BAB II PROFIL PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN II. 1. Sejarah Dan Visi Misi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan - Strategi Kampanye PDI Perjuangan dalam Pemilukada Kota Medan pada Putaran Pertama Tahun 2010 (Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan

  partai yang secara langsung memiliki tali kesejarahan dengan partai politik masa orde lama. PDI Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi Indonesia yang berdiri pada tanggal 10 Januari 1973. Partai Demokrasi Indonesia itu lahir dari hasil fusi 5 (lima) partai politik. Kelima partai politik tersebut yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai

   Katolik, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Murba.

  Proses fusi terjadi sebenarnya hanya untuk menjamin kemenangan kekuatan Orde Baru. Pada saat itu penguasa Orde Baru mengaktifkan Sekretariat Bersama (Sekber) Golongan Karya (Golkar) yang proses pembentukannya didukung oleh militer. Tap MPRS No.XXII/MPRS/1966 tentang Kepartaian, Keormasan, dan Kekaryaan disebutkan agar Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Gotong royong (DPR-GR) segera membuat Undang-Undang untuk mengatur kepartaian, keormasan dan kekaryaan yang menuju pada penyederhanaan.

  Gagasan agar supaya fusi untuk pertama kali tahun 1970. Tepatnya 7 Januari tahun 1970. Soeharto memanggil 9 partai politik untuk melakukan konsultasi kolektif dengan para pimpinan 9 partai politik tersebut. Dalam pertemuan konsultasi tersebut, Soeharto melontarkan gagasan pengelompokan partai politik dengan maksud untuk menghasilkan sebuah masyarakat yang lebih tentram lebih damai bebas dari konflik agar pembangunan ekonomi bisa di jalankan. Partai politik dikelompokan ke dalam dua kelompok, kelompok pertama disebut kelompok materiil spirituil yang menekankan pada aspek materiil dan kedua adalah spirituil 30 materiil yang menekankan pada aspek spiritual. Kelompok materiil

  http://pdi-perjuangan.blogspot.com/2007/06/sejarah-pdi-perjuangan.html. Diambil Tanggal 19 Maret 2012

  31 spirituil menjadi Partai Demokrasi Indonesia dan kelompok spirituil materiil itu kemudian menjadi Partai Persatuan pembangunan. Setelah diskusi-diskusi seperti itu tokoh-tokoh partai coba mulai bertemu dan mulai mendiskusikan gagasan ini. Pertemuan kemudian berlanjut pada tanggal 27 Februari 1970 Soeharto mengundang lima partai politik yang dikategorikan kelompok pertama yaitu PNI (Partai Nasional Indonesia), Parkindo (Partai Kristen Indonesia), Partai Katolik, IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) dan Murba. Ide pengelompokan yang dilontarkan Soeharto menjadi perhatian masyarakat umum dan ditengah- tengah proses pengelompokan tersebut berkembang rumor yang sangat kuat isu pembubaran partai-partai politik jika tidak dicapai kesepakatan untuk mengadakan pengelompokan sampai batas waktu 11 Maret 1971. Karena partai sangat lamban, mulai muncul gerakan di sejumlah daerah yang paling terkenal adalah di Jawa Barat. Panglima daerah di Jawa Barat pada waktu adalah Jenderal Darsono melakukan buldoser secara besar- besar ke partai di Jawa Barat. Muncul gagasan tentang dwi partai. Partai yang cuma dua di Indonesia. Dan korban paling utama pada waktu itu adalah Partai Nasional Indonesia. Pada tanggal 7 Maret 1970 bertempat di ruang kerja Wakil Ketua MPRS, M Siregar di Jalan Teuku Umar No. 5 Jakarta, lima tokoh Partai yang hadir yaitu Hardi dan Gde Djakse (PNI), Achmad Sukarmadidjaja (IPKI), Maruto Nitimihardjo dan Sukarni (Murba), VB Da Costa, Lo Ginting dan Harry Tjan (Partai Katolik) serta M Siregar dan Sabam Sirait (Parkindo), mengadakan pertemuan dan pembicaraan mengenai pengelompokan partai. Dalam pertemuan tersebut, muncul kekhawatiran terjadinya polarisasi antara kelompok Islam dan non-Islam, oleh karenanya muncul gagasan sebagai alternatif untuk mengelompokan partai menjadi lima atau empat kelompok yang terdiri dari dua kelompok muslim, satu nasionalis, satu kristen dan satu kelompok karya. Namun pemerintah Orde Baru saat itu tetap menginginkan pengelompokan sesuai yang diajukan sebelumnya hingga akhirnya gagasan yang diusulkan oleh tokoh-tokoh tersebut tidak pernah terwujud. Pada tanggal 9 Maret 1970 pertemuan pimpinan lima partai tersebut berlanjut ditempat yang sama dengan agenda pokok yaitu penyelesaian deklarasi atau pernyataan bersama dan pokok-pokok pikiran selanjutnya. Dalam pertemuan ini berhasil membentuk tim perumus yang terdiri dari Mh. Isnaeni, M Supangat, Murbantoko, Lo Ginting dan Sabam Sirait. Tim perumus menghasilkan "Pernyataan Bersama" yang ditanda tangani oleh ketua partai masing-masing, yakni Hardi (PNI), M Siregar (Parkindo), VB Da Costa (Partai Katolik), achmad sukarmadidjaja (IPKI) dan Sukarni (Murba). Pada tanggal 12 Maret 1970 kembali dilakukan pertemuan dengan Presiden Soeharto yang didampingi oleh Brigjen Sudjono Humardani dan Brigjen Sudharmono. Dari pihak partai politik hadir Hardi dan Gde Djakse (PNI), Achmad Sukarmadidjaja dan M Supangat (IPKI), Maruto Nitimihardjo (Murba), VB Da Costa dan Lo Ginting (Partai

  32 Katolik) serta M Siregar dan Sabam Sirait (Parkindo). Pada tanggal 24 Maret 1970 para pemimpin parpol tersebut kembali melakukan pertemuan di ruang kerja Wakil Ketua MPRS, M Siregar. Maksud pertemuan tersebut adalah untuk memperjelas keberadaan kelompok yang telah dibentuk, baik nama, sifat, pengorganisasian dan program. Hasil pertemuan tersebut akhirnya disepakati nama "Kelompok Demokrasi Pembangunan" dan dikukuhkan melalui SK No. 42/KD/1972, tanggal 24 Oktober 1972.

