Estimation of Origin-Destination Matrices With Production Constraint Gravity Model (A Case Study of Surakarta City)
ESTIMASI MATRIKS ASAL-TUJUAN PERJALANAN DENGAN MODEL GRAVITY BATASAN BANGKITAN PERGERAKAN ( Studi Kasus Kota Surakarta )
Estimation of Origin-Destination Matrices With Production Constraint Gravity Model
(A Case Study of Surakarta City)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Disusun Oleh: M. RIZQY SEPTYANTO
I 0108015
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
iv
MOTTO SEMANGAT!!!!
“Semangat, berusaha, berdoa dan jangan mudah menyerah”
(Bapak, Ibu, dan kakak-kakak)
“Kerja keras dan Ketekunan adalah
kunci Kesuksesan yang Menyeimbangkan Kepandaian ”
(Penulis)
commit to user
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karyaku ini untuk: Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW. Atas segala
nikmat dan berkah yang diberikan oleh-Nya.
Ibu Masfufah dan Bapak Mas’ud yang selalu memberi dorongan dan doa. Terimakasih atas kasih sayang serta pengorbanannya sampai saat ini.
Kakak-kakakku tersayang, Binti, Anis, Arif, Ali, Alifi, Andi, terimaksih atas dukungan baik berupa materi maupun semangat, tanpa kalian aku tidak akan bisa sukses sampai
saat ini.
Ponakan-ponakanku yang lucu-lucu, Fandi, Anggi, Rafi, Ruli, Arine, Rasya kalian adalah penyemangat yg selalu
memberi keceriaan.
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Estimasi Matriks Asal- Tujuan Perjalanan Dengan Model Gravity Batasan Bangkitan Pergerakan (Studi Kasus Kota Surakarta). Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad saw., keluarganya, para sahabat, serta generasi pelanjut estafet perjuangan beliau.
Penyusunan skripsi yang masih jauh dari sempurna ini sangat memberi pengalaman berharga bagi penulis, di samping itu semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi kalangan Teknik Sipil umumnya dan khususnya Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh guna meraih gelar Sarjana Teknik Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari pihak-pihak yang ada di sekitar penulis, karena itu dalam kesempatan ini penulis harus menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang tertera di bawah ini :
1. Segenap Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. DR. Eng. Ir. Syafi’i, MT, selaku Dosen Pembimbing I Skripsi penulis. Terimakasih atas keprcayaan, bimbingan dan motivasi yang telah Bapak berikan selama proses pengerjaan skripsi ini. Banyak sekali ilmu dan pengalaman bapak yang memotivasi kami untuk terus berusaha.
4. Setiono, ST, MSc selaku Dosen Pembimbing II Skripsi. Terimakasih atas waktu, bimbingan dan bantuan yang bapak berikan dalam pengerjaan skripsi ini. Banyak ilmu dan saran yang bapak berikan telah membantu kami menyelesaikan skripsi ini.
5. Ir. Koosdaryani S,MT., selaku Dosen Pembimbing Akademis. Terimakasih atas bimbingan dan motivasi yang telah ibu berikan selama proses belajar penulis di jurusan teknik sipil ini.
6. Tim Penguji ujian pendadaran skripsi, terimakasih atas kesediaannya untuk menguji dan membimbing penulis hingga penulis dapat lulus.
7. Semua Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
8. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan selama ini. Semua nasehat dan waktu yang kalian berikan telah memberikan kekuatan pada penulis untuk terus maju.
commit to user
ix
9. Kakak-kakak, Binti, Anis, Arif, Ali, Alifi, Andi dan keponakan-keponakanku, Fandi, Anggi, Rafi, Ruli, Arine, Rasya. Terimakasih atas dukungan dan keceriaan yang diberikan kepada penulis.
10. Keluarga besar Om Anton. Om Anton, Tante Sul, Mbak Widya, Antok, Erlyn. Terimakasih atas bantuan dan dukungan selama ini. Kalian adalah keluargaku yang kedua.
11. Kos Laskar Violet. Fahmi, Krisa, Tomy, Nanza, Bernard, Takai, Yusuf, Joshua. Terimakasih atas kebersamaan kita selama ini.
12. Sahabat-sahabat. Adi Prastya N, Wahyu Utomo, Ghea Bima P, Yusuf Zulianto, Samirta Mayang, Dwi Faizah, Sad Mei Nuraini, Ajeng Kusuma Dewi, Yunita Purwandari. Kalian adalah keluargaku dikampus. Terimakasih atas semuanya.
13. Teman-teman sipil 2008. Terimakasih atas bantuan dan dukungan selama ini.
14. Seluruh civitas akademika Teknik Sipil UNS. Terimakasih atas bantuannya selama ini.
15. Dan semua yang pernah hadir dalam kehidupanku yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terimakasih atas segalanya.
Akhirnya pengantar ini juga menjadi semacam ingatan bagi penulis selama menempuh tahap pembelajaran di Universitas Sebelas Maret Surakarta hingga skripsi ini harus disusun sebagai syarat mendapatkan gelar kesarjanaan. Terima kasih.
