BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan dengan mengunakan Manajemen Laba sebagai variabel intervening , Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

  Bank adalah lembaga intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam menjalankan kegiatan usaha tersebut bank menghadapi berbagai resiko, baik resiko kredit , resiko pasar, resiko operasional maupun resiko reputasi. Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai akhir tahun 1997 bukan semata mata diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga diakibatkan oleh belum dilaksanakannya good corporate governance dan etika yang melandasinya. Oleh karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada dunia perbankan Indonesia melalui restrukturisasi dan rekapitulasi hanya dapat mempunyai dampak jangka panjang dan mendasar apabila disertai tiga tindakan penting lain ,yaitu

  (i) Ketaatan kepada prinsip kehati-hatian; (ii) Pelaksanaan good corporate governance; dan (iii) Pengawasan yang efektif dari otoritas pengawas bank. Pelaksanaan good corporate governance (GCG) sangat di perlukan untuk membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk berkembang dengan baik dan sehat. Oleh karena itu Bank For Internasional Sattlement (BIS) sebagai lembaga yang mengkaji terus menerus prinsip kehati-hatian yang harus dianut oleh perbankan,telah pula mengeluarkan pedoman pelaksanaan GCG bagi dunia perbankan secara internasional. Seiring dengan tuntutan penerapan GCG pada sektor perbankan, maka pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang secara khusus mengatur mengenai ketentuan pelaksanaan GCG di Bank Umum. Peraturan yang dimaksud adalah Peraturan bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 January 2006 tentang pelaksanaan GCG di Bank Umum yang kembali di sempurnakan melalu PBI No.8/14/PBI/2006 Tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan Atas PBI No.8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan Good

  

Corporate Governance Bagi Bank Umum. Peraturan ini menegaskan bahwa

  pelaksanaan GCG pada industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada lima prinsip dasar yakni keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggung jawaban (responsibility), independensi (

  

independency) , dan kewajaran (fairness). Dalam pelaksanaan GCG tersebut di

  perlukan keberadaan Komisaris Independen dan Pihak Independen. Keberadaan pihak – pihak independen tersebut, diharapkan dapat menciptakan check and balance, menghindari benturan kepentingan (conflik of interest) dalam pelaksanaan tugasnya serta melindungi kepentingan stakeholders khususnya pemilik dana dan pemegang saham minoritas.

  Latar belakang kebutuhan atas good corporate governance (GCG) , seperti yang telah digambarkan diatas yaitu pemicu munculnya krisis ekonomi dan market crash dapat dikategorikan sebagai latar belakang praktis , sementara hal lain yang dapat melatar belakangi kebutuhan atas GCG adalah latar belakang Akademis yaitu kebutuhan Good Coporate governance timbul berkaitan dengan

  

principal-agency theory , yaitu untuk menghindari konflik antara principal dan

  agennya. Konflik muncul karena perbedaan kepentingan tersebut haruslah dikelola sehingga tidak menimbulkan kerugian pada para pihak. Korporasi yang dibentuk merupakan suatu entitas tersendiri yang terpisah, sehingga keberadaan korporasi dan para pihak yang berkepentingan (stakeholders) tersebut dilindungi melalui penerapan good corporate governance.

  Dalam teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Endang 2009). Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, kepada pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya.

  Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric) . Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management) .

  Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck,

  

World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett, arcuss,

  Saunders dan Tehranian, 2006). Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan

  (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Boediono, 2005).

  Penerapan manajemen laba seperti dua sisi mata uang. Pada satu sisi terang, manajemen laba adalah produk yang legitimate , sedangkan disisi lain

  

manajemen laba dianggap sebagai produk dari suatu tindakan yang immoral’dan

únethical’ . Manajemen laba oleh sebagian kalangan dianggap sebagai

professional judgement atas laporan keuangan, tetapi dapat menyesatkan

  (mislead) pihak stakeholder dalam melakukan interpretasi terhadap performa ekonomi (economic performance) suatu perusahaan. Konsekuensinya akan lebih luas bila manajemen laba dilakukan oleh manajemen perusahaan go public ,pihak investor akan terlihat bodoh bila mempercayai laporan keuangan tersebut. kuat bahwa pihak investor tidak mempunyai akses informasi ke dalam perusahaan, sehingga investor akan melihat laporan keuangan tersebut sebagai laporan true report.

