BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI PerjuanganKabupatenLangkat)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem politik

  demokrasi.Demokrasi pada hakikatnya merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh

  1

  rakyat dan untuk rakyat. Dengan kata lain bahwa dalam negara demokrasi kedaulatan berada di tangan rakyat. Itu artinya bahwa rakyat mempunyai peran dan andil yang besar dalam menentukan keputusan-keputusan bagi negaranya. Hal proses pengambilan keputusan (decision making process).

  Menurut David Beetham dan Kevin Boyle (1998), keunggulan demokrasi mengandung konsep kesetaraan sebagai warga negara, lebih memungkinkan memenuhi kebutuhan kebutuhan rakyat biasa, mengakui perbedaan kelompok dan penyelesaian masalah dengan kompromi, menjamin hak-hak dasar warga negara,

  2

  dan pembaharuan kehidupan sosial. Rosseau juga menyebutkan dalam demokrasi

  3 terkandung dua unsur, yaitu equal (persamaan) dan freedom (kebebasan).

  Demokrasi ditandai dengan oleh adanya tiga prasyarat : (1) kompetisi didalam memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan, (2) partisipasi 1 masyarakat, dan (3) adanya jaminan hak-hak sipil dan politik. Dalam hal ini Ahmad Suhelmi. 2001. Pemikiran Politik Barat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Pustaka Utama. 2 hal 290

Kacung Marijan.2010.Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca-Ode Baru, Jakarta 3 :Prenada Media Group. hal 59 Ng.Philipus.2004.Sosiologi dan Politik.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.hal 116 sistem pemilu (electoral system) merupakan salah satu instrumen kelembagaan penting di dalam negara demokrasi untuk mewujudkan tiga prasyarat demikian.Melalui sistem ini, kompetisi, partisipasi, dan jaminan hak-hak politik

  4 bisa dilihat.

  Pemilihan umum (general election) diakui secara global, sebagai sebuah arena untuk membentuk demokrasi perwakilan serta menggelar pergantian pemerintahan secara berkala.Maka menurut teori demokrasi minimalis, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Joseph Schumpeter bahwa pemilihan umum merupakan sebuah arena yang mewadahi kompetisi (kontestasi) antara menentukan pilihan serta liberalisasi hak-hak sipil dan politik warga negara.Dalam hubungan ini, partai politik merupakan aktor utama yang berkompetisi untuk memperoleh dukungan massa dan meraih kekuasaaan

  5 eksekutif dan legislatif.

  Setidaknya hingga saat ini Indonesia telah sebelas kali menggelar pemilu, yaitu sejak pemilu 1955-2014.Terdapat begitu banyak dinamika jumlah peserta pemilu demikian juga pada sistem pemilu yang diterapkan.Sejak pemilu 1955 Indonesia menganut sistem proporsional di dalam pemilu.Dimana dalam sistem ini, alokasi jumlah kursi di lembaga perwakilan didasarkan pada perolehan suara masing-masing peserta pemilu secara proporsional.Alokasi dan distribusi kursi 4 didasarkan pada jumlah penduduk.Seiring berjalannya waktu, sistem proporsional 5 Kacung Marijan. Op. Cit., hal 83

  P. Anthonius Sitepu, Teori-Teori Politik, Yogyakarta : Graha Ilmu.2012. hal 138 yang digunakan di dalam pemilu pun mengalami modifikasi. Adapun sistem pemilu yang pernah diterapkan indonesia pada pemilu legislatifnya yaitu pada pemilu pertama tahun 1955 indonesia menggunakan sistem proporsional tidak murni, pemilu tahun 1971 sistem perwakilan berimbang dengan telsel daftar, pada pemilu ketiga tahun 1977 s/d pemilu 1997 sistem proporsional, tahun 1999 indonesia menggunakan sistem proporsional berdasarkan stelsel daftar dan pada

  6

  pemilu tahun 2004 menggunakan sistem perwakilan proporsional. Dan terakhir sejak pemilu 2009 hingga pemilu 2014 menerapkan sistem pemilu proporsional terbuka. legislatif yang dilaksanakan pada 9 April 2014 menjadi pertarungan yang sengit baik itu secara internal partai maupun antar partai bagi para calon anggota legislatif yang telah masukdalam DCT di KPU. Hal ini disebabkan karena sejak awal caleg sudah mengetahui mekanisme suara terbanyak sesuai dengan keputusan MK yang merevisi UU no.10 tahun 2008 menjadi UU No.8 tahun 2012 tentang pemilu legislatif, yang sejak awal memutuskan sistem suara terbanyak.

  Berbeda dengan situasi pada pemilu legislatif tahun 2009 yang telah berlalu sebelumnya, dimana MK memutuskan sistem suara terbanyak (open-list

  proportional system ) hanya beberapa bulan sebelum pileg dimulai. Kali ini

  sosialisasi lebih awal dan yang lebih luas memberikan efek suara caleg lebih besar 6 meningkatkan elektabilitas partainya dibanding pemilu sebelumnya.

A. Rahman. 2007. Sistem Politik Indonesia.Yogyakarta : Graha Ilmu. hal 153

  Pada pemilu legislatif tahun 2014 lalu, pelaksanaan pemilu diatur dalam UU No 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD.