Surakarta, September 2012
Penulis
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 emp Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi ........................................... 15 Tabel 2.2 emp Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah .......................... 15 Tabel 2.3 Kapasitas Dasar (Co) Jalan Perkotaan................................................ 16 Tabel 2.4 Faktor Penyesuaian Kapasitas (FCw) Untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu
Lintas Jalan Perkotaan ........................................................................ 17 Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisahan Arah (FC sp ) ........... 17 Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Kapsitas (FC sf ) Untuk Pengaruh Hambatan
Samping dan Lebar Bahu ................................................................... 18 Tabel 2.7 Faktor Penyesuaian Kapsitas (FC sf ) Untuk Pengaruh Hambatan
Samping dan Jarak Kereb-Penghalang (FC sf )..................................... 19 Tabel 2.8 Penentuan Kelas Hambatan Samping................................................. 20 Tabel 2.9 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FC cs ) pada Jalan
Perkotaan ............................................................................................ 20 Tabel 2.10 Kecepatan Arus Bebas Dasar (F vo ) Untuk Jalan Perkotaan ............. 21 Tabel 2.11 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas
(FV w ) pada Jalan Perkotaan ................................................................ 22 Tabel 2.12 Faktor Penyesuaian (FFV sf ) Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan
Lebar Bahu pada Kecepatan Arus Bebas Untuk Jalan Perkotaan dengan Bahu
.............................................................................................. 23
Tabel 2.13 Faktor Penyesuaian (FFV sf ) Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan
Jarak Kereb Penghalang Jalan Perkotaan dengan Kereb .................... 23 Tabel 2.14 Faktor Penyesuaian Untuk Pengaruh Ukuran Kota pada Kecepatan
Arus Bebas Kendaraan Jaringan Untuk Jalan Perkotaan.................... 24 Tabel 3.1 Lokasi Survey (Traffic Count) Arus Lalu Lintas 2012 Surakarta ...... 39
commit to user
xiv
Tabel 3.2 Data Nomor Zona dan Nama Zona Internal ....................................... 43 Tabel 3.3 Data Nomor Zona dan Nama Zona Eksternal .................................... 43 Tabel 4.1 Tabel Data Hasil Survei (Traffic Count) Tahun 2012
pada Jam Puncak ................................................................................ 52 Tabel 4.2 Pembagian Zona Internal EMME/3 ................................................... 53 Tabel 4.3 Pembagian Zona Eksternal EMME/3 ................................................. 53 Tabel 4.4 Contoh Perhitungan Jumlah Kendaraan pada Jam Puncak ................ 54 Tabel 4.5 Contoh Konversi Satuan kendaraan/jam ke smp/jam ........................ 55 Tabel 4.6 Format Masukan Basis Data Jaringan Jalan ....................................... 59 Tabel 4.7 Koordinat Node Kota Surakarta ......................................................... 59 Tabel 4.8 Data Arus Lalu Lintas (Traffic Count) Tahun 2012 ........................... 61
Tabel 4.9 Prior Matrix Tahun 2009 ................................................................... 62 Tabel 4.10 Matriks Baru Hasil EMME3 ............................................................ 69
Tabel 4.11 Variabel-Variabel Kalibrasi dalam Program Free Pascal Lazarus ... 75 Tabel 4.12 Matriks Hasil Model Gravity Batasan Bangkitan Pergerakan ......... 77 Tabel 4.13 Perbandingan Arus Lau Lintas Hasil Survei dengan Arus Hasil
Pembebanan ........................................................................................ 83
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Empat Tahap Pemodelan Transportasi .......................................... 8 Gambar 2.2 Hubungan Tipikal Kecepatan-Arus dan Biaya-Arus ..................... 25 Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Surakarta .................................................. 40 Gambar 3.2 Peta Pembagian Zona Kota Surakarta ........................................... 41 Gambar 3.3 Peta Jaringan Jalan Kota Surakarta................................................ 42 Gambar 3.4 Bagan Alir Metode Penelitian ....................................................... 44 Gambar 3.5 Diagram Alir Kalibrasi Newton-Raphson ..................................... 45 Gambar 4.1 Network Editor............................................................................... 60 Gambar 4.2 Editor Toolbar ............................................................................... 60 Gambar 4.3 Garis Keinginan (Desire Line) Pembebanan Lalu Lintas
Kota Surakarta .................................................................................. 85
Gambar 4.4 Grafik Uji Validasi Volume Lalu Lintas ....................................... 86 Gambar 4.5 Grafik Pergerakan Zona Internal ................................................... 89 Gambar 4.6 Grafik Pergerakan Antar Zona....................................................... 89
commit to user
xvi
DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
β = parameter fungsi hambatan Ai, Bd = Faktor penyeimbang untuk setiap zona asal i dan tujuan d
C = Kapasitas (smp / jam)
C id = biaya perjalanan dari zona asal i ke zona tujuan d
C o = Kapasitas dasar untuk kondisi tertentu (ideal) (smp / jam)
D d = total pergerakan ke zona tujuan d EMME/3 = Equilibrium Multimodal, Multimodal Equilibrium Version 3
f Cid = fungsi umum biaya perjalanan
FC cs = Faktor penyesuaian ukuran kota FC sf = Faktor penyesuaian hambatan samping
FC sp = Faktor penyesuaian pemisah arah FC w = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas FFV cs = Faktor penyesuaian ukuran kota. FFV sf = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan sesungguhnya (km/jam)
F vo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam) FV w = Penyesuaian lebar jalur lalu lintas efektif (km/jam)
FFV 4sf = faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk empat lajur (km/jam). FFV 6sf = faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk enam lajur (km/jam). MAT = Matriks Asal-Tujuan
O i = total pergerakan dari zona asal i
p id
= proporsi pergerakan dari zona asal i ke zona tujuan d pada ruas l
V = kecepatan sesungguhnya pada saat ada arus lalu lintas Q. S = jarak (km)
commit to user
xvii
T id = jumlah pergerakan dari zona asal i ke zona tujuan d
t 0 = waktu tempuh pada saat V 0 (detik)
Vˆ l = arus lalu lintas hasil pengamatan pada ruas l
V l = arus lalu lintas hasil pemodelan pada ruas l
V 0 = kecepatan pada saat arus bebas (km/jam)
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A
: Traffic Count
Lampiran B
: Konversi Satuan Kendaraan (smp/jam)
Lampiran C
: Kapasitas
Lampiran D
: Waktu Tempuh
Lampiran E
: Basis Data Jaringan Jalan
Lampiran F
: Koordinat Kota Surakarta
Lampiran G
: Listing Program EMME/3
Lampiran H
: Baris Program Free Pascal Lazarus
Lampiran I
: Surat-Surat
commit to user
vi
ABSTRAK
Muhammad Rizqy Septyanto. 2012. Estimasi Matriks Asal-Tujuan
Perjalanan Dengan Model Gravity Batasan Bangkitan Pergerakan. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam estimasi Matriks Asal-Tujuan (MAT) perjalanan dibutuhkan data titik survei arus lalu lintas yang banyak. Hal ini ditujukan untuk menyamakan keadaan di lapangan yang sekarang terjadi dan juga untuk memberikan hasil yang lebih akurat. Data MAT untuk Kota Surakarta yang ada sebelumnya akan diperbarui.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dari estimasi MAT perjalanan Kota Surakarta dengan menggunakan Model Gravity Batasan Bangkitan pergerakan. Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah menghitung nilai parameter β yang merupakan parameter fungsi hambatan (aksesibilitas/kemudahan) antar zona dengan Kalibrasi Newton-Raphson.