  Meskipun sebelumnya banyak muncul usulan-usulan nama yang diajukan oleh masing-masing partai, antara lain oleh Lo Ginting (Partai Katolik) yang mengusulkan nama "Kelompok Demokrasi Kesejahteraan" atau "Kelompok Kesejahteraan Kerakyatan". Maruto Nitimihardjo (Murba) mengusulkan nama "Kelompok Gotong-Royong", karena kata "gotong royong" dianggap merupakan perasaan pancasila dan dapat menghindari polarisasi. Usep Ranawidjaja (PNI) keberatan karena bisa ditafsirkan dan dikaitkan dengan Orde Lama. M Supangat (IPKI) mengusulkan dibentuk "Badan Kerjasama" sebagai sifat pengelompokan yang dinamakan "Kelompok Pembangunan". Sabam Sirait (Parkindo) mengusulkan nama "Kelompok Demokrasi dan Pembangunan" atau "Kelompok Sosial

  Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 10 Januari 1973 tepat jam 24.00 dalam pertemuan Majelis Permusyawaratan Kelompok Pusat (MPKP) yang mengadakan pembicaraan sejak jam 20.30 di Kantor Sekretariat PNI di Jalan Salemba Raya 73 Jakarta, Kelompok Demokrasi dan Pembangunan melaksanakan fusi 5 Partai Politik menjadi satu wadah Partai yang bernama Partai Demokrasi Indonesia meskipun pada awal fusi sebenarnya muncul 3 (tiga) kemungkinan nama untuk fusi menjadi Partai Demokrasi Pancasila, Partai

   Demokrasi Pembangunan, atau Partai Demokrasi Indonesia.

  Deklarasi ditandatangani oleh wakil kelima partai yaitu MH. Isnaeni dan Abdul Madjid mewakili Partai Nasional Indonesia, A. Wenas dan Sabam Sirait Mewakili Partai Kristen Indonesia, Beng Mang Rey Say dan FX.

  Wignyosumarsono mewakili Partai Katolik, S. Murbantoko R. J. Pakan mewakili Partai Murba dan Achmad Sukarmadidjaja dan Drs. Mh. Sadri mewakili Partai

  31 32 Ibid Ibid

  33 Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI). Dengan dideklarasikannya fusi kelima partai tersebut, maka lahirlah Partai Demokrasi Indonesia.

  Partai Demokrasi Indonesia/Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sepanjang sejarahnya telah melalui banyak sekali perjuangan, konflik, dan cobaan sehingga menjadi salah satu partai yang disegani di Indonesia saat ini. Hingga Demokrasi Indonesia diganti oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan oleh ketua Dewan Perwakilan Pusat Partai Demokrasi Indonesia, Megawati Soekarno Putri, dan dideklarasikan pada tanggal 14 Februari 1999. Hal tersebut disebabkan karena meskipun pemerintahan Orde Baru sudah berakhir, namun yang diakui oleh Pemerintah saat itu adalah masih tetap PDI dibawah kepemimpinan Soerjadi dan Buttu Hutapea.

  Berdasarkan Pasal 6 di dalam Bab III Tujuan, Fungsi, Dan Tugas Anggaran Dasar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengenai tujuan umum partai, maka visi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah:

  • Mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
  • Membangun masyarakat Pancasila 1 Juni 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil, dan makmur. Berdasarkan Pasal 7 di dalam Bab III Tujuan, Fungsi, Dan Tugas Anggaran Dasar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengenai tujuan khusus

  

  partai, maka misi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah:

  34

  • Menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat
  • Memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya secara demokratis
  • Berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Berdasarkan Pasal 5 di dalam Bab II Anggaran Dasar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengenai Asas, Jatidiri, Dan Watak, maka asas, jatidiri, dan watak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah:
  • Partai berdasarkan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sesuai jiwa dan semangat lahirnya pada 1 Juni 1945.
  • Jatidiri Partai adalah Kebangsaan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial.
  • Watak Partai adalah gotong royong, demokratis, merdeka, pantang menyerah, dan terbuka. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memiliki lambang partai sesuai dengan yang tertera dalam Pasal 80 Bab VI Anggaran Dasar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yaitu dasar merah membara yang artinya berani mengambil resiko dalam memperjuangkan Rakyat, keadilan dan kebenaran;

  35

  

  lingkaran tegas yang artinya terus-menerus tanpa terputus memperjuangan

  kebenaran dan keadilan; tanduk kekar yang artinya berbasis kekuatan Rakyat dan selalu memperjuangkan kepentingan Rakyat; mata merah tajam yang artinya selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya ancaman dalam 34 Ibid. Hal 29 memperjuangkan kebenaran dan keadilan; dan moncong putih bersih yang artinya dapat dipercaya dan berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan dan

   kebenaran.

  Susunan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Masa Bakti 2010 – 2015 terdiri dari 27 orang pengurus. Ke

  • – 27 orang pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah sebagai berikut.

  Megawati Soekarno Putri sebagai Ketua Umum, Tjahjo Kumolo sebagai Sekretaris Jenderal, Eriko Sotarduga BP Sitorus sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Internal, Achmad Basarah sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Program, Hasto Kristiyanto sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Kesekretariatan, Olly Dondokambey sebagai Bendahara Umum, Rudianto Tjen sebagai Wakil Bendahara Bidang Internal, Juliari Peter Batubara sebagai Wakil Bendahara Bidang Program, Sidarto Danusubroto sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Kehormatan Partai, Puan Maharani sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Politik dan Hubungan Antar Lembaga Negara, Idham Samawi sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Keanggotaan Kaderisasi dan Rekrutmen, Djarot Saiful Hidayat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Organisasi, Rano Karno sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Informasi dan Komunikasi, Effendi MS Simbolon sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Sumber Daya dan Dana, Mindo Sianipar sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Pertanian, Perikanan, dan Kelautan, Ribka Tjiptaning sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Kesehatan dan Tenaga Kerja, Hamka Haq sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Pendidikan, Keagamaan, dan Kebudayaan, Nusyirwan Soedjono sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Industri 35 Perdagangan, Sarwo Budi Wiranti Sukamdani sebagai Ketua Dewan Pimpinan

  http://forum.detik.com/merged-pdi-perjuangan-t6861p4.html. Diambil Tanggal 18 April 2012

