Tanggung Jawab Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan

(1)

1

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN

( Studi Deskriptif Pada PT.Perkebunan Nusantara II, Pabrik Gula Kwala Madu, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Antropologi

Oleh:

Pramudita

NIM.100905022

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

2

ABSTRAK

Penelitian ini akan mengupas apa dan bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan di Pabrik Gula Kwala Madu serta implikasi dari Program Kemitraan Bina Lingkungan tersebut kepada masyarakat di sekitar Pabrik Gula Kwala Madu.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana program kemitraan bina lingkungan yang dilaksanakankan di lingkungan Pabrik Gula Kwala Madu, serta untuk memberikan informasi mengenai implikasi dari penerapan Program Kemitraan Bina Lingkungan terhadap masyarakat di sekitar Pabrik Gula Kwala Madu yang dalam hal ini adalah tanggung jawab perusahaan dalam pengelolaan lingkungan.

.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penulis mengumpulkan berbagai data dan informasi baik primer ataupun sekunder. Sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dimana penulis memaparkan fenomena mengenai bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan di Pabrik Gula Kwala Madu serta bagaimana implikasi Program Kemitraan Bina Lingkungan terhadap kehidupan sosial masyarakat setempat. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah dengan mencari informasi dengan cara melakukan wawancara mendalam ( deep interview ) serta membuat dokumentasi berupa foto di lokasi penelitian, Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu sama lain dan di interpretasikan secara kualitatif

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata banyak kegiatan yang mendukung pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan yang terus direncanakan dan diimplementasikan oleh pihak PTPN 2, sehingga sebagian besar masyarakat setempat pun merasakan dampak positif dari program tersebut walaupun masih ada beberapa kekurangan yang masih harus dievaluasi kembali oleh pihak masyarakat maupun pihak PTPN 2, misalnya saja seperti kesadaran mengenai pentingnya Program Kemitraan bina lingkungan belum banyak diketahui oleh kalangan karyawan PTPN 2 ataupun masyarakat setempat, sehingga pelaksanaan program PKBL kurang optimal apalagi pihak PTPN 2 kurang memiliki inisiatif dalam menjalin kemitraan dengan masyarakat di sekitar Pabrik Gula Kwala Madu yaitu masyarakat Desa Sambirejo yang tinggal tidak jauh dari Pabrik Gula Kwala Madu.

Saran yang diberikan oleh peneliti yakni agar masyarakat dan pihak PTPN 2 mampu mengidentifikasi secara tepat apa yang dikeluhkan dan dibutuhkan oleh masing-masing pihak tanpa harus ada yang merasa dirugikan dan sepertinya usaha untuk menjembatani antara keinginan pihak masyarakat dan kepentingan akan produktifitas di pihak PTPN 2 dibutuhkan studi yang mendalam dan tentu saja memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit.


(3)

3

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT karena karuniaNya saya telah dapat menyelesaikan skripsi saya dengan judul “ Tanggung Jawab Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan “. Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kuliah strata satu di Departemen Antropologi Sosial, FISIP USU.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Ramadhan Hamdhani Harahap selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak memberi masukan dan membimbing dengan sabar dan memberi beberapa referensi untuk menambah bahan bacaan.

2. DR. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi sekaligus dosen penasehat akademik saya yang telah membantu dalam proses penyelesaian kuliah saya terutama yang menyangkut hal yang bersifat akademis.

3. Drs. Nurman Ahmad M. Sos, selaku dosen penguji, yang telah memberikan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar pada Departemen Antropologi yang telah memberikan ilmunya lewat perkuliahan sehingga sangat membantu sekali bagi penulis dalam memahami text book dan jurnal-jurnal.

5. Kawan-kawan kompak selama kuliah di USU. Julham, Eki, Kammel, Leo, kak Risa, elisa, dek Asrul, benri, Desi, yang telah memberi semangat dan arahan-arahan di kala saya bingung dalam menyelesaikan proses administrasi selama mengikuti proses perkuliahan di Departemen Antropologi Fisip USU.

6. Kak Nur selaku staf administrasi di Departemen Antropologi, Fisip USU yang telah banyak membantu dalam hal administrasi serta surat menyurat.


(4)

4

7. Bu sofiana selaku staf di bagian kependidikan FISIP USU yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian administrasi.

Ucapan terima kasih yang lebih khusus lagi penulis sampaikan buat bapak dan ibu yang tiada hentinya memberi fasilitas dan semangat semenjak awal hingga penyelesaian proses penulisan skripsi ini, serta adikku Nana yang walaupun kuliah di luar pulau Sumatera tapi juga tidak lupa untuk terus memberi semangat. Dan terakhir kepada April Yosefin Simamora sahabatku tercinta yang selalu menginspirasiku dalam menempuh perkuliahan dan karirku dalam bermusik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membaca. Amin.

Medan, 23 Nopember 2015


(5)

5

Daftar Isi

Halaman

Abstrak i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi ………. iv

BAB I Pendahuluan………. 1

1.1Latar Belakang Masalah……… 1

1.2Rumusan Masalah………. 7

1.3Batasan Masalah……… 8

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 9

1.4.1 Tujuan Penelitian………. 9

1.4.2 Manfaat Penelitian………... 9

1.5 Lokasi Penelitian……….. 10

1.6 Tinjauan Pustaka………... 11

1.7 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data……….. 22

1.7.1 Metode Penelitian……… 22

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data……….. 24

1.8 Analisa Data……….. 26

BAB II Gambaran Umum Lokasi Penelitian……….. 27

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan……… 29

2.2 Deskripsi Wilayah……….. 31

2.2.1 Deskripsi Topografi……….. 31

2.2.2 Letak dan Keadaan Geografis……… 32

2.2.3 Potensi Sumber Daya Alam Desa Sambirejo………… 32

2.2.4 Pola Pemukiman……… 37

2.3 Bahasa dan Interaksi Penduduk……… 38

2.3.1 Bahasa……… 38

2.3.2 Deskripsi Interaksi Penduduk……… 39

2.4 Taraf Pendidikan Penduduk……….. 40

2.5 Mata Pencaharian Penduduk………. 43


(6)

6

2.7 Sarana Kesehatan………... 47

BAB III Pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan………….... 49

3.1 Deskripsi Program Kemitraan Bina Lingkungan…………... 49

3.2 Latar Belakang Program Kemitraan Bina Lingkungan……. 50

3.3 Dasar Hukum Program Kemitraan Bina Lingkungan……… 51

3.4 Manfaat Program Kemitraan Bina Lingkungan Secara Umum 55

3.5 Profil Pabrik Gula Kwala Madu………. 58

3.5.1 Visi dan Misi……… 58

3.5.2 Struktur Organisasi di Pabrik Gula Kwala Madu…... 59

3.6 Latar Belakang dan Tujuan Pendirian PGKM……….. 64

3.6.1 Latar Belakang Pendirian PGKM……… 65

3.6.2 Tujuan Pendirian PGKM………. 65

3.7 Layout Pabrik Gula Kwala Madu……… 66

3.8 Latar Belakang Dibentuknya PKBL di Pabrik Gula Kwala Madu 67

3.9 Latar Belakang SMM ISO 9001 : 2008 di Pabrik Gula Kwala Madu 69 3.10 Pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan di PGKM 69

3.11 Pandangan Karyawan PGKM Mengenai PKBL……… 73

3.12 Kegiatan Yang Mendukung Program Kemitraan Bina Lingkungan 74

3.13 Prinsip dan Aturan Dalam Pelaksanaan PKBL di PGKM…. 77

BAB IV Implikasi Program Kemitraan Bina Lingkungan…..…..………. 79

4.1 Dampak Yang Dirasakan Oleh Masyarakat Terhadap Pelaksanaan PKBL di Pabrik Gula Kwala Madu……… 79

4.2 Manfaat Diberlakukannya PKBL di Pabrik Gula Kwala Madu 80

4.3 Pandangan Kelompok Tani Mengenai PKBL……… 83

4.4 Kesadaran Petani Terhadap Hak Dan Kewajibannya Bagi PGKM 86

4.5 Hambatan Dalam Pelaksanaan PKBL di PGKM……… 87

4.6 Analisis Antropologis Terhadap Pelaksanaan PKBL di PGKM 90

4.7 Harapan PIhak Kelompok Tani Kepada PTPN 2……… 94

BAB V Kesimpulan dan Saran……… 95

5.1 Kesimpulan……….. 95


(7)

7

DAFTAR PUSTAKA……… 99


(8)

2

ABSTRAK

Penelitian ini akan mengupas apa dan bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan di Pabrik Gula Kwala Madu serta implikasi dari Program Kemitraan Bina Lingkungan tersebut kepada masyarakat di sekitar Pabrik Gula Kwala Madu.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana program kemitraan bina lingkungan yang dilaksanakankan di lingkungan Pabrik Gula Kwala Madu, serta untuk memberikan informasi mengenai implikasi dari penerapan Program Kemitraan Bina Lingkungan terhadap masyarakat di sekitar Pabrik Gula Kwala Madu yang dalam hal ini adalah tanggung jawab perusahaan dalam pengelolaan lingkungan.

.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dimana penulis mengumpulkan berbagai data dan informasi baik primer ataupun sekunder. Sedangkan analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dimana penulis memaparkan fenomena mengenai bagaimana pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan di Pabrik Gula Kwala Madu serta bagaimana implikasi Program Kemitraan Bina Lingkungan terhadap kehidupan sosial masyarakat setempat. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah dengan mencari informasi dengan cara melakukan wawancara mendalam ( deep interview ) serta membuat dokumentasi berupa foto di lokasi penelitian, Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu sama lain dan di interpretasikan secara kualitatif

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata banyak kegiatan yang mendukung pelaksanaan Program Kemitraan Bina Lingkungan yang terus direncanakan dan diimplementasikan oleh pihak PTPN 2, sehingga sebagian besar masyarakat setempat pun merasakan dampak positif dari program tersebut walaupun masih ada beberapa kekurangan yang masih harus dievaluasi kembali oleh pihak masyarakat maupun pihak PTPN 2, misalnya saja seperti kesadaran mengenai pentingnya Program Kemitraan bina lingkungan belum banyak diketahui oleh kalangan karyawan PTPN 2 ataupun masyarakat setempat, sehingga pelaksanaan program PKBL kurang optimal apalagi pihak PTPN 2 kurang memiliki inisiatif dalam menjalin kemitraan dengan masyarakat di sekitar Pabrik Gula Kwala Madu yaitu masyarakat Desa Sambirejo yang tinggal tidak jauh dari Pabrik Gula Kwala Madu.

Saran yang diberikan oleh peneliti yakni agar masyarakat dan pihak PTPN 2 mampu mengidentifikasi secara tepat apa yang dikeluhkan dan dibutuhkan oleh masing-masing pihak tanpa harus ada yang merasa dirugikan dan sepertinya usaha untuk menjembatani antara keinginan pihak masyarakat dan kepentingan akan produktifitas di pihak PTPN 2 dibutuhkan studi yang mendalam dan tentu saja memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit.


(9)

8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II). Di Sumatera Utara, PT. Perkebunan Nusantara II merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara di bidang perkebunan yang sampai saat ini pasir sebagai produknya.

