BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Saham - Pengaruh Likuiditas, Leverage,Perputaran Aset, dan Price Book Value terhadap Earnings Per Share pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.1. Saham

  Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.

  Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tertentu memliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan dan berhak hadir dalam rapat umum pemegang saham, (Martalena, 2011:12).

  Menurut Fahmi (2012:271), saham ada dua macam, yaitu saham biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock).

  1. Common Stock (Saham Biasa) (saham biasa) adalah suatu surat berharga yang dijual

  Common stock

  oleh perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dollar, yen dan sebagainya) dimana penegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan RUPLSB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya di akhir tahun akan memperoleh keuntungan dalam bentuk deviden.

  2. Preferred Stock (Saham Istimewa)

  Preferred stock (saham istimewa) adalah suatu surat berharga yang dijual

  oleh suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen dan sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk deviden yang biasanya akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan).

  Pada dasarnya, ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham (Fahmi,2012:88), yaitu:

  • Memperoleh dividen yang akan diberikan pada setiap akhir tahun
  • Memperoleh keuntungan modal (capital gain), yaitu keuntungan pada saat saham yang dimiliki tersebut dijual kembali pada harga yang lebih mahal.
  • Memiliki hak suara bagi pemegang saham jenis saham biasa (common

  stock

  ) Beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham akan mengalami fluktuasi (Fahmi,2012:276) yaitu:

  • Kondisi mikro dan makro ekonomi
  • Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha, seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub brand office) baik yang dibuka dosmetik maupun luar negeri • Pergantian direksi secara tiba-tiba.
  • Adanya direksi atau pihak komisaris yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan
  • Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya
  • Risiko sistematis, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
  • Efek dari psikologis pasar yang ternyata mampu menekan kondisi jual teknikal jual beli saham.

  Adapun alasan perusahaan menjual saham menurut Fahmi (2012:277) yaitu:

  • Kebutuhan dana dalam jumlah yang besar dan pihak perbankan tidak mampu untuk memberikan pinjaman
  • Keinginan perusahaan untuk mempublikasikan kinerja perusahaan secara lebih sistematis
  • Menginginkan harga saham perusahaan terus naik dan terus diminati oleh konsumen secara luas
  • Mampu memperkecil risiko yang timbil karena permasalahan risiko diselesaikan dengan pembagian dividen

  Sebagai instrument investasi, saham memiliki resiko yaitu:

  • Capital Loss Merupakan kondisi dimana investor menjual saham lebih rendah di bawah harga ketika membeli saham tersebut. Dengan menjual saham

  Rasio dapat menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan maka akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya kondisi perusahaan atau posisi keuangan suatu perusahaan.

  yang nilainya lebih rendah dibandingkan ketika membeli saham maka investor menderita kerugian sebesar selisih antara harga jual dengan harga beli saham tersebut.

  • Resiko Likuidasi Ketika suatu perusahan yang sahamnya dimiliki oleh pemegang saham dinyatakan bangkrut oleh pengadilan ataupun perusahaan tersebut dibubarkan, maka hak klaim dari pemegang saham merupakan prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat diselesaikan. Jika masih terdapat hasil sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut.

2.1.2. Analisis Rasio Keuangan

  Analisis rasio pada laporan keuangan digunakan secara khusus oleh investor dalam keputusan investasi atau penyaluran dana. Keputusan tersebut dilakukan antara lain dengan membandingkan antara rasio perusahaan dengan industri yang sejenis. Dengan melakukan analisis rasio maka dapat membantu investor maupun kreditor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi maupun penyaluran dana.

  “Sedangkan bagi manajemen, analisis laporan keuangan berguna untuk membantu mengantisipasi kondisi masa depan, yang lebih penting lagi adalah sebagai titik awal untuk merencanakan tindakan-tindakan yang akan memperbaiki kinerja di masa depan” (Brigham, 2010:133). Dengan demikian, analisis laporan keuangan bermanfaat bagi manajemen untuk memproyeksikan peristiwa-peristiwa ekonomi di masa yang akan datang, sehingga manajamen dapat mengantisipasi kondisi yang tidak baik bagi perusahaan berdasarkan analisis rasio-rasio pada laporan keuangan.