  Sebagaimana penelitian Wulandari (2006) dengan hasil pengujian uji t yang menggunakan rata-rata akrual sebagai proksi discretionary accrual didapatkan hasil tingkat signifikasi sebesar 0.002 yang lebih kecil dari 0.05 , yang berarti bahwa memang terdapat perbedaan yang signifikan antara discretionary

  

accrual antara bank yang memperoleh laba dan bank yang mengalami kerugian,

  hal ini juga mengindikasikan terdapatnya praktek manajemen laba pada perusahaan perbankan di Indonesia.

  Bila manajemen tidak mempengaruhi atau memanipulasi laporan keuangan, maka dapat disimpulkan bahwa earning quality telah bernilai positif.

  Data – data yang dilaporkan berarti dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Tanpa campur tangan manajemen laba, berarti laporan keuangan telah benar – benar merefleksikan kondisi sebenarnya suatu perusahaan dan akan membantu pihak

  steakholder dalam memprediksi performa ekonomi perusahaan dimasa datang

  Fama dan Jensen (1983) dalam elisa (2006) mengungkapkan bahwa, “Tanpa pengawasan pengelolaan perusahaan (corporate governance control), maka ada kecenderungan dari manajemen untuk melakukan manipulasi laba untuk kepentingan pribadinya”. Dengan demikian Good Corporate Governance dapat meningkatkan kinerja dengan berkurangnya pelanggaran-pelanggaran yang pada

  Pada perbankan istilah kinerja dapat didefinisikan sebagai Tingkat kesehatan bank yang merupakan hasil penilaian atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap faktor – faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, liquiditas dan sensitivitas terhadap resiko pasar. Bank wajib melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip kehati-hatian dalam rangka menjaga atau meningkatkan kesehatan bank. Komisaris dan direksi bank wajib memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar tingkat kesehatan bank sebagaimana dimaksud dapat di penuhi. Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor – faktor sebagai berikut: Permodalan (capital), Kualitas Aset (asset quality), Manajemen (management), Rentabilitas (earning), Likuiditas (liquidity) dan sensitivitas terhadap resiko pasar ( sensitivity to market risk) , yang dikenal dengan istilah CAMELS.

  Secara teoritis, praktek good corporate governance dapat meningkatkan nilai (value) perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan- keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan pada umumnya corporate

  governance dapat meningkatkan kepercayaan investor. Sebaliknya corporate

governace yang buruk akan dapat menurunkan tingkat kepercayaan para investor.

  Sebuah survei yang dilakukan oleh McKinsey & Co (2002) menunjukkan bahwa corporate governance menjadi perhatian utama para investor menyamai kinerja finansial dan potensi pertumbuhan, khususnya bagi pasar-pasar yang sedang perusahaan-perusahaan yang buruk dalam penerapan corporate governance.

  

Corporate governance dipandang sebagai kriteria kualitatif penentu dan di mata

  para investor, Indonesia termasuk negara di Asia terburuk (very poor) dalam kualitas penerapan good corporate governance.

  Sebagaimana di ketahui Bank Indonesia pada tanggal 29 Desember 2010 telah mengeluarkan Paket Kebijakan desember 2010 dengan sasaran utamanya adalah untuk memperkokoh stabilitas makro ekonomi dan meningkatkan intermediasi dan ketahanan perbankan, dan arah kebijakan ke depan di fokuskan pada upaya mentransformasikan kondisi perekonomian dan perbankan paska krisis saat ini, menuju pertumbuhan yang berkesinambungan , melalui satu diantara nya yaitu : Penguatan tata kelola untuk mencegah pengambilan resiko secara berlebihan bagi eksekutif yang berpotensi memunculkan moral hazard.