Pabrik Gula Kwala Madu awalnya merupakan salah satu dari unit produksi PT. Perkebunan IX (PTP IX). Selain Pabrik Gula Kwala Madu, PT. Perkebunan IX juga memiliki pabrik gula lain yang juga memproduksi gula pasir yaitu Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) yang terletak di Kabupaten Deli Serdang. Pabrik Gula Sei Semayang dalam pendiriannya lebih cepat setahun dari Pabrik Gula Kwala Madu. Oleh sebab itu ketika Pabrik Gula Kwala Madu selesai dibangun pabrik ini dinamakan Pabrik Gula Sei Semayang II (PGSS II). Namun karena letaknya bukan di wilayah Kabupaten Deli Serdang melainkan di Kabupaten Langkat dan atas permintaan dari masyarakat sekitar maka Pabrik Gula Sei Semayang II (PGSS II) kemudian diubah namanya menjadi Pabrik Gula Kwala Madu.

Latar belakang didirikannya Pabrik Gula Kwala Madu adalah pertimbangan akan kebutuhan gula pasir di kawasan pulau sumatera yang produksi gulanya tidak segencar pulau jawa mengingat jenis tanah di pulau sumatera kurang cocok untuk budidaya tanaman tebu,


(10)

9

oleh karena itu pemerintah memberlakukan program 1

1. Mengubah cara pengusahaan tebu yang selama ini berlaku sistem sewa oleh manajemen perusahaan yang dalam hal ini adalah PT.Perkebunan Nusantara II, dengan cara melibatkan petani yang mengusahakan secara mandiri tanaman tebu diatas lahan pertaniannya.

Tebu Rakyat Intensifikasi yang tujuannya antara lain adalah :

2. Menjamin peningkatan dan kemantapan produksi gula.

3. Meningkatkan produktifitas perusahaan dengan cara pengelolaan usaha tani yang lebih intensif yang juga diharapkan dapat memperbaiki penghasilan para petani tebu.

Dengan sistem Tebu Rakyat Intensifikasi tersebut, diharapkan perusahaan dapat membina kerja sama yang baik dan intensif dengan masyarakat setempat yakni masyarakat Desa Sambirejo dan desa kwala begumit yang secara administratif kebun/pabrik gula kwala madu berada di wilayah kedua desa ini.

Di Sumatera Utara, program Tebu Rakyat Intensifikasi mulai diterapkan sekitar tahun 1986, yaitu di Kabupaten Langkat dan meluas di Kabupaten Deli Serdang sekitar tahun 1988. Dalam program ini, pemerintah mengalihkan sistem penyewaan lahan petani menjadi pengusahaan sendiri oleh petani di bawah bimbingan pabrik gula (PG) dan Bank Rakyat Indonesia sebagai institusi bantuan permodalan (dalam bentuk kredit).Dalam kenyataannya Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang letaknya secara geografis memang bersebelahan dan wilayah kebun kwala madu terletak di sekitar perbatasan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat (meskipun secara administratif kebun/pabrik gula kwala madu terletak di wilayah Kabupaten Langkat). Di antara kedua kabupaten inilah terdapat

1 TRI atau Tebu Rakyat Intensifikasi diatur dalam Inpres No. 9 tahun 1975 yang dikeluarkan tanggal 22 April 1975. Lihat dalam Mubyarto dan Daryanti, Gula: Kajian Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991


(11)

10

Pabrik Gula Kwala Madu yang letaknya di Kebun Kwala Begumit Desa Kwala Begumit Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Di sekitar Pabrik Gula Kwala Madu terdapat areal persawahan milik penduduk Desa Sambi Rejo dan Desa Sendang Rejo. Persawahan tersebut ditanami padi dan diselingi tanaman palawija. Sebagai salah satu unit PT Perkebunan Nusantara II yang bergerak di bidang produksi gula, maka Pabrik Gula Kwala Madu tentunya memiliki komitmen dalam menjalankan bisnis yang mengedepankan prinsip kemitraan dengan masyarakat setempat. Seperti yang selama ini banyak diberitakan oleh media cetak seperti surat kabar maupun media elektonik bahwa pihak PTPN II kerap melaksanakan kegiatan PKBL ( Program Kemitraan Bina Lingkungan ) dan selain itu PTPN II juga pernah dikabarkan memperoleh penghargaan seperti yang diberitakan oleh media cetak Tribun medan, Bupati Langkat Haji Ngogesa Sitepu SH yang diwakil Kadisnaker Langkat H.Syaiful Abdi SH,SE dalam sambutannya mengatakan, pemkab Langkat bersama PTPN 2 saling berkaitan, karena areal perkebunan PTPN 2 sangat luas di Kabupaten Langkat. Pada kesempatan ini Bupati menyambut baik penerimaan penghargaan ISO 9001 kepada PTPN 2 PG Kwala Madu, mudah mudahan dengan diterimanya ISO ini meningkatkan kinerja PGKM. Ngongesa menjelaskan keberadaan Pabrik Gula Kwala Madu telah mampu memberikan efek positif bagi peningkatan hasil panen masyarakat khususnya masyarakat Desa Sidomulyo, Sambirejo dan Sendangrejo yang ketiganya berada di Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat atas pemanfaatan sirkulasi air kondensor yang mengairi sawah petani kurang lebih mencapai 1.250 Ha. Selain itu pabrik gula kwala madu juga melibatkan pemanfaatan tenaga kerja masyarakat lokal, dan memperoleh penghargaan di bidang pengelolaan limbah.

Bagaimanapun CSR dalam bentuk pengelolaan lingkungan adalah penting,sejalan dengan isu lingkungan hidup seperti ISPO ( International Sustainable Palm Oil ) dan permasalahan yang berhubungan dengan limbah industri yang sudah semakin


(12)

11

mengkhawatirkan. Hal tersebut berkaitan dengan landasan hukum yang menjelaskan keutamaan prinsip pengelolaan sumber daya alam dengan pendekatan ekologi telah ditegaskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara ( GBHN ) 1973, yang mengatakan bahwa “Sumber daya alam harus digunakan secara nasional dan penggunaanya harus diusahakan

agar tidak merusak lingkungan hidup, dilaksanakandengan kebijaksanaan yang menyeluruh dan dengan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang” .

Masalah lingkungan mulai ramai dibicarakan sejak diselenggarakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup di Stockholm, Swedia, pada tanggal 15 Juni 1972.Seiring dengan petambahan penduduk dan perkembangan berbagai industri, maka isu lingkungan telah menjadi masalah serius yang dihadapi oleh manusia. Pentingnya pengendalian lingkungan ataupun pengelolaan lingkungan, mengingatkan bahwa manusia memerlukan materi, energi dan informasi dari alam dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup (pangan-sandang-papanatau sustenance needs) mereka. Sementara itu alam, lebih banyak mendapatkan energi, materi dan informasi dari manusia dalam bentuk waste and pollutant (termasuk radio-active waste) yang lebih banyak mendatangkan kerugian bagi kehidupan seluruh penghuni planet bumi.

Para peneliti dan ilmuwan yang bergerak di bidang lingkungan sudah sangat ngeri membayangkan bencana besar yang akan melanda umat manusia. Yang jadi masalah, kesadaran akan permasalahan lingkungan ini belum merata di tengah umat manusia. Ini akan lebih jelas lagi kalau melihat tingkat kesadaran masyakat di negara berkembang. Jangankan masyarakat umum, di kalangan pemimpin pun kesadaran masalah lingkungan ini masih belum merata. Pencemaran lingkungan merupakan masalah bersama. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “Sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20


(13)

12

kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan industri yang tidak ramah lingkungan.”

Bagaimanapun juga, lingkungan sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia. Fiennes 2

Lebih lanjut Ahimsa Putra (1994) menjelaskan bahwa menurut perspektif ekologi budaya unsur-unsur pokok adalah "pola-pola perilaku" (behavior patterns), yakni kerja (1964), lebih jauh lagi mengajukan pendapatnya bahwa penyakit yang ditemukan dalam populasi manusia adalah suatu konsekuensi yang khusus dari suatu cara hidup yang beradab, dimulai dari pertanian yang menjadi dasar bagi timbulnya dan berkembangnya pemukiman penduduk yang padat.Dapat menjadi perhatian kita bersama bahwa pentingnya pola perilaku dalam pengelolaan lingkungan dapat mempengaruhi kesejahteraan umat manusia, lebih jauh lagi juga dapat mempengaruhi kesehatan manusia.

Ada tiga langkah dasar yang perlu diikuti dalam studi antropologi ekologi, yakni : (1) Melakukan analisis atas hubungan antara lingkungan dan teknologi pemanfaatan

dan produksi;

(2) Melakukan analisis atas "pola-pola perilaku dalam eksploitasi suatu kawasan tertentu yang menggunakan teknologi tertentu."

(3) Melakukan analisis atas "tingkat pengaruh dari pola-pola perilaku dalam pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek lain dari kebudayaan"

(Steward dalam Putra, Ahimsa. 1994).

Selanjutnya Steward juga mengatakan bahwa beberapa sektor kebudayaan lebih erat kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan daripada sektor-sektor yang lain.

2 Lebih jelas lihat Dampak Lingkungan Terhadap Penyakit oleh Fiennes dalam Foster dan Anderson, Antropologi Kesehatan, Jakarta : Grafiti, 1986


(14)

13

(work) dan teknologi yang dipakai dalam proses pengolahan atau pemanfaatan lingkungan.

Dengan demikian studi ekologi budaya pertama-tama adalah mengenai "the process of work,

its organization, its cycles and rhythms and its situational modalities "(Murphy, 1970 : 155).

Perhatian baru diarahkan pada lingkungan, yakni bagaimana lingkungan mempengaruhi atau menetukan pola-pola tingkah-laku atau organisasi kerja.

Secara keseluruhan mekanisme-mekanisme adaptif (adaptive mechanism) yang ada tersebut menghasilkan akibat yang sama, yaitu: cenderung terus-menerus menggerus sumberdaya alam secara cepat, memperlemahdaya dukung lingkungan (weakening the carrying capacity of the ecosphere) yang mengarah pada terjadinya krisis ekologi (ecological crisis) secara berkepanjangan 3

3

Lebih jelas lihat Dinamika Sosio-Ekologi Pedesaan: Perspektif dan Pertautan Keilmuan Ekologi Manusia,Sosiologi Lingkungan dan Ekologi Politik ,Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia Vol. 01, No. 01

. Krisis ekologi di planet bumi yang sangat tampak nyata itu antara lain direpresentasikan oleh situasi seperti:

(1) Kelangkaan sumber pangan yang mengakibatkan bencana kelaparan dan insiden gizi-buruk yang makin meluas.

(2) Kelangkaan sumber energi, pasca habisnya fosil-fuel energy yang makin serius. (3) Pemburukan kualitas kehidupan akibat polusi dan ledakan penduduk di atas

habitat yang makin sempit.

(4) Eskalasi erosi, banjir, dan longsor akibat ekspansi kegiatan manusia hingga ke kawasan rawan bencana alam.


(15)

14

(6) Kriminalitas, perilaku menyimpang, dan masalah sosial lain akibat tingginya kompetisi karena terbatasnya relung kehidupan yang memadai bagi kehidupan lestari.

Dari perspektif krisis ekologi, yang bermula dari jumlah penduduk manusia di planet bumi yang terus meningkat secara signifikan (dari dua milyar jiwa di akhir abad 19 menjadi sekitar enam milyar jiwa di akhir abad 20), yang manaledakan populasi manusia itu menyebabkan interaksi manusia dan alam mengalami dinamika yang luar biasa. Dinamika itu menghasilkan perubahan status stabil ke status instabil sebuah ekosistem yang sangat cepat, dimana sebagai konsekuensinya alam mengalami tekanan ekologis yang luar biasa atas perubahan-perubahan tersebut.

