INSTRUMEN PENELITIAN_DIV.doc

  

PENGUJIAN

  

Oleh:

  

  

Disajikan pada perkuliahan program DIII dan D-IV Gizi

Politeknik Kesehatan Depkes Yogyakarta

2008

  

Catatan: Mohon maaf, Penulis tidak mengikhlaskan bagi siapapun yang

  membaca, mengutip dan menggunakan bahan perkuliahan ini tanpa menyebutkan sumbernya.

PRINSIP DASAR

  Penelitian ilmiah berusaha mengungkap masalah secara obyektif dengan bukti- bukti yang lengkap. Manusia sebagai obyek penelitian, sangat mempengaruhi hasil suatu penelitian, karena sifat manusia itu sendiri yang heterogen dan mudah berubah-ubah. Hal ini yang membuat hasil-hasil penelitian perlu diuji kembali untuk membuktikan kebenarannya. Dalam hal ini, peneliti harus berusaha semaksimal mungkin mengurangi faktor-faktor yang dapat mengakibatkan prosedur dan hasil penelitiannya bersifat bias atau keliru. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan bias dan perlu dikendalikan adalah:

  (1) Ketajaman rumusan masalah (2) Ketepatan merumuskan hipotesis (3) Kesesuaian antara metode penelitian dan masalah yang akan diteliti (4) Data yang relevan dan lengkap (5) Ketepatan dan kecukupan populasi dan sampel yang dipilih sebagai sumber data (6) Kecermatan, ketepatan, ketelitian, kejelasan dan kelengkapan dalam menetapkan variabel dan aspek-aspeknya berdasarkan masalah yang akan diteliti (7) Ketepatan dalam memilih cara pengolahan data dengan memperhatikan jenis dan sifat data (8) Kekeliruan dalam menguji hipotesis (9) Kekeliruan dalam menyusun kerangka teori sebagai tolok ukur (10) Kekeliruan dalam menyusun kesimpulan dan saran-saran berdasarkan hasil penelitian.

  Selanjutnya metode penelitian sebagai prosedur dalam rangka pemecahan masalah, tidak akan berfungsi bila tidak didukung oleh tersedianya data. Untuk mengumpulkan data ini diperlukan teknik dan alat pengumpul data. Alat pengumpul data dikenal dengan

  

Instrumen penelitian. Teknik dan alat pengumpul data hendaknya memenuhi syarat tepat,

baik dan benar.

  Teknik pengumpulan data penelitian yang dipergunakan baik sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam suatu penelitian adalah: Observasi langsung, observasi tidak

  

langsung, komunikasi langsung, komunikasi tidak langsung, teknik pengukuran, dan

teknik/studi dokumenter dan bibliografis. Teknik pengumpulan data penelitian

  memerlukan alat penelitian (instrumen) yang tepat agar data yang berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian dapat dikumpulkan secara lengkap. Alat pengumpulan data (instrumen) menurut teknik penelitiannya disajikan berikut ini.

  1. Teknik observasi langsung dan observasi tidak langsung untuk semua metode penelitian, antara lain: catatan anekdot (anecdotal record), catatan berkala (insidental record), daftar cek (chek list), skala nilai (rating scale), dan peralatan mekanik (mechanical devices);

  2. Teknik komunikasi langsung yang banyak digunakan dalam metode deskriptif dan eksperimen, alat pengumpul datanya adalah interview atau wawancara;

  3. Teknik komunikasi tidak langsung yang banyak digunakan dalam metode deskriptif, alat utamanya adalah kuesioner atau angket;

  4. Untuk teknik/studi dokumenter dan bibliografis, alat utamanya sama dengan observasi berupa daftar cek dan skala nilai;

  5. Teknik pengukuran, datanya cenderung bersifat kuantitatif, alat utamanya dapat berupa timbangan, termometer, meteran, dan berbagai jenis tes.

