Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA PADA PERIODE 2009-2011

OLEH

FAUZIAH APRIANTI 090503136

PROGRAM STUDI AKUNTANSI STRATA-1 AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011 ” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 10 Januari 2013


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BEI PADA PERIODE 2009-2011

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. Variabel independen dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai proksi mekanisme good corporate governance, adalah leverage, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit. Sedangkan manajemen laba, sebagai variabel dependen, diukur dengan menggunakan dasar rasio modal kerja akrual.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan perbankan dengan periode penelitian 2009-2011. Sehingga diperoleh data observasi sebanyak 69 data. Analisis yang digunakan adalah statstik deskriptif dan analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t. Data yang digunakan diambil dari laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan melalui

websit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan mekanisme good corporate governance terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Proksi mekanisme good corporate governance lainnya (leverage, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) juga tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba secara parsial.

Kata Kunci: leverage, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit, manajemen laba.


(4)

ABSTRACT

ANALIZE THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE TO EARNING MANAGEMENT OF BANKING COMPANIES LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2009-2011 PERIOD

The purpose of this research is to analyze the influence of good corporate governance to earnings management. The independent variables examined in this research, that used as the proxies of good corporate governance, are leverage, institutional ownership, independent commissioner, and audit committee. Earnings management, as dependent variable, in this research is measured with accrual working capital ratio.

Secondary data collection is done by downloading the data manufacturing company’s financial statements listed on Indonesia Stock Exchange. Sampling method used in this study is the method of purposive sampling is the sampling method based on certain criteria. The number of samples used in this study based on the criteria of a total of 23 banking companies in the period 2009-2011. So the observation data obtained at 69 observation data. Analytical techniques used were descriptive statistics and using multiple linear regression to test the hyphotesis. Hypothesis testing is using F test and t test. Data used in this research is annual and financial report that is published through website

This research result shows that simultaneously good corporate governance does not influence the earnings management significantly. Other proxies of good corporate governance (leverage, institutional ownership, independent commissioner, and audit committee) do not influence the earnings management partially.

Keywords: leverage, institutional ownership, independent commissioner, and audit committee, earnings management.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011 ”. Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, kerja sama semua pihak yang telah turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak.

1. Bapak Drs. Arifin Lubis selaku plt. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Abdillah Arif Nasution SE, M.si, Ak selaku Dosen Pembimbing dan Bapak Drs. Irwan Djanahar, MAFIS, Ak selaku Dosen Pembaca yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada


(6)

5. Kedua orangtua peneliti, Ayahanda H. Tamzil SE dan Ibunda Nurazmi yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moral dan materiil dalam penyelesaian skripsi ini. Dan kepada Adik-Adik saya Rahmad Rivai, Ilham Azhar Badrawi dan Adinda Aisyah Madinah yang selalu memberi perhatian, dukungan, dan semangat kepada peneliti.

6. Kepada kelompok belajar 09 tersayang, sahabat, dan teman

seperjuangan: Tira, Dwie, Vini, Silvi, Giovanni, Sandri, leli, Dedek, Ajeng, dan Octhara dan juga kepada Ade, serta teman-teman satu angkatan Akuntansi 2009 yang tidak bisa disebutkan semua. Terima kasih atas semua dukungan, nasehat, bantuan, dan semangatnya.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan peneliti dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, peneliti berharap skripsi ini bermanfaat.

Medan, Februari 2013

Penulis

NIM : 090503136


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 7

2.1.1 Teori keagenan ... 7

2.1.2 Good Corporate Governance ... 8

2.1.2.1 Prinsip-prinsip GCG ... 10

2.1.2.2 Tujuan Good Corporate Governance ... 12

2.1.3 leverage ... 13

2.1.4 kepemilikan instutisional ... 14

2.1.5 Proporsi Dewan Komisaris independen ... 15

2.1.6 Komite audit ………... ... 16

2.1.7 Manajemen Laba ……….……….. ... 17

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 24


(8)

2.3.2 Hipotesis Penelitia… ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 28

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3.4 Metode pengumpulan Data ... 30

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 31

3.5.1 Variabel Independen ( Bebas ) ... 31

3.5.2 variabel Dependen (Terikat) ... 33

3.6. Metode Analisis Data ... 34

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 34

3.6.1.1 Uji Normalitas…. ... 34

3.6.1.2 Uji Autokorelasi……. ... 35

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas. ... 36

3.6.1.4 Uji Multikolonearitas. ... 37

3.6.2 Model Regresi Linear Berganda. ... 38

3.6.3 Pengujian Hipotesis. ... 38

3.6.3.1 Uji simultan (F-test) ... 39

3.6.3.2 Uji Parsial (t-test) ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data penelitian ... 41

4.2 Hasil Analisis ... 43

4.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 43

4.2.1.1 Uji Normalitas. ... 43

4.2.1.2 Uji Multikolinearitas... 47


(9)

4.2.1.4 Uji Autokorelasi. ... 51

4.2.2 Analisis Regresi ... 51

4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 53

4.2.3.1 Uji Koefisien Determinas. ... 54

4.2.3.4 Uji Signifikan Simultan (F) ... 55

4.2.3.3 Uji Signifikansi Parsial ( Uji t ) ... 56

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Keterbatasan ... 64

5.3 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 21

Tabel 3.1 Daftar Sampel Perusahaan ... 30

Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ... 41

Tabel 4.2 Uji Normalitas ... 44

Tabel 4.3 Uji Multikolineritas ... 48

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ... 51

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi ... 54

Tabel 4.6 Pemasukan dan Pengeluaran Variabel ... 53

Tabel 4.7 Adjusted R2 ... 54

Tabel 4.8 Uji Siginifikansi Simultan (F) ... 55


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 24

Gambar 4.1 Histogram ... 45

Gambar 4.2 P-Plot ... 46


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran i: Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur 2009-2011 ... 70

Lampiran ii: Hasil Perhitungan Variabel Struktur Modal ... 72

Lampiran iii: Hasil Uji Statistik ... 75


(13)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BEI PADA PERIODE 2009-2011

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. Variabel independen dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai proksi mekanisme good corporate governance, adalah leverage, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit. Sedangkan manajemen laba, sebagai variabel dependen, diukur dengan menggunakan dasar rasio modal kerja akrual.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan perbankan dengan periode penelitian 2009-2011. Sehingga diperoleh data observasi sebanyak 69 data. Analisis yang digunakan adalah statstik deskriptif dan analisis regresi berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t. Data yang digunakan diambil dari laporan keuangan dan laporan tahunan yang dipublikasikan melalui

websit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan mekanisme good corporate governance terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Proksi mekanisme good corporate governance lainnya (leverage, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit) juga tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba secara parsial.