  Pada undang undang tersebut dijelaskan pada pasal 5 dan pasal 215 tentang sistem pemilu yang berbunyi :

  Pasal 5 ayat (1) pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem proporsional terbuka. Pasal 215 tentang penetapan calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD Kabupaten/kota dari partai politik perserta pemilu didasarkan pada perolehan kursi partai politik peserta pemilu di suatu daerah pemilihan dengan

  7

  (a) Calon terpilih anggota DPR, DPRD provinsi dan DPRD Kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan calon yang memperoleh suara terbanyak.

  (b) Dalam hal dua calon atau lebih yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud huruf a dengan perolehan suara yang sama, penentuan calon terpilih ditentukan berdasarkan persebaran perolehan suara calon pada daerah pemilihan dengan mempertimbangkan keterwakilan perempuan.

  (c) Dalam hal calon yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, jumlahnya kurang dari jumlah kursi yang diperoleh partai politik peserta pemilu, kursi yang belum terbagi diberikan kepada calon berdasarkan perolehan suara terbanyak berikutnya.

7 UU No 8 tahun 2012 tentang Pemilu DPR,DPD dan DPRD

  Dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat harus diikutsertakan dalam proses politik, maka rakyat berhak ikut serta menetukan seseorang yang akan menjadi pemimpin mereka, dan untuk menentukan isi kebijakan publik yang mempengaruhi kehidupan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Rosseau.Sebagaimana yang dikatakan Rosseau bahwa kedaulatan rakyat dilaksanakan melalui volunte generale (kehendak umum) dimana pengambilan keputusan dilakukan melalui sistem suara terbanyak.Dalam perkembangan demokrasi modern, prinsip suara terbanyak atau suara mayoritas menjadi prosedur kunci yang menjadi ciri tidak terhindarkan dari sebuah tatanan politik yang

  8 dalam pengambilan keputusan.

  Sistem proporsional terbuka memberikan keleluasaan bagi pemilih untuk memilih nama calon legislatif yang akan mereka pilih. Karena selain disodori gambar partai, dalam sistem proporsional terbuka pemilih juga disodori daftar nama-nama calon legislatif.Hal ini berbeda dengan sistem pemilu proporsional tertutup.Dalam sistem tertutup pemilih hanya disodori gambar partai sedangkan nama-nama anggota legislatif yang akan duduk di parlemen akan ditentukan oleh partai politik itu sendiri sesuai dengan prosentase kursi yang diperoleh. Hal ini senada pada pemilu tahun 2004 dan pemilu-pemilu yang berlangsung sebelumnya.Artinya pada pemilu tersebut rakyat sudah dibatasi untuk memilih 8 wakil mereka.

  Kairul Fahni .2012. Pemilihan Umum dan Kedaulatan Rakyat.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. hal 201

  Dengan sistem pemilu proporsional terbuka yang ditandai dengan rakyat memiliki kebebasan menentukan siapa yang layak untuk menjadi wakil mereka di palemen, maka bagi mereka kandidat calon yang memperoleh suara terbanyak dari konstituen/para pemilih sudah pasti memperoleh bagian dari alokasi kursi untuk mewakili rakyat.Tidak peduli pada urutan berapa mereka dalam daftar urutan calon legislatif di setiap partai. Setiap kandidat dalam setiap nomor urut baik “nomor urut jadi’’ maupun “nomor urut sepatu” memiliki peluang yang sama untuk memenangkan kompetisi pemilu, tanpa menunggu giliran. Maka dengan sistem ini partai politik terutama kandidat calon legislatif akan semakin tergugah suara terbanyak. Termasuk juga memasukkan caleg-caleg yang memiliki popularitas tinggi meskipun tidak memiliki basik yang kuat dalam politik maupun integritas di dalam partai politik.

  Di satu sisi dalam menggunakan sistem proporsional terbuka menurut Nico Harjanto seorang pengamat dan peneliti, terjadi kompetisi antara caleg dalam

  9

  internal partai politik, sehingga ada kemungkinan terjadi konflik. Kemudian juga ada kemungkinan bahwa sistem ini memungkinkan kader-kader berkualitas dan loyal, justru terpental oleh kader-kader yang memiliki popularitas yang instant dan memiliki banyak dana dalam melakukan pendekatan kepada rakyat pemilih.

  Sistem ini juga berpotensi memperkuat praktek politik berbiaya tinggidan

9 Kacung Marijan. Op. Cit., hal 95

  mendorong caleg untuk berkompetisi dengan cara mengandalkan publikasi dibandingkan kerja politik berbasis kerja nyata.

  Hal senada juga diungkapkan oleh pengamat Kris Nugroho.Dia memaparkan tiga dampak dari sistem pemilu proporsional terbuka.Pertama, makin kuatnya calon membentuk jaringan elektoral pribadi yang memungkinkan mereka menang atau bertahan dalam kompetisi elektoral.Maka calon semakin pragmatis.Yang kedua, adalah calon makin jauh dari institusi partai.Dan yang terakhir terjadi degradasi kelembagaan dan kepanduan atau kesisteman partai karena karena ketika kampanye calon bekerja sebagai individu yang lepas dari makin tereduksi ke dalam instrumentalisasi jaringan politik pribadi aktor politisi

  10 partai.

