Strategi Kampanye PDI Perjuangan dalam Pemilukada Kota Medan pada Putaran Pertama Tahun 2010 (Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP)

(1)

STRATEGI KAMPANYE PDI PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA KOTA MEDAN PADA PUTARAN PERTAMA TAHUN 2010

(Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S1)

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

HAIKAL FAHMI HASIBUAN NIM: 060906045

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

HAIKAL FAHMI HASIBUAN (060906045)

STRATEGI KAMPANYE PDI PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA KOTA MEDAN PADA PUTARAN PERTAMA TAHUN 2010

(Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP). Rincian isi Skripsi, 107 halaman, 14 tabel, 1 skema, 11 buku, 5 situs internet, 3 arsip data, 1 AD/ART Organisasi, serta 2 Wawancara.

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba memberikan gambaran tentang strategi kampanye dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama, ketika saat itu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengusung pasangan calon walikota dan wakil walikota Medan, dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP. Berdasarkan hasil dari perolehan suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama lalu menunjukkan, dr Sofyan Tan, yang notabene adalah satu – satunya calon walikota yang berasal dari etnis non – pribumi dan merupakan kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, memperoleh banyak suara sehingga calon yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut maju ke pemilukada kota Medan putaran kedua tahun 2010 menghadapi pasangan calon yang diusung oleh gabungan koalisi Partai Golongan Karya Dan Partai Demokrat, Drs. Rahudman Harahap, MM dan Drs. H. Dzulmi Eldin S, M.Si. Dengan melihat fenomena tersebut, maka penelitian ini akan menjawab dua hal. Pertama, bagaimana perencanaan dan strategi kampanye yang dijalankan. Dan kedua, faktor yang membuat pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP memperoleh banyak suara pada pemilukada kota Medan Tahun 2010 putaran pertama.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi kampanye apa yang diterapkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan studi kepustakaan untuk mengeksplorasi tentang strategi kampanye Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan seputar pemilikada kota Medan tahun 2010 putaran pertama.

Salah satu hal yang menjadi kunci keberhasilan suatu partai politik, yaitu strategi kampanye yang dipakai pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggunakan beberapa strategi kampanye, yaitu membangun infrastuktur internal partai, pendekatan tokoh, dan bantuan sosial kemasyarakatan.

Kata Kunci: Strategi, Kampanye, Partai Politik, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama.


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh

Nama : Haikal Fahmi Hasibuan

NIM : 060906045

Departemen : Ilmu Politik

Judul : Strategi Kampanye PDI Perjuangan Dalam Pemilukada Kota

Medan Pada Putaran Pertama Tahun 2010 (Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP)

Menyetujui: Ketua

Departemen Ilmu Politik,

Dra. T. Irmayani, M.Si NIP: 1968806301994032001

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

(Dra. Evi Novida Ginting, MSP) (Husnul Isa Harahap, S.Sos, MS.i)

NIP: 196611111994032004 NIP: 198212312010121001

Mengetahui, Dekan FISIP USU,

(Prof. Dr. Badaruddin, MS.i) NIP: 196805251992031002


(4)

Skripsi ini dipersembahkan untuk yml; Ayahanda Ir. Munar Hasibuan Ibunda Ny. Rochaniaty br. Rambe Abangku Felix Armein Hasibuan, AMd Kakakku Andhina Hasibuan, S.Psi Bou: Hj. Rosmi Hasibuan, SH, MH dr. Hj. Berlian Hasibuan, Sp.A dr. Hj. Ida Lumongga Hasibuan Uda: Drs. Rachmat Sumanjaya Hasibuan Ir. H. Rafian Nauli Hasibuan Drs. Ak. Marali Hasibuan dan seluruh keluarga besar Jalan Ayahanda No. 72, Medan yang telah menyayangi, membantu, dan mengantar penulis menyelesaikan pendidikan di Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan


(5)

Hai Daud! Sesungguhnya Kami menjadikan engkau khalifah

di muka bumi. Maka putuskanlah perkara manusia dengan benar (adil). Jangan kamu turutkan hawa nafsu, nanti engkau akan disesatkannya dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan ditimpa azab yang berat, karena mereka melupakan hari berhisab (Q.S. Shaad/38: 26)


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Medan. Skripsi ini berjudul “Strategi Kampanye PDI Perjuangan Dalam Pemilukada Kota Medan Pada Putaran Pertama Tahun 2010 (Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP)”, yang menjelaskan tentang bagaimana sebenarnya strategi kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama, dengan menggunakan pendekatan marketing politik.

Dalam skripsi ini diuraikan bahwa kegiatan yang terkait strategi kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara tersebut digunakan dalam rangka merebut simpati masyarakat agar mau memilih calon walikota Medan pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama, dengan pasangan calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP.

Pada penelitian sebagai dasar penulisan skripsi, penulis berusaha bertemu dengan narasumber untuk memperoleh data akurat melalui wawancara mendalam, di samping data lain berupa studi pustaka, dan lain sebagainya. Karena penulis masih dalam tahap belajar, dan menyadari dengan keterbatasan segala sesuatunya, maka penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis berharap saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini sehingga lebih bermanfaat bagi penelitian selanjutnya.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya kepada Allah Swt Rabb semesta alam, yang telah memberi hidayah dan petunjuk kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya, yang telah membawa umatnya dari masa kegelapan ke masa pencerahan terang berilmu yang bermanfaat. Semoga syafa’at Beliau senantiasa kita peroleh. Amin Ya Rabbal ‘Aalamiin.

Dengan setulus hati, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU, Prof. Dr.

Badaruddin, M.Si.

2. Ibu Ketua Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU, Dra. T. Irmayani, M.Si.

3. Bapak Sekretaris Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU, Drs. P. Antonius Sitepu, M.Si.

4. Ibu Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik

Penulis, Dra. Evi Novida Ginting, MSP.


(7)

6. Seluruh dosen pengajar Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU yang selama ini telah membimbing penulis selama masa studi penulis.

7. Seluruh staf administrasi di Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU.

8. Bapak Wakil Sekretaris Bidang Internal Partai, Drs. Soetarto, M.Si dan Bapak Wakil Sekretaris Bidang Program Partai, Ir Akhyar Nasution, M.Si, dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DPD Provinsi Sumatera Utara, yang bersedia meluangkan waktunya menjadi narasumber penulis. 9. Seluruh teman – teman dari keluarga besar mahasiswa/i Departemen Ilmu

Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU, yang saling memberikan semangat dalam menimba ilmu, sungguh semua kenangan yang tidak terlupakan.

10.Doa dan dorongan semangat dari penulis untuk teman – teman di UKMI

As – Siyasah FISIP USU, tempat penulis menimba ilmu kerohanian Islam di kampus.

11.Seluruh sivitas akademika di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU. 12.Terima kasih khusus kepada para ilmuan dan para perintis ilmu politik

yang telah membuka cakrawala berpikir khusus bagi mahasiswa/i Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik USU, untuk bisa belajar, memahami, dan pada akhirnya berguna.

Sekali lagi penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, amat sangat mengharapkan saran dan kritik membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan karya ilmiah ini.

Medan, Juli 2012 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

LEMBAR PERSEMBAHAN iii

LEMBAR PEMBUKA iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah 1

I. 2. Perumusan Masalah 5

I. 3. Pembatasan Masalah 6

I. 4. Tujuan Penelitian 7

I. 5. Manfaat Penelitian 7

I. 6. Kerangka Teori

I. 6. 1. Partai Politik 8

I. 6. 2. Fungsi Partai Politik 9

I. 6. 3. Kampanye

I. 6. 3. 1. Sistem Kampanye 11

I. 6. 3. 2. Teori Kampanye Politik 13

I. 6. 3. 3. Teori Komunikasi Politik 14

I. 6. 3. 4. Strategi Komunikasi Kampanye 16

I. 6. 4. Marketing Politik

I. 6. 4. 1. Teori Strategi Politik Ofensif 24 I. 6. 4. 2. Teori Strategi Politik Defensif 25 I. 7. Metodologi Penelitian

I. 7. 1. Jenis Penelitian 26

I. 7. 2. Teknik Pengumpulan Data 26

I. 7. 3. Teknik Analisa Data 28

I. 7. 4. Lokasi Penelitian 29

I. 8. Sistematika Penulisan 30

BAB II PROFIL PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN

II. 1. Sejarah Dan Visi Misi Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan 31

II. 2. Susunan Kepengurusan Partai Demokrasi Indonesia

Perjuangan 36

II. 3. Dinamika Sosial Kota Medan 41

II. 4. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan


(9)

BAB III STRATEGI KAMPANYE PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN

III. 1. Alasan Mengapa dr. Sofyan Tan Dan Nelly Armayanti, SP, MSP Dipilih

Sebagai Pasangan Calon 76

III. 2. Kebijakan Dan Strategi Umum Partai 82

III. 3. Langkah – Langkah Melibatkan Struktur Partai

Dalam Kampanye 91

III. 4. Faktor – Faktor Kemenangan 97

BAB IV PENUTUP

IV. 1. Kesimpulan 102

IV. 2. Saran 104


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1. Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan Masa Bakti 2010 – 2015 37 Tabel II. 2. Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi

Sumatera Utara 40

Tabel II. 3. Walikota Medan Dari Masa Ke Masa 44

Tabel II. 4. Demografi Penduduk Di Kota Medan 45

Tabel II. 5. Perbandingan Etnis di Kota Medan Pada Tahun

1930, 1980, dan 2000 48

Tabel II. 6. Komposisi Etnis Berdasarkan Okupasi Profesional 50

Tabel II. 7. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama

Di Kecamatan Medan Amplas, Medan Area,

Dan Medan Kota 53

Tabel II. 8. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama

Di Kecamatan Medan Denai, Medan Johor,

Dan Medan Tuntungan 56

Tabel II. 9. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama

Di Kecamatan Medan Baru, Medan Selayang,

Dan Medan Maimun 59

Tabel II. 10. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama

Di Kecamatan Medan Polonia, Medan Sunggal,

Dan Medan Petisah 62

Tabel II. 11. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama

Di Kecamatan Medan Helvetia, Medan Barat,

Dan Medan Timur 65

Tabel II. 12. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama

Di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Tembung,

Dan Medan Deli 68

Tabel II. 13. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama

Di Kecamatan Medan Labuhan, Medan Marelan,

Dan Medan Belawan 71

Tabel II. 14. Hasil Perolehan Suara Pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

HAIKAL FAHMI HASIBUAN (060906045)

STRATEGI KAMPANYE PDI PERJUANGAN DALAM PEMILUKADA KOTA MEDAN PADA PUTARAN PERTAMA TAHUN 2010

(Mengusung Pasangan Calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP). Rincian isi Skripsi, 107 halaman, 14 tabel, 1 skema, 11 buku, 5 situs internet, 3 arsip data, 1 AD/ART Organisasi, serta 2 Wawancara.