Destabilitas kesetimbangan ekosistem itu bisa dijelaskan oleh sifat hubungan interaksional antara manusia dan alam yang lebih banyak berada dalam mekanisme pertukaran yang timpang jika dibandingkan dengan beberapa abad yang lalu manakala jumlah penduduk masih terbatas. Makin terbatasnya ruang kehidupan (Lebensraum) sebagai akibat tekanan penduduk, telah memaksa manusia untuk mengembangkan proses pemanenan energi dan materi yang semakin eksploitatif. Alam dipaksa untuk terus berkompromi terhadap kehadiran manusia yang semakin berlipat jumlahnya. Dua akibat yang pasti dari proses ini adalah: kehancuran lingkungan dan kemiskinan.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah sangat penting agar diketahui jalannya suatu penelitian.Hal ini juga berlaku bagi penulisan tentang “Tanggung Jawab Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan : Studi Deskriptif Pada PT.Perkebunan Nusantara II, Pabrik Gula Kwala Madu, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. “


(16)

15

Yang mana tulisan ini akan melihat seberapa jauh bentuk tanggung jawab perusahaan dalam pengelolaan lingkungan di sekitar lokasi unit usaha Pabrik Gula Kwala Madu yang tentunya berimplikasi terhadap kesejahteraan masyarakat di sekitar lokasi unit usaha Pabrik Gula Kwala Madu, khususnya konsep CSR, mengenai wujud tanggung jawab perusahaan dalam pengelolaan lingkungan, akan dideskriptifkan secara rinci sebagai wujud tanggung jawab PT.Perkebunan Nusantara II dalam menjalankan bisnis perkebunan yang berwawasan lingkunganserta dianalisis dalam lingkup Antropologi melalui penyajian foto etnografi dan pemaparan secara deskriptif.

Adapun permasalahan yang menjadi esensi penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Apa dan bagaimana program kemitraan bina lingkungan sebagai wujud tanggung jawab perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan dan masyarakat di sekitar lokasi Pabrik Gula Kwala Madu ?

2. Bagaimana implikasi program Corporate Social Responsibility ( CSR ) bidang lingkungan terhadap masyarakat sekitar Pabrik Gula Kwala Madu ?

1.3. Batasan Masalah

Pembatasan dilakukan dengan cara hanya memasukkan suatu informasi maupun data yang didapat di lapangan maupun kepustakaan yang memiliki kaitan langsung dengan masalah penelitian.


(17)

16 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai dan manfaat dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana program kemitraan bina lingkungan yang dilaksanakankan di lingkungan Pabrik Gula Kwala Madu, PT Perkebunan Nusantara 2, dan diharapkan penelitian ini akan bermanfaat sebagai salah satu bentuk studi antropologis. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai implikasi terhadap penerapan program CSR perusahaan yang dalam hal ini adalah tanggung jawab perusahaan dalam pengelolaan lingkungan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Sebagai suatu penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak ramai, masyarakat Kabupaten Langkat dan masyarakat di lingkungan PT perkebunan Nusantara II khususnya.

Penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya deskriptif, yakni suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang wujud tanggung jawab perusahaan dalam pengelolaan lingkungan di unit usaha Pabrik Gula Kwala Madu. Dalam penelitian ini, hal yang penulis anggap menarik adalah program kemitraan yang


(18)

17

dijalin serta proses yang terjadi ketika pihak perusahaan menjalankan kegiatan dan aktivitasnya sebagai wujud tanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan, dan hal tersebut merupakan salah satu wujud peran CSR dalam dunia usaha. Hal ini telah diungkapkan oleh Forum CSR bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai bisnis yang dilakukan secara transparan dan terbuka serta berdasarkan pada nilai-nilai moral dan menjunjung tinggi rasa hormat kepada karyawan, komunitas dan lingkungan (Wibisono, 2007).

Adapun manfaat penelitian ini nantinya adalah :

1. Penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan secara nyata mengenai penggunaan foto etnografi dalam studi antropologi ekologi.

2. Pada pihak PT Perkebunan Nusantara II, penelitian ini diharapkan dapat merekomendasikan kegiatan yang meningkatkan hubungan baik antar pihak karyawan perusahaan dengan masyarakat setempat.

3. Pada bidang akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi penambah khasanah penelitian bidang antropologi ekologi.

1.5. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Perkebunan Nusantara II, Pabrik Gula Kwala Madu, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu ini sendiri berjarak 36 Km dari kota Medan, tepatnya di desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Selain itu penelitian juga akan dilaksanakan di Desa Sambirejo, dikarenakan pipa


(19)

18

air buangan Pabrik Gula Kwala Madu yang dimanfaatkan untuk irigasi persawahan menuju ke desa ini yang memang letaknya tepat di belakang Pabrik Gula Kwala Madu

1.6. Tinjauan Pustaka

Antropologi adalah ilmu yang mengkaji tentang manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu sosial dan ilmu alam. Antropologi merupakan disiplin ilmu yang luas di mana humaniora, sosial, dan ilmu pengetahuan alam digabung dalam menjelaskan apa itu manusia dan artinya menjadi manusia. Antropologi dibangun berdasarkan pengetahuan dari ilmu alam, termasuk penemuan tentang asal-usul dan evolusi Homo sapiens, ciri-ciri fisik manusia, perilaku manusia serta variasi di antara berbagai kelompok manusia.

Menurut Koentjaraningrat

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari anek

Sedangkan menurut William AHaviland

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

Bagaimana masa lalu evolusi Homo sapiens telah mempengaruhi organisasi dan budaya sosial,termasuk di dalam itu adalah konsentrasi mengenai antropologi ekologi sebagai cabang antropologi terapan.


(20)

19

Antropologi ekologi merupakan salah satu bidang studi yang menekankan pada hubungan-hubungan yang terjadi antar populasi yang sangat dinamis, serta melihat organisasi sosial dan budaya dalam populasi t e r s e b u t s e r t a b a g a i m a n a m e r e k a m e m a n d a n g d a n m e m p e r l a k u k a n lingkungan sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Selain itu juga melakukan dengan analisis sinkronik dan diakronik. Dalam perkembangannya a n t r o p o l o g i e k o l o gi m e n g a l a m i b e b e r a p a t a h a p a n pandangan terhadap hubungan populasi tersebut dengan lingkungannya.

Ada tiga langkah dasar yang perlu diikuti dalam studi antropologi ekologi 4

Selanjutnya Steward juga mengatakan bahwa beberapa sektor kebudayaan lebih erat kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan daripada sektor-sektor yang lain. Lebih lanjut Ahimsa Putra (1994) menjelaskan bahwa menurut perspektif ekologi budaya unsur-unsur pokok adalah "pola-pola perilaku" (behavior patterns), yakni kerja (work) dan teknologi yang dipakai dalam proses pengolahan atau pemanfaatan lingkungan. Dengan demikian studi

ini, yakni: (1) Melakukan analisis atas hubungan antara lingkungan dan teknologi pemanfaatan dan

produksi;

(2) Melakukan analisis atas "pola-pola perilaku dalameksploitasi suatu kawasan tertentu yang menggunakan teknologi tertentu."

(3) Melakukan analisis atas "tingkat pengaruh dari pola-pola perilaku dalam pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek lain dari kebudayaan"

(Steward, 1955 : 40 - 41).

4

Lebih jelas lihat Putra, Ahimsa. 1994. Antropologi Ekologi: Beberapa Teori dan Perkembangannya dalam Masyarakat Indonesia, Tahun XX No. 4.


(21)

20

ekologi budaya pertama-tama adalah mengenai "the process of work, its organization, its

cycles and rhythms and its situational modalities "(Murphy, 1970 : 155). Perhatian baru

diarahkan pada lingkungan yakni bagaimana lingkungan mempengaruhi atau menetukan pola-pola tingkah-laku atau organisasi kerja.

Kepustakaan sangat diperlukan sebagai sumber pendukung penelitian sehingga hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan tidak keluar dari rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh sebab itu, relevansi literatur yang digunakan menjadi tuntutan dalam sebuah penelitian. Perspektif Budaya :Bagian lima,kebudayaan dan lingkungan merupakan referensi penting dalam penelitian ini karena isinya berkonsentrasi pada peranan CSR sebagai salah satu tuntutan yang harus dijalankan perusahaan dalam membina kesinambungan usaha termasuk dalam pelestarian lingkungan. Buku yang diredaksi ole mengedepankan pentingnya penerapan CSR dalam dunia usaha atau industri yang berwawasan lingkungan. Studi gabungan yang terdapat di dalam buku ini sangat membantu penulis dalam menggunakan pendekatan penelitian yang dilakukan.

Melihat posisi manusia dalam lingkungan , seorang ahli filsafat Australia, Waewick fox (Widianto, 2006 ) melihat bahwa hubungan manusia dengan lingkungan sebagai spektrum yang terentang dari eksploitasi sumber daya yang menggali semaksimal mungkin ( resources exploitation ) bergerak menuju konservasi sumber daya ( resources conservation ) yang mengadakan konservasi untuk produksi kembali dan akhirnya pada proteksi lingkungan ( resources preservation ) yang memanfaatkan lingkungan dengan sangat hati-hati dan sangat menjaga keasliannya.


(22)

21

Hubungan manusia dengan manusia yang lainnya dijalin oleh sejumlah kesepakatan melalui negosiasi,namun kegagalan dalam menjalin relasi sosial termasuk kegagalan dalam menjaga keseimbangan alam akan dapat mengakibatkan kekacauan dan ketidakseimbangan yang dapat berdampak negatif terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Kesadaran akan keterbatasan manusia memunculkan kehati-hatian dengan sejumlah alasan yang tercermin dalam kearifan lingkungan. Kehati-hatian ini tercermin dalam wujud pantangan maupun kewajiban yang bertujuan memelihara kelestarian ekosistem.Pemanfaatan lingkungan yang berpengaruh pada prinsip konservasi dan preservasi berlawanan dengan pemanfaatan lingkungan yang eksploitatif. Chalid Muhammad melihat bahwa keadaan lingkungan di Indonesia berada pada kondisi krisis akut menyeramkan akibat eksploitasi lingkungan yang tidak mengenal batas dan etika. Salah satu solusi yang tepat untuk industri adalah melalui program kemitraan bina lingkungan.

Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) merupakan sebuah bentuk implementasi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate

Social Responsibility (CSR) khususnya pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini

sebagai bukti bahwa CSR tidak hanya menjadi isu perusahaan swasta tetapi juga menjadi bagian dari komitmen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sejalan dengan Good

Coorporate Governance sebagai aplikasi dari Undang-Undang (UU) Perseroan Terbatas no

40 tahun 2007, UU Penanaman Modal No 25 tahun 2007, UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup No 32 Tahun 2009, dan UU BUMN No 19 tahun 2003.