  Perlu diingat bahwa mengkonstruksi instrumen penelitian sangat penting artinya, sehingga dapat menghimpun data secara baik, karena diperoleh melalui instrumen penelitian yang baik dan benar. Dapatlah disimpulkan bahwa metode, teknik dan alat yang pengumpul data yang tepat, menunjukkan suatu penelitian mampu memenuhi fungsinya dan mencapai tujuannya. Penelitian yang dimaksud mampu untuk:

  (1) Menghindari cara pemecahan masalah dan cara berfikir spekulatif, karena kesimpulannya dibuat berdasarkan data empiris yang dapat dipertanggungjawabkan, yakni melalui bukti ilmiah;

  (2) Menghindari cara pemecahan masalah dan cara berfikir yang bersifat trial

  and error (coba mencoba yang tidak terarah), karena mampu

  memperkirakan data yang diperlukan; (3) Menghindari terjadinya bias dalam menarik kesimpulan, karena data yang cukup, relevan dan obyektif yang memberikan hasil yang tinggi validitas dan reliabilitasnya.

  REKONSTRUKSI INSTRUMEN Pemilihan alat (instrumen) untuk suatu penelitian sangat dipengaruhi oleh jenis dan sifat data yang akan dikumpulkan. Selanjutnya jenis dan sifat data sangat ditentukan masalah dan tujuan penelitian. Artinya, penelitian harus merumuskan masalahnya secara tajam, sehingga memudahkan penentuan variabel-variabel yang terdapat di dalamnya.

  

Variabel yang jelas akan membantu dalam menetapkan gejala-gejala yang membedakan

variabel yang satu dengan variabel yang lain.

  Untuk memenuhi harapan di atas, maka seorang peneliti menyusun/merekonstruksi alat (instrumen) untuk mengumpulkan data, namun harus memahami secara baik masalah, tujuan dan variabel-variabelnya. Bilamana dalam pelaksanaan pengumpulan data mungkin tidak dilakukan sendiri oleh peneliti, maka setiap petugas pengumpul data harus mendapat latihan-latihan khusus. Demikian pula untuk memperoleh alat yang baik, sering kali dilakukan uji coba (try out), dimana dilakukan pengolahan untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas alat tersebut, yakni sebelum alat tersebut dipergunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya.

  VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

  Pendahuluan

  Validitas Pemenuhan syarat validitas sangat penting artinya bagi sebuah alat pengumpul data

  (instumen penelitian), misalnya sebuah angket (nontes). Validitas sebuah angket menyangkut apakah pernyataan sebuah angket mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur. Misalnya bagaimana sikap ibu-ibu balita terhadap kegiatan Posyandu, maka bagaimana seorang peneliti menyusun sejumlah pernyataan yang dapat menyusun sebuah atau lebih faktor atau indikator untuk dapat menggambarkan sikap terhadap kegiatan Posyandu. Gambar 1 di bawah ini dapat memudahkan pembaca membayangkan apa yang disebut konstrak, faktor dan pernyataan.

  Berdasarkan gambar tersebut dapat dipahami bahwa dalam membentuk suatu variabel yang dalam hal ini disebut konstrak sikap ibu terhadap kegiatan Posyandu dibangun oleh dua faktor, dan masing-masing faktor disusun oleh beberapa pernyataan yang dianggap menggambarkan suatu faktor. Menetapkan sebuah konstrak berarti mencoba mencari unsur-unsur yang ada pada suatu variabel, misalnya tentang sikap ibu balita terhadap Posyandu, maka perlu dipertegas apa yang dimaksud dengan sikap ibu balita terhadap kegiatan Posyandu. Pada contoh selanjutnya konstrak ini mencakup dua faktor atau indikator: (1) Layanan Posyandu; (2) Gizi dan pemantauan pertumbuhan anak.

  Konstrak:

  Sikap Ibu Terhadap Kegiatan Posyandu

  Faktor1: Faktor 2:

  Layanan Gizi & pemantauan Posyandu pertumbuhan

  Pernyataan Pernyataan Dst.. Pernyataan Pernyataan Dst…

  1 2.