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba memberikan gambaran tentang strategi kampanye dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama, ketika saat itu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengusung pasangan calon walikota dan wakil walikota Medan, dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP. Berdasarkan hasil dari perolehan suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama lalu menunjukkan, dr Sofyan Tan, yang notabene adalah satu – satunya calon walikota yang berasal dari etnis non – pribumi dan merupakan kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, memperoleh banyak suara sehingga calon yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut maju ke pemilukada kota Medan putaran kedua tahun 2010 menghadapi pasangan calon yang diusung oleh gabungan koalisi Partai Golongan Karya Dan Partai Demokrat, Drs. Rahudman Harahap, MM dan Drs. H. Dzulmi Eldin S, M.Si. Dengan melihat fenomena tersebut, maka penelitian ini akan menjawab dua hal. Pertama, bagaimana perencanaan dan strategi kampanye yang dijalankan. Dan kedua, faktor yang membuat pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP memperoleh banyak suara pada pemilukada kota Medan Tahun 2010 putaran pertama.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi kampanye apa yang diterapkan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode wawancara dan studi kepustakaan untuk mengeksplorasi tentang strategi kampanye Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan seputar pemilikada kota Medan tahun 2010 putaran pertama.

Salah satu hal yang menjadi kunci keberhasilan suatu partai politik, yaitu strategi kampanye yang dipakai pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggunakan beberapa strategi kampanye, yaitu membangun infrastuktur internal partai, pendekatan tokoh, dan bantuan sosial kemasyarakatan.

Kata Kunci: Strategi, Kampanye, Partai Politik, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Demokrasi dapat juga diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat, sesuai dengan asal dari arti istilah katanya, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan. Dalam bidang ilmu politik, konsep demokrasi merupakan sebuah kata kunci tersendiri. Hal tersebut menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Wujud dari partisipasi masyarakat di dalam demokrasi biasanya dilekatkan langsung dengan pelaksanaan pemilihan umum, atau pemilu. Pemilu merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari lembaga perwakilan dan partai politik. Pemilu sebagai salah satu cara pelaksanaan demokrasi, walaupun tidak sepenuhnya pendapat demokrasi bakal terwujud di dalam negara yang melaksanakan proses pemilu tersebut. Sebagaimana yang diketahui pada zaman yang modern ini dapat dikatakan tidak ada satu negara pun yang dapat melaksanakan demokrasinya secara langsung. Hal ini disebabkan karena terlalu luasnya wilayah dan begitu besarnya jumlah penduduk. Oleh karena itu, adapun demokrasi yang digunakan adalah demokrasi perwakilan, dimana hak-hak rakyat untuk dapat ikut dalam menentukan haluan negara dilakukan oleh sebagian kecil dari seluruh rakyat menempati lembaga perwakilan yang disebut parlemen, yang dipilih melalui proses pemilihan umum.

Semenjak tahun 1999, pemilihan umum di Indonesia mengalami banyak sekali perubahan, dimana pemilu dilaksanakan dengan sistem multi partai.


(13)

Dibukanya keran partisipasi peserta pemilu seluas-luasnya dimanfaatkan oleh berbagai partai untuk mengikuti proses pesta demokrasi tersebut. Selain dibukannya keran untuk multi partai, semenjak itu pula pemilihan umum memberikan kesempatan kepada perseorangan atau individu untuk maju dalam pemilihan kepala daerah secara langsung yang dipilih oleh rakyat, bukan melalui lembaga legislatif lagi. Salah satu partai yang mendapatkan titik balik dalam pelaksanaan demokrasi pada tahun 1999 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau yang dahulu bernama Partai Demokrasi Indonesia adalah sebuah partai politik yang lahir sejak masa Orde Baru, yang ditandai dengan membaurnya tiga partai yang berasaskan nasional dan dua partai agama. Partai ini berkarakter kebangsaan dan berwawasan nasional. Sepanjang sejarah perjalanannya, partai ini sudah melalui berbagai macam masalah yang dikarenakan oleh intervensi rezim Orde Baru pada saat itu. Namun peristiwa di Medan tahun 1996 menjadi titik awal bangkitnya partai yang mengusung slogan membela wong cilik ini yang diawali dengan terpilihnya Megawati Soekarno Putri sebagai ketua umum Partai Demokrasi Indonesia pada kongres di Medan tahun 1996 ketika itu. Rezim Orde Baru tidak menyukai hasil kongres tersebut dan mengintervensi agar dipilih tokoh lain menjadi ketua umum Partai Demokrasi Indonesia, sehingga timbullah pertikaian tersebut. Akhirnya pada 1999, Partai Demokrasi Indonesia atas prakarsa dari Megawati Soekarno Putri saat itu diganti namanya menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang tetap berdiri hingga saat ini.

Pemilukada Kota Medan tahun 2010 lalu berlangsung dalam dua putaran, yang saat itu menyisakan antara dua pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Medan, pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin yang diusung oleh Partai Golongan Karya dan Partai Demokrat serta pasangan dr. Sofyan Tan (yang notabene adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) dan Nelly Armayanti, SP. MSP yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dan Partai Damai Sejahtera (PDS).


(14)

Calon walikota Medan yang diusung adalah dr. Sofyan Tan yang notabene adalah satu – satunya calon yang berasal dari etnis Tionghoa. Berlatar belakang seorang dokter, dr. Sofyan Tan justru berkiprah di bidang sosial kemasyarakatan. Beliau membuat sekolah pembauran, Yayasan Sultan Iskandar Muda, dengan tujuan agar membaur antara etnis Tionghoa dan non – Tionghoa. Seperti diketahui bahwasanya ketika zaman Orde Baru, etnis Tionghoa didiskriminasi dalam hal apapun dalam masyarakat, seperti dilarang merayakan Imlek, dilarang berkecimpung dalam politik, dan sebagainya. Maka dari hal tersebut itulah, dr. Sofyan Tan berusaha menghapus stigma buruk tersebut. Sudah banyak kegiatan sosial yang dilakukan oleh dr. Sofyan Tan jauh sebelum menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, terutama pada kegiatan sosial yang berfokus pada pendidikan murah bagi masyarakat mampu. Sejak saat itulah, dr. Sofyan Tan dikenal masyarakat karena kedermawanannya. Dan dr. Sofyan Tan juga sangat dekat dengan berbagai tokoh masyarakat. Makanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan melihat fenomena tersebut sebagai peluang untuk meraih banyak suara pada pemilukada kota Medan Tahun 2010. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pun melihat bahwa dr. Sofyan Tan adalah seorang kader yang memiliki kualitas, terutama dalam hal pengetahuan tentang permasalahan di kota Medan saat ini.

Pasangan Calon Walikota Dan Calon Walikota Medan Tahun 2010 saat itu, dr. Sofyan Tan dan pasangannya Nelly Armayanti, SP. MSP beserta tim kampanye mereka berhasil maju ke putaran kedua pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 melawan pasangan calon lain yang diusung Partai Demokrat dan Partai Golongan Karya, Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin, dengan menyingkirkan delapan pasangan calon yang lain yang juga memiliki catatan karir dan prestasi yang tidak kalah hebatnya, yaitu pasangan Indra Sakti Harahap dan Delyuzar, pasangan Maulana Pohan dan Ahmad Arif, pasangan Sigit Pramono Asri dan Nurlisa Ginting, pasangan Bahdin Nur Tanjung dan Kasim Siyo, pasangan Sjahrial Anas dan Yahya, pasangan Ajib Shah dan Binsar Situmorang,


(15)

pasangan Joko Susilo dan Amir Mirza Hutagalung, dan pasangan H. M. Arif Nasution dan Supratikno.

Berdasarkan data resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan mengenai hasil perolehan suara Pemilukada Kota Medan tahun 2010 putaran pertama, pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti berada di urutan kedua dengan memperoleh 140676 suara atau 20.72 % dari total jumlah pemilih di kota Medan, unggul di kawasan pusat Kota Medan, dimana warganya cenderung memilih pasangan yang diusung koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Damai Sejahtera ini. Kemenangan pasangan ini di Kecamatan Medan Kota, Medan Area, Medan Tuntungan, Medan Perjuangan, Medan Baru, Medan Barat, Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Timur, Medan Maimun dan Medan Polonia. Sedangkan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin berada di urutan pertama dengan memperoleh 150671 suara atau 22.20 % dari total jumlah pemilih di kota Medan. Pasangan yang diusung oleh Partai Demokrat Dan Partai Golongan Karya ini lebih menguasai daerah pinggiran kota seperti di Kawasan Medan Utara yakni, Kecamatan Medan Marelan, Medan Deli dan Medan Labuhan. Selain itu, pasangan ini juga unggul di Medan Amplas, Medan Denai, Medan Johor, Medan Tembung, Medan Selayang dan Medan Helvetia. Khusus untuk daerah Medan Belawan, hanya daerah kecamatan Medan Belawan yang dimenangkan oleh pasangan Ajib Shah dan Binsar Situmorang.