  Selain itu, pemilu dengan sistem proporsional terbuka juga akan mengakibatkan menguatnya ideologi pasar disertai dengan melemahnya ideologi partai politik. Melemahnya ideologi partai ini akan memunculkan suatu perjuangan individualisme partai. Hal ini terlihat dari semakin membesarnya dana kampanye dari setiap calon legislatif. Sejak diberlakukannya sistem ini biaya kampanye caleg rata-rata meningkat hingga tiga setengah kali lipat, yaitu berkisar dari 200 juta sampai 6 miliar rupiah. Hal ini juga mengakibatkan tergesernya para aktivis partai oleh pengusaha-pengusaha yang memiliki dana yang lebih besar. 10 Hal lainyang juga muncul adalah menjadikan partai politik hanya sebagai

  http://m.beritasatu.com/politik/207220-kelemahan-sistem-pemilu-proporsional-terbuka-versi- ahli-pkb.html. Diakses pada tanggal 8 April 2015. Pukul 14.00 WIB kemasan para caleg. Maka faktor pencitraan dan popularitas dari setiap caleg akan sangat menonjol pada sistem ini. Hal tersebut dapat dilihat dari maraknya para artis yang maju sebagai calon legislatif serta meningkatnya pemberitaan atau

  11 pencitran seorang tokoh di berbagai media massa.

  Padahal kampanye sejatinya juga merupakan salah satu arena pendidikan masyarakat.Pemilu menjadi sarana dan wahana dalam penyampaian pesan-pesan politik baik oleh partai maupun kandidat yang mencalonkan diri.Melalui kampanye menjadi sarana pemberdayaan masyarakat melalui mekanisme yang mendidik dan membangun dalam konteks rekayasa dan penguatan partisispasi yang dikemukakan US Forest Service dengan paradigma Triple E, yaitu kampanye merupakan kegiatan partai politik yang mengandung tiga unsur utama ,

  12 yaitu: Education, engineering, dan enforcement.

  Partai politik memiliki fungsi sosialisasi politik, suatu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai politik, sikap-sikap dan etika politik kepada masyarakat. Termasuk hal ini didalam kampanye pemilu.Partai politik berperan mensosialisakan ideologi dan progran partai, meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hak dan tanggungjawab rakyat dalam pemilu, bagaiamana pengaruh suara rakyat dalam pemilu, termasuk mempengaruhi perilaku pemilih 11 mengapa harus memilih partai politik atau kandidat tertentu pada saat http//wahyufisipuns.blogspot.com/2014/02-sistem-pemilu-proporsional-terbuka.html?m=1. 12 Diakses pada tanggal 8 April 2015. Pukul 14.30 WIB

Khoirul.Anwar. 2006. Perilaku Partai Politik : Studi Perilaku Partai Politik Dalam Kampanye

  dan Kecenderungan Pemilih Pada Pemilu 2004 . Malang : UMM Press. hal 41 pemilu.Sehingga kita bisa melihat apakah masyarakat atau para pemilih benar- benar memilih parpol tertentu berdasarkan manifesto partai atau sekedar keterkaitan emosional belaka.Pengetahuan masyarakat akan ideologi partai menjadi penting, karena ideologi partai menjadi cita-cita suatu partai yang untuk diwujudkan dalam berbagai kebijakan yang akan mereka buat dan berdampak dalam kehidupan masyarakat luas.

  Pada pemilu legislatif 2014 setidaknya terdapat dua belas partai politik nasional yang terdaftar di kpu sebagai partai politik Peserta Pemilu dan tiga partai politik lokal Aceh, Partai politik Peserta Pemilu tersebut adalah 1. Partai Nasdem, Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), 5. Partai Golkar , 6. Partai Gerindra, 7.

  Partai Demokrat, 8. Partai Amanat Nasional (PAN), 9. Partai Persatuan Pembangunan, 10 Partai Hanura, 11. Partai Damai Aceh (PDA), 12. Partai Nasional Aceh (PNA), 13. Partai Aceh, 14. Partai Bulan Bintang (PBB), 15 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).

  PDIP merupakan partai pemenang pemilu legislatif 2014, hal tersebut ditandai dengan jumlah perolehan kursi DPR RI terbanyak berhasil diduduki politisi asal partai PDIP.Berikut daftar hasil perolehan Kursi DPR RI masing- masing partai politik.

Tabel 1.1 Hasil Perolehan Kursi DPR RI Oleh Partai Politik. No. Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah suara

  1 PDIP 109 23.681.471

  2 Golkar 91 18.432.312

  2 Demokrat 8 76.037

  50 -

  11 PKB 2 23.613 Jumlah -

  10 PAN 2 29.563

  9 PKS 3 23.030

  8 PPP 3 24.934

  7 PBB 3 26.144

  6 Hanura 3 39.061

  5 Nasdem 4 38.891

  4 Gerindra 5 52.932

  3 PDIP 6 54.290

  1 Golkar 11 101.936

  3 Gerindara 73 14.760.371

Tabel 1.2 Perolehan kursi Partai PDIP di DPRD Kabupaten Langkat. No Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara

  Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa partai pemenang pemilu legislatif tahun 2014 adalah partai PDI Perjuangan, berada posisi teratas dengan perolehan suara 23.681.471 suara. PDI Perjuangan berhasil memperoleh 109 kursi DPR RI, sedangkan diposisi terakhir adalah partai Hanura dengan perolehan suara 6.579.498 suara serta 16 kursi dati total 560 kursi DPR RI.

