BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah - Strategi Kampanye PDI Perjuangan dalam Pemilukada Kota Medan pada Putaran Pertama Tahun 2010 (Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP)

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

  negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Demokrasi dapat juga diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, sesuai dengan asal dari arti istilah katanya, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan. Dalam bidang ilmu politik, konsep demokrasi merupakan sebuah kata kunci tersendiri. Hal tersebut menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

  Wujud dari partisipasi masyarakat di dalam demokrasi biasanya dilekatkan langsung dengan pelaksanaan pemilihan umum, atau pemilu. Pemilu merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari lembaga perwakilan dan partai politik. Pemilu sebagai salah satu cara pelaksanaan demokrasi, walaupun tidak sepenuhnya pendapat demokrasi bakal terwujud di dalam negara yang melaksanakan proses pemilu tersebut. Sebagaimana yang diketahui pada zaman yang modern ini dapat dikatakan tidak ada satu negara pun yang dapat melaksanakan demokrasinya secara langsung. Hal ini disebabkan karena terlalu luasnya wilayah dan begitu besarnya jumlah penduduk. Oleh karena itu, adapun demokrasi yang digunakan adalah demokrasi perwakilan, dimana hak-hak rakyat untuk dapat ikut dalam menentukan haluan negara dilakukan oleh sebagian kecil dari seluruh rakyat menempati lembaga perwakilan yang disebut parlemen, yang dipilih melalui proses pemilihan umum.

  Semenjak tahun 1999, pemilihan umum di Indonesia mengalami banyak sekali perubahan, dimana pemilu dilaksanakan dengan sistem multi partai. Dibukanya keran partisipasi peserta pemilu seluas-luasnya dimanfaatkan oleh berbagai partai untuk mengikuti proses pesta demokrasi tersebut. Selain dibukannya keran untuk multi partai, semenjak itu pula pemilihan umum memberikan kesempatan kepada perseorangan atau individu untuk maju dalam pemilihan kepala daerah secara langsung yang dipilih oleh rakyat, bukan melalui lembaga legislatif lagi. Salah satu partai yang mendapatkan titik balik dalam pelaksanaan demokrasi pada tahun 1999 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

  Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau yang dahulu bernama Partai Demokrasi Indonesia adalah sebuah partai politik yang lahir sejak masa Orde Baru, yang ditandai dengan membaurnya tiga partai yang berasaskan nasional dan dua partai agama. Partai ini berkarakter kebangsaan dan berwawasan nasional.

  Sepanjang sejarah perjalanannya, partai ini sudah melalui berbagai macam masalah yang dikarenakan oleh intervensi rezim Orde Baru pada saat itu. Namun peristiwa di Medan tahun 1996 menjadi titik awal bangkitnya partai yang mengusung slogan membela wong cilik ini yang diawali dengan terpilihnya Megawati Soekarno Putri sebagai ketua umum Partai Demokrasi Indonesia pada kongres di Medan tahun 1996 ketika itu. Rezim Orde Baru tidak menyukai hasil kongres tersebut dan mengintervensi agar dipilih tokoh lain menjadi ketua umum Partai Demokrasi Indonesia, sehingga timbullah pertikaian tersebut. Akhirnya pada 1999, Partai Demokrasi Indonesia atas prakarsa dari Megawati Soekarno Putri saat itu diganti namanya menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang tetap berdiri hingga saat ini.

  Pemilukada Kota Medan tahun 2010 lalu berlangsung dalam dua putaran, yang saat itu menyisakan antara dua pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan, pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin yang diusung oleh Partai Golongan Karya dan Partai Demokrat serta pasangan dr. Sofyan Tan (yang notabene adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan Nelly Armayanti, SP. MSP yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Damai Sejahtera (PDS).

  Calon walikota Medan yang diusung adalah dr. Sofyan Tan yang notabene adalah satu – satunya calon yang berasal dari etnis Tionghoa. Berlatar belakang seorang dokter, dr. Sofyan Tan justru berkiprah di bidang sosial kemasyarakatan. Beliau membuat sekolah pembauran, Yayasan Sultan Iskandar Muda, dengan tujuan agar membaur antara etnis Tionghoa dan non – Tionghoa. Seperti diketahui bahwasanya ketika zaman Orde Baru, etnis Tionghoa didiskriminasi dalam hal apapun dalam masyarakat, seperti dilarang merayakan Imlek, dilarang berkecimpung dalam politik, dan sebagainya. Maka dari hal tersebut itulah, dr. Sofyan Tan berusaha menghapus stigma buruk tersebut. Sudah banyak kegiatan sosial yang dilakukan oleh dr. Sofyan Tan jauh sebelum menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, terutama pada kegiatan sosial yang berfokus pada pendidikan murah bagi masyarakat mampu. Sejak saat itulah, dr. Sofyan Tan dikenal masyarakat karena kedermawanannya. Dan dr. Sofyan Tan juga sangat dekat dengan berbagai tokoh masyarakat. Makanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan melihat fenomena tersebut sebagai peluang untuk meraih banyak suara pada pemilukada kota Medan Tahun 2010. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pun melihat bahwa dr. Sofyan Tan adalah seorang kader yang memiliki kualitas, terutama dalam hal pengetahuan tentang permasalahan di kota Medan saat ini.

