BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tanggung Jawab Perusahaan Publik Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini menuntut adanya perkembangan dunia usaha

  sehingga dituntut untuk berkembang semakin pesat, baik pada lingkup global maupun lingkup nasional terkhusus Indonesia. Hal inilah yang mengakibatkan munculnya badan usaha yang melaksanakan kegiatan usaha pada berbagai bidang. Salah satu pilar pembangunan perekonomian nasional, khususnya yang berskala

  

  besar adalah badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas yang mempunyai tujuan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tujuan utama adalah profit

   oriented .

  Setiap usaha investasi dan kegiatan pembangunan memiliki kemampuan

  

  potensial untuk menimbulkan dampak lingkungan. Dalam pelaksanaan kegiatan usahanya, perusahaan sering tidak memperhatikan segala aktivitasnya, seperti dari segi proses, produksi, dan produk yang dihasilkan sehingga mengakibatkan 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 angka 1

  

menyebutkan bahwa: “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan

hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang

ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Selanjutnya Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 5 ayat (2) menyebutkan bahwa:

Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan

berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-

Undang”. 2 Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha.

  

Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat digunakan untuk

menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan

dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi-tingginya, baik

secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling

esensial terhadap pemegang saham. Lihat Martono Anggusti, Tanggung Jawab Sosial degradasi lingkungan. Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, sebagian besar bersumber dari perilaku manusia.

  Kasus-kasus pencemaran dan kerusakan seperti di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan seterusnya bersumber pada perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Manusia adalah penyebab

  

  utama dari kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup. Berita tentang kerusakan lingkungan di media massa cukup membludak. Kasus-kasus pencemaran tanah, air dan udara oleh perusahaan-perusahaan terjadi di mana-

  

  mana. Salah satu isu yang menonjol selama pembangunan di Indonesia adalah berkurangnya luas kawasan hutan. Keadaan kian memburuk dengan isu pemasanan global dan perubahan iklim, konversi hutan untuk industri kehutanan,

   kawasan budidaya dan ditambah lagi dengan kebakaran hutan.

  Belakangan ini dunia sangat disibukkan dengan masalah global warming yang mengancam kehidupan manusia. Dalam masalah ini, salah satu pihak yang disalahkan adalah perusahaan. Aktivitas industri perusahaan dituding sebagai

  

  penyebab utama terjadinya global warming. Misalnya, perusahaan yang membuang limbahnya ke tepi pantai tanpa dilakukan pengelolaan limbah terlebih dahulu, walaupun dilakukan tetapi tidak sesuai dengan standardisasi yang

  4 5 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, (Jakarta: Kompas, 2010), hlm. 1-2.

  Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek Buku Kedua, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), hlm. 369. 6 Akhmad Fauzi dkk, Status Lingkungan Hidup Indonesia 2012, (Jakarta: Kementerian

  

  ditetapkan berdasarkan ketentuan mengenai Amdal aka akan terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup yang mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk lainnya. Masuknya limbah pada lingkungan, katakanlah air buangan pabrik tekstil yang masuk pada badan air tentu akan menimbulkan perubahan, sekecil apapun jumlah limbah tersebut. Perubahan ini dapat membuat air menjadi keruh, berwarna, berbau, dan sebagainya atau sebaliknya tidak menimbulkan

  

  pengaruh yang berarti. Pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan industri atau sejenisnya dalam menjalankan suatu usaha ekonomi serta sikap penguasa maupun pengusaha yang tidak menjalankan atau melalaikan kewajiban-kewajibannya dalam pengelolaan

   lingkungan hidup.

  Hal ini sejalan dengan pendapat dari Fritjof Capra yang menyatakan bahwa bisnis yang dilakukan pengusaha mengambil sumber daya alam, mengubahnya menjadi produk sekaligus juga limbah, lalu kemudian menjual produk tadi pada konsumen, yang membuang lebih banyak lagi limbah ketika

  

  mereka mengonsumsi produk tadi. Pada umumnya, setiap agama manapun mengajarkan ramah terhadap lingkungan sebagai kehidupan manusia dan manusia hidup berdampingan dengan alam. Namun kenyataannya berbeda jika dilihat pada 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

  Hidup, Pasal 1 angka 11 menyebutkan bahwa: “Analisa mengenai dampak lingkungan hidup, yang

selanjutnya Amdal, adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang

direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan”. 9 Albert Napitupulu, Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis , (Bogor: IPB Press, 2013), hlm. 5. 10 Alvi Syahrin, Beberapa Isu Hukum Lingkungan Kepidanaan, (Jakarta: Sofmedia, 2009), hlm. 3. saat ini. Jika terdapat kegiatan usaha yang mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan, maka investasi yang ditanamkan tidak mampu menyelamatkan kita dan apalagi tidak memberikan return tinggi pada perusahaan tersebut.