Menarik membaca suatu pendapat dari Muhammad Rizal selaku Ketua Lembaga Riset Publik (Larispa) Medan yang tertulis dari sumber lain di internet, yang mengatakan bahwa “Selama ini diketahui kaum Tionghoa sangat tertutup dengan pribumi, ini yang mengakibatkan masyarakat Medan kurang memilih

Sofyan Tan untuk menjadi walikota Medan ini”1

1

http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=124813:larispa-softan-tan-tak-bisa-satukan-minoritas-dengan-mayoritas&catid=165:pilkada-medan&Itemid=94. Larispa: Softan Tan tak bisa satukan minoritas dengan mayoritas. Diambil Tanggal 1 Juli 2011

. Rizal bahkan mengatakan, “Kekalahan Sofyan Tan ini memang sudah diprediksi sebelumnya. Dari riset yang dilakukan, warga Medan lebih cenderung ke Rahudman-Eldin, dikarenakan


(16)

popularitas mereka lebih baik dari Softan Tan-Nelly”2. Selain itu menurut Rizal, “Faktor kekalahan yang paling tampak yaitu, Softan Tan dinilai gagal

menyatukan kaum minoritas yaitu etnis Tionghoa dengan pribumi”.3

2 ibi

3

http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=124813:larispa-softan-tan-tak-bisa-satukan-minoritas-dengan-mayoritas&catid=165:pilkada-medan&Itemid=94. Larispa: Softan Tan tak bisa satukan minoritas dengan mayoritas. Diambil Tanggal 1 Juli 2011

Sebagian pendapat dari Rizal sangat benar dan masuk akal, namun sebagian yang lain tidak sepenuhnya benar. Mengapa? Kalau ternyata benar kekalahan pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang diutarakan oleh Rizal di atas, mengapa pada Pemilukada Kota Medan putaran pertama tahun 2010 dr. Sofyan Tan sebagai satu-satunya calon Walikota Medan yang non-pribumi mampu menyingkirkan delapan pasangan calon lain yang memiliki massa pendukung yang tidak kalah banyak pula. Pasti ada faktor-faktor lain yang menyebabkan dr. pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP kalah pada Pilkada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua tersebut. Namun, fokus penelitian kali ini tidak akan berbicara mengenai faktor-faktor kekalahan pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP kalah pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua tersebut. Akan tetapi, fokus penelitian kali ini adalah mengamati dan melihat faktor-faktor kesuksesan pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti yang berhasil menyingkirkan delapan pasangan calon lain dan maju ke putaran kedua Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 melawan pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin.

I. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat membuat perumusan masalah, yaitu


(17)

• Bagaimana perencanaan dan strategi kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Sumatera Utara dalam mengusung pasangan Calon Walikota Dan Calon Wakil Walikota Medan, dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti pada Pilkada Kota Medan Tahun 2010 Putaran Pertama.

• Apa saja faktor yang membuat pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly

Armayanti, SP. MSP memperoleh banyak suara, sehingga pasangan calon tersebut berhasil maju ke putaran kedua Pemilukada Kota Medan tahun 2010 melawan pasangan Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin.

I. 3. Pembatasan Masalah

Sebuah penelitian membutuhkan ruang pembatasan masalah agar tidak melebar dan meluas, sehingga kiranya dapat memberikan hasil yang memuaskan sesuai dengan maksud tujuan penelitian. Maka penelitian ini mempunyai batasan masalah:

• Difokuskan hanya pada kasus Pemilukada Kota Medan tahun 2010

putaran pertama saja.

• Difokuskan pada inti dari penelitian ini, yaitu strategi kampanye pasangan dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP beserta Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang berkoalisi dengan Partai Damai Sejahtera sebagai tim kampanye kendaraan politik pasangan tersebut, dan faktor – faktor yang membuat dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP meraih banyak suara pada Pemilukada Kota Medan Putaran Pertama Tahun 2010.


(18)

I. 4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

• Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya perencanaan dan strategi

kampanye yang dijalankan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Medan dalam mengusung pasangan Calon Walikota Dan Calon Wakil Walikota Medan, dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti pada Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran pertama.

• Untuk mengetahui apa sajakah faktor yang membuat pasangan dr. Sofyan

Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP memperoleh banyak suara sehingga pasangan Calon Walikota Dan Calon Wakil Walikota Medan, dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti pada Pilkada Kota Medan Tahun 2010 tersebut maju ke Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 putaran kedua dengan menyingkirkan delapan pasangan calon yang lain yang juga tidak kalah hebatnya.

I. 5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

• Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan kreatifitas dan

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis serta sebagai media bagi penulis untuk menghasilkan karya-karya ilmiah penulis berikutnya. Penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan baru terutama yang berkaitan dengan objek penelitian seperti proses kampanye dan partai politik. Setelah melaksanakan penelitian ini, diharapkan dapat membuka hal-hal yang dapat memberikan masukan bahwa kenyataan dan teori sangatlah berbeda karena dalam penerapan di lapangan dihadapkan


(19)

dalam berbagai masalah yang sangat sulit. Oleh karena itu, penelitian ini dapat memberikan pengalaman untuk mengantisipasi dan mengeliminasi berbagai masalah yang akan timbul di luar dunia akademik.

• Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi bidang keilmuan yang sedang

ditempuh, yaitu bidang Ilmu Politik. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran baru tentang kampanye partai politik.

• Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi lembaga institusi dalam hal ini adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kota Medan, dalam merumuskan cara-cara kampanye yang tepat untuk memenangkan yang pemilu.

I. 6. Kerangka Teori

I. 6. 1. Partai Politik

Partai Politik menurut Inu Kencana Syafi’I adalah “sekelompok orang-orang yang memiliki ideologi yang sama, berniat merebut dan mempertahankan kekuasaan dengan tujuan untuk memperjuangkan kebenaran, dalam suatu level Negara.”4

A Group of citizen more or less organized, who act as a political unit and who by the use of their voting power, aim to control the government and carry out their general policies (partai politik adalah sekelompok warga yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai satu kesatuan politik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaan untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum mereka)

. Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh R. H.

Soltau yang dikutip Miriam Budiardjo dalam Dasar-Dasar Ilmu Politik,

dikemukakan bahwa,

5

4 Inu Kencana Sjafii. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: CV. Bandar Madju. 1994. Hal 58 5 Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1966. Hal 160-161


(20)

Melihat uraian di atas dapat dibatasi bahwa partai politik merupakan sekelompok warga Negara yang mempunyai kesamaan persepsi dan kepentingan di mana tujuannya untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dalam negara. Partai politik juga dapat dikatakan sebagai perantara antara pemerintahan dan masyarakat.

I. 6. 2. Fungsi Partai Politik

Selain mempertahankan kekuasaan partai politik juga mempunyai beberapa fungsi lain seperti yang dikemukakan oleh Ramlan Surbakti dalam buku

Memahami Ilmu Politik, yaitu: 6

• Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik

Partai politik sebagai sosialisasi politik adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup yang diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal, non-formal, dan informal maupun secara tidak sengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-hari, baik dalam kehidupan keluarga dan tetangga maupun dalam kehidupan masyarakat.

• Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik

Partai politik sebagai rekrutmen politik adalah seleksi, pemilihan, dan pengangkatan seseorang dan sekelompok orang, untuk melaksanakan peranan pada umumnya dan pengangkatan pada khususnya.


(21)

• Partai politik sebagai sarana partisipasi politik

Partai politik sebagai partisipasi politik adalah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses dan pelaksanaan pembuatan kebijakan umum yang ikut menentukan pemimpin pemerintah.

• Partai politik sebagai sarana pemandu kepentingan

Partai politik sebagai pemandu kepentingan adalah kepentingan menampung, menganalisis, dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda dan bahkan bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan menjadi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

• Partai politik sebagai sarana komunikasi politik

Partai politik sebagai komunikasi politik adalah proses penyampaian informasi mengenai politik dan pemerintahan kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.

• Partai politik sebagai sarana pengatur konflik

Partai politik sebagai pengatur konflik adalah dengan cara berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik. Kemudian membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.


(22)

• Partai politik sebagai sarana kontrol politik

Partai politik sebagai kontrol politik adalah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan, kelemahan, dan penyimpangan dalam suatu isi kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah.

Fungsi partai politik sebagaimana telah disebutkan di atas pada intinya adalah sebagai penghubung antara masyarakat dan pemerintah dalam segala hal. Selain itu partai berfungsi untuk membuat kondisi yang terjadi di masyarakat dan di pemerintahan menjadi lebih baik. Partai politik dalam upaya untuk menarik simpati dari masyarakat harus melakukan kampanye.

I. 6. 3. Kampanye

1. 6. 3. 1. Sistem Kampanye

Menurut Wicipto Setiadi dalam bukunya, Peran Partai Politik Dalam

Penyelenggaraan Pemilu Yang Aspiratif, Dalam Dirjen Perundang-Undangan Departemen Hukum Dan HAM, Jurnal Legislasi Indonesia,

Pemilu dapat dikatakan aspiratif dan demokratis apabila memenuhi beberapa persyaratan. Pertama, harus bersifat kompetitif, dalam artian pemilu bebas dan otonom. Kedua, pemilu diselenggarakan secara teratur dengan jarak waktu yang jelas. Ketiga, pemilu harus inklusif, artinya semua kelompok masyarakat harus memiliki peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam pemilu. Keempat, pemilih harus diberi keleluasaan untuk mempertimbangkan dan mendiskusikan alternatif pilihannya dalam suasana bebas tidak di bawah tekanan dan akses informasi yang luas. Kelima, penyelenggara Pemilu yang tidak memihak dan independen.7

7 Wicipto Setiadi. Peran Partai Politik Dalam Penyelenggaraan Pemilu Yang Aspiratif, Dalam Dirjen

Perundang-Undangan Departemen Hukum Dan HAM, Jurnal Legislasi Indonesia Volume 5 No 1 Maret 2008. Jakarta: Perundang-Undangan Deopartemen Hukum Dan HAM. 2008. Hal 29


(23)

Menurut isi Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah Pasal 76 serta pasal 77,

Mengamanatkan kampanye Pemilu 2009 akan dilaksanakan oleh pelaksana kampanye yang terdiri atas pengurus partai politik, calon anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, juru kampanye, orang-seorang, dan organisasi yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Pelaksanaan kampanye Pemilu 2009 juga diikuti oleh peserta kampanye dan didukung oleh petugas kampanye.8

Pengaturan mengenai materi kampanye yang dilaksanakan oleh calon anggota DPR, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota meliputi visi, misi, dan program partai politik. Sedangkan metode yang dapat dipergunakan dalam pelaksanaan kampanye Pemilu 2009 meliputi pertemuan terbatas; pertemuan tatap muka; media cetak dan media massa elektronik; penyebaran bahan kampanye kepada umum; pemasangan alat peraga ditempat umum; rapat umum; dan kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan peraturan perundang-undangan.