  Untuk mengidentifikasi kondisi keuangan dan kinerja persuahaan, maka rasio keuangan dapat dibandingkan dengan dua cara (Syahyunan, 2004:82), yaitu: 1.

  Perbandingan Antar Waktu (Trend Analysis) Dalam perbandingan antar waktu, rasio keuangan yang sekarang dibandingkan dengan rasio keuangan tahun yang lalu atau dibandingkan dengan perkiraan rasio keuangan tahun yang akan datang dalam perusahaan yang sama ( perbandingan internal) suatu perusahaan. Dari perbandingan itu dapat dilihat arah perubahan apakah naik atau sebaliknya turun.

2. Perbandingan Antar Perusahaan (Comparative Analysis)

  Dalam perbandingan antar perusahaan, rasio keuangan suatu perusahaan dibandingkan dengan rasio keuangan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada waktu yang sama (perbandingan eksternal). Dari perbandingan ini dapat dilihat apakah rasio keuangan perusahaan relatif sama atau berbeda dengan perusahaan lainnya atau rata-rata industri.

  Analisis rasio` memiliki beberapa kelemahan atau keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya. Adapun kelemahan atau keterbatasan analisis rasio antara lain (Syahyunan, 2004:82): 1.

  Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

  2. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.

  3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

  Rasio-rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok (Brigham, 2008:134), yaitu:

  1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan asset lancar lainnya dari sebuah perusahaan dengan kewajiban lancarnya.

  Rasio ini terdiri dari Current Ratio, Acid Test Ratio, dan Cash Ratio.

  2. Rasio Manajemen Aset Serangkaian rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan telah mengelola aktiva-aktivanya. Rasio ini terdiri dari Inventory Turnover

  Ratio, Days Sales Outstanding, Fixed Asset Turnover Ratio, dan Total Asset Turnover Ratio.

  3. Rasio Manajemen Utang Rasio manajemen utang atau rasio leverage keuangan adalah rasio yang menunjukkan penggunaan dana melalui utang. Rasio ini terdiri atas Debt

  

to Total Asset, Debt to Total Equity, Times Interest Earned, dan rasio

cakupan EBITDA.

  4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio ini terdiri dari Profit Margin on Sales, Basic dan Return on Equity.

  Earning power, Return on Total Asset,

  5. Rasio Nilai Pasar Rasio nilai pasar adalah sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku per lembar sahamnya. Rasio ini terdiri Price Earning Ratio, Price Cash Flow ratio, dan Dividend Per Share.

  Book Value per Share, Earnings per Share,

2.1.2.1. Likuiditas (Current Ratio)

  Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban kewajiban jangka pendek. “Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu” (Fahmi, 2012:65).

  Pengukuran likuiditas biasanya mengaitkan kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang tersedia untuk melunasinya. Lingkup pengukuran bisa seluruh aset lancar atau sebagian aset lancar. Beberapa usulan terbaru tentang pengukuran likuiditas, bahkan tidak menggunakan aset lancar sebagai sumbernya, tetapi menggunakan arus kas operasi. Penggunaan arus kas operasi dianggap lebih mengena, walaupun kenyataan pengukuran dengan aset lancar masih sering dilakukan karena lebih mudah menghitungnya (Prihadi, 2008:13).

  Adapun salah satu rasio likuiditas yang digunakan pada penelitian ini adalah current ratio atau biasa yang disebut rasio lancar.

  Rasio lancar menunjukkan sampai sejauh apa kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi menjadi kas dalam waktu dekat (Brigham, 2010:134). Adapun rumus current ratio adalah:

  Current Ratio =

  Menurut Subramanyam dalam buku Fahmi (2012:66) alasan digunakannya rasio lancar secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuan untuk mengukur : a.