  Suatu perusahaan menurut Daud Silalahi, bisa saja menganggap lingkungan hidup sebagai benda bebas yang dapat digunakan sepenuhnya untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Akan tetapi, masyarakat sebagai keseluruhan akan melihat lingkungan hidup sebagai bagian dari kekayaan nyata

  

  yang tidak dapat lagi diperlakukan sebagai suatu benda bebas (rex nullius). Hal ini sesuai dengan konsep sumber milik bersama (common property resources) oleh Hardin dikenal dengan apa yang disebut sebagai “tragedy of pie commons” yang digunakan untuk menjelaskan mengapa aktivitas ekonomi dapat mengarah kepada kerusakan lingkungan hidup. Berjuta-juta pemilik mempunyai hak yang sama untuk memanfaatkan sumber milik bersama, seperti samudera, udara, ikan

  

di laut, air tanah, hutan, dan lain-lainnya.

  Dalam kaitannya dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi jalan usaha atau kelangsungan hidup perusahaan, tidak dapat dihindari bila suatu perusahaan diketahui telah melakukan tindakan pencemaran lingkungan hidup yang amat merugikan, perusahaan tersebut terancam akan ditutup atau mendapat ancaman ganti rugi. Tentu saja hal ini akan mengancam kelangsungan hidup dari

12 Helmi, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 75.

  

  perusahaan tersebut. Terlebih lagi apabila perusahaan tersebut telah menawarkan sahamnya kepada publik, maka kepercayaan publik terhadap saham perusahaan tersebut akan semakin rendah yang mengakibatkan harga saham akan

   turun. Hal ini tentu merugikan investor.

  Unsur “kepercayaan” merupakan unsur yang sangat penting bagi berkembangnya suatu pasar modal, seperti tersimpul dalam ungkapan your word

  

is your bonds . Selanjutnya Samuelson dan Nordhaus menjelaskan bahwa karena

  pasar modal efisien, maka harga saham segera cepat bereaksi terhadap berita- berita baru yang tidak terduga, sehingga arah gerakannya pun tidak bisa diduga.

  Sepanjang sesuatu kejadian bisa diduga, kejadian itu sudah tercermin pada harga

  

  pasar. Oleh karena itu, kepercayaan yang dapat diberikan kepada investor di pasar modal yaitu dengan memberikan informasi, karena harga saham pada setiap saat (detik demi detik) secara cepat merefleksikan sepenuhnya informasi yang

   tersedia dan dicerna tanpa bias.

  Pada umumnya, informasi yang terdapat di pasar modal terbagi atas dua bentuk yaitu informasi yang baik (good news) dan informasi yang buruk (bad

  

news ). Apabila terdapat informasi yang jelek berkaitan dengan kewajiban dan

  tanggung jawab perlindungan lingkugan hidup mengakibatkan harga saham dari 14 Heriyanti, Tesis: Pengaturan Prinsip Keterbukaan Perusahaan Publik dalam

  

Perlindungan Lingkungan Hidup di Pasar Modal Indonesia , (Medan: Magister Ilmu Hukum

Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2004), hlm. 1. 15 Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia: Program Pascasarjana, 2001), hlm. 95. 16 Munir Fuady, Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum) Buku Kedua, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 4. 17 Pandji Anoraga dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),

   perusahaan-perusahaan tersebut bergerak ke bawah , begitu juga sebaliknya.

  Salah satu contoh informasi jelek seperti yang dijelaskan sebelumnya seperti kasus bocornya sumur minyak bawah laut yang mengakibatkan pencemaran lingkungan hidup di Teluk Meksiko oleh British Petroleum di Amerika Serikat dimana nilai sahamnya mengalami penurunan hingga 40 % pada beberapa akhir

   pekan kedua juni 2010 di bursa saham Amerika Serikat.

  Padahal seyogianya, gugatan-gugatan yang berkaitan dengan tanggung jawab lingkungan seharusnya tidak terjadi, mengingat harga saham perusahaan dalam suatu pasar yang berkembang merefleksikan internalisasi biaya kerusakan lingkungan kepada masyarakat, yang disebabkan oleh perusahaan pada waktu

  

  produksi dan dalam rangka mengejar keuntungan. Problem utama tiap masyarakat modern bukan menginginkan perusahaan besar, melainkan apa yang dapat diharapkan terhadap perusahaan besar tersebut guna melayani kepentingan

   masyarakat dalam upaya mewujudkan cita-cita masyarakat sejahtera.

  19 20 Ibid., hlm. 188.