Daerah yang menjadi kajian adalah Kota Surakarta dengan menganalisis jalan arteri dan kolektor yang ada di dalamnya. Metode pembebanan yang digunakan adalah User Equilibrium. Sedangkan uji statistik yang digunakan untuk membandingkan arus hasil pemodelan dan traffic count adalah koefisien
determinasi (R 2 ). Dari hasil perhitungan dengan EMME/3 dan Model Gravity Batasan Bangkitan
diperoleh total pergerakan yang sama yaitu sebesar 32773,68 smp/jam. Sedangkan nilai parameter β dari Kalibrasi Newton-Raphson sebesar -0,0271. Nilai R 2 dari perbandingan arus sebesar 0,89 karena nilai R 2 mendekati 1 maka pemodelan mendekati keadaan nyata di lapangan.
Kata kunci: MAT, traffic count, arus lalu lintas, gravity, EMME/3
commit to user
vii
ABSTRACT
Muhammad Rizqy Septyanto. 2012. Estimation of Origin-Destination
Matrices With Production Constraint Gravity Model. Thesis. Civil Engineering Department Faculty of Engineering Sebelas Maret University of Surakarta.
Origin-Destination Matrix (OD Matrix) estimation needs much points of traffic count survei. It is intended to equalize the situation of the real situation that now happening, and also to provide more accurate results. OD Matrix data for pre- existing Surakarta City will be updated.
The study was conducted to determine the level of validity from Surakarta OD Matrix estimation uses Production Constraint Gravity Model. Morover the purpose of the study was to calculate the value of β parameter which is a parameter of barrier function (accessibilty) between zone uses Newton-Raphson Calibration.
The study area is Surakarta City with analyzing the arterial and collector roads that are on it. The assignment method that used is User Equilibrium. While the statistical test used to compare the result flow of modeling and traffic count is the
coefficient of determination (R 2 ). From the calculation result uses EMME/3 and Production Constraint Gravity
Model obtained by the total number of movements amounted to 32773,68 pcu/hour. While the value of β from Newton-Raphson Calibration amounted to
-0,0271. The value of R 2 from flow comparison amounted to 0,89. Because of R 2 value approach 1 so the result approach the real situation.
Keywords: Origin-Destination Matrices (OD Matrix), traffic count, traffic flow,
gravity, EMME/3
commit to user
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Beberapa masalah utama dalam transportasi seperti kemacetan, polusi udara dan suara, kecelakaan, dan tundaan semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Saat ini, permasalahan transportasi berkembang dengan tingkat kualitas dan kuantitas yang jauh lebih besar. Semakin banyaknya pihak yang terkait menyebabkan permasalahan transportasi menjadi semakin kompleks sehingga menjadi lebih sukar untuk diatasi.
Untuk memecahkan masalah transportasi yang ada, yang perlu dilakukan antara lain adalah bagaimana mempelajari dan memahami pola keterkaitan faktor-faktor yang menyebabkan munculnya masalah transportasi. Sarana yang paling efektif dan efisien yang dapat menggabungkan dan memberikan solusi dari semua faktor penyebab masalah transportasi adalah perencanaan dan pemodelan transportasi. Hasil keluaran dari perencanaan dan pemodelan transportasi dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan transportasi, baik yang sedang terjadi maupun yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Dalam perencanaan transportasi ada beberapa konsep, di antaranya yang umum digunakan adalah Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap. Secara berurutan tahapan-tahapan konsep ini adalah model bangkitan dan tarikan pergerakan, model sebaran pergerakan, model pemilihan moda, dan model pemilihan rute.
Model distribusi pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan sebaran yang meninggalkan suatu zona atau menuju suatu zona. Distribusi pergerakan dapat direpresentasikan dalam bentuk Matriks Asal-Tujuan (MAT) atau Origin-Destination Matrix (O-D Matrix), atau juga dapat dinyatakan dengan garis keinginan (Desire Line).
commit to user
MAT merupakan matriks berdimensi dua yang berisi informasi tentang besarnya pergerakan antar zona di suatu daerah tertentu. Baris dalam MAT menyatakan zona asal sedangkan kolom dalam MAT menyatakan zona tujuan yang kemudian dapat dibaca sebagai besarnya arus dari zona asal menuju zona tujuan.
Jika suatu MAT dibebankan pada suatu jaringan jalan maka akan menghasilkan suatu arus lalu lintas. Dalam konteks perencanaan transportasi, estimasi arus lalu lintas pada tahun rencana sangat penting dalam menentukan kebijakan dan strategi penanganan jaringan jalan. Oleh karena itu estimasi MAT sangat penting dalam perencanaan dan pemodelan transportasi.
Sebagai salah satu kota besar, Kota Surakarta juga mengalami pertumbuhan yang sangat pesat layaknya kota-kota besar lainnya. Dengan pertumbuhan kota yang pesat maka akan berdampak pada peningkatan pergerakan arus lalu lintas. Untuk itu perlu dilakukan estimasi atau perkiraan MAT perjalanan Kota Surakarta sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijaksanaan dan perencanaan kota dimasa yang akan datang.
Kota Surakarta yang menjadi daerah kajian dalam penelitian ini merupakan salah satu kota besar, yakni kota dengan kepadatan penduduk yang tinggi, mencapai
12.716 jiwa/km 2 dengan fasilitas modern dan dapat memenuhi kebutuhan kota secara mandiri. Kota Surakarta dibagi ke dalam 65 zona, yang terbagi lagi menjadi 51 zona internal dan 14 zona eksternal. Pada umumnya, batas yang sering digunakan dalam penentuan batas zona adalah batas administrasi yang dapat berupa batas administrasi daerah, batas alami dan lain-lain. Zona asal tujuan dihubungkan oleh beberapa konektor yang merepresentasikan ruas jalan yang ada di Kota Surakarta.