Kata Kunci: leverage, kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit, manajemen laba.


(14)

ABSTRACT

ANALIZE THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE TO EARNING MANAGEMENT OF BANKING COMPANIES LISTED IN

INDONESIA STOCK EXCHANGE IN 2009-2011 PERIOD

The purpose of this research is to analyze the influence of good corporate governance to earnings management. The independent variables examined in this research, that used as the proxies of good corporate governance, are leverage, institutional ownership, independent commissioner, and audit committee. Earnings management, as dependent variable, in this research is measured with accrual working capital ratio.

Secondary data collection is done by downloading the data manufacturing company’s financial statements listed on Indonesia Stock Exchange. Sampling method used in this study is the method of purposive sampling is the sampling method based on certain criteria. The number of samples used in this study based on the criteria of a total of 23 banking companies in the period 2009-2011. So the observation data obtained at 69 observation data. Analytical techniques used were descriptive statistics and using multiple linear regression to test the hyphotesis. Hypothesis testing is using F test and t test. Data used in this research is annual and financial report that is published through website

This research result shows that simultaneously good corporate governance does not influence the earnings management significantly. Other proxies of good corporate governance (leverage, institutional ownership, independent commissioner, and audit committee) do not influence the earnings management partially.

Keywords: leverage, institutional ownership, independent commissioner, and audit committee, earnings management.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi dan perkembangan bisnis semakin membawa pengaruh yang besar terhadap segala bidang dalam kehidupan terutama dalam bidang ekonomi. Akuntansi secara menyeluruh diartikan menyedikan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan strategi bisnis perusahaan. Kemapunan perusahaan menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian kinerja perusahaan merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada para penyandang dana (stakeholder) dan juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukan prospek perusahaan di masa yang akan datang karena nilai perusahaan merupakan ukuran keberhasilan dalam pelakasaan fungsi-fungsi keuangan yang telah dijalankan oleh manajemen. Efektifitas manajemen dapat diukur dari laba yang dihasilkan penjualan dan investasi yang biasa disebut dengan profitabilitas.

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Tanda yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Terkadang informasi yang disampaikan terkadang diterima


(16)

tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric). Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain (pemilik atau pemegang saham). Asimetri antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi. Dalam hal pelaporan keuangan, manajer dapat melakukan manajemen laba (earnings management) untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan.

Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi. Melihat beberapa contoh kasus tersebut, sangat relevan bila ditarik suatu pertanyaan tentang efektivitas penerapan corporate governance.

Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya.

Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja.


(17)

Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan tersebut. Memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan.

Kepemilikan saham oleh investor institusional. Moh’d et al. (1998) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Melalui peran monitoring oleh dewan komisaris (board of directors). Dechow et al. (1996) menemukan hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris dengan pelaporan keuangan. Mereka menemukan bahwa ukuran dan independensi dewan komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan keuangan.

Penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap manajemen laba. Beberapa penelitian mengenai mekanisme good corporate governance yang mempengaruhi manajemen laba telah dilakukan dan ditemukan hasil yang beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Girsang (2010) yang berjudul Pengaruh


(18)

Real Estate dan Property. Dalam GCG, hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan GCG juga tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Novalina (2011) yang berjudul Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Property and Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam GCG, Hanya dewan komisaris independen yang berpengaruh terhadap manajemen laba, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dan GCG juga tidak berpengaruh terhadap kinerja. Penelitian yang dilakukan oleh Popy (2012) yang berjudul Analisis Pengaruh Penerapan Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Mekanisme good corporate governance dalam hal ini kepemilikan Manajerial, Kepemilikan institusioanal, Proporsi dewan komisaris independen dan komite audit secara bersama-sama tidak mempengaruhi manajemen laba.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar di BEI” .


(19)

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah adalah apakah terdapat pengaruh leverage, kepemilikan instutisional, komposisi dewan komisaris independen dan komite audit terhadap manajemen laba baik secara parsial maupun simultan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menguji:

1. apakah ukuran leverage berpengaruh terhadap manajemen laba,

2. apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba,

3. apakah proporsi dewan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba,

4. apakah komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

5. apakah kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. penelitian ini bagi peneliti diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan teori, terutama akuntansi keuangan mengenai good corporate governance serta pengaruhnya terhadap manajemen laba perusahaan,


(20)

2. bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan bukti-bukti empiris untuk mengembangkan penelitian yang sejenis dimasa mendatang,

3. penelitian ini bagi para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memahami good corporate governance, praktik manajemen laba sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan,

4. penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pengembangan ilmu mengenai positif accounting theory

khususnya agency theory dan corporate governance theory, sehingga dapat memperoleh permodelan-permodelan praktek corporate governance yang secara konseptual berpengaruh terhadap earnings management.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Perspektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami isu corporate governanace dan earnings management. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik keagenen diantara principal dan agen. Jensen dan Meckling (1976), Watts & Zimmerman (1986) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggung jawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen. Inti dari Agency theory atau teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott, 1997).

Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah asumsi yaitu: (a) asumsi tentang sifat manusia, (b) asumsi tentang keorganisasian, dan (c) asumsi tentang informasi. Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri


(22)

(self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion). Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya Asymmetry Information (AI) antara prinsipal dan agen sedangkan asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan.

Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka investasikan.Corporate governance berkaitan dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana /kapital yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengendalikan para manajer (Sheifer dan Vishny 1997).

2.1.2 Good Corporate Governance

Istilah Corporate Governance (CG) pertama kali diperkenalkan oleh

Cadbury Committee tahun 1992 dalam laporannya yang dikenal sebagai

Cadbury Report (Tjager dkk., 2003). Adapun definisi Good Corporate Governance dari Cadbury Committee yang berdasar pada teori stakeholder adalah sebagai berikut :


(23)

“A set of rules that define the relationship between shareholders, managers, creditors, the government, employees and internal and external stakeholders in respect to their rights and responsibilities”.

Yang berarti seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka.Good corporate governance

(GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua

stakeholder (Monks,2003). Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.

Ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate governance, (Kaen 2003; Shaw, 2003) yaitu fairness, transparency,

accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Konsep good corporate governance baru populer di Asia. Konsep ini relatif berkembang sejak tahun 1990-an. Konsep good corporate governance baru dikenal di Inggris pada tahun


(24)

1992. Negara-negara maju yang tergabung dalam kelompok OECD (kelompok Negara-negara maju di Eropa Barat dan Amerika Utara) mempraktikkan pada tahun 1999.

2.1.2.1 Prinsip-prinsip GCG

Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari good corporate governance yaitu: transparency (keterbukaan informasi), accountability

(akuntabilitas), responsibility (pertanggungjawaban), independency

(kemandirian) dan fairness (kesetaraan dan kewajaran).

1. Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Prinsip Transparency menekankan pada kualitas informasi yang disajikan perusahaan. Untuk itu informasi yang ada dalam perusahaan harus diukur, dicatat, dan dilaporkan oleh akuntan sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku. Prinsip ini mencerminkan variable independen yaitu leverage .

2. Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas melibatkan peran akuntan yang ada di posisi komite audit. Komite audit bertugas melindungi kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan atas


(25)

reliabilitas dan integritas laporan keuangan perusahaan. Prinsip

Accountability mencerminkan variable independen yaitu komite audit. 3. Responsibility (pertanggung jawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di

dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip Responsibility

berhubungan dengan tanggungjawab perusahaan sebagai anggota masyarakat yaitu dengan cara mengakomodasi kepentingan pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan.

4. Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Intinya, prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Prinsip Independency mencerminkan variable independen yaitu proporsi dewan komisaris independen.

5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Suatu informasi akuntansi disebut wajar apabila disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia. Tingkat kewajaran tersebut berasal dari opini yang diberikan oleh akuntan publik, dalam


(26)

hal ini auditor, berdasarkan petimbangan profesional mereka.Keadilan (fairness) yang meliputi perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham, perlakuan yang sama bagi para pemegang saham. Prinsip

Fairness mencerminkan variable independen yaitu kepemilikan instutisional.

Prinsip-prinsip corporate governance yang diterapkankan memberikan manfaat diantaranya yaitu:

1. meminimalkan agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen,

2. meminimalkan cost of capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal,

3. meningkatkan citra perusahaan,

4. meningkatkan nilai perusahaan yang dapat dilihat dari cost of capital yang rendah, dan

5. peningkatan kinerja keuangan dan persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik.

2.1.2.2 Tujuan Good Corporate Governance

Tujuan dari Good Corporate Governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Pelaksanaan good corporate governance diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yaitu:

1. meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi


(27)

operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada

stakeholders,

2. mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value,

3. mengembalikan kepercayaan diri investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia,

4. pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden.

2.1.3 Leverage

Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total ekuitas. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (dalam Sulistyanto, 2008). Dalam hipotesis debt covenant bahwa motivasi debt covenant disebabkan oleh munculnya perjanjian kontrak antara manajer dengan perusahaan yang berbasis kompensasi manajerial.

Perusahaan yang mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi modal akan cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba. Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan selain menjual saham di pasar modal. Hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan.


(28)

2.1.4 Kepemilikan institusional

Konsentrasi kepemilikan institusional merupakan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Masalah keagenan utama dalam perusahaan dengan konsentrasi kepemilikan seperti ini adalah konflik antara pemegang saham pengendali dengan pemegang saham minoritas. Apabila tidak terdapat perlindungan hukum yang memadai, pemegang saham pengendali dapat melakukan aktifitas yang menguntungkan dirinya sendiri dan merugikan pemegang saham minoritas.

Investor institusional yang sering sebut sebagai investor yang canggih sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non instusional. Hubungan yang negatif antar discretionary accrual yang tidak diekspektasi dengan imbal hasil di sekitar tanggal pengumuman karena investor institusional mempunyai akses atas sumber informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui keberadaan pengelolaan laba lebih cepat dan lebih mudah dibandingkan investor individual.

Hasil penelitian Jiambavo et al (1996) menemukan bahwa nilai absolut diskresioner berhubungan negatif dengan kepemilikan institusional. Hasil-hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada efek feedback dari kepemilikan instusional yang dapat mengurangi pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan. Jika pengelolaan laba tersebut efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan meningkatkan pengelolaan laba tetapi jika pengelolaan laba yang dilakukan


(29)

perusahaan bersifat oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan mengurangi earnings management.

2.1.5 Proporsi Dewan Komisaris Independen

Proporsi dewan komisaris dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses penyusunan laporan keuangan yang berkualitas

atau kemungkinan terhindar dari kecurangan laporan keuangan. Adanya dewan komisaris menjamin transparansi dan keinformatifan laporan

keuangan sehingga memfasilitasi hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi yang berkualitas. Proporsi dewan komisaris independen dalam mekanisme good corporate governance berperan penting tidak hanya melihat kepentingan pemilik tetapi juga kepentingan perusahaan secara umum. Karakteristik dewan komisaris khususnya komposisi dewan komisaris independen dapat menjadi suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba. Dewan komisaris independen merupakan posisis terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.

Hal ini mendukung penelitian Dechow(1996) bahwa perusahaan memanipulasi laba lebih besar kemungkinannya apabila memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki Chief Executive Officer (CEO) yang merangkap menjadi chairman of board. Hal ini berarti tindakan memanipulasi akan berkurang jika struktur dewan direksi berasal dari luar perusahaan. Jika fungsi independensi dewan direksi


(30)

cenderung lemah, maka ada kecendrungan terjadinya moral hazard yang dilakukan oleh para direktur perusahaan untuk kepentingannya melalui pemilikan perkiraan-perkiraan akrual yang berdampak pada manajemen laba .

Perusahaan yang menyelenggarakan sistem corporate governance diyakini akan membatasi pengelolaan laba yang oportunis. Oleh sebab itu, semakin tinggi kualitas audit, semakin tinggi proporsi komisaris independen, kepemilikan manajerial, semakin kecil kemungkinan earnings management dilakukan. Hubungan negatif antara corporate governanace dan earnings management

ini dapat memperlemah pengaruh antara earnings management dan nilai perusahaan

2.1.6 Komite Audit

Keberadaan komite audit diatur melalui surat edaran Bapepam Nomor SE03/PM/2002. Dalam pelaksanaan tugasnya komite audit mempunyai fungsi membantu dewan komisaris untuk :

1. meningkatkan kualitas laporan keuangan,

2. menciptakan kedisplinan dan pengendalian yang dapat mengurangsi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan,

3. meningkatkan efektivitas fungsi internal audit maupun eksternal audit, 4. mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris.