  Diambil dari liputan 6,

diakses pada tanggal 29 Januari 2015. Dijelaskan bahwa pengeboran

mengakibatkan kehancuran lingkungan dan kerugian luar biasa bagi perusahaan. Sejak peristiwa

ledakan sumur itu, British Petroleum telah mengalami penurunan nilai pasar hingga 40 persen atau

senilai lebih dari 100 miliar dolar AS. Bahkan Presiden Barrack Obama telah memerintah British

Petroleum agar menanggung ganti rugi akibat kerusakan yang terjadi. Kerusakan ini disebut

sebagai kerusakan lingkungan yang paling parah sepanjang sejarah. 21 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 185. Sebagaimana

dikutip dari Perry E. Wallace, Disclosure of Environmental Liabilities Under The Securities Laws:

  

The Potential of Securities-Market Based Incentives for Pollution Control , Washington and Lee

Law Review , (Vol. 50, 1993), hlm. 1132. Dikatakan bahwa “disclosure alerts the EPA, as well as

public interest groups, increasing the prospect of environmental litigation and, possibly,

associated liabilities. And any event, the prices of securities in develop public markets reflect the

internalized costs of environmental damage to society caused by the company in the course of

  Namun juga terdapat permasalahan lainnya dimana secara hierarki perusahaan publik sebagai perusahaan pencemar dimulai dari pemberi dana. Jadi dapat dikatakan bahwa pelaksanaan kegiatan usaha tersebut dibantu dengan dukungan dana yang diterima dari para investor melalui pasar modal yang merupakan pihak yang membiayai perusahaan dengan membeli saham-saham perusahaan tersebut di bursa efek.

  Perusahaan publik harus mematuhi ketentuan yang berlaku mengenai

  

  hukum pasar modal Indonesia. Prinsip keterbukaan (disclosure principle) menjadi persoalan inti di pasar modal dan sekaligus menjadi jiwa pasar modal itu

  

  sendiri. Secara yuridis, prinsip keterbukaan secara tegas diatur dalam peraturan- peraturan pasar modal seperti menyangkut kewajiban untuk menyampaikan informasi material, kewajiban pelaporan keuangan, dan kewajiban-kewajiban lainnya yang dirasakan perlu dan dapat mempengaruhi jalan usaha perseroan.

  Aspek keterbukaan atau transparansi merupakan salah satu dari prinsip good

  

corporate governance yang harus dilaksanakan oleh perusahaan untuk

  meningkatkan kepercayaan publik terhadap saham yang diperdagangkan dan menjaga integritas dari pasar modal itu sendiri.

  Pada mulanya perhatian lingkungan hidup tidak dianggap sebagai bagian proses due diligence dan keterbukaan. Keterbukaan umum telah menjadi bagian 23 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Pasal 1 angka 25

  

menyebutkan bahwa: “Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten,

Perusahaan Publik dan pihak lain yang tunduk pada Undang-Undang ini untuk menginformasikan

kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material memgenai usahanya atau

efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau dari Undang-Undang pasar modal untuk beberapa tahun lamanya, yang secara khusus lebih memperhatikan risiko-risiko keuangan dan pasar dari pada potensi

   pertanggungjawaban perlindungan lingkungan hidup (environmental liabilities).

   Disamping itu terdapat pendapat bahwa:

  “The dramatic growth of environmental regulation has been one of the

  important recent developments in modern law. And of those most affected by this impressive growth, the business community ranks at or near the top of the list. In fact, this expanding environmental regulatory sphere is now a constant and imposing presence in the economic, managerial and political lives on many business ”.

  Keterbukaan mengenai masalah lingkungan berbeda dengan keterbukaan masalah tradisional pada umumnya berupa masalah keuangan karena potensi dampak yang terjadi akan dirasakan oleh masyarakat. Kerusakan lingkungan dan polusi yang dihasilkan secara langsung akan membahayakan masyarakat berupa

   bahaya fisik pada penduduknya dan juga bagi perusahaan itu sendiri.

  Seharusnya keterbukaan informasi mengenai lingkungan hidup harus diketahui oleh publik terkhusus investor agar dapat mengetahui apakah perusahaan tempat mereka menanamkan sahamnya telah melakukan prosedur perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup atau tidak. Sehingga keberadaan prinsip keterbukaan ini juga, investor memiliki bahan pertimbangan sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan

   saham. 25 26 Ibid., hlm. 94. 27 Perry E. Wallace, Loc.Cit., hlm. 1093.

  Risa Vetri Ferman, Environmental Disclosures and SEC Reporting Requirements, Delaware Journal of Corporate Law, (Vol. 17, 1992), hlm. 483-484.