  1

  2 Gambar 1. Hubungan antara Konstrak, Faktor dan Pernyataan Menetapkan faktor atau indikator berarti mencoba mencari unsur-unsur yang ada pada sebuah konstrak. Dengan demikian, faktor pada dasarnya adalah rincian lebih lanjut dari konstrak. Misalnya pada contoh untuk mengukur sikap ibu balita terhadap kegiatan Posyandu dinyatakan dalam dua faktor. Selanjutnya dalam menyusun pernyaan ialah mencoba menjabarkan sebuah faktor lebih lanjut dalam berbagai pernyaaan yang langsung berinteraksi dengan pengisi angket. Reliabilitas

  Reliabilitas sebuah angket menyangkut apakah jawaban seseorang terhadap pernyataan konsisten (stabil) dari waktu ke waktu. Pada prinsipnya ada dua cara untuk mengukur reliabilitas, yakni pertama dengan pengukuran yang diulang (repeated measure) oleh seseorang pada waktu yang berbeda, kemudian dilihat apakah apakah tetap konsisten terhadap pernyataan tersebut. Cara kedua dengan pengukuran sekali saja (one shot), kemudian dibandingkan dengan hasil pernyataan lain.

  Penilaian validitas dan reliabilitas instrumen dalam kesempatan ini dibatasi pada penggunaan alat pengumpul data berupa angket. Angket adalah salah satu instrumen yang sering dipakai dalam penelitian ilmiah untuk mengetahui pendapat seseorang tentang suatu hal, misalnya sikap ibu-ibu balita terhadap kegiatan Posyandu. Sebuah angket (nontes) yang disusun dengan sejumlah pertanyaan, mulai dari yang sifatnya terbuka hingga yang Sikap Salah satu tipe karakteristik afektif yang penting adalah sikap, disamping minat, konsep diri, nilai dan moral. Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (dalam Mardapi,2005), adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif

  

terhadap suatu objek, situasi, konsep atau orang. Objek ibu-ibu balita peserta Posyandu

  misalnya, adalah sikap ibu-ibu balita peserta Posyandu terhadap pelayanan yang ada (misalnya materi penyuluhan gizi dan kesehatan). Sikap ibu-ibu balita peserta Posyandu terhadap pelayanan harus lebih positif setelah mengikuti penyuluhan gizi dan kesehatan tersebut. Perubahan ini adalah salah satu indikator keberhasilan kader Posyandu dalam melaksanakan proses penyampaian informasi tentang gizi dan kesehatan dan ibu-ibu balita peserta Posyandu dapat memahami dan menerapkannya di rumah (keluarga). Untuk itu kader Posyandu harus membuat rencana penyuluhan termasuk pengalaman belajar bagi ibu-ibu balita peserta Posyandu yang membuat sikap mereka menjadi positif terhadap pelayanan gizi dan kesehatan tersebut. Maksud dan tujuan diselenggarakannya kegiatan Posyandu, yakni dalam rangka meningkatkan status gizi dan kesehatan anggota keluarga, khususnya ibu dan anak sebagai kelompok beresiko tinggi terhadap penyakit dan kekurangan gizi.

  Sesuai dengan pengertian sikap sebagai reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, maka manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, namun hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Newcomb (dalam Notoatmodjo,2003) menyatakan bahwa sikap merupakan suatu bentuk kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap, dimana kemampuan untuk bersikap diperoleh melalui proses belajar dan didapatkan dari pengalaman. Oleh karena itu, perubahan sikap juga melalui proses yang sama, yaitu dengan pengalaman pribadi, asosiasi dan proses belajar sosial.

  Menurut Blum (dalam Notoatmodjo,2003) sikap terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu: (1) Menerima (receiving), artinya orang mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan; (2) Merespon (responding), artinya memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap; (3) Menghargai (valuing), artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan masalah; dan (4) Bertanggungjawab (responsible), artinya bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko sebagai bentuk sikap yang paling tinggi.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap ibu terhadap kegiatan Posyandu merupakan kecenderungan merespon secara konsisten baik menyukai maupun tidak menyukai terhadap kegiatan Posyandu. Selanjutnya dapat dirumuskan tentang konsep sikap ibu terhadap kegiatan Posyandu, definisi operasional dan indikator sikap ibu terhadap kegiatan Posyandu, sehingga dapat disusun suatu rancangan instrumen untuk mengukur tentang sikap ibu terhadap kegiatan Posyandu.