Menurut beberapa ahli, Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dapat menjadi salah satu program andalan dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang diupayakan oleh pabrik gula. Kegiatan kampanye ataupun gerakan sosial kemasyarakatan yang fokus terhadap pengelolaan lingkungan menjadi indikasi kepedulian sebagai bentuk tanggung jawab moral


(23)

22

untuk menanggulangi kerusakan lingkungan yang mungkin dapat ditimbulkan dari proses produksi. Selain itu juga program CSR (corporate social responsibility) yang dialokasikan untuk menangani dampak sosial dan lingkungan yang mungkin terjadi akibat operasional pabrik gula harus dipandang sebagai bentuk investasi wajib yang dianggarkan. Kegiatan ini juga dapat secara aktif meningkatkan perekonomian warga sekitar, peningkatan ketrampilan warga dalam bidang tertentu bisa membuat mereka mempunyai keahlian dalam menciptakan lapangan kerja baru, didukung dengan pemberian kredit dengan bunga murah serta pembangunan sarana dan prasarana warga, semisal perbaikan masjid, jalan, jembatan atau fasilitas umum lainnya melalui program PKBL juga secara langsung bisa menyerap tenaga kerja dari masyarakat disekitar pabrik gula, hal ini juga merupakan pendorong perekonomian daerah sekitar. selain itu pabrik gula juga mempunyai produk sampingan yang antara lain berupa listrik (co-generation), bioetanol, serta pupuk. Jika produk-produk ini menjadi kesatuan integrasi dengan pabrik gula, tentu akan semakin efisien dan semakin memberdayakan masyarakat daerah. Konsep integrasi tersebut telah dilakukan di India. Pabrik gula disana telah didesain terintegrasi dengan memproduksi gula, listrik, dan etanol. Nilai rendemennya mencapai 10 persen. Listrik yang dihasilkan 30 MW, dan etanol 120 kiloliter per hari (Wibowo, 2012).

Noke kiroyan berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility ( CSR ) mulai diperbincangkan di Indonesia menjelang akhir dasawarsa 1990-an terutama di kalangan industri sumber daya alam sejalan dengan semakin besarnya perhatian internasional terhadap isu ini dan meningkatnya tuntutan masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan-perusahaan dalam sektor sumber daya alam. Perhatian yang lebih besar kepada CSR didorong antara lain oleh advokasi kalangan LSM.Tekanan-tekanan LSM internasional yang juga diikuti oleh LSM di Indonesia menuntut agar perusahaan tambang dan perkebunan mengurangi dampak negatif operasinya terhadap lingkungan sosial maupun lingkungan fisik.


(24)

23

Kaitan erat dengan dunia internasional telah menjadikan CSR dan salah satu pengejawantahannya berupa community development telah menjadi bagian dari praktek industri.

Diantara beberapa ahli yang mendefinisikan Corporate Social Responsibility ( CSR ) antara lain adalah definisi yang dikemukakan oleh Sonny Sukada yaitu :

“ CSR adalah upaya perusahaan dalam bertanggung jawab dengan cara meminimumkan dampak negatif akibat operasinya ( baik sosial maupun lingkungan ); dan memaksimumkan dampak positif,telah diterima secara umum dan didorong menjadi anutan umum dunia usaha di seluruh belahan dunia, bahwa CSR harus terintegrasi dalam kebijakan dan strategi perusahaan. ”

Dari berbagai sumber kepustakaan, maka bank dunia juga mendefinisikan CSR yang juga masih senada dengan definisi diatas.Bank dunia mendefinisikan CSR sebagai berikut :

“ CSR adalah komitmen untuk berperilaku etis dan memberikan kontribusi terhadap pembanguanan berkelanjutan, melalui kerja sama dengan semua pemangku kepentingan guna memperbaiki kehidupan mereka dengan cara yang bermanfaat bagi bisnis, agenda pembangunan berkelanjutan maupun masyarakat pada umumnya “

Kebijakan pemerintah Indonesia mengenai CSR (Budi Untung, 2008, h.89) diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan. Dalam Undang-undang PT Nomor 40 Tahun 2007 pasal 74 ini, mengisyaratkan bahwa CSR awalnya bersifat sukarela menjadi sebuah tanggung jawab yang diwajibkan. Salah satu bentuk program CSR pada BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Secara konsep Program Kemitraan dan Bina


(25)

24

Lingkungan (PKBL) yang dilaksanakan BUMN tidak jauh berbeda dengan kegiatan-kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan swasta lainnya sehingga dapat dikatakan bahwa PKBL merupakan praktek CSR yang dilakukan BUMN.

PKBL memiliki 2 (dua) program, pertama adalah Program KemitraanBUMN dengan Usaha Kecil dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuanusaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Kedua adalah Program Bina Lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan danadari bagian laba BUMN. Jumlah penyisihan laba untuk pendanaan program maksimal sebesar 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Kemitraan dan maksimal 2% (dua persen) dari laba bersih untuk Program Bina Lingkungan. Sedangkan menurut Asisten Deputi Pembinaan Kemitraan dan Bina Lingkungan,Kementrian BUMN (2010), sebenarnya peran PKBL BUMN mempunyai cakupanyang lebih luas dibanding praktek CSR yang dilakukan oleh perusahaan swastakarena PKBL- BUMN juga diharapkan untuk mampu mewujudkan 3 pilar utamapembangunan (triple tracks), yaitu: (1) pengurangan jumlah pengangguran (2) pengurangan jumlah penduduk miskin; dan (3) peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain itu diharapkan, melalui PKBL dapat terjadi peningkatan partisipasi BUMN untuk memberdayakan potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan masyarakat dengan fokus diarahkan pada pengembangan ekonomi kerakyatan untuk menciptakan pemerataan pembangunan, ( Rukminto, 2003 ).

Program Kemitraan Bina Lingkungan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat mewujudkan diri sebagai usaha kesejahteraan sosial yang dikembangkan untuk membantu, mengembangkan, dan mendukung terciptanya peningkatan taraf hidup individu, keluarga ataupun masyarakat. Program kesejahteraan


(26)

25

masyarakat baik sebagai gerakan maupun kegiatan merupakan upaya pembangunan sosial, karena inti dari pembangunan yang dilakukan adalah mengembangkan ataupun membangun masyarakat sebagai suatu institusi sosial, termasuk unit-unit kebudayaan di dalamnya, seperti penghargaan terhadap kearifan lingkungan masyarakat setempat, dan bukan sekedar menekankan pada aspek pembangunan fisik semata.( Rukminto, 2003 )

Dalam prinsip pemberdayaan masyarakat pedesaan, untuk membantu mereka keluar dari ketidakberdayaannya, sesungguhnya tergantung pada mereka sendiri. Namun demikian, bagaimana mereka bisa memulainya, tentu peran orang luar sangat diperlukan.Bisa birokrat, relawan, ilmuwan, tenaga profesional, dan lainnya, untuk melakukan prakarsa, karena orang luar tersebut memiliki kekuatan, kemampuan, sumber daya yang lebih dan dapat digunakan untuk memobilisir dalam memberdayakan orang miskin di perdesaan. Orang-orang luar tersebut dapat melakukan sesuatu sesuai dengan porsi dan kemampuannya untuk membantu masyarakat miskin di berbagai wilayah perdesaan.( Chambers, 1988 )

Menurut Chambers, masyarakat perdesaan yang miskin mempunyai tipologi sebagai berikut: (1) rumah tangga yang miskin. Dalam rumah tangga demikian tidak mempunyai sedikitpun kekayaan, tempat tinggalnya terbuat dari bambu, tanah liat, jerami, alang-alang, dilengkapi dengan sedikit perabot rumah tangga, ranjangnya tikar, dan kondisi sanitasinya sangat minim. (2) Rumah tangga yang lemah jasmani. Di dalam rumah tangga demikian tanggungan keluarganya sangat banyak sedangkan pencari nafkahnya seorang kepala rumah tangga saja. Selain itu, anggota keluarganya ada yang sakit kronis, menahun, dan tua yang tidak produktif sama seklai. (3) rumah tangga yang tersisih dari kehidupan. Dalam kelompok ini adalah rumah tangga yang terisolasi dari dunia luar, terpencil, di pinggir hutan, terkadang buta huruf. (4) rumah tangga yang rentan. Adalah rumah tangga yang tidak memilki


(27)

26

penyangga untuk memenuhi kebutuhan yang tiba-tiba.Misalnya keluarganya jatuh sakit, kena musibah, gagal panen, kecelakaan, kematian, dan lain sebagainya. (5) Rumah tangga tidak berdaya. Dalam kelompok ini rumah tangga rentan mendapatkan perlakuan yang tidak adil, diperas, diintimidasi, dan tindakan kriminal lainnya.

Orang luar, hanya bisa membantu membuat rencana-rencana pembangunan perdesaan yang didasarkan atas masalah yang muncul dan keberadaan potensi yang ada di wilayah yang bersangkutan.Karena pada umumnya suatu proyek pembangunan yang direncanakan oleh suatu pemerintah bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat, dan secara tidak langsung mengentaskan kemiskinan.Selain itu, orang luar dapat membantu menemukan dan menciptakan peluang berdasarkan potensi masyarakat dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya.Misalnya, pemanfaatan sumberdaya milik bersama (hutan, bantaran sungai, sungai, dan lainnya); memperbaiki alat-alat untuk proses produksi; membuka lapangan kerja musiman; membantu rumah tangga miskin dengan modal yang kecil; membangun prasarana dan sarana pertanian di perdesaan; memanfaatkan budi daya air; mengembangkan varietas tanaman yang lebih produktif, dan lainnya. Selain itu, agar kita dapat memahami kondisi kemiskinan masyarakat perdesaan perlu dikembangkan sikap positif, terutama bagi para profesional dan ilmuwan yang berkecimpung di dalam pembangunan desa. Misalnya, (1) harus menghilangkan sikap anti kemiskinan, artinya kita harus berusaha membantu orang miskin keluar dari jerat kemiskinannya; (2) tinggal bersama lebih lama. Dengan tinggal lebih lama pada kehidupan masyarakat miskin, maka dapat merasakan dan memahami kondisi kemiskinan mereka; (3) Berlakulah seperti orang kecil atau miskin. Jangan menjaga jarak dengan mereka, cara berpakaian, cara makan, berbicara, dan lain sebagainya. ( Chambers, 1988 )


(28)

27

Selain itu juga perlu sikap mendahulukan yang terakhir, mengisyaratkan suatu proses belajar yang terbalik. Jargon, “kita harus mendidik petani”, “memberantas kemiskinan masyarakat desa”, “membantu memberikan modal”, “memberdayakan mereka”, sesungguhnya merupakan konsep orang luar dalam melakukan pemberdayaan dalam rangka mengentaskan kemiskinan yang dialaminya. Namun, kita harus berfikir ulang dengan jargon yang pernah kita dengungkan tersebut, sebaliknya kita harus merendah dan belajar dari bawah. Belajar dari bawah adalah cara belajar yang langsung dari orang desa, dengan mencoba memahami sistem pengetahuan yang dimilikinya dan menggali ketrampilan teknisnya. Selain itu, belajar dari bawah mengandung makna bahwa orang luar harus belajar menghayati kehidupan orang miskin di perdesaan, mencoba merasakan kehidupan dari sisi orang yang menderita.( Chambers, 1988 )

Dalam website resmi PTPN 2, tercantum beberapa keterangan mengenai jenis limbah yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses daur ulang. Limbah tersebut antara lain :

a. Limbah Bagasse (Ampas)

Satu diantara energi alternatif yang relatif murah ditinjau dari aspek produksinya dan relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah padat industri gula (biomassa) yang mengandung banyak lignocellulose seperti bagassse (Saccharum

officinarum L.).Industri gula menghasilkan bagas yang cukup melimpah.PTPN II juga sangat

berpotensi untuk mengolah limbah baggasse menjadi “BIOETANOL” yang merupakan sumber energi terbarukan dan sangat dibutuhkan oleh bangsa dan dunia.