  Masalah lingkungan hidup yang menimbulkan bahaya tersebut terbukti

  

  dengan banyaknya kematian manusia dalam “tragedy Bhopal” pada bulan Desember 1984, yang oleh Praful Bidwai dikatakan: “if there ever was wretchedly

  

undignified hideously helpless form of mega-death after Hiroshima and Nagasaki,

  

this it ”. Oleh karena itu, ketika perusahaan telah merusak lingkungan, maka

  potensi kerusakan akan lebih luas dan serius. Kerusakan lingkungan yang terjadi dari pembangunan industri tersebut seperti kasus di atas menimbulkan dampak pada berbagai bidang kegiatan lain, seperti kegiatan pertanian, perikanan,

   kesehatan, pendidikan, pemukiman, dan lain-lain.

  Sehubungan mengenai hal ini, maka perusahaan memiliki tanggung jawab bisnis yang harus dilaksanakan terhadap perizinan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, peraturan terhadap karyawan, tanggung jawab etika dan moral berupa tanggung jawab sosial pada lingkungan dan masyarakat sekitar. Secara ideal, tanggung jawab perusahaan menjadi bagian penting yang

  

  tidak bisa dipisahkan dari perusahaan. Prinsip responsibilitas juga mencakup hal-hal yang terkait dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai 30 Tragedi Bhopal merupakan insiden industri terburuk dalam sejarah yang telah menjadi

  

securities fraud class action berdasarkan kasus In Re Union Carbide Class Action Securities, 684

F. Supp. 1322 (S.D.N.Y. 1986), yaitu kebocoran gas pada instalasi pabrik Union Carbide India

  

Limited’s (UCIL) di Bhopal, India. Selama dua hari yaitu 2-3 Desember 1984 terjadi kebocoran

methyl isocyanate (MIC), yaitu bahan kimia beracun yang digunakan di dalam produksi pestisida

sehingga kecelakaan ini langsung menewaskan lebih dari 3.000 orang. Para aktivis mengatakan

25.000 orang lain meninggal setelah bencana itu, dan banyak lainnya yang terus menderita secara

fisik maupun mental sebagai dampak dari keracunan gas itu, diambil dari VOA Indonesia

diakses pada

tanggal 29 Januari 2015. 31 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 96.

  

  bagian dari masyarakat. Selanjutnya, prinsip responsibilitas ini juga menuntut perusahaan di dalam menjalankan usahanya untuk semakin bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan lingkungan. Karena menurut E. Merrick Dodd, perusahaan adalah kuasi entitas publik yang tidak hanya punya kewajiban dan

   tanggung jawab pada satu kelompok tapi juga kepada banyak pihak.

  Implementasi mengenai penerapan good corporate governance dapat dilaksanakan, salah satunya adalah tanggung jawab sosial atau lebih sering dikenal dengan corporate social responsibility.

  Di dalam perkembangan dunia pasar modal yang tentunya juga harus mengikuti dinamika perkembangan zaman, masalah mengenai perlindungan

  

  lingkungan hidup merupakan hal vital yang perlu diperhatikan. Akan tetapi, peraturan pelaksanaan prinsip-prinsip keterbukaan di Indonesia belum mengatur secara menyeluruh dan cukup berkenan dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, khususnya masalah lingkungan hidup berupa pencemaran

   dan/atau kerusakan lingkungan.

  Apabila peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia dibandingkan dengan peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan pasar modal Amerika Serikat berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan hidup, maka peraturan pelaksanaan prinsip keterbukaan masalah perlindungan 34 Christopher Iskandar, Skripsi: Tinjauan Hukum Prinsip Responsibilitas dalam Pasar Modal , (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2011), hlm. 14. 35 Bismar Nasution, Pengelolaan Stakeholders Perusahaan, disampaikan pada Pelatihan

  

Mengelola Stakeholders yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) tanggal 17 Oktober 2008 di Sei Karang, Sumatera Utara, hlm. 4. 36 Syprianus Aristeus, Penegakan Hukum Terhadap Insider Trading di Pasar Modal dan

Upaya Perlindungan Terhadap Investor , (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional lingkungan hidup di pasar modal Indonesia belum cukup untuk mengatasi masalah perlindungan lingkungan hidup. Di pasar modal Indonesia belum mengatur secara detail peraturan mengenai kewajiban dan tanggung jawab perlindungan lingkungan hidup perusahaan, sebagaimana yang berlaku di pasar

   modal Amerika Serikat.

  Investor dan publik berhak untuk memperoleh keterbukaan informasi mengenai perlindungan lingkungan hidup karena hak ini dijamin oleh Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu dalam rumusan Pasal

  28H ayat (1) yang menentukan setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

  

batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat

  

serta memperoleh pelayanan kesehatan . Oleh karena itu, setiap orang

  mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup dan mempunyai lingkungan hidup yang baik.