  36 Pusat Bidang Perempuan dan Anak, Maruarar Sirait sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Pemuda dan Olahraga, I Made Urip sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Infrastruktur dan Perumahan, Bambang Wuryanto sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Energi, Pertambangan, dan Lingkungan Hidup, Muhammad Prakosa sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Pusat Bidang Keuangan dan Perbankan, Trimedya Panjaitan sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Hukum, HAM, dan Perundang-undangan, Andreas Hugo Pareira sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Pertahanan Keamanan dan Hubungan Internasional, dan Komarudin Watubun sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Lihat pada tabel.

  Tabel. II. 1. Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Masa Bakti 2010 – 2015

  No Nama Jabatan

  1 Megawati Soekarnoputri Ketua

  2 Tjahjo Kumolo Sekretaris Jenderal

  3 Eriko Sotarduga BP Sitorus Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Internal

  4 Achmad Basarah Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Program

  5 Hasto Kristiyanto Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Kesekretariatan

  6 Olly Dondokambey Bendahara

  7 Rudianto Tjen Wakil Bendahara Bidang Internal

  8 Juliari Peter Batubara Wakil Bendahara Bidang Program

  9 Sidarto Danusubroto Ketua DPP Bidang Kehormatan Partai

  10 Puan Maharani Ketua DPP Bidang Politik dan Hubungan Antar Lembaga Negara

  11 Idham Samawi Ketua DPP Bidang Keanggotaan Kaderisasi dan Rekrutmen

  12 Djarot Saiful Hidayat Ketua DPP Bidang Organisasi

  13 Rano Karno Ketua DPP Bidang Informasi dan Komunikasi

  14 Effendi MS Simbolon Ketua DPP Bidang Sumber Daya dan

  37

  Dana

  15 Mindo Sianipar Ketua DPP Bidang Pertanian, Perikanan, dan Kelautan

  16 Ribka Tjiptaning Ketua DPP Bidang Kesehatan dan Tenaga Kerja

  17 Hamka Haq Ketua DPP Bidang Pendidikan, Keagamaan, dan Kebudayaan

  18 Nusyirwan Soedjono Ketua DPP Bidang Industri Perdagangan

  19 Sarwo Budi Wiranti Sukamdani Ketua DPP Bidang Perempuan dan Anak

  20 Maruarar Sirait Ketua DPP Bidang Pemuda dan Olahraga

  21 I Made Urip Ketua DPP Bidang Infrastruktur dan Perumahan

  22 Bambang Wuryanto Ketua DPP Bidang Energi, Pertambangan, dan Lingkungan Hidup

  23 Muhammad Prakosa Ketua DPP Bidang Kehutanan dan Perkebunan

  24 Izedrik Emir Moeis Ketua DPP Bidang Keuangan dan Perbankan

  25 Trimedya Panjaitan Ketua DPP Bidang Hukum, HAM, dan Perundang-undangan

  26 Andreas Hugo Pareira Ketua DPP Bidang Pertahanan Keamanan dan Hubungan Internasional

  27 Komarudin Watubun Ketua DPP Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah

  Sumber: Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Tahun 2010

  Susunan kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 21 orang pengurus. Ke

  • – 21 orang pengurus Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut.

  Panda Nababan sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah, Ir. Taufan Agung Ginting, MSP sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Kehormatan Partai, Budiman Nadapdap, S.E. sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Politik Dan Hubungan Antar Lembaga, Analisman Zalukhu, S.Sos. MSP sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Organisasi, Zakaria

  38 Bangun, S.H, M.H. sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Keanggotaan, Kaderisasi, Dan Rekrutmen, H. Eddi Rangkuti sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Informasi Dan Komunikasi, Augus Napitupulu, S.H. sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Sumber Daya Dan Dana, Jantoguh Damanik, S.Sos. sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Kesehatan Dan Tenaga, Perempuan Dan Anak, dr. Sofyan Tan sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Industri Dan Perdagangan, Pengusaha Kecil Menengah, Dan Koperasi, Drs. H.

  Syahrul Effendi Siregar sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Pendidikan, Kebudayaan, Dan Keagamaan, Brillian Moktar, S.E. M.M. sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Pemuda Dan Olahraga, Ir. Tagor P.

  Simangunsong sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Transportasi, Infrastruktur, Dan Perumahan, Efendi Panjaitan, S.E. sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Energi, Pertambangan, Dan Lingkungan Hidup, H. Alamsyah Hamdani, S.H. sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Hukum, HAM, Dan Perundang – Undangan, Ruben Tarigan, S.E. sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah Bidang Pemerintahan Dan Otonomi Daerah, H. Muhammad Afan, S.S. sebagai Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah, Drs. Soetarto, M.Si sebagai Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Bidang Internal, Ir. Akhyar Nasution, M.Si sebagai Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Bidang Program, Meinarty Rehulina, BA sebagai Bendahara Dewan Pimpinan Daerah, dan Suriani, S.Pd, MAP sebagai Wakil Bendahara Dewan Pimpinan Daerah. Lihat pada tabel.