  Konsep

  Sikap ibu terhadap kegiatan Posyandu, adalah kecenderungan ibu merespon secara konsisten baik menyukai maupun tidak menyukai terhadap kegiatan Posyandu yang diselenggarakan masyarakat.

  Definisi oprasional

  Sikap ibu terhadap kegiatan Posyandu, adalah perasaan positif atau negatif terhadap kegiatan Posyandu yang diselenggarakan masyarakat.

  Faktor (Indikator)

  1. Kegiatan Posyandu

  2. Gizi dan pertumbuhan anak

  Instrumen Sikap Ibu terhadap Kegiatan Posyandu

  Petunjuk:

  1. Bacalah setiap pernyataan di bawah ini secara seksama sebelum Ibu memberi jawaban

  2. Berilah tanda cek (v) pada salah satu kolom jawaban yang Ibu anggap paling sesuai.

  3. Tidak perlu mencantumkan nama 4. Selamat mengerjakan, terima kasih atas partisipasinya. Alternatif jawaban: SS=Sangat Setuju; S=Setuju; RR=Ragu-ragu; TS=Tidak Setuju; STS: Sangat Tidak Setuju

  

No Pernyataan SS S RR TS STS

.

  1. Bagi saya meskipun tidak ke Posyandu anak saya tetap sehat

  2. Posyandu dapat memberikan manfaat bagi kesehatan anak

  3. Bila saya sedang sibuk, saya tidak dapat menyempatkan diri untuk datang ke Posyandu menimbangkan anak

  4. Saya tidak akan datang ke Posyandu apabila tidak diajak oleh Bidan

  5. Saya malu datang ke Posyandu karena anak saya kurus

  6. Saya tidak dapat datang ke Posyandu karena agak jauh dari rumah

  7. Pelayanan kesehatan dasar dari Puskesmas dapat juga saya dapatkan di Posyandu.

  8. Dengan kartu menuju sehat (KMS) ibu dapat memantau pertumbuhan anak setiap bulannya.

  9. Saya akan mengatur kelahiran anak saya dengan mengikuti program KB

  10. Saya merasa senang ke Posyandu bila tempatnya cukup mewah.

  11. Saya tidak akan mengajak ibu balita yang lain bila saya tahu jadwal Posyandu.

  12. Anak akan mudah menderita penyakit bila kekurangan gizi

  13. Keikutsertaan ibu dalam Posyandu sebagai wujud peranserta dalam kegiatan Posyandu

  14. Saya akan ke Posyandu apabila anak saya sakit.

  15. Saya tidak akan datang ke Posyandu apabila sarananya tidak lengkap.

  16. Saya takut anak akan mudah sakit bila berat badannya tidak naik tiga bulan berturut-turut.

  17. Saya senang berkonsultasi dengan kader Posyandu tentang gizi seimbang bagi balita. berupa Vitamin A di Posyandu.

  19. Saya juga dapat memperoleh tablet besi (tambah darah) di Posyandu.

  20. Dengan menimbang berat badan anak, saya (Ibu) mengetahui pertumbuhannya.

  21. Imunisasi untuk ibu hamil tidak dapat diperoleh di Posyandu.

  22. Untuk melindungi anak dari penyakit maka diberikan imunisasi.

  23. Bila berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM), maka anak mengalami kekurangan gizi yang parah.

  24. Walaupun tidak rutin menimbang, anak saya dapat memantau berat badannya bulan per bulan.

  25. Saya perlu memperhatikan pola makan anak bila kekurangan gizi.

  26. Jika anak diare dapat diperiksa dan diobati di Posyandu.

  27. Walaupun anak sudah lebih dari satu tahun, saya tidak perlu memberikan imunisasi secara lengkap.

  28. Walaupun berat badan tidak naik, anak tidak perlu mendapatkan makanan tambahan.

  29. Saya merasa bahwa pelayanan KB di Posyandu hanya berupa pemberian pil saja.

  30. KMS dapat dipakai sebagai alat memantau pertumbuhan anak.

  Indikator Sikap Ibu terhadap Kegiatan Posyandu No. Indikator Butir

  1. Kegiatan Posyandu 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 9; 10; 11; 13; 14; 15; 18; 19; 27;

  4. Gizi dan pertumbuhan anak 8; 12; 16; 17; 20; 21; 22; 23; 24; 25; 26; 28; 30; PENGUJIAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS

  Pengujian validitas dan reliabilitas merupakan tahapan atau proses menguji butir- butir pernyataan yang ada dalam sebuah angket. Dalam hal ini mempertanyakan apakah isi dari butir pernyataan tersebut sudah valid dan reliabel ?, maka selanjutnya untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas. Mengapa demikian, karena kita akan memperoleh butir-butir pernytaan yang sudaj memenuhi validitas dan reliabilitas sehingga dapat mengukur faktornya. Selanjutnya dengan diperolehnya faktor yang disusun oleh butir-butir pernyataan yang yang sudah valid dan reliabel, maka langkah selanjutnya adalah menguji apakah faktor-faktor tersebut valid dan reliabel untuk mengukur konstraknya.

  Kemungkinan dapat saja terjadi ada butir pernyataan yang tidak valid dan reliabel, maka harus dilakukan perbaikan terhadap butir pernyataan tersebut. Perbaikan butir pernyataan adalah mencermati kembali apakah kata-kata atau kalimat yang menyusunnya sudah memenuhi kaidah atau tidak, dan selanjutnya diujicobakan kembali. Ada juga yang berpendapat bahwa dalam menyeleksi butir pernyataan dilakukan dengan menyusun butir yang lebih banyak, sehingga pada akhirnya diperoleh 8-10 butir pernyataan penyusun setiap faktor atau indikator yang sudah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas instrumen.

  Sumber Pustaka:

  Andersen, Lorin W.1981. Assessing Affective Characteristic in the School. Boston: Allyn and Bacon. Azwar, Syaifuddin.2006. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gable,R.K.1986. Instrument Development in the Affective Domain. Boston: Kluwer- Njjhoff Publishing. Mardapi, Djemari.2005. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY. Mardapi, Djemari. 2004. Penyusunan Tes Hasil Belajar. Yogyakarta: Program Pascasarjana UNY. Notoatmodjo,S.2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

  CONTOH: ANGKET Biodata Guru:

  Nama Sekolah : __________________________________ Alamat Sekolah : __________________________________ Nama Bapak/Ibu Guru: __________________________________

  Bagian Pertama: Informasi tentang Latar Belakang Responden Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini adalah mengenai Bapak/Ibu sebagai individu, seorang guru, dan anggota masyarakat.

  1. Umur: … 1)

  2. Jenis Kelamin: 2) g

  3. Tipe sekolah dimana Bapak/Ibu bekerja: 3)

  a. Negeri

  b. Swasta

  4. Lokasi sekolah: 4)

  a. Kabupaten

  b. Kotamadya

  c. Propinsi

  5. Tingkat pendidikan tertinggi Bapak/Ibu:

  a. SPG 5)

  b. SMU

  c. Diploma

  d. S1

  e. S2

  f. S3

  6. Pengalaman mengajar Bapak/Ibu:

  a. Kurang dari 10 tahun

  b. 10-25 tahun 6)

  c. lebih dari 25 tahun

  7. Jumlah partisipasi Bapak/Ibu dalam seminar, workshop atau pelatihan semenjak Bapak/Ibu mengajar: a. Yang berkenaan dengan mata pelajaran yang Bapak Ibu ajarkan:

  1. Nama Pelatihan: _____________ Lama Pelatihan : _____________ 7) Tahun : _____________

  2. Nama Pelatihan: _____________ a b

  Lama Pelatihan : _____________ Tahun : _____________

  b. Yang berhubungan dengan pendidikan karakter anak:

  Lama Pelatihan : _____________ Tahun : _____________

  2. Nama Pelatihan: _____________ Lama Pelatihan : _____________ Tahun : _____________

  8. Jabatan Bapak/Ibu di sekolah, selain tenaga pengajar:

  a. Tidak ada

  b. Petugas administratif

  c. Petugas perpustakaan 8)

  d. Bimbingan dan konseling

  e. Wali Kelas

  f. Wakil Kepala Sekolah

  g. Kepala sekolah

  h. Anggota Yayasan / Ketua yayasan

  9. Apakah Bapak/Ibu anggota dari suatu organisasi? 9) 1 2

  1. Di bidang pendidikan : a. Ya

  b. Tidak

  2. Di luar bidang pendidikan : a. Ya

  b. Tidak

  10. Semenjak menjadi guru, apa yang telah Bapak/Ibu lakukan untuk meningkatkan kemampuan mengajar? 10) a

  a. Menulis di majalah atau koran (tuliskan judulnya) 1) ………………………….. ab 2) ………………………….. c

  b. Membaca buku tentang pendidikan dan pengajaran (tuliskan judulnya) d 1) ………………………….. e 2) …………………………..

  c. Berpartisipasi dalam pelatihan-pelatihan (tuliskan judulnya) 1) …………………………..

  2) …………………………..

  d. Menulis karya ilmiah (tuliskan judulnya) 1) …………………………..

  2) …………………………..

  e. Melakukan penelitian (tuliskan judulnya) 1) …………………………..

  2) ………………………….. Bagian Kedua: Tentang Penerapan Pendidikan Karakter Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini mengenai pendidikan karakter. o o Berilah tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu.

  1 = sangat tidak setuju o 2 = tidak setuju 3= setuju 4 = sangat setuju

  1

  2

  3

  4

  1 Pendidikan karakter adalah pendidikan yang 1. menekankan moral dan etika yang baik bagi siswa.

  2 Guru tidak perlu pusing memperhatikan 2. pendidikan karakter siswa di dalam kelas karena sudah ada pelajaran agama dan PPKN.

  3 Pendidikan karakter bisa diajarkan bersama 3. dengan mata pelajaran yang lain seperti

  misalnya bahasa dan berhitung.

  Jumlah Butir

  3 Total Item

  8-10

  3 Character education sangat terkait secara positif dengan academic achievement. Bagian kedua, nomor

  Bagian kedua, nomor 5-7

  4 Guru, dengan menerapkan character education di kelas dan di luar kelas, dapat terbantu peningkatkan karakternya sendiri, dan guru akan dapat mempunyai hubungan yang semakin baik dengan rekan guru yang lain.

  Bagian kedua, nomor 1-4

  CE merupakan bagian dari setiap kegiatan di sekolah pada khususnya dan di semua aspek kehidupan pada umumnya.

  10 Character Education (CE) bukanlah suatu program terpisah yang harus dimasukkan ke dalam kurikulum.

  10 butir

  Bagian Pertama, semuanya /

  Hal demografi (seperti misalnya latar belakang pendidikan guru, tingkat pendidikan terakhir guru, lama mengajar guru, kemampuan berkembang guru, dll) juga mempengaruhi kemampuan guru untuk menerapkan character education di kelasnya.

  Character Education

  1. Kisi – Kisi Variabel Indikator No Butir

  4 Pendidikan karakter bisa didapat siswa dimana saja, termasuk di luar kelas saat bermain.

  10.

  9.

  8.

  7.

  6.

  5.

  4.

  10 Setelah mendapat pendidikan karakter, siswa dapat menjadi lebih kreatif dalam mencari pemecahan terbaik dalam menyelesaikan masalah.

  9 Siswa yang berbudi luhur nilai-pelajarannya cenderung lebih tinggi dibanding nilai pelajaran siswa yang kurang berbudi.

  8 Siswa bisa sukses jika guru mengajarnya suatu mata pelajaran yang memuat unsur pendidikan karakter.

  7 Dengan mengajar pendidikan karakter, guru bisa meningkatkan hubungan baik dengan sesama guru.

  6 Guru hendaknya mau koreksi diri dan berlatih meningkatkan karakternya sendiri.

  5 Guru harus bisa berhenti merokok, berkata jorok, atau hal buruk lainnya agar bisa menjadi contoh baik bagi siswanya.

  20 Biodata Mahasiswa/i: Nama : ____________________________________ NIM : ____________________________________ Berilah tanda cek () pada kolom yang sesuai dengan jawaban Anda.