  Menurut Koesnadi Hardjasoemantri, masalah berkenaan dengan pemberian informasi kepada masyarakat terdiri dari, pemastian penerimaan informasi, informasi tepat waktu (timely information), informasi lengkap (comprehensive information), informasi yang dipahami (comprehensible

   information ) dan informasi lintas batas (transfrontier information). Maka

  perusahaan publik atau emiten harus melaksanakan keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup. Sekaligus perusahaan publik atau emiten tidak 38 39 Ibid., hlm. 180.

  Jimly Asshiddiqie, Green Constitution Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 , (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), hlm. 174. boleh melakukan misrepresentation atau omission dan menyesatkan investor

   berkaitan dengan keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup.

  Contoh kasus konkret yang pernah terjadi di Indonesia seperti kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh PT. Inti Indorayon Utama, sekarang berganti nama dengan PT. Toba Pulp Lestari di Sumatera Utara dan PT Freeport Indonesia (Freeport) di Papua, yang sesungguhnya disebabkan oleh perilaku perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan tidak peduli terhadap lingkungan

   hidup.

  PT. Inti Indorayon Utama yang go public pada saat itu melalui pasar modal dan listing di NYSE (New York Stock Exchange) Wall Street sejak tahun 1995, mempunyai bidang usaha pabrik bubur kertas (pulp) dan rayon di Desa Sosorladang/Silosung, Kecamatan Porsea, Tapanuli Utara, Sumatera Utara digugat oleh WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) berdasarkan

  

Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

  Lingkungan Hidup melalui gugatan class action. Hal ini disebabkan kolam penampung limbahnya bocor menyusul meledaknya pipa gas klorin dan diduga menjadi penyebab dari rusaknya lingkungan hidup di sekitar Danau Toba, Sumatera Utara. Akhirnya setelah proses hukum tersebut dilakukan, maka 41 42 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 182. 43 A. Sonny Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Op.Cit., hlm. 2.

  Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan

Lingkungan Hidup telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku berdasarkan Pasal 51 Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lalu Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah dicabut dan dinyatakan tidak

berlaku lagi berdasarkan Pasal 125 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jadi, yang menjadi hukum positif di bidang lingkungan hidup pemerintah melalui Menteri Negara Lingkungan Hidup menghentikan operasi PT.

   Inti Indorayon Utama untuk dilakukan audit lingkungan.

  Kasus lingkungan lainnya yaitu terjadi pada PT. Freeport Indonesia yang digugat oleh WALHI berkaitan dengan informasi pengelolaan lingkungan hidup

  

  yang menyesatkan. Dari kasus ini, maka didapat bahwa kasus ini menyangkut hubungan antara hukum lingkungan dan hukum pasar modal. Kaitannya dengan PT. Inti Indorayon Utama adalah pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan dari kegiatan usaha tersebut, tidak men-disclose fakta material secara penuh dan

  

fair atas masalah lingkungan yang terjadi, sehingga mengakibatkan kerugian

  bukan hanya kepada investor, tetapi seluruh stakeholder perusahaan dan masyarakat sekitar.

  Mengenai kasus PT. Freeport Indonesia, gugatan yang muncul dalam masalah perlindungan lingkungan hidup, masalahnya berpusat pada tuntutan terhadap pelanggaran perizinan dan memberikan informasi pengelolaan lingkungan hidup yang menyesatkan dalam rangka pelaksanaan prinsip

   keterbukaan.

  Informasi penting lainnya yang dapat dipahami dari perkembangan peraturan pasar modal di negara maju, adalah bahwa penegakan hukum prinsip keterbukaan itu harus sejalan dengan yang diinginkan hukum pasar modal, dan penegakannya juga harus sesuai dengan hukum lain di luar hukum pasar modal.

  Hukum lain yang berkaitan dengan kegiatan pasar modal yaitu hukum yang 44 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 182-184. mengatur masalah-masalah klausula sosial (social clause), antara lain masalah perlindungan tenaga kerja, perlindungan konsumen, perlindungan lingkungan hidup dan masalah status hak atas tanah yang berkaitan dengan informasi penting

   dan relevan bagi perusahaan.

  Misalnya di Amerika Serikat, masalah klausula perlindungan lingkungan hidup secara tegas diterapkan. Perusahaan atau emiten harus memuat masalah klausula perlindungan lingkungan hidup yang dipersyaratkan hukum, walaupun hukum tersebut bukan hukum pasar modal. Misalnya ketentuan mengenai kewajiban dan tanggung jawab perusahaan untuk melakukan keterbukaan yang

   berkaitan dengan perlindungan lingkungan (environmental disclosure).