  Pasangan Calon Walikota Dan Calon Walikota Medan Tahun 2010 saat itu, dr. Sofyan Tan dan pasangannya Nelly Armayanti, SP. MSP beserta tim kampanye mereka berhasil maju ke putaran kedua pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 melawan pasangan calon lain yang diusung Partai Demokrat dan Partai Golongan Karya, Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin, dengan menyingkirkan delapan pasangan calon yang lain yang juga memiliki catatan karir dan prestasi yang tidak kalah hebatnya, yaitu pasangan Indra Sakti Harahap dan Delyuzar, pasangan Maulana Pohan dan Ahmad Arif, pasangan Sigit Pramono Asri dan Nurlisa Ginting, pasangan Bahdin Nur Tanjung dan Kasim Siyo, pasangan Sjahrial Anas dan Yahya, pasangan Ajib Shah dan Binsar Situmorang, pasangan Joko Susilo dan Amir Mirza Hutagalung, dan pasangan H. M. Arif Nasution dan Supratikno.

  Berdasarkan data resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan mengenai hasil perolehan suara Pemilukada Kota Medan tahun 2010 putaran pertama, pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti berada di urutan kedua dengan memperoleh 140676 suara atau 20.72 % dari total jumlah pemilih di kota Medan, unggul di kawasan pusat Kota Medan, dimana warganya cenderung memilih pasangan yang diusung koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Damai Sejahtera ini. Kemenangan pasangan ini di Kecamatan Medan Kota, Medan Area, Medan Tuntungan, Medan Perjuangan, Medan Baru, Medan Barat, Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Timur, Medan Maimun dan Medan Polonia. Sedangkan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin berada di urutan pertama dengan memperoleh 150671 suara atau 22.20 % dari total jumlah pemilih di kota Medan. Pasangan yang diusung oleh Partai Demokrat Dan Partai Golongan Karya ini lebih menguasai daerah pinggiran kota seperti di Kawasan Medan Utara yakni, Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli dan Medan Labuhan. Selain itu, pasangan ini juga unggul di Medan Amplas, Medan Denai, Medan Johor, Medan Tembung, Medan Selayang dan Medan Helvetia. Khusus untuk daerah Medan Belawan, hanya daerah kecamatan Medan Belawan yang dimenangkan oleh pasangan Ajib Shah dan Binsar Situmorang.

  Menarik membaca suatu pendapat dari Muhammad Rizal selaku Ketua Lembaga Riset Publik (Larispa) Medan yang tertulis dari sumber lain di internet, yang mengatakan bahwa “Selama ini diketahui kaum Tionghoa sangat tertutup dengan pribumi, ini yang mengakibatkan masyarakat Medan kurang memilih

   Sofyan Tan untuk menjadi walikota Medan ini” . Rizal bahkan mengatakan,

  “Kekalahan Sofyan Tan ini memang sudah diprediksi sebelumnya. Dari riset yang 1 dilakukan, warga Medan lebih cenderung ke Rahudman-Eldin, dikarenakan

  http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=124813:larispa-softan-tan-tak-bisa-satukan- minoritas-dengan-mayoritas&catid=165:pilkada-medan&Itemid=94. Larispa: Softan Tan tak bisa satukan minoritas dengan mayoritas . Diambil Tanggal 1 Juli 2011

  

  popularitas mereka lebih baik dari Softan Tan-Nelly” . Selain itu menurut Rizal, “Faktor kekalahan yang paling tampak yaitu, Softan Tan dinilai gagal

  

  menyatukan kaum minoritas yaitu etnis Tionghoa dengan pribumi”. Sebagian pendapat dari Rizal sangat benar dan masuk akal, namun sebagian yang lain tidak sepenuhnya benar. Mengapa? Kalau ternyata benar kekalahan pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang diutarakan oleh Rizal di atas, mengapa pada Pemilukada Kota Medan putaran pertama tahun 2010 dr. Sofyan Tan sebagai satu-satunya calon Walikota Medan yang non-pribumi mampu menyingkirkan delapan pasangan calon lain yang memiliki massa pendukung yang tidak kalah banyak pula. Pasti ada faktor-faktor lain yang menyebabkan dr. pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP kalah pada Pilkada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua tersebut. Namun, fokus penelitian kali ini tidak akan berbicara mengenai faktor-faktor kekalahan pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP kalah pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua tersebut. Akan tetapi, fokus penelitian kali ini adalah mengamati dan melihat faktor-faktor kesuksesan pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti yang berhasil menyingkirkan delapan pasangan calon lain dan maju ke putaran kedua Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 melawan pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin.

I. 2. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat membuat perumusan masalah, yaitu

  2 3 ibi http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=124813:larispa-softan-tan-tak-bisa-satukan-

minoritas-dengan-mayoritas&catid=165:pilkada-medan&Itemid=94. Larispa: Softan Tan tak bisa satukan minoritas

dengan mayoritas . Diambil Tanggal 1 Juli 2011

  • Bagaimana perencanaan dan strategi kampanye yang dijalankan oleh

  Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sumatera Utara dalam mengusung pasangan Calon Walikota Dan Calon Wakil Walikota Medan, dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti pada Pilkada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama.

  • Apa saja faktor yang membuat pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP memperoleh banyak suara, sehingga pasangan calon tersebut berhasil maju ke putaran kedua Pemilukada Kota Medan tahun 2010 melawan pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin.

I. 3. Pembatasan Masalah

  Sebuah penelitian membutuhkan ruang pembatasan masalah agar tidak melebar dan meluas, sehingga kiranya dapat memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan maksud tujuan penelitian. Maka penelitian ini mempunyai batasan masalah:

  • Difokuskan hanya pada kasus Pemilukada Kota Medan tahun 2010 putaran pertama saja.
  • Difokuskan pada inti dari penelitian ini, yaitu strategi kampanye pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP beserta Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang berkoalisi dengan Partai Damai Sejahtera sebagai tim kampanye kendaraan politik pasangan tersebut, dan faktor – faktor yang membuat dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP meraih banyak suara pada Pemilukada Kota Medan Putaran Pertama Tahun 2010.