Tanggung jawab komite audit dalam bidang good corporate governance

adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika,


(31)

melaksanakan pengawasannya secara efektif, terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. Tugas komite audit dalam bidang ini adalah sebagai berikut:

a) menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan,

b) memonitor proses peradilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda serta yang mengangkut masalah good corporate governance,

c) memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan.

d) keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan good corporate governance dan temuan-temuan penting lainnya.

2.1.7 Manajemen Laba (Earning Management)

Scott (1997) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut “Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”. Dari definisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam batas prinsip akuntansi yang


(32)

berterima umum baik didalam maupun diluar batas General Accepted Accounting Princisp (GAAP).

Definisi manajemen laba yang hampir sama dinyatakan pada pernyataan dibawah ini.

• Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut). Manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Addopted Accounting Principles

(GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan.

• Manajemen laba adalah tindakan manajer yang menaikkan (menurunkan) laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikan atau penurunan profitabilitas perusahaan dalam jangka panjang.

• Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan judgement dalam laporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi.

• Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba adalah salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan dan


(33)

dapat mengganggu pemakai laporan keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa rekayasa.

• Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba.

• Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra terhadap manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan resiko portofolionya.

Motivasi untuk melakukan manajemen laba menurut Stice, Stice & Skousen (2004:421) antara lain: (1) memenuhi target internal (target laba, target penjualan); (2) memenuhi harapan eksternal (stakeholder); (3) meratakan atau memuluskan laba (income smoothing); (4) mendandani angka laporan keuangan (window dressing) untuk penjualan saham perdana (IPO) atau memperoleh pinjaman.

Scoot dalam Restie (2010) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba.


(34)

1. Bonus Purpose

Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara opportunistic untuk mengatur laba bersih tersebut sehingga dapat memaksimalkan bonus mereka berdasarkan compensation plans

perusahaan.

2. Political Motivations

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan aturan yang lebih kuat.

3. Taxation Motivation

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan pajak pendapatan.

4. Pergantian CEO

CEO yang mendekati masa pensiun cenderung akan menaikkan laba untuk meningkatkan bonus mereka. Demikian juga dengan CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerja perusahaan, mereka akan memaksimalkan laba agar tidak diberhentikan.

5. Initial Public Offering (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memilki harga pasar sehingga menetapkan nilai saham yang akan ditawarkan. Hal ini menyebabkan manajer


(35)

perusahaan yang go public melakukan manajemen laba untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya.

6. Pentingnya Memberi

Informasi Kepada Investor Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga laba perlu disajikan agar investor dapat menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun ringkasan penelitian terdahulu disajikan pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti (Tahun Penelitian) Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil penelitian

1. Girsang (2010) Variabel Independen: kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit. Variabel Dependen: manajemen laba dan kinerja perusahaan Analisis regresi linier berganda (multiple regression), Dalam GCG, hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh terhadap manajemen laba, proporsi dewan

komisaris dan komite audit tidak

berpengaruh terhadap

manajemen laba dan GCG juga tidak

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. 2. Novalina

(2011) Variabel Independen: kepemilikan institusional, komisaris independen,dan Analisis regresi linier berganda (multiple regression), Dalam GCG,

Hanya dewan komisari independen yang berpengaruh terhadap manajemen laba, dan komite audit


(36)

komite audit. Variabel Dependen: manajemen laba berpengaruh terhadap manajemen laba dan GCG juga tidak

berpengaruh terhadap kinerja 3. Popy

(2012) Variabel Independen: kepemilikan manajerial, kepemilikan instutional proporsi dewan komisaris independen dan komite audit. Variabel Dependen: manajemen laba Analisis regresi linier berganda (multiple regression),

Mekanisme good corporate governance dalam hal ini kepemilikan Manajerial, Kepemilikan institusioanal, Proporsi dewan komisaris independen dan komite audit secara bersama-sama tidak mempengaruhi manajemen laba.

Girsang (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit. Variabel dependennya adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Sampel penelitian ini sebanyak 17 perusahaan dengan tahun pengamatan 2007-2008. Hasil penelitian ini menemukan bahwa hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh terhadap manajemen laba, proporsi dewan komisaris dan komite audit tidak berpengaruh sama sekali terhadap manajemen laba.


(37)

Novalina (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap manajemen laba dan kinerja perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan instutioanal komisaris dewan komisaris independen, dan komite audit. Variabel dependennya adalah manajemen laba dan kinerja perusahaan. Sampel penelitian ini sebanyak 14 perusahaan dengan tahun pengamatan Perusahaan property and real estate yang terdaftar di BEI selama tahun 2007- 2009 hasil penelitian menyatakan. Dalam GCG, hanya dewan komisari independen yang berpengaruh terhadap manajemen laba, dan komite audit tidak berpengaruh Terhadap manajemen laba dan GCG juga tidak berpengaruh terhadap kinerja.

Popy (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris, dan komite audit. Variabel dependennya adalah manajemen laba. Sampel penelitian ini sebanyak 25 perusahaan dengan tahun pengamatan 2008-2010. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan Manajerial, Kepemilikan institusioanal, Proporsi dewan komisaris independen dan komite audit secara bersama-sama tidak mempengaruhi manajemen laba.


(38)

2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka Konseptual

Adapun kerangka konseptual adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Kerangka Konseptual Sesuai dengan kajian teori keagenan (agency Theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal)

mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).

Pengelola perusahaan, manajer lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaaan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal

Manajemen

laba (y)

Leverage (X1 )

Kepemilikan instutisional (X2 )

Proporsi dewan komisaris independen ( X3 )


(39)

mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Informasi yang disampaikan terkadang tidak sesuai dengan informasi perusahaan yang sebenarnya dan dikenal dengan istilah asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) memberi kesempatan manajer untuk melakukan manajemen laba (Richardson, 1998).