(29)

28 b. Limbah Blotong (Padat)

Salah satu limbah yang dihasilkan PG dalam proses pembuatan gula adalah blotong. Blotong merupakan serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari nira. Limbah ini berbentuk padat mengandung air dan masih memiliki temperatur cukup tinggi (panas), dan seperti tanah. Komposisi blotong terdiri dari sabut, wax dan fat kasar, protein kasar, gula, total abu, SiO2, CaO, P2O5 dan MgO.

Berangkat dari limbah blotong ini, masyarakat daerah PTPN II dapat mengolahnya menjadi “PUPUK ORGANIK”.Proses penggunaan pupuk organik ini tidak rumit, setelah dijemur selama beberapa minggu / bulan untuk diaerasi di tempat terbuka, dimaksudkan untuk mengurangi temperatur dan kandungan Nitrogen yang berlebihan. Dengan tetap menggunakan pupuk anorganik sebagai starter, maka penggunaan pupuk organik blotong ini masih bisa diterima oleh masyarakat.

c. Limbah Cair

Limbah cair tetes yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu menjadi gula juga sangat bernilai ekonomis dalam program GreenPreneur. Limbah cair tetes ini dapat diolah dan dimanfaatkan sebagai ”ALKOHOL”. Alkohol ini nantinya dapat digunakan sebagai campuran kosmetik dan industri farmasi.

Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang tinggi yakni berkisar antara 94%-96%. Proses pengolahan limbah tetes ini selain dapat menyelamatkan lingkungan dari pencemaran, juga dapat menghasilkan income untuk bagi pabrik gula, masyarakat daerah sekitar pabrik dan mampu berperan dalam meningkatkan ekonomi daerah.


(30)

29

Dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk industri,maka hendaknya pabrik gula juga memiliki komitmen dalam menjaga keseimbangan ekosistem setempat.Ekosistem dapat diartikan sebagai jalinan hubungan timbal balik antara unsur hayati dan unsur non-hayati ( soedjiran, 1984 )

Keseimbangan ekosistem berarti kemampuan ekosistem dalam menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Keseimbangan ini diatur oleh berbagai faktor yang sangat rumit. Keseimbangan dalam ekosistem ini dapat diciptakan dengan mengupayakan kegiatan industri yang berwawasan lingkungan serta menciptakan iklim usaha yang mampu beretika terhadap lingkungan sosial maupun lingkungan fisik.

1.7 .Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

1.7.1. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang ilmiah ataupun langkah yang ditempuh seorang peneliti dalam mengumpulkan data dan informasi untuk mendapatkan jawaban atas suatu permasalahan.

Dalam penelitian ini penulis terkonsentrasi pada penelitian bidang antropologi ekologi dan Pemberdayaan Masyarakat. Penulis beranggapan skripsi ini terkonsentrasi pada bidang antropologi ekologi karena Antropologi ekologi merupakan salah satu bidang studi yang menekankan pada hubungan-hubungan yang terjadi antar populasi yang sangat dinamis, serta melihat organisasi sosial dan budaya dalam populasi tersebut serta bagaimana mereka memandang dan memperlakukan lingkungan sekitarnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam skripsi ini, metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Metode Penelitian Kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus dan termasuk ke dalam studi deskriptif. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan


(31)

30

batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi.Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu. Selain hal tersebut, penelitian ini adalah juga termasuk ke dalam penelitian lapangan ( field research ). Penelitian lapangan adalah penelitian yang langsung dilakukan di lokasi penelitian dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam sebuah penelitian selain itu penelitian ini juga didukung oleh kepustakaan yang berhubungan dengan aktivitas di Pabrik Gula Kwala Madu ( PGKM ), PT Perkebunan Nusantara II.

Dalam penelitian ini, Peneliti akan memperoleh data dari dua sumber, yaitu sumber primer (sumber pertama) dan sumber sekunder.

• Data primer, merupakan data yang diperoleh dari sumber asli yang terlibat langsung, dalam penelitian ini peneliti akan melakukan wawancara dengan pihak PTPN 2 yang diwakili Manajer Pabrik Gula Kwala Madu, Asisten teknik yang berkaitan langsung dengan pengelolaan limbah serta beberapa tokoh masyarakat Desa Sambirejo.

• Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah ditulis oleh peneliti terdahulu, sumber kedua dibuat berdasarkan sumber pertama.Data sekunder dapat berupa buku-buku atau dokumen yang relevan dengan kondisi lokasi penelitian.Dalam hal ini data sekunder adalah buku-buku atau dokumen yang terkait dengan CSR pada BUMN, khususnya Pada Perusahaan Perkebunan Negara.


(32)

31

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.Untuk itu, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data.Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain sebagai berikut :

A. Penelitian Lapangan

Data atau sumber yang akan diperoleh yaitu data langsung dari masyarakat dengan melakukan penelitian lapangan, dengan melakukan wawancara pada para informan. Ada tiga jenis informan yang akan diwawancarai dalam penelitian ini, antara lain:

1. Informan Pangkal, yaitu seseorang yang memberi informasi sebelum kegiatan wawancara dilakukan. Informan ini merupakan orang pertama yang akan peneliti temui sebagai langkah awal pengumpulan informasi. Dari informan pangkal ini nantinya peneliti akan memperoleh informasi tentang siapa-siapa saja yang lebih mengetahui masalah yang akan diangkat atau diteliti. Informan pangkal disini adalah kepala desa dan manajer pabrik gula kwala madu karena beliau-beliau ini dianggap memiliki kewenangan di tempat penelitian dilaksanakan.

2. Informan Kunci, yaitu seseorang atau beberapa orang yang mengetahui secara mendalam dan detail tentang masalah yang diteliti, juga merupakan informan utama. Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas jumlah informannya berkisar enam orang yang merupakan tokoh-tokoh masyarakatseperti misalnya ketua kelompok tani dan para staf PTPN II yang terlibat dalam manajemen pengelolaan program kemitraan bina lingkungan yang juga sangat paham akankondisi perusahaan yang terkait.


(33)

32

3. Informan Biasa, yaitu seseorang yang sekedar atau hanya mengetahui sedikit mengenai masalah yang diteliti. Informan biasa ini adalah masyarakat desa yang juga mengetahui tentang masalah yang sedang diteliti. Jumlahnya dibatasi karena begitu banyak masyarakat yang hanyasekedar atau minim pengetahuannya mengenai kondisi perusahaan.

B.Wawancara

Wawancara merupakan proses penggalian informasi melalui Tanya jawab antara pewawancara ( peneliti ) dengan narasumber ( informan ).Tujuan dari wawancara itu sendiri adalah untuk mendapatkan informasi dari narasumber/informan untuk keperluan proses pengambilan gambaran umum mengenai perilaku suatu masyarakat atau organisasi tertentu.Selama penelitian berlangsung peneliti mewawancarai beberapa informan.Untuk bagian Pogram kemitraan bina lingkungan peneliti mewawancarai manajer Pabrik Gula Kwala Madu.

Adapun dalam pengumpulan data ini peneliti akan menggunakan beberapa teknik wawancara untuk mendapatkan data dari informan, yaitu:

1. Wawancara mendalam (deep interview)

Dalam penelitian ini wawancara mendalam (deep interview)digunakan untuk memperoleh data dengan berpedoman kepada interview guide sebagai acuan dalam wawancara

2. Wawancara tak terstruktur

Wawancara ini dilakukan tanpa ada persiapan terlebih dahulu dan biasanya apabila si peneliti secara kebetulan berjumpa dengan si informan. Kedua wawancara tadi akan


(34)

33

didukung pula oleh alat-alat pengumpulan data lainnya, seperti kuisioner, tape recorder, dan kamera sebagai alat dokumentasi.

1.8 Analisa Data

Penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif. Analisa data dimulai dengan mengelola data yang dikumpulkan serta dicatat pada kertas buram ( verbatim notes ), langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data atau melakukan abstraksi terhadap data hasil wawancara mendalam dan pengamatan peneliti. Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu sama lain dan di interpretasikan secara kualitatif.


(35)

34

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu jauh dari keramaian penduduk dan lokasi bahan baku yaitu perkebunan tebu yang berada cukup dekat disekitar pabrik, dengan luas areal penanaman tebu seluas 6706,47 Ha dimana areal perkebunan tanaman tebu yang hasilnya akan diangkut ke Pabrik Gula Kwala Madu meliputi:

1. Kwala Madu : 1.966,10 Ha 2. Distrik Tb/P3GI : 6,0 Ha 3. Tandem Hilir : 1100,00 Ha 4. Tandem : 96,60 Ha

5. Kwala Bingai : 1684,90 Ha 6. T. Jati : 424,16 Ha

7. Batang Serangan : 85,00 Ha

Lokasi areal kebun tebu PTPN 2 sebagian besar terletak di Kabupaten Deli Serdang, hanya Kebun Tandem Hilir, Kebun Kwala Bingei dan KebunTanjung Jati lah unit kebun PTPN II yang memiliki komoditi tanaman tebu yang wilayahnya berada di Kabupaten Langkat, sementara Kebun Sei Semayang, Kebun Klumpang, Kebun Helvetia dan Kebun Sampali yang juga merupakan unit usaha PTPN II berada di Kabupaten Deli Serdang. Beberapa unit kebun yang disebutkan terakhir juga memiliki komoditi utama tebu, namun kebun-kebun tersebut mengangkut tebu nya ke Pabrik Gula Sei Semayang ( PGSS ), yang juga merupakan instalasi milik PT perkebunan Nusantara 2. Sebenarnya PT Perkebunan


(36)

35

Nusantara II memiliki 31 Unit Usaha Kebun. Kebun-kebun ini berfungsi sebagai penggerak jalannya perusahaan. Unit kebun yang termasuk ke dalam unit usaha PTPN II antara lain seperti :

Tabel 2.1. Wilayah Kerja PTPN 2

Distrik rayon utara Distrik rayon tengah Distrik Tembakau

1. Kebun Sei Serdang 1. Kebun Padang Brahrang 1. Kebun Helvetia 2. Kebun Sei Musam 2. Kebun Besilam/ Bukit

Lembasa

2. Kebun Kwala Bingei

3. Kebun Air Tenang 3. Kebun Bukit Lawang 3. Kebun Tandem Hilir 4. Kebun Batang Serangan 4. Kebun Maryke 4. Kebun Tandem Hulu 5. Kebun Sawit Hulu Selatan 5. Kebun Tanjung Keliling 5. Kebun Bulu Cina 6. Kebun Sawit Hulu Utara 6. Kebun Bekiun 6. Kebun Klumpang 7. Kebun Babalan 7. Kebun Gohor Lama

8. Kebun Sawit Seberang 8. Kebun Tanjung Beringin

Distrik Tebu Distrik Rayon Selatan

1. Kebun Kwala madu 1. Kebun Patumbak 2. Kebun Sei Semayang 2. Kebun limau mungkur

3. Kebun Kelambir Lima 3. Kebun tanjung garbus/pagar merbau 4. Kebun Sampali


(37)

36 5. Kebun Bandar Klippa

Sumber : www.PTPN2.com

Fokus perhatian peneliti adalah pada Kebun Kwala Madu, disebabkan di lokasi kebun inilah terletak Pabrik Gula Kwala Madu ( PGKM ). Unit kebun yang termasuk ke dalam distrik rayon utara merupakan unit kebun yang membudidayakan komoditi tanaman keras seperti kelapa sawit dan karet. Seluruh unit kebun yang tergabung ke dalam distrik rayon tengah bekerja sama dengan PT. Kepong Berhard Plantantion yang merupakan perusahaan milik Malaysia. Seluruh unit kebun yang tergabung ke dalam distrik tebu dan distrik tembakau membudidayakan komoditi tanaman musiman seperti tanaman tebu dan tembakau. Demikian uraian singkat mengenai unit kebun di PTPN 2.