  Awalnya, keterbukaan mengenai masalah-masalah lingkungan hidup di Amerika Serikat adalah salah satu kebijaksanaan yang terdapat pada National

49 Environmental Policy Act yang mensyaratkan lembaga-lembaga pemerintahan

  untuk mempertimbangkan dan mengintegrasikan kesadaran perlindungan lingkungan hidup dalam operasi mereka. Lembaga pemerintahan tersebut

  

  termasuk SEC (Securities Exchange Commission) , yang pada akhirnya membuat peraturan yang mensyaratkan keterbukaan dengan menambahkan ketentuan 47 48 Ibid ., hlm. 94. 49 Ibid.

  National Environmental Policy Act of 1969, yang biasa disebut National Environmental Policy Act merupakan hukum lingkungan Amerika Serikat yang berlaku pada 1 Januari 1970. Dijelaskan bahwa “NEPA is one of the most emulated statutes in the world and it is often referred ”, diambil dari Wikipedia, to as the modern-day-environmental Magna Charta diakses pada tanggal 30 Januari 2015. 50 U.S Securities and Exchange Commission merupakan lembaga pemerintahan Amerika

Serikat yang memiliki tugas dan wewenang seperti Otoritas Jasa Keuangan yang terdapat di

  

Indonesia berkaitan dengan penegakan hukum pasar modal, diambil dari mengenai informasi atau fakta material masalah perlindungan lingkungan hidup

   menyesuaikan dengan hukum lingkungan bagi emiten.

  Di Indonesia juga terdapat payung hukum yang mengatur tentang lingkungan hidup yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang tersebut telah menetapkan bahwa pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

  

  hidup dilaksanakan secara terpadu termasuk pemerintah. Berarti berdasarkan penjelasan di atas, maka Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga yang baru dibentuk secara hukum memiliki tanggung jawab untuk mensyaratkan keterbukaan masalah perlindungan lingkungan hidup bagi perusahaan

   publik/emiten secara tegas dan menyeluruh.

  Berdasarkan hal di atas, demi meningkatkan integritas pasar modal Indonesia untuk mewujudkan perekonomian nasional yang berkelanjutan dan stabil, maka ketentuan hukum yang berlaku saat ini memberikan sejumlah kewenangan kepada Otoritas Jasa Keuangan dan Bursa Efek Indonesia untuk mengatur, mengawasi, dan menjatuhkan sanksi kepada pihak-pihak yang terbukti melakukan pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan informasi terkhusus mengenai masalah lingkungan hidup. Hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan khususnya terhadap investor dan masyarakat pada umumnya. 51 52 Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op.Cit., hlm. 180.

  Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup, Pasal 13 ayat (3) menyebutkan bahwa “Pengendalian pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pemerintah,

pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan,

  Keterbukaan merupakan salah satu prinsip good corporate governance yang harus dilaksanakan oleh setiap perusahaan, termasuk perusahaan publik/emiten. Pelaksanaan dari tanggung jawab khususnya pada bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tersebut dapat dilakukan dengan diterapkannya prinsip keterbukaan, perizinan, tanggung jawab sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat suatu skripsi yang berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Publik Dalam Perlindungan dan

  Pengelolaan Lingkungan Dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia” B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan yang akan dibahas, antara lain: 1.

  Bagaimana pengaturan kewajiban perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi perusahaan publik dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal Indonesia? 2. Bagaimana tanggung jawab perusahaan publik dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam hukum pasar modal Indonesia?

  3. Bagaimana pengawasan tanggung jawab perusahaan publik dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam hukum pasar modal Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

  Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini, antara lain:

  1. Mengetahui pengaturan kewajiban perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bagi perusahaan publik dalam peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal Indonesia.

2. Mengetahui tanggung jawab perusahaan publik dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam hukum pasar modal Indonesia.

  3. Mengetahui pengawasan tanggung jawab perusahaan publik dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam hukum pasar modal Indonesia.

  Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Secara teoritis, kiranya melalui penulisan skripsi ini mampu mengisi ruang- ruang kosong dalam ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan substansi penulisan skripsi ini, hingga pada akhirnya skripsi ini memberikan sumbangsih berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada hukum pasar modal Indonesia, hukum perseroan terbatas, dan hukum lingkungan, khususnya terhadap tanggung jawab perusahaan publik/emiten mengenai keterbukaan lingkungan hidup (environmental disclosure), perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan tanggung jawab sosial (corporate social

  responsibility ) sebagai implementasi dari good corporate governance.

  Kiranya skripsi ini juga mampu memenuhi hasrat keingintahuan para pihak modal Indonesia yang berkaitan dengan hukum perseroan terbatas dan hukum lingkungan, baik itu Mahasiswa, akademisi, maupun masyarakat luas.

  2. Secara praktis, manfaat dari skripsi ini adalah supaya pemegang saham dan calon pemegang saham, stakeholders perusahaan, serta perusahaan yang melaksanakan kegiatan usaha dapat mengetahui hak dan kewajiban terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam perspektif hukum pasar modal Indonesia yang telah diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini.