Mekanisme Good Corporate Governance terdiri dari Leverage,

kepemilkian institusional, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit. Semakin besarnya rasio leverage mengakibatkan risiko yang ditanggung oleh pemilik modal juga akan semakin meningkat. Achmad et al. (2007) menunjukkan bahwa peningkatan motivasi perjanjian hutang (debt covenant) akan meningkatkan praktik manajemen laba. Alasannya bahwa motivasi debt covenant merupakan praktik manajemen laba berlaku umum. Leverage yang tinggi akan menyebabkan nilai pembiayaan yang juga tinggi, yang bertujuan untuk mempertahankan kinerja jangka panjang. Hal tersebut dapat menyuburkan perilaku opportunistic pihak manajemen terhadap laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.

Investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor perusahaan dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manejer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Proporsi dewan komisaris independen akan memberikan pengaruh terhadap manajemen laba karena dewan komisaris mengawasi penyeimbangan kepentingan manajemen laba. Hal ini berarti proksi dewan komisaris independen dapat meminimalisasi manajemen laba. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi


(40)

monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Hasil penelitian Dechow memberikan simpulan bahwa perusahaan yang memiliki proporsi anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau

outside director dapat mempengaruhi tindakan manajemen laba. Jika anggota dewan komisaris dari luar meningkatkan tindakan pengawasan, hal ini juga akan berhubungan dengan makin rendahnya penggunaan discretionary accruals (Cornett et al., 2006).

Peranan komite audit juga akan memberikan pengaruh terhadap manajemen. Komite audit berfungsi untuk membantu dewan komisaris dalam meningkatkan kualitas laporan keuangan yang menutup kemungkinan terjadinya manajemen laba. Jensen (1983) menyatakan bahwa non-executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantarapara manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. Perusahaan yang membentuk komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak membentuk komite audit independen.


(41)

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang masih harus diuji. Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proporsi yang dapat diuji secara empiris. Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

leverage, kepemilikan instutisional, komposisi dewan komisaris independen dan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba baik secara parsial maupun simultan.”


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan yang dibentuk adalah hubungan sebab akibat” (Sugiyono, 2007:11).

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Meliputi laporan keuangan tahunan perusahaan yang dimuat dalam Indonesia Capital Market Directory dan situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat time series, yaitu sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa waktu tertentu, misalnya dalam waktu tahunan.

Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen, beserta catatan laporan keuangannya, data-data Leverage, Kepemilkan instutisional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit serta data dari situs perusahaan yang dimaksud.


(43)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, suatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011, yaitu sebanyak 31 perusahaan (lampiran i). Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Adapun perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu kriteria tertentu. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 23 perusahaan.

Adapun yang menjadi kriteria dalam penentuan sampel adalah:

1. perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tidak keluar

(delisting) pada tahun 2008-2011,

2. perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan yang lengkap selama periode penelitian 2008-2011,

3. perusahaan yang memiliki data kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan komite audit,


(44)

Table 3.1 Daftar Sampel Perusahaan

No Nama Bank

1 Bank Agro Niaga Tbk 2 Bank ICB Bumi Putra Tbk 3 Bank Capital Indonesia Tbk 4 Bank Ekonomi Raharja Tbk 5 Bank Central Asia Tbk 6 Bank Bukopin Tbk

7 Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk 8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk 9 Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk

10 Bank Danamon Indone

11 Bank Kesawan Tbk

12 Bank Mandiri (Persero) Tbk 13 Bank Bumi Arta Tbk

14 Bank Internasional Indonesia Tbk 15 Bank Permata Tbk

16 Bank Victoria International Tbk 17 Bank Artha Graha International Tbk 18 Bank Mayapada International Tbk 19 Bank Windu Kentjana International Tbk 20 Bank Mega Tbk

21 Bank NISP OCBC Tbk 22 Bank Pan Indonesia Tbk

23 Ba

Sumbe

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan data, mencatat dan mengkaji data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan dalam periode pengamatan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yait


(45)

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Independen ( Bebas )

Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mekanisme good corporate governance

yang terdiri dari Leverage, Kepemilkan instutisional, proporsi dewan komisaris independen dan komite audit.

1. Leverage

Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total ekuitas. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan.

Leverage digunakan untuk menangkap insentif dalam tindakan manajemen laba ketika terjadi pelanggaran perjanjian hutang (Klein, 2002). Rasio

leverage dihitung seperti di bawah ini:

leverage =totaltotalekuitashutang

2. Kepemilikan Institusional.

Kepemilikan Institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh institusi / perusahaan (Beiner et al, 2003). Variabel ini diukur berdasarkan persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham yang beredar. Perhitungan dari kepemilikan institusional adalah :

Kepemilikan Instutisional =Saham yang dimiliki instutisional


(46)

3. Proporsi Dewan Komisaris Independen.

Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan memegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2004). Proporsi dewan komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah anggota dewan komisaris independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan.

proposi dewan komisaris independen =jumlahkomisarisindependen

jumlahseluruhkomisaris x100%

4. Komite Audit

Adalah suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan merupakan bagian dari manajemen perusahaan untuk melakukan pengujian dan penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat perusahaan. Keberadaan komite audit diukur bedasarkan persentase jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah anggota komite audit. Perhitungan dari komite audit adalah :

Komite Audit =Jumlah anggota komite audit independen


(47)

3.5.2 Variabel Dependen ( terikat )

Variabel dependen adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variable bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Penggunaan discretionary accruals sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model (Dechow et al., 1995).

TAC = Nit – CFOit.………..……….…....…...(1)

Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai berikut

TAit/Ait-1 = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1) + e………...…...(2)

Dengan menggunakan koefisien regresi diatas nilai non discretionary accruals (NDA) dapat dihitung dengan rumus :

NDAit = β1 (1 / Ait-1) + β2 (ΔRevt / Ait-1 - ΔRect/ Ait-1) + β3 (PPEt / Ait-1)………...(3) Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

DAit = TAit / Ait-1 – NDAit..………..………..…..……..………...(4) Keterangan :

Dait = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t Tait = Total akrual perusahaan i pada periode ke t

Nit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t


(48)

Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t e = error

3.6 Metode Analisis Data

Data dikumpulkan metode studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah literatur, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini.

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik 3.6.1.1 Uji Normalitas

Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengatahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Cara mendeteksinya yaitu dengan melihat grafik histogram yang membandingkan dengan data observasi dengan distribusi yang mendekati membandingkan dengan data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Menurut Ghozali (2005), ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisi grafik dan analisis statistik.