  39 Tabel II. 2. Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara

  No Nama Jabatan

  1 Panda Nababan Ketua

  2 Ir. Taufan Agung Ginting, MSP Wakil Ketua Bidang Kehormatan Partai

  3 Budiman Nadapdap, S.E. Wakil Ketua Bidang Politik Dan Hubungan Antar Lembaga

  4 Analisman Zalukhu, S.Sos. MSP Wakil Ketua Bidang Organisasi

  5 Zakaria Bangun, S.H, M.H. Wakil Ketua Bidang Keanggotaan, Kaderisasi, Dan Rekrutmen

  6 H. Eddi Rangkuti Wakil Ketua Bidang Informasi Dan Komunikasi

  7 Augus Napitupulu, S.H. Wakil Ketua Bidang Sumber Daya Dan Dana

  8 Jantoguh Damanik, S.Sos. Wakil Ketua Bidang Pertanian, Perikanan, Dan Kelautan

  9 Sarma Hutajulu, S.H. Wakil Ketua Bidang Kesehatan Dan Tenaga, Perempuan Dan Anak 10 dr. Sofyan Tan Wakil Ketua Bidang Industri Dan Perdagangan, Pengusaha Kecil Menengah, Dan Koperasi

  11 Drs. H. Syahrul Effendi Siregar Wakil Ketua Bidang Pendidikan, Kebudayaan, Dan Keagamaan

  12 Brillian Moktar, S.E. M.M. Wakil Ketua Bidang Pemuda Dan Olahraga

  13 Ir. Tagor P. Simangunsong Wakil Ketua Bidang Transportasi, Infrastruktur, Dan Perumahan

  14 Efendi Panjaitan, S.E. Wakil Ketua Bidang Energi, Pertambangan, Dan Lingkungan Hidup

  15 H. Alamsyah Hamdani, S.H. Wakil Ketua Bidang Hukum, HAM, Dan Perundang – Undangan

  16 Ruben Tarigan, S.E. Wakil Ketua Bidang Pemerintahan Dan Otonomi Daerah

  17 H. Muhammad Afan, S.S. Sekretaris

  18 Drs. Soetarto, M.Si Wakil Sekretaris Bidang Internal

  19 Ir. Akhyar Nasution, M.Si Wakil Sekretaris Bidang Program

  20 Meinarty Rehulina, BA Bendahara

  21 Suriani, S.Pd, MAP Wakil Bendahara Sumber: Arsip Kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

  40 Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba.

  Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan.

  Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa. Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh

   perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.

  Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir 36 delapan belas kali lipat.

  http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan. Diambil tanggal 12 Maret 2012

  41 Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Dalam sejarahnya, Kota Medan sudah dipimpin oleh 15 orang (Hal tersebut belum termasuk 5 orang yang memimpin Kota Medan pada masa kolonial Belanda dan Jepang, dan tiga orang yg menjabat sebagai pejabat sementara walikota Medan.

  Walikota Medan pertama yang memimpin kota Medan pada masa kolonial 1931. Kemudian Daniel Mackay digantikan ole digantikan oleyang memerintah dari tahun 1935 hingga tahun 1938. Kemudiayang memerintah dari tahun 1938 hingga tahun 1942 ketika pemerintah kolonial Jepang memasuki kota Medan. Lalu, orang Jepang yang memimpin kota Medan menggantikan walikota sebelumnya dari kolonial Belandang memerintah dari tahun 1942 hingga tahun 1945, ketika Jepang pada saat itu menyerah kalah dari tentara sekutu pada Perang Dunia II (1939 – 1945) dan Indonesia memproklamirkan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.

  Walikota Medan yang pertama setelah Indonesia merdeka adal yang memerintah dari tanggal 3 Oktober 1945 hingga tanggal 10 November 1945, hanya sebulan lebih memerintah karena situasi saat itu adalah perang melawan tentara NICA Belanda dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kemudian Luat Siregar digantikan oleng memerintah dari tanggal 10 November 1945 hingga bulan Agustus 1947, masih dalam situasi perang melawan tentara NICA Belanda. Kemudiang memerintah dari tanggal 1 November 1947 hingga tanggal 12 Juli 1952. Kemudian Djaidin Purba digantikan ole ng memerintah dari tanggal 12 Juli 1952 hingga tanggal 1 Desember 1954. Kemudiayang memerintah dari tanggal 6 Desember 1954 hingga tanggal 14 Juni 1958.

  Kemudia

  42 digantikan ole ng memerintah dari tanggal 10 Oktober 1964 hingga tanggal 28 Februari 1965, hanya berjalan empat bulan. Kemudian ng memerintah dari tanggal 28 Agustus 1965 saat itu adalah pasca peristiwa Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S PKI), yang akhirnya mengakhiri pemerintahan Orde Lama pimpinan Presiden Indonesia saat itu, Ir. Soekarno, dan digantikan oleh Presiden Soeharto. Kemudiang memerintah dari tanggal

  26 September 1966 hingga tanggal 3 Juli 1974. Kemudiang memerintah dari tanggal 3 Juli 1974 hingga tanggal 31 Maret 1980. Kemudia yang memerintah dari tanggal 1 April 1980 hingga tanggal 31 Maret 1990. Kemudian ng memerintah dari tanggal 1 April 1990 hingga tanggal 31 Maret 2000. Perlu diperhatikan, bahwa Agus Salim Rangkuti adalah Bachtiar Djafar adalah walikota Medan yang paling lama menjabat (10 tahun) dikarenakan keberhasilan mereka dalam pembangunan kota Medan. Kemudian Bachtiar Djafar digantikan oleh yang memerintah dari tanggal 1 April 2000 hingga tanggal 20 Agustus 2008, ketika Abdillah dan wakilnya, Ramli, terpaksa diturunkan dari jabatannya karena tersangkut kasus korupsi, sehingga saat itu Abdillah dan Ramli digantikan oleh Afifuddin Lubis, berstatus sebagai pejabat walikota Medan memerintah dari tanggal 20 Agustus 2008 hingga tanggal 22 Juli 2009, hanya berjalan sebelas bulan. Kemudia (masih berstatus penjabat walikota Medan), yang memerintah dari tanggal 23 Juli 2009 hingga tanggal 16 Februari 2010, hanya berjalan tujuh bulan. Bahkayang saat itu menjabat sebagai gubernur Sumatera Utara juga sekaligus merangkap jabatan sebagai penjabat walikota Medan menggantikan Rahudman Harahap, dari tanggal 16 Februari 2010 hingga tanggal 25 Juli 2010,

  43 ketika masa pemilukada kota Medan tahun 2010 dan Syamsul Arifin saat itu tersangkut kasus korupsi. Saat ini, jabatan walikota Medan dijabat oleh Rahudman Harahap dengan jabatan wakil walikota dijabat oleh Dzulmi Eldin, yang memerintah dari tanggal 26 Juli 2010 hingga sekarang. Seperti pada tabel berikut ini. Tabel II.3. Walikota Medan Dari Masa Ke Masa