  Sumber: KPU Kabupaten Langkat

  10 Hanura 16 6.579.498 Jumlah - 560 -

  9 Nasdem 35 8.402.812

  8 PPP 39 8.157.488

  7 PKS 40 8.480.204

  6 PKB 47 11.298.957

  5 PAN 49 9.481.521

  4 Demokrat 61 12.728.913

  Sumber : KPU Kabupaten Langkat

  Di wilayah Kabupaten Langkat, partai PDI Perjuangan hanya berhasil menempati posisi ketiga partai pemenang pemilu dengan perolehan suara sebanyak 52.932 suara.PDI Perjuangan hanya berhasil merebut 6 kursi DPRD Kabupaten langkat dari total 50 kursi. Diposisi terakhir diduduki oleh partai PKB dengan perolehan 23.613 suara dan 2 kursi DPRD Kabupaten Langkat

  Kendati partai PDIP merupakan partai pemenang pemilu pada pemilu legislatif 2014, namun di Kabupaten Langkat partai PDIP menduduki posisi ketiga partai pemenang pemilu legislatif.Partai PDIP berhasil menempatkan 6 kandidatnya untuk duduk di kursi DPRD Kabupaten Langkat periode 2014-2019. kerakyatan.Partai ini juga dikenal dengan partai Wong cilik. Fondasi partai politik diperkokoh dengan AD ART yang menekankan jati diri partai secara lebih terbuka untuk semua warga negara indonesia tanpa membedakan suku, keturunan, agama, kedudukan sosial, dan gender. Partai PDIP telah berketetapan menjadikan dirinya sebagai sebuah partai modern dengan tetap berpegang teguh pada prinsip berdaulat dibidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribdian dalam bidang kebudayaan. Disebutkan pula tujuan umum partai adalah memajukan kesejahteaan umun dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mendorong perdamaian dunia sama dengan pembukaan UUD 1945. Sementara itu tujuan khususnya adalah memenangkan pemilu agar PDIP memiliki sarana untuk

  13 mencapai tujuan umumnya.

  Penelitian ini berfokus pada sosialisasi kampanye yang dilakukan oleh partai politik maupun para kandidat caleg untuk memperoleh suara terbanyak dalam pemilu yang menerapkan sistem pemilu proporsional terbuka, serta bagaimana pengaruhnya terhadap idologi partai poitik.Apakah dengan terbukanya dan luasnya melakukan kampanye untuk merebut suara rakyat partai politik maupun kandidat caleg dari partai politik masih loyal maupun konsisten untuk mensosialisasikan idologi partai dalam kampanye.Khususnya pada kampanye legislatif 2014.

  Sistem pemilu proporsional terbuka ditandai dengan terbukanya kesempatan bagi setiap kandidat partai politik di setiap tingkatan nomor urut untuk dipilih guna memperoleh alokasi kursi dewan perwakilan. Alokasi kursi didasarkan pada perolehan suara terbanyak memacu partai politik maupun kandidat partai untuk berkompetisi merebut suara rakyat sebanyak banyaknya melalui kampanye.Namun yang menjadi persolan bagaimana konsistensi partai terhadap ideologi partai dalam usaha memperoleh suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu legislatif tahun 2014.Ideologi partai menjadi sangat penting karena ideologi partai menjadi asas, prinsip begitu pula kerangka kerja dalam membentuk 13 suatu kebijakan nantinya.Sehingga penulis mengambil judul Pengaruh Sistem

  

Bambang Setiawan, dkk. 2004. Partai-Partai Politik Indonesia : Ideologi dan Program. Jakarta :

PT Kompas Media Nusantara. hal 361

  Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye. Penelitian ini akan dilaksanakan pada DPC partai PDIP Kabupaten Langkat.

B. Rumusan Masalah

  Sistem pemilu proporsional terbuka ditandai dengan rakyat memiliki kebebasan menentukan siapa yang layak untuk menjadi wakil mereka di palemen, maka bagi mereka kandidat calon yang memperoleh suara terbanyak dari konstituen/para pemilih sudah pasti memperoleh bagian dari alokasi kursi untuk calon legislatif di setiap partai. Setiap kandidat dalam setiap nomor urut baik “nomor urut jadi” maupun “nomor urut sepatu” memiliki peluang yang sama untuk memenangkan kompetisi pemilu, tanpa menunggu giliran.

  Alokasi kursi didasarkan pada perolehan suara terbanyak memacu partai politik maupun kandidat partai untuk berkompetisi merebut suara rakyat sebanyak banyaknya melalui kampanye.Lalu bagaimana pengaruhnya terhadap ideologi partai?Yang menjadi persoalan adalah bagaimana konsistensi partai (PDIP) terhadap ideologi partai dalam usaha memperoleh suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu legislatif tahun 2014.Ideologi partai menjadi sangat penting karena ideologi partai menjadi asas, prinsip begitu pula kerangka kerja dalam membentuk suatu kebijakan nantinya. Sehingga yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh sistem pemilu proporsional terbuka terhadap sosialisasi ideologi partai PDIP dalam kampanye pemilu.

  C. Pembatasan Masalah

  Adapun yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian berdasarkan rumusan masalah ialah :

  1. Kampanye Pemilu Partai PDIP menjelang Pemilu Legislatif tahun 2014 di Kabupaten Langkat.

  2. Menganalisa bagaimana metode/strategi yang dilakukan partai politik rakyat sebanyak-banyaknya sehingga dapat dianalisis pengaruhnya terhadap ideologi partai.

  D. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sistem pemilu proporsional terbuka terhadap sosialisasi ideologi partai dalam kampanye pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Langkat.

2. Untuk mengetahui strategi kampanye pemilu yang dilakukan partai politik

  PDIP untuk mmemperoleh suara rakyat sebanyak-banyaknya pada legislatif tahun 2014 di Kabupaten Langkat.