  Kemampuan memenuhi kewajiban lancar

  Semakin tinggi jumlah (kelipatan) aset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan dibayar.

  b.

  Penyangga kerugian Makin besar penyangga, makin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aset lancar non-kas pada saat aset tersebut dilepas atau dilikuiditasi.

  c.

  Cadangan dana lancar Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan.

  Ketidakpastian dan kejutan, seperti pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas sementara dan tidak terduga.

2.1.2.2. Leverage (Debt to Equity Ratio)

  Leverage menggambarkan setiap pengunaan aset atau dana yang

  membawa konsekuensi biaya dan beban tetap..Dalam manajemen keuangan ada tiga jenis leverage (Brigham, 2001:10) yaitu :

  1. Leverage Operasi ( Operating Leverage ) Leverage operasi menunjukkan seberapa besar biaya tetap digunakan dalam operasi suatu perusahaan. Jika sebagian besar dari total biaya perusahaan adalah biaya tetap, perusahaan itu dikatakan mempunyai leverage operasi (operating leverage) yang tinggi.

  Leverage operasi merupakan kemampuan EBIT perusahaan untuk merespons fluktuasi penjualan.

  2. Leverage Keuangan Leverage keuangan ( financial leverage ) adalah praktek pendanaan sebagian aktiva perusahaan dengan sekuritas yang menanggung beban pengembalian tetap dengan harapan bisa meningkatkan pengembalian akhir bagi pemegang saham ( Keown: 121).

  3. Total Leverage

  Total leverage merupakan penggunaan aktiva dan dana dalam

  aktivitas perusahaan, dimana penggunaan dana tersebut harus menutup biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan. Total leverage merupakan gabungan antara operating leverage dengan financial leverage.

  Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat berasal dari utang maupun ekuitas. Utang mempunyai dua keuntungan. Pertama, bunga yang dibayarkan dapat dipotong untuk tujuan pajak, sehingga menurunkan biaya efektif dari utang. Kedua, pemegang utang (debt to holder) mendapat penembalian yang tetap sehingga pemegang saham (stockholder) tidak perlu mengambil bagian laba mereka ketika perusahaan dalam kondisi prima ( Brigham, 2001:4).

  Namun, utang juga mempunyai beberapa kelemahan. Pertama, semakin tinggi rasio utang (debt ratio), semakin tinggi pula risiko perusahaan sehingga suku bunganya mungkin akan lebih tinggi. Kedua, apabila sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan laba operasi tidak mencukupi untuk menutup beban bunga, maka pemegang saham harusnya menutup kekurangan itu, dan perusahaan akan bangkrut jika mereka tidak sanggup. Terlalu banyak utang dapat meghambat perkembangan perusahaan yang pada gilirannya dapat membuat pemegang saham berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya. Oleh karena itu, suatu perusahaan harus bijak dalam menggunakan hutang pada aktivitas pendanaan perusahaan agar risiko dalam penggunaan hutang dapat diminimalisir.

  Penjelasan mengenai dampak leverage terhadap EPS dapat dijelaskan berikut pada tabel 2.1. :

Tabel 2.1.

Dampak Financial Leverage pada Pengembalian Pemegang Saham

  

PT U (Unleveraged/Tanpa Hutang) dengan 1.000 lembar saham

Aset lancar $ 50,000 Hutang $ 0 Aset tetap 50,000 Ekuitas biasa $ 100,000 Total aset $ 100,000 Total kewajiban & ekuitas $ 100,000

  Kondisi Usaha Baik Diharapkan Buruk Pendapatan penjualan $ 150,000 $ 100,000 $ 75,000 Biaya operasi tetap 45,000 45,000 45,000 Biaya operasi variabel 60,000 40,000 30,000 Total biaya operasi $ 105,000 $ 85,000 $ 75,000 EBIT $ 45,000 $ 15,000 $ 0 Bunga (Tingkat 10%) 0 0 0 EBT $ 45,000 $ 15,000 $ 0 Pajak (Tarif 40%) 18,000 6,000 0 EAT $ 27,000 $ 9,000 $ 0 ROE 27% 9% 0% EPS $ 27 $ 9 $ 0