Kemudian, menurut isi Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 Pasal 80 Ayat (1) dan Pasal 8,

9

Agar penyampaian pesan politik pada bagian kampanye Pemilu 2009 dapat diketahui oleh banyak orang pada tempat yang berbeda-beda, maka diperlukan upaya yang maksimal dalam rangka penyampaian pesan kampanye oleh Peserta Pemilu kepada masyarakat. Penggunaan media massa dalam bentuk pemberitaan, penyiaran, dan iklan kampanye adalah solusi efektif untuk memaksimalkan upaya penyampaian pesan politik pada tahapan kegiatan kampanye tersebut. Pesan kampanye itu sendiri dapat berupa tulisan, suara, gambar, tulisan dan gambar, atau suara dan

Lalu, pada Pasal 89 Ayat (2), Ayat (3), Pasal 91 Ayat (1) dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 dikatakan bahwa,

8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah, Pasal 76, Pasal 77


(24)

gambar, yang bersifat naratif, grafis, karakter, interaktif atau tidak interaktif, serta yang dapat diterima melalui perangkat penerima pesan.10

Menurut Arnold Steinberg, kampanye politik adalah cara yang digunakan warga negara dalam demokrasi untuk menentukan siapa yang akan memerintah mereka, kampanye politik merupakan usaha yang terkelola, terorganisir untuk mengikhtiarkan orang dicalonkan, dipilih, dan dipilih kembali dalam suatu jabatan resmi. Setiap kampanye politik adalah suatu usaha hubungan masyarakat.

1. 6. 3. 2. Teori Kampanye Politik

Kampanye politik dalam suatu pemilihan umum adalah bagian dari demokrasi, meskipun kritik yang disampaikan melalui karikatur sering memberikan kesan tidak baik, tetapi kampanye pemilu tidak dapat dianggap sebagai tidak legitim ataupun tidak bermoral. Kampanye pemilu merupakan instrumen yang sah, dimana kelompok kepentingan politik berupaya menjelaskan kebenaran tujuannya kepada masyarakat umum. Kampanye politik mendapatkan legitimasi dari arti pemilu itu sendiri, karena pemilu adalah pondasi kebebasan individu.

11

Product oriented campaign (commercial campaingn atau corporate campaign), atau kampanye yang berorientasi pada produk umum yang terjadi di dunia bisnis. Motivasi yang mendasarinya adalah keuntungan finansial. Cara yang ditempuh adalah dengan memperkenalkan produk dan

Menurut Charles U. Larson, kampanye dibagi ke dalam tiga kampanye, yaitu:

10 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah, Pasal 89 Ayat (2), Ayat (3), Pasal 91 Ayat (1)


(25)

melipatgandakan penjualan sehingga didapatkan keuntungan yang didapatkan.

Candidate Oriented Campaigns atau kampanye yang berorientasi pada kandidat, umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat juga disebut sebagai political campaigns (kampanye politik). Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat-kandidat yang diajukan oleh partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan melalui proses pemilihan umum.

Ideologically Or Cause Oriented Campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan sering kali berdimensi perubahan sosial.

1. 6. 3. 3. Teori Komunikasi Politik

Menurut Arifin Rahman, “Komunikasi politik merupakan salah satu input dari sistem politik, dimana komunikasi politik ini menggambarkan proses informasi-informasi politik”. Sedangkan menurut Alfian, “Komunikasi politik yang diasumsikan yang menjadi sistem politik itu hidup dan dinamis. Komunikasi politik mempersembahkan semua kegiatan dari sistem politik, sehingga aspirasi dan kepentingan dikonversikan menjadi berbagai kebijaksanaan”.

Menurut Redi Panuju, unsur-unsur dalam komunikasi politik umumnya terdiri dari komunikator, komunikan, pesan, media, tujuan, efek, dan sumber komunikasi. Kesemua unsur ini berada pada dua struktur politik, yakni infrastruktur politik. Dari kerangka di atas dapat diasumsikan bahwa komunikasi semata-mata sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Lebih jauh ia mengatakan bahwa enam bagian skenario berfikir, yaitu:


(26)

• Komunikasi merupakan cara dan teknik penyerahan sejumlah tuntutan dan dukungan sebagai input dalam sistem politik, misalnya dalam rangka artikulasi kepentingan.

• Komunikasi digunakan sebagai penghubung antara pemerintah dengan

rakyat, baik dalam rangka mobilisasi sosial untuk implementasi tujuan, memperoleh dukungan, memperoleh kepatuhan, dan integrasi politik. Komunikasi juga digunakan sebagai bentuk feed back atas sejumlah output (kebijakan pemerintah).

• Komunikasi menjalankan fungsi sosialisasi politik kepada warga negara.

• Komunikasi menjalankan peran member ancaman (coercion) sekaligus

juga memberikan batasan-batasan mengenai hal-hal yang ditabukan untuk membatasi ruang gerak aktivitas politik masyarakat.

• Komunikasi mengkoordinasikan tata nilai politik yang diinginkan,

sehingga mencapai tingkat hegemonitas yang reaktif. Hegemonitas nilai-nilai politik ini sangat menentukan stabilitas politik.

• Komunikasi sebagai kekuatan kontrol sosial yang memelihara idealisasi

sosial dan keseimbangan politik.

Pendapat umum tidak dibentuk dalam isolasi, dan tidak hanya menjadi satu bagian yang terintegrasi dari proses komunikasi politik saja, akan tetapi juga dari proses-proses sosialisasi, partisipasi, dan perekrutan. Pendapat umum tersebut erat terlibat dalam setiap proses, sebab apa yang diketahui orang dan diyakini merupakan faktor penting dalam penentuan tingkah laku politik mereka.

Pendapat umum adalah hasil dari pengaruh kontak tatap muka dan media massa, pengaruh orang tua, pendidikan, kelompok sebaya, kelompok kerja, dan waktu senggang, dan opinion leaders di satu pihak dan dari pengaruh surat kabar media cetak. Tentunya semua pengaruh ini tidak sama pentingnya, dan dalam banyak hal tergnatung pada evaluasi masing-masing individu.


(27)

I. 6. 3. 4. Strategi Komunikasi Kampanye

Beberapa pengertian kampanye diantaranya menurut pendapat W.B Gudykunst dan Bella Mody di dalam salah satu karya buku mereka, Handbook Of International And Intercultural Communication, “a communication campaign in an organized communication activity, directed at a particular audience, for a particular period of time, to achieve a particular goal.”12

Mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. Setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung 4 hal yakni tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, biasanya dipusatkan dalam kurun waktu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir. Di samping keempat hal tersebut kampanye juga memiliki karakter yaitu sumber yang jelas yang menjadi penggagas, perancang, penyampai, sekaligus penanggungjawab suatu produk kampanye, sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.

Sedangkan menurut pendapat Roger dan Storey yang dikutip oleh Antar Venus dalam bukunya,

Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi,

13

Persoalan untuk mengemas pesan politik dalam kampanye pemilu menjadi urusan yang sangat penting bagi partai politik dan calon anggota legislatif yang maju bersamanya, agar makna pesan dapat diterima secara efektif oleh audiensnya. Pesan sebagai elemen kampanye diartikan sebagai pernyataan ringkas yang menyebutkan mengapa pemilih harus memilih seorang kandidat tertentu. Pesan adalah salah satu aspek terpenting dalam Menurut pendapat Surya Kusuma dan Yon Hotman di dalam buku mereka,

Panduan Sukses Kampenye Pemilu 2009,

12 W.B Gudykunst and Bella Mody. Handbook Of International And Intercultural Communication. Thousands Oaks: Sage

Publications. 2002. Hal 10

13 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.


(28)

setiap kampanye politik. Dalam kampanye politik modern, pesan harus disusun dengan sangat hati-hati sebelum disebarkan dan menjadi konsumsi media dan publik.14

Setidaknya ada dua aspek penting yang harus diperhatikan berkaitan pengaruh pesan terhadap keberhasilan kampanye, yaitu isi pesan dan struktur pesan. Isi pesan mensyaratkan materi pendukung seperti ilustrasi dan kejadian bersejarah sangat berpengaruh terhadap kekuatan pesan dalam mempengaruhi sikap orang yang menerima pesan tersebut. Isi pesan juga harus menyertakan visualisasi mengenai dampak positif atas respon tertentu yang diharapkan muncul dari khalayak sasaran. Sedangkan struktur pesan mensyaratkannya atas sisi pesan (message sideness), susunan penyajian (order of presentation), dan pernyataan

kesimpulan (drawing conclusion). Sisi pesan memperlihatkan bagaimana

argumentasi yang mendasari suatu pesan persuasive disajikan kepada khalayak. Bila pelaku kampanye hanya menyajikan pesan-pesan yang mendukung posisinya maka ia menggunakan pola pesan satu sisi (one shield fashion). Kelemahannya kekuatan posisi pihak lawan tidak pernah dinyatakan secara eksplisit. Susunan penyajian erat kaitannya dengan cara penyusunan klimaks, antiklimaks, dan susunan pyramidal. Pernyataan kesimpulan terkait apakah khalayak perlu disajikan kesimpulan secara eksplisit atau membiarkannya untuk menarik kesimpulan sendiri.15

Pengertian kampanye menurut Dan Nimmo tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Rogers dan Storey yang dikutip dari Antar Venus dalam

buku Manajemen Kampanye, yaitu, “Serangkaian tindakan komunikasi yang

terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.”

16

14 Surya Kusuma dan Yon Hotman. Panduan Sukses Kampenye Pemilu 2009. Jakarta: Pustaka Cendikia Muda. 2008. Hal

25

15 Antar Venus. Op Cit. Hal 76

16 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.


(29)

Adapun pengertian kampanye menurut Pfau dan parot, juga dikutip oleh Antar Venus, memberikan defenisi sebagai berikut.