3. Untuk mengetahui loyalitas para kandidat peserta pemilu Partai PDIP terhadap Ideologi partai.

  E. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pembaca mengenai pelaksanaan pemilu, khususnya penerapan sistem pemilu proporsional terbuka serta metode kampanye yang dilakukan partai politik. terhadap ilmu pengetahuan dan menjadi referensi bagi Departemen Ilmu Politik khususnya dalam kajian pengaruh sistem pemilu proporsional terbuka terhadap sosialisasi ideologi partai dalam kampanye.

  3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pendidikan politik bagi masyarakat, khususnya pengetahuan masyarakat tentang ideologi partai politik dan peran serta masyarakat dalam pemilu.

  F. Kerangka Teori F.1 Pemilihan Umum

  Dalam negara demokrasi modern atau demokrasi tidak langsung, yang menjalankan kedaulatan itu adalah wakil-wakil rakyat yang ditentukan sendiri oleh rakyat.Untuk menentukan siapakah yang berwenang mewakili rakyat, dilaksanakanlah pemilihan umum. Pemilihan umum adalah suatu cara memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat, serta salah satu pelayanan hak-hak asasi warga negara dalam bidang politik. Untuk itu, sudah menjadi keharusan bagi pemerintahan demokrasi untuk melaksanakan pemilihan umum dalam waktu-waktu yang telah ditentukan. Secara universal pemilihan umum adalah lembaga sekaligus praktik politik yang memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan(representative goverment).Pemilu adalah sarana demokrasi yang dari padanya ditentukan siapa yang berhak

  14 Indria Samego menyebut pemilihan umum sebagai “political market’’,

  artinya pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu/masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian masyarakat) antara peserta pemilihan umum (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, iklan politik melalui media massa cetak, audio (radio), maupun audio visual (televisi), serta media lainnya seperti spanduk, pamflet, selebaran, bahkan komunikasi antar pribadi yang berbentuk face to face (tatap muka) atau lobby yang berisi janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih sehingga pada saat pencoblosan dapat menentukan pillihannya terhadap salah satu

14 Hendarmin Ranadireksa.2007.Arsitektur Konstitusi Demokratik.Bandung : Fokusmedia. Hal 173

  partai politik yangmenjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam

  15 badan legislative maupun eksekutif.

  Menurut Manuel Kaisiepo pemilihan umum memang telah menjadi tradisi penting hampir-hampir disakralkan dalam berbagai sistem politik di dunia.Lebih lanjut dikatakannyapemilihan umum penting karena berfungsi memberi legitimasi atas kekuasaan yang ada dan bagi rezim baru, dukungan dan legitimasi inilah

  16 yang dicari.

  Sehingga berdasarkan uraian diatas pemilu merupakan sarana kedaulatan rakyat yang memiliki berbagai tujuan.Adapun Tujuan Penyelengaraan pemilu

  17 1.

  Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan secara tertib dan damai.

2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili rakyat di lembaga perwakilan.

  3. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat di lembaga perwakilan 4.

  Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara. Asas pemilu

  Adapun pemilu memiliki asas yaitu Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil.Asas pemilu tersebut juga tertuang didalam UU No.23 tahun 2003,

  18 15 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Asas-asas itu meliputi : 16 A. Rahman. Op.Cit., hal 148

Bintan R Saragih. 1987. Lembaga Perwakilan Dan Pemilihan Umum Di Indonesia. Jakarta:

17 Gaya Media Pratama. hal 167

Jimly Asshiddiqie. 2006. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II. Jakarta: Sekretariat

Jendral Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. hal 175

  1. Langsung: Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara.

  2. Umum: Artinya semua warga negara yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih dengan tanpa ada diskriminasi.

  3. Bebas: Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa ada pengaruh, tekanan, atau paksaan dari siapa pun/dengan apa pun.

  4. Rahasia: Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan dipilihnya atau kepada siapa suaranya diberikan.

  5. Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggara Jujur: pelaksana,pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, haru bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  6. Adil: Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

18 UU nomor 23 tahun 2003 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Pesiden

  F.1.2 Sistem Pemilu

  Sistem pemilihan umum dapatlah dirumuskan sebagai sebuah instrumen untuk menerjemahkan perolehan suara di dalam pemilihan umum (pemilu) ke dalam kursi-kursi yang dimenangkan oleh partai atau calon. Ben Reilly sebagaimana dikutip joko J. Prihatmoko mengataan, pada intinya sistem pemilihan umum dirancang untuk memenuhi tiga hal, dimana ketiga hal tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama lain. Ketiga hal yang

  19

  dimaksud adalah: 1.

  Menerjemahkan jumlah suara yang diperoleh dalam pemilihan umum 2.

  Sistem pemilihan umum bertindak sebagai wahana penghubung yang memungkinkan rakyat dapat menagih tanggung jawab atau janji wakil- wakil yang telah mereka pilih 3. Memberikan insentif kepada mereka yang memeperebutkan kekuasaan untuk menyusun imbauan kepada para pemilih dengan cara-cara yang berbeda. Jimly Asshiddiqie mengelompokkan sistem pemilu menjadi dua macam, yaitu : (1) sistem pemilu mekanis dan (2) sistem pemilihan organis. Dari kedua sistem tersebut, sistem mekanis merupakan sistem yang lebih umum dan selalu 19 menghiasi perdebatan seputar sistem pemilihan umum yang diterapkan negra-

  

Joko J Prihatmoko. 2003. Pemilu 2004 dan Konsolidasi Demokrasi. Semarang: LP2I Press. hal 24. negara di dunia.Secara umum ragam sistem pemilihan umum (mekanis) berkisar hanya pada dua prinsip pokok saja. Sebagaimana yang dipaparkam Miriam Budiardjo dalam Ilmu Politik dikenal bermacam-macam system pemilihan umum dengan berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu : a.