  Beberapa alasan – mengapa good corporate governance pada bank menjadi perhatian menurut Stijn (2010) adalah : i.

  Bank sebagai sebuah korporat.

  a.

  GCG dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan biaya modal ,sehingga dapat berdampak terhadap biaya pinjaman yang disalurkan.

  b.

  GCG dapat mempengaruhi kinerja bank yaitu berdampak pada biaya intermediasi keuangan.

  c.

  GCG dapat mempengaruhi bank dalam risk taking dan risk of financial crisis , baik untuk bank secara individu maupun bagi sistem perbankan nasional secara keseluruhan. Perilaku Bank mempengaruhi situasi perekonomian.

  a.

  Bank memobilisasi dan mengalokasikan tabungan masyarakat,sehingga bank merupakan sumber yang sangat penting dari pendanaan eksternal bagi perusahaan.

  b.

  Bank dapat mengerahkan GCG di perusahaan – perusahaan ,terutama perusahaan kecil yang tidak memiliki akses langsung ke pasar keuangan.hal ini akan tercermin dalam pemberian pinjaman kepada perusahaan yang telah menjalankan GCG yang baik. iii.

  GCG sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bank.

  Dan beberapa catatan yang menyebabkan pelaksanaan GCG bank menjadi sangat special adalah heavily regulated:given systemic importance, as failure can

  lead to large output cost , more regulated dan Perbankan menikmati manfaat dari jaring pengaman publik seperti lembaga penjamin simpanan, sehingga jaring pengaman publik dapat memicu terciptanya moral hazard.

  Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic (indef) Ahmad Erani Yustika, tidak ada satu pun bank yang aman dari celah kejahatan perbankan, dan kejahatan ini hampir bisa dipastikan melibatkan orang dalam, celah untuk membobol bank masih cukup lebar. Alasannya sistem perbankan di tanah air hingga hari ini belum sanggup mengatasi moral hazard oleh pegawai bank (republika jum’at 1 april 2011). Sudaryatmo ketua harian YLKI,Selama satu tahun terakhir ada 590 laporan pengaduan yang masuk ke YLKI.Angka laporan tertinggi adalah kasus yang terjadi di sektor perbankan. Ada 18 % dari total laporan tahunan yang berupa kasus di perbankan. Dengan perincian ,kasus yang adalah kasus terkait ansuransi, keuangan dan leasing. Dari pengaduan YLKI, reaksi bank umumnya tertutup dalam merespon kasus dan pengaduan. Ini yang cukup merugikan karena nantinya konsumen atau nasabah tidak mengetahui dan mewaspadai, apa saja kemungkinan pelanggaran dan penyimpangan yang terjadi pada jasa perbankan. Harusnya mereka lebih terbuka agar nasabah lebih awas dan meningkatkan pengawasan dan keselamatan atas dana yang disimpan atau transaksi perbankan lainnya. Menurutt Yunus Husein kepala PPATK, kejahatan perbankan memang kerap terjadi di Indonesia sehingga berada di urutan ketiga berasal dari pidana pencucian uang, sama dengan kejahatan narkotika. Diatas perbankan terdapat kejahatan korupsi dan penipuan dengan pemalsuan dokumen di nomor urut satu dan dua.(republika jum’at 1 april 2011).

  Untuk mengetahui pencapaian kinerja Good Corporate Governance (

  GCG) maka setiap tahun perusahaan dinilai oleh The Indonesian Institutes for Corporate Governance (IICG) yaitu lembaga independen pemeringkat GCG di

  Indonesia. Dalam proses pemilainnya, IICG melakukan riset dan pemeringkatan

  Corporate Governance Perception Index (CGPI) terhadap Perusahaan publik

  (emiten), BUMN dan Perusahaan lain diluar kategori emiten dan BUMN, dan akhirnya menetapkan 9 perusahaan dengan rating sangat terpercaya dari 125 perusahaan dan dari 9 perusahaan tersebut hanya terdapat 4 perusahaan perbankan dari 31 industri perbankan yang listing di BEI.

