belanja.
Menyelidiki dan mengukur aktivitas guna mendapatkan efisiensi maksimum dan untuk
mendapakan standar biaya.
Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya per unit standar dikalikan
dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan harus dilakukan pada periode tersebut. Total
anggaran untuk suatu lembaga adalah jumlah dari perkalian dari biaya standar per unit

dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan pada periode yang akan datang.
Penggunaan anggaran dengan pendekatan kinerja memberikan beberapa kelebihan, anatara
lain:
Penekanan pada dimasukkannya deskripsi secara naratif dari setiap aktivitas di setiap
anggaran yang diajukan.
Anggaran disusun berdasarkan aktivitas, dengan permintaan yang didukung oleh estimasi
biaya dan pencapaian yang diukur secara kuantitatif.
Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan input.
Anggaran kinerja yang mensyaratkan adanya data-data kinerja memungkinkan legislatif
untuk menambah atau mengurangi dari jumlah yang diminta dalam fungsi dan aktivitas

5.
6.
a.
b.
c.
d.
e.

1.


2.
3.

4.

tertentu. Hal tersebut tidak dapat dilakukan kalau data yang ada hanya data belanja, setelah
diputuskan oleh legislatif, eksekutif harus merunut dan merevisi anggarannya.
Menyediakan kepala eksekutif pengendalian yang lebih terhadap bawahannya.
Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran daripada berapa jumlah
anggaran yang terpakai, dan memerlukan jawaban atas pertanyaan berikut ini.
Apa tujuan lembaga tersebut? Apa alasan lembaga tersebut meminta diadakan anggaran?
Jasa apa yang diberikan lembaga tersebut sehingga lembaga tersebut harus tetap ada?
Program atau aktivitas apa yang digunakan oleh lembaga untuk mencapai tujuan dan
sasarannya?
Berapa volume kegiatan /pekerjaan yang dipersyaratakan untuk setiap aktivitas?
Berapa banyak jasa yang dapat diberikan dengan menggunakan anggaran tahun lalu?
Berapa banyak aktivitas atau jasa yang diberikan yang diharapan oleh legislatif atau
pembayar pajak jika jumlah anggaran yang diminta dikabulkan?
Namun, anggaran dengan pendekatan kinerja juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:

Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau akuntansi
yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasi unit pengukuran dan
melaksanakan analisis biaya.
Banyak jasa dan aktivitas pemerintah tidak dapat langsung terukur dalam satuan unit output
atau biaya per unit yang dapat dimengerti dengan mudah.
Akun-akun dalam pemerintah telah secara khusus dibuat dengan dasar anggaran yang
dikeluarkan (cash basis). Hal ini membuat pengumpulan data untuk keperluan pengukuran
kinerja sangat sulit, bahkan kadangkala tidak memungkinkan.
Kadang kala, aktivitas lansung diukur biayanya secara detail dan dilakukan pengukuran
secara detail lainnya tanpa adanya pertimbangan memadai yang diberikan pada perlu atau
tidaknya aktivitas itu sendiri. Dengan kata lain, tidak ada pertimbangan untuk menentukan
apakah aktivitas tersebut merupakan alat terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.
TEKNIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Akuntansi Dana
Dalam Governmental Accounting Standards Board (GASB) disebutkan pengertian dana
(fund) sebagai berikut, dana adalah sebuah kesatuan akuntansi tersendiri yang terpisah
berdasarkan tujuan tertentu. Dalam satu dana itu, terdapat kesatuan akun sendiri yang terdiri
atas asset (aktiva), kewajiban dan ekuitas dana.
Dari kesatuan dana-dana yang dimiliki organisasi sektor publik, dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu:
1. Dana yang bisa dibelanjakan (Expendable Fund)
Dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business yang
menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
2. Dana yang tidak bisa dibelanjakan (Nonexpendable Fund)
Dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis, digunakan sebagai
pendukung dari expendable fund.
Dalam akuntansi dana dikenal persamaan akuntansi sebagai berikut:

AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
Pada organisasi publik, ekuitas dana tidak menunjukan adanya kepemilikan siapa pun
karena memang tidak ada kepemilikan individu dalam suatu organisasi sektor publik.
Dalam akuntansi dana, dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran
(measurement focus). Basis akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang terjadi
diakui. Fokus pengukuran dari suatu entitas akuntansi menentukan apa yang akan dilaporkan,
dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara akuntansi dan
dilaporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan fokus pengukuran ini berhubungan erat
dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan pemilihan yang lain.
Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran (budgetary accounting) mengacu pada praktik yang dilakukan oleh

banyak organisasi sektor publik, khususnya pemerintah dalam upaya menyajikan akun-akun
operasinya dengan menggunakan format yang sama dengan anggarannya. Tujuan praktik ini
adalah untuk menekankan peranan anggaran dalam siklus perencanaan-perencanaan
pertanggungajawaban.
Ide di balik akuntansi anggaran ini adalah untuk kemudahan. Kesulitan biasanya muncul
karena organisasi yang berbeda biasanya mengadopsi format pelaporan yang berbeda pula.
Hasil yang lebih bermakna dapat diperoleh dengan membuat akun-akun anggaran yang
diklasifikasikan dengan cara tertentu yang spesifik terhadap jasa tertentu namun hal ini
menyebabkan ketidakseragaman dalam format akuntansi anggaran. Ada masalah signifikan
bahwa organisasi yang berjenis sama dan memberikan jasa yang sama mungkin memiliki
perlakuan yang berbeda walaupun akuntansi anggaran telah diadopsi oleh mereka. Hal ini
timbul karena ada dua masalah, yaitu:
a. Level agregasi.
b. Perbaningan antara anggaran dan actual yang terjadi.
Kekurangan lain dari akuntansi anggaran terletak pada seberapa sering, atau seberapa
intensif kah laporan keuangan membandingkan antara anggaran dengan aktual terjadi dan
menjelaskan perbedaannnya.
Terlepas dari sistem apa pun yang hendak diadopsi, beberapa perbandingan dan
penjelasan tetap perlu dimasukkan. Logika dari akuntansi anggaran adalah bahwa anggaran
dan akun-akun harus dibandingkan secara berkesinambungan sehingga tindakan dapat
diambil untuk memperbaiki perbedaan tersebut. Hal ini berlaku pengguna eksternal dan
internal dari informasi. Dengan melaporkan hanya dua kolom (anggaran dan aktual saja),
tidak hanya tujuan utama dari akuntansi anggaran ini saja yang tidak dapat tercapai,
melainkan akan memerlukan banyak waktu untuk menjawab pertanyaan pengguna yang
spesifik atas perbedaan yang dapat dihindarkan apabila akun-akun itu sendiri telah
menyediakan analisis yang relevan. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa akuntansi
anggaran lebih berfokus pada bentuk akunnya daripada isinya.
Akuntansi Komitmen
Akuntansi komitmen (commitment accounting) dapat digunakan bersama, baik basis
akuntansi kas maupun akrual. Karena tidak masuk akal untuk menggunakan akuntansi

komitmen tersebut untuk beban karyawan, maka akuntansi komitmen hanya mencakup salah
satu bagian kecil dalam anggaran organisasi. Sebagai konsekuensinya, akuntansi komitmen
ini hanya merupakan subsistem dalam sistem akuntansi utama organisasi.
Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi telah memiliki komitmen
untuk melaksanakan transaksi tersebut. Ini berarti bahwa transaksi tidak diakui ketika ada
penerimaan dan pengeluaran kas, juga bukan pada saat faktur diterima dan dikirimkan,
namun pada saat yang lebih awal, yaitu pada saat pesanan dibuat atau diterima.
Fungsi utama dari akuntansi komitmen adalah dalam kontrol anggaran. Gagasannya
adalah bahwa akun-akun bulanan yang mencatat hanya faktur yang diterima atau dibayar
memberikan hanya sedikit nilai terhadap proses pengambilan keputusan. Agar manajer dapat
mengendalikan anggaran mereka, mereka perlu mengetahui seberapa besar anggaran yang
telah menjadi komitmen dalam hubungan dengan pesanan yang dibuat. Karena berkaitan
dengan fungsi utamanya, maka akuntansi komitmen berfokus pada pesanan yang telah dibuat.