2.1.Sejarah Singkat Perusahaan

Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) adalah perusahaan penghasil gula yang dikelola langsung oleh PTPN IX.Pada mulanya PTPN IX hanya memproduksi lembaran daun tembakau (dekblat). Lahan bekas tembakau yang telah dipanen harus dihutankan kembali untuk mencegah penyakit layu daun pada tanaman tembakau berikutnya. Umur tanaman tembakau kurang lebih 100 hari, sedangkan lama penghutanan kembali adalah 5 tahun. Dari segi komersil, keadaan ini sulit untuk dipertahankan. Di samping itu, permintaan dekblat dipasar internasional menurun. Jika dipandang dari segi produktivitas, penggunaan areal tanah untuk tanaman tembakau tidak ekonomis lagi, tetapi tembakau deli harus tetap


(38)

37

dipertahankan karena merupakan komoditi ekspor tradisional dengan catatan harus diselingi dengan tanaman rotasi (tanaman selingan).

Didorong untuk menggunakan tanah milik PTPN IX agar lebih berdaya guna maka diambil suatu kebijakan untuk mengadakan diversifikasi tanaman dengan penanaman coklat, kelapa sawit dan tebu. Sehingga perkebunan tembakau yang ada di PTPN IX telah banyakdialihkan ke tanaman tersebut. Percobaan penanaman tebu merupakan awal dari pendirian Pabrik Gula Sei Semayang yang dimulai pada tahun 1975 oleh Proyek Pengembangan Industri Gula (PPIG). Dengan persetujuan BKU-PNP, percobaan PPIG dilakukan di tiga tempat,yaitu proyek perkebunan Tanjung Morawa, perkebunan Batang Kuis, dan perkebunan Sei Semayang.

Dalam upaya peningkatan produktivitas tanah, Balai penelitian PT. Perkebunan Nusantara IX melakukan penelitian tentang peranan tebu. Dari hasil penelitian yang dilakukan, Balai penelitian ini memiliki harapan besar untuk memulai suatu proyek gula. Hal ini dikarenakan output yang diperoleh setiap hektarnya sangat tinggi. Maka studi kelayakan pendirian pabrik pada bulan Februari tahun 1978 oleh Philpine Consurtium of Consultan, dan pada bulan Agustus 1978 izin prinsip pengembangan proyek gula PTP II dikeluarkan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia dengan Surat No. 252/Menteri/III/1978. Pabrik Gula Kwala Madu adalah suatu perusahaan penghasil gula kedua yang didirikan diluar pulau Jawa yang mempunyai kantor besar dijalan Tembakau Deli No.4 Medan.

Dalam tahap konstruksi, Pemerintah mengadakan kontrak dengan Hitachi Zosen yang ditandatangani pada tanggal 23 November 1981 dan mulai dan mulai berlaku tanggal 6


(39)

38

Februari 1982. Dengan demikian penyelesaian Pabrik Gula Kwala Madu dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari 24 bulan dari kontrak yang telah ditandatangani.

Dalam proses pengolahannya, Pabrik Gula Kwala Madu beroperasi selama 24 jam sehari dalam masa gilingan selama ± 7 bulan yang dibagi menjadi 3 shift kerja, dimana 1 shift adalah 8 jam. Pabrik Gula Kwala Madu beroperasi dengan kapasitas produksi 4000 ton tebu sehari (4000 TCD). Pada tahun 1997 PT. Perkebunan Nusantara IX berubah nama menjadi PTP. Nusantara II sampai sekarang.

2.2. Deskripsi Wilayah

2.2.1.Deskripsi Topografi

Pabrik Gula Kwala Madu ( PGKM ) terletak di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat berada di ketinggian 20 m dari permukaan laut. Kebun dan Pabrik Gula Kwala Madu sebenarnya terletak di Kabupaten Langkat, namun lokasinya tidak jauh dari Kota Binjai yang hanya berjarak 10 km dari lokasi pabrik. Batas-batas wilayah di kebun kwala madu adalah sebagai berikut :

Sebelah utara berbatasan dengan Kebun Kwala Bingei, PTPN 2 Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sambirejo

Sebelah timur berbatasan dengan Kebun Tandem Hilir, PTPN 2 Sebelah selatan berbatasan dengan Kebun Tanjung Jati, PTPN 2


(40)

39 2.2.2. Letak dan Keadaan Geografis

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berada ± 4 Km dari jalan utama diantara Tandem dan Kwala Begumit. Pabrik ini menempati lokasi seluas ± 2,5 Ha. Pabrik mengarah ke jalan utama dan sumber air (sungai) berada ± 8 Km di belakang Pabrik Gula Kwala Madu. Sedangkan jalan utama yang dimaksud merupakan jalan yang menghubungkan antara Medan dengan Pangkalan Berandan. Sementara itu Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berjarak ± 45 Km dari Medan.

Kebun kwala madu terletak pada ketinggian 0-25 meter dari permukaan laut, sehingga wilayah ini merupakan wilayah yang berkategori dataran rendah dan tekstur tanah nya cukup sesuai untuk budidaya tanaman tebu, walaupun menurut beberapa ahli tanah di pulau jawa lebih cocok untuk tanaman tebu dibandingkan di sumatera, namun karena upaya perawatan dengan pupuk konvensional maka kendala tersebut dapat diatasi.

2.2.3. POTENSI SUMBER DAYA ALAM DESA SAMBIREJO Tabel 2.2. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan

Luas pemukiman 131 ha / m2

Luas persawahan 480 ha / m2

Luas perkebunan rakyat 272 ha / m2 Luas area pemakaman 1 ha / m2

Luas pekarangan 145 ha / m2

perkantoran 2 ha / m2

Luas prasarana umum lainnya 50 ha / m2 Total luas 1081 ha / m2


(41)

40

Berdasarkan tabel diatas, dapat kita simpulkan bahwa Desa Sambirejo memiliki areal yang cukup luas sehingga memungkinkan penduduk Desa Sambirejo untuk melakukan berbagai aktivitas, wilayah persawahan yang luas tentunya juga dapat diharapkan memiliki kontribusi terhadap ketahanan pangan daerah bahkan nasional, jika lahan-lahan tersebut dikelola secara optimal diharapkan akan menunjang produktifitas daerah terutama menunjang kesejahteraan penduduk lokal, sehingga jika masyarakat sejahtera diharapkan dapat menjadi masyarakat yang mandiri, artinya masyarakat yang dapat mengidentifikasi kebutuhan dan memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Secara lebih terperinci, menurut data yang penulis ambil dari buku / dokumen profil desa sambirejo maka dapat diuraikan lagi sebagai berikut :

Tabel 2.3. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan

TANAH SAWAH LUAS

Sawah irigasi teknis --- ha / m2 Sawah irigasi semi teknis 200 ha / m2

Sawah tadah hujan 280 ha / m2

Sawah pasang surut --- ha / m2

Total luas 480 ha / m2

TANAH KERING LUAS

Tegal / ladang 6 ha / m2


(42)

41

Pekarangan 145 ha / m2

Total luas 282 ha / m2

TANAH FASILITAS UMUM LUAS

Kas desa / kelurahan 4.000 m2

Lapangan olahraga 8.800 m2

Perkantoran pemerintah 4 ha Pemakaman desa 1 ha Tempat pembuangan sampah 10 ha Bangunan sekolah 15 ha Terminal 5 ha Daerah tangkapan air 1 ha

Usaha perikanan 4 ha

Sutet / aliran listrik tegangan tinggi 8,8 ha

Total luas 50 ha

Sumber : Buku profil Desa Sambirejo 2015

Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa wilayah Desa Sambirejo merupakan area lumbung padi yang memiliki area persawahan yang luas, sehingga penggunaan lahan untuk areal persawahan terbilang dominan, tampak juga pada tabel bahwa tipe persawahan di Desa Sambirejo adalah tipe sawah beririgasi, sehingga diperlukan sumber air / irigasi yang memadai untuk mengairi persawahan di Desa Sambirejo, sedangkan dari


(43)

42

ibukota propinsi yakni Kota Medan lokasi Pabrik Gula Kwala Madu berjarak 36 Km, tepatnya di Desa Kwala Begumit, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat.

Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu jauh dari keramaian penduduk dan lokasi bahan baku yaitu perkebunan tebu yang berada cukup dekat disekitar pabrik, dengan luas areal penanaman tebu seluas 6706,47 Ha, dimana areal unit usaha PT Perkebunan Nusantara 2 yang mengangkut hasil komoditinya ( tebu ) ke pabrik gula kwala madu meliputi:

1. Kebun Kwala Madu : 1.966,10 Ha, yakni areal tanaman komoditi tebu di sekitar unit Pabrik Gula Kwala Madu

2. Distrik Tb/P3GI : 6,0 Ha

3. Kebun Tandem Hilir : 1100,00 Ha ,kantor terletak 5 km sebelah timur laut Pabrik Gula Kwala Madu

4. TandemHulu : 96,60 Ha,kantor terletak 12 km sebelah tenggaraPabrik Gula Kwala Madu 5. Kwala Bingai : 1684,90 Ha, kantor terletak 9 km sebelah utara Pabrik Gula Kwala Madu 6. Tanjung Jati : 424,16 Ha, kantor terletak 10 km sebelah selatan Pabrik Gula Kwala Madu 7. Batang Serangan : 85,00 Ha,kantor terletak di Kecamatan Batang Serangan, Kabupaten

Langkat

Di lain sisi pabrik juga mengolah tebu dari hasil rakyat di sekitar pabrik melalui program tebu rakyat intensifikasi seluas 500,25 Ha.

Wilayah Kecamatan Stabat sendiri saat ini terdiri dari 12 desa, yang seluruhnya berada di Kabupaten Langkat, Kecamatan Stabat ini sendiri terletak di seputaran Sungai Wampu dan Sungai Bingei, yaitu dua sungai besar yang ada di kecamatan ini. Saat ini Kecamatan Stabat


(44)

43

terdiri dari 12 desa induk, yaitu Desa Pantai Gemi, Desa Banyumas, Desa Kwala Begumit, Desa Mangga, Desa Karang Rejo, Desa Ara Condong, Desa Stabat Baru, Desa Kwala Bingei, Desa Sidomulyo, Desa Perdamaian, Desa Dendang dan Desa Paya Mabar.

Stabat merupakan Kecamatan terbesar sekaligus dengan jumlah penduduk terpadat di Kabupaten Langkat.Kegiatan perekonomiannya banyak bergerak di sektor perdagangan, pertanian dan peternakan, perkebunan dan jasa.Kecamatan ini dilalui oleh salah satu sungai terpanjang di Sumatera Utara yakni ini denga Raya Lintas Sumatera (Jalinsum Lintas Pantai Timur).