  No Nama Masa jabatan 1918 – 1931 1931 – 1935

   1935 – 1938 1938 – 1942 1942 – 1945

  1

  3 Oktober 1945- 10 November 1945

  2

  10 November 1945 - Agustus 1947

  3

  1 November 1947 - 12 Juli 1952

  4

  12 Juli 1952 - 1 Desember 1954

  5

  6 Desember 1954 - 14 Juni 1958

  6

  3 Juli 1958 - 28 Februari 1961

  7

  28 Februari 1961 - 30 Oktober 1964

  8

  10 Oktober 1964 - 28 Februari 1965

  9

  28 Agustus 1965 - 26 September 1966

  10

  26 September 1966 - 3 Juli 1974

  11

  3 Juli 1974 - 31 Maret 1980

  12

  1 April 1980 - 31 Maret 1990

  13

  1 April 1990 - 31 Maret 2000

  14

  1 April 2000 - 20 Agustus 2008 (penjabat)

  20 Agustus 2008 - 22 Juli 2009 penjabat)

  23 Juli 2009 - 16 Februari 2010 penjabat)

  16 Februari 2010 - 25 Juli 2010

  15

  26 Juli 2010 - sekarang Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan. Diambil tanggal 12 Maret 2012

  44 Wilayah Kota Medan hingga saat ini dibagi menjadi 21 kecamatan dan

  

  151 kelurahan. Ke – 21 kecamatan di Kota Medan Tersebut adalah Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Medan Belawan.

  Pada tahun 2001, jumlah penduduk kota Medan adalah 1.926.052 jiwa. Lalu pada tahun 2002, jumlah penduduk kota Medan bertambah menjadi 1.963.086 jiwa. Tahun 2003, jumlah penduduk kota Medan semakin meningkat menjadi 1.993.060 jiwa. Begitu juga pada tahun 2004 yang mencapai 2.006.014 jiwa, 2005 dengan 2.036.018 jiwa, 2007 dengan 2.083.156 jiwa, 2008 dengan 2.102.105 jiwa, dan 2009 dengan 2.121.053 jiwa. Pertambahan jumlah penduduk di kota Medan dipengaruhi oleh faktor besarnya jumlah kelahiran di kota Medan dan faktor urbanisasi dan transmigrasi yang sangat meningkat. Hanya pada tahun 2010 saja jumlah penduduk kota Medan menurun menjadi 2.109.339 jiwa. Lihat pada tabel di bawah ini.

  Tabel II. 4. Demografi Penduduk Di Kota Medan No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 1.926.052

  2 1.993.060 4 2.036.018 6 2.102.105 8 2.109.339

  45 Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan. Diambil tanggal 12 Maret 2012

  Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar. Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk). Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur. Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan—tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun 2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan

   bagi wanita adalah 71 tahun.

  Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah Suku Jawa, dan suku- suku dari Tapanuli (Batak, Mandailing, Karo). Di Medan banyak pula orang keturunan India dan Tionghoa. Medan adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki populasi orang Tionghoa cukup banyak.

  Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan 38 vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jl. Zainul

  Ibid

  46 Arifin dikenal sebagai Kampung Keling (Sekarang Kampung Madras), yang merupakan daerah pemukiman orang keturunan India.

  Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras

  Jawa dengan persentase sebanyak 24,89%, disusul dengan etnis Tionghoa dengan persentase sebanyak 35,63%, lalu etnis Minangkabau dengan persentase sebanyak 7,29%, etnis Melayu dengan persentase sebanyak 7,06%, etnis Mandailing dengan persentase sebanyak 6,12%, etnis Batak dengan persentase sebanyak 2,93%, etnis Sunda dengan persentase sebanyak 1,58%, etnis Karo dengan persentase sebanyak 0,19%, dan etnis lainnya dengan persentase sebanyak 14,31%.

  Pada tahun 1980, terjadi sedikit perubahan pada komposisi etnis yang menjadi penduduk kota Medan seiring berjalannya waktu. Namun, etnis Jawa tetap menjadi yang mayoritas di kota Medan dengan persentase sebanyak 29,41%, disusul dengan etnis Batak dengan persentase sebanyak 14,11%, lalu etnis Tionghoa dengan persentase sebanyak 12,8%, etnis Mandailing dengan persentase sebanyak 11,91%, etnis Minangkabau dengan persentase sebanyak 10,93%, etnis Melayu dengan persentase sebanyak 8,57%, etnis Karo dengan persentase sebanyak 3,99%, etnis Aceh dengan persentase sebanyak 2,19%, etnis Sunda dengan persentase sebanyak 1,90%, dan etnis lainnya dengan persentase sebanyak 4,13%.

  Begitu juga pada tahun 2000, dimana etnis Jawa masih menjadi yang mayoritas di kota Medan dengan persentase sebanyak 33,03%, disusul dengan etnis Batak dengan persentase sebanyak 20,93%, lalu etnis Tionghoa dengan persentase sebanyak 10,65%, etnis Mandailing dengan persentase sebanyak 39 9,36%, etnis Minangkabau dengan persentase sebanyak 8,6%, etnis Melayu

  Ibid

  47 dengan persentase sebanyak 6,59%, etnis Karo dengan persentase sebanyak 4,10%, etnis Aceh dengan persentase sebanyak 2,78%, dan dan etnis lainnya dengan persentase sebanyak 3,95%. Lihat pada tabel.

  Tabel II.5. Perbandingan Etnis di Kota Medan pada tahun 1930, 1980, dan 2000 Perbandingan Etnis di Kota Medan Pada Tahun 1930, 1980, dan 2000

  No Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000

  1 24,89% 29,41% 33,03%

  2 2,93% 14,11% 20,93%*

  3 35,63% 12,8% 10,65%

  4 6,12% 11,91% 9,36%

  5 7,29% 10,93% 8,6%

  6 7,06% 8,57% 6,59%

  7 0,19% 3,99% 4,10%

  • 8

  2,19% 2,78%

  9 1,58% 1,90% --

  10 Lain-lain 14,31% 4,13% 3,95% Sumber: 1930 dan 1980:Sumut

  • Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan "Batak" sebagai suku bangsa, total Simalungun (0,69%), Tapanuli/Toba (19,21%), Pakpak (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93% Sumber: Data BPS Sumut Tahun 2000

  Perlu diketahui bahwa angka harapan hidup penduduk kota Medan pada tahun 2007 adalah 71,4 tahun, sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 148.100 jiwa.