  1 = sangat tidak setuju 2 = tidak setuju 3= setuju 4 = sangat setuju

  1

  2

  3

  4 Meskipun sangat sibuk, seorang bos di sebuah perusahaan selalu mau menyempatkan 1 diri mendengarkan keluh-kesah bawahannya. Seorang pekerja selalu siap menjalankan perintah pimpinannya, dan juga rela lembur

  2 demi kepentingan perusahaan.

  Meskipun tidak suka ke rumah sakit, tapi karena seorang teman meminta diantar ke 3 rumah sakit, maka ia menyanggupinya. Meskipun seharian capek bekerja di kantor, seorang ibu masih menyempatkan

  4 menemani anaknya mengerjakan PR.

  Mengetahui ada orang lain suku bangsa yang mengalami kesulitan, seseorang

  5 membantunya menemukan jalan keluar.

  Karena ia ingin menemani orang tuanya yang kebetulan datang menjenguknya, 6 seseorang membolos kuliah Karena suatu pelajaran sangat sulit dan meskipun banyak siswa mencontek tapi guru

  7 membiarkannya, maka tidak ada salahnya ikut mencontek juga.

  Karena faktor kedekatan dengan bos, dua orang yang kinerjanya sama mendapat 8 kenaikkan gaji yang berbeda. Karena sangat membutuhkan biaya pengobatan maka ketika menemukan sebuah

  9 dompet, seseorang boleh memakai uang dalam dompet itu.

  Seseorang boleh menjelek-jelekkan bosnya di hadapan rekan kerjanya

  10 karena dia habis dimarahi bosnya.

  Karena telah berjanji membantu mengerjakan PR, maka seorang 11 ayah berusaha pulang tepat waktu. Seorang supervisor menyediakan waktu untuk mendengarkan

  12 gagasan semua bawahan.

  Karena tidak mampu mengerjakan tugasnya dengan baik, seseorang membuat 13 argumentasi agar dia bisa dimaafkan.

  14 Bohong boleh dilakukan, yang penting tujuan kita tercapai.

  Meskipun sulit, seorang bos harus menegur seorang pekerja ketika kinerjanya 15 merosot. Ketika kerja kelompok ada yang meminta waktu untuk sembahyang, teman yang lain

  16 menyuruhnya menunda karena waktu yang terbatas.

  Sewaktu tetangga sebelah yang beragama lain mengadakan kebaktian, kita tidak 17 membuat keributan yang dapat mengganggu ibadah mereka.

  18 tidak diacuhkan.

  19 Karena seseorang berkeyakinan lain, maka yang dipercayainya adalah salah.

  Sewaktu hari raya, seseorang berkeyakinan lain datang mengucapkan selamat hari 20 raya bagi mereka yang merayakannya. Kita perlu menghargai diri kita sendiri dengan tidak melakukan tindakan bodoh yang

  21 merugikan diri sendiri.

  Karena kita tahu bahwa seorang teman selalu mencela orang lain di sekitarnya, kita 22 merasa perlu menyadarkannya bahwa yang dilakukannya tidak baik.

  23 Seseorang memberikan nasihat kepada temannya karena ia ingin yang terbaik bagi temannya.

  Ucapan yang baik perlu dikatakan sehingga orang lain bisa terinspirasi menjadi baik

  24 pula.

  Karena teman dekat kita telah menyakiti kita, maka sulit bagi kita untuk bisa baik 25 padanya.

  Kisi – Kisi

  Dimensi Karakter No Butir Jumlah

  Variabel Indikator No Butir - Butir +

  Selflessness 1-5 -

  5 Integrity 8 6,7,9,10

  5 Competency Sesuai dengan indikator yang ada pada BDS 11,12, 15 13,14

  5 Spiritual 17,18,20 16,19

  5 Appreciation Affection Penghargaan terhadap diri sendiri -

  21

  22 - Melakukan sesuatu demi kebenaran

  23 - Melakukan sesuatu yang terbaik bagi teman

  24 - Berkata-kata benar

  • Cinta yang universal tanpa syarat

  25 Total Item 16

  9

  25