Lokasi yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan penelitian adalah Desa Sambirejo, meskipun lokasi Pabrik Gula Kwala Madu secara administratif berdiri di Desa Kwala begumit, namun masyarakat yang menjadi target pemberdayaan adalah masyarakat Desa Sambirejo yang memang terletak di area belakang Pabrik Gula Kwala Madu, sehingga lokasi yang menjadi fokus peneliti adalah Desa sambirejo. Luas Desa Kwala begumit mencapai dengan sebagian besar tanah digunakan sebagai lahan perkebunan tebu oleh Negara, sebagian tanah diusahakan oleh petani, yakni tanah yang tidak termasuk ke dalam peta HGU. Para petani tersebut menanam padi dan diselingi tanaman palawija. Sebagai salah satu unit PT Perkebunan Nusantara II yang bergerak di bidang produksi gula,maka Pabrik Gula Kwala Madu tentunya memiliki komitmen dalam menjalankan bisnis yang mengedepankan prinsip kemitraan dengan masyarakat setempat. Diantara lahan milik petani tersebut ada yang ditanami tebu juga sebagai perwujudan program tebu rakyat intensifikasi yakni tebu yang dikelola oleh rakyat dengan binaan perusahaan yang dalam hal ini adalah PT Perkebunan Nusantara 2. Tebu yang diusahakan petani setelah dipanen lalu diangkut ke


(45)

44

pabrik gula oleh petani tersebut. Jika dilihat berdasarkan pengamatan peneliti pohon-pohon tebu tersebut ada yang tampak terawat dan ada pula yang tampak kurang terawat. Hal tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari perawatan oleh perusahaan, faktor iklim maupun karena kondisi lahan yang sudah tidak produktif lagi.

Lokasi Pabrik Gula Kwala Madu ini terletak sekitar 3 km dari Jalan Lintas Sumatera ( jalinsum ) tepatnya jalan yang menghubungkan Kota Banda Aceh dan Kota Medan,

sehingga letak Pabrik Gula Kwala Madu terbilang strategis dan mudah dijangkau. Desa Kwala Begumit tempat Pabrik Gula Kwala Madu didirikan terletak pada ketinggian 20 meter diatas permukaan laut dengan cuaca yang cukup sejuk dan bersuhu sedang yaitu antara 37°c. Curah hujan di desa ini rata-rata 3240 mm, dengan jumlah bulan hujan yaitu 8 bulan antara September sampai dengan April. Jenis tanah di Kebun Kwala Madu sendiri adalah tanah alluvial yang memang merupakan jenis tanah yang umum di dataran rendah pesisir timur sumatera.

2.2.4. Pola Pemukiman

Perumahan di kawasan kebun Kwala madu terdiri dari dua kategori yakni rumah dinas perkebunan dan rumah masyarakat umum ( non perkebunan ), sementara itu rumah dinas perkebunan dibagi lagi ke dalam dua sub kategori yakni, rumah dinas karyawan pimpinan yang terdiri dari rumah dinas manajer, rumah dinas asisten kepala, rumah dinas asisten umum, asisten teknik dan asisten tanaman serta rumah dinas karyawan pelaksana.Rumah dinas manajer pabrik gula kwala madu terletak di komplek perumahan pabrik gula,yang hanya berjarak sekitar 500 m dari gerbang depan pabrik gula dan berdekatan dengan rumah dinas asisten senior yang mengelompok menjadi 6 petak rumah dalam satu kawasan dan


(46)

45

terbilang cukup mewah untuk ukuran rumah dinas perusahaan perkebunan, rumah- rumah tersebut adalah rumah dinas untuk Kepala dinas atau dahulu di PTPN 2 disebut Asisten kepala ( Askep ). Sedangkan rumah dinas untuk asisten teknik dan asisten umum terletak sekitar 600 meter dari gerbang depan pabrik gula, dengan tipe rumah dibawah rumah dinas manajer dan asisten senior, pemukiman mengelompok berkisar 20 rumah dengan jadi dapat disimpulkan bahwa variasi bentuk rumah dinas karyawan pimpinan di komplek perumahan Pabrik Gula Kwala Madu hanya terdiri dari dua tipe saja, yakni tipe rumah dinas untuk asisten senior termasuk rumah dinas manajer dan tipe rumah dinas asisten umum dan asisten teknik yang tipe arsitekturnya seragam. Rumah dinas untuk karyawan pelaksana bentuknya lebih minimalis dan konstruksi rumahnya bersifat semi permanen, karena terdiri dari papan kayu dan sebagian kecil saja terdapat beton. Rumah-rumah dinas tersebut ada yang menghadap ke arah utara dan ada pula yang menghadap ke arah selatan.Sedangkan rumah masyarakat umum ( non perkebunan ) di Desa Sambirejo secara umum telah berbentuk permanen lengkap dengan fasilitas listrik yang memadai serta banyak terdapat sawah irigasi di kawasan tempat tinggal masyarakat Desa Sambirejo tersebut.

2.3. Bahasa dan Interaksi Penduduk 2.3.1 Bahasa

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informasi mengenai PT Perkebunan Nusantara berdasarkan sejarahnya, bahwa imigran dari pulau jawa didatangkan oleh pihak Belanda untuk menjadi buruh perkebunan tembakau deli, menyebabkan di wilayah kebun kwala madu ini mayoritasnya adalah suku jawa, sehingga dalam percakapan antar karyawan pelaksana pun memakai bahasa jawa ‘ ngoko ‘ yang merupakan dialek jawa yang sedikit kasar dan lugas, tetapi untuk percakapan antar karyawan pimpinan bahasa yang digunakan


(47)

46

adalah bahasa Indonesia, hal tersebut disebabkan karena para karyawan pimpinan umumnya terdiri dari berbagai suku bangsa yang lebih heterogen.

2.3.2. Deskripsi interaksi Penduduk

Sumatera Utara adalah wilayah yang terdiri dari beraneka ragam suku bangsa dan kebudayaan. Begitu juga dengan daerah lokasi penelitian ini, di wilayah tersebut juga terdapat keragaman suku yang tinggi, namun karena Pabrik Gula Kwala Madu merupakan lokasi perkebunan, maka suku yang menjadi mayoritas adalah suku jawa demikian juga halnya dengan masyarakat umum di sekitar lokasi unit kebun kwala madu seperti masyarakat di Desa Sambirejo, banyak sekali imigran dari pulau jawa yang didatangkan oleh pihak kolonial di masa penjajahan belanda, sehingga keturunan para imigran jawa yang didatangkan oleh belanda tersebut banyak yang menetap di Desa Sambirejo ini hingga beberapa generasi. Hal tersebut menyebabkan sikap feodalisme di lingkungan PTPN 2 secara umum dan unit Pabrik Pabrik Gula Kwala Madu secara khusus terasa kental, misalnya Desa Sambirejo hal itu tampak dalam hirarki yang terdapat dalam struktur kerja di PTPN 2, misalnya ada jabatan krani, jabatan mandor, jabatan pengamat, jabatan asisten, asisten kepala dan ADM ( kepala administrasi ) yang sekarang disebut manajer, bahkan letak komplek perumahan saja memiliki pola khusus sesuai dengan jabatan ataupun golongan pekerja, beberapa karyawan yang penulis wawancarai, hal tersebut merupakan warisan kolonial yang telah membudaya. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari pihak Desa Sambirejo :

Tabel 2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jumlah

Komposisi penduduk

Jumlah laki-laki 3416 orang


(48)

47

Jumlah total 6702 orang Jumlah kepala keluarga 1882 KK

Sumber : Buku profil Desa Sambirejo 2015

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki lebih dominan dibandingkan penduduk berjenis kelamin perempuan. Namun tampak adanya perbedaan karier atau pekerjaan atas dasar perbedaan jenis kelamin tersebut, misalnya saja dalam bidang pertanian, pria bertugas mencangkul dan membajak sawah sementara wanita dan anak-anak bertugas menyemai dan memanen padi saja selain itu dalam pembagian kerja di lingkungan rumah tangga pun tampak jelas, misalnya para pria bekerja menjadi buruh atau bekerja mencangkul di sawah sementara para wanita yang tidak bekerja tampak sibuk mengurus pekarangan rumah dan mengurus anak di rumah sehingga untuk pekerjaan yang membutuhkan tenaga tampak yang berjenis kelamin pria lah yang lebih dominan, sedangkan untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang berjenis kelamin wanita lah yang lebih dominan. Jadi dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin turut menentukkan hak dan kewajiban tiap individu di dalam masyarakat Desa Sambirejo

2.4 Taraf Pendidikan Penduduk

Pendidikan merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia, tentunya tingkat pendidikan di setiap daerah memiliki beragam variasi. Berikut adalah data mengenai tingkat pendidikan masyarakat Desa Sambirejo.


(49)

48

Tabel 2.5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Usia 3-6 tahun yang belum masuk TK 78 orang 88 orang Usia 3-6 tahun yang sedang TK/Playgroup 59 orang 75 orang Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 682 orang 701 orang Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah 3 orang 6 orang Usia 18-56 tahun pernah SD tetapi tidak tamat 20 orang 7 orang Tamat SD / sederajat 1152 orang 1122 orang Usia 12-56 tahun tidak tamat SLTP 17 orang 20 orang Usia 18-56 tahun tidak tamat SLTA 16 orang 21 orang Tamat SMP / sederajat 1138 orang 109 orang Tamat SMA / sederajat 1145 orang 1125 orang Tamat D-3 / sederajat 45 orang 73 orang Tamat S-1 / sederajat 193 orang 273 orang Tamat S-2 / sederajat 3 orang 3 orang

Sumber : Buku profil Desa Sambirejo 2015

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk Desa Sambirejo rata-rata telah mengenyam bangku sekolah, mengingat pentingnya aspek pendidikan untuk masa depan generasi muda di Desa Sambirejo.

Selain itu anak-anak yang umurnya dibawah usia sekolah juga tergolong tinggi sehingga jumlah penduduk yang mengenyam pendidikan tidak sama jumlahnya dengan


(50)

49

jumlah keseluruhan penduduk di setiap desa. Jika dilihat dari tabel diatas, maka tampak bahwa jumlah penduduk yang memiliki pendidikan terakhir di perguruan tinggi relatif rendah jika dibandingkan jenjang pendidikan lain.

Data yang tertera di dalam tabel di atas diperoleh dari Profil Desa Sambirejo.Pengambilan data tersebut berdasarkan jenjang pendidikan terakhir penduduknya.

Berdasarkan beberapa data diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Desa Sambirejo cukup tinggi.Hal ini disebabkan lokasi perkebunan yang berada di desa tersebut mengundang banyak tenaga kerja untuk menetap di desa tersebut. Selain itu luas Desa Sambirejo yang mencapai sekitar 1081Ha memungkinkan penduduk untuk memiliki aktivitas yang padat. Jika dilihat berdasarkan agama maka penduduk Desa Sambirejo yang memeluk Agama Islam mencapai sekitar ( 6.600 orang ), sedangkan yang memeluk Agama Kristen

protestan mencapai ( 25 orang ), dan yang memeluk Agama Kristen Katolik mencapai ( 3 orang ), sedangkan yang beragama budha hanya ( 5 orang) saja yang terdiri dari 4 orang

laki-laki dan 1 orang perempuan. Sedangkan jika dilihat berdasarkan suku bangsa, penduduk Desa Sambirejo mayoritas bersuku Jawa, yaitu mencapai sekitar ( 6.300 orang ), Suku Batak mencapai ( 49 orang ), dan Suku Melayu berjumlah (76 orang ) , selain itu ada pula suku-suku lain yang mendiami desa ini seperti Suku Aceh ( 21 orang ), Suku Minangkabau ( 41 orang ) , Suku Banjar ( 43 orang ),Suku/etnis Tionghoa (biasanya disebut cina kebun sayur), tetapi menariknya di desa lain yang berdekatan dengan Desa Kwala Begumit seperti halnya Desa Sambirejo penduduk yang menjadi mayoritas ialah penduduk yang bersuku jawa, hal ini tidak mengherankan mengingat wilayah ini termasuk wilayah budidaya tanaman tembakau deli pada jaman penjajahan belanda yakni sekitar tahun 1889, sehingga belanda membutuhkan banyak tenaga kerja yang oleh karena hal itu wilayah ini menjadi tujuan transmigrasi buruh kontrak dari pulau jawa yang didatangkan oleh pihak belanda, Sehingga


(51)

50

keberadaan keturunan mereka masih bertahan di wilayah ini hingga saat ini. Sedangkan penduduk asli langkat yang bersuku melayu lebih banyak mendiami kawasan pesisir langkat .