  Single-Member Constituncy (satu daerah pemilihan memilih satu wakil; biasanya disebut system distrik) b.

  Multy-Member Constituncy (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil; biasanya dinamakan Sistem Perwakilan Berimbang atau sistem

  20

  a) Sistem Distrik Kriteria utama dari sistem distrik ini adalah wilayah negara dibagi-bagi dalam distrik-distrik pemilihan atau daerah pemilihan yang jumlahnya sama dengan jumlah kursi yang diperebutkan. Ciri pokok dari sistem pemilihan distrik ini adalah yang menjadi fokus pemilihan bukanlah organisasi politik, melainkan individu yang mewakili atau yang dicalonkan oleh partai politik dari suatu distrik.Orang yang dicalonkan biasanya warga distrik tersebut yang sudah dikenal baik oleh warga distrik yang bersangkutan.Jadi, hubungan antara si pemilih dengan si calon cukup dekat.

  Sistem ini diselenggarakan berdasarkan lokasi daerah pemilihan, dalam 20 arti tidak membedakan jumlah penduduk, tetapi tempat yang sudah

  Miriam Budiardjo.2008.Dasar-Dasar Ilmu Politik.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. hal 461 ditentukan.Jadi daerah yang sedikit penduduknya memiliki wakil yang sama dengan daerah yang padat penduduknya.

  21 System distrik ini mempunyai kelemahan yaitu : 1.

  Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai kecil dan golongan minoritas, apalagi jika golongan ini terpencar dalam beberapa distrik.

  2. Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa calon yang kalah dalam suatu distrikkehilangan suara-suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada sejumlah suara yang tidak diperhitungkan sama sekali. kelebihan : 1.

  Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk distrik, sehingga hubungannya dengan penduduk distrik lebih erat. Dengan demikian dia akan terdorong untuk memperjuangkan kepentingan distrik.

  2. Sistem inilebih mendorong proses integrasi partai-partai politik karena kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu.

  3. Berkurangnya partai dan meningkatnya kerjasama antara partai-partai mempermudah terbentuknya pemerintah yang stabil dan mempertingkat stabilitas nasional.

  4. Sistem ini sederhana dan mudah diselenggarakan.

  22 21 Inu Kencana Syafiie.2009.Sistem Politik Indonesia.Bandung : PT Refika Aditama. hal 98 b). Sistem Perwakilan Berimbang (Sistem Proporsional) Dalam sistem ini setiap suara yang diperoleh oleh suatu partai atau golongan dalam suatu daerah pemilihan dapat ditambahkan pada jumlah suara yang diterima oleh partai atau golongan itu dalam daerah pemilihan lain, untuk menggenapkan jumalah suara yang diperlukan guna memperoleh kursi tambahan.

  Kelebihan sistem proporsional: 1.

  Sistem Proporsional dianggap lebih representatif. Karena jumlah kursi partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah masyarakat yang diperoleh dalam pemilihan umum. diperhitungkan dan praktis tidak ada suara yang hilang. Golongan- golongan kecil pun dapat menempatkan wakilnya dalam badan perwakilan rakyat. Sistem ini memiliki kekurangan yaitu :

  1. Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-partai baru. System ini tidak menjurus pada proses integrasi bermacam-macam golongan dalam masyarakat, mereka lebih cenderung untuk mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada dan kurang terdorong untuk mencari dan memanfaatkan persamaan- persamaan. System ini dianggap mempunyai 22 akibat memperbanyak jumlah partai.

  Miriam budiardjo. Op. Cit.., hal 466-467

  2. Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan kurang merasakan loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa partai lebih menonjol peranannya daripada kepribadian seseorang.

  3. Banyaknya partai mempersulit terbentuknya pemerintahan yang stabil, oleh karena umumnya harus mendasarkan diri atas koalisi dari dua partai atau lebih.

  F.2 Partai Politik F.2.1 Definisi Partai Politik

  Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang-orang mempunyai pikiran serupa sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan.Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan.

  Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita- cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional untuk melaksanakan

  23

  programnya. Beberapa ahli mendefinisikan partai politik sebagai berikut :

23 Ibid.,hal 403

  a.

  Menurut Carl J.Friedrich Partai Politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materil.

  b.

  Menurut Sigmund Neumann Partai Politik adalah organisasi dari aktivis- aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan suatu golongan atau golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. yang mengikuti pemilihan umum dan, melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan-jabatan publik.

  F.2.2 Fungsi Partai Politik

  Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu.

  Cara yang digunakan oleh suatu partai politik dalam sistem politik demokrasi untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan ialah ikut serta dalam pemilihan umum, sedangkan cara yang digunakan partai tunggal dalam sistem politik totaliter berupa paksaan fisik dan psikologik oleh suatu diktatorial kelompok (komunis) maupun oleh diktatorial individu (fasis).

  Ketika melakukan fungsi itu, partai politik dalam sistem politik demokrasi melakukan tiga kegiatan.Kegiatan itu meliputi seleksi calon-calon, kampanye dan melaksanakan fungsi pemerintahan (legislative dan/atau eksekutif). Berikutmerupakan penjabaran fungsi partai politik dalam sistem politik demokrasi

  24

  , diantaranya ialah: a.