  I. 4. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

  • Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya perencanaan dan strategi kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Medan dalam mengusung pasangan Calon Walikota Dan Calon Wakil Walikota Medan, dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran pertama.
  • Untuk mengetahui apa sajakah faktor yang membuat pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP memperoleh banyak suara sehingga pasangan Calon Walikota Dan Calon Wakil Walikota Medan, dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti pada Pilkada Kota Medan Tahun 2010 tersebut maju ke Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua dengan menyingkirkan delapan pasangan calon yang lain yang juga tidak kalah hebatnya.

  I. 5. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

  • Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis serta sebagai media bagi penulis untuk menghasilkan karya-karya ilmiah penulis berikutnya. Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan baru terutama yang berkaitan dengan objek penelitian seperti proses kampanye dan partai politik. Setelah melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat membuka hal-hal yang dapat memberikan masukan bahwa kenyataan dan teori sangatlah berbeda karena dalam penerapan di lapangan dihadapkan
dalam berbagai masalah yang sangat sulit. Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberikan pengalaman untuk mengantisipasi dan mengeliminasi berbagai masalah yang akan timbul di luar dunia akademik.

  • Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi bidang keilmuan yang sedang ditempuh, yaitu bidang Ilmu Politik. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran baru tentang kampanye partai politik.
  • Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi lembaga institusi dalam hal ini adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Medan, dalam merumuskan cara-cara kampanye yang tepat untuk memenangkan yang pemilu.

I. 6. Kerangka Teori

  I. 6. 1. Partai Politik Partai Politik menurut Inu Kencana Syafi’I adalah “sekelompok orang- orang yang memiliki ideologi yang sama, berniat merebut dan mempertahankan kekuasaan dengan tujuan untuk memperjuangkan kebenaran, dalam suatu level

4 Negara.” . Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh R. H.

  Soltau yang dikutip Miriam Budiardjo dalam Dasar-Dasar Ilmu Politik, dikemukakan bahwa,

  A Group of citizen more or less organized, who act as a political unit and who by the use of their voting power, aim to control the government and carry out their general policies (partai politik adalah sekelompok warga

  yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaan untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum

   4 mereka) . 5 Inu Kencana Sjafii. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: CV. Bandar Madju. 1994. Hal 58 Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1966. Hal 160-161 Melihat uraian di atas dapat dibatasi bahwa partai politik merupakan sekelompok warga Negara yang mempunyai kesamaan persepsi dan kepentingan di mana tujuannya untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dalam negara. Partai politik juga dapat dikatakan sebagai perantara antara pemerintahan dan masyarakat.

  I. 6. 2. Fungsi Partai Politik Selain mempertahankan kekuasaan partai politik juga mempunyai beberapa fungsi lain seperti yang dikemukakan oleh Ramlan Surbakti dalam buku

6 Memahami Ilmu Politik , yaitu:

  • Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik

  Partai politik sebagai sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup yang diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal, non-formal, dan informal maupun secara tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga dan tetangga maupun dalam kehidupan masyarakat.

  • Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik

  Partai politik sebagai rekrutmen politik adalah seleksi, pemilihan, dan pengangkatan seseorang dan sekelompok orang, untuk melaksanakan peranan pada umumnya dan pengangkatan pada khususnya.

6 Ramlan Surbakti. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo. 1994. Hal 15-16

  • Partai politik sebagai sarana partisipasi politik

  Partai politik sebagai partisipasi politik adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses dan pelaksanaan pembuatan kebijakan umum yang ikut menentukan pemimpin pemerintah.

  • Partai politik sebagai sarana pemandu kepentingan

  Partai politik sebagai pemandu kepentingan adalah kepentingan menampung, menganalisis, dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda dan bahkan bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan menjadi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

  • Partai politik sebagai sarana komunikasi politik

  Partai politik sebagai komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi mengenai politik dan pemerintahan kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.

  • Partai politik sebagai sarana pengatur konflik

  Partai politik sebagai pengatur konflik adalah dengan cara berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik. Kemudian membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.

  • Partai politik sebagai sarana kontrol politik

  Partai politik sebagai kontrol politik adalah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan, dan penyimpangan dalam suatu isi kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah.

  Fungsi partai politik sebagaimana telah disebutkan di atas pada intinya adalah sebagai penghubung antara masyarakat dan pemerintah dalam segala hal. Selain itu partai berfungsi untuk membuat kondisi yang terjadi di masyarakat dan di pemerintahan menjadi lebih baik. Partai politik dalam upaya untuk menarik simpati dari masyarakat harus melakukan kampanye.

  I. 6. 3. Kampanye 1. 6. 3. 1. Sistem Kampanye Menurut Wicipto Setiadi dalam bukunya, Peran Partai Politik Dalam

  Penyelenggaraan Pemilu Yang Aspiratif, Dalam Dirjen Perundang-Undangan Departemen Hukum Dan HAM, Jurnal Legislasi Indonesia ,

  Pemilu dapat dikatakan aspiratif dan demokratis apabila memenuhi beberapa persyaratan. Pertama, harus bersifat kompetitif, dalam artian pemilu bebas dan otonom. Kedua, pemilu diselenggarakan secara teratur dengan jarak waktu yang jelas. Ketiga, pemilu harus inklusif, artinya semua kelompok masyarakat harus memiliki peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam pemilu. Keempat, pemilih harus diberi keleluasaan untuk mempertimbangkan dan mendiskusikan alternatif pilihannya dalam suasana bebas tidak di bawah tekanan dan akses informasi yang luas.