D. Keaslian Penulisan

  Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan skripsi berjudul “Tanggung Jawab Perusahaan Publik dalam Perlindungan

  

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Perspektif Hukum Pasar Modal

Indonesia”, penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai

  judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

  Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara/Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 09 Oktober 2014 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama ” dan tidak terlihat adanya keterkaitan.

  Surat dari Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara tersebut kemudian dijadikan dasar bagi Ramli Siregar S.H., diajukan oleh penulis, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat di lingkungan Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

  Penulis juga menelusuri berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penulis lain yang pernah mengangkat topik tersebut. Sekalipun ada, hal itu adalah diluar sepengetahuan penulis dan tentu saja substansinya berbeda dengan substansi dalam skripsi ini. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran Penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori, dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media elektronik. Oleh karena itu, Penulis menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya asli penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

  Penulisan skripsi ini berkisar tentang Tanggung Jawab Perusahaan Publik dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Perspektif Hukum Pasar Modal Indonesia. Adapun tinjauan kepustakaan tentang skripsi ini, adalah sebagai berikut:

1. Tanggung Jawab

  Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh

  

  dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya). Konsep kewajiban awalnya adalah suatu konsep moral yang spesifik dan merupakan pengertian norma moral dalam hubungannya dengan individu yang tindakannya

  

  diperintahkan atau dilarang. Konsep kewajiban (obligation or duty) di sini adalah dalam makna hukum positif yang harus dibedakan dengan konsep kewajiban dalam bahasa Jerman Pflicht yang oleh etika Kantian dijadikan sebagai konsep nilai moral absolut, yaitu bahwa setiap orang harus memenuhi

   kewajibannya.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kewajiban adalah

   sesuatu yang diwajibkan, sesuatu yang harus dilaksanakan, dan keharusan.

  Eksistensi kewajiban hukum adalah semata-mata validitas suatu norma hukum yang membuat sanksi tergantung kepada tindakan sebaliknya dari kewajiban hukum. Kewajiban hukum tidak berarti tanpa norma hukum. Kewajiban hukum adalah kewajiban untuk tidak melakukan delik, atau kewajiban subyek untuk

  

  memenuhi norma hukum. Konsep kewajiban biasanya dilawankan dengan konsep hak. Terma hak yang dimaksud di sini adalah hak hukum (legal right).

  Penggunaan linguistik membuat dua pembedaan antara hak atas suatu perbuatan

   sendiri dan hak atas perbuatan orang lain. 54 Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada tanggal 1 Februari 2015. 55 Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, (Jakarta: Konstitusi Press, 2012), hlm. 50. 56 57 Ibid.

  Diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, diakses pada tanggal 1 Februari 2015.

  Hal ini sesuai dengan konsep dari tanggung jawab hukum. Suatu konsep terkait dengan kewajiban hukum adalah konsep tanggung jawab hukum (liability). Seseorang dikatakan secara hukum bertanggungjawab untuk suatu perbuatan tertentu adalah bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus

   perbuatan yang berlawanan.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka terdapat beberapa kewajiban yang harus dipenuhi berkaitan dengan judul skripsi di atas oleh perusahaan publik seperti kewajiban keterbukaan (mandatory disclosure), kewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dan kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

  

responsibility ), terkhusus mengenai kewajiban keterbukaan berkaitan dengan

  perlindungan lingkungan hidup. Kewajiban ini merupakan satu kesatuan dalam menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

  Pada saat kewajiban tersebut dilaksanakan, maka akan terdapat hak-hak yang dicapai. Hak tersebut dapat diterima baik dari perusahaan publik, investor, masyarakat dan lingkungan hidup. Hak tersebut dapat berupa perlindungan hukum. Perlindungan hukum merupakan suatu perlindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

  Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan, kedamaian, ketentraman bagi segala

   kepentingan manusia yang ada di dalam masyarakat.

  Penegakan hukum yang konsisten terhadap perusahaan publik atau emiten yang melakukan pelanggaran peraturan diharapkan menjadi pendorong bagi perusahaan publik atau emiten untuk selalu mematuhi ketentuan dan mempertimbangkan kehati-hatian dalam melaksanakan usahanya. Hal ini juga diharapkan akan meningkatkan kredibilitas pasar modal di mata investor

  

  sekaligus merupakan tanggung jawab emiten sebagai perusahaan publik dalam melaksanakan perlindungan dan lingkungan hidup. Jika kewajiban tersebut tidak dipenuhi, yang bersangkutan dapat dijatuhi sanksi seperti sanksi administratif, sanksi perdata, bahkan sanksi pidana.