Data MAT untuk Kota Surakarta yang ada sebelumnya akan diperbarui. Hal ini ditujukan untuk menyamakan keadaan di lapangan yang sekarang terjadi dan juga untuk memberikan hasil yang lebih akurat. Kemudian melakukan estimasi atau perkiraan arus lalu lintas dimasa yang akan mendatang. Tidak hanya itu, dengan mempelajari hasil pembebanan MAT baru, dapat dilakukan pengambilan kebijakan untuk mengatasi masalah yang akan terjadi di kemudian hari.
commit to user
Sebelum mengestimasi MAT perjalanan baru, dibutuhkan sebuah parameter β yang merupakan parameter fungsi hambatan (kemudahan atau aksesibilitas) antar
zona. Nilai fungsi hambatan dalam transportasi biasanya diasumsikan dengan rute tercepat, termurah, atau terpendek dari zona asal menuju zona tujuan dengan berberapa kemungkinan rute yang dapat ditempuh. Dalam proses pengestimasian MAT dengan Model Gravity Batasan Bangkitan Pergerakan dibutuhkan sebuah fungsi hambatan yang di dalamnya terdapat parameter β, oleh karena itu kalibrasi nilai parameter β sangat diperlukan dalam proses estimasi MAT.
Untuk mempermudah dalam proses kalibrasi nilai parameter β digunakan aplikasi software Free Pascal Lazarus. Sedangkan untuk proses estimasi atau perkiraan MAT di Kota Surakarta, pada penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi software EMME/3 (Equilibrium Multimodal, Multimodal Equilibrium). Dari hasil menjalankan aplikasi software EMME/3 lalu memasukkan nilai β dari aplikasi software Free Pascal Lazarus akan didapatkan sebuah MAT perjalanan baru hasil dari estimasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Berapa nilai parameter β sebagai fungsi hambatan dengan metode Newto- Raphson?
b. Berapa besar estimasi Matriks Asal-Tujuan perjalanan dengan batasan bangkitan pergerakan dari data lalu lintas?
c. Berapa besar tingkat validasi dari arus lalu lintas hasil pemodelan dengan arus lalu lintas yang ada dilapangan?
commit to user
1.3 Batasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan agar penelitian tidak terlalu meluas dan lebih terarah maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:
a. Daerah kajian adalah Kota Surakarta dan sekitarnya.
b. Pembagian zona berdasarkan batas-batas administratif berupa kelurahan.
c. Metode kalibrasi yang digunakan adalah metode Newton-Raphson dengan bantuan software Free Pascal Lazarus.
d. Metode perhitungan matriks yang digunakan untuk mengestimasi Matriks Asal-Tujuan baru adalah Metode Gravity Batasan Bangkitan Pergerakan.
e. Data matriks awal (prior matriks) yang digunakan adalah hasil perhitungan skripsi yang lalu.
f. Ruas jalan yang dianalisis adalah ruas jalan arteri dan kolektor sesuai pembagian jalan menurut Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta.
g. Penelitian dilakukan pada distribusi pergerakan kendaraan yang terdiri dari semua jenis kendaraan sesuai pembagian dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997.
h. Kapasitas ruas jalan, waktu tempuh, dan kecepatan dihitung menggunakan metode perhitungan pada MKJI.
i. Pejalan kaki diabaikan. j. Metode pembebanan MAT yang digunakan adalah Metode Keseimbangan
Wardrop (Wardrop Equilibrium) menggunakan bantuan aplikasi software EMME/3.
commit to user
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui besar nilai parameter β yang merupakan fungsi hambatan dengan Metode Newton-Raphson.
b. Mengetahui estimasi MAT perjalanan dari data lalu lintas.
c. Mengetahui tingkat validitas dari arus lalu lintas hasil pemodelan dengan arus lalu lintas hasil pengamatan dilapangan.
1.5 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dibidang perencanaan dan pemodelan transportasi.
b. Manfaat Praktis Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk perencanaan transportasi dan pemberian kebijakan transportasi dimasa yang akan datang.
commit to user
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian tentang estimasi Matriks Asal-Tujuan perjalanan telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah sebagai berikut:
Abrahamsson (1998), menyatakan bahwa suatu matriks adalah hal penting dalam menggambarkan transportasi dalam sebuah daerah. Matriks mempunyai informasi tentang pergerakan antar zona pada sebuah daerah. MAT dapat diestimasi dengan menggunakan data traffic count jaringan jalan dan informasi lain yang tersedia.
Hazelton (2002), menyatakan bahwa sebuah matriks asal-tujuan perjalanan yang akurat adalah sebuah bagian dasar dari sebuah model pembebanan lalu lintas. Beberapa metode yang digunakan untuk mendapatkan sebuah matriks yang membutuhkan survei dengan biaya yang mahal yang sering berakibat pada sedikitnya jumlah sampel data yang didapat dan jarang meninjau semua kemungkinan asal-tujuan pergerakan.
Nugroho (2007), telah melakukan sebuah penelitian tentang estimasi MAT dengan menggunakan data lalu lintas yang ada dan meghitung besarnya nilai paramet er β dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Dalam penelitiannya, Nugroho mendapatkan jumlah total pergerakan Kota Surakarta adalah 29834,8 smp/jam den gan nilai parameter β sebesar -0,00125. Tingkat validasi dari model yang dihasilkan sebesar 0,8828.
Sedangkan Widyastuti (2007), melakukan sebuah penelitian tentang estimasi MAT dari data lalu lintas dengan metode estimasi entropi maksimum. Dari hasil perhitungan dengan bantuan software SATURN, diperoleh total jumlah
pergerakan Kota Surakarta adalah 31690,6 smp/jam dengan nilai parameter β sebesar -0,00121. Untuk tingkat validasi dari model yang dihasilkan sebesar 0,8816.
commit to user
Kemudian pada tahun 2009, Nurmalia melakukan sebuah penelitian tentang estimasi MAT dari data arus lalu lintas dengan menggunakan software EMME/3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya estimasi MAT dengan menggunakan metode estimasi Entropi Maksimum dan juga untuk mengetahui tingkat validasi dari arus lalu lintas hasil pemodelan dengan arus lalu lintas hasil pengamatan di lapangan. Dari hasil perhitungan dengan bantuan software EMME/3, diperoleh jumlah total pergerakan Kota Surakarta adalah 34130 smp/jam dengan tingkat validasi model sebesar 0,867.