A campaign is conscious, sustained and incremental process designed to be implemented over a specified period of time for the purpose of influencing a specified audience.” (Kampanye adalah suatu proses yang dirancang secara sadar, bertahap, dan berkelanjutan yang dilaksanakan pada rentang waktu dengan tujuan mempengaruhi khalayak sasaran yang telah ditetapkan).17

A campaign is coordinated use of different method of communication aimed at focusting attendtion on a particular problem and it’s solution over a period of time.” (Kampanye dapat dikatakan sebagai pemanfaatan berbagai metode komunikasi yang berbeda secara terkoordinasi dalam waktu tertentu, yang ditunjukkan untuk mengarahkan khalayak pada masalah tertentu berikut pemecahannya).

Kampanye pada dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempengaruhi khalayak. Kegiatan ini dilakukan dengan terlebih dulu menentukan khalayak sasaran yang telah disesuaikan dengan tujuan pelaksanaan kampanye. Hal tersebut sejalan dengan pengertian kampanye menurut Rajasundaram yang juga dikutip dari Antar Venus adalah,

18

Menurut defenisi-defenisi di atas dapat dilihat bahwa kampanye adalah proses komunikasi yang dilakukan untuk mempengaruhi khalayak dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kampanye juga dapat dikatakan sebagai tindakan untuk membuat efek tertentu pada masyarakat. Sebuah kampanye yang baik adalah kampanye yang dilakukan dengan perencanaan yang matang. Adapun masalah tahapan perencanaan dalam sebuah kampanye menurut Gregory, dalam Venus, adalah seperti pada skema berikut ini.19

17 Ibid. Hal 8 18 ibi 19 Ibid. Hal 9


(30)

Tahapan Proses Perencanaan Kampanye

Analisis

Analisis

Tinjauan

Tinjauan

Strategi

Pesan

Waktu

Taktik

Sumber Daya


(31)

Format penyajian rencana kampanye menurut Gregory, dalam Venus, terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut. Bagian pertama, analisis masalah. Bagian ini menyajikan keterangan seputar latar belakang program kampanye, analisis kondisi lingkungan baik yang bersifat positif maupun negatif, serta tujuan organisasi yang mengadakan kampanye. Latar belakang kampanye hendaklah bersifat narasi yang menarik karena akan mengantarkan pembaca kepada bagian selanjutnya. Pada bagian ini ditekankan juga alasan-alasan mengenai pentingnya kampanye tersebut dilaksanakan. Sedangkan analisis kondisi lingkungan dan organisasi bisa dibuat narasi ataupun menggunakan poin-poin.20

Bagian kedua, tujuan program kampanye. Bagian ini menyajikan tujuan program kampanye yang dituangkan secara spesifik dan terukur. Kemudian bagian ketiga, menentukan pesan kampanye. Bagian ini menyajikan keterangan seputar latar belakang program kampanye, analisis kondisi lingkungan baik yang positif maupun negatif, serta tujuan. Lalu bagian keempat, sasaran kampanye. Ada baiknya penulisan sasaran lengkap dengan penggolongan sasaran tersebut ke dalam lapisan-lapisan tingkat bidikan. Mulai dari lapisan utama, kedua, dan seterusnya. 21

Bagian kelima, strategi dan taktik. Penulisan strategi dan taktik ini diikuti dengan performance indikator yang membuka keterangan jelas dan terukur mengenai hasil yang diharapkan dari penggunaan taktik dan strategi tersebut. Bagian keenam, alokasi waktu dan sumber daya. Sajikan alokasi waktu dan sumber daya sejelas mungkin, namun dalam bentuk rangkuman. Karena perencanaan waktu dan sumber daya biasanya panjang dan detail, maka keterangan selengkapnya diberikan pada lampiran. Dan bagian ketujuh, metode evaluasi. Bagian ini menyediakan keterangan secara garis besar mengenai metode evaluasi yang akan digunakan, serta cara-cara pelaksanaannya.22

Berdasarkan teori di atas diterangkan bahwa di dalam kampanye dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan apabila proses perencanaan kampanye haruslah memperhatikan sasaran, pesan yang sesuai dengan kondisi sasaran, strategi yang sesuai dan waktu yang tepat supaya kampanye yang dijalankan dapat diterima sasaran. Selain perencanaan terdapat juga beberapa hal yang sangat

20 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. Hal 145

21 Ibi 22 Ibi


(32)

penting untuk penunjang keberhasilan sebuah kampanye. Menurut Mendelson, untuk suksesnya kampanye biasanya untuk:23

• Kampanye seharusnya menetapkan tujuan yang realistis sesuai situasi

maslah dan sumber daya yang tersedia. Suksesnya sebgaian besar kampanye periklanan, lanjut Mendelson, umumnya dikarenakan tujuan-tujuan yang realistis.

• Semata-mata menyampaikan pesan kampanye melui media tidak cukup.

Karena itu pemanfaatan berbagai fungsi saluran komunikasi secara terpadu perlu dilakukan terutama saluran komunikasi antar pribadi.

• Perencanaan kampanye harus mengetahui publik yang mereka hadapi

secara memadai. Dalam hal ini khalayak sasaran tidak boleh dilakukan sebagai monolithic mass (massa yang seragam) melainkan sebagai sasaran yang beragam, baik dalam hal kebiasaan media, gaya hidup, nilai, aspek demografis, dan cirri-ciri psikologis lainnya.

Menurut defenisi di atas, perencanaan kampanye harus disesuaikan dengan kondisi khalayak sasaran. Perencanaan kampanye harus berpatokan dengan tujuan kampanye sehingga pelaksanaan kampanye dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Pendapat serupa dikemukakan juga oleh Rice dan Atin yang menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang secara nyata memberikan kontribusi pada keberhasilan kampanye meliputi yang pertama, peran media massa. Media massa dianggap sangat efektif dalam menciptakan kesadaran, meningkatkan pengetahuan, dan mendorong khalayak berpartisipasi dalam proses kampanye. Kedua adalah himbauan pesan. Dalam hal ini pesan harus dirancang secara spesifik (bukan bersifat umum) agar mampu menghimbau nilai-nilai individual. Dan yang ketiga adalah kesesuaian waktu, aksesibilitas, dan kecocokan. Agar

23 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.


(33)

menjadi efektif pesan-pesan kampanye harus disampaikan pada saat yang tepat, budaya yang sesuai, dan melalui media yang tersedia di lingkungan khalayak.24

Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan hipotesis karena judul penelitian terdiri dari stau variable, sehingga digunakan proposisi. Pengertian

proposisi menurut Masri Singarimbun dalam bukunya yang berjudul Metode

Penelitian Survey sebagai berikut. Proposisi adalah merupakan hubungan yang logis antara dua konsep.

Berdasarkan dua defenisi di atas dikemukakan bahwa kampanye harus terlebih dahulu menetapkan tujuan yang akan dicapai. Tahap selanjutnya adalah penyampaian pesan yang harus sampai kepada masyarakat dengan berbagai cara sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat dalam mengolah pesan.

Dalam penyampaian pesan, isi pesan dan kondisi sasaran harus disesuaikan sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu penyampaian pesan haruslah tepat waktu sehingga pesan dapat diterima oleh masyarakat.

25

• Perencanaan kampanye meliputi:

Untuk memudahkan analisis data, penulis mengajukan defenisi operasional sebagai berikut:

 Analisis masalah meliputi pemahaman partai terhadap kondisi

lingkungan dan permasalahan dalam masyarakat.

 Tujuan program kampanye, yaitu hasil yang ingin dicapai dari

pelaksanaan kampanye

 Pesan kampanye meliputi isu-isu aktual dan program partai dalam

bidang ekonomi, politik, sosial budaya, hukum, pertahanan keamanan, dan pengenalan terhadap calon anggota legislatif

24 Antar Venus. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi.

Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004. Hal 138


(34)

 Sasaran kampanye yaitu masyarakat yang didalamnya meliputi kalangan akademisi, agamawan, masyarakat bawah, masyarakat menengah, dan masyarakat tingkat atas.

 Strategi dan taktik, yaitu menjalankan segala upaya untuk meraih massa.

 Alokasi waktu, yaitu kesesuaian penempatan waktu dalam

menjalankan aktivitas partai supaya sesuai dengan yang diinginkan seperti waktu yang tepat dalam melaksanakan kampanye.

 Sumber daya meliputi kader, simpatisan, dan massa Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan.

 Evaluasi upaya memperbaiki kelemahan kampanye yang terjadi.

• Faktor penunjang keberhasilan kampanye meliputi:

 Peran media massa, yaitu media yang digunakan oleh Partai

Demokrasi Indonesia Perjuangan untuk menjalankan kampanye.

 Himbauan pesan adalah nilai-nilai yang disampaikan kepada

khalayak.

 Kesesuaian waktu, aksesibilitas, dan kecocokan, yaitu:

o Kesesuaian materi kampanye dengan waktu kampanye.

o Penerimaan masyarakat terhadap isu kampanye.

o Kecocokan materi kampanye dengan karakteristik

masyarakat.


(35)

1. 6. 4. Marketing Politik.

1. 6. 4. 1. Teori Strategi Politik Ofensif

Dalam memilih strategi, pola dasar strategi yang diperlukan harus kita kenali agar kita dapat menetapkan pilihan yang tepat. Dalam setiap pola dasar, ada sederetan strategi tunggal, dimana pilihan khusus mengenai kerangka persyaratan tergantung pada citra yang diinginkan dan tujuan-tujuan organisasi.26

Yang termasuk strategi ofensif adalah strategi memperluas pasar dan strategi menembus pasar. Pertama, strategi memperluas pasar ialah strategi dalam pemilu yang bertujuan untuk membentuk kelompok pemilih baru disamping para pemilih yang telah ada. Oleh karena itu harus ada penawaran baru atau penawaran yang lebih baik bagi para pemilih yang selama ini memilih partai pesaing. Jadi, yang dibahas di sini adalah strategi persaingan yang faktual, dimana berbagai partai bertarung untuk kelompok pemilih dalam sebuah kompetisi. Strategi semacam ini perlu disiapkan melalui sebuah kampanye pengantar, untuk menjelaskan kepada publik tentang penawaran partai-partai yang lainnya. Untuk merumuskan penawaran baru ini, adalah bijak apabila memanfaatkan perubahan nilai atau perubahan struktur yang terjadi dalam masyarakat. Perluasan pasar tidak mungkin dicapai dengan tema yang tidak laku dijual.