(49)

a. Analisis Grafik

Untuk malihat normalitas data dapat dilakukan dengan melihat histrogram atau pola distribusi data. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbuh diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari nilai residualnya. Jika data menyabar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau gafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Analisis Statistik

Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov Smirnov (K-S). Pedoman pengambialn keputusan rentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov yaitu:

1. smirnov dapat dilihat dari nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data adalah tidak normal,

2. nilai Sig. atau signifikan atau probabilitas >0,05, maka distribusi data adalah normal (Ghozali, 2005).

3.6.1.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menganalisis apakah dalam model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Menurut Sugiyono (2001:76) mengemukakan bahwa terjadinya Autokorelasi jika nilai Durbin-Watson


(50)

(DW) memiliki nilai lebih dari 5, atau Durbin-Watson (DW) > 5. Selain itu, panduan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Du < DW < 4-du. Nilai DW terletak diantara du dan 4-de maka autokorelasi sama dengan nol dandiartikan tidak ada auto korelasi.

b. DW < dl . Nilai DW lebih rendah dari nilai Lower Bound (dl) maka memiliki koefisien korelasi lebih besar dari nol dan memiliki autokorelasi positif.

c. DW>4-dl .Nilai DW lebih besar nilai 4-dl maka memiliki koefisien korelasi lebih kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.

d. 4-du< DW< 4-dl, hasilnya tidak dapat disimpulkan.

Jika nilai Durbin-Watson tidak dapat memberikan kesimpulan apakah data yang digunakan terbebas dari autokorelasi atau tidak, maka perlu dilakukan Run-Test. Pengambilan keputusan didasarkan pada acak atau tidaknya data, apabila bersifat acak maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak terkena autokorelasi. Menurut Ghozali (2005:120) acak atau tidaknya data didasarkan pada batasan sebagai berikut :

a) apabila nilai probabilitas ≥ α = 0,05 maka observasi terjadi secar acak. b) apabila nilai probabilitas ≤ α = 0,05 maka observasi terjadi secara

tidak acak.

3.6.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan


(51)

yang lain. Untuk melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot antar nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedstisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scarrteplot dengan dasar analisis:

1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

2) jika tidak ada pola yang jelas, sperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbuh Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali,2005).

3.6.1.4 Uji Multikolonearitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai uji

Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut:

1. angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2. angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, 3. angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.


(52)

3.6.2 Model Regresi Linear Berganda

Model regresi linear barganda adalah model regresi yang memiliki lebih dari satu variabel independen. Persamaan regresi linear berganda digunakan yaitu:

Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan:

Y = Manajemen Laba (variabel Dependen)

α = Konstanta

β1 β2 β3 β4 = Koefisisen regresi variable

X1= leverage

X2 = Kepemilikan institusional

X3 = Proporsi dewan komisaris independen

X4 = Komite

e = disturbance error

3.6.3Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara simultan (uji F) dan parsial (uji t).


(53)

3.6.3.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Menurut Ghozali (2005 : 84) uji statistik F pada dasarnya menunjukkkan apakah semua variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:

1. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.

2. Ho : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.

Penentuan besarnya F hitung menggunakan rumus :

�ℎ�����= �2 / ( � −1 )

( 1− �2)( � − � )

Keterangan :

R = koefisien determinan n = jumlah observasi

k = jumlah variable

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :

1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung < F tabel artinya variabel bebas

secara bersama-sama tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat,


(54)

2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung > F tabel artinya variabel bebas

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variable terikat.

3.6.3.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Pengujian t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui secara parsial variabel bebas berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:

1. Ho = b1 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat,

2. Ho = b1 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Untuk menilai t hitung digunakan rumus :

t

hitung

=

�����������������1

���������������1

Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut :

1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel. Artinya variabel bebas

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat,

2. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung > t tabel. Artinya variabel bebas


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian

Data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2009-2011. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan masih aktif dari tahun 2009-2011. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dengan beberapa kriteria tertentu. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, terdapat sejumlah 23 perusahaan Perbankan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel dan diamati selama periode 2009 sampai dengan 2011. Data mengenai populasi dan sampel dapat dilihat secara jelas pada lampiran i. Berikut ini merupakan deskripsi data statistik dari seluruh.

Tabel 4.1 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum

Mean Std. Deviation

leverage 69 3.07 15.45 8.7119 2.58438

Kepemilikan instutisional 69 .00 .91 .2713 .17298

Proporsi Dewan Komisaris 69 .33 .80 .5682 .10858

Komite audit 69 .40 1.00 .7558 .21182

Manajemen laba 69 -.95 1.01 -.0109 .24608


(56)

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.1 maka dapat dijelaskan bahwa: 1. variabel leverage memiliki jumlah sampel sebanyak 69, nilai minimum 3,07

nilai maksimum 15,45 mean (nilai rata-rata) sebesar 8,7119 dan Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar 2,58438.

2. variabel Kepemilikan Instutisional memiliki jumlah sampel sebanyak 69, nilai minimum 0,00 nilai maksimum 0,91 mean (nilai rata-rata) sebesar 0,2713 dan Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar 0,17298. 3. variabel Proporsi Dewan Komisaris Independen memiliki jumlah sampel

sebanyak 69, nilai minimum 0,33 nilai maksimum 0,80 mean (nilai rata-rata) sebesar 0,5682,dan Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar 0,10858.

4. variabel Komite Audit memiliki jumlah sampel sebanyak 69, nilai minimum 0,40 nilai maksimum 1,00 mean (nilai rata-rata) sebesar 0,7558 dan

Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar 0,21182.

5. variabel Manajemen Laba memiliki jumlah sampel sebanyak 69, nilai minimum -0,95 nilai maksimum 1.01 mean (nilai rata-rata) sebesar -0,0109 dan Standart Deviation atau Simpangan baku sebesar 0,24608


(57)

4.2 Hasil Analisis

4.2.1 Uji Asumsi Klasik

Metode Analisis yang digunakan oleh peneliti adalah metode analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda berguna untuk menguji pengaruh dari variabel Independen terhadap Variabel Dependen dalam suatu penelitian. Sebelum melakukan uji hipotesis penelitian ini, terlebih dahulu peneliti akan melakukan uji asumsi klasik, hal tersebut berguna untuk melihat apakah data telah terdistribusi dengan normal dengan uji normalitas, dan untuk melihat apakah penelitian tersebut terjadi multikolinearitas, heterokedastisitas dan autokorelasi atau tidak. Menurut Ghozali (2005:123) asumsi klasik harus memenuhi:

• berdistribusi normal,

non-multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna,

non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling korelasi,

heteroskedasitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan kepengamatan yang lain adalah konstan atau sama.