2. Perusahaan Publik

  Sebelum membahas pengertian perusahaan publik, kiranya perlu ditinjau terlebih dahulu mengenai perseroan terbatas pada umumnya. Perseroan Terbatas dibedakan menjadi 2 (dua) bentuk yaitu Perseroan Tertutup (PT Tertutup) dan

63 Perseroan Terbuka (PT Terbuka). Berkembangnya konsep perusahaan tertutup

  61 Gading Satria Nainggolan, Skripsi: Perlindungan Hukum Terhadap Investor dalam Reksa

Dana Berbentuk Perseroan , (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2010), hlm.

  10. 62 M. Irsan Nasarudin, dkk, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm. 279. 63 Yang dimaksud dengan perusahaan tertutup adalah suatu perseroan terbatas yang saham-

sahamnya masih dipegang oleh beberapa orang/perusahaan saja, sehingga jual beli sahamnya

dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan oleh Anggaran Dasar perseroan, yang pada umumnya

diserahkan kepada kebijaksanaan pemegang saham yang bersangkutan. Sedangkan yang dimaksud

dengan perseoran terbuka adalah suatu perseoran terbatas yang modal dan sahamnya telah

memenuhi syarat-syarat tertentu, di mana saham-sahamnya dipegang oleh banyak orang/banyak

perusahaan, yang penawaran sahamnya dilakukan kepada publik/masyarakat sehingga jual beli

  dan perusahaan terbuka ini lebih banyak dipengaruhi konsep closed corporation dan publicly held corporation (Perusahaan Tertutup dan Perusahaan Publik) yang berkembang khususnya di negara-negara yang menganut sistem common

   law .

  Untuk memahami konsep tersebut, Black’s Law Dictionary memberikan pengertian closed corporation yang mengemukakan bahwa “Closed

  

Corporation is a corporation whose shares, or at least voting share, are held by

a single shareholder or closely-knit group of shareholders. Generally, there are

no public investors and its shareholders are active in the conduct of business ”.

  Berdasarkan pengertian di atas, dapat diterjemahkan bahwa perusahaan tertutup adalah sebuah perusahaan yang saham-sahamnya atau sekurang- kurangnya saham yang mempunyai hak suara, dikuasai oleh satu orang pemegang saham atau beberapa orang pemegang saham yang mempunyai hubungan erat satu sama lain. Secara umum, tidak terdapat investor publik dan pemegang sahamnya terlibat secara aktif dalam menjalankan perusahaan.

  Sedangkan pengertian perusahaan publik menurut Black’s Law

  

Dictionary mengemukakan bahwa “Publicly Held Corporation is commonly

masalah perusahaan terbuka, termasuk tentang keterbukaan informasi ini secara sangat detail.

  

Dalam Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2002), hlm. 51. 64 Yoserwan, Tesis: Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Minoritas dalam

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perusahaan Publik , (Semarang: Magister Ilmu

Hukum Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2001), hlm. 33.

  

used to distinguished a corporation whose stock is owned and traded by the

   public from a corporation with closedly held share ”.

  Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diterjemahkan bahwa perusahaan publik biasanya digunakan untuk membedakan sebuah perusahaan yang sahamnya dimiliki dan diperdagangkan oleh masyarakat luas dengan perusahaan yang saham-sahamnya dimiliki secara tertutup. Secara yuridis,

   perseroan terbuka dapat berupa Emiten dan Perusahaan Publik.

  Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor

  40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan bahwa “Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau Perseroan yang melakukan penawaran umum saham, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di

   bidang pasar modal”.

  66 67 Ibid., hlm. 309.

  Pasal 1 angka 6 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa Emiten

adalah Pihak yang melakukan Penawaran Umum. Sedangkan Pasal 1 angka 22 UU No. 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya

telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal

disetor sekurang-kurangnya Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang

saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Yang dimaksud dengan

Emiten adalah suatu perusahaan terbuka dimana proses menjadi perusahaan terbuka dilakukan

dengan jalan melakukan penawaran saham-sahamnya kepada publik lewat suatu penawaran

umum. Sedangkan yang dimaksud dengan Perusahaan Publik adalah suatu perusahaan yang

menjadi perusahaan terbuka tanpa lewat proses penawaran umum, tetapi dengan sendirinya

perusahaan tertutup kemudian memiliki pemegang sahamnya yang banyak, misalnya dengan

warisan saham, jual beli atau hibah saham kepada banyak orang. Kepada perusahaan publik ini

juga berlaku banyak persyaratan yang sama dengan emiten, seperti kewajiban keterbukaan

informasi, kewajiban pendaftaran ke BAPEPAM (sekarang OJK), atau kewajiban pencatatan

saham. Dalam Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern di Era Global,

  Jadi yang dimaksud dengan Perseroan Tbk menurut Pasal 1 angka 7

   Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, adalah: a.