   7 Kelima, penyelenggara Pemilu yang tidak memihak dan independen.

  Wicipto Setiadi. Peran Partai Politik Dalam Penyelenggaraan Pemilu Yang Aspiratif, Dalam Dirjen Perundang- Undangan Departemen Hukum Dan HAM, Jurnal Legislasi Indonesia Volume 5 No 1 Maret 2008 . Jakarta: Perundang- Undangan Deopartemen Hukum Dan HAM. 2008. Hal 29

  Menurut isi Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah Pasal 76 serta pasal 77,

  Mengamanatkan kampanye Pemilu 2009 akan dilaksanakan oleh pelaksana kampanye yang terdiri atas pengurus partai politik, calon anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, juru kampanye, orang-seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Pelaksanaan kampanye Pemilu 2009 juga diikuti oleh peserta kampanye dan didukung

   oleh petugas kampanye.

  Kemudian, menurut isi Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 Pasal 80 Ayat (1) dan Pasal 8,

  Pengaturan mengenai materi kampanye yang dilaksanakan oleh calon anggota DPR, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota meliputi visi, misi, dan program partai politik. Sedangkan metode yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan kampanye Pemilu 2009 meliputi pertemuan terbatas; pertemuan tatap muka; media cetak dan media massa elektronik; penyebaran bahan kampanye kepada umum; pemasangan alat peraga ditempat umum; rapat umum; dan kegiatan lain yang tidak

   melanggar larangan kampanye dan peraturan perundang-undangan.

  Lalu, pada Pasal 89 Ayat (2), Ayat (3), Pasal 91 Ayat (1) dalam Undang- Undang No. 10 Tahun 2008 dikatakan bahwa,

  Agar penyampaian pesan politik pada bagian kampanye Pemilu 2009 dapat diketahui oleh banyak orang pada tempat yang berbeda-beda, maka diperlukan upaya yang maksimal dalam rangka penyampaian pesan kampanye oleh Peserta Pemilu kepada masyarakat. Penggunaan media massa dalam bentuk pemberitaan, penyiaran, dan iklan kampanye adalah solusi efektif untuk memaksimalkan upaya penyampaian pesan politik pada tahapan kegiatan kampanye tersebut. Pesan kampanye itu sendiri 8 dapat berupa tulisan, suara, gambar, tulisan dan gambar, atau suara dan

  Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan 9 Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah, Pasal 76, Pasal 77 Ibid. Pasal 80 Ayat (1), Pasal 8 gambar, yang bersifat naratif, grafis, karakter, interaktif atau tidak

   interaktif, serta yang dapat diterima melalui perangkat penerima pesan.

  1. 6. 3. 2. Teori Kampanye Politik Kampanye politik dalam suatu pemilihan umum adalah bagian dari demokrasi, meskipun kritik yang disampaikan melalui karikatur sering memberikan kesan tidak baik, tetapi kampanye pemilu tidak dapat dianggap sebagai tidak legitim ataupun tidak bermoral. Kampanye pemilu merupakan instrumen yang sah, dimana kelompok kepentingan politik berupaya menjelaskan kebenaran tujuannya kepada masyarakat umum. Kampanye politik mendapatkan legitimasi dari arti pemilu itu sendiri, karena pemilu adalah pondasi kebebasan individu.

  Menurut Arnold Steinberg, kampanye politik adalah cara yang digunakan warga negara dalam demokrasi untuk menentukan siapa yang akan memerintah mereka, kampanye politik merupakan usaha yang terkelola, terorganisir untuk mengikhtiarkan orang dicalonkan, dipilih, dan dipilih kembali dalam suatu jabatan resmi. Setiap kampanye politik adalah suatu

   usaha hubungan masyarakat.

  Menurut Charles U. Larson, kampanye dibagi ke dalam tiga kampanye, yaitu:

  • Product oriented campaign (commercial campaingn atau corporate

  campaign ), atau kampanye yang berorientasi pada produk umum yang

  terjadi di dunia bisnis. Motivasi yang mendasarinya adalah keuntungan finansial. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan

10 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

  11 Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah, Pasal 89 Ayat (2), Ayat (3), Pasal 91 Ayat (1) Arnoled Steinberg. Kampanye Politik Dalam Praktek. PT. Intermasa. Hal 1 melipatgandakan penjualan sehingga didapatkan keuntungan yang didapatkan.

  • Candidate Oriented Campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat juga disebut sebagai political

  campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah untuk

  memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan oleh partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan melalui proses pemilihan umum.

  • Ideologically Or Cause Oriented Campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan sering kali berdimensi perubahan sosial. 1. 6. 3. 3. Teori Komunikasi Politik Menurut Arifin Rahman, “Komunikasi politik merupakan salah satu input dari sistem politik, dimana komunikasi politik ini menggambarkan proses informasi-informasi politik”. Sedangkan menurut Alfian, “Komunikasi politik yang diasumsikan yang menjadi sistem politik itu hidup dan dinamis. Komunikasi politik mempersembahkan semua kegiatan dari sistem politik, sehingga aspirasi dan kepentingan dikonversikan menjadi berbagai kebijaksanaan”.