PT U (Leveraged/dengan Hutang) dengan 500 lembar saham

Aset lancar $ 50,000 Hutang $ 50,000 Aset tetap 50,000 Ekuitas biasa $ 50,000 Total aset $ 100,000 Total kewajiban & $ 100,000

ekuitas

  Kondisi Usaha Baik Diharapkan Buruk Pendapatan penjualan $ 150,000 $ 100,000 $ 75,000 Biaya operasi tetap 45,000 45,000 45,000 variabel 60,000 40,000 30,000 Total biaya operasi $ 105,000 $ 85,000 $ 75,000 EBIT $ 45,000 $ 15,000 $ 0 Bunga (Tingkat 10%) 5,000 5,000 5,000 EBT $ 40,000 $ 10,000 $ (5,000)

Pajak (Tarif 40%) 16,000 4,000 0

EAT $ 24,000 $ 6,000 $ (5,000) ROE 48% 12% -10% EPS $ 48 $ 12 $ (10)

  Sumber : Brigham, Eugene F, et. al., 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan diolah oleh peneliti

  Dari perbandingan tabel di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan adanya leverage atau melakukan pinjaman berupa hutang dapat meningkatkan Earnings Per Share bagi para pemegang saham. Akan tetapi kondisi ini hanya berlaku ketika perusahaan berada di kondisi baik dan pada kondisi yang diharapkan. Ketika kondisi perusahan buruk dimana penjualan hanya mampu menutupi biaya-biaya perusahaan tanpa dapat menghasilkan EBIT (Earning Before Interest & Tax) , maka perusahaan yang menggunakan leverage akan menimbulkan earning per share yang bernilai minus atau merugikan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus bijak dalam melakuka keputusan apakah sebuah perusahaan harus menggunakan leverage atau tidak menggunakan leverage.

  Rasio leverage mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analisis menggunakan istilah rasio solvabilitas yang berarti mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya. Adapun dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah rasio hutang pada modal (Debt to

  leverage Equity Ratio ).

  Menurut Joel dalam buku Fahmi (2012:73), Debt to Equity

  Ratio adalah ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan yang tersedia untuk kreditor .

  Adapun rumus dari Debt to Equity Ratio adalah: =

  Debt to Equity Ratio

  Sebuah perusahaan yang tidak memiliki hutang berarti perusahaan tersebut dalam menjalankan aktivitasnya dengan menggunakan modal sendiri. Debt to Equity Ratio mencerminkan solvabilitas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dikatakan memiliki solvabilitas yang baik berarti perusahaan tersebut mampu memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan dengan menggunakan modal sendiri.

  Semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio maka semakin tinggi kewajiban yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan.

2.1.2.3. Perputaran Aset

  Rasio perputaran total aset mengukur sejauh mana kesuluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi perputaran secara efektif (Fahmi, 2012:80). Semakin tinggi rasio perputaran aset pada suatu perusahaan, berarti suatu perusahaan semakin efektif dalam mengelola aset yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan penjualan. Adapun rumus dari rasio perputaran total aktiva adalah

  Rasio Perputaran Aset = merupakan salah satu rasio aktivitas

  Total Asset Turnover Ratio

  atau rasio manajemen aktiva. Rasio ini dirancang untuk mengetahui apakah jumlah total dari tiap-tiap jenis aset seperti yang dilaporkan dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi, atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat penjualan saat ini dan proyeksinya.

  Perusahaan menggunakan aset dalam rangka menciptakan pendapatan (sales,revenue). Aset (aktiva) secara umum adalah bentuk investasi. Setiap bentuk investasi memerlukan dana. Dana diperoleh dari sumber dana, bisa berbentuk utang atau modal dari pemilik. Setiap sumber dana menimbulkan biaya. Biaya inilah yang disebut sebagai biaya modal atau cost of capital (Prihadi, 2008:33).