  Sebagai kota terbesar di Pulau Sumatra dan di Selat Malaka, penduduk Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang-orang Mandailing. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan

  48 pendidikan tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau.

  Kemudian jika dilihat dari komposisi etnis yang ada di kota Medan, dilihat dari profesi sehari – hari mereka, yang terbanyak berprofesi sebagai pengacara di kota Medan adalah dari etnis Minangkabau dengan persentase sebanyak 36,8%, Batak dengan persentase sebanyak 13,2%, etnis Jawa, Karo, dan Melayu dengan persentase sebanyak 5,3%, dan etnis Aceh dengan persentase sebanyak 2,6%.

  Lalu, yang terbanyak berprofesi sebagai dokter di kota Medan adalah juga dari etnis Minangkabau dengan persentase sebanyak 20,6%, disusul dengan etnis Batak dan Jawa dengan persentase sebanyak 15,9%, lalu etnis Tionghoa dengan persentase sebanyak 14,7%, etnis Mandailing dengan persentase sebanyak 14,1%, etnis Karo dengan persentase sebanyak 10%, etnis Melayu dengan persentase sebanyak 5,9%, dan etnis Aceh dengan persentase sebanyak 3,9%.

  Lalu, yang terbanyak berprofesi sebagai notaris di kota Medan adalah juga dari etnis Minangkabau dengan persentase sebanyak 29,7%, disusul dengan etnis Batak dengan persentase sebanyak 18,5%, lalu etnis Mandailing dengan persentase sebanyak, 14,8%, etnis Jawa dengan persentase sebanyak 11,1%, etnis Tionghoa dan Karo dengan persentase sebanyak 7,4%, dan etnis Melayu dan Sunda dengan persentase sebanyak 3,7%.

  Lalu, yang terbanyak berprofesi sebagai wartawan di kota Medan, etnis Minangkabau pun juga mendominasi dengan persentase sebanyak 37,7%, disusul dengan etnis Mandailing dengan persentase sebanyak 18,3%, lalu etnis Melayu dengan persentase sebanyak 17,7%, etnis Jawa dan Sunda dengan persentase sebanyak 10,4%, etnis Batak dengan persentase sebanyak 8,5%, etnis Aceh dengan persentase sebanyak 3,7%, etnis Tionghoa dengan persentase sebanyak 1,2%, dan etnis Karo dengan persentase sebanyak 0,6%.

  Dari hal di atas dapat dilihat bahwa etnis Minangkabau mendominasi seluruh profesi di kota Medan. Lalu, etnis Tionghoa (etnis non – pribumi) memang tidak mendominasi empat profesi di kota Medan seperti di atas, bahkan

  49

  • – rata berprofesi sebagai pedagang, businessman, dan wiraswasta. Lihat pada tabel berikut ini. Tabel. II. 6. Komposisi Etnis Berdasarkan Okupasi Profesional Komposisi Etnis Berdasarkan Okupasi Profesional No Etnis Pengacara Dokter Notaris Wartawan

  50

  cenderung menjadi yang minoritas, meskipun etnis Tionghoa adalah urutan ketiga terbanyak yang menjadi penduduk di kota Medan. Namun, etnis Tionghoa justru mendominasi sektor perekonomian dan perdagangan di kota Medan. Mereka rata

  1 2,6% 3,9% -- 3,7%

  2 13,2% 15,9% 18,5% 8,5%

  3 5,3% 15,9% 11,1% 10,4%

  4 5,3% 10% 7,4% 0,6%

  5 23,6% 14,1% 14,8% 18,3%

  6 36,8% 20,6% 29,7% 37,7%

  7 5,3% 5,9% 3,7% 17,7%

  8 -- -- 3,7% 10,4%

  9 -- 14,7% 7,4% 1,2% Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan. Diambil tanggal 12 Maret 2012

  Perluasan kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman kelompok-kelompok etnis. Etnis Melayu yang merupakan penduduk asli kota, banyak yang tinggal di pinggiran kota. Etnis Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar hidup di bidang perdagangan, 75% dari mereka tinggal di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman orang Tionghoa dan Minangkabau sejalan dengan arah pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang Mandailing juga memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh karena itu terdapat kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk menjual rumah dan tanah mereka di tengah kota, seperti di Kampung Mesjid, Kota Maksum, dan Sungai Mati.

  

  40 ibid

  Pada tahun 2010, dr. Sofyan Tan selaku kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mencalonkan diri sebagai walikota Medan bersama dengan Nelly Armayanti, SP, MSP, mantan Ketua KPU Medan, sebagai calon wakil walikotanya serta menggandeng Partai Damai Sejahtera untuk berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam Pemilukada Kota Medan tahun 2010 yang dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2010. Pasangan Sofyan Tan- Nelly Armayanti berhasil mendulang 140.676 suara (20,72 persen) suara dan masuk putaran kedua pemilihan walikota Medan bersama pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin.

  Hasil perolehan suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama di daerah Kecamatan Medan Amplas, pasangan Drs. Rahudman Harahap, MM dan Drs. H. Dzulmi Eldin S, M. Si meraih suara terbanyak dengan perolehan suara sebanyak 7696 suara, disusul dengan pasangan Sigit Pramono Asri, SE dan Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M. Sc dengan perolehan suara sebanyak 5774 suara, lalu pasangan Ir. H. Maulana Pohan, MM dan H. Ahmad Arif, SE, MM dengan perolehan suara sebanyak 4639 suara, pasangan H. Ajib Shah dan Dr. Ir. Binsar Situmorang, M. Si dengan perolehan suara sebanyak 3953 suara, pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP dengan perolehan suara sebanyak 3779 suara, pasangan H. Bahdin Nur Tanjung, SE, MM dan Drs. H. Kasim Siyo dengan perolehan suara sebanyak 3205 suara, pasangan Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, MA dan H. Supratikno W. S dengan perolehan suara sebanyak 1850 suara, pasangan Drs. H. Joko Susilo dan Amir Mirza Hutagalung, SE dengan perolehan suara sebanyak 1311 suara, pasangan dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA dan Drs. H. Yahya Sumardi dengan perolehan suara sebanyak 826 suara, dan pasangan Indra Sakti Harahap, ST, M. Si dan Dr. Delyuzar, Sp. PA dengan perolehan suara paling sedikit, sebanyak 753 suara.