Pada tahun 2010, Widyasari melakukan penelitian tentang estimasi kinerja dan strategi penanganan jaringan jalan Kota Surakarta pada tahun rencana 2020 dan 2030. Penelitian dilakukan untuk membandingkan jumlah pergerakan menggunakan analisis MAT, mengevaluasi kinerja jaringan jalan Kota Surakarta menggunakan Nisbah Volume dan Kapasitas (NVK) dan juga memberikan alternatif penangan sistem jaringan jalan di Kota Surakarta tahun 2009, 2020 dan 2030. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software EMME/3, diperoleh jumlah pergerakan di Kota Surakarta pada tahun 2009 sebesar 32361 smp/jam, tahun 2020 sebesar 45516 smp/jam dan tahun 2030 sebesar 61706 smp/jam dengan tingkat pertumbuhan 3,3% per tahun. Pada tahun 2009 terdapat 2 ruas jalan dengan kondisi tidak stabil, tahun 2020 terdapat 61 ruas jalan yang kondisinya tidak stabil, dan pada tahun 2030 terdapat 195 ruas jalan dengan kondisi tidak stabil. Penanganan dilakukan berkaitan dengan peningkatan ruas jalan maupun manajemennya, dimana dalam penelitian tersebut dilakukan pemberlakuan sistem satu arah dan pelebaran jalan disesuaikan dengan kondisi nyata di lapangan.
Syaf i’i, dkk. (2009), dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam konteks perencanaan transportasi, salah satu hal yang paling sangat penting yang harus diketahui adalah potensi kebutuhan perjalanan dari satu zona (daerah) asal ke zona tujuan yang merupakan pencerminan distribusi perjalanan dari zona asal ke zona tujuan. Kebutuhan perjalanan ini pada umunya direpresentasikan dengan Matriks Asal-Tujuan (MAT) perjalanan atau Origin-Destination (OD) Matrix.
commit to user
Dalam penelitian ini akan dilakukan estimasi MAT dengan menggunakan metode sintesis dengan model Gravity Batasan Bangkitan Pergerakan dengan menggunakan bantuan aplikasi software EMME/3 serta kalibrasi nilai parameter β dengan metode Newton-Raphson dengan bantuan aplikasi software Free Pascal Lazarus yang belum pernah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya.
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Konsep Perencanaan Transportasi
Tamin (2000) menuliskan bahwa terdapat beberapa konsep perencanaan transportasi. Konsep yang paling sering digunakan saat ini adalah Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap. Tahap-tahap itu meliputi:
1) Bangkitan dan tarikan pergerakan (Trip Generation)
2) Didtribusi pergerakan lalu lintas (Trip Distribution)
3) Pemilihan moda (Modal Choice/Modal Split)
4) Pembebanan lalu lintas/pemilihan rute (Trip Assignment)
Gambar 2.1 Empat Tahap Pemodelan Transportasi
Bangkitan dan Tarikan Pergerakan
(Trip Generation)
Sebaran Pergerakan
(Trip Distribution)
Pemilihan Moda (Modal Choice/Modal Split)
Pemilihan Rute (Trip Assignment)
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
commit to user
a. Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Bangkitan dan tarikan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang
memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas.
b. Distribusi Pergerakan
Distribusi pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan sebaran yang meninggalkan suatu zona atau yang menuju suatu zona. Distribusi pergerakan dapat direpresentasikan dalam bentuk Matriks Asal-Tujuan (MAT) atau Origin-Destination Matrix (O-D Matrix) atau juga dapat dinyatakan dengan garis keinginan (Desire Line).
c. Pemilihan Moda
Jika interaksi terjadi antara dua tata guna lahan disuatu wilayah, maka akan diputuskan bagaimana interaksi tersebut harus dilakukan. Dalam kasus ini, keputusan harus ditentukan dalam hal pemilihan moda. Tujuan dari model pemilihan moda ini adalah untuk mengetahui proporsi pengalokasian perjalanan ke berbagai moda transportasi.
d. Pemilihan Rute
Seperti halnya dalam pemilihan moda transportasi, pemilihan rute juga tergantung pada beberapa alternatif seperti jarak terpendek, tercepat, dan termurah. Diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup untuk menentukan rute yang terbaik.
2.2.2 Matriks Asal-Tujuan
Pola pergerakan dalam sistem transportasi sering dijelaskan dalam bentuk arus pergerakan (kendaraan, penumpang, dan barang) yang bergerak dari zona asal ke
commit to user
zona tujuan di dalam daerah tertentu dan selama periode waktu tertentu. Matriks Pergerakan atau Matriks Asal-Tujuan (MAT) sering digunakan oleh para perencana transportasi untuk menggambarkan pola pergerakan tersebut.
MAT adalah matriks berdimensi dua, yang berisi informasi mengenai besarnya pergerakan antar lokasi (zona) di dalam daerah tertentu. Baris menyatakan zona asal dan kolom menyatakan zona tujuan. Dalam hal ini, notasi T id menyatakan besarnya arus pergerakan (kendaraan, penumpang, dan barang) yang bergerak dari
zona asal i ke zona tujuan d selama selang waktu tertentu.
Pola pergerakan dapat dihasilkan jika suatu MAT dibebankan ke suatu sistem jaringan transportasi. Dengan mempelajari pola pergerakan yang terjadi, maka dapat mengidentifikasi permasalahan yang timbul sehingga beberapa solusi segera dapat dihasilkan. MAT dapat memberikan indikasi rinci mengenai kebutuhan akan pergerakan sehingga MAT memegang peran yang sangat penting dalam berbagai kajian perencanaan dan manajemen transportasi.
Jumlah zona dan nilai setiap sel matriks adalah dua unsur penting dalam MAT, karena jumlah zona menunjukkan banyaknya sel MAT yang harus didapatkan dan berisi informasi yang sangat dibutuhkan untuk perencanaan transportasi. Setiap sel membutuhkan informasi jarak, waktu, biaya, atau kombinasi ketiga informasi tersebut yang digunakan sebagai ukuran aksesibilitas (kemudahan).