Menurut Peter Schroder, dalam bukunya Strategi Politik (2003), dijelaskan bahwa ada beberapa strategi politik yang bisa digunakan dalam teori pemenangan partai politik, yaitu strategi ofensif dan strategi defensif. Strategi ofensif selalu dibutuhkan, misalnya apabila partai ingin meningkatkan jumlah pemilihnya atau apabila pihak eksekutif ingin mengimplementasikan sebuah proyek. Dalam kedua kasus tersebut harus ada lebih banyak orang yang memiliki pandangan positif terhadap partai atau proyek tersebut, sehingga kampanye dapat berhasil.

27

Kedua, strategi menembus pasar adalah strategi pemilu yang menyangkut ditariknya pemilih lawan atau warga yang selama ini tidak aktif dengan memberikan penawaran lebih baik atau baru, melainkan penggalian potensi yang sudah ada lebih optimal, penggalian bagian yang dimiliki dalam kelompok target dimana keberhasilan telah diraih sebelumnya.

26 Peter Schroeder. Strategi Politik. Jakarta: PT. Mitra Alembana Grafika. 2003. Hal 104 27 Ibid. Hal 105


(36)

Tujuan yang dimiliki misalnya adalah diperolehnya hasil yang lebih baik dalam sebuah kelompok target. Hal ini menyangkut target pemasaran program yang dimiliki secara lebih baik dan peningkatan intensitas keselarasan antara program dan individu, seperti halnya memperbesar tekanan terhadap kelompok-kelompok target.28

Dalam hal ini strategi defensif terdiri atas dua cara, yaitu strategi mempertahankan pasar dan strategi menyerahkan pasar. Pertama, strategi mempertahankan pasar ialah strategi yang khas untuk mempertahankan mayoritas pemerintah. Dalam kasus semacam ini, partai atau calon akan memelihara pemilih tetap mereka dan memperkuat pemahaman para pemilih musiman mereka sebelumnya akan situasi yang berlangsung. Terhadap partai oposisi atau calon lain yang menyerang partai pemerintah (berkuasa) akan berusaha mengaburkan perbedaan yang ada dan membuat perbedaan tersebut tidak dapat dikenali lagi. Kedua, strategi mempertahankan pasar, terdiri atas dua cara, yang pertama ialah ketika dalam keadaan tertentu terdapat sebuah partai ingin menyerah dan melebur dengan partai lain. Kedua adalah ketika dalam kondisi tertentu terdapat

Pada dasarnya, semua strategi ofensif yang ditetapkan saat kampanye pemilu harus menampilkan perbedaan yang jelas dan menarik antara kita dan partai-partai pesaing yang ingin kita ambil alih pemilihnya. Dalam strategi ofensif yang digunakan untuk mengimplementasikan politik yang harus dijual atau ditampilkan adalah perbedaan terhadap keadaan yang berlaku saat itu serta keuntungan-keuntungan yang dapat diharapkan dari padanya.

1. 6. 4. 2. Teori Strategi Politik Defensif

Strategi defensif menurut Peter Schroder akan muncul ke permukaan, misalnya apabila partai pemerintah atau koalisi pemerintahan yang terdiri atas beberapa partai ingin mempertahankan mayoritasnya atau apabila pangsa pasar ingin dipertahankan. Selain itu strategi defensif juga dapat muncul apabila sebuah pasar tidak akan dipertahankan lebih lanjut atau ingin ditutup, dan penutupan pasar ini diharapkan membawa keuntungan sebanyak mungkin.


(37)

pemungutan suara kedua yang diikuti oleh kandidat-kandidat tertentu dalam pemilu tahap pertama, penyerahan pasar untuk sementara merupakan peristiwa yang sangat sering terjadi. Namun, dalam kondisi seperti ini mereka harus mempertegas ketidak ikutsertaan mereka dengan memberikan alasan yang mendasar dan mengusulkan pilihan lain. Dalam usulan ini terletak suatu tugas yang dapat dimanfaatkan secara strategis. Tentu saja kondisi-kondisi suatu alasan pemilu dapat diperdebatkan dengan para kandidat lainnya. Hal ini dapat mencakup masalah persetujuan politik hingga pembagian kekuasaan, dan disertai dengan sebuah kampanye informasi bagi multiplikator.29

Cara untuk memperoleh data yang akurat diperlukan ketelitian dan narasumber yang tepat supaya data-data tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Data-data tersebut dapat berupa yang sudah jadi maupun data mentah yang harus

I. 7. Metodologi Penelitian

I. 7. 1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dekstiptif. Metode penelitian dekstiptif adalah deskripsi bertujuan menggambarkan keadaan atau status fenomena dalam hal ini peneliti hanya ingin memahami hal-hal keadaan sesuatu.

Metode penelitian dekstiptif diambil sebagai metode penelitian dalam pelaksanaan usulan penelitian ini, karena metode penelitian ini memberikan gambaran tentang persoalan-persoalan yang terjadi di tempat penelitian yaitu di kantor Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, metode penelitian dekstiptif ini ditujukan untuk menganalisa masalah-masalah dan mendeskripsikannya dalam bentuk tulisan.

I. 7. 2. Teknik Pengumpulan Data


(38)

diolah kembali. Banyak cara untuk memperoleh data di lapangan, diantaranya dengan cara wawancara serta studi pustaka.

• Wawancara

Untuk menemukan informasi, penulis menggunakan cara purvosive.

Dengan metode ini, informasi diperoleh secara jelas dari informan dan kriteria informan criteria informan diangkat secara jelas. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah orang yang terlibat langsung dalam proses kampanye dan mengetahui tentang Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.

Wawancara dilakukan kepada Pengurus Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara. Adapun informan yang diwawancarai oleh penulis untuk kebutuhan data primer dalam karya ilmiah ini adalah bapak Drs. Soetarto MS.i dan bapak Ir. Akhyar Nasution, MS.i. Bapak Drs. Soetarto, MS.i di Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai Wakil Sekretaris Bidang Internal Partai. Beliau bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sejak 19 tahun silam. Pekerjaan beliau sehari – hari adalah sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Darma Agung, dan sekarang ini sedang menempuh kuliah jenjang S3 di Universitas Sumatera Utara. Di dalam pemilukada kota Medan Tahun 2010 lalu, beliau di tim pemenangan pemilukada dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP. MSP, serta yang mengurus seluruh administrasi dan logistik di kantor DPD PDI Perjuangan Sumatera Utara. Bapak Ir. Akhyar Nasution, MS.i di Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai Wakil Sekretaris Bidang Program Partai. Beliau bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sejak lahir. Dikatakan seperti itu karena dukungan kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan telah mengakar


(39)

kuat dari orang tua beliau hingga sekarang. Pekerjaan sehari – hari beliau adalah sebagai petani. Pendidikan terakhir beliau adalah S1 Teknik Sipil USU dan S2 Perencanaan Wilayah Pascasarjana USU. Kedua orang tersebut yang paling mengetahui tentang kampanye Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam mengusung Pasangan Calon Walikota Dan Calon Wakil Walikota Medan, dr. Sofyan Tan – Nelly Armayanti.

• Studi pustaka

Teknik pengumpulan data ini dilaksanakan untuk memperjelas apa yang terjadi di lapangan dan disesuaikan dengan kepustakaan. Penulis melakukan kajian studi pustaka terhadap buku-buku, literatur, peraturan perundang-undangan, dan dokumen yang relevan dengan topik penelitian.

I. 7. 3. Teknik Analisa Data

Sesuai dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Secara operasional teknik analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan sehingga beberapa tahapan sebagaimana model teknik analisis data yang dikemukakan.

Pertama, reduksi data sebagai proses penelitian, penyederhanaan, klasifikasi data kasar dari hasil penggunaan teknik dan alat pengumpulan data di lapangan. Redaksi data dilakukan sejak pengumpulan data reduksi dilaksanakan secara bertahap dengan cara membuat ringkasan data dan menelusuri data yang tersebar. Setiap data dipilih secara silang melalui informasi yang berbeda untuk menggali informasi dalam wawancara.

Kedua, penyajian data merupakan suatu upaya penyusunan sekumpulan informasi menjadi kenyataan. Data kualitatif dijadikan dalam bentuk teks yang pada mulanya terpisah menurut sumber informasi dan pada saat diperolehnya


(40)

informasi tersebut. Kemudian data diklasifikasikan menurut pokok-pokok permasalahan yang antara lain terkait dengan daerah.

Ketiga, menarik kesimpulan berdasarkan reduksi, interpretasi, dan penyajian data yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya jelas dengan mekanisme logika pemikiran induktif, maka penarikan kesimpulan akan bertolak belakang dengan hal-hal yang khusus sampai kepada rumusan kesimpulan yang sifatnya umum.

I. 7. 4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara, yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk Nomor 11, Medan.


(41)

I. 8. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian yang digunakan, dan sistematika penulisan.

BAB II : PROFIL PARTAI DEMOKRASI INDONESIA

PERJUANGAN

Bab ini berisi tentang sejarah singkat perjalanan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Indonesia hingga saat ini. Bab ini juga berisi tentang dinamika sosial kota Medan dan data mengenai hasil perolehan suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama di 21 kecamatan.

BAB III : STRATEGI KAMPANYE PARTAI DEMOKRASI

INDONESIA PERJUANGAN

Bab ini berisi tentang data yang diperoleh dan dianalisis dari penelitian yang dilakukan mengenai strategi kampanye Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam Pemilukada Kota Medan Tahun 2010 dengan mengusung pasangan calon dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang diperoleh.