  51 Hasil perolehan suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama di daerah Kecamatan Medan Area, pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP meraih suara terbanyak dengan perolehan suara sebanyak 12399 suara, disusul dengan pasangan Ir. H. Maulana Pohan, MM dan H. Ahmad Arif, SE, MM dengan perolehan suara sebanyak 7961 suara, lalu pasangan Drs. suara sebanyak 6916 suara, pasangan Sigit Pramono Asri, SE dan Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M. Sc dengan perolehan suara sebanyak 4553 suara, pasangan H. Bahdin Nur Tanjung, SE, MM dan Drs. H. Kasim Siyo dengan perolehan suara sebanyak 3041 suara, pasangan H. Ajib Shah dan Dr. Ir. Binsar Situmorang, M. Si dengan perolehan suara sebanyak 2812 suara, pasangan Drs. H. Joko Susilo dan Amir Mirza Hutagalung, SE dengan perolehan suara sebanyak 1776 suara, pasangan Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, MA dan H. Supratikno W. S dengan perolehan suara sebanyak 1252 suara, pasangan dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA dan Drs. H. Yahya Sumardi dengan perolehan suara sebanyak 1075 suara, dan pasangan Indra Sakti Harahap, ST, M. Si dan Dr. Delyuzar, Sp. PA dengan perolehan suara paling sedikit, sebanyak 376 suara.

  Hasil perolehan suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama di daerah Kecamatan Medan Kota, pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP meraih suara terbanyak dengan perolehan suara sebanyak 10601 suara, disusul dengan pasangan Drs. Rahudman Harahap, MM dan Drs. H. Dzulmi Eldin S, M. Si dengan perolehan suara sebanyak 5797 suara, lalu pasangan H. Ajib Shah dan Dr. Ir. Binsar Situmorang, M. Si dengan perolehan suara sebanyak 4311 suara, pasangan Ir. H. Maulana Pohan, MM dan H. Ahmad Arif, SE, MM dengan perolehan suara sebanyak 3250 suara, pasangan Sigit Pramono Asri, SE dan Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M. Sc dengan perolehan suara sebanyak 2393 suara, pasangan H. Bahdin Nur Tanjung, SE, MM dan Drs. H. Kasim Siyo dengan perolehan suara sebanyak 1879 suara, pasangan Drs. H. Joko Susilo dan Amir Mirza Hutagalung, SE dengan perolehan suara sebanyak 1021 suara, pasangan Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, MA dan H. Supratikno W. S

  52

  53

  Drs. H. Kasim Siyo 3205 3041 1879

  Dr. Ir. Binsar Situmorang, M. Si 3953 2812 4311 10 dr. Sofyan Tan

  9 H. Ajib Shah Dan

  H. Ahmad Arif, SE, MM 4639 7961 3250

  8 Ir. H. Maulana Pohan, MM Dan

  H. Supratikno W. S 1850 1252 668

  7 Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, MA Dan

  Drs. H. Dzulmi Eldin S, M. Si 7696 6916 5797

  6 Drs. Rahudman Harahap, MM Dan

  Amir Mirza Hutagalung, SE 1311 1776 1021

  5 Drs. H. Joko Susilo Dan

  4 H. Bahdin Nur Tanjung, SE, MM Dan

  dengan perolehan suara sebanyak 668 suara, pasangan dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA dan Drs. H. Yahya Sumardi dengan perolehan suara sebanyak 385 suara, dan pasangan Indra Sakti Harahap, ST, M. Si dan Dr. Delyuzar, Sp. PA dengan perolehan suara paling sedikit, sebanyak 192 suara. Lihat pada tabel.

  Dr. Delyuzar, Sp. PA 753 376 192

  3 Indra Sakti Harahap, ST, M. Si Dan

  Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M. Sc 5774 4553 2393

  2 Sigit Pramono Asri, SE Dan

  Dan Drs. H. Yahya Sumardi 826 1075 385

  Medan Kota 1 dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA

  Medan Area

  Medan Amplas

  Walikota Medan Tahun 2010

  No Nama Pasangan Calon Walikota Dan Wakil

  Putaran Pertama Di Kecamatan Medan Amplas, Medan Area, Dan Medan Kota.

  Dan 3779 12399 10601 Nelly Armayanti, SP, MSP Sumber: Arsip Data KPU Kota Medan Tahun 2010

  Hasil perolehan suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama di daerah Kecamatan Medan Denai, pasangan Drs. Rahudman Harahap, MM dan Drs. H. Dzulmi Eldin S, M. Si meraih suara terbanyak dengan perolehan suara sebanyak 10220 suara, disusul dengan pasangan H. Ajib Shah dan Dr. Ir. Binsar Situmorang, M. Si dengan perolehan suara sebanyak 6785 suara, lalu pasangan Sigit Pramono Asri, SE dan Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M. Sc dengan perolehan suara sebanyak 6250 suara, pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP dengan perolehan suara sebanyak 6019 suara, pasangan Ir.

  H. Maulana Pohan, MM dan H. Ahmad Arif, SE, MM dengan perolehan suara sebanyak 4612 suara, pasangan H. Bahdin Nur Tanjung, SE, MM dan Drs. H. Kasim Siyo dengan perolehan suara sebanyak 2824 suara, pasangan Drs. H. Joko Susilo dan Amir Mirza Hutagalung, SE dengan perolehan suara sebanyak 2458 suara, pasangan Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, MA dan H. Supratikno W. S dengan perolehan suara sebanyak 1583 suara, pasangan dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA dan Drs. H. Yahya Sumardi dengan perolehan suara sebanyak 1395 suara, dan pasangan Indra Sakti Harahap, ST, M. Si dan Dr. Delyuzar, Sp. PA dengan perolehan suara paling sedikit, sebanyak 736 suara.