2.2.3 Daerah Kajian
Daerah kajian adalah suatu daerah geografis yang di dalamnya terletak semua zona asal dan zona tujuan yang diperhitungkan dalam model kebutuhan akan transportasi. Kriteria terpenting daerah kajian adalah bahwa daerah itu berisikan zona internal dan ruas jalan yang secara nyata dipengaruhi oleh pergerakan lalu lintas. Daerah kajian untuk suatu kajian transportasi dibatasi oleh batas daerah kajian di sekelilingnya, semua informasi transportasi yang bergerak di dalamnya harus diketahui.
commit to user
Hal pertama yang harus ditentukan dalam mendefinisikan sitem zona (kegiatan) dan sistem jaringan adalah cara membedakan daerah kajian dengan daerah atau wilayah lain diluar daerah kajian. Beberapa arahan untuk hal tersebut adalah:
1) Dalam menentukan daerah kajian seharusnya sudah dipertimbangkan sasaran
pelaksanaan kajian, permasalahan transportasi yang akan dimodel dan tipe pergerakan yang akan dikaji.
2) Untuk kajian yang bersifat strategis, daerah kajian harus didefinisikan
sedemikian rupa sehingga mayoritas pergerakan mempunyai zona asal dan zona tujuan di dalam daerah kajian tersebut.
3) Daerah kajian sebaiknya sedikit lebih luas daripada daerah yang akan diamati
sehingga kemungkinan adanya perubahan zona tujuan atau pemilihan rute yang lain dapat diamati.
Wilayah diluar daerah kajian sering dibagi menjadi beberapa zona eksternal yang digunakan untuk mencerminkan dunia lainnya. Daerah kajian sendiri dibagi menjadi beberapa zona internal yang jumlahnya sangat tergantung dari tingkat ketepatan yang diinginkan.
2.2.4 Sistem Zona
Sistem zona adalah suatu sistem tata guna lahan dimana satu satuan tata guna lahan diperoleh dengan membagi wilayah kajian menjadi bagian yang lebih kecil (zona), yang dianggap mempunyai keseragaman tata guna lahan atau berada di suatu daerah administrasi tertentu seperti kelurahan, kecamatan atau wilayah. Setiap zona akan diwakili oleh satu pusat zona. Pusat zona dianggap sebagai tempat atau lokasi awal pergerakan lalu lintas dari zona tersebut dan akhir pergerakan lalu lintas yang menuju zona tersebut.
Di dalam buku Tamin (2000) dituliskan beberapa kriteria utama yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan sistem zona di dalam suatu daerah kajian yang disarankan oleh IHT and DTp (1987):
commit to user
a. Ukuran zona sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga galat pengelompokan yang timbul akibat asumsi pemusatan seluruh aktifitas pada suatu pusat zona menjadi tidak terlalu besar.
b. Batas zona sebaiknya harus sesuai dengan batas sensus, batas administrasi daerah, batas alami, atau batas zona yang digunakan oleh kajian terdahulu yang sudah dipandang sebagai kriteria utama.
c. Ukuran zona harus disesuaikan dengan kepadatan jaringan yang akan dimodel, biasanya ukuran zona semakin membesar jika semakin jauh dari pusat kota.
d. Ukuran zona harus lebih besar dari yang seharusnya untuk memungkinkan arus lalu lintas dibebankan ke atas jaringan jalan dengan kecepatan yang disyaratkan.
e. Batas zona harus dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan jenis pola pengembangan untuk setiap zona. Tipe tata guna lahan setiap zona sebaiknya homogen untuk menghindari tingginya pergerakan intrazonal dan untuk mengurangi tingkat kerumitan model.
f. Batas zona harus sesuai dengan batas daerah yang digunakan dalam pengumpulan data.
g. Ukuran zona ditentukan pula oleh tingkat kemacetan, ukuran zona pada daerah macet sebaiknya lebih kecil dibandingkan dengan daerah tidak macet.
2.2.5 Sistem Jaringan Transportasi
Sistem jaringan transportasi dicerminkan dalam bentuk ruas dan simpul, yang semuanya dihubungkan ke pusat zona. Sistem jaringan transportasi juga dapat ditetapkan sebagai urutan ruas jalan dan simpul. Ruas jalan bisa berupa potongan jalan raya atau kereta api, sedangkan simpul bisa berupa persimpangan atau stasiun. Setiap simpul dan zona diberi nomor. Nomor ini yang digunakan untuk mengidentifikasi data yang berkaitan dengan ruas dan zona.
Kunci utama dalam merencanakan sistem jaringan adalah penentuan klasifikasi fungsi jalan yang akan dianalisis (arteri, kolektor, atau lokal). Hal ini tergantung dari jenis dan tujuan kajian.
commit to user
2.2.6 Fungsi Jalan
Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan.
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ada beberapa definisi jalan:
1) Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
2) Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata- rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3) Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4) Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Menurut statusnya, jalan dikelompokkan menjadi:
1) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jarinngan
jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol.
2) Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukoata provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3) Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jaln primer yang
tidak termasuk pada butir 1 dan butir 2, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4) Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
commit to user
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat pemukiman yang berada di dalam kota.
5) Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau
antar pemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
2.2.7 Satuan Mobil Penumpang
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), 1997, mendefinisikan satuan mobil penumpang (smp) adalah satuan untuk arus lalu lintas dimana berbagai tipe kendaraan diubah menjadi arus kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan Ekivalen Mobil Penumpang (emp). Ekivalen Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe kendaraan dibandingkan kendaraan ringan terhadap kecepatan kendaraan ringan dalam arus lalu lintas (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan yang mirip, emp = 1).
Pembagian tipe kendaraan bermotor untuk masing-masing kendaraan berdasarkan MKJI 1997:
1) Sepeda Motor, Motor Cycle (MC), terdiri dari kendaraan bermotor beroda dua
atau tiga.
2) Kendaraan Ringan, Light Vehicle (LV), yaitu kendaraan bermotor dua as
beroda empat dengan jarak as 2-3 meter, termasuk diantaranya mobil penumpang, oplet, mikrobus, pick-up dan truk kecil.