  Sebagai Sarana Sosialisasi Politik Dalam ilmu politik yang dimaksud dengan sosialisasi politik ialah suatu proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat, misalnya mengenai nasionalisme, kelas sosial, suku bangsa, ideologi, hak dan kewajiban. Proses ini berlangsung seumur hidup yang diperoleh baik secara sengaja melalui pendidikan formal, non formal, dan informal maupun secara tidak sengaja melaui kontak dan pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga, tetangga maupun dalam kehidupan masyarakat.

  Dimensi lain dari fungsi sosialisasi politik partai adalah upaya menciptakan citra (image) bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum. Ini penting juka dikaitkan dengan tujuan partai untuk menguasai pemerintahan 24 melalui kemenangan dalam pemilihan umum.Karena itu partai harus memperoleh

  Ibid.,hal 405 dukungan seluas mungkin, dan partai berkepentingan agar para pendukungnya mempunyai solidaritas yang kuat dengan partainya.

  Dari segi metode penyampaian pesan sosialisasi politik dibagi menjadi dua, yakni pendidikan politik dan indoktrinasi politik.Dalam sistem politik demokrasi partai politik melakukan pendidikan politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogis diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini, para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai dan norma-norma dan simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah dan partai politik. Pendidikan politik partai politik dan peserta didik dalam rangka pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai, norma dan simbol politik yang dianggap ideal dan baik. Melalui kegiatan kursus, latihan kepemimpinan, diskusi dan keikutsertaan dalam berbagai forum pertemuan, partai politik dalam sistem politik demokrasi melaksanakan fungsi pendidikan politik.

  Sebagai salah satu sarana demokrasi pemilu merupakan salah satu bentuk pendidikan politik yang tebuka dan bersifat masal. Sehingga diharapkan dapat berfungsi dalam proses pendewasaan dan pencerdasan pemahaman politik masyarakat. Melalui pemilu akan terwujud suatu infarstruktur dan mekanisme demokrasi serta membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai demokrasi. Masyarakat diharapkan pula bisa memahami bahwa fungsi pemilu itu adalah sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat, keabsahan pemerintahan dan

  25 pergiliran pemerintahan secara teratur.

  b.

  Sebagai Sarana Komunikasi Politik Di masyarakat modern dan kompleks, banyak ragam pendapat dan aspirasi yang berkembang. Pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang apabila tidak ditampung dan digabung dengan pendapat dan aspirasi orang lain yang senada. Proses ini dinamakan penggabungan kepentingan (interest agregation) kemudian pendapat dan aspirasi tersebut dirumuskan dalam bentuk yang lebih teratur, hal ini disebut dengan perumusan kepentingan. (interest

  26 Setelah itu partai politik merumuskannya menjadi usul kebijakan.Usul

  kebijakan ini dimasukkan dalm program (platform) partai (goal fomulation) untuk diperjuangkan atau disampaikan melaui parlemen kepada pemerintah agar dijadikan kebijakan umum (public policy).Demikianlah tuntutan dan kepentingan masyarakat disampaikan kepada pemerintah melalui partai politik.Dalam menjalankan fungsi inilah partai politik sering disebut perantara (broker) dalam suatu bursa ide-ide (clearing house of ideas ).Kadang-kadang juga dikatakanbahwa partai politik bagi pemerintah bertindak sebagai alat pendengar,

  27

  dan sedangkan ba gi warga masyarakat sebagai “pengeras suara”.

  25 Haris Syansuddin dkk. 1998. Menggugat Pemilihan Umum Orde Baru. Jakarta: Yayasan Obor 26 Indonesia. hal 151 27 Miriam Budiardjo. Op. Cit. hal 406 Ibid . hal 406

  Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat, dari masyarakat kepada pemerintah. Dalam hal ini partai politik berfungsi sebagai komunikator politik yang tidak hanya menyampaikan segala keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat tetapi juga menyampaikan aspirasi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada pemerintah.

  c.

  Sebagai Sarana Rekrutmen Politik Rekrutmen politik ialah sarana seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah khususnya.Fungsi ini berkaitan erat dengan masalah seleksi kepemimpinan, baik kepemimpinan internal partai maupun kepemimpinan nasional yang lebih luas.

  Untuk kepentingan internalnya, setiap partai butuh kader-kader yang berkualitas, karena hanya dengan kader yang demikian ia dapat menjadi partai yang mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mengembangkan diri. Dengan mempunyai kader-kader yang baik, partai tidak akan sulit menentukanpemimpinnya sendiri dan mempunyai peluang untuk mengajukan

  28 calon untuk ke bursa kepemimpinnan nasional.

  d.

  Sebagai Sarana Pengatur Konflik (Conflict Management) Potensi konflik selalu ada di setiap masyarakat, apalagi di masyarakat 28 yang bersifat heterogen.Konflik yang dimaksud disini adalah dalam artian luas,

  Ibid . hal 408 mulai dari perbedaan pendapat sampai pada pertikaian fisik antar-individu atau kelompok dalam masyarakat.Dalam negara demokrasi, setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi dan

  29 kepentingannya sehingga konflik merupakan gejala yang sulit dielakkan.

  Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan konflifk melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan pelbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan berkompromi diantara para wakil rakyat, yang berasal dari partai politik.