(42)

BAB II

PROFIL PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN

II. 1. Sejarah Dan Visi Misi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Bahwa PDI Perjuangan merupakan partai politik yang sebenarnya adalah partai yang secara langsung memiliki tali kesejarahan dengan partai politik masa orde lama. PDI Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi Indonesia yang berdiri pada tanggal 10 Januari 1973. Partai Demokrasi Indonesia itu lahir dari hasil fusi 5 (lima) partai politik. Kelima partai politik tersebut yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Katolik, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Murba.30

Gagasan agar supaya fusi untuk pertama kali tahun 1970. Tepatnya 7 Januari tahun 1970. Soeharto memanggil 9 partai politik untuk melakukan konsultasi kolektif dengan para pimpinan 9 partai politik tersebut. Dalam pertemuan konsultasi tersebut, Soeharto melontarkan gagasan pengelompokan partai politik dengan maksud untuk menghasilkan sebuah masyarakat yang lebih tentram lebih damai bebas dari konflik agar pembangunan ekonomi bisa di jalankan. Partai politik dikelompokan ke dalam dua kelompok, kelompok pertama disebut kelompok materiil spirituil yang menekankan pada aspek materiil dan kedua adalah spirituil materiil yang menekankan pada aspek spiritual. Kelompok materiil

Proses fusi terjadi sebenarnya hanya untuk menjamin kemenangan kekuatan Orde Baru. Pada saat itu penguasa Orde Baru mengaktifkan Sekretariat Bersama (Sekber) Golongan Karya (Golkar) yang proses pembentukannya didukung oleh militer. Tap MPRS No.XXII/MPRS/1966 tentang Kepartaian, Keormasan, dan Kekaryaan disebutkan agar Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Gotong royong (DPR-GR) segera membuat Undang-Undang untuk mengatur kepartaian, keormasan dan kekaryaan yang menuju pada penyederhanaan.


(43)

spirituil menjadi Partai Demokrasi Indonesia dan kelompok spirituil materiil itu kemudian menjadi Partai Persatuan pembangunan. Setelah diskusi-diskusi seperti itu tokoh-tokoh partai coba mulai bertemu dan mulai mendiskusikan gagasan ini. Pertemuan kemudian berlanjut pada tanggal 27 Februari 1970 Soeharto mengundang lima partai politik yang dikategorikan kelompok pertama yaitu PNI (Partai Nasional Indonesia), Parkindo (Partai Kristen Indonesia), Partai Katolik, IPKI (Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia) dan Murba. Ide pengelompokan yang dilontarkan Soeharto menjadi perhatian masyarakat umum dan ditengah-tengah proses pengelompokan tersebut berkembang rumor yang sangat kuat isu pembubaran partai-partai politik jika tidak dicapai kesepakatan untuk mengadakan pengelompokan sampai batas waktu 11 Maret 1971. Karena partai sangat lamban, mulai muncul gerakan di sejumlah daerah yang paling terkenal adalah di Jawa Barat. Panglima daerah di Jawa Barat pada waktu adalah Jenderal Darsono melakukan buldoser secara besar-besar ke partai di Jawa Barat. Muncul gagasan tentang dwi partai. Partai yang cuma dua di Indonesia. Dan korban paling utama pada waktu itu adalah Partai Nasional Indonesia. Pada tanggal 7 Maret 1970 bertempat di ruang kerja Wakil Ketua MPRS, M Siregar di Jalan Teuku Umar No. 5 Jakarta, lima tokoh Partai yang hadir yaitu Hardi dan Gde Djakse (PNI), Achmad Sukarmadidjaja (IPKI), Maruto Nitimihardjo dan Sukarni (Murba), VB Da Costa, Lo Ginting dan Harry Tjan (Partai Katolik) serta M Siregar dan Sabam Sirait (Parkindo), mengadakan pertemuan dan pembicaraan mengenai pengelompokan partai. Dalam pertemuan tersebut, muncul kekhawatiran terjadinya polarisasi antara kelompok Islam dan non-Islam, oleh karenanya muncul gagasan sebagai alternatif untuk mengelompokan partai menjadi lima atau empat kelompok yang terdiri dari dua kelompok muslim, satu nasionalis, satu kristen dan satu kelompok karya. Namun pemerintah Orde Baru saat itu tetap menginginkan pengelompokan sesuai yang diajukan sebelumnya hingga akhirnya gagasan yang diusulkan oleh tokoh-tokoh tersebut tidak pernah terwujud. Pada tanggal 9 Maret 1970 pertemuan pimpinan lima partai tersebut berlanjut ditempat yang sama dengan agenda pokok yaitu penyelesaian deklarasi atau pernyataan bersama dan pokok-pokok pikiran selanjutnya. Dalam pertemuan ini berhasil membentuk tim perumus yang terdiri dari Mh. Isnaeni, M Supangat, Murbantoko, Lo Ginting dan Sabam Sirait. Tim perumus menghasilkan "Pernyataan Bersama" yang ditanda tangani oleh ketua partai masing-masing, yakni Hardi (PNI), M Siregar (Parkindo), VB Da Costa (Partai Katolik), achmad sukarmadidjaja (IPKI) dan Sukarni (Murba). Pada tanggal 12 Maret 1970 kembali dilakukan pertemuan dengan Presiden Soeharto yang didampingi oleh Brigjen Sudjono Humardani dan Brigjen Sudharmono. Dari pihak partai politik hadir Hardi dan Gde Djakse (PNI), Achmad Sukarmadidjaja dan M Supangat (IPKI), Maruto Nitimihardjo (Murba), VB Da Costa dan Lo Ginting (Partai


(44)

Katolik) serta M Siregar dan Sabam Sirait (Parkindo). Pada tanggal 24 Maret 1970 para pemimpin parpol tersebut kembali melakukan pertemuan di ruang kerja Wakil Ketua MPRS, M Siregar. Maksud pertemuan tersebut adalah untuk memperjelas keberadaan kelompok yang telah dibentuk, baik nama, sifat, pengorganisasian dan program. Hasil pertemuan tersebut akhirnya disepakati nama "Kelompok Demokrasi Pembangunan" dan dikukuhkan melalui SK No. 42/KD/1972, tanggal 24 Oktober 1972. Meskipun sebelumnya banyak muncul usulan-usulan nama yang diajukan oleh masing-masing partai, antara lain oleh Lo Ginting (Partai Katolik) yang mengusulkan nama "Kelompok Demokrasi Kesejahteraan" atau "Kelompok Kesejahteraan Kerakyatan". Maruto Nitimihardjo (Murba) mengusulkan nama "Kelompok Gotong-Royong", karena kata "gotong royong" dianggap merupakan perasaan pancasila dan dapat menghindari polarisasi. Usep Ranawidjaja (PNI) keberatan karena bisa ditafsirkan dan dikaitkan dengan Orde Lama. M Supangat (IPKI) mengusulkan dibentuk "Badan Kerjasama" sebagai sifat pengelompokan yang dinamakan "Kelompok Pembangunan". Sabam Sirait (Parkindo) mengusulkan nama "Kelompok Demokrasi dan Pembangunan" atau "Kelompok Sosial Demokrat".31

Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 10 Januari 1973 tepat jam 24.00 dalam pertemuan Majelis Permusyawaratan Kelompok Pusat (MPKP) yang mengadakan pembicaraan sejak jam 20.30 di Kantor Sekretariat PNI di Jalan Salemba Raya 73 Jakarta, Kelompok Demokrasi dan Pembangunan melaksanakan fusi 5 Partai Politik menjadi satu wadah Partai yang bernama Partai Demokrasi Indonesia meskipun pada awal fusi sebenarnya muncul 3 (tiga) kemungkinan nama untuk fusi menjadi Partai Demokrasi Pancasila, Partai Demokrasi Pembangunan, atau Partai Demokrasi Indonesia.32

Deklarasi ditandatangani oleh wakil kelima partai yaitu MH. Isnaeni dan Abdul Madjid mewakili Partai Nasional Indonesia, A. Wenas dan Sabam Sirait Mewakili Partai Kristen Indonesia, Beng Mang Rey Say dan FX. Wignyosumarsono mewakili Partai Katolik, S. Murbantoko R. J. Pakan mewakili Partai Murba dan Achmad Sukarmadidjaja dan Drs. Mh. Sadri mewakili Partai

31 Ibid 32 Ibid


(45)

Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI). Dengan dideklarasikannya fusi kelima partai tersebut, maka lahirlah Partai Demokrasi Indonesia.

Partai Demokrasi Indonesia/Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sepanjang sejarahnya telah melalui banyak sekali perjuangan, konflik, dan cobaan sehingga menjadi salah satu partai yang disegani di Indonesia saat ini. Hingga akhirnya pada tanggal 1 Februari tahun 1999 (pasca Orde Baru) nama Partai Demokrasi Indonesia diganti oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan oleh ketua Dewan Perwakilan Pusat Partai Demokrasi Indonesia, Megawati Soekarno Putri, dan dideklarasikan pada tanggal 14 Februari 1999. Hal tersebut disebabkan karena meskipun pemerintahan Orde Baru sudah berakhir, namun yang diakui oleh Pemerintah saat itu adalah masih tetap PDI dibawah kepemimpinan Soerjadi dan Buttu Hutapea.

Berdasarkan Pasal 6 di dalam Bab III Tujuan, Fungsi, Dan Tugas Anggaran Dasar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengenai tujuan umum partai, maka visi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah:

• Mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945

sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

• Membangun masyarakat Pancasila 1 Juni 1945 dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil, dan makmur.

Berdasarkan Pasal 7 di dalam Bab III Tujuan, Fungsi, Dan Tugas Anggaran Dasar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengenai tujuan khusus partai, maka misi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah:33


(46)

• Menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat

• Memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang politik, ekonomi, sosial,

dan budaya secara demokratis

• Berjuang mendapatkan kekuasaan politik secara konstitusional guna

mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Berdasarkan Pasal 5 di dalam Bab II Anggaran Dasar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengenai Asas, Jatidiri, Dan Watak, maka asas, jatidiri, dan watak Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah:34

• Partai berdasarkan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sesuai jiwa dan semangat lahirnya pada 1 Juni 1945.

• Jatidiri Partai adalah Kebangsaan, Kerakyatan, dan Keadilan Sosial.

• Watak Partai adalah gotong royong, demokratis, merdeka, pantang

menyerah, dan terbuka.