  Hasil perolehan suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama di daerah Kecamatan Medan Johor, pasangan Drs. Rahudman Harahap, MM dan Drs. H. Dzulmi Eldin S, M. Si meraih suara terbanyak dengan perolehan suara sebanyak 8319 suara, disusul dengan pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP dengan perolehan suara sebanyak 7578 suara, lalu pasangan Ir. H. Maulana Pohan, MM dan H. Ahmad Arif, SE, MM dengan perolehan suara sebanyak 6999 suara, pasangan Sigit Pramono Asri, SE dan Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M. Sc dengan perolehan suara sebanyak 6568 suara, pasangan H. Ajib Shah dan Dr. Ir. Binsar Situmorang, M. Si dengan perolehan suara sebanyak 3109 suara, pasangan H. Bahdin Nur Tanjung, SE, MM dan Drs. H. Kasim Siyo dengan

  54 perolehan suara sebanyak 1871 suara, pasangan Drs. H. Joko Susilo dan Amir Mirza Hutagalung, SE dengan perolehan suara sebanyak 1660 suara, pasangan Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, MA dan H. Supratikno W. S dengan perolehan suara sebanyak 1648 suara, pasangan dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA dan Drs. H.

  Yahya Sumardi dengan perolehan suara sebanyak 755 suara, dan pasangan Indra sedikit, sebanyak 415 suara.

  Hasil perolehan suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama di daerah Kecamatan Medan Tuntungan, pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP meraih suara terbanyak dengan perolehan suara sebanyak 4902 suara, disusul dengan pasangan Sigit Pramono Asri, SE dan Ir. Hj. Nurlisa Ginting, M. Sc dengan perolehan suara sebanyak 3867 suara, lalu pasangan H. Ajib Shah dan Dr. Ir. Binsar Situmorang, M. Si dengan perolehan suara sebanyak 3789 suara, pasangan Ir. H. Maulana Pohan, MM dan H. Ahmad Arif, SE, MM dengan perolehan suara sebanyak 3071 suara, pasangan Drs. Rahudman Harahap, MM dan Drs. H. Dzulmi Eldin S, M. Si dengan perolehan suara sebanyak 2738 suara, pasangan Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, MA dan H. Supratikno W. S dengan perolehan suara sebanyak 1330 suara, pasangan H. Bahdin Nur Tanjung, SE, MM dan Drs. H. Kasim Siyo dengan perolehan suara sebanyak 850 suara, pasangan Drs. H. Joko Susilo dan Amir Mirza Hutagalung, SE dengan perolehan suara sebanyak 456 suara, pasangan Indra Sakti Harahap, ST, M. Si dan Dr. Delyuzar, Sp. PA dengan perolehan suara sebanyak 247 suara, dan pasangan dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA dan Drs. H. Yahya Sumardi dengan perolehan suara paling sedikit, sebanyak 216 suara. Lihat pada tabel.

  55

  56 Tabel II. 8. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010

  5 Drs. H. Joko Susilo Dan

  Dan Nelly Armayanti, SP, MSP 6019 7578 4902

  Dr. Ir. Binsar Situmorang, M. Si 6785 3109 3789 10 dr. Sofyan Tan

  9 H. AJib Shah Dan

  H. Ahmad Arif, SE, MM 4612 6999 3071

  8 Ir. H. Maulana Pohan, MM Dan

  H. Supratikno W. S 1583 1648 1330

  7 Prof. Dr. H. M. Arif Nasution, MA Dan

  Drs. H. Dzulmi Eldin S, M. Si 10220 8319 2738

  6 Drs. Rahudman Harahap, MM Dan

  Amir Mirza Hutagalung, SE 2458 1660 456

  Drs. H. Kasim Siyo 2824 1871 850

Dokumen yang terkait

Strategi Kampanye PDI Perjuangan dalam Pemilukada Kota Medan pada Putaran Pertama Tahun 2010 (Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP)

3 42 118

Pola Rekrutmen Calon Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013-2018 Pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sumatera Utara

3 43 123

Jaringan Komunikasi Politik dalam Penguatan Basis Massa (Studi pada Partai Demokrasi Indonesia [PDI] Perjuangan Kota Malang)

1 6 22

PELAKSANAAN FUNGSI REKRUTMEN POLITIK PADA PARTAI POLITIK (Studi Kasus pada Rekrutmen Anggota Legislatif Periode 2004 - 2009 oleh Dewan Pimpinan Cabang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Bandung)

1 8 1

Strategi Kampanye Pemilihan Komunitas 81 Dalam Memenangkan Calon Legislatif DPR (Studi Kasus Mengenai Strategi Komunitas 81 Dalam Memenangkan Calon Legislatif DPR Dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Rian Firmansyah di Daerah Pemilihan Jawa Barat II

0 3 1

Dinamika Komunikasi Politik Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat (Studi Kasus Mengenai Komunikasi Politik Calon Ketua Termuda Dalam Konferda DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Periode 2015-2020)

6 36 88

Marketing politik Partai PDI Perjuangan dalam upaya mendapatkan suara pada pemilihan kepada daerah (Pilkada) Bupati Tahun 2013 di Kabupaten Majalengka

1 26 117

Rekrutmen Calon Gubernur dan Wakil Gubernur oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Lampung Tahun 2013

1 17 79

BAB XIV MISI DAN PERJUANGAN NABI MUHAMMAD SAW - 14 Sejarah Perjuangan Nabi SAW di Mekah

0 0 6

BAB II PROFIL KABUPATEN LANGKAT DAN DPC PDI PERJUANGAN KABUPATEN LANGKAT A. Sejarah Ringkas Pemerintahan Kabupaten Langkat - Pengaruh Sistem Pemilu Proporsional Terbuka Terhadap Sosialisasi Ideologi Partai Dalam Kampanye (StudiPada : DPC Partai PDI Perjua

0 3 29