3) Kendaraan Berat, Heavy Vehicle (HV), yaitu kendaraan bermotor lebih dari 4 roda, termasuk diantaranya bus, truk 2 as, truk 3 as, dan truk kombinasi.
commit to user
Nilai emp untuk jalan perkotaan ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Tabel 2.1 emp Untuk Jalan Perkotaan Tak Terbagi
Tipe Jalan Tak Terbagi
Arus Lalu Lintas Total
Dua Arah (kend/jam)
Emp
HV
MC Lebar Lajur
Lalu Lintas Cw (m) ≤6
≥6
Dua lajur tak tebagi
0,35 0,25 Empat lajur tak terbagi
0,25 Sumber: MKJI (1997)
Tabel 2.2 emp Untuk Jalan Perkotaan Terbagi dan Satu Arah
Tipe Jalan:
Arus Lalu Lintas
Per Lajur (kend/jam)
Emp Jalan Satu Arah dan
HV MC Jalan Terbagi
Dua lajur satu arah (2/1)
0 1,3
0,4
dan Empat lajur terbagi
1050
1,2
0,25 Tiga lajur satu arah (3/1)
Enam lajur terbagi (5/2D)
10
1,2
0,25 Sumber: MKJI (1997)
2.2.8 Kapasitas
Menurut Dirjen Bina Marga, kapasitas adalah volume maksimum kendaraan per jam yang melalui suatu potongan lajur jalan (untuk jalan multi lajur) atau suatu potongan jalan (untuk jalan dua lajur) pada kondisi jalan dan arus lalu lintas ideal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan adalah lebar jalur atau lajur, ada tidaknya pemisah/median jalan, hambata bahu/kereb jalan, gradien jalan, di daerah perkotaan atau luar kota, ukuran kota. Besarnya kapasitas suatu ruas jalan dapat dihitung dengan Persamaan (2.1) berikut:
C = Co×FC w ×FC sp ×FC sf ×FC cs (2.1)
commit to user
Dimana:
C = Kapasitas (smp/jam) Co = Kapasitas dasar untuk kondisi tertentu (ideal) (smp/jam) FC w = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas FC sp = Faktor penyesuaian pemisah arah FC sf = Faktor penyesuaian hambatan samping FC cs = Faktor penyesuaian ukuran kota
a. Kapasitas dasar jalan perkotaan (Co) Kapasitas dasar adalah kapasitas segmen jalan untuk kondisi tertentu sesuai
kondisi geometrik, pola arus lalu lintas, dan faktor lingkungan. Jika kondisi sesungguhnya sama dengan kasus dasar (ideal) tertentu, maka semua faktor penyesuaian menjadi 1,0 dan kapasitas menjadi sama dengan kapasitas dasar (Co).
Tabel 2.3 Kapasitas Dasar (Co) Jalan Perkotaan
Tipe Jalan
Kapasitas Dasar (smp/jam)
Catatan
Empat lajur terbagi atau jalan satu arah
1650
Perlajur Empat lajur tak terbagi
1500
Perlajur Dua lajur tak terbagi
2900
Total dua arah Sumber: MKJI (1997)
b. Faktor penyesuai kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas (FC w ) Faktor penyesuai kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas jalan perkotaan adalah
faktor penyesuai untuk kapasitas dasar akibat lebar jalur lalu lintas.
commit to user
Tabel 2.4 Faktor Penyesuaian Kapasitas (FC w ) Untuk Pengaruh Lebar Jalur Lalu Lintas Jalan Perkotaan
Tipe jalan Lebar jalur lalu lintas efektif (WC) (m)
FC w
Empat lajur terbagi atau jalan satu arah
Empat lajur tak terbagi
Dua lajur tak terbagi
Total dua arah
5 0,56 6 0,87 7 1,00 8 1,14 9 1,25 10 1,29 11 1,34
Sumber: MKJI (1997)
c. Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FC sp ) Faktor penyesuai kapasitas untuk pemisahan arah lalu lintas adalah faktor
penyesuai kapasitas dasar akibat pemisahan arah lalu lintas (hanya pada jalan dua arah tak terbagi). Faktor ini mempunyai nilai paling tinggi pada prosentase pemisahan arah 50%-50% yaitu bilamana arus pada kedua arah adalah sama pada periode waktu yang dianalisis (umumnya satu jam).
Tabel 2.5 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Pemisahan Arah (FC sp )
Pemisahan arah SP
65-35 70-30
%-%
FC sp
Dua lajur 2/2
Empat lajur 4/2
0,955 0,94 Sumber: MKJI (1997)
commit to user
d. Faktor penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambatan samping (FC sf ) Faktor penyesuai kapasitas untuk hambatan samping adalah faktor penyesuai
kapasita dasar akibat hambatan samping sebagai fungsi lebar bahu. Hambatan samping ini dipengaruhi oleh berbagai aktifitas disamping jalan yang berpengaruh terhadap arus lalu lintas. Hambatan samping yang terutama berpengaruh pada kapasitas dan kinerja jalan perkotaan:
Jumlah pejalan kaki berjalan atau menyebrang sisi jalan. Jumlah kendaraan berhenti diparkir. Jumlah kendaraan masuk dan keluar ke/dari lahan samping jalan dan jalan sisi. Jumlah kendaraan yang bergerak lambat yaitu arus total (kend/jam) dari
sepeda, becak, delman, pedati, dan sebagainya.
Tabel 2.6 Faktor Penyesuaian Kapsitas (FC sf ) Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan Lebar Bahu
Tipe Jalan
Kelas Hambatan
Samping
Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan
Lebar Bahu ( FC sf )
Lebar Bahu (m)
atau Jalan Satu Arah
0,91 Sumber: MKJI (1997)
commit to user
Tabel 2.7 Faktor Penyesuaian Kapsitas (FC sf ) Untuk Pengaruh Hambatan
Samping dan Jarak Kereb-Penghalang (FC sf )
Tipe Jalan
Kelas Hambatan
Samping
Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan
Lebar Bahu ( FC sf )
Lebar Kereb-Penghalang (m)
atau Jalan Satu Arah
0,82 Sumber: MKJI (1997)
Untuk mengetahui tingkat hambatan samping pada kolom (2) Tabel (2.6 dan 2.7) dengan melihat kolom (3) Tabel 2.8 dibawah ini, tetapi apabila data terinci hambatan samping tersebut tersedia maka hambatan samping dapat ditentukan dengan prosedur berikut:
1) Periksa mengenai kondisi khusus dari kolom (4) Tabel 2.8 dan pilihsalah satu yang yang paling tepat untuk keadaan segmen jalan yang dianalisa.
2) Amati foto pada gambar A-4:1-5 (MKJI 1997) yang menunjukkan kesan visual
rata-rata yang khusus dari masing-masing kelas hambatan samping. Dan pilih slah satu yang paling sesuai dengan kondisi rata-rata sesungguhnya pada kondisi lokasi untuk periode yang diamati.