Kondisi penduduk Desa Kwala Begumit sendiri tidak jauh berbeda dengan kondisi penduduk desa di wilayah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara lainnya, kesamaan dalam hal kondisi lingkungan merupakan penyebab yang membuat kemiripan diantara desa-desa tersebut. Hubungan interaksi yang baik selalu terbina antara sesama penduduk, termasuk antara penduduk dengan pihak PT Perkebunan Nerusantara 2. Hal tersebut dapat terlihat dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh PTPN 2 seperti dalam kegiatan bakti lingkungan, masyarakat umum di Desa Kwala Begumit begitu tampak antusias dalam melaksanakan kegiatan gotong royong tersebut. Karena sebagian besar penduduk Desa Kwala Begumit termasuk karyawan Kebun Kwala Madu, terutama karyawan pelaksananya bersuku jawa maka bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari adalah bahasa jawa, bahkan penduduk yang bersuku batak ataupun karyawan PTPN 2 yang bersuku batak pun juga memiliki kemampuan untuk berbahasa jawa, hal tersebut dikarenakan lingkungan tempat tinggal mereka dikelilingi oleh orang yang berlatar belakang kebudayaan jawa.

2.5Mata Pencaharian Penduduk

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya berdasarkan data dari pihak Kecamatan Stabat, bahwa kondisi alam di Kecamatan Stabat cocok dipergunakan sebagai lahan pertanian, oleh karena itu masyarakat di sekitar lokasi unit Pabrik Gula Kwala Madu memanfaatkan lahan di luar HGU PTPN 2 sebagai areal persawahan irigasi yang diselingi tanaman palawija, sementara itu masyarakat di wilayah perkebunan kwala madu, mata pencaharian yang mendominasi adalah sebagai karyawan PTPN 2, mengingat di setiap unit


(52)

51

kebun PTPN 2, wilayah emplasment ( perumahan karyawan ) terpisah dari pemukiman masyarakat umum non karyawan perkebunan, hal ini juga berlaku di emplasment unit Pabrik Gula Kwala Madu dimana perumahan karyawan membentuk komplek perumahan terkotak-kotak, seperti misalnya komplek perumahan asisten, komplek perumahan karyawan pelaksana, masyarakat di wilayah PTPN 2 sendiri membedakan komplek tersebut secara lebih terperinci lagi, mulai dari komplek mandor, komplek krani, komplek asisten ( staf ) dan rumah ADM ( rumah dinas manajer ), tetapi umumnya ADM merupakan sebutan untuk manajer tanaman, sedangkan untuk manajer pabrik, seperti Pabrik Gula Kwala Madu misalnya, sebutan manajer adalah hal yang umumnya diketahui karyawan PTPN 2. Selain itu wilayah yang di dominasi oleh penduduk yang bekerja sebagai karyawan PTPN 2 adalah wilayah Desa Kwala Bingei yang terletak di Kecamatan Stabat serta Desa Sambirejo dan Desa Sendangrejo yang terletak di wilayah Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, hal tersebut disebabkan karena areal Kebun Kwala Madu tidak hanya mencakup Desa Kwala Begumit saja, tetapi juga mencakup wilayah desa lain, hanya beberapa afdeling saja areal tanaman tebu Kebun Kwala Madu yang terletak di Desa Kwala Begumit, tetapi bagaimanapun juga lokasi Pabrik Gula Kwala Madu adalah terletak di Desa Kwala Begumit.

Kondisi alam di Desa Kwala begumit sebenarnya cocok untuk lahan pertanian, tetapi karena sebagian besar tanah di wilayah ini adalah milik pemerintah yang dalam hal ini adalah pihak PT. Perkebunan Nusantara II maka areal persawahan tersebut lebih banyak di Desa Sambirejo dibanding Desa Kwala Begumit yang arealnya banyak yang berstatus tanah milik PTPN 2 masyarakat Desa Kwala Begumit juga mayoritas menjadi petani tanaman padi, tetapi tanaman padi tersebut di tanam diwilayah non perkebunan yang status tanahnya di luar HGU ( Hak Guna Usaha ) PTPN 2, peneliti sempat mengunjungi salah satu sudut Desa Sambirejo yang status tanahnya di luar HGU PTPN 2, sejauh mata memandang yang tampak adalah


(1)

114

Keesokan harinya, saya pun kembali mengunjungi Pabrik Gula Kwala Madu dikarenakan data yang saya kumpulkan masih terasa kurang. Sesampainya di Pabrik Gula Kwala Madu saya langsung menuju ruang kerja pak yandri di laboratorium PGKM dan syukur saja ternyata pak yandri ada di ruang kerjanya dan kebetulan beliau juga tidak sibuk.

( S adalah saya / penulis dan pak Yadalah informan saya yang bernama pak yandri lubis )

S : “ Pagi pak, saya mau lanjutkan wawancara yang kemarin pak, soalnya masih ada pertanyaan di daftar pertanyaan yang saya buat yang kemarin belum sempat saya tanyakan ke bapak “.

Pak Y : ”Silahkan, apa itu pertanyaannya biar saya jawab semampu saya “.

S :“Menurut bapak bagaimana respon masyarakat di sekitar PGKM ini mengenai kegiatan bina lingkungan yang dijalankan oleh ihak PGKM ini?

Pak Y :“Mereka ( masyarakat ) menyambut baik setiap kegiatan yang kami upayakan di lingkungan PGKM ini, hal itu Nampak pada saat momentum tertentu, misalnya pada saat acara kenduri giling, para anak yatim beserta para kepala desa di lingkungan Pabrik Gula Kwala Madu ini tampak hadir dalam acara-acara yang diadakan oleh Pabrik Gula Kwala Madu ini, bahkan kepala dusun / lingkungan pun juga Nampak hadir “.

S :“Bagaimana pandangan bapak mengenai isu kerusakan lingkungan yang sedang mengemuka saat ini ?

Pak Y : “Kalau saya nonton TV atau baca Koran memang banyak saya lihat dan baca berita tentang, misalnya industri yang mencemari sungai sehingga diprotes oleh penduduk setempat, isu efek rumah kaca dan isu global warming yang semakin hot beritanya. Jadi menurut saya hendaknya kita makin sadar tentang pentingnya menjaga


(2)

115

lingkungan hidup sehingga semua perusahaan perlu berpartisipasi tanpa terkecuali untuk mengikuti peraturan tentang lingkungan hidup yang dikeluarkan oleh kementrian lingkungan hidup “.

S :“ Adakah upaya yang dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar ?

Pak Y : “kegiatan PKBL itu saya rasa sudah cukup mewakili upaya itu, air untuk irigasi, fasilitas umum, dan bantuan terhadap masyarakat miskin itu semua saya kira pantas mereka dapatkan, karena dengan adanya pabrik gula di lokasi ini bukan untuk merugikan mereka, melainkan untuk mensejahterakan mereka, apalagi ada prinsip PKBL BUMN yang harus dijalankan.”

S : “Apakah unit PGKM ini menyediakan sumber daya manusia untuk kepentingan desa sekitar PGKM ini pak ?”

Pak Y : “Tentu saja ada, PGKM menyediakan guru ngaji, bilal mayit, imam masjid dan guru Taman Kanak-kanak untuk kepentingan masyarakat di desa sekitar PGKM ini.”

S : “Apakah ada kendala dalam menjalankan Program Kemitraan bina lingkungan ini pak ?”

Pak Y : “Tentu saja ada, tetapi hal itu lebih bersifat materil daripada yang bersifat teknis.”

S : “Maksud anda seperti apa itu pak ?”

Pak Y : “Maksudnya anggaran untuk biaya perawatan mesin dan lain-lain yang datang dari pusat seringkali terlambat turun ke sini, sehingga kadang program kurang terealisasi secara optimal”.


(3)

116

S : “Apakah ada tindakan khusus dari PGKM untuk merespon permasalahan itu pak ?”

PakY : “Kami ( PGKM ) telah membuat permohonan anggaran, tetapi pernah suatu waktu tidak direalisasikan oleh pusat.”

S :”Selain itu pak, kendala apa lagi yang ada di dinas laboratorium ini ?khususnya secara teknis ?”

Pak Y : “Para operator di laboratorium ini menurut saya sering kurang paham mengenai pekerjaannya sehingga menurut saya mereka perlu mengikuti training khusus, saya kira hal tersebut disebabkan minimnya pelatihan untuk mereka”

S : “Apakah masyarakat yang tinggal di kawasan sekitar PGKM ini pernah komplain mengenai permasalahan limbah yang mengganggu lingkungan mereka”

Pak Y :”Dulu masyarakat di kawasan secanggang sana pernah menegur pihak PGKM dengan alasan limbah PGKM yang dialirkan ke parit perkebunan bermuara ke sungai yang ada di secanggang sana, sehingga pengusaha tambak yang ada disana merugi karena limbah panas tersebut membuat ikan-ikan di tambak yang ada di tepian sungai yang berada di wilayah secanggang banyak yang mati, tetapi setelah air limbah tersebut di proses dan tidak lagi dibuang ke parit milik perkebunan, air limbah tersebut malah dapat dimanfaatkan oleh petani di Desa Sambirejo ini.”


(4)

117

S :“Selain hal tersebut pak, apakah ada hal lain lagi yang membuat masyarakat terganggu ?

Pak Y : “Dulu masyarakat juga pernah komplain terhadap emisi udara yang dihasilkan PGKM, katanya mengganggu kebersihan udara di lingkungan tempat tinggal mereka, untung saja masalah tersebut segera ditindak lanjuti oleh pihak PGKM yakni dengan cara memperbaiki mesin di stasiun boiler, hal ini desebabkan mesin-mesin di ruang boiler yang sangat berpengaruh terhadap kualitas udara sehingga pihak yang berkaitan dengan stasiun boiler wajib rutin mengecek kondisi mesin-mesin tersebut, apakah masih layak dipakai atau tidak.”

S : “Bagaimana dengan kondisi limbah cair disini pak ?”

Pak Y : “Limbah cair disini terdiri dari limbah laboratorium unit analisa, limbah air bekas pencucian mesin dan air buangan pendingin mesin, tapi seluruh limbah itu sudah diproses dan dievaluasi, jika menuju ke sungai sudah tidak membahayakan kondisi air sungai”


(5)

118 Lampiran 2. Dokumentasi

Gambar 1 : Plang kantor Kebun / Gambar 2 : Plang penanda batas wilayah Pabrik Gula Kwala Madu Kebun Kwala Madu

Gambar 3 : Salah satu rumah dinas asisten Gambar 4 : Kondisi jalan utama menuju Pabrik Gula Kwala Madu Pabrik Gula Kwala Madu


(6)

119

Gambar 5 : Peneliti berpose di depan Gambar 6 : Seorang bocah yang sedang pos penjagaan PGKM mencari jamur blotong

Gambar 7 : Plang yang berada di halaman Gambar 8 : Lembaran dokumen ISO 9001:2008 Kantor Pabrik Gula Kwala Madu