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memiliki lambang partai sesuai dengan yang tertera dalam Pasal 80 Bab VI Anggaran Dasar Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan yaitu dasar merah membara yang artinya berani

mengambil resiko dalam memperjuangkan Rakyat, keadilan dan kebenaran;

lingkaran tegas yang artinya terus-menerus tanpa terputus memperjuangan kebenaran dan keadilan; tanduk kekar yang artinya berbasis kekuatan Rakyat

dan selalu memperjuangkan kepentingan Rakyat; mata merah tajam yang

artinya selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya ancaman dalam


(47)

memperjuangkan kebenaran dan keadilan; dan moncong putih bersih yang artinya dapat dipercaya dan berkomitmen untuk memperjuangkan keadilan dan kebenaran.35

Megawati Soekarno Putri sebagai Ketua Umum, Tjahjo Kumolo sebagai Sekretaris Jenderal, Eriko Sotarduga BP Sitorus sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Internal, Achmad Basarah sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Program, Hasto Kristiyanto sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Kesekretariatan, Olly Dondokambey sebagai Bendahara Umum, Rudianto Tjen sebagai Wakil Bendahara Bidang Internal, Juliari Peter Batubara sebagai Wakil Bendahara Bidang Program, Sidarto Danusubroto sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Kehormatan Partai, Puan Maharani sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Politik dan Hubungan Antar Lembaga Negara, Idham Samawi sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Keanggotaan Kaderisasi dan Rekrutmen, Djarot Saiful Hidayat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Organisasi, Rano Karno sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Informasi dan Komunikasi, Effendi MS Simbolon sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Sumber Daya dan Dana, Mindo Sianipar sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Pertanian, Perikanan, dan Kelautan, Ribka Tjiptaning sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Kesehatan dan Tenaga Kerja, Hamka Haq sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Pendidikan, Keagamaan, dan Kebudayaan, Nusyirwan Soedjono sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Industri Perdagangan, Sarwo Budi Wiranti Sukamdani sebagai Ketua Dewan Pimpinan

II. 2. Susunan Kepengurusan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan

Susunan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Masa Bakti 2010 – 2015 terdiri dari 27 orang pengurus. Ke – 27 orang pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan adalah sebagai berikut.


(1)

BAB IV PENUTUP

IV. 1. Kesimpulan

• Faktor – faktor yang menyebabkan dr. Sofyan Tan meraih banyak suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 adalah sebagai berikut. Pertama adalah faktor latar belakang, ketokohan, dan karya nyata dari calon walikota yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dr. Sofyan Tan. Kedua, adalah faktor kedekatan dr. Sofyan Tan dengan tokoh – tokoh masyarakat lintas Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan. Dan ketiga, adalah jaringan dukungan yang kuat dari berbagai aspek, dalam arti pendukung dr. Sofyan Tan sangat kuat, terutama dari etnis Tionghoa yang mayoritas mendiami bagian pusat kota atau pusat perekonomian di kota Medan. Maka tidak mengherankan jika dr. Sofyan Tan meraih banyak suara di daerah – daerah pusat kota, yaitu Kecamatan Medan Area, Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Perjuangan, dan Kecamatan Medan Tuntungan. • Strategi kampanye dengan menggunakan cara direct selling ternyata sangat efektif digunakan dalam rangka mengenalkan dr. Sofyan Tan secara langsung pada masyarakat. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah, kesuksesan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan calon yang diusung, dr. Sofyan Tan, meraih banyak suara pada pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama lalu adalah tidak lepas dari faktor ketokohan dari dr. Sofyan Tan sendiri melalui bentuk – bentuk karya nyatanya, terutama bidang pendidikan.


(2)

• Strategi kampanye dengan pendekatan tokoh mampu mengarahkan persepsi masyarakat terhadap partai dan calon walikota yang diusung, dr. Sofyan Tan. Memberikan pencitraan terhadap partai dan calon walikota yang diusung, bahwasanya partai dan calon walikota yang diusung memiliki jaringan yang kuat serta mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapi masyarakat. Hal tersebut juga tidak lepas dari faktor dr. Sofyan Tan yang sebelum bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sudah dekat dengan tokoh – tokoh masyarakat lintas Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan. Sehingga Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tidak perlu terlalu bekerja keras untuk menggunakan strategi kampanye yang disepakati dalam rangka memperkenalkan dr. Sofyan Tan kepada masyarakat.

• Strategi bantuan sosial dan kemanusiaan memang sebenarnya sudah menjadi agenda rutin dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Namun di saat pemilukada kota Medan tahun 2010, terutama pada putaran pertama lalu, tetap menjadi satu agenda penting dan harus terprogram dengan baik. Hal tersebut disebabkan karena dr. Sofyan Tan sebagai kader partai sekaligus calon walikota Medan dan fungsionaris Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan selalu memperhatikan kondisi basis konstituennya. Dan memang harus diakui bahwa sudah banyak agenda bantuan sosial dirasakan dampaknya oleh masyarakat kota Medan. Mulai dari bantuan kesehatan gratis, pendidikan gratis, dan bantuan kesejahteraan masyarakat bagi masyarakat kurang mampu. Hal tersebut juga sebagai salah satu program dari dr. Sofyan Tan dan Nelly Armayanti, SP, MSP dalam kampanye pemilukada kota Medan tahun 2010 putaran pertama ketika itu. Apalagi figur dr. Sofyan Tan di bidang pendidikan juga cukup bagus. Sehingga program – program kesehatan, program – program pendidikan, program – program kesejahteraan masyarakat secara ekonomi bagi yang lemah begitu mengena di publik. Jadi hal tersebut memang sejalan dengan


(3)

ideologi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan sejalan dengan program – program partai serta visi misi partai.

• Isu dan wacana yang ditawarkan dalam kampanye adalah ekonomi kerakyatan dan reformasi birokrasi. Hal tersebut diangkat karena Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan melihat realita yang sebenarnya dalam masyarakat di kota Medan itu seperti apa. Segala hal harus dibayar dengan harga mahal, mengurus segala keperluan administrasi harus dibebankan dengan biaya tinggi, dan sebagainya.

• Seluruh program dan strategi yang dilakukan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ternyata mampu merebut simpati masyarakat kota Medan, karena program yang ditawarkan dan isu yang diangkat sangat sesuai dengan apa yang menjadi keinginan dan harapan masyarakat kota Medan.

IV. 2. Saran

• Partai politik harus selalu melakukan evaluasi atas kinerjanya serta tidak akan pernah berhenti untuk selalu memperbaiki diri untuk lebih memberikan perhatian penuh kepada masyarakat sebagai konstituennya bukan hanya pada setiap event pemilihan umum atau pemilukada, tapi juga diluar dari setiap event pemilihan umum atau pemilukada. Dalam hal ini diharapkan kepada partai politik agar tidak hadir di tengah – tengah masyarakat hanya menjelang pemilihan umum atau pemilukada saja, juga sesudah pemilihan umum atau pemilukada berlangsung diharapkan dengan sangat tidak serta merta mulai meninggalkan konstituennya, tetapi baik sebelum maupun sesudah pemilihan umum atau pemilukada diharapkan tetap berbaur bersama dengan masyarakat karena pada faktanya masyarakat sangat membutuhkan partai politik sebagai sarana untuk menyampaikan aspirasinya. Meskipun hal di atas sudah dilakukan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, penulis berharap agar Partai


(4)

Demokrasi Indonesia Perjuangan jangan berhenti untuk terus membantu, melayani, dan memperjuangkan nasib rakyat.

• Penulis berharap bahwasanya proses konsolidasi internal partai haruslah dilakukan dengan baik, agar tercipta suatu kesatuan konsolidasi yang sangat solid serta saling bekerja sama dan mendukung siapapun kader partai yang dicalonkan sebagai calon pemimpin suatu wilayah tertentu. • Diharapkan kepada segenap kader dan jajaran pengurus Dewan Pimpinan

Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan agar mempertahankan program – program yang pro – rakyat dan lebih meningkatkan agenda program – program yang lebih mendasar dan mengena bagi masyarakat sebagai sasaran kampanye.

• Penulis mengharapkan agar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan jangan pernah berhenti untuk terus berbenah diri dalam hal mengevaluasi struktur, meningkatkan dan memantapkan mekanisme kerja dari struktur internal partai, serta bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), peduli dengan nasib rakyat, dan selalu professional dalam bekerja.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku – Buku:

Sjafii, Inu Kencana. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: CV. Bandar Madju. 1994.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 1966

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo. 1994

Setiadi, Wicipto. Peran Partai Politik Dalam Penyelenggaraan Pemilu Yang Aspiratif, Dalam Dirjen Perundang-Undangan Departemen Hukum Dan HAM, Jurnal Legislasi Indonesia Volume 5 No 1 Maret 2008. Jakarta: Perundang-Undangan Deopartemen Hukum Dan HAM. 2008

Steinberg, Arnoled. Kampanye Politik Dalam Praktek. PT. Intermasa.

W.B Gudykunst and Bella Mody. Handbook Of International And Intercultural Communication. Thousands Oaks: Sage Publications. 2002

Venus, Antar. Manajemen Kampanye Panduan Teoretis Dan Praktis Dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2004

Surya Kusuma dan Yon Hotman. Panduan Sukses Kampenye Pemilu 2009. Jakarta: Pustaka Cendikia Muda. 2008

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES Indonesia. 1989

Schroeder, Peter. Strategi Politik. Jakarta: PT. Mitra Alembana Grafika. 2003


(6)

Wawancara:

Wawancara dengan Bapak Drs. Soetarto, MS.i selaku Wakil Sekretaris Bidang Internal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DPD Sumatera Utara. Tanggal 16 April 2012

Wawancara dengan Bapak Ir, Akhyar Nasuition MS.i selaku Wakil Sekretaris Bidang Program Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan Pimpinan Daerah Sumatera Utara. Tanggal 2 Juli 2012

Sumber Internet:

http://waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=124813:la

rispa-softan-tan-tak-bisa-satukan-minoritas-dengan-mayoritas&catid=165:pilkada-medan&Itemid=94. Larispa: Softan Tan tak bisa satukan minoritas dengan mayoritas. Diambil Tanggal 1 Juli 2011

http://pdi-perjuangan.blogspot.com/2007/06/sejarah-pdi-perjuangan.html. Diambil Tanggal 19 Maret 2012

http://forum.detik.com/merged-pdi-perjuangan-t6861p4.html. Diambil Tanggal 18 April 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Medan. Diambil tanggal 12 Maret 2012

http://suaraperempuanpesada.wordpress.com/2010/04/27/sofyan-tan-%E2%80%93-nelly-armayanti/. Diambil Tanggal 18 April 2012 Data Lain:

Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Tahun 2010

Data BPS Sumut Tahun 2000

Arsip Data KPU Kota Medan Tahun 2010

Arsip Kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011