Tabel 1.1 Indonesia Most Trusted Companies 2011

  Based On Corporate Governance perception Index (CGPI)

  Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, dan melihat data rekapitulasi institusi perbankan indonesia oleh BI per Mei 2010 dan membaca beberapa penelitian tentang Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan dengan hasil penelitian yang kontradiktif antara satu dengan lainnya. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang berjudul “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan dengan mengunakan Manajemen Laba sebagai variabel intervening Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah penelitian ini :

  1. Apakah good corporate governance dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan institusional, Kepemilikan Direksi, proporsi dewan komisaris independen , ukuran dewan komisaris dan Komite Audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI.

  2. Apakah good corporate governance dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan institusional, Kepemilikan Direksi, proporsi dewan komisaris independen , ukuran dewan komisaris dan Komite Audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI melalui manjemen laba sebagai variabel intervening .

  3. Apakah good corporate governance dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan institusional, Kepemilikan Direksi, proporsi dewan komisaris independen , ukuran dewan komisaris dan Komite Audit berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI.

  4. Apakah Manajemen Laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI .

1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah good corporate governance dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan direksi, proporsi dewan komisaris independen , ukuran dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI.

  2. Untuk mengetahui apakah good corporate governance dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan direksi, proporsi dewan komisaris independen , ukuran dewan komisaris dan komite Audit berpengaruh terhadap terhadap kinerja keuangan sebagai variabel intervening.

  3. Untuk mengetahui apakah good corporate governance dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan direksi, proporsi dewan komisaris independen , ukuran dewan komisaris dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI.

4. Untuk mengetahui apakah manajemen laba berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI .

1.4 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diperoleh diharapkan sebagai berikut:

  1. Bagi penulis, melalui penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan, khususnya mengenai pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar BEI melalui manjemen laba sebagai variabel intervening.

  2. Bagi manajemen bank, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam menentukan dan menerapkan kebijakan dan strategi khususnya mengenai good corporate governance dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan bank,

  3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis khususnya yang berkaitan dengan good corporate governance serta pengaruhnya kinerja keuangan dan manajemen laba sebagai variabel intervening.

1.5 Originalitas

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian sebelumnya yang dilakukan Endang Kemalasari (2009). Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah : 1.

  Pada penelitian pendahulu , variabel yang digunakan untuk memproksikan variabel independen good Corporate Governance hanya tiga variabel yaitu Kepemilikan institusional,komposisi dewan komisaris dan komite audit, tetapi pada penelitian ini menambahkan dua variabel lainnya yaitu Kepemilikan manajerial dan Proporsi dewan komisaris independen serta Ukuran Dewan komisaris.

2. Pada penelitian ini menggunakan manajemen Laba sebagai variabel intervening .

  3. Pada penelitian pendahulu menyebutkan bahwa keterbatasan penelitiannya adalah data penelitian berasal dari perusahan perbankan yang terdaftar di Bursa efek indonesia dari tahun 2005 sampai dengan 2007. Sementara peraturan Bank Indonesia tentang pelaksanaan Good Corporate

  

Governance bagi bank umum diterapkan mulai tahun 2006, sehingga

  dimungkinkan sampel dari penelitian belum sepenuhnya menerapkan GCG. Tetapi pada penelitian ini menggunakan data selama periode 2007 s/d 2010.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan dengan mengunakan Manajemen Laba sebagai variabel intervening , Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 170 122

Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 41 110

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 46 93

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba dengan Profitabilitas sebagai variabel moderating Pada Perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 46 80

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Corporate Social Responsibility dan Kinerja Keuangan Pada Nilai Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance and Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Transaksi Pihak - Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa dan Manajemen Laba Terhadap Kinerja Keuangan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bur

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Property dan Real Estaate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 - 2013

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan dengan mengunakan Manajemen Laba sebagai variabel intervening , Studi Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 29