  Menurut Redi Panuju, unsur-unsur dalam komunikasi politik umumnya terdiri dari komunikator, komunikan, pesan, media, tujuan, efek, dan sumber komunikasi. Kesemua unsur ini berada pada dua struktur politik, yakni infrastruktur politik. Dari kerangka di atas dapat diasumsikan bahwa komunikasi semata-mata sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Lebih jauh ia mengatakan bahwa enam bagian skenario berfikir, yaitu:

  • Komunikasi merupakan cara dan teknik penyerahan sejumlah tuntutan dan dukungan sebagai input dalam sistem politik, misalnya dalam rangka artikulasi kepentingan.
  • Komunikasi digunakan sebagai penghubung antara pemerintah dengan rakyat, baik dalam rangka mobilisasi sosial untuk implementasi tujuan, memperoleh dukungan, memperoleh kepatuhan, dan integrasi politik. Komunikasi juga digunakan sebagai bentuk feed back atas sejumlah output (kebijakan pemerintah).
  • Komunikasi menjalankan fungsi sosialisasi politik kepada warga negara.
  • Komunikasi menjalankan peran member ancaman (coercion) sekaligus juga memberikan batasan-batasan mengenai hal-hal yang ditabukan untuk membatasi ruang gerak aktivitas politik masyarakat.
  • Komunikasi mengkoordinasikan tata nilai politik yang diinginkan, sehingga mencapai tingkat hegemonitas yang reaktif. Hegemonitas nilai- nilai politik ini sangat menentukan stabilitas politik.
  • Komunikasi sebagai kekuatan kontrol sosial yang memelihara idealisasi sosial dan keseimbangan politik. Pendapat umum tidak dibentuk dalam isolasi, dan tidak hanya menjadi satu bagian yang terintegrasi dari proses komunikasi politik saja, akan tetapi juga dari proses-proses sosialisasi, partisipasi, dan perekrutan. Pendapat umum tersebut erat terlibat dalam setiap proses, sebab apa yang diketahui orang dan diyakini merupakan faktor penting dalam penentuan tingkah laku politik mereka.

  Pendapat umum adalah hasil dari pengaruh kontak tatap muka dan media massa, pengaruh orang tua, pendidikan, kelompok sebaya, kelompok kerja, dan waktu senggang, dan opinion leaders di satu pihak dan dari pengaruh surat kabar media cetak. Tentunya semua pengaruh ini tidak sama pentingnya, dan dalam banyak hal tergnatung pada evaluasi masing-masing individu.

  I. 6. 3. 4. Strategi Komunikasi Kampanye Beberapa pengertian kampanye diantaranya menurut pendapat W.B

  Gudykunst dan Bella Mody di dalam salah satu karya buku mereka, Handbook Of

  

International And Intercultural Communication , “a communication campaign in

an organized communication activity, directed at a particular audience, for a

  

particular period of time, to achieve a particular goal .” Sedangkan menurut

  pendapat Roger dan Storey yang dikutip oleh Antar Venus dalam bukunya,

  

Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan

  ,

  Kampanye Komunikasi

  Mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung 4 hal yakni tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, biasanya dipusatkan dalam kurun waktu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir. Di samping keempat hal tersebut kampanye juga memiliki karakter yaitu sumber yang jelas yang menjadi penggagas, perancang, penyampai, sekaligus penanggungjawab suatu produk kampanye, sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi

   bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.

  Menurut pendapat Surya Kusuma dan Yon Hotman di dalam buku mereka,

  Panduan Sukses Kampenye Pemilu 2009 ,

  Persoalan untuk mengemas pesan politik dalam kampanye pemilu menjadi urusan yang sangat penting bagi partai politik dan calon anggota legislatif yang maju bersamanya, agar makna pesan dapat diterima secara efektif oleh audiensnya. Pesan sebagai elemen kampanye diartikan sebagai pernyataan ringkas yang menyebutkan mengapa pemilih harus memilih 12 seorang kandidat tertentu. Pesan adalah salah satu aspek terpenting dalam

  W.B Gudykunst and Bella Mody. Handbook Of International And Intercultural Communication. Thousands Oaks: Sage 13 Publications. 2002. Hal 10 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.

  Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. Hal 29 setiap kampanye politik. Dalam kampanye politik modern, pesan harus disusun dengan sangat hati-hati sebelum disebarkan dan menjadi konsumsi

   media dan publik.

  Setidaknya ada dua aspek penting yang harus diperhatikan berkaitan pengaruh pesan terhadap keberhasilan kampanye, yaitu isi pesan dan struktur pesan. Isi pesan mensyaratkan materi pendukung seperti ilustrasi dan kejadian bersejarah sangat berpengaruh terhadap kekuatan pesan dalam mempengaruhi sikap orang yang menerima pesan tersebut. Isi pesan juga harus menyertakan visualisasi mengenai dampak positif atas respon tertentu yang diharapkan muncul dari khalayak sasaran. Sedangkan struktur pesan mensyaratkannya atas sisi pesan (message sideness), susunan penyajian (order of presentation), dan pernyataan kesimpulan (drawing conclusion). Sisi pesan memperlihatkan bagaimana argumentasi yang mendasari suatu pesan persuasive disajikan kepada khalayak. Bila pelaku kampanye hanya menyajikan pesan-pesan yang mendukung posisinya maka ia menggunakan pola pesan satu sisi (one shield fashion). Kelemahannya kekuatan posisi pihak lawan tidak pernah dinyatakan secara eksplisit. Susunan penyajian erat kaitannya dengan cara penyusunan klimaks, antiklimaks, dan susunan pyramidal. Pernyataan kesimpulan terkait apakah khalayak perlu disajikan kesimpulan secara eksplisit atau membiarkannya untuk menarik

   kesimpulan sendiri.

  Pengertian kampanye menurut Dan Nimmo tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Rogers dan Storey yang dikutip dari Antar Venus dalam buku Manajemen Kampanye, yaitu, “Serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak

   14 yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.” Surya Kusuma dan Yon Hotman. Panduan Sukses Kampenye Pemilu 2009. Jakarta: Pustaka Cendikia Muda. 2008. Hal 15

  25 16 Antar Venus. Op Cit. Hal 76 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.

  Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. Hal 7

  Adapun pengertian kampanye menurut Pfau dan parot, juga dikutip oleh Antar Venus, memberikan defenisi sebagai berikut.