  Jika sebuah perusahaan mempunyai terlalu banyak aset, maka biaya modalnya akan menjadi terlalu tinggi, sehingga keuntungannya akan menjadi turun. Di lain pihak, jika aset terlalu rendah, penjualan yang menguntungkan juga akan hilang. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya kelebihan dana yang ada pada aset tersebut. Kelebihan dana tersebut lebih baik dapat digunakan pada aktiva lain yang lebih produktif.

  Sebaliknya semakin tinggi tingkat aktivitas, maka semakin baiklah kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.

  Rasio aktivitas dapat dikaitkan dengan jenis aset yang akan diukur. Dengan demikian, rasio aktivitas dapat dibagi ke dalam dua kelompok,yaitu:

  • Short-term activity
  • Long-term activity

  Short-term activity akan berorientasi pada operasi rutin

  perusahaan,yang diwakili kemampuan perusahaan dalam rangka mengendalikan piutang, persediaan dan utang usaha. Sementara long-

  

term activity berorientasi pada penggunaan aset tetap (Prihadi,

2008:34).

2.1.2.4. Price Book Value

  Price book value atau biasa disebut juga market book value ratio

  adalah rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai bukunya. Untuk menghitung nilai buku per lembar saham dapat dihitung sebagai berikut (Brigham,2010:151) :

  Nilai buku per lembar saham = Sedangkan rumus untuk menghitung price book value yaitu:

  =

  Price Book Value pada umumnya lebih besar dari 1, ini

  Price book value ratio

  artinya investor bersedia membayar saham lebih besar daripada nilai buku akuntansinya. Situasi seperti ini terutama terjadi karena nilai aset, seperti yang dilaporkan oleh akuntan dalam neraca perusahaan, tidak mencerminkan baik itu inflasi maupun goodwill. Jadi, aset yang dibeli beberapa tahun lalu pada harga sebelum inflasi dicatat berdasarkan harga perolehan awalnya meskipun inflasi telah menyebabkan nilai aset yang sebenarnya naik secara signifikan (Brigham, 2010:152).

2.1.2.5. Earnings Per Share

  atau pendapatan per lembar saham adalah

  Earnings Per Share

  bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki (Fahmi,2012:288). Menurut Van Horne dan Wachowicz dalam buku Fahmi (2012:83), “earnings

  

per share is earning per share after taxes (EAT) divided by the number

  . Adapun rumus Earnings Per Share

  of common share outstanding”

  adalah : EPS =

  Pada umumnya, perusahaan di Indonesia tidak mempunyai saham preferred (preferred stock). Akan tetapi kalau ada saham preferen, maka nilai laba setelah pajak harus dikurangi dengan dividen jatah pemegang saham preferred

  Menurut Brigham (2010:393) pertumbuhan laba berasal dari sejumlah faktor, antara lain (1) jumlah laba yang dipertahankan dan diinvestasikan kembali oleh perusahaan, (2) tingkat pengembalian yang diterima perusahaan atas ekuitasnya (ROE), dan (3)inflasi. Berbicara tentang inflasi, jika output (dalam unit) stabil, tetapi harga jual dan biaya input naik mengikuti inflasi, maka EPS juga akan tumbuh mengikuti tingkat inflasi. Bahkan tanpa inflasi, EPS juga akan tumbuh karena laba yang diinvestasikan kembali atau ditanamkan kembali. Jika seluruh laba perusahaan tidak dibayarkan sebagai dividen (dengan kata lain, jika sebagian labanya ditahan), jumlah dolar investasi di balik setiap saham lama kelamaan akan naik sehingga menyebabkan pertumbuhan laba dan dividen.

  Apabila ada saham baru diterbitkan di tengah tahun, maka jumlah lembar saham beredar terakhir tidak bisa digunakan untuk menghitung Earnings Per Share. Begitu juga dengan adanya treasury stock , yaitu saham perusahaan yang dibeli sendiri oleh perusahaan.