  F.2.3 Tipologi Partai politik

  Tipologi partai politik ialah pengklasifikasian berbagai partai politik berdasatkan kriteria tertentu, seperti asas dan orientasi, komposisi dan fungsi anggota, basis sosial dan tujuan.Klasifikasi ini cenderung bersifat ideal karena dalam kenyataan tidak sepenuhnya demikian.Untuk tujuan memudahkan pemahaman, tipologi ini sangat berguna.Dibawah ini, diuraiakan sejumlah

  30 tipologi partai politik menurut kriteria-kriteria tersebut.

  a. 29 Asas dan Orientasi

  . hal 409 30 Ibid Ramlan Surbakti. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : PT Grasindo. hal 155-157

  Berdasarkan asas dan orientasinya partai politik diklasifikasikan menjadi tiga tipe. Tipe pertama yaitu partai politik pragmatis, yang dimaksud dengan partai politik pragmatis adalah suatu partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tidak terikat kaku pada doktrin dan ideologi tertentu. Artinya perubahan waktu, situasi dan kepemimpinan juga akan merubah program, kegiatan dan penampilan partai politik tersebut. Tipe keduayaitu Partai doktiner yang merupakan partai politik yang memiliki sejumlah program dan kegiatan konkret sebagai penjabaran ideologi. Ideologi yang dimaksud ialah seperangkat nilai politik yang dirumuskan secara konkret dan sistematis dalam bentuk partai. Pergantian kepemimpinan mengubah gaya kepemimpinan pada tingkat tertentu, tetapi tidak mengubah prinsip dan program dasar partai karena ideologi partai sudah dirumuskan secara konkret dan partai ini terorganisasikan secara ketat. Dan yang ketiga adalah partai kepentingan yang merupakan partai politik yang dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan tertentu seperti petani, buruh, etnis, agama atau lingkungan hidup yang secara langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan.

  b.

  Komposisi dan Fungsi Anggota Menurut komposisi dan fungsi anggotanya, partai politik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu massa atau lindungan (patronage) dan partai kader. Partai massa ialah partai politik yang mengandalkan kekuatan pada keunggulan jumlah anggota dengan cara memobilisasi massa sebanyak- banyaknya dan mengembangkan diri sebagai pelindung bagi pelbagai kelompok dalam masyarakat sehingga pemilihan umum dapat dipelihara, tetapi juga masyarakat dapat dimobilisasi untuk mendukung dan melaksanakan kebijkan tertentu. Partai ini seringkali merupakan gabungan berbagai aliran politik yang sepakat untuk berada dalam lindungan partai guna memperjuangkan dana melaksanakan program-program yang pada umumnya bersifat sangat umum.

  Sedangkan partai kader merupakan suatu partai yang mengandalkan kualitas anggota, keketatan organisasi, dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama.Seleksi keanggotaan dalam partai kader biasanya sangat ketat, yaitu yang konsisten tanpa pandang bulu.

  c.

  Basis Sosialdan Tujuan Almond menggolongkan partai politik berdasarkan basis sosial dan tujuannya .menurut basis sosialnya partai politik dibagi menjadi empat tipe, yaitu:

  31 1.

  Partai politik yang beranggotakan lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat, seperti kelas atas, menengah, dan bawah,

  2. Partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kelompok kepentingan tertentu, seperti petani, buruh dan pengusaha,

3. Partai politik yang anggota-anggotanya berasal dari pemeluk agama

  31 tertentu seperti, Islam, Katolik, Protestan,Hindu dan

  Ibid. hal 158

  4. Partai poitik yang anggota-anggotanya berasal dari kelompok budaya tertentu , seperti suku bangsa, bahasa dan daerah tertentu.

  Berdasarkan tujuannya partai politik dibagi menjadi tiga tipe, yaitu: 1.

  Partai perwakilan kelompok, yang menghimpun berbagai kelompok masyarakat untuk memenangkan sebanyak mungkin kursi di parlemen.

  2. Partai pembinaan bangsa, partai yang bertujuan mencipatakn kesatuan nasional dan biasanya menindas kepentingan-kepentingan sempit.

  3. Partai mobilisasi, partai berusaha memobilisasi masyarakat kearah pencapaian tujuan-tujuan yang ditetapkan partai, sedangkan partisipasi dan

  F.3 Kampanye

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang - Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan di Bank Perkreditan Solider Cabang Pematangsiantar

0 0 36

Pengaruh Lingkungan Kerja Fisik Terhadap Kinerja Karyawan Di Bank Perkreditan Rakyat Solider Cabang Pematangsiantar SKRIPSI

0 2 13

2.1.1.1. Ruang Lingkup Komunikasi - Public Relations Sebagai Tools Marketing

0 1 24

Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 1 46

2.1 Kerangka Teori - Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 0 18

1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 3 8

Pengaruh Pelayanan Customer Service Terhadap Citra Perusahaan (Studi Korelasional Pengaruh Pelayanan Customer Service terhadap Citra Terminal Terpadu Amplas Medan)

0 0 16

BAB II KEMENYAN 2.1. Sejarah Kemenyan di desa Hutajulu. - Mata Pencaharian Petani Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (Studi Etnografi)

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Mata Pencaharian Petani Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan (Studi Etnografi)

0 0 16

BAB II PROFIL KABUPATEN LANGKAT DAN DPC PDI PERJUANGAN KABUPATEN LANGKAT A. Sejarah Ringkas Pemerintahan Kabupaten Langkat - Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI Perjua

0 3 29