4.2.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk melihat apakah data telah terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan model


(58)

kolgomorov-smirnov. Menurut Ghozali (2005:115) memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov yang dapat dilihat dari:

a) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas <0,05 ,maka distribusi data adalah tidak normal,

b) nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05 ,maka distribusi data adalah normal.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 69

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .21512663

Most Extreme Differences Absolute .087

Positive .046

Negative -.087

Kolmogorov-Smirnov Z .690

Asymp. Sig. (2-tailed) .727

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Bedasarkan hasil Uji Normalitas tabel 4.2 maka hasil yang di dapatkan adalah data terdistribusi secara normal karena dari hasil pengolahan data tersebut, besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,690 dan signifikansinya


(59)

pada 0,727. Maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal, karena 0,727 ˃ 0,05 dan dapat dilanjutkan dengan uji asumsi klasik lainnya.

Untuk lebih jelas, berikut ini turut dilampirkan grafik histogram, dan

normal probability plot yang terdistribusi normal.

Gambar 4.1 Uji Normalitas


(60)

Gambar 4.2 Uji Normalitas

Data yang telah terdistribusi normal dapat kita ketahui dengan melihat Histogram pada gambar 4.1, grafik histogram pada uji normalitas di atas dapat terlihat bahwa data terdistribusi mengikuti garis diagonal yang tidak menlenceng (Skewness) ke kiri maupun ke kanan. Data yang telah terdistribusi normal juga bisa diketahui dengan melihat grafik plot yang ditunjukkan pada gambar 4.2. Menurut Ghozali (2005:112) pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari


(61)

grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan data yang telah terdistribusi normal. Pada gambar 4.2 dapat terlihat bahwa penyebaran data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, oleh sebab itu dapat diketahui bahwa data telah terdistribusi dengan normal.

4.2.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolineraitas dilakukan untuk melihat apakah antara variabel-variabel terdapat multikolinearitas atau tidak. Menurut ghozali (2005:91) Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF). Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/tolerence). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau sama dengan VIF < 10 (Ghozali, 2005:91). Hasil pengujian terhadap multikolinearitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3


(62)

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.033 .222 -.148 .883

leverage -.029 .011 -.300 -2.502 .015 .917 1.090

Kepemilikan instutisional

.555 .171 .390 3.244 .002 .912 1.096

Proporsi Dewan Komisaris Independen

.229 .261 .101 .877 .384 .991 1.009

Komite audit -.013 .144 -.011 -.092 .927 .860 1.163

a. Dependent Variable: Manajemen laba

Berdasarkan data olahan SPSS diatas, dapat diketahui bahwa data penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas. Hal tersebut dapat diketahui bahwa tidak ada satupun variabel Independen yang memiliki VIF di atas 10 ataupun

Tolerance dibawah 0,1. Dari hasil uji multikolineraitas ini di dapatkan bahwa nilai VIF untuk Leverage adalah 1,090< 10 dan nilai Tolerance sebesar 0,917 > 0,1. Nilai VIF untuk kepemilikan instutisional adalah 1,096 < 10 dan nilai

Tolerance sebesar 0,912 > 0,1. Nilai VIF untuk proporsi dewan komisaris independen adalah 1,009 < 10 dan nilai Tolerance sebesar 0,991 > 0,1. Nilai VIF untuk komite audit adalah 1,163 < 10 dan nilai Tolerance sebesar 0,860 > 0,1. Kesimpulan dari Uji Multikolinearitas ini adalah bahwa semua variabel independen telah lolos dari Uji multikolinearitas.


(63)

4.2.1.3 Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2005:105) Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak terjadi heterokedastisitas. Cara untuk menentukan ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot pada gambar 4.3. Dasar pengambilan keputusannya menurut Ghozali (2005:105) adalah sebagai berikut:

1. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heterokedasitas,

2. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar dibawah angka o dan sumbu y, maka tidak terjadi heterokedasitas.

Berikut ini peneliti menampilkan grafik scatterplot untuk melihat hasil uji


(64)

Gambar 4.3 Uji Heteroskedisitas

Pada gambar 4.3 pada grafik Scatterplot diatas dapat terlihat bahwa titik (data) menyebar secara acak dan tidak terlihat suatu pola tertentu, dan pada grafik scatterplot diatas juga dapat terlihat bahwa tidak tersebar diatas maupun dibawah sumbu y dan angka 0. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas di dalam penelitian ini, dan model regresi ini layak dipakai dalam penelitian.


(65)

1.2.1.4 Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui terjadi atau tidak terjadinya suatu autokorelasi dapat diketahui dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW). Menurut Sugiyono (2001:76) mengemukakan bahwa terjadinya Autokorelasi jika nilai Durbin-Watson (DW) memiliki nilai lebih dari 5, atau Durbin-Watson (DW) > 5.

Berikut ini peneliti menampilkan hasil Uji Autokorelasi pada Tabel 4.4 :

Tabel 4.4 UjiAutokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .486a .236 .183 .22242 1.205

a. Predictors: (Constant), Komite audit, Proporsi Dewan Komisaris Independen, leverage, Kepemilikan instutisional

b. Dependent Variable: Manajemen laba

Bedasarkan Tabel 4.4 tentang Uji Autokorelasi memperlihatkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW) adalah 1.205 < 5. Oleh karena itu, dapat dikemukakan bahwa tidak terjadi Autokorelasi dalam penelitian ini.

4.2.2.Analisis Regresi

Analisis regresi linier berganda yang terdaftar analisis pengaruh penerapan


(66)

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -.033 .222 -.148 .883

leverage -.029 .011 -.300 -2.502 .015

Kepemilikan instutisional .555 .171 .390 3.244 .002

Proporsi Dewan Komisaris Independen

.229 .261 .101 .877 .384

Komite audit -.013 .144 -.011 -.092 .927

a. Dependent Variable: Manajemen laba

Berdasarkan data di atas, dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011 adalah sebagai berikut:

Y = - 0,033 – 0,029 X1 + 0,555 X2 + 0,229 X3 - 0,013 X4+ e

Keterangan:

1. Konstanta (α) sebesar - 0,033 menunjukkan bahwa apabila nilai variabel independen sama dengan nol (leverage=0, Kepemilikan Instutisional =0, Proporsi Dewan Komisaris independen =0, Komite Audit =0) maka manajemen laba bernilai negatif sebesar -0,033.