  Dengan demikian terdapat dua kondisi yang membuat saham di awal tahun dan akhir tahun tidak sama, yaitu:

  • Penerbitan saham baru pada waktu tahun berjalan
  • Pembelian saham sendiri oleh perusahaan (treasury stock) Bagi pembaca laporan keuangan pemula, seringkali rancu antara laba per lembar saham dengan dividen per lembar saham. Laba per lembar saham hanyalah indikator jumlah laba untuk setiap lembar. Laba tersebut tidak harus dibagi. Sementara dividen adalah yang dibagikan kepada pemilik

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu

  Hasil peneliti terdahulu dan berhubungan likuiditas, leverage, perputaran aset, Price Book Value terhadap Earnings Per Share dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  Analisis Pengaruh Denari Variabel Independen: Debt to Asset Ratio, Rasio Leverage dan Hutabarat Debt to Asset Ratio, Long Term Debt to Rasio Likuiditas (2009) Long Term Debt to Equity Ratio,

terhadap Earnings Per Equity Ratio, Current Current Ratio Share Pada Industri Ratio berpengaruh secara Makanan dan signifikan dan Minuman yang telah Variabel Dependen: positif terhadap Go Public di Bursa Earnings Per Share Earnings Per Share Efek Indonesia Pengaruh Financial Dwi Variabel Independen: Debt to Asset Ratio,

Leverage dan Total Armaya Debt to Asset Ratio, Total Asset Assets Turnover (2010) Total Asset Turnover Turnover Ratio Terhadap Earnings Ratio berpengaruh Per Share (EPS) Pada signifikan Earnings Perusahaan Variabel Dependen: Per Share Perkebunan dan Earnings Per Share Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006 – 2009 Analisis Pengaruh Hery Variabel Independen: Debt to Asset Ratio, Financial Leverage Krisman Debt to Asset Ratio, Debt to Equity terhadap Earnings Per Share Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sitorus

  (2011) Debt to Equity Ratio, Long Debt to Equity Ratio Variabel Dependen: Earnings Per Share

  Ratio, Long Debt to Equity Ratio berpengaruh dan signifikan terhadap Earnings Per Share Analisis Pengaruh

  Rasio Hutang terhadap Earnings Per Share Perusahaan Properti yang Terdaftar di BEI Rouli

  Martha Tambunan (2011) Variabel Independen:

  Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio Variabel Dependen: Earnings Per Share

  Debt to Equity Ratio, Debt to Asset Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earnings Per Share

  Denari Hutabarat (2009), meneliti pengaruh rasio leverage dan rasio

  likuiditas terhadap Earnings Per Share (pada industri makanan dan minuman). Hasil penelitian menunjukkan , Debt to Total Asset Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio dan Current Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earnings Per Share.

  Sedangkan melalui uji parsial Debt to Total Asset Ratio berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Earnings Per Share, dan Long Term Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan dan positif terhadap Earnings Per Share sedangkan Current Ratio tidak memiliki pengaruh terhadap Earnings Per Share.

  Dwi Armaya (2010), meneliti

  pengaruh financial leverage dan Total Assets

  Turnover Ratio terhadap Earnings Per Share (pada perusahaan perkebunan dan

  pertambangan). Hasil penelitian menunjukkan financial leverage (Debt to Asset

  Ratio

  ) dan Total Asset Turnover Ratio berpengaruh signifikan terhadap Earnings

  . Sedangkan melalui uji parsial hanya Total Asset Turnover Ratio yang

  Per Share berpengaruh terhadap Earnings Per Share.

  Hery Krisman Sitorus (2011), meneliti pengaruh financial leverage terhadap

  (pada perusahaan industri manufaktur). Hasil penelitian

  Earnings Per Share

  menunjukkan Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Longterm Debt berpengaruh signifikan terhadap Earnings Per Share. Sedangkan

  to Equity Ratio

  melalui uji parsial hanya Debt to Equity Ratio yang berpengaruh signifikan terhadap Earnings Per Share.