3) Pilih kelas hambatan samping berdasarkan pertimbangan dari gabungan
langkah 1 dan 2 diatas.
commit to user
Tabel 2.8 Penentuan Kelas Hambatan Samping
Frekuensi Berbobot
Kejadian
Kondisi Khusus
Kelas Hambatan Samping
Kode
< 100
Pemukiman, hampir tidak ada kegiatan
Sangat Rendah VL 100-299
Pemukiman, beberapa angkutan umum
Rendah L 300-499
Daerah industri dengan toko-toko di sisi jalan
Sedang M 500-899
Daerah niaga dengan aktifitas di sisi jalan yang tinggi
Tinggi
H > 900
Daerah niaga dengan aktifitas di sisi jalan yang sangat tinggi
Sangat Tinggi
VH Sumber: MKJI (1997)
e. Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FC cs ) Faktor penyesuai kapasitas untuk ukuran kota adalah faktor penyesuaian kapasitas
dasar akibat ukuran kota. Besarnya faktor ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.9 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FC cs ) pada Jalan
Perkotaan
Ukuran Kota (Juta Penduduk)
Faktor Penyesuai untuk Ukuran Kota (FC cs )
Sumber: MKJI (1997)
2.2.9 Kecepatan
Kecepatan tempuh adalah kecepatan rata-rata (km/jam) arus lalu lintas dihitung dari panjang ruas jalan dibagi waktu tempuh rata-rata kendaraan yang melewati segmen jalan. Sedangkan kecepatan pada arus bebas adalah kecepatan dari kendaraan yang tidak dipengaruhi oleh kendaraan lain (yaitu kecepatan dimana pengendara merasakan perkalanan yang nyaman dalam kondisi geometrik lingkungan dan pengaturan lalu lintas yang ada pada bagian segmen jalan dimana tidak ada kendaraan lain). Kecepatan arus dapat ditentukan dari rumus berikut:
commit to user
FV = (F vo + FV w ) × FFV sf × FFV cs (2.2) Dimana,
FV = Kecepatan arus bebas kendaraan ringan sesungguhnya (km/jam)
F vo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam) FV w = Penyesuaian lebar jalur lalu lintas efektif (km/jam)
FFV sf = Faktor penyesuai kondisi hambatan samping FFV cs = Faktor penyesuai ukuran kota
Tabel 2.10 Kecepatan Arus Bebas Dasar (F vo ) Untuk Jalan Perkotaan
Tipe Jalan
Kecepatan arus bebas dasar (F vo ) (km/jam) Kendaraan
Sepeda Motor (MC)
Rata-rata Kendaraan
Enam Lajur Terbagi (6/2 D)
61 52 48 57 Atau Tiga Lajur Satu Arah (3/1)
Empat Lajur Terbagi (4/2 D)
57 50 47 55 Atau Dua Lajur Satu Arah (2/1)
Empat Lajur Tak Terbagi
53 46 43 51
(4/2 UD) Dua Lajur Tak Terbagi
44 40 40 42
(2/2 UD)
Sumber: MKJI (1997)
commit to user
Tabel 2.11 Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas (FV w ) pada Jalan Perkotaan
Tipe Jalan
Lebar Jalur Lalu Lintas
Efektif (W c )
(m)
FV w
Empat Lajur Terbagi Atau Jalan Satu Arah
Empat Lajur Tak Terbagi
Dua Lajur Tak Terbagi
Total Dua Arah
11 7 Sumber: MKJI (1997)
commit to user
Tabel 2.12 Faktor Penyesuaian (FFV sf ) Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan
Lebar Bahu pada Kecepatan Arus Bebas Untuk Jalan Perkotaan
dengan Bahu
Tipe Jalan
Kelas Hambatan
Samping
Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan Lebar Bahu ( FFV sf )
Lebar Kereb-Penghalang (m)
atau Jalan Satu Arah
0,82 Sumber: MKJI (1997)
Tabel 2.13 Faktor Penyesuaian (FFV sf ) Untuk Pengaruh Hambatan Samping dan
Jarak Kereb Penghalang Jalan Perkotaan dengan Kereb
Tipe Jalan
Kelas Hambatan
Samping
Faktor Penyesuaian Hambatan Samping dan Lebar Bahu ( FFV sf )
Lebar Kereb-Penghalang (m)
atau Jalan Satu Arah
0,82 Sumber: MKJI (1997)
commit to user
Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk jalan enam lajur dapat ditentukan dengan menggunakan nilai FFV sf untuk jalan empat lajur yang diberikan pada Tabel 2.12 atau 2.13 dan disesuaikan seperti rumus 2.3 dibawah ini:
FFV 6sf = 1-0,8 × (1- FFV 4sf ) (2.3) Dimana: FFV 6sf = Faktor penyesuai kecepatan arus bebas untuk enam lajur (km/jam)
FFV 4sf = Faktor penyesuai kecepatan arus bebas untuk empat lajur (km/jam)
Untuk penentuan kelas hambatan samping sama dengan Tabel 2.8 diatas, sedangkan faktor penyesuaian kecepatan untuk ukuran kota dapat dilihat pada Tabel 2.14 dibawah ini.
Tabel 2.14 Faktor Penyesuaian Untuk Pengaruh Ukuran Kota pada Kecepatan
Arus Bebas Kendaraan Jaringan Untuk Jalan Perkotaan
Ukuran Kota (Juta Penduduk)
Faktor Penyesuai untuk Ukuran Kota (FV cs )
Sumber: MKJI (1997) Kecepatan kendaraan pada arus lalu lintas dapat dihitung dengan menggunakan
rumus 2.4 berikut:
V = Vo × 0,5 (1+(1-(Q/C)) 0,5 )
(2.4) Dimana:
V = Kecepatan sesungguhnya pada saat ada arus lalu lintas Q
Vo = Kecepatan arus bebas
C = Kapasitas
commit to user
Jika arus pada ruas jalan tersebut telah mencapai kapasitas (Q/C = 1), maka rumus
2.4 menjadi:
V = 0,5Vo (2.5)
2.2.10 Hubungan Kurva Kecepatan-Arus dan Biaya-Arus