  “A campaign is conscious, sustained and incremental process designed to

  be implemented over a specified period of time for the purpose of influencing a specified audience. ” (Kampanye adalah suatu proses yang

  dirancang secara sadar, bertahap, dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan).

  

  “A campaign is coordinated use of different method of communication

  aimed at focusting attendtion on a particular problem and it’s solution over a period of time. ” (Kampanye dapat dikatakan sebagai pemanfaatan

  berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam waktu tertentu, yang ditunjukkan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya). Kampanye pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempengaruhi khalayak. Kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dulu menentukan khalayak sasaran yang telah disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan kampanye. Hal tersebut sejalan dengan pengertian kampanye menurut Rajasundaram yang juga dikutip dari Antar Venus adalah,

   Menurut defenisi-defenisi di atas dapat dilihat bahwa kampanye adalah

  proses komunikasi yang dilakukan untuk mempengaruhi khalayak dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kampanye juga dapat dikatakan sebagai tindakan untuk membuat efek tertentu pada masyarakat. Sebuah kampanye yang baik adalah kampanye yang dilakukan dengan perencanaan yang matang. Adapun masalah tahapan perencanaan dalam sebuah kampanye menurut Gregory, dalam Venus, adalah seperti pada skema berikut ini.

  

  17 Ibid. Hal 8 18 ibi 19 Ibid. Hal 9

  Tahapan Proses Perencanaan Kampanye

  Analisis Analisis Tinjauan

  Tinjauan Strategi Pesan

  Waktu Taktik Sumber Daya Evaluasi Format penyajian rencana kampanye menurut Gregory, dalam Venus, terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut. Bagian pertama, analisis masalah. Bagian ini menyajikan keterangan seputar latar belakang program kampanye, analisis kondisi lingkungan baik yang bersifat positif maupun negatif, serta tujuan organisasi yang mengadakan kampanye. Latar belakang kampanye hendaklah bersifat narasi yang menarik karena akan mengantarkan pembaca kepada bagian selanjutnya. Pada bagian ini ditekankan juga alasan-alasan mengenai pentingnya kampanye tersebut dilaksanakan. Sedangkan analisis kondisi lingkungan dan organisasi bisa

   dibuat narasi ataupun menggunakan poin-poin.

  Bagian kedua, tujuan program kampanye. Bagian ini menyajikan tujuan program kampanye yang dituangkan secara spesifik dan terukur. Kemudian bagian ketiga, menentukan pesan kampanye. Bagian ini menyajikan keterangan seputar latar belakang program kampanye, analisis kondisi lingkungan baik yang positif maupun negatif, serta tujuan. Lalu bagian keempat, sasaran kampanye. Ada baiknya penulisan sasaran lengkap dengan penggolongan sasaran tersebut ke dalam lapisan-lapisan

   tingkat bidikan. Mulai dari lapisan utama, kedua, dan seterusnya.

  Bagian kelima, strategi dan taktik. Penulisan strategi dan taktik ini diikuti dengan performance indikator yang membuka keterangan jelas dan terukur mengenai hasil yang diharapkan dari penggunaan taktik dan strategi tersebut. Bagian keenam, alokasi waktu dan sumber daya. Sajikan alokasi waktu dan sumber daya sejelas mungkin, namun dalam bentuk rangkuman. Karena perencanaan waktu dan sumber daya biasanya panjang dan detail, maka keterangan selengkapnya diberikan pada lampiran. Dan bagian ketujuh, metode evaluasi. Bagian ini menyediakan keterangan secara garis besar mengenai metode evaluasi yang akan digunakan, serta cara-cara

   pelaksanaannya.

  Berdasarkan teori di atas diterangkan bahwa di dalam kampanye dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan apabila proses perencanaan kampanye haruslah memperhatikan sasaran, pesan yang sesuai dengan kondisi sasaran, strategi yang sesuai dan waktu yang tepat supaya kampanye yang dijalankan dapat diterima sasaran. Selain perencanaan terdapat juga beberapa hal yang sangat

  20 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. 21 Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. Hal 145 22 Ibi Ibi penting untuk penunjang keberhasilan sebuah kampanye. Menurut Mendelson,

  

  untuk suksesnya kampanye biasanya untuk:

  • Kampanye seharusnya menetapkan tujuan yang realistis sesuai situasi maslah dan sumber daya yang tersedia. Suksesnya sebgaian besar kampanye periklanan, lanjut Mendelson, umumnya dikarenakan tujuan- tujuan yang realistis.
  • Semata-mata menyampaikan pesan kampanye melui media tidak cukup.

  Karena itu pemanfaatan berbagai fungsi saluran komunikasi secara terpadu perlu dilakukan terutama saluran komunikasi antar pribadi.

  • Perencanaan kampanye harus mengetahui publik yang mereka hadapi secara memadai. Dalam hal ini khalayak sasaran tidak boleh dilakukan sebagai monolithic mass (massa yang seragam) melainkan sebagai sasaran yang beragam, baik dalam hal kebiasaan media, gaya hidup, nilai, aspek demografis, dan cirri-ciri psikologis lainnya. Menurut defenisi di atas, perencanaan kampanye harus disesuaikan dengan kondisi khalayak sasaran. Perencanaan kampanye harus berpatokan dengan tujuan kampanye sehingga pelaksanaan kampanye dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pendapat serupa dikemukakan juga oleh Rice dan Atin yang menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang secara nyata memberikan kontribusi pada keberhasilan kampanye meliputi yang pertama, peran media massa. Media massa dianggap sangat efektif dalam menciptakan kesadaran, meningkatkan pengetahuan, dan mendorong khalayak berpartisipasi dalam proses kampanye. Kedua adalah himbauan pesan. Dalam hal ini pesan harus dirancang secara spesifik (bukan bersifat umum) agar mampu menghimbau nilai-nilai individual.
  • 23 Dan yang ketiga adalah kesesuaian waktu, aksesibilitas, dan kecocokan. Agar Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.

      Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. Hal 139 menjadi efektif pesan-pesan kampanye harus disampaikan pada saat yang tepat,

       budaya yang sesuai, dan melalui media yang tersedia di lingkungan khalayak.

      Berdasarkan dua defenisi di atas dikemukakan bahwa kampanye harus terlebih dahulu menetapkan tujuan yang akan dicapai. Tahap selanjutnya adalah penyampaian pesan yang harus sampai kepada masyarakat dengan berbagai cara sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat dalam mengolah pesan.

      Dalam penyampaian pesan, isi pesan dan kondisi sasaran harus disesuaikan sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu penyampaian pesan haruslah tepat waktu sehingga pesan dapat diterima oleh masyarakat.

      Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan hipotesis karena judul penelitian terdiri dari stau variable, sehingga digunakan proposisi. Pengertian proposisi menurut Masri Singarimbun dalam bukunya yang berjudul Metode

      

    Penelitian Survey sebagai berikut. Proposisi adalah merupakan hubungan yang

       logis antara dua konsep.

      Untuk memudahkan analisis data, penulis mengajukan defenisi operasional sebagai berikut:

    • Perencanaan kampanye meliputi:
      • lingkungan dan permasalahan dalam masyarakat.

      Analisis masalah meliputi pemahaman partai terhadap kondisi

    • pelaksanaan kampanye

      Tujuan program kampanye, yaitu hasil yang ingin dicapai dari

    • bidang ekonomi, politik, sosial budaya, hukum, pertahanan
    • 24 keamanan, dan pengenalan terhadap calon anggota legislatif Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. 25 Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. Hal 138 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi.Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES Indonesia. 1989. Hal 25

        Pesan kampanye meliputi isu-isu aktual dan program partai dalam

      • Sasaran kampanye yaitu masyarakat yang didalamnya meliputi kalangan akademisi, agamawan, masyarakat bawah, masyarakat menengah, dan masyarakat tingkat atas.
      • Strategi dan taktik, yaitu menjalankan segala upaya untuk meraih massa.
      • Alokasi waktu, yaitu kesesuaian penempatan waktu dalam menjalankan aktivitas partai supaya sesuai dengan yang diinginkan seperti waktu yang tepat dalam melaksanakan kampanye.
      • Sumber daya meliputi kader, simpatisan, dan massa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
      • Evaluasi upaya memperbaiki kelemahan kampanye yang terjadi.
        • Faktor penunjang keberhasilan kampanye meliputi:

      • Peran media massa, yaitu media yang digunakan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk menjalankan kampanye.
      • Himbauan pesan adalah nilai-nilai yang disampaikan kepada khalayak.
      • Kesesuaian waktu, aksesibilitas, dan kecocokan, yaitu: o Kesesuaian materi kampanye dengan waktu kampanye. o Penerimaan masyarakat terhadap isu kampanye. o

        Kecocokan materi kampanye dengan karakteristik masyarakat.

        1. 6. 4. Marketing Politik. 1. 6. 4. 1. Teori Strategi Politik Ofensif Dalam memilih strategi, pola dasar strategi yang diperlukan harus kita kenali agar kita dapat menetapkan pilihan yang tepat. Dalam setiap pola dasar, ada sederetan strategi tunggal, dimana pilihan khusus mengenai kerangka persyaratan

        

        tergantung pada citra yang diinginkan dan tujuan-tujuan organisasi. Menurut Peter Schroder, dalam bukunya Strategi Politik (2003), dijelaskan bahwa ada beberapa strategi politik yang bisa digunakan dalam teori pemenangan partai politik, yaitu strategi ofensif dan strategi defensif. Strategi ofensif selalu dibutuhkan, misalnya apabila partai ingin meningkatkan jumlah pemilihnya atau apabila pihak eksekutif ingin mengimplementasikan sebuah proyek. Dalam kedua kasus tersebut harus ada lebih banyak orang yang memiliki pandangan positif terhadap partai atau proyek tersebut, sehingga kampanye dapat berhasil.

        Yang termasuk strategi ofensif adalah strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Pertama, strategi memperluas pasar ialah strategi dalam pemilu yang bertujuan untuk membentuk kelompok pemilih baru disamping para pemilih yang telah ada. Oleh karena itu harus ada penawaran baru atau penawaran yang lebih baik bagi para pemilih yang selama ini memilih partai pesaing. Jadi, yang dibahas di sini adalah strategi persaingan yang faktual, dimana berbagai partai bertarung untuk kelompok pemilih dalam sebuah kompetisi. Strategi semacam ini perlu disiapkan melalui sebuah kampanye pengantar, untuk menjelaskan kepada publik tentang penawaran partai-partai yang lainnya. Untuk merumuskan penawaran baru ini, adalah bijak apabila memanfaatkan perubahan nilai atau perubahan struktur yang terjadi dalam masyarakat. Perluasan pasar

         tidak mungkin dicapai dengan tema yang tidak laku dijual.

        Kedua, strategi menembus pasar adalah strategi pemilu yang menyangkut ditariknya pemilih lawan atau warga yang selama ini tidak aktif dengan memberikan penawaran lebih baik atau baru, melainkan penggalian potensi yang sudah ada lebih optimal, penggalian bagian yang dimiliki 26 dalam kelompok target dimana keberhasilan telah diraih sebelumnya. 27 Peter Schroeder. Strategi Politik. Jakarta: PT. Mitra Alembana Grafika. 2003. Hal 104 Ibid. Hal 105

        Tujuan yang dimiliki misalnya adalah diperolehnya hasil yang lebih baik dalam sebuah kelompok target. Hal ini menyangkut target pemasaran program yang dimiliki secara lebih baik dan peningkatan intensitas keselarasan antara program dan individu, seperti halnya memperbesar

         tekanan terhadap kelompok-kelompok target.

        Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang ditetapkan saat kampanye pemilu harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan partai-partai pesaing yang ingin kita ambil alih pemilihnya. Dalam strategi ofensif yang digunakan untuk mengimplementasikan politik yang harus dijual atau ditampilkan adalah perbedaan terhadap keadaan yang berlaku saat itu serta keuntungan-keuntungan yang dapat diharapkan dari padanya.

        1. 6. 4. 2. Teori Strategi Politik Defensif Strategi defensif menurut Peter Schroder akan muncul ke permukaan, misalnya apabila partai pemerintah atau koalisi pemerintahan yang terdiri atas beberapa partai ingin mempertahankan mayoritasnya atau apabila pangsa pasar ingin dipertahankan. Selain itu strategi defensif juga dapat muncul apabila sebuah pasar tidak akan dipertahankan lebih lanjut atau ingin ditutup, dan penutupan pasar ini diharapkan membawa keuntungan sebanyak mungkin.

        Dalam hal ini strategi defensif terdiri atas dua cara, yaitu strategi mempertahankan pasar dan strategi menyerahkan pasar. Pertama, strategi mempertahankan pasar ialah strategi yang khas untuk mempertahankan mayoritas pemerintah. Dalam kasus semacam ini, partai atau calon akan memelihara pemilih tetap mereka dan memperkuat pemahaman para pemilih musiman mereka sebelumnya akan situasi yang berlangsung. Terhadap partai oposisi atau calon lain yang menyerang partai pemerintah (berkuasa) akan berusaha mengaburkan perbedaan yang ada dan membuat perbedaan tersebut tidak dapat dikenali lagi. Kedua, strategi mempertahankan pasar, terdiri atas dua cara, yang pertama ialah ketika dalam keadaan tertentu terdapat sebuah partai ingin menyerah dan melebur 28 dengan partai lain. Kedua adalah ketika dalam kondisi tertentu terdapat

        Ibid. Hal 107 pemungutan suara kedua yang diikuti oleh kandidat-kandidat tertentu dalam pemilu tahap pertama, penyerahan pasar untuk sementara merupakan peristiwa yang sangat sering terjadi. Namun, dalam kondisi seperti ini mereka harus mempertegas ketidak ikutsertaan mereka dengan memberikan alasan yang mendasar dan mengusulkan pilihan lain. Dalam usulan ini terletak suatu tugas yang dapat dimanfaatkan secara strategis. Tentu saja kondisi-kondisi suatu alasan pemilu dapat diperdebatkan dengan para kandidat lainnya. Hal ini dapat mencakup masalah persetujuan politik hingga pembagian kekuasaan, dan disertai dengan

         sebuah kampanye informasi bagi multiplikator.

      I. 7. Metodologi Penelitian

        I. 7. 1. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dekstiptif.

        Metode penelitian dekstiptif adalah deskripsi bertujuan menggambarkan keadaan atau status fenomena dalam hal ini peneliti hanya ingin memahami hal-hal keadaan sesuatu.

        Metode penelitian dekstiptif diambil sebagai metode penelitian dalam pelaksanaan usulan penelitian ini, karena metode penelitian ini memberikan gambaran tentang persoalan-persoalan yang terjadi di tempat penelitian yaitu di kantor Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, metode penelitian dekstiptif ini ditujukan untuk menganalisa masalah-masalah dan mendeskripsikannya dalam bentuk tulisan.

        I. 7. 2. Teknik Pengumpulan Data Cara untuk memperoleh data yang akurat diperlukan ketelitian dan narasumber yang tepat supaya data-data tersebut sesuai dengan yang diinginkan. 29 Data-data tersebut dapat berupa yang sudah jadi maupun data mentah yang harus

        Ibid. Hal 108 diolah kembali. Banyak cara untuk memperoleh data di lapangan, diantaranya dengan cara wawancara serta studi pustaka.

Dokumen yang terkait

Strategi Kampanye PDI Perjuangan dalam Pemilukada Kota Medan pada Putaran Pertama Tahun 2010 (Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP)

3 42 118

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Efektivitas Jalan Satu Arah Di Kota Surakarta Tahun 2009

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah - SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI BATIK NUSANTARA (Metode Forward Chaining)

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI PerjuanganKabupatenLangkat)

0 0 43

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah - Preferensi Politik Buruh Tebu dalam Pemilukada 2010 Kota Binjai (Studi Kasus Perilaku Buruh Tebu PTPN 2 Kebun Sei Semayang dalam Pemilihan Walikota Binjai Tahun 2010)

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah - Perbedaan Komitmen Organisasi ditinjau dari Budaya Organisasi pada Karyawan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Simaninggir dalam Ingatan Sejarah (1954-2002)

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah - Konflik Dan Kekuasaan Suatu Studi Perjuangan Politik Datuk Badiuzzaman Surbakti Dalam Perang Sunggal (1872-1895)

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Startegi Partai Aceh Terhadap Pemenangan Pasangan dr. Zaini Abdullah – Muzakkir Manaf Pada Pemilukada Aceh 2012

0 0 23

BAB II PROFIL PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN II. 1. Sejarah Dan Visi Misi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan - Strategi Kampanye PDI Perjuangan dalam Pemilukada Kota Medan pada Putaran Pertama Tahun 2010 (Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan

0 0 45