  Rouli Martha Tambunan (2011), meneliti pengaruh rasio hutang terhadap

  

Earnings Per Share (pada perusahaan properti). Hasil penelitian menunjukkan

  bahwa Debt to Total Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap Earnings Per Share. Sedangkan melalui uji parsial Debt

  

to Total Asset Ratio dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Earnings Per

. Share

2.3. Kerangka Konseptual

  Likuiditas menunjukkan hubungan antara kas dan aset lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya. Rasio likuiditas yang digunakan pada penelitian

ini adalah adalah Current Ratio (rasio lancar). Current ratio menunjukkan sampai

sejauh apa kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan dikonversi

menjadi kas dalam waktu dekat (Brigham,2010:134).

   Leverage merupakan penggunaan pendanaan melalui hutang pada suatu

perusahaan dalam menjalankan operasinya. Perusahaan harus cermat dalam

presentase penggunaan hutang maupun pengunaan modal sendiri dalam operasional

  

perusahaan untuk mencapai Earnings Per Share bagi para investor menjadi

maksimal. Debt to Equity Ratio menunjukkan perbandingan antara kewajiban

terhadap modal sendiri pemilik perusahaan. Semakin tinggi nilai Debt to Equity Ratio

sebuah perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri.

  Perputaran aset (Total Asset Turnover) mengambarkan seberapa baik dukungan seluruh aset untuk memperoleh penjualan (Prihadi, 2008:41).

  Perputaran aset merupakan salah satu rasio aktivitas. Tingkat aktivitas yang rendah pada penjualan mengakibatkan semakin besar dana yang tertanam pada aset tersebut. Sebaliknya semakin tinggi aktivitas maka semakin baik kemampuan perusahaan memaksimalkan aset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan.

  Semakin besar tingkat penjualan dapat memaksimalkan Earnings Per Share perusahaan.

  (rasio nilai buku) memberikan indikasi pandangan

  Price Book Value

  investor atas perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor yang artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta mmengalami pertumbuhan, dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingan perusahaan dengan pengembalian yang rendah (Brigham, 2010:151). Dengan semakin besarnya tingkat laba yang ada pada suatu perusahaan maupun tingkat laba yang diharapkan di periode perusahaan selanjutnya, maka investor akan memberikan nilai buku yang lebih tinggi, sehingga memungkinkan rasio nilai buku suatu perusahaan dapat memiliki pengaruh terhadap Earnings Per Share bagi para pemegang saham.

  Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

  

Gambar 2.1.

Kerangka Konseptual

  H1

  Likuiditas (X )

  1 H2

  Leverage Earnings per Share

  (X )

  2

  (Y)

  H3

  Perputaran Aset (X )

  3 H4

  Price Book Value (X )

  4 H5

2.4. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris (Erlina, 2011:30). Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Likuiditas berpengaruh terhadap Earnings Per Share perusahaan H2 : Leverage berpengaruh terhadap Earnings Per Share perusahaan H3 : Perputaran aset berpengaruh terhadap Earnings Per Share perusahaan H4 : Price Book Value berpengaruh terhadap Earnings Per Share perusahaan H5: Likuditas, leverage, perputaran aset, Price Book Value berpengaruh secara simultan terhadap Earnings Per Share perusahaan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas, Leverage,Perputaran Aset, dan Price Book Value terhadap Earnings Per Share pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 77 105

Pengaruh Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 105 93

Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Dividen dan Earnings Per Share terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 33 92

Pengaruh Earning Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

12 85 93

Pengaruh Earning Per Share dan Price To Book Value Terhadap Harga Saham Pada Perusahaansektor Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2012

0 15 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi - Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pasar Modal - Pengaruh Faktor Makro Ekonomi dan Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Asuransi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis 2.1.1 Harga Saham - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Earning Per Share terhadap Harga Saham Perusahaan Basic Industry And Chemicals yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Manajemen Modal Kerja - Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Return Saham - Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 14