2. Koefisien regresi leverage (β1) sebesar -0,029 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari leverage sebesar 1 satuan akan diikuti oleh penurunan manajemen laba sebesar -0,029 dengan asumsi variabel lain tetap.


(67)

3. Koefisien regresi Kepemilikan Instutisional (β2) sebesar 0,555 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari Kepemilikan Instutisional

sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar 0,555 dengan asumsi variabel lain tetap.

4. Koefisien regresi Proporsi Dewan Komisaris independen (β3) sebesar

0,229 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari Proporsi Dewan Komisaris independen sebesar 1 satuan akan diikuti oleh kenaikan manajemen laba sebesar 0,229 dengan asumsi variabel lain tetap.

5. Koefisien regresi Komite Audit (β4) sebesar -0,013 menunjukkan bahwa setiap kenaikan dari Komite Audit sebesar 1 satuan akan diikuti oleh penurunan manajemen laba sebesar -0,013 dengan asumsi variabel lain tetap.

4.2.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan maksud untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen

Tabel 4.6

Pemasukan dan pengeluaran Variabel Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Komite Audit, Proporsi Dewan Komisaris, Kepemilikan Instutisional, leveragea

. Enter


(68)

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, maka dapat dijelaskan bahwa:

1. variabel yang dimasukkan kedalam persamaan adalah variabel

independen yaitu Leverage, Kepemilikan Instutisional, Proporsi Dewan Komisaris independen, Komite Audit,

2. variabel independen tidak ada yang dikeluarkan.

4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel-variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai yang digunakan untuk mengetahui hasil uji koefisien determinasi adalah nilai

adjusted R2. “Adjusted R2 dianggap lebih baik dari R2 karena nilai adjusted

R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model” (Ghozali, 2005).

Hasil uji koefisien determinasi diatas menunjukkan besarnya Adjusted R2 adalah 0,183. Dengan demikian besarnya pengaruh Laverage, Kepemilikan Instutisional, Proporsi Dewan Komisaris independen, Komite Audit terhadap manajemen laba perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

Tabel 4.7 Adjusted R2

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .486a .236 .183 .22242

a. Predictors: (Constant), Komite audit, Proporsi Dewan Komisaris Independen, leverage, Kepemilikan instutisional


(69)

(2008-2011) adalah hanya sebesar 18,3%. Sedangkan sisanya sebesar 81,7% adalah dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.2.3.2 Uji Signifikan Simultan (F)

Secara simultan, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F. Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Ghozali,2005:84). Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap variable dependen. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistk F (uji F). Kriteria pengambilan keputusan adalah:

jika F hitung < F tabel, Ho diterima Ha ditolak, untuk α = 5%

jika F hitung > F tabel Ha diterima Ho ditolak, untuk α = 5%

Berikut ini peneliti menampilkan hasil Uji Signifikan Simultan (F) pada Tabel 4.8:

Tabel 4.8 Uji Simultan (F )

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .885 4 .221 4.473 .003a

Residual 2.869 58 .049

Total 3.754 62

a. Predictors: (Constant), Komite audit, Proporsi Dewan Komisaris Independen, leverage, Kepemilikan instutisional


(1)

Lampiran iii

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum

Mean Std. Deviation

leverage 69 3.07 15.45 8.7119 2.58438

Kepemilikan instutisional 69 .00 .91 .2713 .17298

Proporsi Dewan Komisaris 69 .33 .80 .5682 .10858

Komite audit 69 .40 1.00 .7558 .21182

Manajemen laba 69 -.95 1.01 -.0109 .24608

Valid N (listwise) 69

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 69

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation .21512663 Most Extreme Differences Absolute .087

Positive .046

Negative -.087

Kolmogorov-Smirnov Z .690

Asymp. Sig. (2-tailed) .727

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

(3)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.033 .222 -.148 .883

leverage -.029 .011 -.300 -2.502 .015 .917 1.090 Kepemilikan

instutisional

.555 .171 .390 3.244 .002 .912 1.096

Proporsi Dewan Komisaris Independen

.229 .261 .101 .877 .384 .991 1.009

Komite audit -.013 .144 -.011 -.092 .927 .860 1.163 a. Dependent Variable: Manajemen laba


(4)

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .486a .236 .183 .22242 1.205

a. Predictors: (Constant), Komite audit, Proporsi Dewan Komisaris Independen, leverage, Kepemilikan instutisional

b. Dependent Variable: Manajemen laba

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 Komite Audit, Proporsi Dewan Komisaris, Kepemilikan Instutisional, leveragea

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .486a .236 .183 .22242

a. Predictors: (Constant), Komite audit, Proporsi Dewan Komisaris Independen, leverage, Kepemilikan instutisional


(5)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .885 4 .221 4.473 .003a

Residual 2.869 58 .049

Total 3.754 62

a. Predictors: (Constant), Komite audit, Proporsi Dewan Komisaris Independen, leverage, Kepemilikan instutisional

b. Dependent Variable: Manajemen laba

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -.033 .222 -.148 .883

leverage -.029 .011 -.300 -2.502 .015

Kepemilikan instutisional .555 .171 .390 3.244 .002 Proporsi Dewan

Komisaris Independen

.229 .261 .101 .877 .384

Komite audit -.013 .144 -.011 -.092 .927 a. Dependent Variable: Manajemen laba


(6)

Lampiran iv

Jadwal penelitian

Tahapan

Penelitian

Sep

2012

Sep

2012

Okt

2012

Okt

2012

Okt

2012

Nov

2012

Des

2012

Pengajuan

Proposal

Skripsi

Penyelesaian

Proposal

Skripsi

Bimbingan

Proposal

Pengumpulan

Dan

Pengolahan

Data

Bimbingan

Skripsi

Penyelesaian

Skripsi

Ujian

Komprehensif


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 51 83

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 2011

1 15 143

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 2 102

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 12

PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 85

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 1 11

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 0 2

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 0 9

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance dan leverage terhadap Manajeman laba pada perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode tahun 2011-2013

0 0 23

Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 0 12